Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH SOSIOLOGI ANTROPOLOGI GIZI

“Kebiasaan Makan Tentang Tahayul/ Mistik”

Disusun Oleh :
KELOMPOK 7
D-IV IIA
1. Aini Br Barus
2. Aulia Rahmadani
3. Era Variani Br Karo Sekali
4. Lia Anggraini Nasution
5. Mareta Clauvia Br Ginting

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MEDAN
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telahmelimpahkan
rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalahtentang

“MENDEFINISIKAN TAHAYUL ATAU MISTIS YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI MAKANAN”

ini bisa selesai pada waktunya.Terimah kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang
telah berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa
disusundengan baik dan rapi.Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah
pengetahuan para pembaca. Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini
masih jauhdari kata sempurna. Sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang
bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi
DAFTAR ISI

Kata Pengantar …………………………………………….………………………………………………………………i

DAFTAR ISI………………….…………………………..………………………………………………………………….….ii

BAB I PENDAHULUAN…………….………………………………………………………………………………..1
1. Latar Belakang……………………………………………………………………………..………………………………..1

1.2 Tujuan………………………………………………………………………………………..……………………………….1

1.3 Manfaat……………………………………………………………………………………..……………………………….1

BAB II PEMBAHASAN………….…………………………………………………………………………………..…2
2.1Pengertian tahayul dan mistik………………………………………………………………………………………2

 2.2Kajian Kepercayaan dan Kebudayaan makan………………………………………………………………..2

2.3Faktor-faktor yang mempengaruhi kebiasaan makan  dengan tahayul atau mistik………2 

2.4Contoh kebiasaan makan dengan tahayul atau mistik pada makanan…………………………..3

BAB III PENUTUP………………………………………..………………………………………………………………..4


3.1Kesimpulan…………………………………………………………………………………………………………………4

3.2Saran………………………………………………………………………………………………………………………….4

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………………………………………5
BAB I

PENDAHULUAN
1.1Latar belakang

Tahayul atau mistik telah berkembang di masyarakat yang masih terbelakang


maupun yang sudah maju. Semakin terbelakang tingkat pendidikan suatu kaum, semakin
banyak mistik yang berkembang di sana. Ada korelasi antara kualitas pendidikan dengan
perkembangan tahayul. Meskipun demikian bukan berarti tahayul atau mistik itu mati jika
suatu bangsa atau kaum telah maju tingkat pendidikannya. Di negara paling maju sekalipun
ternyata mistik itu masih bisa hidup dan berkembang.

Bahkan orang-orang modern telah mampu mengemas mistik dengan bungkus ilmiah.
Tidak heran jika kemudian di jaman modern ini masih ditemukan orang-orang yg percaya
pada ramalan-ramalan yg didasarkan pada tahyul-tahyul tertentu. Secara umum
kebudayaan banyak diartikan sebagai hasil karya manusia yang lahir dari cipta, rasa dan
karsa. Seluruh penggambaran, apersepsi, persepsi, pengamatan, konsep, dan fantasi
merupakan unsur pengetahuan yang secara sengaja dimiliki seorang individu. Namun semua
it bias hilang dari akalnya yang sadar disebabkan oleh berbagai hal yang sampai saat ini
masih dipelajari oleh psikologi.

Sejak dahulu para ahli biologi yang mempelajari perilaku dan membuat pelukisan
tentang system organisme dari suatu spesies mulai dari perilaku mencari makan,
menghindari ancaman bahaya, menyerang musuh, beristirahat, mencari pasangan, kawin
dan lain-lain. Tahayul atau mistik adalah cerita proses rakyat yang ditokohi oleh para dewa
atau makhluk setengah dewa yang terjadi di dunia lain (kahyangan) pada masa lampau dan
dianggap benar-benar terjadi oleh yang punya cerita atau penganutnya. Tahayul atau mistik
dapat diartikan sebagai mitologi yaitu cerita rakyat yang dianggap benar-benar terjadi dan
bertalian dengan terjadinya tempat, alam semesta, para dewa, dan adat istiadat.

1.2 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian dari tahayul atau mistik


2. Untuk mengetahui apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi tahayul atau mistik
3. Untuk mengetahui Jenis Tahayul atau mistik pada makanan

1.3 Manfaat

1. Dapat memiliki dan menambah wawasan serta pengetahuan lebih mengenai faktor-
faktor yang mempengaruhi budaya makan yang berhubungan dengan tahayul atau
mistik
2. Sebagai bahan atau persyaratan yang akan membantu dalam pemenuhan nilai yang
harus dicapai oleh mahasiswa
3. Dapat dijadikan sebagai bahan referensi pada masyarakat
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian tahayul atau mistik

Tahayul adalah istilah yang berasal dari kata tahayalat yang artinya hayalan. Takhayul Secara
bahasa, berasal dari kata khayal yang berarti: apa yang tergambar pada seseorang mengenai
kepercayaan suatu hal yang kisanya benar-banar tidak masuk akal. Jadi tahayul adalah kepercayaan
yang muncul karena suatu hayalan seperti menganggap sesuatu hal mempunyai kekuatan gaib.
Mistis adalah pengetahuan yang tidak rasional, yaitu pengetahuan (ajaran atau keyakinan) tentang
Tuhan yang diperoleh melalui latihan meditasi atau latihan spiritual, bebas dari ketergantungan
indera atau rasio.

2.2 Kajian Kepercayan dan Kebudayaan Makan Menurut Foster (2013)

Makanan adalah yang tumbuh di ladangladang, yang berasal dari laut, yang dijual dipasar
tradisional maupun (supermarket) dan yang muncul dimeja pada waktu makan. Makanan
merupakan suatu pranata sosial yang memenuhi banyak fungsi dan hanya dapat dimengerti dalam
konteks budaya yang menyeluruh, maka dari itu kebudayaan ikut berperan dalam menentukan
sebuah makanan, artinya layak dan tidaknya untuk dimakan. Pada kenyataannya masyarakat masih
banyak yang menunjukkan bahwa kehidupan masyarakat masih sangat dipengaruhi oleh
kebudayaan dan ideologi. Seperti budaya makan, priorotas makan, pola konsumsi dan distribusi,
tahayul atau mistik yang ada pada kehidupan sehari-hari masyarakat. Upacara ritual masyarakat
yang masih banyak dilaksanakan misalnya seperti bersih desa (merti desa), sedekah bumi,ruwah
Rosul,saparan, sadranan dan sebagainya, yang dilaksanakan secara kolektif. Dalam upacara ritual
tersebut biasanya disediakan makanan khusus sebagai sajian seperti tumpeng, ambeng, nasi gurih,
sekul punar (nasi kuning), jenang abangputih (dodol merah putih), jajanan pasar dan sebagainya.

2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi kebiasaan makan berhubungan dengan tahayul atau mistik.

1. Budaya.

Budaya mempunyai peran penting terhadap kebiasaan makan terhadap masyarakat


setempat. Kepercayaan suatu masyarakat tentang makanan berakibat pada kebiasaan makan serta
berakibat pula pada kondisi gizinya. Hal ini terlihat pada masyarakat Desa Bongkot yang masih
sangat mempercayai takhayul tentang kebiasaan makan Ibu hamil dan pasca melahirkan. Para
informan mengaku bahwa jika mereka tidak melakukan pantangan makan, maka akan mendapatkan
musibah pada Ibu dan bayinya. Masyarakat setempat mem-percayai bila seorang bayi yang lahir
dengan kondisi yang tidak normal berarti sewaktu ibunya mengandung tidak mau menjalankan
budaya.

2. Pola pikir masyarakat

Pola pikir masyarakat ditentukan oleh pendidikan yang diterima dan lingkungan sekitarnya.
Pendidikan pada zaman dulu umumnya kurang memadai, sehingga mereka banyak mempercayai
tahayul atau mistik.
3. Tingkat pendidikan

Narasumber yang mempercayai tahayul atau mistik adalah mereka yang menempuh
pendidikan hingga jenjang SMA dan S1, sedangkan narasumber yang telah menempuh S2 dan S3
tidak mempercayai. Sehingga dapat disimpulkan bahwa narasumber yang mempercayai tahayul atau
mistik memiliki tingkat pendidikan yang lebih rendah. Hal ini mungkin disebabkan karena
narasumber yang telah menempuh pendidikan lebih tinggi akan terbiasa untuk berpikir secara
ilmiah, sehingga sulit untuk mempercayai hal yang dianggap tahayul atau mistis dan kurang ilmiah.

2.4 Contoh kebiasaan makan yang berhubungan dengan tahayul atau mistik pada makanan

Percaya atau tidak ada beberapa tahayul atau mistik yang masih dipercayai oleh sebagian orang
termasuk dalam hal makanan dan budaya dibeberapa wilayah. Diantaranya yaitu:

1. Memotong mie artinya memotong usia

Tahayul ini adalah sebuah kepercayaan masyarakat china kuno. Bahwa mie berukuran
panjang itu artinya umur akan lebih lama dari rata-rata umur manusia. Mie berukuran panjang pada
masyarakat china kuno melambangkan keabadian, sehingga jika memotong mie sama saja
memotong usia.

2. Ada yang jatuh cinta jika gula tidak larut di teh

Di tengah masyarakat inggris yang modern pun dulunya teh juga memiliki kisah tahayul. Ada
sebuah mistik, jika gula ditemukan tidak larut di dalam teh, artinya menandakan jika ada seseorang
pengagum rahasia yang mengharapkan cinta dari si peminum teh.

3. Wanita hamil mengidam makanan harus di penuhi

Di Indonesia, jika wanita hamil yang mengidam makanan tertentu kemudia tidak terpenuhi
maka kelak anak yang dia lahirkan nantinya akan suka “ences” (banyak meneteskan air ludah).

4. Mengunyah permen karet dimalam hari sama dengan menyantap daging bangkai

Jika mengunyah permen karet pada malam hari sama dengan mengunyah daging bangkai.
Meski terdengar agak sedikit aneh, namun hal tersebut biasanya disampaikan kepada anak-anak
untuk membuang permen karet dan beranjak menyikat gigi sebelum tidur.

5. Memanggil nama saat kita masih sementara makan dan tiba-tiba lampu mati

Di Indonesia, tahayul seperti ini masih ada sebagian orang yang percaya pada hal seperti itu.
Katanya saat kita sementara makan dan tiba-tiba lampu mati kita harus memanggil nama orang yang
makan bersama kita. Karena kepercayaan dari mereka jika kita tidak memanggilnya makan orang
tersebut jodohnya akan lambat datang.
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
http://scholar.unand.ac.id/40451/2/BAB%20I.pdf

https://www.scribd.com/document/437709466/SOSIOLOGI-TAHAYUL-DAN-MISTIK-KELOMPOK-3-
docx

https://www.academia.edu/38933167/Sosiologi_Antropologi

https://www.scribd.com/doc/217600620/Makalah-Sosiologi-Antropologi-Gizi

Anda mungkin juga menyukai