Anda di halaman 1dari 15

REFERAT

SURVEI KONSUMSI PANGAN


&
KSM

OLEH:
Jeremi Setiawan
201810330311020

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


FAKULTAS KEDOKTERAN
2020
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pengertian survei konsumsi pangan adalah serangkaian kegiatan pengukuran
konsumsi makanan pada individu, keluarga dan kelompok masyarakat dengan
menggunakan metode pengukuran yang sistematis, menilai asupan zat gizi dan
mengevaluasi asupan zat gizi sebagai cara penilaian status gizi secara tidak langsung.
Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk pertanian,
perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, perairan, dan air, baik yang diolah
maupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi
konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan
lainnya yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan
makanan atau minuman (Kementan 2016), (Kemenkumham 2015).
Pola Konsumsi adalah susunan makanan yang mencakup jenis dan jumlah bahan
makanan rata-rata per orang per hari, yang umum dikonsumsi masyarakat dalam
jangka waktu tertentu. Jenis bahan pangan dibedakan menurut berbagai cara. Salah
satu cara membedakan bahan pangan adalah berdasarkan sumbernya. Berdasarkan
sumbernya bahan pangan dibedakan menjadi bahan pangan pokok, lauk hewani, lauk
nabati, sayuran, dan buahbuahan. Jenis bahan makanan yang dikonsumsi idealnya
memenuhi syarat kualitas maupun kuantitas. Secara kualitas pangan yang dikonsumsi
harus mampu memenuhi seluruh kebutuhan zat gizi. Bahan pangan yang dikonsumsi
apabila telah mampu menyediakan semua jenis zat gizi yang dibutuhkan maka ia
disebut berkualitas. Fakta yang adalah bahwa tidak ada satu bahan makanan yang
mampu memenuhi seluruh zat gizi. Atas alasan inilah maka perlu dilakukan
penganekaragaman konsumsi pangan dan harus berbasis makanan lokal. Banyak
pertimbangan logis sederhana yang harus dipahami pada kebijakan pemerintah terkait
penganekaragaman dan konsumsi makanan lokal. (Kementan 2016), (Mahfi et al.
2008), (Kementerian Pertanian 2014).
Makanan pokok selain beras, secara historis di Indonesia adalah cukup potensial.
Berbagai sentra produksi sagu, singkong dan jagung sudah dikenal sejak lama.
Daerah seperti kawasan timur Indonesia dikenal sebagai sentra produksi sagu dan
nusa tenggara dikenal sebagai sentra produksi jagung. Kekhususan setiap daerah
dengan makanan pokoknya dapat dikembalikan sebagaimana kondisi geografis dan
sosial masyarakat setempat. Adanya pergeseran konsumsi non beras menjadi beras di
sentra produksi sagu, singkong dan jagung saat ini dikembalikan ke konsep makanan
non beras. Hal ini bertujuan agar ketahanan pangan penduduk Indonesia tetap
terpenuhi dengan baik. (Suyastiri 2008)
Dinamika konsumsi pangan yang berubah secara terus menerus sesuai dengan
perkembangan berbagai sektor termasuk sektor pendapatan adalah harus dipantau
setiap periode waktu tertentu, Pemantauan ini dijelaskan sebagai salah cara untuk
mendeteksi secara dini kemampuan sektor produksi untuk menjamin pasokan guna
mengatasi gejolak harga yang dapat memicu inflasi. Makanan adalah pemicu inflasi
yang paling potensial. Jika inflasi naik karena kenaikan harga makanan pokok maka
ini dapat memicu lahirnya masalah gizi dan kesehatan. Perubahan itu layaknya dapat
dimonitor melalui survei konsumsi pangan penduduk secara berkala. urut individu,
keluarga dan kelompok.
Pengukuran konsumsi individu adalah pengukuran konsumsi makanan hanya
pada satu orang. Hasil pengukuran konsumsi makanan individu juga digunakan untuk
menilai asupan zat gizi secara individu. Hasil ini hanya dapat dijadikan acuan untuk
memberikan nasehat gizi kepada subjek yang diukur, karena berkesuaian dengan
kondisi fisiologi, psikologi sosial dan budayanya sendiri (Suyastiri 2008).
Pengukuran konsumsi makanan keluarga adalah gabungan dari pengukuran konsumsi
makanan individu dalam satu keluarga. Satu keluarga dalam pandangan ini adalah
keluarga yang tinggal dalam satu rumah tangga. Hal ini tidak menganut definisi
keluarga sebagai garis keturunan, karena keluarga dalam satu garis keturunan dapat
saja tidak tinggal serumah. Tinggal serumah dalam konsep ini adalah berkesesuaian
dengan konsep unit analisis konsumsi. Unit analisis konsumsi keluarga adalah satu
rumah tangga. (Sukandar et al. 2009).
Pengukuran konsumsi makanan kelompok berbeda dengan konsumsi keluarga,
meskipun keluarga adalah juga anggota kelompok. Kelompok adalah sekumpulan
orang yang tinggal dalam satu institusi penyelenggara makanan. Kelompok penghuni
asrama, kelompok pasien, kelompok atlet, kelompok remaja. Kelompok harus
dibatasi pada kesamaan karakter dalam umur, jenis kelamin ataupun dalam kasus.
Karakter yang dimaksud adalah karakter yang langsung berhubungan dengan variabel
penentuan kebutuhan gizi individu. Individu yang tergolong dalam satu karakter
kebutuhan dianggap sebagai satu kesatuan sehingga untuk kepentingan analisis
perencanaan, monitoring dan evaluasi gizi selalu menggunakan unit analisis
kelompok. (Balitbangkes 2014).

1.2. Tujuan
Tujuan penulis membuat referat ini adalah untuk mengetahui mengetahui gambaran
umum konsumsi pangan individu, kelompok dan masyarakat baik secara kualitatif
maupun secara kuantitatif dalam rangka menilai status gizi secara tidak langsung
serta mengetahui teknik food recall dan penggunaan KSM.

1.3. Manfaat
Penulisan referat ini diharapkan dapat menambah pemahaman dan memperluas
wawasan penulis ataupun pembaca mengenai survei konsumsi pangan, food recall
dan KSM.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Survei konsumsi makanan merupakan salah satu penilaian status gizi dengan
melihat jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi oleh individu maupun keluarga.
Data yang didapat dapat berupa data kuantitatif maupun kualitatif. Data kuantitatif
dapat mengetahui jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi, sedangkan data
kualitatif dapat diketahui frekuensi makan dan cara seseorang maupun keluarga
dalam memperoleh pangan sesuai dengan kebutuhan gizi (Baliwati dkk, 2004).

Survei konsumsi pangan sebagai fungsi dari penilaian status gizi secara tidak
langsung bertujuan untuk memberikan informasi awal tentang kondisi asupan zat gizi
individu, keluarga dan kelompok masyarakat saat ini dan masa lalu. Pada sisi ini
diketahui bahwa informasi tentang kualitas dan kuantitas asupan zat gizi saat ini dan
masa lalu adalah cerminan untuk status gizi masa yang akan datang. Konsumsi hari
ini akan memengaruhi kondisi kesehatan dan gizi dimasa yang akan datang. Status
asupan gizi saat ini yang diketahui dari kuantitas dan kualitas makanan di meja
makan, adalah bermanfaat untuk mendeskripsikan status gizi dimasa yang akan
datang.

Sasaran SKP dapat diketahui berdasarkan tujuan penilaian SKP. Tujuan yang
berkaitan dengan Survei Konsumsi Pangan pada dasarnya dikelompokkan menjadi
dua bagian yaitu secara tidak langsung (Indirect/ecological) dan langsung (direct).
Secara rinci dijelaskan oleh Ruth E Peterson dan Pirjo Pieinen (2004) sebagai berikut:
Berdasarkan skema di atas diketahui bahwa penilaian konsumsi pangan secara
tidak langsung adalah neraca bahan makanan, dan pada skala rumah tangga dengan
metode food account (pencatatan jumlah makanan). Pada sudut pandang lain yang
merupakan penilaian konsumsi pangan pada sasaran secara langsung adalah fokus
pada penilaian konsumsi masa yang akan datang (prospektif) dan fokus pada
penilaian konsumsi masa kini dan masala. Sasaran SKP adalah individu, keluarga dan
kelompok. Pengukuran konsumsi pangan individu adalah subjek yang disurvei adalah
individu tunggal dan hasilnya hanya dapat digunakan untuk menilai asupan gizi yang
bersangkutan, tidak berlaku untuk anggota keluarga ataupun kelompoknya. Penilaian
konsumsi gizi individu adalah berguna untuk memberikan edukasi asupan gizi yang
tepat guna meningkatkan status gizi secara optimal. Sasaran konsumsi individu
adalah hasilnya untuk individu yang bersangkutan dan bukan pada aspek prosesnya.
Alasannya adalah semua metode SKP, prosesnya adalah selalu menggunakan subjek
individu, meskipun hasilnya dapat digunakan untuk penilaian keluarga dan kelompok.
Sekumpulan individu yang disurvei di tingkat rumah tangga disebut sebagai sasaran
keluarga tangga, sedangkan sekumpulan individu yang sama karakteristiknya disebut
sasaran kelompok. Sasaran pengukuran konsumsi pangan keluarga adalah subjek
yang disurvei mencakup semua individu dalam satu keluarga. Jumlah anggota
keluarga disesuaikan dengan jumlah masing-masing rumah tangga yang menjadi unit
contoh dalam SKP. Biasanya dalam sebuah survei selalu ditentukan rumah tangga
yang menjadi sasaran melalui proses pemilihan yang subjektif ataupun objektif.
Secara subjektif adalah secara sengaja dengan tujuan untuk menilai asupan gizi
keluarga untuk kepentingan investigasi khusus. Misalnya pada kasus keracunan
makanan pada satu keluarga, maka sasaran SKP harus secara subjektif ditentukan
khusus pada rumah tangga kasus bukan semua rumah tangga dalam populasinya.
Sasaran yang ditentukan secara objektif apabila investigasi ditujukan untuk menilai
asupan gizi secara umum, dan dapat mewakili keluarga yang lain, atas alasan inilah
maka dia disebut penilaian secara objektif.

Sasaran pengukuran konsumsi makanan kelompok berbeda dengan konsumsi


keluarga, meskipun keluarga adalah juga anggota kelompok dan pada unit terkecilnya
adalah juga individu. Kelompok adalah sekumpulan orang yang tinggal dalam satu
intitusi penyelenggara makanan. Kelompok penghuni asrama, kelompok pasien,
kelompok atlet, kelompok remaja. Kelompok harus dibatasi pada kesamaan karakter
dalam umur, jenis kelamin ataupun dalam kasus. Karakter yang dimaksud adalah
karakter yang langsung berhubungan dengan variabel penentuan kebutuhan gizi
individu. Individu yang tergolong dalam satu karakter kebutuhan dianggap sebagai
satu kesatuan sehingga untuk kepentingan analisis perencanaan, monitoring dan
evaluasi gizi selalu menggunakan unit analisis kelompok. Pengukuran konsumsi
makanan kelompok berbeda dengan konsumsi keluarga, meskipun keluarga adalah
juga anggota kelompok. Kelompok adalah sekumpulan orang yang tinggal dalam satu
intitusi penyelenggara makanan. Kelompok penghuni asrama, kelompok pasien,
kelompok atlet, kelompok remaja. Kelompok harus dibatasi pada kesamaan karakter
dalam umur, jenis kelamin ataupun dalam kasus. Karakter yang dimaksud adalah
karakter yang langsung berhubungan dengan variabel penentuan kebutuhan gizi
individu. Individu yang tergolong dalam satu karakter kebutuhan dianggap sebagai
satu kesatuan sehingga untuk kepentingan analisis perencanaan, monitoring dan
evaluasi gizi selalu menggunakan unit analisis kelompok. Konsumsi pangan individu,
keluarga dan kelompok memiliki dinamika yang berbeda beda. Perbedaan dinamika
ini berimplikasi pada keseimbangan asupan gizi baik secara mikro maupun makro.
Survei konsumsi pangan selain untuk menilai asupan gizi pada satu titik waktu tetapi
juga dapat digunakan untuk menganalisis kecenderungan perubahan dari waktu ke
waktu. Perubahan antar waktu dapat memberikan informasi awal dan dapat
digunakan untuk merencanakan strategi edukasi gizi secara individu, keluarga dan
kelompok.

Metode food recall 24 jam adalah metode mengingat tentang pangan yang
dikonsumsi pada periode 24 jam terakhir (dari waktu tengah malam sampai waktu
tengah malam lagi, atau dari bangun tidur sampai bangun tidur lagi) yang dicatat
dalam ukuran rumah tangga (URT). Data survei konsumsi pangan diperoleh melalui
wawancara antara petugas survei (disebut enumerator) dengan subyek (sasaran
survei) atau yang mewakili subyek (disebut responden).

LANGKAH-LANGKAH DALAM METODE FOOD RECALL 24 JAM


Terdapat 4 (empat) langkah dalam metode food recall 24 jam yaitu:

1. Pewawancara/enumerator menanyakan pangan yang dikomsumsi pada periode


24 jam yang lalu (sejak bangun tidur sampai bangun tidur lagi) dan mencatat dalam
ukuran rumah tangga (URT) mencakup nama masakan/makanan, cara persiapan dan
pemasakan, serta bahan makanannya.
2. Pewawancara/enumerator memperkirakan atau melakukan estimasi dari URT ke
dalam satuan berat (gram) untuk pangan yang dikonsumsi.

3. Petugas menganalisis energi dan zat gizi berdasarkan data hasil recall konsumsi
pangan sehari (24 jam) secara manual atau komputerisasi.

4. Petugas menganalisis tingkat kecukupan energy dan zat gizi subyek dengan
membandingkan angka kecukupan energy dan zat gizi (AKG) subyek.

KELEBIHAN DAN KETERBATASAN METODE FOOD RECALL 24 JAM


1. Keuntungan menggunakan metode food recall 24 jam adalah:

a. Dapat digunakan pada subyek yang buta huruf

b. Relatif murah dan cepat.

c. Dapat menjangkau sampel yang besar.

d. Dapat dihitung asupan energy dan zat gizi sehari.

2. Keterbatasan atau kelemahan metode food recall 24 jam adalah:

a. Sangat tergantung pada daya ingat subyek.

b. Perlu tenaga yang trampil.

c. Adanya The flat slope syndrome

d. Tidak dapat diketahui distribusi konsumsi individu bila digunakan untuk


keluarga.
TEKNIK WAWANCARA DALAM METODE FOOD RECALL 24 JAM
Prinsip metode food recall 24 jam adalah wawancara untuk menggali makanan
yang telah dikonsumsi pada periode 24 jam (dari bangun tidur sampai bangun tidur
lagi). Dalam hal ini, wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan
mendapatkan data individu atau keluarga terkait konsumsi pangan sehari dengan cara
tanya-jawab antara si penanya (pewawancara) dengan si penjawab (responden atau
subyek wawancara) dengan menggunakan alat bantu yang dinamakan panduan
wawancara atau kuesioner. Wawancara sebagai proses interaksi untuk mendapatkan
hasil yang akurat perlu diperhatikan hal-hal seperti: persiapan sebelum wawancara,
saat wawancara, dan saat mengakhiri wawancara. Penguasaan materi cara recall 24
jam adalah sangat penting.

1. Persiapan sebelum wawancara:

 Siapkan kartu identitas,name tag,surat izin dan daftar subyek (sasaran).


 Siapkan kuesioner dan alat tulis.
 Siapkan lembar PSP (Persetujuan Setelah Penjelasan).
 Siapkan alat bantu (Timbangan Berat Badan dan timbangan Makanan, serta
buku pedoman.
 Kalibrasi alat timbangan makanan.
 Berpakaian sopan.

2. Saat wawancara:

 Ucapkan salam dan memperkenalkan diri.


 Menanyakan kapan dan jam berapa bersedia diwawancarai.
 Menjelaskan maksud dan tujuan.
 Mintakan tanda tangan atau cap jempol pada lembar PSP bila bersedia
diwawancara.
 Membangun hubungan baik dan kepercayaan.
 Bertanya kepada responden dengan bahasa yang mudah dimengerti.
 Jangan bertanya yang sifatnya mengarahkan jawaban responden.
 Mampu melakukan penggalian informasi (Probing).
 Penampilan dan sikap yang baik.
 Wawancara dengan responden tanpa ada orang lain yang tidak
berkepentingan.
 Ciptakan suasana yang kondusif.
 Pilih tempat wawancara yang dapat menjaga privasi responden.
 Saat wawancara terjadi sesuatu membuat responden tidak fokus tunda
wawancara sampai kondisi kembali normal.
 Kondisi responden puasa, wawancara tetap dilanjutkan.

3. Mengakhiri wawanacara

 Periksa kembali semua pertanyaan apa sudah terisi lengkap.


 Selesai wawancara ucapkan terima kasih.
 Berikan bahan kontak.

KMS di Indonesia telah digunakan sejak tahun 1970-an, sebagai sarana utama
kegiatan pemantauan pertumbuhan. Pemantauan pertumbuhan adalah serangkaian
kegiatan yang terdiri dari (1) penilaian pertumbuhan anak secara teratur melalui
penimbangan berat badan setiap bulan, pengisian KMS, menentukan status
pertumbuhan berdasarkan hasil penimbangan berat badan dan (2) menindaklanjuti
setiap kasus gangguan pertumbuhan. Tindak lanjut hasil pemantauan pertumbuhan
biasanya berupa konseling, pemberian makanan tambahan, pemberian suplementasi
gizi dan rujukan.

Fungsi utama dari KMS yaitu:

a.) Sebagai alat untuk memantau pertumbuhan anak. Pada KMS dicantumkan
grafik pertumbuhan normal anak, yang dapat digunakan untuk menentukan apakah
seorang anak tumbuh normal, atau mengalami gangguan pertumbuhan. Bila grafik
berat badan anak mengikuti grafik pertumbuhan pada KMS, artinya anak tumbuh
normal, kecil risiko anak untuk mengalami gangguan pertumbuhan. Sebaliknya bila
grafik berat badan tidak sesuai dengan grafik pertumbuhan, anak kemungkinan
berisiko mengalami gangguan pertumbuhan.

b.) Sebagai catatan pelayanan kesehatan anak. Di dalam KMS dicatat riwayat
kesehatan kehamilan, riwayat persalinan, pemeriksaan nifas, pelayanan kesehatan
dasar anak terutama berat badan anak, pemeriksaan neonatus, pemberian kapsul
vitamin A, pemberian ASI pada bayi 0-6 bulan dan imunisasi.

c.) Sebagai alat edukasi. Di dalam KMS dicantumkan pesan-pesan dasar


perawatan.
BAB 3
KESIMPULAN

Survei konsumsi makanan merupakan salah satu penilaian status gizi dengan
melihat jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi oleh individu maupun keluarga.
Data yang didapat dapat berupa data kuantitatif maupun kualitatif. Data kuantitatif
dapat mengetahui jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi, sedangkan data
kualitatif dapat diketahui frekuensi makan dan cara seseorang maupun keluarga
dalam memperoleh pangan sesuai dengan kebutuhan gizi. Metode food recall 24 jam
adalah wawancara untuk menggali makanan yang telah dikonsumsi pada periode 24
jam (dari bangun tidur sampai bangun tidur lagi). Dalam hal ini, wawancara adalah
proses memperoleh keterangan untuk tujuan mendapatkan data individu atau keluarga
terkait konsumsi pangan sehari. Kartu menuju sehat (KMS) adalah kartu yang
memuat informasi tentang kurva pertumbuhan anak berdasarkan berat badan
menurut usianya dan dibedakan berdasarkan jenis kelaminnya. Selain
digunakan untuk memantau perkembangan anak, KMS juga dapat dijadikan
pedoman untuk tenaga kesehatan dalam memberi penyuluhan gizi dan
kesehatan bayi.
DAFTAR PUSTAKA
X
Sirajuddin. 2018. Survei Konsumsi Pangan. Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia
Maulidia, dkk. 2015. Sistem Informasi KMS (Kartu Menuju Sehat)(Studi Kasus:
UPTD Puskesmas Kecamatan Pontianak Barat. Universitas Tanjung Pura

Anda mungkin juga menyukai