Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH

SURVEI KONSUMSI PANGAN DALAM PENILAIAN STATUS GIZI

KELOMPOK 6

NAMA NIM
ANGRIYANTI ORPA CH. WADU 1907010116
BOBY YITRAN UDJU TADE 1907010174
ERFINA INTANIA JAHA 1907010182
FEBRONIA MELANIA WOI 1907010094
MARVEL H. LIVINGTON TIRAN 1907010080
PUTRI ANELIA GABRIELLA FOEH 1907010257
DIAN FITRYANI MOSA BASA 1907010171
MEGA I LILO 1907010285
PAULUS HANGGA LUJU 1907010202

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena rahmatnya
sehingga kelompok bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “SURVEI KONSUMSI
PANGAN DALAM PENILAIAN STATUS GIZI” untuk pemenuhan tugas mata kuliah
Penilaian Status Gizi.

Kelompok mengakui bahwa ada banyak kekurangan pada makalah ini. Oleh karena itu,
kritik dan saran dari seluruh pihak senantiasa kelompok harapkan demi kesempurnaan makalah
ini. Semoga makalah ini dapat membawa pemahaman dan pengetahuan bagi semua pembaca.

Kupang, Oktober 2021

Kelompok 6

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................................1
1.1. Latar Belakang.............................................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah........................................................................................................................1
1.3. Tujuan..........................................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................................2
2.1 Pengertian....................................................................................................................................2
2.2 Tujuan Survei Konsumsi Pangan.................................................................................................2
2.3. Sasaran Survei Konsumsi Pangan................................................................................................2
2.4. Metode Survei Konsumsi Pangan................................................................................................3
2.5. Analisis Data Hasil Survei Konsumsi Pangan............................................................................22
BAB III PENUTUP...................................................................................................................................27
3.1. Kesimpulan................................................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................28

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Survei Konsumsi pangan adalah serangkaian kegiatan pengukuran konsumsi makanan
pada individu, keluarga dan kelompok masyarakat dengan menggunakan metode
pengukuran yang sistematis, menilai asupan zat gizi dan mengevaluasi asupan zat gizi
sebagai cara penilaian status gizi secara tidak langsung.

Pola konsumsi pangan adalah susunan makanan yang mencakup jenis dan jumlah bahan
makanan rata-rata per orang per hari, yang umum dikonsumsi masyarakat dalam jangka
waktu terentu. Pangan yang dikonsumsi masyarakat idealnya harus memenuhi syarat
kualitas maupun kuantitas. Secara kualitas pangan yang dikonsumsi harus mampu
memenuhi seluruh kebutuhan zat gizi. Fakta yang adalah bahwa tidak satu bahan
makanan yang mampu memenuhi seluruh zat gizi, maka perlu dilakukan
penganekaragaman konsumsi pangan yang ditujukan untuk memenuhi gizi seimbang.
Gizi seimbang adalah syarat untuk masyarakat dapat bekerja secara aktif dan produktif.
Survei konsumsi pangan dilakukan untuk status gizi secara tidak langsung bertujuan
untuk memberikan informasi awal tentang kondisi asupan zat gizi individu, keluarga dan
kelompok masyarakat saat ini dan masa lalu.

Tahun 2018 persentase pengeluaran penduduk sebesar 48,68% untuk pengeluaran


makanan dan 51,32% untuk non makanan. Sebagian besar dialokasikan untuk makanan
dan minuman jadi yang mencapai 33,98%, disusul rokok sebesar 11,75%, padi-padian
12,02%, sayur-sayuran sebesar 7,12%, ikan sebesar 7,78%, telur dan susu sebesar 5,78%,
sementara kelompok makanan lainnya kurang dari 5%.

1.2. Rumusan Masalah


1.2.1. Apa yang dimaksud dengan Survei Konsumsi Pangan?
1.2.2. Apa tujuan dilakukannya Survei Konsumsi Pangan?
1.2.3. Apa saja sasaran Survei Konsumsi Pangan?
1.2.4. Apa saja metode yang digunakan dalam Survei Konsumsi Pangan?
1.2.5. Bagaimana analisis data Survei Konsumsi Pangan?

1.3. Tujuan
1.3.1. Untuk mengetahui pengertian Survei Konsumsi Pangan.
1.3.2. Untuk mengetahui tujuan dilakukannya Survei Konsumsi Pangan.
1.3.3. Untuk mengetahui sasaran Survei Konsumsi Pangan.
1.3.4. Untuk mengetahui metode yang digunakan dalam Survei Konsumsi Pangan.
1.3.5. Untuk mengetahui analisis data Survei Konsumsi Pangan.

1
2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara tidak langsung
dengan melihat jumlah dan jenis zat yang dikonsumsi.Pengumpulan data konsumsi makanan
dapat memberikan gambaran tentang konsumi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga,
dan invidu.Survei ini dapat mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan zat gizi.

2.2 Tujuan Survei Konsumsi Pangan


1. Tujuan Umum
Tujuan umum survei konsumsi pangan adalah untuk mengetahui gambaran umum
konsumsi pangan individu, kelompok dan masyarakat baik secara kualitatif maupun
secara kuantitatif dalam rangka menilai status gizi secara tidak langsung.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui asupan zat gizi individu baik mikro maupun makro untuk keperluan
terapi gizi.
b. Mengetahui jumlah makanan yang dikonsumsi individu pada periode waktu
tertentu.
c. Mengetahui kebiasaan makan individu.
d. Mengetahui kekerapan konsumsi bahan makanan tertentu sebagai risiko
timbulnya masalah gizi.
e. Mengetahui jumlah zat gizi sebagai fortifikan dan jenis bahan makanan pembawa
vehicle untuk mengatasi defisiensi zat gizi.
f. Mengetahui kualitas dan kuantitas asupan gizi keluarga.
g. Mengetahui besarnya risiko kerawanan pangan dan cara intervensi dalam rangka
ketahanan pangan wilayah.

2.3. Sasaran Survei Konsumsi Pangan


Sasaran SKP adalah individu, keluarga dan kelompok.Pengukuran konsumsi pangan
individu adalah subjek yang disurvei adalah individu tunggal dan hasilnya hanya dapat
digunakan untuk menilai asupan gizi yang bersangkutan, tidak berlaku untuk anggota

3
keluarga ataupun kelompoknya.Penilaian konsumsi gizi individu adalah berguna untuk
memberikan edukasi asupan gizi yang tepat guna meningkatkan status gizi secara optimal.
Sasaran konsumsi individu adalah hasilnya untuk individu yang bersangkutan dan bukan
pada aspek prosesnya.Alasannya adalah semua metode SKP, prosesnya adalah selalu
menggunakan subjek individu, meskipun hasilnya dapat digunakan untuk penilaian keluarga
dan kelompok. Sekumpulan individu yang disurvei di tingkat rumah tangga disebut sebagai
sasaran keluarga tangga, sedangkan sekumpulan individu yang sama karakteristiknya
disebut sasaran kelompok.
Sasaran pengukuran konsumsi pangan keluarga adalah subjek yang disurvei mencakup
semua individu dalam satu keluarga.Jumlah anggota keluarga disesuaikan dengan jumlah
masing-masing rumah tangga yang menjadi unit contoh dalam SKP.
Sasaran pengukuran konsumsi makanan kelompok berbeda dengan konsumsi keluarga,
meskipun keluarga adalah juga anggota kelompok dan pada unit terkecilnya adalah juga
individu.Kelompok adalah sekumpulan orang yang tinggal dalam satu intitusi penyelenggara
makanan.Kelompok penghuni asrama, kelompok pasien, kelompok atlet, kelompok
remaja.Kelompok harus dibatasi pada kesamaan karakter dalam umur, jenis kelamin ataupun
dalam kasus.Karakter yang dimaksud adalah karakter yang langsung berhubungan dengan
variabel penentuan kebutuhan gizi individu.Individu yang tergolong dalam satu karakter
kebutuhan dianggap sebagai satu kesatuan sehingga untuk kepentingan analisis perencanaan,
monitoring dan evaluasi gizi selalu menggunakan unit analisis kelompok.

2.4. Metode Survei Konsumsi Pangan


1. Metode Pengukuran Konsumsi Makanan Berdasarkan Jenis Data Yang Diperoleh
Berdasarkan jenis data yang diperoleh, maka pengukuran konsumsi makanan
menghasilkan dua jenis data konsumsi, yaitu bersifat kualitatif dan kuantitatif.
1) Metode Kualitatif
Metode yang bersifat kualitatif biasanya untuk mengetahui frekuensi makan,
frekuensi konsumsi menurut jenis bahan makanan dan menggali informasi tentang
kebiasaan makan (food habit) serta cara-cara memperoleh bahan makanan tersebut.
Metode-metode pengukuran konsumsi makanan bersifat kualitatif antara lain:
a) Metode frekuensi makanan (food frequency)
b) Metode dietary history

4
c) Metode telepon
d) Metode pendaftaran makanan (food list)
2) Metode Kuantitatif
Metode secara kuantitatif dimaksudkan untuk mengetahui jumlah makanan yang
dikonsumsi sehingga dapat dihitung konsumsi zat gizi dengan menggunakan Daftar
Komposisi Bahan Makanan (DKBM) atau daftar lain yang diperlukan seprti Daftar
Ukuran Rumah Tangga (URT), Daftar Konversi Mentah-Masak (DKMM) dan
Daftar Penyerapan Minyak.
Metode-metode untuk pengukuran konsumsi secara kuantitatif antara lain:
a) Metode Recall 24 jam
b) Perkiraan makanan (estimated food records)
c) Penimbangan makanan (food weighing)
d) Metode food account
e) Metode inventaris (inventory methods)
f) Pencatatan (household food record)
2. Metode Pengukuran Konsumsi Makanan Berdasarkan Sasaran Pengamatan atau
Pengguna
1) Tingkat Rumah Tangga
Konsumsi makanan rumah tangga adalah makanan dan minuman yang tersedia
untuk dikonsumsi oleh anggota keluarga atau institusi.
Metode pengukuran konsumsi makanan untuk keluarga atau rumah tangga adalah
sebagi berikut:
 Metode kuantitatif :
a. Pencatatan (food account)
b. Metode inventaris (inventory method)
c. Pencatatatan makanan rumah tangga (household food record)
 Metode kualitatif :
d. Metode pendaftaran (food list)
e. Metode telepon
a. Metode Pencatatan (Food Account)

5
Metode food account adalah metode yang difokuskan untuk mengetahui
jumlah makanan dan minuman yang di konsumsi dalam skala rumah tangga.
Prinsip dasar dalam metode ini adalah makanan yang disediakan dalam skala
rumah tangga adalah dikonsumsi sebagian besar oleh seluruh anggota rumah
tangga yang sedang berada dalam satu dapur.Fokus dari metode ini adalah
mengidentifikasi jumlah makanan yang dikonsumsi individu dalam rumah tangga
menurut apa yang disediakan di rumah tangga, bukan menurut apa yang sering
dikonsumsi diluar rumah.
Metode pencatatan dilakukan dengan cara keluarga mencatat setiap hari
semua makanan yang dibeli, diterima dari orang lain ataupun dari hasil produksi
sendiri. Jumlah makanan dicatat dalam URT, termasuk harga eceran bahan
makanan tersebut.Cara ini tidak memperhitungakan makanan cadangan yang ada
di rumah tangga dan juga tidak memperhatikan makanan dan minuman ynag
dikonsumsi di luar rumah atau rusak, tebuang/tersisa atau diberikan pada
binatang.Lamanya pencatatan umumnya tujuh hari.Pencatatan dilakukan pada
formulir tertentu yang telah dipersiapkan.
Langkah-langkah pencatatan (Food Account) :
(1) Keluarga mencatat seluruh makana yang masuk ke rumah yang berasal dari
berbagai sumber tiap hari dalam URT (ukuran rumah tangga) atau satuan
ukuran volume atau berat.
(2) Jumlahkan masing-masing jenis bahan makanan tersebut dan konversikan ke
dalam ukuran berat setiap hari.
(3) Hitung rata-rata perkiraan penggunaan bahan makanan setiap hari.

Kelebihan metode pencatatan (food account) :

(1) Cepat dan relatif murah.


(2) Dapat diketahui tingkat ketersediaan bahan makanan keluarga pada periode
tertentu.
(3) Dapat diketahui daya beli keluarga terhadap bahan makanan.
(4) Dapat menjangkau responden lebih banyak.

Kekurangan metode pencatatan (food account) :

6
(1) Kurang teliti, sehingga tidak dapat menggambarkan tingkat konsumsi rumah
tangga.
(2) Sangat tergantung pad kejujuran responden untuk melaporkan/mencatat
makanan dalam keluarga.
b. Metode Inventaris (Inventory Method)
Metode inventaris ini juga sering disebut log book method. Prinsipnya
dengan cara menghitung/mengukur semua persediaan makanan di rumah tangga
(berat dan jenisnya) mulai dari awal sampai akhir survei. Semua makanan yang
diterima, dibeli, dan dari produksi sendiri dicatat dan dihitung/ditimbang setiap
hari selama periode pengumpulan data (biasanya selama sekitar satu minggu).
Semua makanan yang terbuang, tersisa dan busuk selama penyimpanan dan
diberikan pada orang lain atau binatang peliharaan juga diperhitungkan.
Pencatatan dapat dilakukan oleh petugas atau responden yang sudah
mampu/telah dilatih dan tidak buta huruf (Gibson, 1990).
Langkah-langkah metode inventaris :
(1) Catat dan timbang/ukur semua jenis bahan makanan yang ada di rumah
tangga hari pertama survei.
(2) Catat dan ukur semua bahan makanan yang diperoleh (dibeli, dari kebun,
pemberian orang lain dan makan di luar rumah) keluarga selama hari survei.
(3) Catat dan ukur semua bahan makanan yang diberikan kepada orang lain,
rusak, terbuang, dan sebagainya selama hari survei.
(4) Catat dan ukur semua jenis bahan makanan yang ada di rumah pada hari
terakhir survei.
(5) Hitung berat bersih dari tiap-tiap bahan makanan yang digunakan keluarga
selama periode survei.
(6) Catat pula jumlah anggota keluarga dan umur masing-masing yang ikut
makan.
(7) Hitung rata-rata perkiraan konsumsi keluarga atau konsumsi perkapita dengan
membagi konsumsi keluarga dengan jumlah anggota keluarga.
Peralatan yang diperlukan dalam metode inventaris antara lain :
(1) Kuesioner

7
(2) Peralatan atau alat timbang
(3) Ukuran Rumah Tangga

Kelebihan metode inventaris:hasil yang diperoleh lebih akurat karena


memperhitungkan adanya sisa makanan, terbuang dan rusak selama survey
dilakukan.

Kekurangan metode inventaris :

(1) Petugas harus terlatih dalam menggunakan alat ukur dan formulir pencatatan.
(2) Tidak cocok untuk responden yang buta huruf, bila pencatatan dilakukan oleh
responden.
(3) Memerlukan peralatan sehingga biaya relative mahal.
(4) Memerlukan waktu yang relative lebih lama.
c. Metode Pencatatan Rumah Tangga (Household Food Record)
Prinsip dari metode ini adalah responden mencatat makanan yang
dikonsumsi oleh semua anggota keluarga dalam sebuah formulir pencatatan
rumah tangga yang telah disiapkan oleh peneliti.Hal-hal yang perlu dicatat dan
dilaporkan adalah penjelasan lengkap mengenai makanan dan bahan makanan
yang dikonsumsi anggota keluarga, metode pengolahan yang digunakan dan
jumlah atau ukuran porsi yang dikonsumsi.Penjelasan dapat ditambah mengenai
merek atau harga makanan untuk memudahkan peneliti dalam menganalisa
tingkat konsumsi zat gizi rumah tangga.
Metode ini dianjurkan untuk tempat/daerah dimana tidak banyak variasi
penggunaan bahan makanan dalam keluarga dan masyarakatnya sudah bisa
membaca dan menulis.
Langkah-langkah dalam melakukan household food record adalah :
(1) Peneliti atau petugas pengumpul data menyiapkan formulir household food
record.
(2) Peneliti atau petugas menjelasakan cara pengisian formulir household food
record.
(3) Responden mencatat dan menimbang/mengukur semua makanan yang dibeli
dan diterima oleh keluarga selama waktu survei (biasanya satu minggu).

8
(4) Mencatat dan menimbang/mengukur semua makanan yang dimakan keluarga.
(5) Mencatat makanan yang dimakan anggota keluarga di luar rumah.
(6) Setelah data dari responden terkumpul, peneliti atau pengumpul data
menerjemahkan ukuran porsi yang dikonsumsi respoden dari ukuran rumah
tangga ke dalam ukuran berat (gram).
(7) Peneliti atau pengumpul data menganalisis bahan makanan untuk mengetahui
jumlah konsumsi zat gizi dengan menggunakan daftar komposisi bahan
makanan atau menggunakan software untuk analisa konsumsi zat gizi.

Kelebihan metode pencatatan makanan rumah tangga :

(1) Hasil lebih akurat jika dilakukan penimbangabn terhadap makanan atau bahan
makanan.
(2) Dapat digunakan untuk mengukur tingkat konsumsi rumah tangga sehingga
dapat menghitung intake zat gizi keluarga.

Kelemahan metode pencatatan makanan rumah tangga :

(1) Metode ini membebani responden karena responden harus menuliskan dan
mencatat semua makanan yang dikonsumsi oleh keluarga selama periode
tertentu. Apabila responden harus melakukan penimbangan, maka akan
menambah beban responden.
(2) Memerlukan biaya cukup mahal karena responden harus dikunjungi lebih
sering.
(3) Memerlukan waktu yang cukup lama.
(4) Tidak cocok untuk responden yang buta huruf.

Formulir Household Food Record

Untuk mendapatkan data asupan gizi tingkat tangga yang menggambarkan


asupan yang sebenarnya, perlu disiapakan formulir yang dapat mengumpulkan
data yang dibutuhkan. Beberapa hal yang perlu dimasukkan ke dalam formulir
adalah :

9
(1) Identitas Keluarga, seperti jumlah anggota keluarga, usia dan jenis kelamin
dari anggota keluarga serta alamat keluarga tersebut.
(2) Penjelasan mengenai makanan yang dikonsumsi oleh anggota keluarga.
(3) Jumlah atau ukuran porsi dari makanan yang dikonsumsi anggota keluarga.
(4) Keterangan lain seperti merek makanan yang dikonsumsi anggota keluarga.

Contoh FormulirHousehold Food Record

Su
mber : Gibson, 2005. Nutrition Assessment

d. Metode Pendaftaran Makanan (Food List Method)


Metode pendaftaran makanan dilakukan dengan menanyakan dan mencata
seluruh bahan makanan yang digunakan keluarga selama periode survey
dilakukan (biasanya 1-7 hari).Pencatatan dilakukan berdasarkan jumlah bahan
makanan yang dibeli, harga dan jumlah pembeliannya, termasuk makanan yang
dimakan anggota keluarga di luar rumah.Jadi data yang diperoleh merupakan
taksiran/perkiraan dari responden.

10
Metode ini tidak memperhitungkan bahan makanan yang terbuang, rusak
atau diberikan pada binatang peliharaan.Jumlah bahan makanan diperkirakan
dengan ukuran berat atau URT. Selain itu dapat dipergunakan alat bantu seperti
“food model” atau contoh lainnya (gambar-gambar, contoh bahan makanan
aslinya dan sebagainya) untuk membantu daya ingat responden. Pengumpulan
data dilakukan dengan cara wawancara yang dibantu dengan formulir yang atelah
disiapkan, yaitu kuesioner terstruktur yang memuat daftar bahan makanan utama
yang digunakan keluarga. Karena data yang diperoleh merupakan taksiran atau
perkiraan maka data yang diperoleh kurang teliti.
Langkah-langkah metode pendaftaran makanan :
(1) Catat semua jenis bahan makanan atau makanan yang masuk ke rumah tangga
dalam URT berdasarkan jawaban responden selama peiode survei.
(2) Catat jumlah makanan yang dikonsumsi masing-masing anggota keluarga
baik di rumah maupun di luar rumah.
(3) Jumlahkan semua bahan makanan yang diperoleh.
(4) Catat umur dan jenis kelamin anggota keluarga yang ikut makan.
(5) Hitung rata-rata perkiraan konsumsi bahan makanan sehari untuk keluarga.
(6) Bila ingin mengetahui perkiraan konsumsi perkapita, dibagi dengan jumlah
anggota keluarga.

Kekurangan metode pendaftaran :

(1) Data yang diperoleh kurang teliti karena data yang diperoleh merupakan
taksiran atau perkiraan sehingga tidak dapat menggambarkan tingkat
konsumsi rumah tangga kekurangan metode pendaftaran.
(2) Sangat subyektif, tergantung kejujuran dari responden.
(3) Sangat tergantung pada daya ingat responden.
e. Metode Telepon
Dewasa ini survei konsumsi makanan dengan metode telepon semakin
banyak digunakan terutama di daerah perkotaan dimana sarana komunikasi
telepon sudah tersedia.Untuk negara berkembang metode ini belum nayak
dilakukan karena membutuhkan biaya yang cukup mahal untuk jasa telepon.

11
Langkah-langkah metode telepon:
(1) Petugas melakukan wawancara terhadap responden melalui telepon tentang
persediaan makanan yang dikonsumsi keluarga selama periode survey.
(2) Hitung persediaan makanan keluarga berdasarkan hasil wawancara melalui
telepon tersebut.
(3) Tentukan pola konsumsi keluarga.
Kelebihan metode telepon :
(1) Relative cepat karena tidak harus mengunjungi responden.
(2) Dapat mencakup responden lebih banyak.

Kekurangan metode telepon:

(1) Biaya relative lebih mahal untuk rekening telepon.


(2) Sulit dilakukan pada daerah yang belum memiliki jaringan telepon.
(3) Dapat menyebabkan terjadinyakesalahan interpretasi dari hasil informasi
yang diberikan responden.
(4) Sangat tergantung pada kejujuran dan motivasi serta kemampuan
responden untuk menyampaikan makanan keluarganya.
2) Tingkat Individu atau perorangan
Metode pengukuran konsumsi makanan untuk individu antara lain:
 Metode Kuantitatif :
a. Food Weighing
b. Food record : Estimated food record dan weighed food record
c. Food recall 24 jam
 Metode Kualitatif :
d. Dietary History (Riwayat Makanan)
e. Frekuensi Makanan (Food Frequency Questionnaire)
a. Metode Food Weighing
Metode food weighing atau metode penimbangan adalah metode survei
konsumsi pangan yang dilakukan dengan cara menimbang makanan yang
dikonsumsi oleh responden. Prinsip dari food weighing adalah ahli gizi atau
petugas pengumpul data melakukan penimbangan makanan yang akandikonsumsi

12
dan menimbang sisa makanan yang tidak dikonsumsi oleh seseorang. Hasil
penimbangan adalah penimbangan makanan sebelum dikonsumsi dikurangi
dengan makanan sisa yang tidak dikonsumsi.Penimbangan makanan dilakukan
dengan menggunakan timbangan makanan dan dicatat dalam satuan gram dengan
tujuan mengetahui bobot makanan yang dikonsumsi.
Untuk mendapatkan hasil penimbangan dengan akurasi dan presisi tinggi,
sebaiknya menggunakan timbangan digital dengan ketelitian 1 gram.Ketelitian
yang tinggi dapat mendeteksi perubahan berat makanan yang tidak terlalu besar.
Jika tidak tersedia timbangan digital, masih dimungkinkan untuk menggunakan
timbangan lain seperti timbangan jarum.
Langkah-langkah dalam melakukan metode penimbangan :
(1) Menimbang makanan yang akan dikonsumsi dan mencatat dalam formulir
yang telah disediakan.
(2) Setelah responden mengkonsumsi makanannya, lakukan kembali
penimbangan sisa makanan yang tidak dikonsumsi oleh responden.
(3) Jumlah makanan yang dikonsumsi adalah berat makanan sebelum dikonsumsi
dikurangi dengan sisa makanan yang tidak dikonsumsi.
(4) Tentukan jenis bahan makanan dari makanan yang dikonsumsi oleh
responden.
(5) Tentukan faktor konversi matang-mentah untuk setiap bahan makanan.
(6) Tentukan berat mentah dari bahan makanan.
(7) Lakukan analisa nilai gizi dari makanan yang dikonsumsi oleh responden.

Kelebihan dari metode penimbangan antara lain seperti yang dijabarkan di bawah
ini :

(1) Metode penimbangan merupakan metode yang dapat dijadikan gold standar
dalam survei konsumsi pangan.
(2) Hasil dari metode penimbangan paling akurat dibandingkan dengan metode
lainnya.
(3) Dapat mengurangi bias yang berasal dari keterbatasan ingatan responden
karena metode ini tidak tergantung kepada daya ingat responden.

13
(4) Dapat mengurangi bias yang berasal dari keterbatasan responden dalam
menjelaskan ukuran porsi makanan yang dikonsumsi.
(5) Dapat mengurangi bias yang berasal dari keterbatasan pewawancara atau
pengumpul data dalam melakukan estimasi ukuran porsi yang dikonsumsi
oleh responden.
(6) Dapat mengurangi bias yang disebabkan perbedaan persepsi antara responden
dengan pewawancara atau pengumpul data.
(7) Dapat digunakan untuk mendukung interpretasi data laboratorium, data
antropometri dan data klinis.
(8) Pengukuran yang dilakukan selama beberapa hari dapat menggambarkan
asupan sehari-hari responden.
(9) Lebih tepat dilakukan untuk tempat khusus seperti institusi tempat kerja,
perusahaan, panti sosial, lembaga kemasyarakatan dimana seseorang tinggal
bersama-sama.

Kelemahan dari metode penimbangan antara lain seperti yang dijabarkan di


bawah ini :

(1) Memerlukan waktu untuk pengumpulan data yang lebih lama, karena semua
makanan yang dikonsumsi oleh responden dan makanan sisa yang tidak
dikonsumsi oleh responden harus dilakukan penimbangan sesaat sebelum
dikonsumsi dan sesaat sesudah responden mengkonsumsi makanannya.
(2) Memerlukan tenaga yang lebih banyak untuk melakukan metode ini karena
harus melakukan penimbangan makanan responden.
(3) Memerlukan alat khusus yang harus disediakan oleh peneliti atau pengumpul
data seperti timbangan makanan, formulir penimbangan, alat tulis dan
beberapa peralatan lainnya.
(4) Responden dapat merubah kebiasaan makan sehari-hari, terutama pada
penimbangan yang dilakukan selama beberapa hari.
(5) Kurang cocok diterapkan pada masyarakat luas.
b. Metode Food Record

14
Metode food record merupakan metode survei konsumsi pangan yang
digunakan untuk menilai asupan makanan pada tingkat individu dan dapat juga
digunakan untuk tingkat keluarga. Prinsip dari metode food record adalah
responden mencatat semua makanan dan minuman yang dikonsumsi selama 24
jam.
Untuk menilai asupan makanan tingkat individu, metode ini dapat dibagi
menjadi estimated food record dan weighed food record. Pencatatan makanan
dengan cara estimasi disebut juga dengan estimated food record. Pencatatan
makanan dengan cara melakukan penimbangan disebut juga dengan weighed food
record.
(a) Estimated food record
Langkah-langkah melakukan estimated food record adalah :
(1) Peneliti atau penumpul data menjelaskan cara-cara pengisian formulir food
record dan menjelaskan tentang ukuran rumah tangga yang akan
digunakan dalam memperkirakan porsi makanan.
(2) Responden mencatat semua makanan dan minuman yang dikonsumsi
termasuk makanan selingan dan jajanan, baik yang dikonsumsi di dalam
rumah maupun diluar rumah selama periode penelitian.
(3) Responden diminta juga menuliskan waktu makan, bahan-bahan dari
makanan yang dikonsumsi, cara pengolahan dan keterangan lain jika
diperlukan.
(4) Setelah data dari responden terkumpul, peneliti atau pengumpul data
menerjemahkan ukuran porsi yang dikonsumsi respoden dari ukuran
rumah tangga ke dalam ukuran berat (gram).
(5) Peneliti atau pengumpul data menganalisis bahan makanan untuk
mengetahui jumlah konsumsi zat gizi dengan menggunakan daftar
komposisi bahan makanan atau menggunakan software untuk analisa
konsumsi zat gizi.

Kelebihan metode estimated food record adalah :

(1) Dapat menyediakan data secara kuantitatif.

15
(2) Data yang dihasilkan dari metode food record cukup detail.
(3) Dapat mengurangi bias yang disebabkan karena keterbatasan ingatan
responden.
(4) Dapat digunakan untuk mengumpulkan data konsumsi makanan pada
jumlah responden yang cukup besar.
(5) Hasil yang diperoleh cukup akurat jika responden menuliskan data
konsumsi makanan dengan teliti.

Kelemahan dari metode estimated food record adalah :

(1) Membutuhkan tingkat kerjasama yang tinggi dengan responden dan


membutuhkan komitmen responden.
(2) Sangat membebani responden karena responden.
(3) Keakuratan data konsumsi makanan tergantung kemampuan responden
dalam mencatat konsumsi makanan.
(4) Keakuratan data sangat tergantung dari kejujuran responden.
(5) Metode ini tidak cocok digunakan untuk responden yang buta huruf.
(6) Membutuhkan waktu yang cukup lama untuk proses pengumpulan data.
(b) Weighed food record
Langkah-langkah dalam melakukan metode weighed food record :
(1) Peneliti atau pengumpul data menyiapkan formulir weighed food record
dan menjelaskan cara mengisi formulir serta cara melakukan penimbangan
makanan.
(2) Responden menimbang makanan yang akan dikonsumsi dan mencatat
dalam formulir yang telah disediakan.
(3) Setelah responden mengkonsumsi makanannya dan melakukan
penimbangan untuk sisa makanan yang tidak dikonsumsi.
(4) Responden mencatat jumlah makanan yang dikonsumsi. Jumlah makanan
yang dikonsumsi adalah berat makanan sebelum dikonsumsi dikurangi
dengan sisa makanan yang tidak dikonsumsi.

16
(5) Setelah formulir weighed food record diisi oleh responden dalam waktu
tertentu, peneliti atau petugas pengumpul data melakukan analisa zat gizi
dari makanan yang dikonsumsi oleh responden.

Kelebihan dari metode weighed food record ini adalah :

(1) Data yang dihasilkan akurat, karena responden menimbang dan mencatat
makanan dan minuman yang dikonsumsi sehingga dapat mengurangi bias
dari kesalahan estimasi baik oleh responden maupun pengumpul data.
(2) Metode weighed food record dapat menyediakan data secara kuantitatif
sehingga jumlah asupan zat gizi responden dalam sehari dapat diketahui.
(3) Dapat mengurangi bias yang disebabkan karena keterbatasan ingatan
responden, karena dalam metode weighed food record responden langsung
menuliskan makanan yang dikonsumsi.

Kelemahan dari metode weighed food record ini adalah :

(1) Membutuhkan tingkat kerjasama yang tinggi dengan responden, karena


responden diminta untuk menimbang dan mencatat semua makanan dan
minuman yang dikonsumsi selama periode tertentu.
(2) Metode weighed food record sangat membebani responden karena
responden harus menimbang dan menuliskan semua makanan dan
minuman yang dikonsumsi selama periode penelitian. Jika ada sisa
makanan, responden juga harus melakukan penimbangan sisa makanan
tersebut.
(3) Keakuratan data konsumsi makanan tergantung kemampuan responden
dalam menimbang dan menuliskan bahan makanan, metode pengolahan
makanan dan perkiraan atau estimasi jumlah makanan yang dikonsumsi.
(4) Keakuratan data dari metode weighed food record ini juga sangat
tergantung dari kejujuran responden dalam melaporkan semua makanan
dan minuman yang dikonsumsi. Sebagian responden mungkin tidak
melaporkan beberapa konsumsi makanan karena beberapa alasan, seperti
pada saat mengkonsumsi makanan di luar rumah.

17
(5) Metode weighed food record tidak cocok digunakan untuk responden yang
buta huruf.
(6) Membutuhkan waktu yang cukup lama untuk proses pengumpulan data.
c. Metode Food Recall 24 Jam
Metode food recall 24 jam adalah metode mengingat tentang pangan yang
dikonsumsi pada periode 24 jam terakhir (dari waktu tengah malam sampai
waktu tengah malam lagi, atau dari bangun tidur sampai bangun tidur lagi) yang
dicatat dalam ukuran rumah tangga (URT). Data survei konsumsi pangan
diperoleh melalui wawancara antara petugas survei (disebut enumerator) dengan
subyek (sasaran survei) atau yang mewakili subyek (disebut responden). Pangan
yang dicatat meliputi: nama masakan atau makanan, porsi masakan dalam
ukuran rumah tangga (URT), bahan makanan dalam URT, serta informasi harga
per porsi. Infomasi tentangresep dan cara persiapan serta pemasakan perlu
dicatat (dalam kolom keterangan pada form K1) agar estimasi berat pangan lebih
tepat.
Terdapat 4 (empat) langkah dalam metode food recall 24 jam yaitu:
(1) Pewawancara/enumerator menanyakan pangan yang dikomsumsi pada
periode 24 jam yang lalu (sejak bangun tidur sampai bangun tidur lagi) dan
mencatat dalam ukuran rumah tangga (URT) mencakup nama
masakan/makanan, cara persiapan dan pemasakan, serta bahan makanannya.
(2) Pewawancara/enumerator memperkirakan atau melakukan estimasi dari URT
ke dalam satuan berat (gram) untuk pangan yang dikonsumsi.
(3) Petugas menganalisis energi dan zat gizi berdasarkan data hasil recall
konsumsi pangan sehari (24 jam) secara manual atau komputerisasi.
(4) Petugas menganalisis tingkat kecukupan energy dan zat gizi subyek dengan
membandingkan angka kecukupan energy dan zat gizi (AKG) subyek.
Agar pelaksanaan wawancara berjalan lancar dan efektif serta hasil konsumsi
pangan sehari yang dicatat lengkap, maka sebaiknya mengikuti 5 tahap
wawancara dalam food recall 24 jam sebagai berikut :
(1) Quick list (membuat daftar ringkas pangan yang dikonsumsi sehari kemarin)
sesuai waktu makan.

18
(2) Mereview kembali kelengkapan quick list bersama responden.
(3) Gali pangan/hidangan yang dikonsumsi dikaitkan dengan waktu makan dan
aktifitas termasuk porsi dalam URT, cara memasak dan harga per porsi bila
membeli.
(4) Tanyakan rincian pangan/hidangan (sesuai quict list) menurut jenis bahan
makanan, jumlah, berat dan sumber perolehannya yang dikonsumsi sehari
kemarin.
(5) Mereview kembali semua jawaban untuk menghindari kemungkinan masih
ada makanan dikonsumsi tapi terlupakan.

Kelebihan metode Recall 24 Jam :

(1) Mudah melaksanakannya serta tidak terlalu membebani responden.


(2) Biaya relative murah karena tidak memerlukan peralatan khusus dan tempat
yang luas untuk wawancara.
(3) Cepat, sehingga dapat mencakup banyak responden.
(4) Dapat digunakan untuk responden yang buta huruf.
(5) Dapat memberikan gambaran nyata yang benar-benar dikonsumsi individu
sehingga dapat dihitung intake zat gizi sehari

Kekurangan metode Recall 24 Jam :

(1) Tidak dapat menggambarkan asupan makanan sehari-hari, bila hanya recall
satu hari.
(2) Ketepatannya sangat tergantung pada daya ingat responden. Oleh karena itu,
responden harus mempunyai daya ingat yang baik, sehingga metode initidak
cocok dilakukan pada anak usia di bawah 7 tahun, orang tua berusia di atas
70 tahun dan orang yang hilang ingatan atau orang yang pelupa.
(3) The flat slope syndrome, yaitu kecenderungan bagi responden yabg kurus
untuk melaporkan konsumsinya lebih banyak (over estimate) dan bagi
responden yang gemuk cenderung melaporkan lebih sedikit (under estimate).
(4) Membutuhkan tenaga atau petugas yang terlatih dan terampil dalam
menggunakan alat bantu URT atau ketepatan alat bantu yang dipakai

19
menurut kebiasaan masyarakat. Pewawancara harus dilatih untuk dapat
secara tepat menanyakan apa-apa yang dimakan responden dan mengenal
cara-cara pengolahan makanan serta pola pangan daerah yang akan diteliti
secara umum.
(5) Tidak dapat diketahui distribusi konsumsi individu bila digunakan untuk
keluarga.
d. Metode Dietary History (Riwayat Makanan)
Prinsip umum dalam dietary history adalah pencatatan riwayat makan dari
aspek keteraturan waktu, komposisi gizi, kecukupan asupan gizi.Kepatuhan diet,
dan makanan pantangan.Riwayat ditelusuri dengan dua pendekatan yaitu
frekuensi konsumsi makanan dan porsi makan setiap hari selama beberapa hari.
Berdasarkan pertimbangan ini maka beberapa prinsip dietary history adalah
sebagai berikut :
(1) Waktu Makan
(2) Nama Hidangan
(3) Bahan Hidangan
(4) Porsi acuan
(5) Porsi konsumsi
(6) Hari konsumsi
(7) Catatan Diet
(8) Pantangan
(9) Deskripsi dietary history
(10) Interpretasi dietary history

Metode ini bersifat kualitatif karena memberikan gambaran pola konsumsi


berdasarkan pengamatan dalam waktu yang cukup lama (bisa 1 minggu, 1 bulan
atau 1 tahun). Metode ini terdiri dari 3 komponen :

(1) Komponen pertama adalah wawancara (termasuk recall 24 jam), yang


mengumpulkan data tentang apa saja yang dimakan responden selama 24 jam
terakhir.

20
(2) Komponen kedua adalah tentang frekuensi penggunaan dari sejumlah bahan
makanan dengan memberikan daftar (check list) yang sudah disiapkan untuk
mengecek kebenaran dari recall 24 jam tadi.
(3) Komponen ketiga adalah pencatatan konsumsi selama 2-3 hari sebagai cek
ulang.

Langkah-langkah pelaksanaan Metode Riwayat Makan :

(1) Petugas menanyakan kepada responden tentang pola kebiasaan makanannya.


Variasi makan pada hari-hari khusus seperti hari libur , dalam keadaan sakit
dan sebagainya juga dicatat. Termasuk jenis makanan, frekuensi penggunaan,
ukuran porsi dalam URT serta cara memasaknya (direbus, digoreng,
dipanggang dan sebagainya).
(2) Lakukan pengecekan terhadap data yang diperoleh dengan cara mengajukan
pertanyaan untuk kebenaran data tersebut.

Kelebihan metode Riwayat Makan :

(1) Dapat memberikan gambaran konsumsi pada periode yang panjang secara
kualitatif dan kuantitatif.
(2) Biaya relative murah.
(3) Dapat digunakan di klinik gizi untuk membantu mengatasi masalah kesehatan
yang berhubungan dengan diet pasien.

Kekurangan metode Riwayat Makan :

(1) Terlalu membebani pihak pengumpul data dan responden.


(2) Sangat sensitive dan membutuhkan pengumpul data yang sangat terlatih.
(3) Tidak cocok dipakai untuk survei-survei besar.
(4) Data yang dikumpulkan hanya berupa kualitatif.
(5) Biasanya hanya difokuskan pada makanan khusus, sedangkan variasi
makanan sehari-hari tidak diketahui.
e. Metode Frekuensi Makanan (Food Frequency Questionnaire)

21
Metode Frekuensi Makanan adalah untuk memperoleh data tentang
frekuensi konsumsi sejumlah bahan makanan atau makanan jadi selama priode
tertentu seperti hari, bulan atau tahun. Selain itu dengan metode Frekuensi
Makanan dapat memperoleh gambaran pola konsumsi bahan makanan secara
kualitatif, tapi karena periode pengamatannya lebih lama dan dapat membedakan
individu berdasarkan rangking tingkat konsumsi zat gizi, maka cara ini paling
sering digunakan dalam penelitian epidemiologi gizi. Kuesioner Frekuensi
Makanan memuat tentang daftar bahan makanan atau makanan dan frekuensi
penggunaan makanan tersebut pada periode tertentu.Bahan makanan yanga ada
dalam daftar kuesioner tersebut adalah yang dikonsumsi dalam frekuensi yang
cukup sering responden.
Metode FFQ berbeda dengan metode lain, karena jenis makanan yang
ditanyakan adalah tertutup. Pernyataan tertutup artinya hanya makanan yang ada
dalam daftar yang akan diinvestigasi kepada subjek. Daftar berbagai jenis
makanan dan minuman yang ada dalam FFQ juga dibuat sedemikian rupa melalui
studi pendahuluan kebiasaan makan subjek atau populasi.Cara penilaian konsumsi
pangan didasarkan pada skor konsumsi pangan.Semakin tinggi sekor konsumsi
pangan maka, semakin baik keragaman konsumsi pangan.
Langkah-langkah pelaksanaan Metode Frekuensi Makanan :
(1) Responden diminta untuk member tanda pada daftar makanan yang tersedia
pada kuesioner mengenai frekuensi penggunaannya dan ukuran porsinya.
(2) Lakukan rekapitulasi tentang frekuensi penggunaan jenis-jenis bahan
makanan terutama bahan makanan yang merupakan sumber-sumber zat gizi
tertentu.

Kelebihan Metode Frekuensi Makanan:

(1) Relatif murah dan sederhana.


(2) Dapat dilakukan sendiri oleh responden.
(3) Tidak membutuhkan latihan khusus.
(4) Dapat membantu untuk menjelaskan hubungan antara penyakit dan kebiasaan
makan.

22
Kekurangan Metode Frekuensi Makanan :

(1) Tidak dapat untuk menghitung intake zat gizi sehari.


(2) Sulit mengembangkan kuesioner pengumpulan data.
(3) Cukup menjemukan bagi pewawancara.
(4) Perlu membuat percobaan pendahuluan untuk menentukan jenis bahan
makanan yang akanmasuk dalam daftar kuesioner.
(5) Responden harus jujur dan mempunyai motivasi tinggi.

2.5. Analisis Data Hasil Survei Konsumsi Pangan

Analisis data hasil survey konsumsi dapat dilakukan dengan cara komputerisasi atau
secara manual.
a. Analisis Data Hasil Survei Konsumsi Pangan secara Manual
Analisis data hasil survei konsumsi pangan secara manual dilakukan dengan
menggunakan daftar komposisi bahan makanan (DKBM) atau tabel komposisi pangan
indonesia (TKPI).
DKBM terdiri dari kelompok bahan makanan yaitu:
1) Serealia dan hasil olahnya,
2) Umbi berpati dan hasil olahnya,
3) Kacang-kacangan dan hasil olahnya,
4) Sayuran dan hasil olahnya,
5) Buah dan hasil olahnya,
6) Daging, unggas dan hasil olahnya,
7) Ikan,kerang, udang dan hasil olahnya,
8) Telur dan hasil olahnya,
9) Susu dan hasil olahnya,
10) Lemak dan minyak,
11) Gula dan sirup,
12) Bumbu-bumbu.
DKBM terbitan tahun 1996 menyediakan informasi kandungan energi, protein,
lemak, karbohidrat, kalsium, zat besi, fosfor, vitamin A, vitamin B1 dan C, serta air per
100 gram bahan yang dapat dimakan. Bila diperlukan dapat pula digunakan DKBM

23
internasional yang berisi bahan makanan hampir sama dengan Indonesia seperti ’Food
Composition Table for use in East Asia terbitan FAO yang berisi informasi yang lebih
lengkap. DKBM tersebut berisi data kandungan air, energi, protein, lemak, karbohidrat,
serat, abu, kalsium, fosfor, besi, natrium, kalium, retinol, β karoten, retinol, tiamin,
riboflavin, niasin dan vitamin C. Selain zat gizi tersebut, tabel dilengkapi dengan
kandungan asam amino yaitu pyridoxine, asam pantotenat, vit.B12, asam folat, dan trace
mineral (magnesium, mangan, seng, cobalt, cooper, molibdenum, selenium, fluor dan
yodium). Daftar komposisi ini berisi data asam lemak yang terdiri lemak, asam lemak
jenuh (palmitat, stearat,total), asam lemak tidak jenuh (oleat, linoleat, linolenat, total).
Tabel Komposisi Pangan Indonesia ( TKPI) yang diterbitkan oleh PERSAGI
tahun 2009 menyajikan data kandungan zat gizi yang lebih lengkap dari DKBM yang
terdiri dari air, energi, protein, lemak, karbohidrat, serat, abu, kalsium, fosfor, besi,
natrium, kalium, tembaga, seng, retinol, β karoten, retinol, karoten total, tiamin,
riboflavin, niasin dan vitamin C. Disamping itu jenis bahan makanan juga ditambah
dengan makanan masak. Di Indonesia juga telah tersedia informasi tentang komposisi
kandungan asam Lemak trans pada berbagai jenis makanan terutama masakan yang
tinggi lemak yang diterbitkan oleh Pusat kajian Gizi dan Kesehatan FKMUI.
b. Analisis Data Hasil Survei Konsumsi Pangan Secara Komputerisasi
Analisis data hasil survey konsumsi pangan dapat dilakukan secara komputerisasi
yaitu menggunakan aplikasi program computer yang bertujuan untuk mempermudah dan
mempercepat proses analisis. Persyaratan yang harus dimiliki bila ingin melakukan
analisis secara komputerisasi adalah: tersedia aliran listrik, komputer dan perangkat
lunak serta dapat mengoperasikannya. Banyak perangkat lunak yang telah
dikembangkan untuk mempermudah penghitungan kandungan energi dan zat-zat gizi,
salah satunya adalah Nutrisurvey.Nutrisurvey biasa digunakan ahli gizi atau ahli pangan
untuk menganalisis pangan hasil survey konsumsi secara cepat dan sekaligus untuk
menentukan kebutuhan energi dan zat gizi subyek berdasarkan umur, jenis kelamin dan
aktivits fisik.
Setelah diketahui jumlah bahan makanan dan makanan yang dikonsumsi oleh
responden, maka dilakukan perhitungan nilai gizi dan bahan makanan tersebut.Analisis
kandungan zat gizi dilakukan dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan

24
(DKBM), Daftar Kandungan Zat Gizi Makanan Jajanan (DKGJ) dan Pedoman
Komposisi Air Susu Ibu (ASI).
1. DKBM
Dalam melakukan analisis zat gizi makanan yang dikonsumsi masyarakat
suatu daerah, seharusnya menggunakan DKBM yang memuat analisis bahan
makanan setempat.Akan tetapi sampai saat ini belum tersedia DKBM
dimaksud.Untuk itu dapat digunakan DKBM yang dikeluarkan oleh Direktorat Gizi
Depkes RI sebagai patokan. Hanya dalam penggunaannya masih perlu
memperhatikan apakah komposisi bahan yang digunakan setempat sama dengan
yang ada pada DKBM.
Selain itu perlu dipahami bahwa angk-angka kandungan zat gizi dalam
bahan makanan setiap tempat tidaklah sama. Perbedaan-perbedaan tersebut
disebabkan oleh faktor keadaan tanah, cara budidaya, varietas, tingkat kematangan,
cara pengolahan, cara penyimpanan, dan sebagainya.

Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) mempunyai arti yang sangat


penting dalam penggunaan secara praktis. Namun demikian DKBM ini mempunyai
beberapa kelemahan, antara lain:

(1) Banyak jenis bahan makanan atau makanan yang tidak dijumpai dalam
DKBM, karena banyaknya varietas bahan makanan di Indonesia. Oleh
karena itu, untuk analisis bahan makanan tersebut dilakukan dengan
mengambil jenis bahan makanan yang relative sama.
(2) Unsur-unsur perbedaan pengolahan bahan makanan, sebagai penyebab
perbedaan kandungan zat gizi tidak tergambarkan dengan jelas pada
DKBM.
(3) Adanya kemungkinan kesalahan teknis dalam penganalisaaan bahan
makanan di laboratorium.
2. Daftar Kandungan Zat Gizi Makanan Jajanan
(DKGJ) DKGJ adalah daftar yang memuat angka-angka kandungan zat gizi
berbagai jenis makanan jajanan. Hardiansyah dan Dodik Briawan (1990) telah
membuat rangkuman berbagai jenis makanan jajanan yang dijumpai di berbagai

25
daerah di Indonesia, akan tetapi baru sebagian kecil dari keanekaragamaman
makanan jajanan tersebut telah dianalisis kandungan zat gizinya. Rangkuman
tersebut diperoleh dari berbagai sumber hasil penelitian.

DKGJ dibuat tersendiri, digabung dengan DKBM yang sudah ada. Pemisahan
ini dilakukan dengan alasan sebagai berikut:

(1) Makanan jajanan merupakan campuran dari berbagai bahan makanan yang
dianalisis secara bersamaan dalam bentuk olahan.
(2) Dalam DGKJ susunan zat-zat gizi tercantum dalams atuan gram. Bagian yang
dapat dimakan (BDD), menurut ukuran rumah tangga masingmasing (buah,
bungkus, potong, iris, porsi dan sebagainya) sehingga tidak perlu lagi
dicantumkan kolom BDD.
(3) DGKJ hanya memuat kandungan energi dan Sembilan jenis zat gizi yaitu
protein, lemak, karbohidrat, kalsium, besi (Fe), vitamin A, vitamin C, vitamin
B1 dan air.

Apabila akan menghitung kandungan zat gizi suatu makanan jajanan yang
dikonsumsi responden, dengan menggunakan DKGJ, maka rumus yang digunakan
sebagai berikut:

3. Komposisi Air Susu Ibu


Komposisi ASI tidak konstan dan tidak sama dari waktu ke waktu. Beberapa faktor
yang mempengaruhi komposisi ASI adalah:
 Stadium laktasi
 Ras
 Keadaan gizi
 Diet

26
a. Komposisi ASI menurut stadium laktasi
Stadium laktasi terdiri dari taiga tingkatan, yaitu kolostrum, ASI transisi,
dan ASI mature. Kolostrum merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh
kelenjar mamma.Kolostrum ini berlangsung sekitar 3 sampai 4 hari setelah ASI
pertama kali keluar.
ASI transisi adalah peralihan dari kolostrum sampai menjadi mature, ASI
peralihan berlangsung dari hari keempat sampai hari kesepuluh dari masa
laktasi. Pendapat lain menyatakan bahwa peralihan mulai hari keempat sampai
minggu ketiga atau keempat. ASI mature adalah ASI yang disekresi pada hari
kesepuluh atau setelah minggu ketiga sampai keempat dan seterusnya.
b. Pengaruh Ras terhadap komposisi ASI
Suku bangsa (ras) juga mempengaruhi susunan zat gizi ASI.Hal ini
disebabkan oleh keadaan ekonomi dan budaya. Kebiasaan makan dan pola hidup
ibu-ibu di setiap negara tidaklah sama.
c. Pengaruh Keadaan Nutrisi pada Komposisi ASI
Beberapa penelitian menyatakan bahwa konsumsi protein yang baik pada
ibu yang menyusui dapat meningkatkan konsentrasi protein ASI. Demikian juga
untuk kadar lemak, vitamin B6 dan sebagainya.

27
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara tidak
langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat yang dikonsumsi. Survei
konsumsi pangan dilakukan untuk memberika gambaran umum mengenai
konsumsi pangan individu, kelompok dan masyarakat baik secara kualitatif
maupun secara kuantitatif dalam rangka menilai status gizi secara tidak
langsung. Konsumsi pangan bergizi seimbang sangat berpengaruh pada
produktivitas individu dan masyarakat.

Metode yang digunakan untuk survey konsumsi pangan terdiri dari metode
kualitatif dan kuantitatif. Metode kualitatif contohnya: Metode frekuensi
makanan (food frequency), Metode dietary history, Metode telepon dan Metode
pendaftaran makanan (food list). Sedangkan metode kuantitatif contohnya
Metode Recall 24 jam, Perkiraan makanan (estimated food records),
Penimbangan makanan (food weighing), Metode food account, Metode
inventaris (inventory methods) dan Pencatatan (household food record)

28
DAFTAR PUSTAKA
BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN. (2019, July). PRINT
DIREKTORI KONSUMSI PANGAN 2019. Retrieved October 15, 2021, from
http://bkp.pertanian.go.id/: http://bkp.pertanian.go.id/storage/app/media/PPID
%202019/PRINT%20DIREKTORI%20KONSUMSI%20PANGAN%202019.pdf

PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN SEKRETARIAT JENDRAL


KEMENTERIAN PERTANIAN. (2019, Juli 2). Buletin Konsumsi Pangan Volume 10
No 1 . Retrieved Oktober 16, 2021, from http://epublikasi.setjen.pertanian.go.id/:
http://epublikasi.setjen.pertanian.go.id/arsip-buletin/53-buletin-konsumsi/620-buletin-
konsumsi-vol-10-no-1-2019

Sirajudin, d. (2018). Survei Konsumsi Pangan . Jakarta: Kemenkes RI.

Utami, N. W. (2016). Modul Survei Konsumsi Makanan 2016. Retrieved 2021, from Sistem
Informasi Dosen :
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_dir/18e4ebf2c0ccd280a198372d113cd
91f.pdf

29

Anda mungkin juga menyukai