Anda di halaman 1dari 13

KEPUTUSAN ETIK

KELOMPOK 2

Nazar Nursalim Taufik Iskandar


Riesma Fatmawaty Teguh Restianto
Rio Perdinan Teguh Hamidi
Riska Faiza Muhtar Tiara Zahra
Safitri Laelasari Virda Velyana
Safutri Luvia F Yopi Setiawan
Salsa Billa Khaila Ujang Wijayanto
Sri Wahyuni Neng siti paujiah
Sukma Winata Erlis Nurjamilah
Syailla Zakiah
Teori Dasar Pembuatan Keputusan Etis

1. Teleology
Teleology merupakan suatu doktrin yang
menjelaskan fenomena berdasarkan akibat yang
dihasilkan atau konsekuensi yang dapat terjadi.
Pendekatan ini sering disebut dengan ungkapan the end
justifies the means atau makna dari suatu tindakan
ditentukan oleh hasil akhir yang terjadi. Teori ini
menekankan pada pencapaian hasil dengan kebaikan
maksimal dan ketidakbaikan sekecil mungkin bagi
manusia (Kelly,1987).
2. Deontology (formalism)
Menurut kant, benar atau salah ditentukan
oleh hasil akhir atau konsekuensi dari suatu
tindakan, melainkan oleh nilai moralnya. Dalam
konteks disini perhatian difokuskan pada
tindakan melakukan tanggung jawab moral yang
dapat memberikan penentu apakah tindakan
tersebut secara moral benar atau salah.
Dalam menggunakan pendekatan teori ini, perawat tidak
menggunakan pertimbangan. Secara lebih luas, teori deontology
dikembangkan menjadi lima prinsip penting (Fry,1991 lih. Creasia,
1991), yaitu :

Kejujuran Otonomi

Keadilan

Kemurahan hati Ketaatan


Kerangka Pembuatan Keputusan Etis
Kemampuan membuat keputusan masalah etis
merupakan salah satu persyaratan bagi perawat untuk
menjalankan praktik keperawatan profesional (Fly, 1989).
Berbagai kerangka model pembuatan keputusan etis telah
dirancang oleh banyak ahli etika, menurut Fry meliputi :
1. Hal apakah yang membuat tindakan benar adakah
benar?
2. Jenis tindakan apakah yang benar?
3. Bagaimana atuaran-atauran dapat diterapkan pada
situasi tertentu?
4. Apakah yang dilakukan pada situasi tertentu?
Metode Jameton dapat digunakan untuk menyelesaikan
permasalahan etika keperawatan yang berkaitan dengan
asuhan keperawatan pasien. Kerangka Jameton, ditulis oleh
Fly (1991), terdiri dari enam tahap:
1. Idetifikasi masalah
2. Perawat harus mengumpulkan data tambahan
3. Perawat harus mengidentifikasi semua pilihan atau
alternatif secara terbuka kepada pembuat keputusan
4. Perawat harus memikirkan masalah etis secara
berkesinambungan
5. Pembuat keputusan harus membuat keputusan
6. Tahap akhir adalah melakukan tindakan dan mengkaji
keputusan dan hasil
Model Keputusan Bioetis

Tahap 1: Review situasi yang dihadapi untuk mendeterminasi


masalah kesehatan, keputusan yang dibutuhkan, komponen etis
individu keunikan.
Tahap 2: Kumpulkan informasi tambahan untuk memperjelas situasi.
Tahap 3: Identifikasi aspek etis dari masalah yang dihadapi.
Tahap4: Ketahui atau bedakan posisi pribadi dan posisi moral
profesional.
Tahap 5: Identifikasi posisi moral dan keunikan individu yang
berlainan.
Tahap 6: Identifikasi konflik-konflik nilai bila ada.
Tahap 7: Gali siapa yang harus membuat keputusan.
Tahap 8: Identifikasi rentang tindakan dan hasil yang diharapkan.
Tahap 9: Tentukan tindakan dan laksanakan.
Tahap 10: Evaluasi/review hasil dari keputusan/tindakan.
Kriteria Pengambilan Keputusan Yang
Etis
1. Pendekatan bermanfaat
2. Pendekatan individualisme
3. Konsep etika hak persetujuan bebas
 hak atas privasi
 hak kebebasan hati nurani
 hak untuk bebas berpendapat
 hak atas proses hak
 hak atas hidup dan keamanan
Faktor-faktor yang
Mempengaruhi
Pengambilan Keputusan

1. Tahap perkembangan moral


2. Lingkungan Organisasi
3. Tempat kedudukan kendali
Dasar Pengambilan Keputusan

1. Berdasarkan intuisi atau perasaan


2. Berdasarkan rasional atau masuk akal
3. Berdasarkan fakta
4. Berdasarkan pengalaman
5. Berdasarkan wewenang
Strategi Penyelesaian Permasalahan Etis

Salah satu cara menyelesaikan permasalahan


etis adalah dengan melakukan rounde (Bioethics
Rounds) yang melibatkan perawat dengan
dokter. Rounde ini tidak difokuskan untuk
menyelesaikan masalah etis tetapi lebih untuk
melakukan diskusi secara terbuka tentang
kemungkinan terdapat permasalahan etis.
Pembentukan dewan etik atau yang lazimnya
disebut Panitia Etika Rumah Sakit di Indonesia
baru dalam terap pengembangan, misalnya di
Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta.
Pengembangan panitia etik rumah sakit di
Indonesia mengacu pada Surat Keputusan Mentri
Kesehatan No. 640/Menkes/SK/X/1991 tentang
Majelis Pembinaan dan pengawasan Etika
Pelayanan Medis dan mengacu pada SK Direktur
Jenderal Pelayanan Medik No.
155/Yan.Med/RS.Umdik/YMD/II.92.
SIMPULAN

Pengambilan keputusan dalam penyelesaian masalah adalah kemampuan


mendasar bagi praktisi kesehatan, khususnya dalam asuhan keperawatan. Teori
teori dasar pembuatan etis digunakan dalam pembuatan keputusan, yaitu seperti
teleology dan deontology. Dalam membuat keputusan etis, ada beberapa unsur
yang mempengaruhi seperti nilai dan kepercayaan pribadi, Kode etik perawatan,
konsep moral perawatan dan prinsip-prinsip etis. Ada baiknya sebelum
mengambil keputusa mengacu pada prinsip-prinsip Autonomy, Non-malfeasance,
Beneficence, Justice, dan Fidelity.  Ada 3 kriteria dalam pengambilan keputusan
yaitu; Pendekatan bermanfaat (utilitarian approach), Pendekatan individualism,
dan konsep etika yang menjaga hak individu. Faktor yang pengambilan keputusan
yaitu; tahap perkembangan moral, lingkungan organisasi, dan tempat kedudukan
terkendali. Dasar pengambilan keputusan yaitu: berdasarkan intuisi atau perasaan,
berdasarkan rasional ataumasuk akal, berdasarkan fakta, berdasarkan pengalaman,
berdasarkan wewenang.

Anda mungkin juga menyukai