Anda di halaman 1dari 13

Disusun Oleh :

-Gilang Wahyu
-Juliana R
-M. Aldi Syaputra
-Sely Oktaviantri
-Winda Wulandari
Penjaminan mutu adalah proses penetapan dan
pemenuhan standar mutu pengelolaan secara
konsisten dan berkelanjutan, sehingga
konsumen, produsen, dan pihak lain yang
berkepentingan memperoleh kepuasan. Khusus
pelayanan kesehatan penjaminan mutu
pelayanan kesehatan adalah proses penetapan
dan pemenuhan standar mutu pengelolaan
pelayanan kesehatan secara konsisten dan
berkelanjutan, sehingga stakeholders
memperoleh kepuasan (Suryadi,2009).
Pengertian mutu pelayanan kesehatan bersifat
multi-dimensional yang berarti mutu dilihat dari
sisi pemakai pelayanan kesehatan dan
penyelenggara pelayanan kesehatan (Azwar,
1996).
Menurut Departemen Kesehatan RI (1998), mutu
pelayanan didefinisikan sebagai suatu hal yang
menunjukkan kesempurnaan pelayanan
kesehatan, yang dapat menimbulkan kepuasan
klien sesuai dengan tingkat kepuasan penduduk
serta pihak lain, pelayanan yang sesuai dengan
kode etik dan standar pelayanan yang profesional
yang telah ditetapkan.
Windy (2009), menyatakan bahwa dimensi
mutu dalam pelayanan keperawatan terbagi
menjadi 5 macam, diantaranya:
Tangible ( Bukti
Reliability (keandalan)
Langsung)

Responsiveness
(ketanggapan)

Assurance (jaminan Empati


kepastian)
Donabedian (1987, dalam Wijono 2000) mengatakan bahwa struktur
merupakan masukan (input) yang meliputi sarana fisik
perlengkapan/peralatan, organisasi, manajemen, keuangan, sumber daya
manusia dan sumber daya lainnya dalam fasilitas keperawatan.

Donabedian (1987, dalam Wijono 2000) menjelaskan bahwa pendekatan


ini merupakan proses yang mentransformasi struktur (input) ke dalam
hasil (outcome). Proses adalah kegiatan yang dilaksanakan secara
profesional oleh tenaga kesehatan (perawat) dan interaksinya dengan
pasien.

Pendekatan ini adalah hasil akhir kegiatan dan tindakan perawat


terhadap pasien. Dapat berarti adanya perubahan derajat kesehatan dan
kepuasan baik positif maupun negatif. Sehingga baik tidaknya hasil dapat
diukur dari derajat kesehatan pasien dan kepuasan pasien terhadap
pelayanan perawatan
 Quality Assurance (Jaminan Mutu)
 Continuous Quality
Improvement (Peningkatan Mutu
Berkelanjutan)
 Total quality manajemen (TQM)
1. Konsep POA ( Plan Of Action )
Perencanaan adalah menetapkan hal-hal yang
akan datang dan tidak akan dilakukan pada
menit, jam atau waktu yang akan datang.
Perencanaan merupakan jembatan antara
dimana kita sekarang dengan dimana kita saat
yang akan datang. Perencanaan merupakan
proses intelektual yang didasarkan pada fakta
dan informasi, bukan emosi dan harapan
(Douglas, 1992; Gillies, 1994).
Dalam penerapannya, Plan of Acton (POA) harus
baik dan efektif agar kegiatan program yang
direncanakan dapat dijalankan sesuai dengan
tujuan. Berikut ini beberapa kriteria Plan of
Acton (POA) dikatakan baik, antara lain:
spesifik
relevant

measurble
timely

attainable
1. Mengidentifikasi masalah dengan pernyataan
masalah (Diagram 6 kata: What, Who, When,
Where, Why, How).
2. Setelah masalah diidentifikasi, tentukan solusi
apa yang bisa dilakukan.
3. Menyusun Rencana Usulan Kegiatan (RUK)
4. Bersama-sama dengan pihak yang
berkepentingan menguji dan melakukan validasi
rencana kegiatan untuk mendapatkan
kesepakatan dan dukungan (Yuan,2016).
1. Model Evidence Based Practice
Model Stetler
Model Stetler dikembangkan pertama kali tahun 1976
kemudian diperbaiki tahun 1994 dan revisi terakhir
2001. Model ini terdiri dari 5 tahapan dalam
menerapkan Evidence Base Practice Nursing.
-Tahap persiapan
-Tahap validasi
-Tahap evaluasi perbandingan/pengambilan keputusan
-Tahap translasi atau aplikasi
-Tahap evaluasi
model Evidence Based Practice
Trigger bisa berupa knowledge Change yang terdiri dari 6
focus atau problem focus. Jika langkah yaitu:
 Tahap 1: mengkaji kebutuhan
masalah yang ada menjadi
prioritas organisasi, maka untuk perubahan praktis
 Tahap 2: tentukkan evidence
baru dibentuklah tim. Tim
terdiri atas dokter, perawat terbaik
 Tahap 3: kritikal analisis
dan tenaga kesehatan lain
yang tertarik dan paham evidence
 Tahap 4: design perubahan
dalam penelitian. Langkah
berikutnya adalah dalam praktek
 Tahap 5: implementasi dan
minsintesis bukti-bukti yang
ada. Apabila bukti yang kuat evaluasi perubahan
 Tahap 6: integrasikan dan
sudah diperoleh, maka
segera dilakukan uji coba dan maintain perubahan dalam
hasilnya harus dievaluasi dan praktek
di diseminasikan.
Mengapa EBP penting untuk praktik keperawatan:
 Memberikan hasil asuhan keperawatan yang lebih
baik kepada pasien
 Memberikan kontribusi perkembangan ilmu
keperawatan
 Menjadikan standar praktik saat ini dan relevan
 Meningkatkan kepercayaan diri dalam mengambil
keputusan
 Mendukung kebijakan dan rosedur saat ini dan
termasuk menjadi penelitian terbaru
 Integrasi EBP dan praktik asuhan keperawatan sangat
penting untuk meningkatkan kualitas perawatan pada
pasien

Anda mungkin juga menyukai