Anda di halaman 1dari 47

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PEMENUHAN
KEBUTUHAN PENGATURAN
SUHU TUBUH
Oleh:
Ns. Erik Kusuma, S.Kep., M.Kes
POKOK BAHASAN
 A. Konsep dasar pengaturan Suhu Tubuh:
1. Hipotalamus dan perannya dalam
pengaturan suhu tubuh.
2. Pengaturan Suhu Tubuh.
3. Produksi panas dan kehilangan
panas.
4. Hal-hal yang mempengaruhi
Pengaturan Suhu Tubuh.
 B. Proses Keperawatan dalam pemenuhan
kebutuhan pengaturan suhu tubuh :
1. Pengkajian.
2. Diagnosa Keperawatan pada gangguan
pengaturan suhu tubuh.
3. Tindakan keperawatan.
4. Evaluasi.
5. Dokumentasi.
A. Konsep Dasar pengaturan Suhu Tubuh
1. Hipotalamus dan perannya dalam pengaturan suhu
tubuh
Hipotalamus dan kelenjar pituitary terikat berdekatan
secara anatomi dan secara fungsional.
 Hipotalamus :

- Adalah area kecil pada otak dibawah ventrikel -3.


- Hipotalamus memanjang kebawah menuju
batang pituitary.
- Hipotalamus adalah area sentralis kecil dari
sel-sel syaraf yang dihubungkan sistem syaraf
otonom dengan kelenjar pituitary.
- Hipotalamus merupakan pusat yang penting
untuk mengintegrasikan fungsi-fungsi dasar
untuk individual.
 - Hipotalamus merupakan bagian sistem endokrin,
yang berikatan dekat dengan kelenjar pituitary yang
memberi masukan faktor-faktor kimiawi yang
mengalir kebawah salk pituitary ke dalam kelenjar
dan mengontrol aktivitas hormonal.

 - Hipotalamus merupakan pusat pengaturan suhu :


 Respon yang diaktifkan oleh dingin dikontrol
dari hipotalamus posterior.
 Respon diaktifkan oleh panas dikontrol dari
hipotalamus anterior
 2. Sistem pengaturan suhu tubuh :
 A. Sistem syaraf :
Pemanasan dan Pendinginan
di kulit :

Menstimulasi ujung syaraf

Respon

Menggigil untuk kedinginan


Berkeringat untuk kepanasan
 Lanjutan ……..
 Hipotalamus pada otak berespon terhadap suhu dari
darah yang mengalir.
Mengandung 2 pusat pengaturan suhu :
1. Berespon terhadap peningkatan suhu 
vasodilatasi  panas  menguap
2. Berespon terhadap penurunan suhu 
vasokonstriksi.
. Hipotalamus menerima stimulus dari talamus dan
melewati sistem syaraf otonom memodifikasi :
 Aktifitas pulmoner
 Sekresi keringat
 Aktifitas kelenjar/otot.
 B. Sistem Endokrin
 - Medula adrenal : dingin meningkatkan

sekresi adrenalin :  Menstimulasi


metabolisme  Meningkatkan panas
 - Kelenjar tiroid : dingin meningkatkan

sekresi tiroksin  meningkatkan


metabolisme  pembentukan panas.
Pemaparan panas menyebabkan :
- Peningkatan aliran darah melalui kulit.
- Meningkatkan pembentukan keringat
Pemaparan terhadap dingin menyebabkan :
- Menggigil
- Vasokonstriksi  pengaliran darah yang lebih dingin ke
hipotalamus.
- Sedikit darah mengalir ke kulit, sedikit kehilangan panas,
sedikit keringat
- Peningkatan sekresi adrenalin dan tiroksin

Pengaturan suhu tubuh dapat dipertimbangkan sbb:


1. Penutupan perifer (kulit, subcutan, jaringan subcutan, otot)
dan anggota gerak.
2. Inti bagian dalam (bagian dada, abdomen, tengkorak).

Suhu penutupan perifer dapat bervariasi, tetapi suhu pada inti


bag. dalam harus tetap dipertahankan konstan.
3. Produksi panas dan kehilangan panas :
Panas didapat melalui :
a. Pembentukan panas :
 panas dihasilkan oleh semua aktivitas metabolisme
dari tubuh
 Jumlah panas yang dihasilkan oleh otot-otot internal
(jantung, hepar, dll) hampir mendekati konstan.
 Jumlah panas yang dihasilkan oleh otot-otot skletal
bervariasi baik istirahat maupun latihan.
 Cara lain untuk menghasilkan panas :
1. Aktivitas otot
2. Shivering (menggigil).
3. Non shivering termogenesis (bayi)
 Lanjutan ….
b. Pengambilan panas dari lingkungan :
- Radiasi langsung dari matahari
- Radiasi yang direfleksiksn dari langit
- Makan-minum panas, mandi air panas.
- Udara panas/iklim panas
- Tanah yang berhubungan dengan
tubuh.
Kehilangan panas dengan 3 cara :
A. Dari Kulit :
- Radiasi : Kehilangan panas dalam bentukgelombang panas
infra merah (gelombang elektromagnetik). Tubuh manusia
menyebarkan gelombang panas kesegala jurusan. Bila
seseorang telanjang maka akan kehilangan 60% dari
kehilangan panas total.
- Konduksi : Adalah pemindahan panas secara langsung dari
tubuh ke suatu benda yang lebih dingin. Mis : tubuh pada
kursi besi, meja, tempat tidur dll. Termasuk udara dan air.
Bila seseorang telanjang maka akan kehilangan 3% dari
kehilangan panas total.
- Konveksi : adalah kehilangan panas dengan cara pergerakan
udara atau cairan. Pergerakan sesuai aliran udara/air yang
menerpa kulit (angin, kipas angin). Bila seseorang telanjang
maka kehilangan 15% dari kehilangan panas total.
- Evaporasi (penguapan) : Penguapan terjadi melalui
permukaan kulit, jalan nafas (hidung, mulut, paru).
Pada orang yang mempunyai kelainan pada kelenjar
keringat, maka tahan terhadap suhu dingin dan pasien
merasa kepanasan. Bila seseorang telanjang maka
akan kehilangan 22% dari kehilangan panas total

B. Dari dalam udara expirasi : panas terikat dengan


butir-butir air pada suhu tubuh.
C. Dari dalam urine dan faeces.
Pengendalian suhu oleh evaporasi air dari kulit ada 2 cara :
a. Respirasi insensible :
Lebih kurang 240 cc air berdifusi melalui kulit selama 24 jam.
Disebut insensibel karena kehilangan ini tidak dapat
dirasakan dan tidak dapat terlihat. Proses difusi ini
berlangsung terus dan tidak terpengaruh banyak oleh
lingkungan. Lebih dari 140 kalori panas hilang dengan cara
ini dalam 24 jam.
b. Keringat :
Mengandung Na Cl, urea dan asam laktat dalam cairan yang
terlarut. Cairan disekresi dari kelenjar keringat dan
menyebar ke seluruh kulit. Keringat disekresi sebagai akibat
dari dilatasi pembuluh kulit dibawah pengaruh syaraf,
hipotalamus, cortek cerebral dan bagian-bagian lain di SSP.
Berkeringat meningkat oleh karena :
- Peningkatan suhu tubuh.

- Keadaan emosional

- Latihan

- Pingsan, mual, muntah, rendahnya kadar gula darah.

Keringat yang dikeluarkan dalam suhu panas tinggi


sebanyak :
- 1,7 liter : 1000 kilo kalori/hilang dalam 1 jam

- 12 liter : 7000 kilo kalori/hilang dalam 24 jam


4. Hal-hal yang mempengaruhi pengaturan suhu tubuh
(Kelainan pengaturan suhu tubuh)

Batasan normal suhu tubuh: - Dipertahankan antara


36-37.5 der.C. – Ada kenaikan 0,5 der C. pada saat
terjadi ovulasi
Demam
Adalah peningkatan titik patokan (set poin) suhu di
hipotalamus. Dengan peningkatan titik patokan, maka
hipotalamus mengirim sinyal untuk meningkatkan
suhu tubuh. Penyebab demam : adanya bakteri, tumor
otak, keadaan lingkungan dengan serangan demam.
Temperatur tubuh di berbagai
keadaan (E.F.Dubois, 1948) :
 Suhu >44  Batas atas bertahan hidup
 Suhu 42-44 Pengaruh temperatur mengalami gangguan
serius.
 Lesi pada otak

 Suhu 40-42 Terapi demam segera


 Suhu 38-40 Pengaruh temperatur pada demam
 Demam/kerja fisik

 Suhu 36-38 Keadaan sehat


 Batas normal

 Suhu 30-36 Ada gangguan temperatur


 Suhu < 28  Pengaruh tem. Hilang
 Batas bertahan hidup
 Patogenesis Demam:
Endotoksin, Peradangan
Rangsangan pirogenik lain

Monosit, Makropak, sel Kupffer


Sitokin
Hipotalamus

Prostaglandin

Peningkatan Titik Suhu

Demam
 Demam terjadi 3 tahapan :
1. Suatu serangan menggigil : Menggigil yang hebat
disebut rigor. Pembuluh darah kulit berkonstriksi
dan kehilangan panas dikurangi sampai batas
maksimal.
2. Suhu meningkat : pembuluh darah kulit berdilatasi
 proses metabolisme dipercepat dan terdapat
pembentukan panas yang lebih besar.
3. Suhu menurun, panas yang hilang menjadi lebih
besar dari panas yang dibentuk  keringat banyak.
 Hipotermia :
- Adalah penurunan panas yang berlebihan
- Dapat terjadi bila seorang terpapar pada kondisi extrem
- Orang telanjang mengalami defisiensi sekresi hormon tiroid.
Dapat menyebabkan kematian pada bayi, usila.
- Hipotermi merupakan pembentukan yang tidak disengaja
pada kegiatan tertentu oleh pendingin darah/kulit untuk
mengurangi proses metabolisme sampai batas minimum.
- Hipotermi buatan ;
@ Memberikan sedatif untuk menekan aktifitas pengaturan
suhu hipotalamus  dalam operasi.
@Mendinginkan dengan es (beku: fros bite), dapat terjadi
kerusakan permanen jaringan.
B. Proses Keperawatan dalam
Pengaturan Suhu
1. Pengkajian Data Dasar (Doengus, 1999)
Data tergantung pada :
- Tipe, lokasi, durasi, proses infeksi pada organ terkena
Pengkajian pada Peningkatan Suhu :
- Aktifitas/Istirahat :
 Gejala : malaise
- Sirkulasi :
 Tanda :
- tekanan darah normal
- denyut perifer kuat, cepat (perifer hiperdinamik),
lemah/hilang/takikardia ekstrem (syok)
- Suara jantung : disritmia (disfungsi miocard, efek
asidosis/tidak ada keseimbangan elektrolit.
- Eleminasi: gejala  diare
- Makanan/cairan :
Gejala : anoreksia, mual, muntah
Tanda : penurunan BB, penurunan lemak subcutan
- Neurosensori :
Gejala : sakit kepala, pusing, pingsan
Tanda : gelisah, ketakutan, kacau mental,
disorientasi, delirium/coma.
- Nyeri/kenyamanan :
Gejala : kejang abdominal, lokalisasi, rasa sakit
urtikaria/pruritis umum.
- Pernafasan :
Gejala : Takipnea dengan penurunan kedalaman
pernafasan.
Tanda :- Suhu meningkat (>37.5 der.C)
normal (lansia)
sub normal (< 36,5 der. C)
- Menggigil
- Luka yang sulit/lama sembuh
drainase purulen (nanah) lokasi eritema
- Ruam eritema.
- Seksualitas :
Gejala : pruritis perianal. Baru saja aborsi.
Tanda : maserasi vulva, skret vagina.
- Penyuluhan :
Gejala : - Masalah kes. Kronis/melemah
- Menjalani post operasi
- Penggunaan antibiotika
Rencana Pemulangan : Bila dengan perawatan
di rumah, perawatan diri dll.
Pemeriksaan Diagnostik :
1. Kultur (luka, sputum, urune, darah)
- Mengidentifikasi organisme penyebab demam/radang.
- Untuk menentukan obat yang efektif.
2. Sel darah putih :
- Leucopenia (penurunan SDP) sebelumnya
- Leucositosis ( 15.000 – 30.000)
3. Elektrolit serum :
- Ketidakseimbangan elektrolit  asidosis, perpindahan
cairan, perubahan fungsi ginjal.
4. Glukose serum :
- Sebagai respon dari puasa  perubahan seluler dalam
metabolisme.
5. Urinalisis : bakteri penyebab infeksi.
Diagnosa Keperawatan :
1. Resiko tinggi infeksi b/d :
- Penurunan sistem tubuh
- Kegagalan untuk mengenal dan mengatasi infeksi
- prosedur infasif
- Nosokomial.
2. Hipertermi b/d :
- Peningkatan metabolisme/penyakit
- Dehidrasi
- Efek langsung dari sirkulasi endotosin pada hipotalamus
3. Resiko Tinggi kekurangan cairan b/d :
- Peningkatan pada vasodilatasi
- Permeabilitas kapiler/kebocoran cairan ke dalam lokasi
interstisiil.
4. Resiko tinggi Pertukaran Gas b/d :
- Perubahan suplai O2  efek endotoksin pada pusat
pernafasan di medulamenyebabkan hipo/hiperventilasi
- Perubahan aliran darah (perubahan tahnan vaskuler)
- Perubahan membran kapiler (peningkatan permeabilitas
kapiler)
- Terganggunya pengiriman O2 di dalam jaringan (endotoxin
menyebabkan kerusakan di dalam sel/kapiler.
5. Kurang pengetahuan mengenai penyakit, prognosis dan
kebutuhan pengobatan b/d :
- Kesalahan interpretasi informasi
- Keterbatasan kognitif
Adanya pertanyaan-pertanyaan, tidak taat mengikuti instruksi.
Rencana Keperawatan
1. Resiko tinggi infeksi
Tujuan/kriteria hasil :
- Menunjukkan penyembuhan seiring
perjalanan waktu
- Bebas dari sekresi purulen, bebas dari
febris.
 INTERVENSI  RASIONAL
- Berikan isolasi/pantau - Isolasi luka/linen dan
pengunjung sesui dengan mencuci tangan untuk
indikasi drainase luka/pembatasan
pengunjung dibutuhkan
untuk melindungi pasien
dan mengurangi
kemungkinan infeksi.

- Cuci tangan sebelum dan - Mengurangi kontaminasi


sesudah melakukan tindakan silang
- Dorong pasien untuk
menutup mulut dan hidung
pad waktu batuk/bersin. - Mencegah penyebaran
infeksi melalui droplet
infeksi.
- Batasi penggunaan - Mengurang jumlah lokasi
alat/prosedur infasif jika yang dapat menjadi tempat
memungkinkan masuknya organisme.
- Mencegah masuknya
- Gunakan tehnik steril pada bakteri, mengurangi resiko
waktu penggantian infeksi nosokomial.
balutan/penghisapan/berikan
lokasi perawatan, misalnya
infus, kateter. - Mencegah penyebaran
- Menggunakan sarung infeksi/kontaminasi.
tangan dalam perawatan
luka
- Pantau suhu tubuh
- Demam 38.5 C-40 C efek
endotoksinpada hipotalamus
- Hipotermi  tanda
penurunan perfusi jaringan
- Amati adanya menggigil - Menggigil seringkali
dan diaforesis mendahului memuncaknya
suhu adanya infeksi umum

- Kolaborasi pemeriksaan - Identifikasi terhadap portal


spesimen urine, darah, entry dan organisme
sputum, luka dalam penyebab radang, penting
pewarnaan gram, kultur dalam pengobatan

- Berikan obat anti infeksi - Dapat


sesuai petunjuk. membasmi/memberikan
imunitas sementara untuk
infeksi umum/penyakit
khusus
 2. Hipertermia
Tujuan/kriteria hasil:
- Suhu dalam batas normal
- Bebas dari kedinginan
- Tidak mengalami komplikasi
INTERVENSI  RASIONAL
- Pantau suhu pasien - Suhu 38.9C-41.1C menunjukkan
(derajad dan pola), proses penyakit infeksius kut.
perhatian menggigil/ Pola demam dapat dibantu dalam
diaforesis.
diagnosis. Demam lanjut lebih 24
jam menunjukkan pneumonia.
Demam skarlet (tipoid). Demam
remiten(infeksi paru). Deman
intermiten (kembali normal dalam
24 jam), endokarditis, TB.
Menggigil mendahului puncak
suhu. Penggunaan antipiretik
mengubah pola demam. Bila
demam tetap lebih dari 38,9C.
- Pantau suhu -Suhu ruangan dirubah untuk
lingkungan sesuai mempertahankan suhu
indikasi mendekati normal.
- Berikan kompres - Dapat membantu mengurangi
mandi hangat, demam. Penggunaan air
hindari penggunaan es/alkohol mungkin
alkohol. menyebabkan kedinginan,
peningkatan suhu secara
aktual. Alkohol dapat
- Kolaborasi mengeringkan kulit
memberikan anti - Untuk mengurangi demam
piretik, mis ;aspirin, aksi sentral hipotalamus
dll. membatasi pertumbuhan
microorganisme
3. Resiko Tinggi kekurangan cairan
Tujuan/kriteria hasil :
- Mempertahankan volume sirkulasi adekwat
dengan tanda vital dalam batas normal, nadi perifer
teraba keluaran urine adekwat.
INTERVENSI RASIONAL
- Ukur dan catat keluaran - Penurunan keluaran urine
urine dan berat jenis. Catat dan berat jenis akan
ketidakseimbangan dan menyebabkan hipovolemia.
keluaran komulatif dan Keseimbangan cairan dengan
hubungannya dengan BB penambahan BB, dapat
setiap hari. Dorong masukan mengindikasikan edema.
cairan oral sesuai toleransi
INTERVENSI RASIONAL
Pantau tekanan darah dan
- -Pengurangan dalam sirkulasi
denyut jantung, ukur CVP volume cairan dapat
mengurangi tekanan darah/CVP
-Denyut lemah, mudah hilang

Palpasi denyut perifer


-
dapat menyebabkan
hipovolemia.

-Hipovolemia memperkuat
-Kaji membran mukosa kering tanda-tanda dehidrasi
turgor kulit yang kurang baik,
rasa haus.
INTERVENSI RASIONAL

Amati edema perifer


- Kehilangan cairan dari
-

kompartemen vaskuler ke
dalam ruang interstitial akan
menyebabkan edema jaringan.
-Kolaborasi pemberian cairan
IV.
-Beberapa cairan dibutuhkan
untuk mengatasi hipovolemia,
meningkatkan permebelitas
kapiler

Pantau nilai laboratorium


- -Mengevaluasi perubahan di
dalam hidrasi.
4. Resiko Tinggi pertukaran gas
Tujuan/kriteria hasil :
- Menunjukkan GDA dan pernafasan dalam batas normal,
bunyi nafas bersih.
- Tidak mengalami dispnea/sianosis

INTERVENSI RASIONAL

- Pertatahankan jalan nafas. - Meningkatkan ekspansi paru,


Tempatkan pasien pada posisi upaya pernafasan.
yang nyaman dengan kepala
pada tempat tidur tinggi.
INTERVENSI RASIONAL
Pantau frekensi dan
- -Pernafasan cepat/dangkal karena
kedalaman pernafasan. Catat hipoksemia, stres dan sirkulasi
penggunaan otot aksesori endotoksin. Hipoventilasi sebagai
upaya untuk bernafas mekanisme kompensasi yang tidak
efektif dan merupakan indikasi
diberikan ventilitator.
- Sebagai bersihan pulmonal yang
-Ubah posisi, dorong untuk
baik untuk mengurangi
batuk dan latihan nafas
ketidakseimbangan ventilasi
dalam.
memobilisasi dan memudahkan
pembuangan sekresi, dalam
memaksimalkan pertukaran gas
INTERVENSI RASIONAL
-Kolaborasi dalam memberikan -Diperlukan untuk mengoreksi
O2 tambahan dengan jalur yang hipoksemia dengan
sesuai : menggagalkan asidosis
Kanul nasal respiratorik.
Masker dll.

- Tinjau sinar x dada -Perubahan menunjukkan


komplikasi pulmonal.
Misal ; edema.
5. Kurang Pengetahuan :
Tujuan/kriteria hasil :
- Menunjukkan pemahaman proses penyakit dan

prognosis
- Dengan tepat menunjukkan prosedur yang

diperlukan dan menjelaskan rasional dari


tindakan.
- Memulai perubahan gaya hidup yang

diperlukan.
- Ikut serta dalam program pengobatan.
INTERVENSI RASIONAL
-Tinjau proses penyakit dan -Memberikan pengetahuan

harapan masa depan. dasar dimana pasien dapat


membuat pilihan.
- Tinjau faktor resiko individual -Terapi glukokortikoid

dan bentuk penularan tempat disfungsi ginjal/hati, penyakit


masukknya infeksi neoplastik, jantung rematik,
DM dapat mencetuskan
septisemia. Berikan informasi
tindakan protektif.
-Berikan informasi mengenai
- Meningkatkan pemahaman
terapi obat-obatan, interaksi, dan kerja sama dalam
efek samping dan pentingnya penyembuhan dan mengurangi
ketaatan pada program resiko kambuhnya/ komplikasi.
INTERVENSI RASIONAL
-Diskusikan kebutuhan untuk Perlu penyembuhan optimal dan
-

pemasukan nutrisi yang kesejahteraan umum


tepat/seimbang.
-Tinjau perlunya kesehatan pribadi - Membantu mengontrol lingkungan
dan kebersihan lingkungan dengan mengurangi jumlah bakteri
patogen yang ada.
-Identifikasi tanda-tanda/gejala yang - Pengenalan dini dari

membutuhkan evaluasi perkembangan/kambuhnya infeksi


medis,mis:peningkatan suhu menetap, akan memungkinkan intervensi dan
takhikardi,anoreksia mengurangi resiko perkembangan
kearah situasi yang membahayakan
jiwa
-Penggunaan pencegahan terhadap
-Tekankan pentingnya imunisasi
infeksi
propilaktik/terapi antibiotik sesuai
kebutuhan

Anda mungkin juga menyukai