Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas kelompok pada mata Kuliah
“Gizi dalam Kesehatan Reproduksi”.
DOSEN PENGEMPU
Wigutomo Gozali, S.Pd., M.Kes.
D3 KEBIDANAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAN PENDIDIKAN GANESHA.
TA 2022/2023.
BAB 1 PENGERTIAN SURVEY KONSUMSI MAKANAN
Pengukuran konsumsi makanan adalah salah satu metode pengukuran status gizi secara
tidak langsung dengan cara mengukur kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi baik
tingkat individu, rumah tangga, dan masyarakat. Hasil pengukuran makanan ini sangat berguna
untuk intervensi program gizi seperti pendidikan gizi dan pedoman makanan(Kusharto &
Supariasa, 2014).
A. Metode Kualitatif
Metode yang bersifat kualitatif biasanya untuk mengetahui frekuensi makan, frekuensi
konsumsi menurut jenis bahan makanan dan menggali informasi tentang kebiasaan makan
(food habit) serta cara-cara memperoleh bahan makanan tersebut. Metode-metode pengukuran
konsumsi makanan bersifat kualitatif antara lain:
B. Metode Kuantitatif
Metode recall 24 jam, dilakukan dengan mencatat jenis dan jumlah bahan makanan
yang dikonsumsi pada periode 24 jam yang lalu. Dalam metode ini, responden ibu,atau
pengasuh (bila anak masih kecil) diminta untuk menceritakan semua yang di makan dan
diminum selama 24 jam yang lalu (kemarin) biasanya dimulai dari ia bangun pagi kemaren
sampai dia ia istirahat tidur malam harinya, atau dapat juga dimulai dari waktu saat dilakukan
wawancara mundur kebelakang sampai 24 jam penuh.
Apabila pengukuran hanya dilakukan 1 kali (1 x 24 jam), maka data yang diperoleh
kurang representatif untuk menggambarkan kebiasaan makanan individu. Oleh karena itu,
recall 24 jam sebaiknya dilakukan berulang-ulang dan harinya tidak berturut – turut. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa minimal 2 kali recall 24 jam tanpa berturut – turut, dapat
mengasilkan gambaran asupan zat gizi lebih optimal dan memberikan variasi yang lebih besar
tentang intake harian individu (Sanjur & Radriquez, 1997). Langkah – langkah pelaksanaan
Metode Recall 24 Jam :
1. Membuat daftar ringkas hidagan atau makanan yang dikonsumsi sehari sebelumnya
(quick list), daftar hidangan tidak harus berurutan, hidangan yang sama diulis satu kali.
2. Mereview kembali kelengkapan quick list bersama responden agar tidak ada hidangan
atau makanan yang terlewat atau lupa disebutkan oleh responden.
3. Gali hidangan yang dikonsumsi dikaitkan dengan waktu makan atau aktivitas.
4. Tanyakan rincian hidangan menurut jenis bahan makanan, jumlah, berat dan sumber
perolehannya untuk semua hidangan atau makanan yang dikonsumsi responden sehari
kemarin.
5. Mereview kembali semua jawaban untuk menghindari kemungkinan masih ada
makanan dikonsumsi tetapi terlupakan.
Metode recall 24 jam ini mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan, sebagai berikut :
Secara umum kesulitan akan muncul ketika akan mengolah lebih lanjut hasil survei
konsumsi pangan yaitu:
2. Tidak semua makanan siap saji dan jajanan tercantum dalam buku kode bahan makanan.
3. Makanan siap saji/jajanan yang tidak terdapat dalam buku kode bahan makanan harus
diurai per komponen bahan makanannya.
Bila tidak dapat ditemukan resep makanan tersebut maka perlu menggunakan resep generic
untuk makanan yang sejenis. Contoh cara merinci bahan pangan yang berasal dari resep
generic, misalnya untuk makanan jajanan : BOLU KUKUS. Responden makan 1 buah bolu
kukus, yang didapatkan dari membeli. Sementara itu, penjualnya tidak ditemukan sehingga
tidak diperoleh resep tersebut.
Untuk mendapatkan komposisi dan berat bahan bolu yang dikonsumsi tersebut, maka
digunakan resep generic bolu kukus yang terdapat pada buku resep makanan sevagi berikut.
Bahan:
1. Uraian bahan dalam buku resep makanan merupakan berat mentah. Untuk
mendapatkan berat matang harus dikonversikan dengan faktor konversi mentah -
matang.
2. Jika bahan makanan tidak terdapat dalam faktor konversi mentah-matang, maka
nilai faktor konversinya dianggap ≈ 1. 3.
3. Contoh : Bahan tepung terigu pada jajanan bolu kukus. Dalam buku konversi
mentah matang, tidak ada konversi tepung terigu kukus, maka berat matang = berat
mentah. Jadi, resep generic adalah alat bantu yang sangat penting untuk
mendapatkan gambaran atau uraian kenis dan jumlah bahan makanan yang
digunakan bila informasi resep asli yang dimaksud tidak ditemukan sehingga
estimasi berat bahan makanan yang digunakan dapat ditentukan.
Hasil survei konsumsi pangan bisa dalam bentuk bahan makanan matang atau bahan makanan
mentah. Contoh bahan makanan mentah adalah sayur lalaban seperti ketimun, tomat atau daun
kemangi, sedangkan bahan makanan matang seperti tumis kangkung atau tumis kacang panjang.
Tujuan mendapat data berat bahan makanan mentah ataupun matang bersih adalah untuk
memudahkan dalam analisis data hasil survei konsumsi pangan baik secara manual maupun
menggunakan komputer.
Pengertian berat makanan mentah bersih adalah berat makanan dalam keadaan belum terolah
dan sudah merupakan bagian yang dapat dimakan, sedangkan pengertian berat makanan mentah
kotor adalah berat makanan dalam keadaan belum terolah dan masih memiliki bagian yang tidak
dapat dimakan. Berat makanan matang bersih adalah berat makanan dalam keadaan sudah terolah
dan sudah merupakan bagian yang dapat dimakan (sudah dihitung persen BDD nya), sedangkan
berat makanan matang kotor adalah berat makanan dalam keadaan sudah terolah dan masih
memiliki bagian yang tidak dapat dimakan.
Konversi Matang-Mentah adalah Faktor yang dapat digunakan untuk mengkonversikan berat
makanan yang matang/terolah (goreng, rebus, kukus, panggang) menjadi berat makanan mentah.
Rumus BERAT MENTAH = BERAT MATANG X FAKTOR KONVERSI.
BDD adalah bagian bahan makanan yang dapat dimakan baik dalam keadaan mentah atau
matang. Contoh, paha ayam goreng yang dihitung sebagai BDD adalah daging dan kulit,
sedangkan bagian tulang adalah bagian yang tidak dapat dimakan, maka perhitungan BDD
dengan rumus: Berat BDD (g) = BDD (%) X Berat Mentah Kotor (g)
Perhitungan BDD dapat dilakukan dari bahan mentah atau bahan matang. Bila bahan dalam
keadaan mentah dan bersih maka tidak perlu dihitung BDD nya karena semua bahan
mentah tersebut dapat langsung dikonsumsi. Namun bila bahan mentah tersebut dalam
keadaan mentah kotor, maka harus dihitung BDD nya. Bila bahan pangan tersebut dalam
keadaan matang kotor seperti ikan goreng, maka harus dihitung berat mentah ikan goring
tersebut dengan menggunakan faktor konversi matang-mentah, dilanjutkan dengan
menghitung berat ikan yang dapat dimakan (misalnya dimakan tanpa kepala, ekor dan
tulang) maka harus dihitung dengan menggunakan BDD ikan. Alur menghitung konversi
matangmentah dan BDD dapat dilihat pada Gambar berikut:
Bagaimana jika konversi matang-mentah dan persen BDD tidak terdapat dalam daftar tabel
konversi dan BDD? Gunakan kriteria bahan makanan yang paling mendekati:
1. Pendekatan konversi
• Cari bahan makanan dalam grup yang sama yang paling mendekati karakteristik fisik
yang paling mendekati.
• Cari jenis pengolahan yang paling mendekati, Contoh: daun pepaya rebus ≈ daun
singkong rebus.
2. Pendekatan BDD
• Cari bahan makanan dalam grup yang sama yang memiliki karakteristik fisik yang
paling mendekati. contoh: ikan gurame ≈ ikan kakap.