Anda di halaman 1dari 15

LEGAL ETIK KEPERAWATAN BENCANA

By
Dwi Prasetyaningati, M.Kep
ASPEK LEGAL DAN ETIK KEPERAWATAN BENCANA
1. Bencana Dalam undang – Undang No. 24 Tahun 2007 tentang
penanggulangan bencana, dikenal pengertian dan beberapa istilah terkait
dengan bencana.
2. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
menggangu kehidupan dan penghidupan yang disebabkan, baik factor alam
atau factor non alam maupun factor manusia, kerusakan lingkungan,
kerugian harta benda dan dampak psiklogis
Aspek Etik
Etika merupakan cabang dari filsafat etika mencari ukuran baik atau buruknya
bagi tingkah laku manusia. Etika adalah ajaran atau ilmu tentang adat
kebiasaan yang berkenaan dengan kebiasaan baik buruk yan diterima umum
mengenai sikap, perbuatan, kewajiban dan sebaainya.
Etik juga dapat digunakan untuk mendeskripsikan suatu pola atau cara hidup,
sehingga etik merefleksikan sifat, prinsip dan standart seseorang yang
mempengaruhi prilaku professional
Cara hidup moral perawat telah dideskripsikan sebagai etik perawatan
Aspek Etik dan Legal dalam konteks Keperawatan
adalah merupakan istilah yang digunakan untuk merefleksikan bagaimana
seharusnya manusia berprilaku, apa yang seharusnya dilakukan seseorang
terhadap orang lain, selain itu merupakan prinsip yang menyangkut benar
atau salah, baik dan buruknya dalam berhubungan dengan orang lain.
Keperawatan telah mengembangkan kode etik dengan menggambarkan kondisi
ideal professional.Kode etik mencerminkan prinsip etis yang secara luas dapat
diterima anggota profesi
Kode Etik Keperawatan Bencana

1. Perawat bencana memberikan pelayanan dengan penuh


hormat bagi martabat kemanusiaan dan keunikan klien
2. Perawat bencana mempertahankan kompetensi dan
tanggung jawab dalam praktek keperawatan emergensi
3. Perawat bencana melindungi klien manakala
mendapatkan pelayanan kesehatan yang tidak cakap,
tidak legal, sehingga keselamatannya terancam
Etika berdasarkan Norma Profesi

1. Menghargai klien–---Manusia utuh dan unik(umur, status


social, latar belakang budaya, dan
agama)====menghargai keputusan yg dibuat klien& klg
2. Memberikan yang terbaik ----asuhan keperawatan yang
bermutu
3. Mempertanggungjawabkan dan gugat pelayanan
keperawatan yang diberikan
4. Tidak menambah permasalahan
5. Bekerjasama dengan teman sejawat, tim kesehatan utk
yan keperawatan terbaik
Aspek Legal
1) SAMARITAN LAW =menolong karena kerelaan menolong yang membutuhkan
2) UU PENANGGULANGAN BENCANA
a) UU NO 24 TH 2017–TINDAKAN SAAT TANGGAP BENCANA
3) UU KESEHATAN
a) UU No. 36 Thn 2009
 (63) Pengobatan dan perawatan menggunakan ilmu kedokteran dan ilmu keperawatan
 Psl 32: Pada kondisi darurat pelayanan kesehatan diberikan tanpa uang muka
 Psl 53 (3):pelayanan kesehatan hrs mendahulukan pertolongan penyelamatan nyawa pasien
dibandingkan kepentingan lainnya
 Psl 58 (3): tuntutan ganti rugi tidak berlaku jika utk menyelamatkan nyawa dalam keadaan darurat
 Psl 82; 83: pelayanan pada kondisi darurat dan bencana
4) UU Rumah Sakit ===UU No 44 Thn 2009
a) Psl 29: memberikan pelayanan gawat darurat dan bencana sesuai dgn
kemampuan pelayanannya
b) Psl 29: Memberikan pelayanan gawat darurat tanpa uang muka
c) Psl 34: hak pasien
5) Undang-Undang No 38 tahun 2014
a) PASAL 28 (AYAT 3):Praktik keperawatan didasarkan pada: kode etik, standar
pelayanan, standar profesi, dan SOP
b) PASAL 35:
(1)Dalam kondisi darurat perawat dapat melakukan tindakan medis dan
pemberian obat sesuai kompetensinya
(2)Tujuan menyelamatkan nyawa dan mencegah kecacatan lebih lanjut
(3)Keadaan darurat merupakan keadaan mengancam nyawa atau kecacatan
(4)Keadaan darurat ditetapkan oleh perawat dengan hasil evaluasi berdasarkan
keilmuannya
UU No 38 Th 2014 PASAL 35:
1) Dalam kondisi darurat perawat dapat melakukan tindakan medis dan
pemberian obat sesuai kompetensinya
2) Tujuan menyelamatkan nyawa dan mencegah kecacatan lebih lanjut
3) Keadaan darurat merupakan keadaan mengancam nyawa atau kecacatan
4) Keadaan darurat ditetapkan oleh perawat dg hasil evaluasi berdasarkan
keilmuannya
(5)Ketentuan keadaan darurat diatur Permen
Etika Berdasarkan Keperawatan Bencana
1) Perawat, dalam semua hubungan profesional, praktek dengan kasih sayang
dan rasa hormat terhadap martabat yang melekat, nilai, dan keunikan setiap
individu, dibatasi oleh pertimbangan status sosial atau ekonomi, atribut
pribadi, atau sifat masalah kesehatan
2) Perawat komitmen utama adalah untuk pasien, baik individu, keluarga,
kelompok , atau masyarakat
3) Perawat mempromosikan, menganjurkan, dan berusaha untuk melindungi
kesehatan, keselamatan, dan hak pasien
4) Perawat bertanggung jawab dan akuntabel untuk praktek keperawatan
individu dan menentukan delegasi yang sesuai tugas sesuai dengan
kewajiban perawat untuk memberikan perawatan pasien yang optimal
5) Perawat bertanggung jawab untuk dirinya dan untuk lainnya, termasuk
tanggung jawab untuk menjaga integritas dan keamanan, untuk menjaga
kompetensi, dan melanjutkan pertumbuhan pribadi dan profesional.
6) Perawat berpartisipasi dalam membangun, memelihara, dan meningkatkan
lingkungan perawatan kesehatan dan kondisi kerja yang kondusif bagi
penyediaan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan konsisten dengan
nilai-nilai profesi melalui aksi individu dan kolektif
7) Perawat berpartisipasi dalam kemajuan profesi melalui kontribusi untuk
berlatih, pendidikan, administrasi, dan pengembangan pengetahuan
8) Perawat bekerja sama dengan profesional kesehatan lainnya dan
masyarakat dalam mempromosikan masyarakat, nasional, dan upaya
internasional hanya untuk memenuhi kebutuhan kesehatan
9) Profesi keperawatan, yang diwakili oleh asosiasi dan anggotanya,
bertanggung jawab untuk mengartikulasikan nilai keperawatan, untuk
menjaga integritas profesi dan praktek, dan untuk membentuk kebijakan
social
Legal Aspects of Disaster Nursing
• Licensure • Drug maintenance
• Good Samaritan law • Self discharge of the
• Good rapport patient
• Standard care • Documentation
• Standing order • Protection of patient
• Written consent for property
operation and procedures • Reportin
• Correct identity
Kebijakan American Medical Association pada tahun 2004:
Bencana nasional, regional, dan tanggapan lokal untuk epidemi, serangan
teroris dan bencana lainnya memerlukan keterlibatan yang luas dari tim
pelayanan kesehatan. Karena komitmen mereka untuk merawat orang sakit
dan terluka, tim pelayanan individu memiliki kewajiban untuk memberikan
perawatan medis darurat selama bencana. Kewajiban etis ini berlaku bahkan
dalam menghadapi risiko lebih besar dari biasanya untuk mengutamakan
keselamatan, kesehatan, atau kehidupan mereka.
Tenaga kerja pelayanan kesehatan/medis, bagaimanapun bukan
merupakan sumber daya terbatas, karena itu, ketika berpartisipasi dalam
respon bencana, tim pelayanan kesehatan harus menyeimbangkan
manfaat langsung kepada pasien individu dengan kemampuan untuk
merawat pasien di masa depan.
Pernyataan terkait pemberian pelayanan keperawatan: Perawat
mempromosikan, menganjurkan dan berusaha untuk melindungi
kesehatan, keselamatan, dan hak-hak pasien".
Dipihak lain perawat berkewajiban menjaga dirinya sendiri. "Perawat
berutang tugas yang sama untuk dirinya sebelum merawat orang lain,
termasuk tanggung jawab untuk menjaga integritas dan keselamatan,
untuk mempertahankan kompetensi dan untuk melanjutkan
pertumbuhan pribadi dan profesional.
Perawat memiliki kewajiban untuk memberikan perawatan bagi
pasien dan pernyataan bahwa perawat diwajibkan untuk menjaga
keselamatan diri.
Tantangan utama etika yang dihadapi penyedia layanan kesehatan dalam keadaan
darurat kesehatan masyarakat yaitu penjatahan, pembatasan, dan tanggung jawab.
1. Penjatahan merupakan penawaran khusus dengan alokasi sumber daya. Triage
dapat menimbulkan dilema etika karena mungkin ada sumber daya yang terbatas
dalam kaitannya dengan sejumlah besar orang yang membutuhkan
pengobatan.Beberapa mungkin mempertanyakan apakah triase itu etis.
2. Pembatasan dapat membatasi kebebasan dan kemerdekaan di kedua pasien dan
pekerja kesehatan.
3. Tanggung jawab etis. Ini mungkin merupakan tantangan terbesar karena sulit
untuk memprediksi apa yang akan dilakukan selama masa crisis.
Seperti yang dinyatakan sebelumnya, kode etik untuk sebagian besar profesi
kesehatan hanya menyarankan bahwa penyedia layanan melaksanakan kewajiban
kepada pasien mereka, sementara pada saat yang sama mereka ambigu dengan
menyatakan bahwa ada juga ada kewajiban untuk mengurus diri sendiri (Grimaldi,
2007).
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai