KELOMPOK 5
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan Rahmat dan Hidayat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah yang berjudul “Konsep Aplikasi Pengukuran Antropometri dalam
Program Gizi” tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini
adalah untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Penilaian Status Gizi yang diampu
oleh Bapak Aulia Rakhman, S.KM.,M.Kes. selain itu, makalah ini bertujuan
untuk menambah wawasan mengenai aplikasi pengukuran mengenai status gizi,
bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Aulia Rakhman,
S.KM.,M.Kes. selaku dosen mata kuliah penilaian status gizi yang telah
memberikan tugas ini, sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan kami
mengenai bidang ilmu yang kami tekuni. Dan kami juga mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah
sehingga kami dapat menyelesaiakan makalah ini.
Kami menyadari bahwa banyaknya kekurangan dalam penulisan
makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami
harapakan untuk menyempurnakan makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………………………..
KATA PENGANTAR…………………………………………………………
DAFTAR ISI…………………………………………………………………...
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………………
B. Rumusan Masalah…………………………………………………..
C. Tujuan……………………………………………………………….
BAB II PEMBAHASAN
A. Pemantauan Pertumbuhan Anak……………………………………
B. Survei Nasional Status Gizi…………………………………………
C. Kartu Menuju Sehat (KMS)………………………………………...
D. Aplikasi WHO-Antro……………………………………………….
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………………….
B. Saran………………………………………………………………...
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu permasalahan kesehatan diIndonesia yaitu tentang
statusgizi.Hal ini terjadi karena kenaikan dan penurunan jumlah balita yang
mengalami permasalahan status gizi tiap tahunnya tidak menentu. Balita
merupakan kelompok masyarakat yang rentan gizi. Pada kelompok tersebut
mengalami siklus pertumbuhan dan perkembangan yang membutuhkan zat-zat
gizi yang lebih besar dari kelompok unsur lain sehingga balita paling mudah
menderita kelainan gizi.
Beberapa factor yang menyebabkan gizi buruk diIndonesia terdiri
dari beberapa tahap yaitu penyebab langsung dan tidak langsung. Penyebab
langsungyaitu konsumsi makanan anak dan penyakit infeksi yang mungkin
diderita anak.Penyebab gizi kurang tidak hanya disebabkan makanan yang
kurang tetapi juga karena infeksi.Adapun penyebab tidak langsung yaitu
ketahanan pangan dikeluarga,pola pengasuhan anak,serta pelayanan kesehatan
dan kesehatan lingkungan
Kejadian gizi buruk apabila tidak diatasi akan menyebabkan dampak
yang buruk bagi balita. Dampak yang terjadi antara lain kematian dan infeksi
kronis. Deteksi dini anak yang kurang (gizi kurang dan gizi buruk) dapat
dilakukan dengan pemeriksaan berat badan menurut umur (BB/U) untuk
memantau berat badan anak. Penilaian status gizi balita dapat ditentukan
melalui pengukuran tubuh manusia yang dikenal dengan istilah
“Antropometri”. Pengukuran antropometri dapat dilakukan dengan melakukan
pengukuran indikator berat badan dan tinggi badan serta memperhatikan umur
dan jenis kelamin balita itu sendiri. Ukuran antropometri untuk penilaian
status gizi merupakan kombinasi antara masing-masing ukuran indikator
antropometri yang umum digunakan untuk menilai status gizi yang umum
adalah indeks berat badan terhadap umur (BB/U) dan indeks berat badan
terhadap tinggi badan (BB/TB). Untuk anak pada umunya, indeks BB/U
merupakan cara baku yang digunakan untuk mengukur pertumbuhan.
Sedangkan indeks BB/TB merupakan ukuran antropometri yang terbaik
karena dapat menggambarkan status gizi saat ini dengan lebih sensitif dan
spesifik.
Untuk menilai status gizi pada anak diperlukan standar antropometri.
Standar antropometri yang digunakan merupakan buku rujukan yang berisi
table normative sebagai pembanding dalam menilai status gizi.Baku rujukan
ini dikeluarkan oleh badan resmi yang mengurusi masalah kesehatan dan gizi.
Untuklevel dunia adalah WHO (World Health Organization) dan untuk level
Negara adalah Kementrian Kesehatan negara. Di Indonesia penilaian status
gizi pada anak mengacu pada standar WorldHealthOrganization(WHO)-
2005.Hal tersebut terdapat dalam keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia tentang standarantropometri penilaian status gizi anak.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pemantauan pertumbuhan anak ?
2. Bagaimana survei nasional mengenai status gizi ?
3. Apa yang dimaksud dengan KMS?
4. Apa yang dimaksud dengan aplikasi WHO-Antro dan apa saja parameter
yang digunakan untuk penilaian status gizi ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pemantauan pertumbuhan
anak dan cara pemantauan pertumbuhan anak
2. Untuk dapat mengetahui mengenai survei nasional status gizi
3. Untuk dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan KMS
4. Dapat mengetahui apa yang diaksud dengan aplikasi WHO-Antro dan
parameter yang digunakan untuk penilaian status gizi
BAB II
PEMBAHASAN
Pertumbuhan dan perkembangan anak adalah dua aspek penting yang saling
berkaitan dan perlu diperhatikan agar anak bisa mencapai kehidupan yang
lebih baik. Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi tumbuh
kembang anakyaitu dengan pengukuran antropometri.Pengukuran
antropometri ini meliputi pengukuran berat badan, tinggi badan (panjang
badan), lingkar kepala, lingkar lengan atas (Hidayat, 2013).
Status gizi adalah keadaan tubuh yang merupakan hasil akhir dari
keseimbangan antara zat gizi yang masuk ke dalam tubuh dan utilisasinya.
Sedangkan menurut Almatsier (2005), status gizi adalah keadaan tubuh
sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi.Kekurangan
gizi tidak saja membuat stunting, tetapi juga menghambat kecerdasan, memicu
penyakit, dan menurunkan produktivitas. Ada 3 gangguan utama yang
disebabkan oleh stunting, antara lain : 1) Gagal tumbuh yang menyebabkan
berat badan lahir rendah, kecil, pendek, kurus; 2) Hambatan perkembangan
kognitif dan motorik yang mempengaruhi perkembangan otak dan
keberhasilan pendidikan; 3) Gangguan metabolik pada usia dewasa yang
meningkatkan risiko penyakit tidak menular seperti diabetes,
obesitas, stroke dan penyakit jantung.
Ada dua faktor penyebab gangguan gizi yaitu penyebab langsung maupun
tidak langsung. Penyebab langsung gangguan gizi pada bayi dan balita adalah
asupan gizi yang tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh serta penyakit infeksi.
Sedangkan faktor tidak langsung terjadinya gangguan gizi terutama pada anak
balita yaitu pengetahuan, persepsi tertentu terhadap makanan, kebiasaan atau
pantangan, kesukaan jenis makanan tertentu, jarak kelahiran yang terlalu
rapat, sosial ekonomi.
Masa pertumbuhan tercepat seorang anak adalah 1000 hari pertama kehidupan
(HPK), yang dinilai sejak awal kehamilan sampai usia 2 tahun. Pada masa ini
apabila gangguan pertumbuhan yang tidak terdeteksi dan tidak diintervensi
dapat menyebabkan efek jangka panjang yang dapat menurunkan kualitas
hidupnya. Berdasarkan rekomendasi WHO, intervensi yang dapat dilakukan
untuk mencegah stunting antara lain : 1) Menggalakkan Inisiasi Menyusu Dini
(<1 Jam Lahir), 2) Memberikan ASI Eksklusif selama 6 bulan, 3) Memberikan
MPASI yang diberikan pada usia 6 bulan sambil melanjutkan pemberian ASI,
dan 4) Memberikan MPASI tepat waktu, mempunyai kandungan nutrisi cukup
dan seimbang, aman, diberikan dengan cara yang benar serta mempunyai
komposisi MPASI cukup protein hewani, lemak dan mikronutrien. Sejalan
dengan visi misi kementerian kesehatan dengan target pemerintah RI
menurunkan angka stunting dari 30,8% menjadi 19% pada tahun 2024.
Software Anthro terdiri dari 2 bagian: untuk balita dan anak prasekolah
(Anthro plus) dan untuk usia > 5 tahun sd 19 tahun (WHO Anthro), persiapan
dan prinsip-prinsip penggunaan kedua software ini sama persis, perbedaan
hanya terletak pada bagian milestone untuk menilai perkembangan yang hanya
terdapat pada anak di bawah 2 tahun.
Tampilan awal pada aplikasi WHO Anthro dan WHO Anthroplus
Kegunaan menu 3 Nutritional Survey : untuk mengolah data status gizi balita
yang mana hasil pengumpulan data secara cross sectional (surveypenelitian).
Dalam pelaksanaannya, menurut Supariasa dalam Ilmu Gizi Teori & Aplikasi
2016 pengukuran status gizi menggunakan antropometri memiliki kelebihan
dan kelemahan.
Kelebihan penggunakan antropometri dalam pengukuran status gizi adalah
sebagai berikut :
1. Prosedurnya sederhana, aman dan dapat dilakukan pada jumlah sampel
yang benar
2. Relative tidak membutuhkan tenaga ahli tetapi cukup dilakukan oleh
tenaga yang sudah dilatih dalam waktu singkat agar dapat melakukan
pengukuran antropometri,
3. Alatnya murah, mudah dibawa, tahan lama, dapat dipesan dan dibuat di
daerah setempat,
4. Metode ini tepat dan akurat karena dapat dibakukan.
5. Dapat mendeteksi atau menggambarkan riwayat gizi di masa lampau.
6. Umumnya dapat mengidentifikasi status gizi kurang dan gizi buruk karena
sudah terdapat ambang batas yang jelas.
7. Metode antropometri dapat mengevaluasi perubahan status gizi pada
periode tertentu atau dari satu generasi ke generasi berikutnya.
8. Metode antropometri gizi dapat digunakan untuk penapisan kelompok
yang rawan terhadap gizi.
Selain kelebihan dalam pelaksanaanya, metode antropometri juga memiliki
kelemahan. Beberapa kelemahan tersebut adalah :
1. Tidak sensitif yang mengandung arti metode ini tidak dapat mendeteksi
status gizi dalam waktu singkat. Selain itu, metode ini juga tidak dapat
membedakan kekurangan zat gizi tertentu seperti zink dan zat besi.
2. Faktor di luar gizi (penyakit, genetik dan penurunan penggunaan energi)
dapat menurunkan spesifisitas dan sensitivitas pengukuran antropometri.
3. Kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran dapat memengaruhi presisi,
akurasi dan validitas pengukuran antropometri gizi
4. Kesalahan ini terjadi karena pengukuran, perubahan hasil pengukuran baik
fisik maupun komposisi jaringan dan analisis serta asumsi yang keliru.
5. Sumber kesalahan biasanya berhubungan dengan latihan petugas yang
tidak cukup, kesalahan alat alau alat yang tidak ditera dan kesulitan
pengukuran.
Dikutip dari Journal of Community Empowerment for Health Universitas
Gadja Mada, Yogyakarta Indonesia yang di publikasikan pada tahun 2018.
Dimana Survei dilakukan pada 17 Maret hingga 20 April 2018, di lima pos
pelayanan terpadu (posyandu) di Agats, Asmat, Papua, yaitu Posyandu
Bintang Laut, Dolog, Yayasan Kemajuan dan Pengembangan Asmat (YKPA),
Nurkorem, dan Bhayangkari, Tetapi dari 14 keseluruhan jumlah posyandu
hanya kelima posyandu ini yang terjangkau pada periode survei.
Sebagai subjek sebanyak 372 anak (48,2%), Survei dilakukan dengan mendata
Balita yang datang ke Posyandu selama periode survei meliputi jenis kelamin
(laki-laki atau perempuan), usia (dalam bulan), berat badan (kilogram/kg), dan
panjang/tinggi badan (dalam sentimeter/cm). Data berat badan dan tinggi
badan dikonversi ke dalam indeks berat badan menurut umur (BB/U), tinggi
badan menurut umur (TB/U), dan berat badan menurut panjang atau tinggi
badan (BB/TB) menggunakan perangkat lunak WHO Anthro versi Ketiga
indeks tersebut menggambarkan aspek yang berbeda untuk gizi anak, Status
gizi ditentukan berdasarkan kriteria dari World Health Organization (WHO).
Dari hasil survei di dapatkan Jumlah total anak yang terdaftar di lima
posyandu sejumlah 772 anak, tetapi peserta yang datang ke posyandu pada
periode survei dan diikutkan sebagai subjek sebanyak 372 anak (48,2%).
Dari 372 anak balita yang mengikuti survei, 35 (9,4%) anak menderita gizi
kurang dan 7 (1,9%) anak menderita gizi buruk. Terdapat 21 (5,7%) anak yang
tergolong pendek dan 12 (3,2%) anak yang tergolong sangat pendek.
Didapatkan pula 23 (6,2%) anak kurus dan 6 (1,6%) anak sangat kurus.
Persentase anak yang memiliki status gizi di bawah normal dalam survei ini
lebih rendah daripada angka nasional dan Papua, tetapi persentase di dua
posyandu lebih tinggi daripada angka nasional dan Papua.
Tujuan Khusus :
1. Sebagai alat bantu bagi ibu atau orang tua dalam
memantau tingkat pertumbuhan dan perkembangan
balita yang optimal.
D. Aplikasi WHO-Anthro
Pada tahun 2005, World Health Organization (WHO) menciptakan aplikasi
“WHO anthro” yang dapat digunakan untuk menghitung status gizi dan
memantau perkembangan motorik anak. Aplikasi tersebut menggunakan data
antropometri seperti umur, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan, dan
lingkar kepala sehingga tidak perlu dilakukan lagi melakukan perhitungan
manual untuk penilaian status gizi.
Dengan adanya suatu aplikasi seperti WHO anthro yang dapat menghitung
status gizi serta memantau perkembangan motorik seorang anak sangatlah
membantu dalam menanggulangi masalah gizi. Namun aplikasi WHO anthro
bukan ditujukan untuk orang tua sebagai user-nya, melainkan dokter atau
petugas kesehatan lainnya, sehingga orang tua yang memiliki pengetahuan
yang minim tentang status gizi dan z score akan mengalami kesulitan dalam
pengoperasian dan pembacaan hasilnya. Sehubungan dengan hal tersebut,
perlu adanya suatu aplikasi yang dapat melakukan perhitungan status gizi dan
memantau perkembangan seorang balita serta mudah dipahami oleh user yang
awam dalam penilaian status gizi sekalipun.
A. Kesimpulan
Ada 3 gangguan utama yang disebabkan oleh stunting, antara lain : 1) Gagal
tumbuh yang menyebabkan berat badan lahir rendah, kecil, pendek, kurus; 2)
Hambatan perkembangan kognitif dan motorik yang mempengaruhi
perkembangan otak dan keberhasilan pendidikan; 3) Gangguan metabolik
pada usia dewasa yang meningkatkan risiko penyakit tidak menular seperti
diabetes, obesitas, stroke dan penyakit jantung.
In: The obese and overwight child; Rolland- Chachera MF et al; 2002
antropometri adalah metode pengukuran yang sudah bersifat universal dan
tidak mahal yang digunakan untuk menilai dan mengukur bentuk dan ukuran
komposisi manusia yang digunakan untuk melihat kesehatan tubuh,
memprediksi kinerja, faktor risiko dan kelangsungan hidup.
Dari hasil survei di dapatkan Jumlah total anak yang terdaftar di lima
posyandu sejumlah 772 anak, tetapi peserta yang datang ke posyandu pada
periode survei dan diikutkan sebagai subjek sebanyak 372 anak (48,2%).Dari
372 anak balita yang mengikuti survei, 35 (9,4%) anak menderita gizi kurang
dan 7 (1,9%) anak menderita gizi buruk.
B. Saran
Kami mengharapkan agar para pembaca dapat memahami isi dari makalah ini,
dapat mengambil manfaat dari makalah ini, dan juga pembaca dapat
menambah pengetahuan melalui makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad Djaeni Sediaoetama. (2000). Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi di
Indonesia Jilid I. Jakarta: Penerbit Dian Rakyat
Almatsier S. (2005). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI. (1996). Daftar Komposisi Zat Gizi.
Pangan Indonesia. Departemen Kesehatan RI.
Pudjohartono, M. F., Rinonce, H. T., Debora, J., Astari, P., Winata, M. G., &
Kasim, F. (2019). Survei status gizi balita di Agats, Asmat, Papua: Analisis
situasi pascakejadian luar biasa gizi buruk. Journal of Community
Empowerment for Health, 2(1), 10. doi:10.22146/jcoemph.39235
Rokom. (2019). Soft launching Menkes Lakukan status Hasil Survei Gizi Balita
Indonesia 2019. Diambil dari situs Kemkes.go.id.(Gi):
https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilismedia/20191018/3732054/meke
s-lakukan-soft-launching-hasil-survei-status-gizi-balita-indonesia-2019.
Soekirman. (2000). Ilmu Gizi dan Aplikasinya untuk Keluarga dan Masyarakat.
Jakarta.Dirjen Dikti Depdiknas.
World Health Organization. WHO Anthro (version 3.2.2, January 2011) and
macros [Internet]. World Health Organization; 2017 [cited 2018 Sep 22].
Available from: http://www.who.int/childgrowth/software/en/