1. Bioetik
Bioetika merupakan studi filosofi yang mempelajari tentang kontroversi dalam etik,
menyangkut masalah biologi dan pengobatan.
Lebih lanjut, bioetika difokuskan pada pertanyaan etik yang muncul tentang hubungan antara
ilmu kehidupan, bioteknologi, pengobatan, politik, hukum, dan theology.
Pada lingkup yang lebih sempit, bioetik merupakan evaluasi etika pada moralitas treatment
atau inovasi teknologi, dan waktu pelaksanaan pengobatan pada manusia.
Pada lingkup yang lebih luas, bioetik mengevaluasi pada semua tindakan moral yang mungkin
membantu atau bahkan membahayakan kemampuan organisme terhadap perasaan takut dan
nyeri, yang meliputi semua tindakan yang berhubungan dengan pengobatan dan biologi.
Isu dalam bioetik antara lain : peningkatan mutu genetik, etika lingkungan, pemberian
pelayanan kesehatan.
Clinical ethics/Etik klinik
1. Utilitarisme
Sesuai dengan namanya Utilitarisme berasal dari kata utility dengan
bahasa latinnya utilis yang artinya “bermanfaat”. Teori ini menekankan
pada perbuatan yang menghasilkan manfaat, tentu bukan sembarang
manfaat tetapi manfaat yang banyak memberikan kebahagiaan kepada
banyak orang. Teori ini sebelum melakukan perbuatan harus sudah
memikirkan konsekuensinya terlebih dahulu.
2. Deontologi
Deontology berasal dari kata deon dari bahasa yunani yang artinya
kewajiban. Teori ini menekankan pada pelaksanaan kewajiban. Suatu
perbuatan akan baik jika didasari atas pelaksanaan kewajiban, jadi selama
melakukan kewajiban sudah melakukan kebaikan. Teori ini tidak terpatok
pada konsekuensi perbuatan dengan kata lain teori ini melaksanakan
terlebih dahulu tanpa memikirkan akibatnya. (Aprilins, 2010)
PRINSIP-PRINSIP ETIK
1. Otonomi (Autonomy)
Otonomi merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri.
Praktek profesional merefleksikan otonomi saat perawat menghargai hak-hak klien dalam
membuat keputusan tentang perawatan dirinya.
2. Berbuat baik (Beneficience)
Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang baik. Kebaikan, memerlukan pencegahan
dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan kesalahan atau kejahatan dan peningkatan
kebaikan oleh diri dan orang lain.
3. Keadilan (Justice)
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terpai yang sama dan adil terhadap orang lain yang
menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan.
4. Tidak merugikan (Nonmaleficience)
Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis pada klien.
5. Kejujuran (Veracity)
Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini diperlukan oleh pemberi pelayanan
kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap klien dan untuk meyakinkan bahwa
klien sangat mengerti.
6. Menepati janji (Fidelity)
Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan komitmennya terhadap orang
lain.
7. Karahasiaan (Confidentiality)
Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga privasinya.
Segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan klien hanya boleh dibaca
dalam rangka pengobatan klien.
DILEMA ETIK
seorang Ibu W baru akan melahirkan seoarang bayi di RS tipe C tetapi karena kodisi medis yang
tidak normal seperti ibu kebanyakan maka dokter menyaran agar proses kelahiran agar
menggunakan jalan SC. Prosedur SC pun berhasil dan bayi pun lahir tetapi dalam kedaan BBLR.
Dalam keadaan tersebut dokter menyarankan kepada Bidan agar bayi begitu lahir jangan di lakukan
IMD.
Setelah itu dokter menyarankan bila nanti ASI ibu kurang maka harus segera di beri susu formula yang
sudah di sediakan oleh RS dan keluarga justru mendukung RS karena tidak tega kepada bayinya. Benar
saja ASI ibu kurangdan bayi menangis terus mungkin lapar. Sehingga ibu tersebut dengan terpaksa
memberikan susu formula padahal ibu tersebut memiliki keinginan ASI eks selama 6 bulan. Sudah
menjadi sebuah prosedure dan kewajiban bahwa setiap pasien mendapat hak untuk di beri konseling
oleh Nutritionis di RS tersebut dan Ibu W sangat masih berharap agar bayinya bs di beri ASI.
Dari Kasus di atas bila anda adalah Nutrisionis di RS tersebut maka bagaimana cara anda
memberikan konseling pada pasien tersebut?
Berdasarkan pendekatan model Megan, maka kasus dilema etik
1. Mengkaji situasi
Dalam hal ini perawat harus bisa melihat situasi, mengidentifikasi masalah/situasi dan
menganalisa situasi. Dari kasus diatas dapat ditemukan permasalahan atau situasi sebagai
berikut :
Ibu W menggunakan haknya sebagai ibu untuk bias memberikan ASI secara penuh terhadap
bayinya.
Rasa kasih sayang keluarga kepada bayi agar tidak merasa kelaparan dan mendapat asupan
makanan yang baik mendorong penggunaan susu formula
Nutrisionis merasa bingung dan dilema karena harus tetap pada teori ASI eks atau
menyarankan susu formula
2. Mendiagnosa Masalah Etik Moral
Berdasarkan kasus dan analisa situasi diatas maka bisa menimbulkan permasalahan etik
moral jika justru Nutrisionis justru memberikan saran yang bertentangan dengan ideologi
gizi yaitu Asi Eks di gantikan oleh susu formula dengan merk tertentu.
3.Membuat Tujuan dan Rencana Pemecahan
Hal tersebut bertujuan agar ibu W mendapat pengetahuan secara umum bukan tentang ASI eks
sehingga ibu W paham mengenai asupan apa saja yang harus di terima oleh bayi selain dari
ASI.
Ketika jalanya proses konseling bila ibu W menanyakan tentang ASI eks maka Nutrisionis bs
menjelaskan bahwa Asi eks tidak selamanya terbaik.
Alternatif ini tetap memiliki kelemahan
yaitu Nutrisionis tidak memberikan
informasi yang dibutuhkan ibu W terkait
penting ASI eks sehingga tidak jujur saat
itu walaupun pada akhirnya Nutrisionis
tersebut akan menginformasikan yang
sebenarnya jika situasinya sudah tepat.
Ketidakjujuran merupakan suatu bentuk
pelanggaran kode etik Nutrisionis.
2. Nutrisionis akan tetap memberikan konseling pentingnya ASI eks kepada pasien dan
keluarga pasien tetapi di sesuaikan dengan keadaan Ibu W sehingga bayi tetap di beri Asi
meskipun tidak Eks lagi.
Alternatif ini bertujuan supaya Ibu W merasa dihargai dan dihormati haknya sebagai
pasien serta nutrisionis tetap tidak melanggar etika ahli gizi. Hal ini juga dapat berdampak
pada psikologisnya dan proses kedepanya nanti dalam memberikan ASI karena keluarga
pun ikut teredukasi dalam hal ASI eks.
Kendala-kendala yang mungkin timbul :
Rencana rencana bias didiskusikan oleh tim gizi RS supaya tidak ada pelanggaran Kode Etik.
Dalam mengambil keputusan pada pasien dengan dilema etik harus berdasar pada prinsip-
prinsip moral yang berfungsi untuk membuat secara spesifik apakah suatu tindakan
dilarang, diperlukan atau diizinkan dalam situasi tertentu ( John Stone, 1989 ), yang
meliputi :
a. Autonomy / Otonomi
Nutrisionis menghargai apa yang menjadi keputusan pasien dan keluarganya tapi ketika pasien
menuntut haknya dan keluarganya tidak setuju maka harus mengutamakan hak Ibu W tersebut
untuk mendapatkan informasi tentang ASI eks
Benefesience / Kemurahan Hati
Prinsip ini mendorong nutrisionis
untuk melakukan sesuatu hal atau
tindakan yang baik dan tidak
merugikan ibu W Sehingga
Nutrisionis bisa memilih diantara 2
alternatif diatas mana yang paling
baik dan tepat untuk ibu W
Justice / Keadilan
Nutrisionis harus menerapkan prinsip moral adil
dalam melayani pasien. Adil berarti ibu W
mendapatkan haknya sebagaimana pasien yang
lain juga mendapatkan hak tersebut yaitu
memperoleh informasi tentang ASI eks secara jelas
sesuai dengan konteksnya/kondisinya.
Nonmaleficience / Tidak merugikan