ANGGOTA KELOMPOK 1
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
Konsep Dasar Timbulnya Masalah Gizi tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
Penentuan Status Gizi. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang status gizi bagi para pembaca dan juga bagi kami penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Prof. dr. Nova H. Kapantow DAN, MSc,
SpGk selaku dosen penanggung jawab mata kuliah penilaian status gizi yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan
sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.
Kelompok 1
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................1
1.3 Tujuan........................................................................................................2
1.4 Manfaat......................................................................................................2
BAB II ISI................................................................................................................3
2.1 Masalah Gizi..............................................................................................3
2.1.1 Kekurangan Energi Protein (KEP).....................................................3
2.1.2 Anemia Gizi Besi (AGB)...................................................................6
2.1.3 Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY).............................6
2.1.4 Stunting..............................................................................................7
2.1.5 Kekurangan Vitamin A (KVA)..........................................................8
2.1.6 Obesitas..............................................................................................9
2.2 Pejamu, Agen dan Lingkungan...............................................................10
2.2.1 Sumber penyakit (agent)..................................................................10
2.2.2 Pejamu (Host)..................................................................................11
2.2.3 Lingkungan (Environment)..............................................................11
2.3 Masalah Gizi Dalam Kaitan Dengan Pejamu, Agen, Dan Lingkungan. .11
2.4 Konsep dasar timbulnya penyakit...........................................................12
2.4.1 Segi Tiga Epiodemiologi.................................................................12
2.4.2 Jaring–jaring Sebab – Akibat...........................................................13
2.4.3 Model Roda......................................................................................15
2.5 Riwayat Alamiah Penyakit Gizi..............................................................15
BAB III PENUTUP...............................................................................................19
3.1 Kesimpulan..............................................................................................19
ii
DAFTAR PUSAKA...............................................................................................20
DAFTAR GAMBAR
iii
BAB I PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
Manfaat dari pembuatan makalah ini adalah untuk menambah literatur dan
menambah wawasan khususnya kepada mahasiswa kesehatan mengenai masalah
gizi dalam kaitan dengan pejamu,agen, dan lingkungan, konsep dasar timbulnya
penyakit,dan riwayat alamiah penyakit gizi.
2
BAB II ISI
Di Indonesia masih banyak dijumpai masalah gizi. Seperti gizi buruk, gizi
kurang, kekurangan vitamin A (KVA), Anemia Gizi Besi (AGB), Gangguan
Akibat Kurang Yodium (GAKY) dan obesitas. Masalah gizi menjadi salah satu
penentu kualitas sumber daya manusia. Masalah-masalah gizi ini terjadi selama
siklus kehidupan dimulai sejak dalam kandungan (janin), bayi, anak, dewasa dan
usia lanjut. Apabila sejak awal kehidupan balita tidak mendapatkan perilaku sadar
akan pentingnya gizi maka hal ini dapat mengganggu pertumbuhan dan
perkembangannya secara positif serta dapat menurunkan kondisi kesehatannya
(Kepmenkes RI, 2007). Menurut Riskesdas, 2013 terdapat 19,6% balita
kekurangan gizi yang terdiri dari 5,7% balita dengan gizi buruk dan 13,9%
berstatus gizi kurang. Jika dibandingkan dari tahun-tahun sebelumnya perubahan
terutama terjadi pada prevalensi gizi buruk yaitu dari 5,4% tahun 2007; 4,9% pada
tahun 2010; dan 5,7% tahun 2013 (Kemenkes RI, 2014).
3
lainnya. Prevalensi tertinggi terdapat pada anak-anak balita, ibu yang sedang
mengandung dan menyusui. Penderita KEP memiliki berbagai macam keadaan
patologis yang disebabkan oleh kekurangan energi maupun protein dalam
proporsi yang bermacam-macam. Akibat kekurangan tersebut timbul keadaan
KEP pada derajat yang ringan sampai yang berat (Adriani dan Wijatmadi, 2012).
KEP berat terdiri dari tiga tipe, yaitu kwashiorkor, marasmus, dan
marasmik-kwashiorkor. Kwashiorkor adalah keadaan yang diakibatkan oleh
kekurangan makanan sumber protein. Tipe ini banyak dijumpai pada anak usia 1
sampai 3 tahun. Gejala utama kwashiorkor adalah pertumbuhan terhalang dan
badan bengkak, tangan, kaki, serta ajah tambak sembab dan ototnya kendur.
Wajah tampak bengong dan pandangan kosong, tidak aktif dan sering menangis.
Rambut menjadi berwarna lebih terang atau coklat tembaga. Perut buncit, serta
kaki kurus dan bengkok. Karena adanya pembengkakan, maka tidak terjadi
penurunan berat badan, tetapi pertambahan tinggi terhambat. Lingkar kepala
mengalami penurunan. Serum albumin selalu rendah, bila turun sampai 2,5 ml
atau lebih rendah, mulai terjadi pembengkakan (Budiyanto, 2002).
4
Pada penderita kwashiorkor mengalami gangguan sistem gastrointestinal,
seperti penderita menolak semua makanan sehingga kadang makanan harus
melalui sonde lambung. Penderita kwashiorkor mudah mengalami kelainan kulit
yang khas (crazy pavement dermatosis), yaitu munculnya kelainan dimulai dari
bintik-bintik merah bercampur bercak, lama-kelamaan menghitam kemudian
mengelupas. Kejadian ini umumnya terjadi di punggung, pantat, dan sekitar vulva
yang selalu membasah karena keringat atau urin. Pada hati terjadi pembesaran,
terkadang batas pembesaran sampai ke pusar, hal ini disebabkan karena sel-sel
hati terisi lemak. Penderita kwashiorkor juga menderita anemia. Albumin dan
globulin serum sedikit menurun di bawah 2, terkadag sampai 0. Kadar kolesterol
serum rendah, hal ini mungkin disebabkan karena asupan gizi yang rendah atau
terganggunya pembetukan kolesterol tubuh (Par’i, 2016).
5
2.1.2 Anemia Gizi Besi (AGB)
6
dalam jumlah yang cukup, sehingga menyebabkan kadarnya dalam darah menjadi
rendah (hipotiroid). Hal ini menjadi faktor yang berpengaruh pada gangguan
perkembangan otak dan efek berbahaya lainnya.
2.1.4 Stunting
Salah satu fokus pemerintah saat ini adalah pencegahan stunting. Upaya
ini bertujuan agar anak-anak Indonesia dapat tumbuh dan berkembang secara
optimal dan maksimal, dengan disertai kemampuan emosional, sosial, dan fisik
yang siap untuk belajar, serta mampu berinovasi dan berkompetisi di tingkat
global.
1) Pola Makan
7
Dalam satu porsi makan, setengah piring diisi oleh sayur dan buah, setengahnya
lagi diisi dengan sumber protein (baik nabati maupun hewani) dengan proporsi
lebih banyak daripada karbohidrat.
2) Pola Asuh
Stunting juga dipengaruhi aspek perilaku, terutama pada pola asuh yang
kurang baik dalam praktek pemberian makan bagi bayi dan Balita.
Dimulai dari edukasi tentang kesehatab reproduksi dan gizi bagi remaja
sebagai cikal bakal keluarga, hingga para calon ibu memahami pentingnya
memenuhi kebutuhan gizi saat hamil dan stimulasi bagi janin, serta memeriksakan
kandungan empat kali selama kehamilan.
Hal lain yang juga perlu diperhatikan adalah berikanlah hak anak
mendapatkan kekebalan dari penyakit berbahaya melalui imunisasi yang telah
dijamin ketersediaan dan keamanannya oleh pemerintah. Masyarakat bisa
memanfaatkannya dengan tanpa biaya di Posyandu atau Puskesmas.
Vitamin A adalah jenis vitamin larut lemak yang dikenal baik untuk
kesehatan mata dan membantu perbaikan sel-sel tubuh. Jika tubuh kekurangan
8
vitamin A, maka akan terjadi beragam masalah kesehatan, seperti gangguan mata,
kulit kering, hingga risiko sulit untuk memperoleh keturunan.
2.1.6 Obesitas
9
2.2 Pejamu, Agen dan Lingkungan
Faktor sumber penyakit dibagi menjadi delapan unsur yaitu gizi, kimia
dari luar,kimia dari dalam, faktor faali/ fisiologis, genetik, psikis, kekuatan fisik
dan biologi atau parasit.
1. Gizi
Unsur gizi sering disebabkan karena defisiensi zat gizi dan beberapa toksin yang
disebabkan oleh beberapa makanan, disamping akibat kelebihan zat gizi.
Penyakit dapat muncul seperi zat kimia dari luar seperti obatobatan, bahan kimia
yang terdapat dalam makanan atau bahan adiktif dalam makanan.
4. Faktor faali
Faktor faali dalam kondisi tertentu misalnya pada saat kehamilan, eklampsia pada
waktu melahirkan dengan tanda bengkak dan kejang.
5. Genetis
Beberapa penyakit yang disebabkan oleh faktor genetis yaitu diabetes mellitus,
buta warna, hemofili dan lain-lain.
6. Faktor psikis
Faktor psikis yang dapat menimbulkan penyakit adalah tekanan darah tinggi dan
tukak lambung yang disebabkan oleh stress
atau tegang.
10
7. Kekuatan fisik
Faktor biologi dan parasit (metazoa, bakteri, jamur) dapat menyebabkan penyakit
defisiensi gizi dan infeksi.
Masalah gizi sebenarnya tidak lepas juga dari konsep dasar timbulnya
penyakit, yaitu karena tidak seimbangnya berbagai faktor, baik dari sumber
penyakit (agent), pejamu (host) dan lingkungan (environment). Faktor dari
sumber agent dapat dibagi dalam delapan faktor, salah satunya faktor biologis dan
parasit. Kekurangan gizi pada balita ini meliputi kurang energi dan protein serta
11
kekurangan zat gizi seperti vitamin A, zat besi, iodium dan zinc. Seperti halnya
AKI, angka kematian balita di Indonesia juga tertinggi di Assosiation of South
East Asian Nation .
Dalam konsep dasar timbulnya penyakit kaitan antara faktor host, agent
dan environment, para ahli menggambarkannya dengan berbagai model. Dewasa
ini dikenal 3 model yaitu : 1) Segi Tiga Epidemiologi (the epidemiologi triangle),
2) Jaring-jaring sebab akibat (the web of causation) dan 3) Model roda (the
wheel).
Konsep yang disederhanakan tentang tiga faktor utama yang memengaruhi tingkat
keseimbangan kesehatan:
12
Gambar 1. Model Segitiga Epidemiologi
Menurut model ini, penyakit tidak tergantung pada satu sebab saja yang
berdiri sendiri, melainkan sebagai akibat dari serangkaian proses “sebab dan
akibat”. Dengan demikian maka timbunya penyakit dapat dicegah atau diatasi
dengan cara memotong rantai pada berbagai titik. Berdasarkan metode ini, dalam
usaha menanggulangi masalah gizi, kita harus melakukan intervensi berdasarkan
penyebab utama (root causes of malnutrition) dari masalah gizi. Sebagai contoh :
di negara berkembang umumnya masalah gizi disebabkan oleh sosial ekonomi
yang rendah disamping faktor-faktor lainnya. Konsep jaring-jaring sebab akibat
dapat dilihat pada gambar 1.2.
13
Gambar 2. Konsep Jaring-Jaring Sebab Akibat
Model seperti ini, banyak pula dikembangkan oleh ahli gizi. Dalam Widya Karya
Pangan dan Gizi tahun 1979 digambarkan beberapa faktor yang menyebabkan
timbulnya masalah gizi serta kaitan satu faktor dengan faktor yang lainnya. Hal ini
dilukiskan sebagaimana terlihat pada gambar 3 berikut dibawah ini.
14
2.4.3 Model Roda
15
akan terjadi kemorosatan jaringan. Pada saat seperti ini orang sudah dinamakan
malnutrisi atau kurang gizi. Dengan meningkatkan defisiensi gizi maka muncul
perubahan biokimia dan rendahnya zat gizi dalam darah berupa rendahnya tingkat
hemoglobin, serum dan karoten serta vitamin A. Apabila keadaan ini berlangsung
lama maka akan terjadi perubahan fungsi tubuh seperti kelemahan, pusing,
kelelahan, nafas pendek (Supariasa, 2004).
Proses diatas terjadi akibat faktor lingkungan dan faktor manusia (Host)
yang didukung oleh kekurangan zat-zat gizi. Akibat kekurangan zat gizi, maka
simpanan zat gizi didalam tubuh digunakan untuk memenuhi kebutuhan. Apabila
keadaan ini berlangsung lama dan terus maka simpanan zat gizi akan habis dan
akhirnya terjadi kemerosotan jaringan. Pada saat ini orang sudah dapat dikatakan
malnutrisi, walaupun baru hanya ditandai dengan penurunan berat badan dan
16
pertumbuhan yang terhambat (stunting). Hal ini diketahui dengan pemeriksaan
anthropometri. Dengan meningkatnya defisiensi zat gizi, selanjutnya akan muncul
perubahan-perubahan biokimia, seperti rendahnya zat-zat gizi dalam darah yaitu :
rendahnya kadar Haemoglobin (Hb), serum, rendahnya serum Vitamin A. Dapat
pula terjadi peningkatan beberapa hasil metabolisme seperti meningkatnya asam
laktat dan piruvat pada kekurangan thiamine.
Apabila keadaan ini berlangsung lama, maka akan terjadi perubahan
fungsi tubuh seperti ditandai dengan menurunnya fungsi-fungsi syaraf yaitu
lemah, pusing, kelelahan, nafas pendek dan lain-lainnya. Keadaan ini akan
berlanjut terus yang diikuti dengan tanda-tanda klasik dari kekurangan gizi,
seperti kebutaan dan photopobia, nyeri lidah pada penderita kekurangan
riboflavin, kaki kaku pada defisiensi thiamine dan lain-lain. Selanjutnya keadaan
ini akan diikuti dengan luka pada anatomi seperti xeropthalmia dan
keratomalasia pada kekurangan Vitamin A Angular Stomatitis pada kekurangan
riboflavin, oedema dan kulit luka pada penderita kwashiorkor. Banyak lagi jenis
penyakit kekurangan gizi yang dapat dijelaskan dengan bagan diatas, sebagaimana
telah disebutkan jenisnya pada bab-bab terdahulu. Konsep alamiah terjadinya
penyakit sering diterapkan dalam mempelajari terjadinya penyakit kekurangan
gizi dapat dilihat pada gambar 6.
17
Gambar 6. Konsep Alamiah terjadinya Penyakit Diterapkan Pada Masalah Gizi
Penduduk
18
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2
19
DAFTAR PUSAKA
Hidayanti, R., Riyanto, S., & Rahma, A. (2015). Hubungan Pengetahuan Ibu
Tentang Infeksi Kecacingan dengan Status Gizi Balita di Wilayah Kerja
Puskesmas Gambut Kabupaten Banjar Tahun 2015. Jurkessia, VI(1), 26–
31. (t.thn.).
Noya, A. (2019, Juni 20). Alodokter. Dipetik Februari 27, 2021, dari Seperti Ini
Dampak Kekurangan Vitamin A dan Cara Mencegahnya:
https://www.alodokter.com/seperti-ini-dampak-kekurangan-vitamin-a-dan-
cara-mencegahnya#:~:text=Kurang%20asupan%20vitamin%20A
%20dikaitkan,daya%20tahan%20tubuh%20tetap%20kuat.
20
Nutrition), 5(2), 105–111. https://doi.org/10.14710/jgi.5.2.105-111.
(t.thn.).
Willy, T. (2018, November 19). Alodokter. Dipetik Februari 27, 2021, dari
Obesitas: https://www.alodokter.com/obesitas
21