Anda di halaman 1dari 35

Dilema Etik Tenaga Kesehatan

 Etik adalah norma-norma yang menentukan baik-buruknya


tingkah laku manusia, baik secara sendirian maupun
bersama-sama dan mengatur hidup ke arah tujuannya
( Pastur scalia, 1971 ).
 Etika juga berasal dari bahasa yunani, yaitu Ethos, yang
menurut Araskar dan David (1978) berarti ” kebiasaaan ”.
”model prilaku” atau standar yang diharapkan dan kriteria
tertentu untuk suatu tindakan.
 Penggunaan istilah etika sekarang ini banyak diartikan
sebagai motif atau dorongan yang mempengaruhi prilaku.
(Mimin. 2002).
 Dari pengertian di atas, etika adalah ilmu tentang
kesusilaan yang menentukan bagaimana sepatutnya
manusia hidup di dalam masyarakat yang
menyangkut aturan-aturan atau prinsip-prinsip
yang menentukan tingkah laku yang benar, yaitu :
baik dan buruk serta kewajiban dan tanggung
jawab
Tipe Tipe Etika

 1.    Bioetik
Bioetika merupakan studi filosofi yang mempelajari tentang kontroversi dalam etik,
menyangkut masalah biologi dan pengobatan.
 Lebih lanjut, bioetika difokuskan pada pertanyaan etik yang muncul tentang hubungan antara
ilmu kehidupan, bioteknologi, pengobatan, politik, hukum, dan theology.
 Pada lingkup yang lebih sempit, bioetik merupakan evaluasi etika pada moralitas treatment
atau inovasi teknologi, dan waktu pelaksanaan pengobatan pada manusia.
 Pada lingkup yang lebih luas, bioetik mengevaluasi pada semua tindakan moral yang mungkin
membantu atau bahkan membahayakan kemampuan organisme terhadap perasaan takut dan
nyeri, yang meliputi semua tindakan yang berhubungan dengan pengobatan dan biologi.
 Isu dalam bioetik antara lain : peningkatan mutu genetik, etika lingkungan, pemberian
pelayanan kesehatan.
Clinical ethics/Etik klinik

 Etik klinik merupakan bagian dari bioetik yang


lebih memperhatikan pada masalah etik selama
pemberian pelayanan pada klien.
 Contoh clinical ethics : adanya persetujuan atau
penolakan, dan bagaimana seseorang sebaiknya
merespon permintaan medis yang kurang
bermanfaat (sia-sia).
TEORI ETIK

 1.    Utilitarisme
Sesuai dengan namanya Utilitarisme berasal dari kata utility dengan
bahasa latinnya utilis yang artinya “bermanfaat”. Teori ini menekankan
pada perbuatan yang menghasilkan manfaat, tentu bukan sembarang
manfaat tetapi manfaat yang banyak memberikan kebahagiaan kepada
banyak orang. Teori ini sebelum melakukan perbuatan harus sudah
memikirkan konsekuensinya terlebih dahulu.

 2.    Deontologi
Deontology berasal dari kata deon dari bahasa yunani yang artinya
kewajiban. Teori ini menekankan pada pelaksanaan kewajiban. Suatu
perbuatan akan baik jika didasari atas pelaksanaan kewajiban, jadi selama
melakukan kewajiban sudah melakukan kebaikan. Teori ini tidak terpatok
pada konsekuensi perbuatan dengan kata lain teori ini melaksanakan
terlebih dahulu tanpa memikirkan akibatnya. (Aprilins, 2010)
PRINSIP-PRINSIP ETIK
1. Otonomi (Autonomy)
Otonomi merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri.
Praktek profesional merefleksikan otonomi saat perawat menghargai hak-hak klien dalam
membuat keputusan tentang perawatan dirinya.
2. Berbuat baik (Beneficience)
Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang baik. Kebaikan, memerlukan pencegahan
dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan kesalahan atau kejahatan dan peningkatan
kebaikan oleh diri dan orang lain.
3. Keadilan (Justice)
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terpai yang sama dan adil terhadap orang lain yang
menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan.
4. Tidak merugikan (Nonmaleficience)
Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis pada klien.
5. Kejujuran (Veracity)
Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini diperlukan oleh pemberi pelayanan
kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap klien dan untuk meyakinkan bahwa
klien sangat mengerti.
6. Menepati janji (Fidelity)
Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan komitmennya terhadap orang
lain.
7. Karahasiaan (Confidentiality)
Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga privasinya.
Segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan klien hanya boleh dibaca
dalam rangka pengobatan klien.
DILEMA ETIK

 Dilema etika adalah situasi yang dihadapi


seseorang dimana keputusan mengenai
perilaku yang layak harus di buat. (Arens
dan Loebbecke, 1991: 77). Untuk itu
diperlukan pengambilan keputusan untuk
menghadapi dilema etika tersebut.
Enam pendekatan dapat dilakukan orang yang
sedang menghadapi dilema
 1.    Mendapatkan fakta-fakta yang relevan
 2.    Menentukan isu-isu etika dari fakta-fakta
 3.    Menentukan siap dan bagaimana orang atau kelompok yang
dipengaruhi dilemma
 4.    Menentukan alternatif yang tersedia dalam memecahkan dilema
 5.    Menentukan konsekwensi yang mungkin dari setiap alternative
 6.    Menetapkan tindakan yang tepat
Dengan menerapkan enam pendekatan
tersebut maka dapat meminimalisasi atau
menghindari rasionalisasi perilaku etis yang
meliputi:
 (1) semua orang melakukannya,
 (2) jika legal maka disana terdapat keetisan
 (3) kemungkinan ketahuan dan
konsekwensinya.
 Pada dilema etik ini sukar untuk menentukan yang benar
atau salah dan dapat menimbulkan stress pada perawat
karena dia tahu apa yang harus dilakukan, tetapi banyak
rintangan untuk melakukannya.
 Dilema etik biasa timbul akibat nilai-nilai perawat, klien
atau lingkungan tidak lagi menjadi kohesif sehingga timbul
pertentangan dalam mengambil keputusan.
 Menurut Thompson & Thompson (1981 ) dilema etik
merupakan suatu masalah yang sulit dimana tidak ada
alternatif yang memuaskan atau situasi dimana alternatif
yang memuaskan atau tidak memuaskan sebanding. 
Kerangka pemecahan dilema etik banyak diutarakan oleh para ahli dan pada
dasarnya menggunakan kerangka proses keperawatan / Pemecahan masalah secara
ilmiah, antara lain:

1.     Model Pemecahan masalah ( Megan, 1989 )


Ada lima langkah-langkah dalam pemecahan masalah dalam dilema etik.
 a.         Mengkaji situasi
 b.         Mendiagnosa masalah etik moral
 c.         Membuat tujuan dan rencana pemecahan
 d.        Melaksanakan rencana
 e.         Mengevaluasi hasil
Kerangka pemecahan dilema etik (kozier & erb, 2004 )

 a.         Mengembangkan data dasar.


Untuk melakukan ini perawat memerukan pengumpulan informasi sebanyak mungkin meliputi
:
1)   Siapa yang terlibat dalam situasi tersebut dan bagaimana keterlibatannya
2)   Apa tindakan yang diusulkan
3)   Apa maksud dari tindakan yang diusulkan
4)   Apa konsekuensi-konsekuensi yang mungkin timbul dari tindakan yang diusulkan.
 b. Mengidentifikasi konflik yang terjadi
berdasarkan situasi tersebut
 c. Membuat tindakan alternatif tentang rangkaian
tindakan yang direncanakan dan
mempertimbangkan hasil akhir atau konsekuensi
tindakan tersebut
 d. Menentukan siapa yang terlibat dalam masalah
tersebut dan siapa pengambil keputusan yang
tepat
 e. Mengidentifikasi kewajiban perawat
 f. Membuat keputusan
3.   Model Murphy dan Murphy

 a. Mengidentifikasi masalah kesehatan


 b.  Mengidentifikasi masalah etik
 c.  Siapa yang terlibat dalam pengambilan keputusan
 d.  Mengidentifikasi peran perawat
 e.  Mempertimbangkan berbagai alternatif-alternatif yang mungkin dilaksanakan
 f. Mempertimbangkan besar kecilnya konsekuensi untuk setiap alternatif keputusan
 g. Memberi keputusan
 h. Mempertimbangkan bagaimanan keputusan tersebut hingga sesuai dengan
falsafah umum untuk perawatan klien
 i.  Analisa situasi hingga hasil aktual dari keputusan telah tampak dan menggunakan
informasi tersebut untuk membantu membuat keputusan berikutnya.
Langkah-langkah menurut Purtilo dan Cassel ( 1981)

 Purtilo dan cassel menyarankan 4


langkah dalam membuat keputusan etik
a. Mengumpulkan data yang relevan
b. Mengidentifikasi dilema
c. Memutuskan apa yang harus dilakukan
d. Melengkapi tindakan
Langkah-langkah menurut Thompson & Thompson ( 1981)

Meninjau situasi untuk menentukan masalah kesehatan, keputusan yang


diperlukan, komponen etis dan petunjuk individual.
b. Mengumpulkan informasi tambahan untuk mengklasifikasi situasi
c. Mengidentifikasi Issue etik
d. Menentukan posisi moral pribadi dan professional
e. Mengidentifikasi posisi moral dari petunjuk individual yang terkait.
f. Mengidentifikasi konflik nilai yang ada
Contoh KASUS DILEMA ETIK

 seorang Ibu W baru akan melahirkan seoarang bayi di RS tipe C tetapi karena kodisi medis yang
tidak normal seperti ibu kebanyakan maka dokter menyaran agar proses kelahiran agar
menggunakan jalan SC. Prosedur SC pun berhasil dan bayi pun lahir tetapi dalam kedaan BBLR.
Dalam keadaan tersebut dokter menyarankan kepada Bidan agar bayi begitu lahir jangan di lakukan
IMD.
Setelah itu dokter menyarankan bila nanti ASI ibu kurang maka harus segera di beri susu formula yang
sudah di sediakan oleh RS dan keluarga justru mendukung RS karena tidak tega kepada bayinya. Benar
saja ASI ibu kurangdan bayi menangis terus mungkin lapar. Sehingga ibu tersebut dengan terpaksa
memberikan susu formula padahal ibu tersebut memiliki keinginan ASI eks selama 6 bulan. Sudah
menjadi sebuah prosedure dan kewajiban bahwa setiap pasien mendapat hak untuk di beri konseling
oleh Nutritionis di RS tersebut dan Ibu W sangat masih berharap agar bayinya bs di beri ASI.
 Dari Kasus di atas bila anda adalah Nutrisionis di RS tersebut maka bagaimana cara anda
memberikan konseling pada pasien tersebut?
 Berdasarkan pendekatan model Megan, maka kasus dilema etik
1.    Mengkaji situasi
Dalam hal ini perawat harus bisa melihat situasi, mengidentifikasi masalah/situasi dan
menganalisa situasi. Dari kasus diatas dapat ditemukan permasalahan atau situasi sebagai
berikut :
Ibu W menggunakan haknya sebagai ibu untuk bias memberikan ASI secara penuh terhadap
bayinya.
Rasa kasih sayang keluarga kepada bayi agar tidak merasa kelaparan dan mendapat asupan
makanan yang baik mendorong penggunaan susu formula
Nutrisionis merasa bingung dan dilema karena harus tetap pada teori ASI eks atau
menyarankan susu formula
2.    Mendiagnosa Masalah Etik Moral

 Berdasarkan kasus dan analisa situasi diatas maka bisa menimbulkan permasalahan etik
moral jika justru Nutrisionis justru memberikan saran yang bertentangan dengan ideologi
gizi yaitu Asi Eks di gantikan oleh susu formula dengan merk tertentu.
3.Membuat Tujuan dan Rencana Pemecahan

Alternatif-alternatif rencana harus dipikirkan dan direncanakan oleh Nutrisionis dalam


mengatasi permasalahan dilema etik seperti ini. Adapun alternatif rencana yang bisa dilakukan
antara lain :
 1. Nutrisionis akan memberikan konseling seperti biasa yaitu menjelaskan zat zat gizi apa
saja yang harus di terima oleh bayi

Hal tersebut bertujuan agar ibu W mendapat pengetahuan secara umum bukan tentang ASI eks
sehingga ibu W paham mengenai asupan apa saja yang harus di terima oleh bayi selain dari
ASI.
Ketika jalanya proses konseling bila ibu W menanyakan tentang ASI eks maka Nutrisionis bs
menjelaskan bahwa Asi eks tidak selamanya terbaik.
 Alternatif ini tetap memiliki kelemahan
yaitu Nutrisionis tidak memberikan
informasi yang dibutuhkan ibu W terkait
penting ASI eks sehingga tidak jujur saat
itu walaupun pada akhirnya Nutrisionis
tersebut akan menginformasikan yang
sebenarnya jika situasinya sudah tepat.
Ketidakjujuran merupakan suatu bentuk
pelanggaran kode etik Nutrisionis.
 2. Nutrisionis akan tetap memberikan konseling pentingnya ASI eks kepada pasien dan
keluarga pasien tetapi di sesuaikan dengan keadaan Ibu W sehingga bayi tetap di beri Asi
meskipun tidak Eks lagi.
 Alternatif ini bertujuan supaya Ibu W merasa dihargai dan dihormati haknya sebagai
pasien serta nutrisionis tetap tidak melanggar etika ahli gizi. Hal ini juga dapat berdampak
pada psikologisnya dan proses kedepanya nanti dalam memberikan ASI karena keluarga
pun ikut teredukasi dalam hal ASI eks.
Kendala-kendala yang mungkin timbul :

 Keluarga akan tetap mendukung penggunaan susu formula


bila Asi tidak lancar
 Keluarga akan mendukung ASI tapi ibu W tetap merasa
bersalah karena ASI kemungkinan tetap belum lancar.
4.    Melaksanakan Rencana

Rencana rencana bias didiskusikan oleh tim gizi RS supaya tidak ada pelanggaran Kode Etik.
 Dalam mengambil keputusan pada pasien dengan dilema etik harus berdasar pada prinsip-
prinsip moral yang berfungsi untuk membuat secara spesifik apakah suatu tindakan
dilarang, diperlukan atau diizinkan dalam situasi tertentu ( John Stone, 1989 ), yang
meliputi :
 a.              Autonomy / Otonomi
Nutrisionis menghargai apa yang menjadi keputusan pasien dan keluarganya tapi ketika pasien
menuntut haknya dan keluarganya tidak setuju maka harus mengutamakan hak Ibu W tersebut
untuk mendapatkan informasi tentang ASI eks
 Benefesience / Kemurahan Hati
 Prinsip ini mendorong nutrisionis
untuk melakukan sesuatu hal atau
tindakan yang baik dan tidak
merugikan ibu W Sehingga
Nutrisionis bisa memilih diantara 2
alternatif diatas mana yang paling
baik dan tepat untuk ibu W
 Justice / Keadilan
 Nutrisionis harus menerapkan prinsip moral adil
dalam melayani pasien. Adil berarti ibu W
mendapatkan haknya sebagaimana pasien yang
lain juga mendapatkan hak tersebut yaitu
memperoleh informasi tentang ASI eks secara jelas
sesuai dengan konteksnya/kondisinya.
 Nonmaleficience / Tidak merugikan

 Keputusan yang dibuat Nutrisionis


tersebut nantinya tidak menimbulkan
kerugian pada ibu W baik secara
fisik ataupun psikis.
 Veracity / Kejujuran

 Nutrionis harus bertindak jujur jangan


menutup-nutupi atau membohongi Ibu W
tentang ASI . Karena hal ini merupakan
kewajiban dan tanggung jawab Nutrisionis
untuk memberikan informasi yang
dibutuhkan Ibu W secara benar dan jujur
sehingga ibu W akan merasa dihargai dan
dipenuhi haknya.
 Fedelity / Menepati Janji

 Nutrisionis harus menepati janji yang sudah


disepakati dengan ibu W sebelum dilakukan
konseling yang mengatakan bahwa nutrisionis
bersdia akan menginformasikan kepada ibu W
terkait ASI. Janji tersebut harus tetap dipenuhi
walaupun keadaan medis ibu W tidak seperti yang
diharapkan.
 karena ini mempengaruhi tingkat kepercayaan Ibu
W terhadap nutriosionis tersebut nantinya.
 Confidentiality / Kerahasiaan

 Nutrisionis akan berpegang teguh dalam


prinsip moral etik ahli gizi yaitu menghargai
apa yang menjadi keputusan pasien dengan
menjamin kerahasiaan segala sesuatu yang
telah dipercayakan pasien kepadanya kecuali
seijin pasien.
 Berdasarkan pertimbangan prinsip-prinsip moral
tersebut keputusan yang bisa diambil dari dua
alternatif diatas lebih mendukung untuk alternatif
ke-2 yaitu secara langsung memberikan informasi
tentang ASI dengan di sesuikan oleh keadaan .
Mengingat alternatif ini akan membuat pasien
lebih dihargai dan dipenuhi haknya sebagai pasien
walaupun kedua alternatif tersebut memiliki
kelemahan masing-masing. Hasil keputusan
tersebut kemudian dilaksanakan sesuai rencana
dengan pendekatan-pendekatan dan caring serta
komunikasi terapeutik.
Mengevaluasi Hasil

 Alternatif yang dilaksanakan kemudian dimonitoring dan dievaluasi


sejauh mana ibu W beradaptasi tentang informasi yang sudah
diberikan. Jika ibu W masih menolak maka pendekatan-pendekatan
tetap terus dilakukan dan support sistem tetap terus diberikan yang
pada intinya membuat pasien merasa ditemani, dihargai dan
disayangi tanpa ada rasa dikucilkan.
 Thanks

Anda mungkin juga menyukai