Anda di halaman 1dari 18

ASPEK ETIK DAN LEGAL

DALAM KEPERAWATAN
MATERNITAS
Afdalina Rahmida Wati 2011312020
Aisy Rasyifa Zuhdiyyah 2011312002
Allvi Dayu Nengsih 2011311004
Janika Wahyuningsih 2011311016
Tio Rivaldi 2011312059
Zhafira Nisa Ulkhaira 2011311037
01
Pengertian dan prinsip etik
dalam keperawatan maternitas
serta cara membuat keputusan
etik
Prinsip Etik Etik dan masalah sosial yang mempengaruhi kesehatan wanita hamil dan
fetus menjadi lebih kompleks karena kemajuan teknologi dalam reproduksi, perawatan
maternitas dan perawatan neonatal. Perawat merupakan seorang profesional yang
dibutuhkan untuk memberikan perawatan yang kompeten dan beretika. Beberapa etika
terkair perawatan pasien diantaranya adalah :
1) Hak untuk menentukan pilihan sendiri.
2) Menghormati orang lain : prinsip bahwa semua orang sama pentingnya.
3) Kewajiban untuk mengerjakan dengan baik.
4) Kewajiban untuk tidak melakukan kesalahan.
5) Keadilan dalam memperlakukan semua orang.
6) Kewajiban untuk menepati janji
7) Kewajiban untuk mengatakan yang sejujurnya.
8) Melakukan tindakan terbaik untuk setiap individu.
-Pendekatan Etik
Suatu situasi klinik muncul dimana adanya konflik etik antar satu sama lain. Sebagai contoh, hak pasien
untuk menentukan pilihannya, termasuk hak untuk menolak tindakan yang berguna bagi fetus. Pertimbangan
pendekatan etik dapat membantu perawat dalam menyelesaikan dilemma. Berikut dua kunci pendekatan
etik :
1) Pendekatan hak, berfokus pada hak individual untuk memilih, hak privasi, mengetahui hal yang sebenarnya
dan bebas dari cedera.
2) Pendekatan manfaat, berdasarkan pendekatan ini, tindakan yang beretika adalah yang memberikan lebih
banyak kebaikan daripada keburukan.
-Etika dalam Perawatan Neonatal
Etika termasuk menentukan apa yang baik, benar dan adil (Pierce,1998). Peran perawat di Neonatal
Intensive Care Unit (NICU) adalah melindungi bayi yang bersifat rentan serta mendukung dan menghargai
keputusan orang tuanya.Perawat memiliki kewajiban untuk menjaga pasien dan juga mencegah terjadinya
cedera pada pasien.Satu contoh situasi dimana pengambilan keputusan berdasarkan etik dapat
menimbulkan konflik adalah pada perawatan bayi lahir dengan prematur. Tiga katagori bayi dirawat di NICU
menurut Pierce (1998) adalah: 1) Bayi yang dengan perawatan intensif kemungkinan memiliki prognosis yang
buruk.
2) Bayi yang dengan perawatan intensif dapat memberikan hasil yang berarti.
3) Bayi yang dengan perawatan intensif belum jelas bagaimana hasilnya.
Perawatan bayi dengan prognosis yang belum jelas dapat memberikan dilema etik bagi perawat karena
harus menyeimbangkan antara kebutuhan bayi dan hak orang tua mengambil keputusan. Perawat harus
selalu melibatkan orang tua dalam penilaian perkembangan bayi
02
Pengertian aspek legal, standar
asuhan keperawatan maternitas,
dan inform concent
Aspek legal keperawatan adalah aspek aturan Keperawatan
dalam memberikan Asuhan Keperawatan sesuai lingkup
wewenang dan tanggung jawabnya pada berbagai tatanan
pelayanan termasuk hak dan kewajibannya. Keperawatan
adalah suatu bentuk pelayanan professional yang merupakan
bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada
ilmu dan kiat keperawatan ditunjukkan kepada individu
keluarga, kelompok dan masyarakat baik sehat maupun sakit
yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia Perawat
sebagai profesi dan bagian integral dari pelayanan kesehatan
tidak saja membutuhkan kesabaran. Kemampuannya untuk
ikut mengatasi masalah-masalah kesehatan yang tentu juga
harus bisa diandalkan.
 Standar asuhan keperawatan
untuk Praktek Perawat
Profesional dalam Perawatan
Ibu dan Neonatus
Standar perawatan:
-Standar 1 Asesment
Perawat mengumpulkan data kesehatan ibu dan neonatus.
-Standar II. Diagnosa
Perawat menganalisa data asesmen dalam penentuan
diagnosa dan identifikasi masalah ibu dan neonatus.
-Standar III. Identifikasi Outcome
Perawat mengidentifikasi outcome yang diharapkan pada ibu
dan neonatus.
-Standar IV. Perencanaan
Perawat mengembangkan rencana perawatan intervensi
untuk memberikan hasil yang diharapkan pada ibu dan
neonatus.
-Standar V. Implementasi
Perawat mengimplementasikan intervensi yang
teridentifikasi pada rencana perawatan ibu dan neonatus.
-Standar VI. Evaluasi
Perawat mengevaluasi kemajuan ibu dan neonatus apakah
mengarah pada hasil yang diinginkan
Standar performa personal:
-Standar I. Kualitas Perawatan
Perawat secara sistematik mengevaluasi kualitas dan keefektifan praktek
keperawatan serta mengimplementasikan ukuran untuk peningkatan
kualitas perawatan ibu dan neonatus.
-Standar II. Perkembangan Performa
Perawat mengevaluasi praktek keperawatannya sendiri terkait standar
praktek professional dan regulasi.
-Standar III. Pendidikan
Perawat memiliki dan mempertahankan pengetahuan terbaru dalam
maternal, neonatus, dan/atau praktek perawatan ibu.
-Standar IV. Collegiality
Perawat berkontribusi dalam pengembangan diri, kolega maupun pemberi
pelayanan kesehatan lainnya.
-Standar V. Etika Keputusan dan Tindakan
perawat atas nama ibu dan bayi ditentukan dalam prilaku beretika.
-Standar VI. Kolaborasi
Perawat berkolaborasi dengan ibu, keluarga, dan pemberi pelayanan
kesehatan lainnya.
-Standar VII. Penelitian
Perawat mengintegrasikan penemuan dalam penelitian dengan praktek.
-Standar VIII. Pemberdayaan Sumber Daya Manusia
Perawat mempertimbangkan faktor–faktor terkait keamanan,
keefektifan dan biaya dalam perawatan persalinan bagi ibu dan bayi.
-Standar IX. Lingkungan Praktek
Perawat mendukung lingkungan pengobatan yang aman bagi ibu, bayi,
keluarga dan pemberi pelayanan kesehatan lainnya.
- Standar X. Tanggung Jawab
Perawat bertanggungjawab secara profesional dan legal terhadap
praktek yang dilakukannya.
 Informed
concent
Informed consent adalah perjanjian atau persetujuan yang disertai
pemberitahuan tentang perawatan atau layanan yang menjadi fokus persetujuan.
Informed consent dalam arti sebenarnya tidak hanya hubungan antara dokter dan
pasien, tetapi juga termasuk antara peneliti dan subjek penelitian. Sebelum
menjalani prosedur medis atau perawatan kesehatan lainnya, seorang dokter atau
petugas kesehatan harus menyampaikan informed consent yaitu memberitahu
pasien tentang sifat, alternatif, dan risiko dari prosedur medis yang akan dilakukan.
Setelah menerima informasi, pasien dapat menyetujui atau menolak prosedur
medis tersebut.

Jenis informed consent dapat secara lisan dan tertulis. Pesetujuan lisan saat
pasien menyatakan secara verbal tetapi tidak menandatangani formulir tertulis,
sedangkan persetujuan tertulis diperlukan dalam intervensi berisko tinggi seperti
penggunaan anestesi dan sedasi, prosedur invasif atau bedah, dan sebagainya
Tujuan informed consent berbeda sesuai dengan konteks yang ada, terdapat
tiga konteks yaitu hukum atau legal, etis, dan administratif. Secara legal yaitu
melindungi pasien dari penyerangan dan kekerasan dalam bentuk intervensi
medis. Standar yang tinggi melindungi hak otonomi pasien, pengambilan
keputusan tanpa diganggu gugat. Secara etis lebih abstrak, yaitu mengubah dari
pengambilan keputusan oleh dokter, menjadi pengambilan keputusan oleh
pasien sendiri. Secara administratif yaitu melalui dokumen memastikan bahwa
proses persetujuan telah terjadi. Informed consent harus didokumentasikan
secara menyeluruh, baik dengan rekam medis, formulir persetujuan, dan pilihan
lain yang memungkinkan. Pasien seharusnya tidak langsung menuju ruang
operasi tanpa menandatangani formulir persetujuan, namun karena alur yang
memerlukan waktu efisien, informed consent sering hanya sekedar tanda
tangan saja tanpa percakapan mendalam mengenai persetujuan (Hall et al.,
2012).
03
Penerapan Legal Etik di
Tatanan Pelayanan
Keperawatan
Prinsip-prinsip etik yang harus dimiliki oleh seorang perawat, meliputi:
a. Otonomi (Autonomy)
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis dan mampu
membuat keputusan sendiri. Orang dewasa dianggap kompeten dan memiliki kekuatan membuat
sendiri, memilih dan memiliki berbagai keputusan atau pilihan yang harus dihargai oleh orang lain.
Prinsip otonomi merupakan bentuk respek terhadap seseorang, atau dipandang sebagai persetujuan
tidak memaksa dan bertindak secara rasional. Otonomi merupakan hak kemandirian dan kebebasan
individu yang menuntut pembedaan diri. Praktek profesional merefleksikan otonomi saat perawat
menghargai hak-hak klien dalam membuat keputusan tentang perawatan dirinya.

b. Berbuat baik (Beneficience)


Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang baik. Kebaikan, memerlukan pencegahan dari
kesalahan atau kejahatan, penghapusan kesalahan atau kejahatan dan peningkatan kebaikan oleh diri
dan orang lain. Terkadang, dalam situasi pelayanan kesehatan, terjadi konflik antara prinsip ini dengan
otonomi.

c. Keadilan (Justice)
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terpai yang sama dan adil terhadap orang lain yang menjunjung
prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan. Nilai ini direfleksikan dalam prkatek profesional ketika
perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar praktek dan keyakinan yang benar
untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.
d. Tidak merugikan (Nonmaleficience)
Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis pada klien.

e. Kejujuran (Veracity)
Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini diperlukan oleh pemberi pelayanan kesehatan
untuk menyampaikan kebenaran pada setiap klien dan untuk meyakinkan bahwa klien sangat mengerti.

f. Menepati janji (Fidelity)


Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan komitmennya terhadap orang lain. Perawat
setia pada komitmennya dan menepati janji serta menyimpan rahasia klien. Ketaatan, kesetiaan, adalah
kewajiban seseorang untuk mempertahankan komitmen yang dibuatnya.

g. Kerahasiaan (Confidentiality)
Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga privasi klien. Segala sesuatu
yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan klien hanya boleh dibaca dalam rangka pengobatan klien.

h. Akuntabilitas (Accountability)
Akuntabilitas merupakan standar yang pasti bahwa tindakan seorang profesional dapat dinilai dalam situasi
yang tidak jelas atau tanpa terkecuali.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai