Anda di halaman 1dari 23

SURVEY KONSUMSI MAKANAN

Nama : Miftahul Jannah


Npm : 2007110024
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendahuluan pemahaman cara melakukan survei konsumsi pangan untuk individu, keluarga
dan kelompok populasi adalah dalam rangka untuk penilaian konsumsi pangan (kualitatif dan
kuantitatif) terkait status gizi. Pemaparan dimulai dari pentingnya estimasi makanan untuk
menilai kandungan gizi dalam satuan penukar, dilanjutkan dengan menilai asupan makanan
individu, keluarga dan institusi melalui berbagai metode seperti: food weighing, food recall,
foodrecord, food frequency questionnaire, dan dietary history. Ruang lingkup materi pada
Bab 1 ini adalah berisi pengantar untuk memahami Survei Konsumsi Pangan (SKP), yang
berisi tentang pengertian konsumsi pangan, tujuan survei konsumsi pangan, sasaran survei
konsumsi pangan dan juga dijelaskan berbagai metode dalam pelaksanaan survei konsumsi
pangan. Agar dapat dipahami dengan mudah maka materi disajikan menjadi dua bagian yaitu:

Topik 1 : Pengertian, Tujuan dan Sasaran Survei Konsumsi Pangan.

Topik 2 : Berbagai Metode Survei Konsumsi Pangan. Kompetensi ahli gizi adalah mampu
menjelaskan pengertian, berbagai metode, tujuan SKP. Kemampuan ini adalah kemampuan
pengetahuan dan keterampilan dasar bagi ahli gizi untuk memahami dan mampu melakukan
SKP dengan tepat. Kemampuan melakukan berbagai metode pengukuran SKP, adalah salah
satu cara untuk memperkaya keterampilan praktis dalam penilaian konsumsi pangan. Ahli
gizi yang menguasai banyak metode SKP P 2 Survey Konsumsi Pangan  adalah ahli gizi
yang berwawasan luas dan profesional, siap bekerja sesuai dengan tuntutan pekerjaannya.
Setelah mempelajari Bab 1, maka di akhir proses pembelajaran Anda diharapkan akan dapat
menjelaskan: 1. Pengertian survei konsumsi pangan. 2. Tujuan survei konsumsi pangan. 3.
Sasaran Survei Konsumsi Pangan. Agar Anda dapat menguasai materi pada Bab 1 dengan
baik, Anda diberikan beberapa saran berikut: 1. Pelajari Topik 1 terlebih dahulu, pahami
setiap konten di setiap paragraf. Jika Anda sudah memahami isi setiap paragraf maka, Anda
dapat meneruskan ke Topik 2. 2. Kerjakan latihan tanpa melihat isi uraian Bab 1. 3. Kerjakan
Tes tanpa melihat isi uraian Bab 1. 4. Ukur hasil pekerjaan Anda, kemudian beri nilai sesuai
kunci jawaban yang tersedia. Setiap jawaban benar diberi skor 1 dan setiap jawaban salah
tidak diberi skor. Jika jawaban benar Anda hasilnya 80% atau, maka Anda dipandang sudah
menguasai materi pada Bab 5.
2.1 Pengertian Survei Konsumsi

Survei konsumsi pangan merupakan salah satu metode yang digunakan dalam
penilaian status gizi. Selain itu, survei konsumsi pangan juga dapat digunakan untuk
mengetahui kebiasaan makan dan tingkat kecukupan zat gizi, serta faktor-faktor yang
mungkin memengaruhi konsumsi pangan tersebut

Survei Konsumsi Makanan Individu merupakan kegiatan mengumpulkan informasi


data konsumsi makanan individu yang lengkap, sebagai dasar untuk melakukan kegiatan
ACKM untuk menentukan tingkat keterpaparan senyawa kimia pada makanan yang
dikonsumsi penduduk.

survei konsumsi pangan untuk individu, keluarga dan kelompok populasi adalah dalam
rangka untuk penilaian konsumsi pangan (kualitatif dan kuantitatif) terkait status gizi.
Pemaparan dimulai dari pentingnya estimasi makanan untuk menilai kandungan gizi dalam
satuan penukar, dilanjutkan dengan menilai asupan makanan individu, keluarga dan institusi
melalui berbagai metode seperti: food weighing, food recall, foodrecord, food frequency
questionnaire, dan dietary history. Ruang lingkup materi pada Bab 1 ini adalah berisi
pengantar untuk memahami Survei Konsumsi Pangan (SKP), yang berisi tentang pengertian
konsumsi pangan, tujuan survei konsumsi pangan, sasaran survei konsumsi pangan dan juga
dijelaskan berbagai metode dalam pelaksanaan survei konsumsi pangan. Agar dapat dipahami
dengan mudah maka materi disajikan menjadi dua bagian yaitu: Topik 1 : Pengertian, Tujuan
dan Sasaran Survei Konsumsi Pangan. Topik 2 : Berbagai Metode Survei Konsumsi Pangan.
2.2 Tujuan survei konsumsi pangan

Survei konsumsi pangan sebagai fungsi dari penilaian status gizi secara tidak langsung
bertujuan untuk memberikan informasi awal tentang kondisi asupan zat gizi individu,
keluarga dan kelompok masyarakat saat ini dan masa lalu. Pada sisi ini diketahui bahwa
informasi tentang kualitas dan kuantitas asupan zat gizi saat ini dan masa lalu adalah
cerminan untuk status gizi masa yang akan datang. Konsumsi hari ini akan memengaruhi
kondisi kesehatan dan gizi dimasa yang akan datang. Status asupan gizi saat ini yang
diketahui dari kuantitas dan kualitas makanan di meja makan, adalah bermanfaat untuk
mendeskripsikan status gizi dimasa yang akan datang. Kualitas makanan adalah gambaran
umum yang makanan yang dikonsumsi berdasarkan ketersediaan semua sumber bahan
makanan dan semua sumber zat gizi yang dibutuhkan tubuh. Secara kualitas maksudnya
adalah ketersediaan semua zat gizi yang dibutuhkan dari bahan makanan yang idealnya
tersedia. Perbedaan dengan pendekatan kuantitas adalah pada jumlahnya. Jika secara kualitas
hanya dilihat apakah semua zat gizi sudah tersedia sedangkan secara kuantitas melihat apakah
semua zat gizi sudah memenuhi jumlahnya. Baik sudut pandang kuantitas maupun kualitas
tidak dapat berdiri sendiri melainkan harus dilihat seperti dua sisi mata uang.
Mendeskripsikan status asupan gizi secara kualitas dan kuantitas inilah, maka diperlukan
metode penilaian konsumsi pangan yang tepat pada kondisi khusus dan kondisi umum.
Kondisi khusus adalah tingkat individu dan kondisi umum adalah pada tingkat populasi.
Berdasarkan penjelasan di atas maka tujuan penilaian konsumsi pangan dapat diuraikan
sebagai berikut: 6 Survey Konsumsi Pangan  1. Tujuan Umum Tujuan umum survei
konsumsi pangan adalah untuk mengetahui gambaran umum konsumsi pangan individu,
kelompok dan masyarakat baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif dalam rangka
menilai status gizi secara tidak langsung. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui asupan zat gizi
individu baik mikro maupun makro untuk keperluan terapi gizi. b. Mengetahui jumlah
makanan yang dikonsumsi individu pada periode waktu tertentu. c. Mengetahui kebiasaan
makan individu. d. Mengetahui kekerapan konsumsi bahan makanan tertentu sebagai risiko
timbulnya masalah gizi. e. Mengetahui jumlah zat gizi sebagai fortifikan dan jenis bahan
makanan pembawa vehicle untuk mengatasi defisiensi zat gizi. f. Mengetahui kualitas dan
kuantitas asupan gizi keluarga. g. Mengetahui besarnya risiko kerawanan pangan dan cara
intervensi dalam rangka ketahanan pangan wilayah.
2.3 Sasaran survei konsumsi pangan

Sasaran SKP dapat diketahui berdasarkan tujuan penilaian SKP. Tujuan yang berkaitan
dengan Survei Konsumsi Pangan pada dasarnya dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu
secara tidak langsung (Indirect/ecological) dan langsung (direct). Secara rinci dijelaskan oleh
Ruth E Peterson dan Pirjo Pieinen (2004) sebagai berikut:
Berdasarkan skema di atas diketahui bahwa penilaian konsumsi pangan secara tidak langsung
adalah neraca bahan makanan, dan pada skala rumah tangga dengan metode food account
(pencatatan jumlah makanan). Pada sudut pandang lain yang merupakan penilaian konsumsi
pangan pada sasaran secara langsung adalah fokus pada penilaian konsumsi masa yang akan
datang (prospektif) dan fokus pada penilaian konsumsi masa kini dan masala. Sasaran SKP
adalah individu, keluarga dan kelompok. Pengukuran konsumsi pangan individu adalah
subjek yang disurvei adalah individu tunggal dan hasilnya hanya dapat digunakan untuk
menilai asupan gizi yang bersangkutan, tidak berlaku untuk anggota keluarga ataupun
kelompoknya. Penilaian konsumsi gizi individu adalah berguna untuk memberikan edukasi
asupan gizi yang tepat guna meningkatkan status gizi secara optimal. Sasaran konsumsi
individu adalah hasilnya untuk individu yang bersangkutan dan bukan pada aspek prosesnya.
Alasannya adalah semua metode SKP, prosesnya adalah selalu menggunakan subjek
individu, meskipun hasilnya dapat digunakan untuk penilaian keluarga dan kelompok.
Sekumpulan individu yang disurvei di tingkat rumah tangga disebut sebagai sasaran keluarga
tangga, sedangkan sekumpulan individu yang sama karakteristiknya disebut sasaran
kelompok. Sasaran pengukuran konsumsi pangan keluarga adalah subjek yang disurvei
mencakup semua individu dalam satu keluarga.
Jumlah anggota keluarga disesuaikan dengan jumlah masing-masing rumah tangga yang
menjadi unit contoh dalam SKP. Biasanya dalam sebuah 8 Survey Konsumsi Pangan  survei
selalu ditentukan rumah tangga yang menjadi sasaran melalui proses pemilihan yang
subjektif ataupun objektif. Secara subjektif adalah secara sengaja dengan tujuan untuk
menilai asupan gizi keluarga untuk kepentingan investigasi khusus. Misalnya pada kasus
keracunan makanan pada satu keluarga, maka sasaran SKP harus secara subjektif ditentukan
khusus pada rumah tangga kasus bukan semua rumah tangga dalam populasinya. Sasaran
yang ditentukan secara objektif apabila investigasi ditujukan untuk menilai asupan gizi secara
umum, dan dapat mewakili keluarga yang lain, atas alasan inilah maka dia disebut penilaian
secara objektif. Sasaran pengukuran konsumsi makanan kelompok berbeda dengan konsumsi
keluarga, meskipun keluarga adalah juga anggota kelompok dan pada unit terkecilnya adalah
juga individu. Kelompok adalah sekumpulan orang yang tinggal dalam satu intitusi
penyelenggara makanan. Kelompok penghuni asrama, kelompok pasien, kelompok atlet,
kelompok remaja. Kelompok harus dibatasi pada kesamaan karakter dalam umur, jenis
kelamin ataupun dalam kasus. Karakter yang dimaksud adalah karakter yang langsung
berhubungan dengan variabel penentuan kebutuhan gizi individu. Individu yang tergolong
dalam satu karakter kebutuhan dianggap sebagai satu kesatuan sehingga untuk kepentingan
analisis perencanaan, monitoring dan evaluasi gizi selalu menggunakan unit analisis
kelompok. Pengukuran konsumsi makanan kelompok berbeda dengan konsumsi keluarga,
meskipun keluarga adalah juga anggota kelompok. Kelompok adalah sekumpulan orang yang
tinggal dalam satu intitusi penyelenggara makanan. Kelompok penghuni asrama, kelompok
pasien, kelompok atlet, kelompok remaja. Kelompok harus dibatasi pada kesamaan karakter
dalam umur, jenis kelamin ataupun dalam kasus.
Karakter yang dimaksud adalah karakter yang langsung berhubungan dengan variabel
penentuan kebutuhan gizi individu. Individu yang tergolong dalam satu karakter kebutuhan
dianggap sebagai satu kesatuan sehingga untuk kepentingan analisis perencanaan, monitoring
dan evaluasi gizi selalu menggunakan unit analisis kelompok. Konsumsi pangan individu,
keluarga dan kelompok memiliki dinamika yang berbeda beda. Perbedaan dinamika ini
berimplikasi pada keseimbangan asupan gizi baik secara mikro maupun makro. Survei
konsumsi pangan selain untuk menilai asupan gizi pada satu titik waktu tetapi juga dapat
digunakan untuk menganalisis kecenderungan perubahan dari waktu ke waktu. Perubahan
antar waktu dapat memberikan informasi awal dan dapat digunakan untuk merencanakan
strategi edukasi gizi secara individu, keluarga dan kelompok. Perubahan pola konsumsi
pangan adalah hal yang penting diketahui. Perubahan pola konsumsi pangan membawa akibat
yang sangat serius terhadap lahirnya risiko terhadap kesehatan secara umum. Perubahan pola
konsumsi pangan dapat terjadi di setiap individu, keluarga dan kelompok. Perubahan pola
konsumsi pangan pada level individu akan melahirkan konsekuensi kesehatan pada level
individu, demikian juga pada level keluarga dan masyarakat. Pada level kesehatan
masyarakat perubahan pola konsumsi akan berhubungan secara langsung dengan ketahanan
pangan keluarga dan ketahanan pangan regional.
 Survey Konsumsi Pangan 9 Perubahan pola konsumsi pangan juga akan berhubungan
dengan masalah yang terkait dengan keamanan pangan. Perubahan pola konsumsi adalah
perubahan yang terjadi pada aspek susunan makanan yang mencakup jenis dan jumlah bahan
makanan rata-rata per orang per hari, yang umum dikonsumsi masyarakat dalam jangka
waktu tertentu. Susunan makanan orang Indonesia adalah makanan pokok, lauk pauk hewani,
lauk nabati, sayur dan buah. Susunan ini adalah susunan yang umum digunakan dalam
masyarakat di Indonesia. Perubahan pola konsumsi pangan perlu dimonitor setiap tahun.
Perubahan pola konsumsi pangan dapat dijadikan informasi penting dalam skema penyediaan
pangan secara nasional dan dapat dijadikan indikator ketahanan pangan penduduk. Perubahan
pola konsumsi pangan secara langsung dengan perubahan status gizi masyarakat.
Ketidakseimbangan konsumsi pangan khususnya dari sumber zat gizi makro adalah indikator
dini terhadap kejadian prevalensi penyakit tidak menular atau penyakit non infeksi. (Mount
2012). Perubahan pola konsumsi pangan juga dapat dijadikan acuan untuk menyusun
kerangka kebijakan nasional maupun lokal, dalam rangka penyediaan pangan nasional dan
lokal yang mampu bertahan dan mendiri, sebagai penyangga pangan yang mapan.
Ketidakmampuan menyediakan pangan secara cukup adalah indikator kemiskinan.
Pencegahan terhadap kemiskinan inilah maka ditetapkan oleh pemerintah untuk menyediakan
desa mandiri pangan. Petunjuk pelaksanaannya melalui Keputusan Menteri Pertanian RI,
nomor 10/KPTS/KM.030/K/02/2016, tentang petunjuk teknis penganekaragaman kawasan
mandiri pangan tahun 2016. Kerangka kebijakan nasional tentang penyediaan pangan adalah
sebuah kebijakan yang didasarkan pada konsep penyediaan pangan yang berkelanjutan.
Berkelanjutan berarti tidak dapat berubah dengan cepat meskipun kabinet dalam
pemerintahan berubah nama.
Adanya kerangka kebijakan yang disepakati sebagai landasan konstitusional memungkinkan
pemerintah mengontrol sektor produksi dan distribusi pangan secara merata. Ancaman
terhadap bahaya kelaparan adalah dapat diantisipasi dengan baik. Pangan selalu dapat di
sediakan setiap saat dan ada mekanisme penyangga pangan (Mount 2012). Pemerintah dalam
menjamin ketersediaan konsumsi pangan adalah juga memakai berbagai bentuk pendekatan
kebijakan, Salah satu contohnya adalah paket beras miskin dan padat karya pangan.
Pemberian harga subsidi beras ditujukan bagi penduduk miskin bertujuan untuk
meningkatkan akses penduduk miskin terhadap pangan pokok beras. Akses beras adalah
salah satu cara membantu masyarakat miskin untuk memenuhi kebutuhan pokok. Paket beras
miskin (Raskin), juga disandingkan dengan paket padat karya pangan. Paket padat karya
pangan adalah paket padat karya yang dilakukan dengan cara memperkerjakan wanita petani
di lahan kering atau lahan tidur yang tidak ditanam komoditas pangan. Lahan kosong 10
Survey Konsumsi Pangan  ditanami dan digarap oleh kelompok tani. Setiap kelompok diberi
upah kerja sesuai dengan beban masing-masing. Hasil produksi diberikan kepada petani.
2.4 Berbagai Metode Survei Konsumsi Pangan

A. Metode survei konsumsi individu Metode survei konsumsi pangan yang dikenal saat ini
ada berbagai macam. Identifikasi berbagai metode dapat dibedakan menurut sasarannya.
Metode survei konsumsi pangan menurut sasarannya dapat dibedakan menjadi dua bagian
yaitu metode SKP individu dan Metode SKP kelompok. Metode SKP individu adalah
metode; recal konsumsi 24 jam (Food Recall 24 Hours), penimbangan makanan (Food
Weighing), pencatatan makanan (food record), dan Riwayat Makanan (Dietary History).
2.5 Macam-macam survey konsumsi

1. Metode Ingatan Makanan (Food Recall 24 Hours) Metode ingatan makanan (Food
Recall 24 Jam) adalah metode SKP yang fokusnya pada kemampuan mengingat subjek
terhadap seluruh makanan dan minuman yang telah dikonsumsinya selama 24 jam terakhir.
Kemampuan mengingat adalah menjadi kunci pokok pada metode ini, Subjek dengan
kemampuan mengingat lemah sebaiknya tidak menggunakan metode ini, karena hasilnya
tidak akan menggambarkan konsumsi aktualnya. Subjek dengan kemampuan mengingat
lemah antara lain adalah lanjut usia, dan anak di bawah umur. Khusus untuk lanjut usia
sebaiknya dihindari penggunaan metode ini pada mereka yang memasuki phase amnesia
karena faktor usia sedangkan pada anak di bawah umur biasanya di bawah 8 tahun atau di
bawah 13 tahun. Usia antara 9-13 tahun sebaiknya metode ini harus didampingi orang ibunya
(Charlebois 2011). Metode ingatan makanan (food recal 24 hours) adalah dapat dilakukan di
semua setting lokasi survei baik di tingkat rumah tangga maupun masyarakat dan rumah sakit
atau instansi. Metode ini sangat memungkinkan untuk dilakukan setiap saat apabila
dibutuhkan informasi yang bersifat segera.
Metode ini juga dilakukan untuk tujuan penapisan (skrining) asupan gizi individu. Metode ini
dilakukan dengan alat bantu minimal yaitu hanya menggunakan foto makanan sudah dapat
digunakan. Secara institusi ataupun secara individu. Beberapa metode SKP tidak dapat
dilakukan ditingkat komunitas tetapi dengan metode ini keterbatasan itu dapat diatasi karena
metode ini sangat luwes. Kesederhanaan metode ini memerlukan cara yang tepat untuk
mengurangi kesalahan. Cara yang dianggap paling baik adalah mengikuti metode lima
langkah dalam recall konsumsi makanan atau yang dikenal dengan istilah Five Steps Multi
Pass Method. Metode lima langkah ini adalah metode yang paling sering 16 Survey
Konsumsi Pangan  digunakan pada berbagai penelitian konsumsi pangan. Metode lima
langkah ini diawali dengan daftar singkat menu makanan yang akan dikonsumsi. Daftar
singkat inilah yang kemudian dielaborasi untuk menguraikan jenis bahan makanan yang
dikonsumsi oleh subjek. Berikut contoh formulir daftar singkat (quick list).
Tabel Food Recall
2. Metode Pencatatan Makanan (Food Record) Metode pencatatan makanan (Food
Record) adalah metode yang difokuskan pada proses pencatatan aktif oleh subjek terhadap
seluruh makanan dan minuman yang telah dikonsumsi selama periode waktu tertentu.
Pencatatan adalah fokus yang harus menjadi perhatian karena sumber kesalahannya juga
adalah pada proses pencatatan yang tidak sempurna. Jika pencatatan dilakukan dengan
sempurna maka hasil metode ini adalah sangat baik (Cheng et al. 2012). Metode pencatatan
ini dapat dilakukan di rumah tangga ataupun di institusi. Syarat umum pencacatan adalah
literasi subjek harus baik. Konsistensi dalam proses pencatatan juga menjadi aspek yang
harus ditekankan agar informasi terhadap makanan dan minuman akurat dan dapat
memberikan informasi jumlah makanan yang dikonsumsi secara tepat. Literasi merupakan
syarat utama sehingga pada subjek dengan kemampuan baca tulis tidak ada tidak dapat
dilakukan. Pencacatan hanya dapat dilakukan oleh subjek yang diukur dan tidak dapat
dilakukan oleh orang lain, karena alasan tidak efisien (Roy et al. 1997). Metode pencatatan
makanan tidak dapat dilakukan pada subjek yang tidak memiliki tempat tinggal menetap
dalam periode waktu tertentu. Alasannya adalah karena informasi makanan dan minuman
yang dikonsumsi harus dapat dicatat dalam periode waktu. Periode waktu yang dimaksud
adalah lima dan tujuh hari. Jika pada periode tersebut tidak dapat dilakukan pencatatan maka
metode ini tidak dapat digunakan. Selain itu kondisi subjek dalam periode waktu tersebut
harus konsisten sehat. Jika pada periode pencatatan subjek sakit maka pencatatan dapat
dihentikan karena alasan subjek sakit (Aang Sutrisna, Marieke Vossenaar, Dody Izwardy
2017).

Tabel Food Record


3. Metode Frekuensi Makan (Food Frequency Questionnaire) Metode frekuensi makan
(Food Frequency Questionnaire) adalah metode yang difokuskan pada kekerapan konsumsi
makanan pada subjek. Kekerapan konsumsi akan memberikan informasi banyaknya ulangan
pada beberapa jenis makanan dalam periode waktu tertentu. Ulangan (repetition), diartikan
sebagai banyaknya paparan konsumsi makanan pada subjek yang akhirnya akan berkorelasi
positif dengan status asupan gizi subjek dan risiko kesehatan yang menyertainya. Metode
frekuensi makan dapat dilakukan di rumah tangga dan juga rumah sakit. Metode ini, terutama
dipilih saat sebuah kasus penyakit diduga disebabkan oleh asupan makanan tertentu dalam
periode waktu yang lama. Asupan makanan khususnya yang berhubungan dengan kandungan
gizi makanan, secara teoritis hanya akan berdampak pada subjek jika dikonsumsi dalam
jumlah banyak dan frekuensi yang sering. Jika dikonsumsi dalam jumlah sedikit dan
frekuensi rendah, maka efek fisiologis dan patologisnya adalah sangat kecil. Metode
frekuensi makan tidak dapat dilakukan untuk tujuan mengetahui tingkat asupan gizi.
Informasi yang dikumpulkan meliputi makanan yang paling sering dikonsumsi.
Tabel Frequensi
4. Metode Penimbangan Makanan (Food Weighing) Metode penimbangan makanan
adalah metode SKP yang fokusnya pada penimbangan makanan dan minuman terhadap
subjek, yang akan dan sisa yang telah dikonsumsi dalam sekali makan. Penimbangan
makanan dan minuman adalah dalam bentuk makanan siap konsumsi. Makanan yang
ditimbang adalah makanan yang akan dimakan dan juga sisa makanan yang masih tersisa.
Jumlah makanan yang dikonsumsi adalah selisih antara berat makanan awal dikurangi berat
makanan sisa. Metode penimbangan makanan, dapat dilakukan pada instalasi penyelenggara
makanan yang terintegrasi dengan pelayanan makanan. Pelayanan makanan yang terintegrasi
adalah pelayanan makanan yang memadukan distribusi makanan dan ruang makan, seperti di
rumah sakit. Makanan di produksi di instalasi gizi dan distribusikan ke seluruh pasien dalam
satu unit pengelola. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan dalam prosedur penimbangan
makanan. Jika makanan diproduksi dari luar dan dikonsumsi dalam rumah sakit maka, akan
sulit untuk melakukan penimbangan makanan. Kondisi dimana ruang distribusi dan konsumsi
agak terpisah maka penimbangan sulit dilakukan. Penimbangan dilakukan. Metode
penimbangan makanan tidak dapat dilakukan di masyarakat, dengan alasan waktu makan
dapat tidak seragam antar rumah tangga. Kesulitan yang dialami oleh enumerator adalah
dalam hal pengumpulan data secara efektif. Metode ini memerlukan persiapan yang
sempurna dengan subjek
Tabel Food Weighing
BAB III

PENUTUP

3 .1 Kesimpulan
- Survey konsumsi merupakan penilaian status gizi secara tidak langsung yang digunakan
untuk mengukur asupan zat gizi individu, keluarga dan kelompok dengan tujuan untuk
membuat kebijakan, baik bagi pemerintah maupun petugas kesehatan di rumah sakit atau
institusi lainnya. Kemampuan dalam survey konsumsi wajib dimiliki oleh seorang ahli gizi.
- Survey konsumsi individu adalah pengukuran konsumsi makanan hanya pada satu orang.
Survey konsumsi keluarga adalah pengukuran konsumsi makanan keluarga yang
merupakan gabungan dari pengukuran konsumsi makanan individu dalam satu keluarga.
Sedangkan survey konsumsi kelompok yaitu pengukuran konsumsi makanan kelompok
yang tinggal dalam satu institusi penyelenggara makanan. Dari setiap survey konsumsi
individu, keluarga maupun kelompok memiliki masing-masing metode dalam survey
konsumsi.
3.2. Saran
Dalam memilih metode survey konsumsi harus mempertimbangkan hal-hal yang dapat
mempengaruhi hasil yang akan di dapatkan dari responden, hal-hal tersebut berupa kelebihan
dan kelemahan dari metode yang akan digunakan misalnya metode yang akan digunakan,
subjek yang akan di wawancarai. tujuannya, maupun biaya yang akan dibutuhkan.
Penggunaan metode juga harus dilakukan dengan teliti dan cermat agar yang kita lakukan
tidak sia-sia dan hasilnya akurat serta sesuai dengan yang diharapkan. Jadi mempelajari dan
memahami materi mengenai penilaian status gizi menggunakan survey konsumsi juga sangat
penting karena status gizi dan hasil dari survey merupakan cerminan ukuran terpenuhinya
kebutuhan gizi yang didapatkan dari asupan dan penggunaan zat gizi tersebut oleh tubuh dan
dapat menjadi suatu kebijakan kedepannya.

Anda mungkin juga menyukai