Anda di halaman 1dari 17

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN.
A. LATAR BELAKANG
B. RUMU
BAB II PEMBAHASAN.
BAB III PENUTUP
KESIMPULAN
SARAN
DAFTARPUSTAKA


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Kemampuan pengambilan keputusan yang tepat dan akurat sangat
diperlukan bagi tenaga paramedis untuk dapat menyelamatkan
pasien yang dihadapi. Pola pola perilaku pengambilan keputusan
yang dilakukan oleh tenaga paramedis ini melibatkan aspek-aspek
fisik maupun psikis yang sangat besar, mengandung resiko yang
cukup tinggi antara keselamatan dan kematian dari pasien yang
sedang dihadapi. Kualitas pelayanan kehamilan dan persalinan ibu
hamil yang masih rendah terutama dalam hal keterlambatan
tindakan selama proses pelayanan, seperti terlambat memberi
rujukan,terlambat dalam membuat diagnosa serta terlambat dalam
mengambil keputusan tidak lepas dari kualitas sumber daya manusia
tenaga medis pelayanan kesehatan. Di sisi lain, tidak hanya
penanganan kehamilan dan persalinan yang membutuhkan
kecepatan pengambilan keputusan saat gawat darurat. Namun,
juga unit-unit lain dalam pelayanan kesehatan di rumah sakit
yang membutuhkan tenaga paramedis. Dalam hal ini perawat yang
juga bekerja di unit-unit kegawatdaruratan. Perawat juga harus siap
melakukan pengambilan keputusan saat menangani pasien dalam
berbagai kondisi yang dihadapi.

B. Rumusan masalah
1.Teori apa saja yang menjadi dasarpengambilan keputusan ?

2. Faktor-Faktor apa saja Yang Berpengaruhi Pada Pengambilan


Keputusan ?

3. apa Karangka dalam pembuatan keputusan ?

4. Model – model apa yang di gunakan dalam pengambilan


keputusan ?

5. Apa saja otonomi pasien ?

C.Tujuan
1.Untuk mengetahui teori dasar pengambilan keputusan

2.Untuk mengetahui Faktor- faktor Yang Berpengaruhi Pada


Pengambilan Keputusan

3.Untuk mengetahui karangka dalam pembuatan keputusan

4.Untuk mengetahui model – model yang di gunakan dalam


pengambilan keputusan

5.Untuk mengetahui otonomi pasien.


BAB II
PEMBAHASAN

A.Teori dasar pengambilan keputusan

Pengambilan Keputusan adalah kegiatan untuk mengumpulkan


informasi dan memilih suatu tindakan dari beberapa alternatif
pilihan yang tersedia, terutama yang dilakukan oleh tenaga
paramedis, saat gawat darurat.Teori dasar/prinsip etika merupakan
penuntun untuk membuat ke putusan etis praktik profesional (fry,
199). Teori etis digunakan dalam pembuatan keputusan bila terjadi
konflik antara prinsip dan aturan. Ahli filsafat moral telah
mengembangkan beberapa teori etik, yang secara garis besar dapat
di klasifikasikan menjadi teori teleologi dan deontologi.

1.Teleologi

Teleologi ( berasal dari bahasa yunani, dari kata telos berarti akhir ).
Istila teleologi atau utilitarianisme sering digunakan saling
bergantian. Teleologi
merupakan suatu dokrin yang menjelaskan fenomena berdasarkan
akibat yang dihasilkan atau konsekuensi yang dapat terjadi.
Pendekatan ini sering di sebut dengan ungkapan
the end justifies the means atau makna dari suatu tindakan
ditentukan oleh hasil akhir yang terjadi. Teori ini menekankan pada
pencapaian hasil akhir yang terjadi, pencapaian hasil dengan
kebaikan maksimal dan ketidakbaikan sekecil mungkin bagi
manusia (kell, 1987). Teori teleologi atau utilitarianisme dapat
di bedakan menjadi rule utilitarianisme dan act utilitarianisme.
rule utilitarianisme berprinsip bahwa manfaat atau nilai suatu
tindakan bergantung pada sejauh mana tindakan tersebut
memberikan kebaikan atau kebahagiaan pada manusia. act
utilitarianisme bersifat lebih terbatas, tidak melibatkan aturan
umum, tetapi berupaya menjelaskan pada suatu situasi tertentu
dengan pertimbangan terhadap tindakan apa yang dapat
memberikan kebaikan sebanyak-banyaknya atau ketidakbaikan
sekecil-kecilnya pada individu.

2.Deontologi (formalisme)

Deontologi berasal dari bahasa yunani, deon, yang berarti


tugas.berprinsip pada aksi atau tindakan. Menurut kant benar atau
salah bukan ditentukan oleh hail akhir atau konsekuensi dari suatu
tindakan, melainkan oleh nilai moralnya. Dalam konteks ini,
perhatian di fokuskan pada tindakan melakukan tanggung
jawab moral yang dapat memberikan penentu apakah
tindakan tersebut secara moral benar atau salah Sescara lebih luas
teori deotologi di kembangkan menjadi lima prinsip penting yaitu
kemurahan hati, keadilan, otonomi, kejujuran dan ketaatan.

1.Kemurahan Hati
Ini dari kemurahan hati (beneficence) adalah tanggung jawab
untukmelakukan kebaikan yang menguntungkan klien dan
menghindari perbuatanyang merugikan atau membahayakan klien.

2.Keadilan
Prinsip dari keadilan (justice) menurut beauchamp dan
clidress adalahmereka yang sederajat harus di perlakukan sederajat
begitupun sebaliknya, sesuai dengan kebutuhan mereka.

3. Otonomi
Prinsip otonomi menyatakan bahwa setiap individu mempunyai
kebebasan untuk menentukan tindakan atau keputusan
berdasarkan rencana yang mereka pilih (veatch dan fry 1987).

4.Kejujuran
Prinsip kejujuran atau veracity menurut veatch dan fry (1987)
menyatakan hal yang sebenarnya dan tidak bohong. Jujur
merupakan dasarterbinanya hubungan saling percaya antar perawat
dan klien.
5.Ketaatan
Prinsip ketaatan (fidelity) menurut veatch dan fry menyatakan
sebagai tanggungjawab untuk tetap setia pada suatu kesepakatan.

B.Faktor-Faktor Yang Berpengaruhi Pada Pengambilan Keputusan

Banyak faktor yang berpengaruh kepada individu dan


kelompok dalam pengambilan keputusan, antara lain:

1.Faktor Internal
Faktor internal dari diri sangat mempengaruhi proses pengambilan
keputusan. Faktor internal tersebut meliputi: keadaan
emosional dan fisik, personal karakteristik, kultural, sosial, latar
belakang filosofi, pengalaman masa lalu, minat,pengetahuan dan
sikap pengambilan keputusan yang dimiliki.

2.Faktor Eksternal
Faktor eksternal termasuk kondisi dan lingkungan waktu. Suatu nilai
yang berpengaruh pada semua aspek dalam pengambilan keputusan
adalah pernyataan masalah, bagaimana evaluasi itu dapat
dilaksanakan. Nilai ditentukan oleh salah satu kultural, sosial, latar
belakang, filosofi, sosial dan kultural. Selain faktor di atas ada juga
faktor yang lain yaitu dalam membuat keputusan etis, seseorang
harus berpikir secara rasional, bukan emosional. Faktor-faktor yang
mempengaruhi pembuatan keputusan Faktor-faktor ini antara lain :
faktoragama,sosial,ilmu pengetahuan/teknologi, legislasi/keputusan
juridis, dana/keuangan,pekerjaan/posisi pasien maupun
perawat, kode etik keperawatan dan hak-hak pasien.

C.Karangka dalam pembuatan keputusan


Kemampuan membuat keputusan masalah etis merupakan salah
satu persyaratanbagi perawat untuk menjalankan pelayanan praktik
keperawatanprofesional. Dalam membuat keputusan etis ada
beberapa unsur yang mempengaruhi yaitu nilai dan
kepercayaan pribadi, kode etik keperawatan, konsep moral perawat,
dan prinsip etis dan model karangka keputusan etis.

1.Unsur utama yang terlibat dalam pembuatan keputusan dan


tindakan moraldalam praktik keperawatan.Nilai dan kepercayaan
pribadiKode etik perawat indonesiakepeutusan dan tindakan moral
Konsep moral keperawatan Teori prinsip etika

2.Karangka pembuatan keputusan


Pengenalan dilema etik Mengumpulkan data aktual yang relavan
Menganalisis dan mencari kejelasan individu yang terlibat
Mengongsep dan mengevaluasi argumentasi untuk setuap isu dan
Membuat alternatif Mengambil tindakanMengadakan evaluasi.

Adapun langkah-langkah dalam mengambil keputusan Langkah-


langkah dalam Pengambilan Keputusan Menurut Manulang (1994)
ada lima tahap dalam mengambil keputusan yaitu:
Karangka pembuatan kepeutusan

1.Menerima tantangan. Pengambilan keputusan dimulai manakala


seseorang dihadapkan kepada suatu tantangan terhadap jalur
tindakannya yang berlaku.

2.Mencari alternatif. Bila suatu jalur tindakah yang sedang berlaku


mendapat tantangan, pengambilan keputusan yang efektif mulai
mencari alternatif.Individu mempertimbangkan secara matang-
matang tujuan-tujuannya serta nilai-nilai yang relevan dengan suatu
keputusan.

3.penilaian alternatif. Pada tahap ini kelebihan-kelebihan serta


Kekurangankekurangan dari masing-masing alternatif
dipertimbangkan dengan cermat. Tahap ini sering melibatkan
upaya yang besar untuk mencari informasi yang dapat dipercayai
yang relevan dengan keputusan yang efektif, mencari fakta-fakta
serta ramalan dari berbagai ragam sumber berkenaan dengan
akibat-akibat dari alternatif-alternatif yang sedang
dipertimbangkan. Individu menimbang dengan hati-hati baik aspek
positif maupun negatif dari masing-masing alternatif.

4.Menjadi terikat. Pada tahap ini pilihan terakhir sudah


dibuat dan pengambilan keputusan menjadi terikat kepada suatu
jalur tindakan baru.Pengambilan keputusan efektif menelaah
kembali segala informasi yang telah terkumpul sebelum mengambil
suatu keputusan terakhir. Individu juga memikirkan bagaimana
melaksanakan keputusan dan membuat rencana cadangan
seandainya ada sesuatu resiko yang menjadi kenyataan.

5.berpegang pada keputusan. Setiap pengambil keputusan berharap


segalanya akan berjalan lancar sesudah suatu keputusan diambil,
tetapi hambatan sering terjadi. Memilih alternatif terbaik
belumlah mencukupi. Jika keputusan tidak dilaksanakan secara
memadai, hasil yang menggembirakantidak akan tercapai
D.Model – model pengambilan keputusan
Model – model pengambilan keputusan etis keperawatan dimana
metode ini dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah etika
keperawatan yang berkaitan dengan asuhan keperawatan klien.

1)Model satu terdiri dari 6 tahap (Thompson dan Jameton)


Tahapketerangan

1Identifikasi masalah. Ini berarti klasifikasi masalah di lihat dari nilai


dankonflik hati nurani. Perawat juga harus mengkaji keterlibatannya
padamasalh etika yang timbul dan mengkaji parameter waktu untuk
prosespembuatan keputusan. Tahap ini akan memberikan jawaban
kepada perawat terhadap pertanyaan, “hal apakah yang membuat
tindakan benar adalah benar ?” nilai nilai yang di klasifikasi dan
peran perawat dalam situasi yang terjadi di identifikasi.

2 Perawat harus mengumpulkan data tambahan. Informasi


yang di kumpulkan dalam tahap ini melipputi orang yang dekat
dengan klien, yang terlibatdalam membuat keputusan bagi klien,
harapan/keinginan klien dengan orang yang terlibat dalam
pembuatan keputusan, perawat kemudian membuat lapotran
tertulis kisah dari konflk yang terjadi.

3Perawat harus mengidentifikasi semua pilihan atau alternatif secara


terbuka pada pembuat keputusan. Semua tindakan yang
memungkinkan harus terjadi , termasuk hasil yamg mungkin di
peroleh beserta dampaknya. Tahap ini memberikan jawaban atas
pertanyaan, “jenis tindakan apa yang benar?” Perawat harus
memikirkan masalah etis secara berkesinambungan. Ini berarti
perawat mempertimbangkan nilai dasar manusia yang penting bagi
individu, nilai dasar manusia yang menjadi pusat masalah, dan
prinsip etis yang dapat di kaitkan dengan masalah. Tahap ini
menjawab pertanyaan,“bagaimana aturan tertentu di terapkan pada
situasi tertentu?”

5Pembuat keputusan harus membuat keputusan. Ini berarti bahwa


pembuat keputusan memilih tindakan yang menurut keputusan
mereka paling tepat. Tahap ini menjawab pertanyaan eika, “apa yang
harus di lakukan pada situasi tertentu?”.

6Taap akhir adalah melakukan tindakan dan mengkaji keputusan dan


hasil.

2) Model dua terdiri dari 7 tahap (Thompson dan Jameton)


Model II
Tahap keterangan
1 Mengenali dengan tajam masalah yang terjadi, apa intinya, apa
sumbernya,mengenali hakikat masalah.

2 Mengumpulkan data atau informasi yang berdasarkan fakta,


meliputisemua data yang termasuk variabel masalah yang telah di
analisis secara teliti.

3 Menganalisis data yang telah di peroleh dan menganalisis kejelasan


orang yang terlibat, bagaimana kedalaman dan intensitas
keterlibatannya, relevansi keterlibatannya dengan masalah etika.

4 Berdasarkan analisis yang telah d buat, mencari kejelasan konsep


etika yang relavan untukpenyelesaian masalah dengan
mengemukakan konsep filsafat yang mendasari etika maupun
konsep sosial budaya yang menentukan ukuran yang di terima.

5 Mengonsep argumentasi semua jenis isu yang didapati


merasionalisasi kejadian, kemudian membuat alternatif tentang
tindakan yang akan diambilnya.

6Langka selanjunya mengambil tindakan, setelah semua alternatif di


ujiterhadap nilai yang ada di dalam masyarakat dan ternyata dapat
diterimamaka pilihan tersebut dikatakan sah (valid) secara
etis tindakan yang dilakukan menggunakan proses yang sistematis.

7 Langka terakhir adalah mengevaluasi, apakah tindakan yang


dilakukan mencapai hasil yang diinginkan mencapai tujuan
penyelesaian masalah,bila belum berhasil, harus mengkaji lagi hal-
hal apa yang menyebabkan kegagalan, dan menjadi umpan balik
untuk melaksanakan pemecahan/penyelesaian secara ulang.

3)Model tiga merupakan keputusan bioetis “Thompson & Thompson


(1981)”
Model III (model keputusan bioetis) Tahap Keterangan
1 Tinjau ulang situasi yang di hadapi untuk menentukan masalah
kesehatan, keputusan yang di butuhkan, komponen etis individu
keunikan.

2 Kumpulkan informasi tambahan untuk memperjelas situasi

3 Identifikasi aspek etis dari masalah yang dihadapi

4 Ketahui atau bedakan posisi pribadi dan posisi moral profesional

5 Identifikasi posisi moral dan keunikan individu yang berlainan.

6 Identifikasi konflik-konflik nilai bila ada.

7Cari tahu siapa yang harus membuat keputusan.

8Identifikasi rentang tindakan dan hasil yang di harapkan.

9Tentukan tindakan dan laksanakan

10Evaluasi hasil dari keputusan tindakan.

4)Model empat pemecahan masalah (Megan,1989) Ada lima


langkah-langkah dalam pemecahan masalah dalam dilema etik.
a. Mengkaji situasi
b.Mendiagnosa masalah etik moral .
c.Membuat tujuan dan rencana pemecahan .
d.Melaksanakan rencana
e.Mengevaluasi hasil

5)Model lima kerangka pemecahan dilema etik (Kozier & Erb, 1989)

a.Mengembangkan data dasar. Untuk melakukan ini perawat


memerlukan pengumpulan informasi sebanyak mungkin meliputi :
 Siapa yang terlibat dalam situasi tersebut dan keterlibatannya
Apa tindakan yang diusulkan
Apa maksud dari tindakan yang diusulkan
Apa konsekuensi-konsekuensi yang mungkin timbul dari tindakan
yang diusulkan.

b.Mengidentifikasi konflik yang terjadi berdasarkan situasi tersebut

c.Membuat tindakan alternatif tentang rangkaian tindakan yang


direncanakan dan mempertimbangkan hasil akhir atau konsekuensi
tindakan tersebut

d.Menentukan siapa yang terlibat dalam masalah tersebut.

e.Mengidentifikasi kewajiban perawat

f.Membuat keputusan

6)Model enam Murphy dan murphy

a.Mengidentifikasi masalah kesehatan

b.Mengidentifikasi masalah etik

c.Siapa yang terlibat dalam pengambilan keputusan

d.Mengidentifikasi peran perawat

e.Mempertimbangkan berbagai alternatif-alternatif yang mungkin


dilaksanakan

f.Mempertimbangkan besar kecilnya konsekuensi untuk setiap


alternatif keputusan

g.Memberi keputusan
h.Mempertimbangkan bagaimana keputusan tersebut hingga sesuai
dengan falsafah umum untuk perawatan klien

i.Analisa situasi hingga hasil aktual dari keputusan telah


tampak dan menggunakan informasi tersebut untuk membantu
membuat keputusan berikutnya.

7) Model tujuhCurtin
a.Mengumpulkan berbagai latar belakang informasi yang
menyebabkan masalah

b.Identifikasi bagian-bagian etik dari masalah pengambilan


keputusan

c.Identifikasi orang-orang yang terlibat dalam pengambilan


keputusan

d.Identifikasi semua kemungkinan pilihan dan hasil dari npilihan itu

e.Aplikasi teori, prinsip dan peran etik yang relevan

f.Memecahkan dilema

g.Melaksanakan keputusan

E.Otonomi Pasien
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu
berpikir logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Orang
dewasa dianggap kompeten dan memiliki kekuatan membuat
sendiri, memilih dan memiliki berbagai keputusan ataupilihan yang
harus dihargai oleh orang lain. Prinsip otonomi merupakan bentuk
respek terhadap seseorang, atau dipandang sebagai persetujuan
tidak memaksa dan bertindak secara rasional. Otonomi merupakan
hak kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut pembedaan
diri. Praktek profesional merefleksikan otonomi saat perawat
menghargai hak-hak klien dalam membuat keputusan tentang
perawatan dirinya.
Otonomi pasien adalah hak penuh pada pasien unuk setuju
atau menolak. Autonomy berarti mengatur dirinya sendiri, prinsip
moral ini sebagai dasar perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan dengan cara menghargai pasien, bahwa pasien
adalah seorang yang mampu menentukan sesuatu bagi
dirinya. Perawat harus melibatkan pasien dalam membuat
keputusan tentang asuhan keperawatan yang
diberikan pada pasien. Aplikasi prinsip moral otonomi dalam asuhan
keperawatan ini contohnya adalah seorang perawat apabila akan
menyuntik harus memberitahu untuk apa obat tersebut, prinsip
otonomi ini dilanggar ketika seorang perawat tidak
menjelaskan suatu tindakan keperawatan yang akan dilakukannya,
tidak menawarkan pilihan misalnya memungkinkan suntikan atau
injeksi bisa dilakukan di pantat kanan
atau kiri dan sebagainya.
Perawat dalam hal ini telah bertindak sewenang-wenang
pada orang yang lemah. Pasien harus berkonsultasi dan
berpartisipasi dalam keputusan yang mempengaruhi perawatan
mereka. Jika tidak kompeten, apakah keluarga terdekat atau
wali memiliki kesempatan untuk berpartisipasi dalam proses
pengambilan keputusan. Pasien juga memiliki hak untuk privasi,
kompeten, dan diberitahukan mengenai prosedur khusus dan
berbagai aspek terapi. RUU Hak Pasien diterbitkan oleh
American Hospital Association menguraikan apa yang pasien dapat
harapkan, dan termasuk hak untuk perawatan ,
pemberitahuan, penolakan perawatan, privasi,kerahasiaan, dan
komponen lain perawatan. Perasaan dan keinginan pasien harus
dipertimbangkan dan diikuti. Misalnya, jika pasien ingin memiliki
kehendak hidup atau dianggap DNR (jika ia putus asa sakit),
keinginan ini harus dihormati.
BAB III
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
Pengambilan Keputusan adalah kegiatan untuk
mengumpulkan informasi dan memilih suatu tindakan dari beberapa
alternatif pilihan yang tersedia, terutama yang dilakukan oleh tenaga
paramedis, saat gawat darurat. Ahli filsafat moral telah
mengembangkan beberapa teori etik, yang secara garis besar
dapat diklasifikasikan menjadi teori teleologi dan deontologi.
Kemampuan membuat keputusan masalah etis merupakan salah
satu persyaratan bagi perawat untuk menjalankan pelayanan
praktik keperawatan profesional. Dalam membuat keputusan
etis ada beberapa unsur yang mempengaruhi yaitu nilai dan
kepercayaan pribadi, kode etik keperawatan, konsep moral perawat,
dan prinsip etis dan model karangka keputusan etis dan dalam
pengambilan keputusan memiliki model-model. Dimana
model ini menjadi metode yang digunakan untuk menyelesaikan
masalah etika keperawatan yang berkaitan dengan asuhan
keperawatan klien. Otonomi pasien adalah hak penuh
pada pasien unuk setuju atau menolak.

B.Saran
Dalam membua suatu keputusan banyak hal yang hrus di
perhatikan seperti dibawah ini
1.Ketika ingin membuat suatu keputusan yaitu dengan proses
memilih salah
satu tindakan dari alternatif,
2.Ketika ingin membuat suatu keputusan harus menetapkan
masalah.
3.Ketika ingin membuat suatu keputusan harus menganalisis
masalah.
4.Ketika ingin membuat suatu keputusan harus mengambil
keputusan yang
tepat
5.Ketika ingin membuat suatu keputusan harus mengambil
keputusan menjaditindakan yang efektif.
DAFTAR PUSTAKA
Ismani Nila. 2001. Etika Keperawatan. Jakarta: Widya Medika
Amir amri. 1997. Hukum Kesehatan. Jakarta: Bunga Rampai
Suhaeni, Mimin Emi. Etika Keperawatan Aplikasi Pada Praktik.
Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai