PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan merupakan salah satu aspek dari kehidupan masyarakat. Mutu
hidup yang rendah, produktivitas tenaga kerja yang berkurang, angka kesakitan
dan kematian yang tinggi pada bayi dan anak-anak, serta terganggunya
perkembangan mental adalah akibat langsung atau tidak langsung dari masalah
gizi kurang.
Beberapa penyakit yang menjadi tolak ukur kesehatan dan status gizi di
masyarakat adalah kekurangan energi protein (KEP), anemia gizi zat besi,
gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY), kekurangan vitamin A (KVA).
Keempat penyakit ini merupakan masalah kesehatan gizi di masyarakat yang di
tetapkan pemerintah dengan berbagai program.
Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) merupakan salah satu
masalah yang muncul sejak lama. Pada awalnya, hubungan unsur yodium dengan
gondok endemik dilihat sebagai hubungan secara langsung yang ditunjukkan
dengan praktek kedokteran Cina yang menggunakan biji ganggang Sargassum dan
Laminaria japonica yang kaya yodium sebagai obat gondok. Akan tetapi, mulai
tahun 1960-an pandangan para ahli terhadap defisiensi yodium berubah dari
memandang defisiensi yodium berakibat pada gondok endemik dan kretin
endemik saja ke perubahan yang lebih luas, yaitu seperti gangguan perkembangan
susunan saraf pusat termasuk intelegensia
Dengan demikian istilah defisiensi yodium dahulu yang diidentikkan
dengan gondok endemik degantikan dengan gangguan akibat kekurangan
yodium (GAKY) yang efeknya amat luas, dapat mengenai semua segmen usia
sejak dikandungan ibu hingga orang dewasa.
WHO menyebutkan bahwa secara global defisiensi yodium adalah
penyebab tunggal yang paling terpenting yang bisa menyebabkan kerusakan otak.
Telah banyak diterbitkan buku dan publikasi yang melaporkan prevalensi serta
penyebaran gondok endemik di dunia. Terakhir dilaporkan dalam MDIS Working
Paper, 1993.
Kilangan.
c. Mengidentifikasi masalah tingginya TGR di wilayah kerja Puskesmas
Lubuk Kilangan.
d. Mencari alternatif solusi untuk pemecahan masalah tingginya TGR di
wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan
e. Menentukan Plan Of Action dari masalah tingginya TGR di wilayah kerja
Puskesmas Lubuk Kilangan
BAB II
GAMBARAN UMUM PUSKESMAS
2.1 Sejarah Puskesmas
Puskesmas Lubuk Kilangan ini didirikan diatas tanah wakaf yang
diberikan KAN yang pada tahun 1981 dengan Luas tanah 270 M 2 dan Gedung
Puskesmas sendiri didirikan pada tahun 1983 dengan luas bangunan 140 M 2
dimana saat itu Pimpinan Pusksmas yang pertama adalah dr. Meiti Frida dan pada
tahun itu juga Puskesmas mempunyai 1 buah Pustu Baringin.
Pembangunan Puskesmas ini dibiayai dari APBN. Pelayanan yang
diberikan saat itu meliputi BP, KIA dan Apotik. Dengan Jumlah pegawai yang ada
pada saat itu sekitar 10 orang dan sampai saat ini telah mengalami pergantian
Pimpinan Puskesmas sebanyak 11 kali.
Pada Tahun 1997 telah dilakukan rehabilatasi Puskesmas secara maksimal,
karena adanya keterbatasan lahan, rumah dinas paramedis yang ada pada saat itu
dijadikan kantor dan juga ada penambahan beberapa ruangan pelayanan lainnya.
Saat sekarang kondisi bangunan Puskesmas Lubuk Kilangan sudah
permanen terdiri dari beberapa ruangan kantor seperti: BP, KIA, Gigi, Labor, KB,
Apotik, Imunisasi dengan jumlah pegawai yang ada sebanyak 52 orang termasuk
Pustu. Walaupun demikian bangunan Puskesmas Lubuk Kilangan saat sekarang
masih belum mempunyai gudang obat dan gudang gizi (PMT), ruangan khusus
Pelayanan Lansia.
Pelayanan Puskesmas Lubuk Kilangan yang diberikan saat ini adalah 6
Pelayanan Dasar yaitu: Yankes, P2P, Kesga, Promkes, Kesling dan Program
inovatif (untuk Puskesmas Lubuk Kilangan saat sekarang Program inovatif Belum
berjalan).
2.2 Kondisi Geografis
Wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan meliputi seluruh Wilayah
Kecamatan Lubuk Kilangan dengan luas Daerah 85,99 Km 2 yang terdiri dari 7
kelurahan dengan luas:
a.
: 19.29 Km2
b.
Kelurahan Indarung
: 52.1 Km2
c.
: 4.91 Km2
d.
: 2.87 Km2
e.
: 3.32 Km2
f.
Kelurahan Baringin
: 1.65 Km2
g.
Kelurahan Tarantang
: 1.85 Km2
b.
c.
d.
c. Kelurahan Indarung
f. Kelurahan Baringin
g. Kelurahan Tarantang
: 4 RW/ 18 RT
b. Kelurahan Indarung
: 12 RW/ 44 RT
: 4 RW/ 20RT
: 11 RW/ 40 RT
: 7 RW/ 27 RT
f. Kelurahan Baringin
: 2 RW/ 5 RT
g. Kelurahan Tarantang
: 2 RW/ 7 RT
Sasaran Puskesmas
a. Jumlah penduduk
: 43.532 Jiwa
: 904 Jiwa
: 542 Jiwa
: 3506 Jiwa
: 4410 Jiwa
: 995 Jiwa
: 949 Jiwa
h. Ibu Bersalin
: 949 Jiwa
Sarana Pendidikan
1. SMU/SMK: 3 Unit
2. SLTP
: 4 Unit
3. SD
: 23 Unit
4. TK
: 15 Unit
b. Sarana Kesehatan
Puskesmas Lubuk Kilangan memiliki sarana:
1. Puskesmas Induk
: 1 Unit
2. Puskesmas Pembantu
: 3 Unit
Pustu Indarung
Pustu Baringin
: 1 Unit
: 1 Unit
5. Motor Dinas
: 4 Unit
6. Komputer
: 2 Unit
7. Mesin Tik
: 2 Unit
8. Laptop
: 1 Unit
9. LCD/Infocus
: 1 Unit
c. Prasarana Kesehatan
1. Posyandu Balita
: 41 Buah
2. Posyandu Lansia
: 11 Buah
3. Kader Kesehatan
: 164 Orang
: 5 orang
: 21 orang
: 38 Buah
: 27 Buah
2.5 Ketenagaan
Dokter Umum
Dokter Gigi
Sarjana Kesehatan Masyarakat
Akper
SPK
Akbid
Bidan (D I)
Asisten Apoteker
AKL
AAK
Perawat Gigi
Pekarya Kesehatan
SMA
SMP
: 4 Orang
: 2 Orang
: 3 Orang
: 6 Orang
: 6 Orang
: 6 Orang
: 13 Orang
: 2 Orang
: 1 Orang
: 1 Orang
: 2 Orang
: 3 Orang
: 2 Orang
: 1 Orang
PIMPINAN PUSKESMAS
Drg Euis Yoyo.
CAMAT
TATA USAHA
YESSI GUSMINARTI, SKM
PERENCANAAN
Drg. Euis Yoyo
Drg. Afridawati
KEUANGAN
Hj. Afridawarni
Hayati
Yusmawarni
PERLENGKAPAN &
Inventaris
Desmiavita.D
Hj. Fitri Dewi
KOORDINATOR YANKESMAS
Drg. Afridawati
Pj. Promkes:Frisna Devi,SKM
:Sefnita
Pj. Apotik
: Widani
Pj. Laboratorium
Susanti,AmAk
: Esi
:Titin Haryani
Pj. MR
:Yusmawarni
Pj. KB
P2M
Pj.
Imunisasi
:Ermay
ani
Pj. DBD
:Adsemar Tati Budi
Pj. TB Paru dan Kusta :Damsiar
Pj. Rabies
: Marini MS, Amd.Kep
Pj. Malaria
:Adsemar Tati Budi
Pj. Diare
:Marina Yulia Ningsih
Pj. Surveilans
: Marry Denita Wati
Pj. Campak
: Marry Denita Wati
Pj. ISPA
Pj. Gizi
: Renita, SKM
PUSTU INDARUNG
Mortianis
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
PUSTU BARINGIN
Hj. Erliza HB
hormon
yang
mengatur
pertumbuhan
dan
perkembangan
10
dan jangkauan pencapainya atau dalam istilah managemen disebut output, sedangkan
dampaknya terhadap kehidupan bangsa baru kelihatan 10-20 tahun kemudian.
Pertumbuhan dan perkembangan anak sudah dimulai sejak dalam kandungan.
Untuk keperluan tumbuh kembang itu dibutuhkan sejumlah zat gizi makro seperti
hidrat arang, protein, lemak dan sejumlah mineral. Disamping itu, tidak kalah
pentingnya adalah zat gizi mikro, seperti mineral yodium, selenium, tembaga, zink,
vitamin A dan sejumlah vitamin lainnya.
Rendahnya asupan sebagai akibat dari rendahnya kandungan yodium pada air dan
tanah mengakibatkan terjadinya pembesaran kelenjar gondok, sehingga terjadinya
pembesaran kelenjar gondok di berbagai daerah di tanah air. Pada awal tahun 1970-an
begitu rendahnya asupan yodium penduduk sehingga hampir disemua provinsi
terdapat kecamatan endemic sedang dan berat.
3.3 Epidemiologi Kekurangan Yodium
Gangguan akibat kekurangan yodium, disingkat GAKY adalah sekelompok
gejala sebagai akibat dari kekurangan intake yodium yang berlangsung lama,gejalagejala yang dapat diamati antara lain :
1. Penurunan IQ
2. Keguguran kandungan
3. Gangguan perkembangan saraf
4. Kretinisme, menyebabkan orang ceboldan bodoh
Di Indonesia sendiri masalah GAKY merupakan salah satu masalah kesehatan yang
amat penting karena beberapa hal, antara lain karena :
1. Berkaitan erat dengan kualitas hidup manusia
2. Luas daerah yang terkena sangat luas dan meliputi hampir 100 juta penduduk
di Indonesia
3. Upaya penanggulangan yang dilakukan hampir 30 tahun belum mampu
menuntaskan masalahnya
11
12
yaitu factor lingkungan, perilaku manusia, akses ke pelayanan kesehatan dan factor
keturunan. Berkaitan dengan GAKY factor utama penyebab terjadinya kekurangan
yodium adalah :
Penanggulangan
GAKY :
Yodisasi garam
Dis Kaps minyak
beryodium
Penyuluhan, supervisi
Monitoring dan
evaluasi
Koord Lintas Sektor
KETURUNA
N
PREVALENSI GAKY
Lingkungan
yang Buruk
PERILAKU
MANUSIA
13
seperti penyuntikan
lipiodol,
14
15
16
meningkatnya prevalensi GAKY pada anak Sekolah Dasar dari 8,5% menjadi 10,8%
dan di beberapa propinsi terlihat daerah-daerah endemic sedang dan berat yang baru.
Untuk menanggulangi
(suntikan
lipiodol),
fortifikasi
konsumsi
dengan
yodium.
17
Saat ini di dunia diperkirakan 1,6 miliar penduduk dunia memiliki resiko
kekurangan yodium,
yodium. Kira-kira 30.000 bayi lahir mati setiap tahun, dan lebih dari 12.000 bayi
kretin, yakni retardasi mental, tubuh pendek, bisu tuli atau lumpuh.
Di Indonesia berdasarkan data survey pada tahun 1980-1982, diperkirakan
75.000 menderita ktreinisme, 3,5 juta orang dengan gangguan mental, bahkan di
beberapa desa 10-15% menderita kretin. Telah dilakukan penelitian pada anak
Sekolah Dasar antara tahun 1980-1982 di 26 propinsi, didapatkan prevalensi goiter
lebih dari 10 % pada 68,3% dari 966 kecamatan yang diperiksa, dan di beberapa desa
lebih dari 80% penduduknya dengan gondok.
Pada tahun 1998 dilakukan pemeriksaan terhadap 46.000 anak sekolah dari
878 kecamatan yang telah diseleksi pada tahun 1980-1982, dibandingkan data
terdahulu prevalensi gondok yang terlihat menurun sekitar 37,2% sampai 50%.
Survei yang sama diulangi 5 tahun kemudian, pada tahun 2003, seperti yang dapat
dilihat pada peta berikut :
18
Dari peta diatas tampak bahwa propinsi Sumatera Barat berada pada posisi
daerah endemik sedang dengan prevalensi antara 20-29,9% bersama propinsi lainnya
seperti Sulawesi Barat, Jawa Timur dan lain-lain.
Dengan dilaksanakannya berbagai program penanggulangan GAKY maka
prevalensi GAKY di Indonesia menurun sejalan dengan usaha penanggulangan yang
semakin intensif. Namun demikian di beberapa daerah justru terjadi peningkatan yang
signifikan.
Seseorang dikatakan normal apabila kelenjar gondok tidak teraba, sedangkan
grade 1 apabila kelenjar gondok terlihat sewaktu ekstensi leher dan teraba lebih besar
dari ibu jari orang yang bersangkutan. Seseorang dikatakan menderita GAKY grade 2
apabila kelenjar gondoknya teraba dan tampak membesar dari jarak beberapa meter.
Prevalensi GAKY diukur berdasarkan perhitungan tingkat pembesaran
kelenjar gondok, yaitu :
a. Total Goiter Rate (TGR) adalah semua kasus dengan pembesaran kelenjar
gondok (grade 1 plus 2) dibagi dengan seluruh anak yang diperiksa.
b. Visible Goiter Rate (VGR) adalah semua kasus dengan grade 2 dibagi
dengan semua anak yang diperiksa.
Tabel 1.Klasifikasi Endemisitas GAKY menurut % TGR berdasarkan warna Peta
TGR
Endemicity
<5%
Non Endemik
5 19.9 %
Endemik ringan
20 30 %
Endemik sedang
> 30 %
Endemik Berat
Sumber : Pemetaan GAKY Kota Padang Tahun 2009
Warna
Hijau
Kuning
Merah
Hitam
Pada survey pemetaan GAKY Nasional tahun 1998 diperoleh sebaran GAKY
yang sangat bervariasi antar propinsi dan kabupaten kota di Indonesia, dan pada
survey itu ternyata propinsi Sumatera Barat termasuk kelompok endemic sedang
dengan TGR propinsi 20,5%.
Dari peta diatas tampak bahwa 4 propinsi dengan endemic berat berwarna
hitam dan dua propinsi yaitu Sulawesi Tenggara dan Sumatera Barat dengan endemic
sedang dengan warna merah. Dengan pemberian kapsul minyak beryodium sekali
19
dalam setahun untuk kelompok rawan di daerah endemic berat dan sedang, disamping
itu dilakukan pula penyempurnaan monitoring dan evaluasi yodisasi garam.
Hasilnya jelas sekali, telah terjadi penurunan prevalensi GAKY, dan
penurunan jumlah anak yang dilahirkan dengan gejala kretinisme, hampir disemua
daerah. Akan tetapi dalam 5-10 tahun terakhir terjadi fenomena yang menarik,
dimana penurunan prevalensi GAKY yang sangat lambat, bahkan gejala
meningkatnya TGR di beberapa daerah pesisir dan kepulauan, seperti Maluku, Nusa
tenggara Barat, Kota Padang dan lain-lain.
20
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Identifikasi Masalah
Proses identifikasi masalah dilakukan melalui kegiatan observasi dan
wawancara dengan staf puskesmas dan menganalisis laporan tahunan puskesmas dan
laporan pemetaan GAKY Kota Padang. Beberapa potensi masalah yang didapatkan
di puskesmas Lubuk Kilangan adalah:
1. Rendahnya partisipasi masyarakat ke posyandu
Berdasarkan laporan tahunan puskesmas Lubuk Kilangan tahun 2009 serta
diskusi dengan pemegang program, pencapaian D/S di posyandu bayi masih rendah
di banding target yang telah ditetapkan oleh dinas kesehatan kota Padang. Jumlah
sasaran yang ditetapkan DKK adalah sebesar 904 bayi (65%) sedangkan angka
pencapaian D/S bayi di Puskesmas lubuk Kilangan tahun 2009 adalah 505 bayi
(56%). Dari data ini didapatkan kesenjangan sebesar 9 %.
Tabel 4.1 Hasil Pencapaian program PROMKES Tahun 2009
NO
URAIAN
PENCAPAIAN (%)
TARGET (%)
KESENJANGAN
(%)
56
65
-9
96
100
-4
93
100
-7
D/S
PENYULUHAN DALAM
GEDUNG
PENYULUHAN LUAR
GEDUNG
PEMBENTUKKAN DESA
SIAGA
4 KEL
7 KEL
-3 KEL
POSYANDU AKTIF
41 (100%)
41 (100%)
11 BUAH
7 BUAH
+4
KADER AKTIF
87
90
-3
JUMLAH TOGA
28
2
3
9
JUMLAH POD
Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Lubuk Kilangan Tahun 2009
21
Target
/ %
Hasil
Kesenjangan
Sasaran
TB Paru
1. Angka Penemuan 68
Pencapaian
70
13
19
-51
BTA + 2008
2. Angka Penemuan 68
70
15
22
-48
BTA + 2009
Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Lubuk Kilangan Tahun 2008-2009
3. Masih rendahnya pencapaian target pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas Lubuk
Kilangan
Pada tahun 2009, dari laporan tahunan bagian KIA di Puskesmas Lubuk
Kilangan, didapatkan angka pemberian ASI Eksklusif yang rendah, yakni hanya 79,7
% sedangkan target pemberian ASI eksklusif adalah 100%. Dari data tersebut
didapatkan kesenjangan sebanyak 33,8%.
22
NO
KINERJA
SASARAN
TARGET (%)
HASIL
/
%
PENCAPAIAN
968
ANC
995
897
K1
995
95
199
K4
994
90
773
2
RESTI
995
20
826
3
NEONATUS
904
84
2701
4
PERSALINAN
945
85
110
5
IBU MENYUSUI
1088
100
721
6
ASI EKSKLUSIF
1088
100
Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Lubuk Kilangan Tahun 2009
1
97.2
90.1
20
85.5
87.4
149.3
6.1
66,2
KESENJAN
GAN
+ 2.2%
+ 0.1 %
+ 1.5 %
+ 2.4 %
33.8 %
Tabel 4.4.Data Survey Pemetaan TGR Kota Padang Menurut Kecamatan Tahun 2009
Kecamatan
23
2006
2009
Padang Barat
25,5
17,3
Nanggalo
21,4
12,5
44,5
13,6
Padang Utara
19,2
30,1
Koto Tangah
40,0
14,2
Padang Selatan
27,9
26,4
Kuranji
32,1
37,5
Padang Timur
19,6
16,7
Pauh
20,1
26,9
Lubuk Kilangan
14,8
29,9
Lubuk Begalung
25,2
23,8
Kota Padang
26,4
21,4
24
25
Intervensi
2
Biaya
4
26
Mutu
2
Total
11
Ranking
V
partisipasi
masyarakat
ke
posyandu
2.Rendahnya cakupan
penemuan TB Paru
(CDR=
Case
Detection
Rate)
kecamatan
di
12
IV
14
III
18
15
II
Lubuk
Kilangan
3. Masih rendahnya
pencapaian
target
pemberian
ASI
Eksklusif
di
puskesmas
Lubuk
Kilangan
4. Tingginya angka
Total
Goiter
Rate
(TGR) di kecamatan
Lubuk Kilangan
5. Tingginya angka
kejadian
puskesmas
ISPA
di
Lubuk
Kilangan
Dari tabel penilaian prioritas masalah di atas didapatkan masalah dengan nilai
tertinggi yaitu Tingginya angka Total Goiter Rate (TGR) di kecamatan Lubuk
Kilangan. Untuk itu, kami mencoba mengangkat permasalahan tersebut.
4.3 Analisis Sebab Akibat Masalah
Pada tahap awal dilakukan wawancara dengan pemegang program GAKY
mengenai penyebab Tingginya angka Total Goiter Rate (TGR) di kecamatan Lubuk
27
Kilangan. Dari hasil wawancara dan catatan laporan pemetaan GAKY Kota Padang,
dan data pemerintah kota padang penyebab tingginya angka TGR tersebut, sebagai
berikut :
a. Manusia
Masyarakat
a. Kurangnya pengetahuan, sikap dan tindakan masyarakat tentang
garam beryodium.
Hal ini didukung oleh hasil pengolahan kuisioner berdasarkan sistem
skoring, yaitu dari 33 responden, didapatkan hasil bahwa masyarakat
yang mempunyai tingkat pengetahuan kurang sebanyak 30 orang
(90,9%)
Kader
a. Kurangnya pengetahuan dan keaktifan kader dalam mensosialisasikan
penggunaan garam beryodium. Didukung oleh hasil pengolahan
kuisioner yang menyatakan bahwa masyarakat yang mengetahui
adanya penyuluhan hanya sebesar 20 %.
Pedagang Garam
a. Kurangnya pengetahuan dan kepedulian pedagang garam untuk
menjual garam beryodium.
Hal ini didukung oleh hasil pengolahan kuisioner dimana sebesar 25 %
masyarakat membeli garam non yodium, sehingga dapat disimpulkan
28
masyarakat
mendapatkan
infromasi
mengenai
garam
beryodium dari media televisi sebesar 80%, media radio 8%, media
cetak 10%, sedangkan media lefleat ataupun poster sebesar 0%. Dari
data diatas diketahui bahwa di masyarakat kurang mengetahui
infromasi garam yodium dari media yang disediakan oleh puskesmas.
c. Metode
a. Kurang efektifnya penyuluhan mengenai Garam Beryodium.
Hal ini didukung oleh hasil pengolahan kuisioner bahwa dari 20 %
masyarakat yang mengikuti penyuluhan, sebesar 90% menyatakan
penyuluhan yang diberikan kurang efektif dan kurang jelas.
d. Lingkungan
a. Rendahnya kandungan yodium dalam bahan makanan sehari-hari
karena rendahnya kandungan yodium dalam tanah.
Hal ini disebabkan Lubuk Kilangan merupakan daratan tinggi dengan
ketinggian 1853 meter dari permukaan laut serta tingkat curah hujan
Kota Padang mencapai rata-rata 405,58 mm perbulan dengan rata-rata
hari hujan 17 hari per bulan pada tahun 2003, berdasarkan data dari
pemerintah kota padang.
Hubungan sebab akibat tingginya angka Total Goiter Rate (TGR) di
kecamatan Lubuk Kilangan dapat digambarkan dalam diagram sebab akibat (diagram
tulang ikan atau diagram ischikawa) sebagai berikut :
29
Masyarakat
Kurangnya pengetahuan, sikap dan tindakan
masyarakat
tentang garam beryodium.
Kader
Manusia
Lingkungan
Tingginya angka
Total Goiter Rate
(TGR) di
kecamatan Lubuk
Kilangan
Material
Metode
Kurangnya informasi
mengenai
Garam
Beryodium,
seperti
poster dan leaflet.
Kurang efektifnya
penyuluhan mengenai
Garam Beryodium.
30
4.4
leaflet,
Target
Kilangan
: Kader-kader yang sudah diberikan penyuluhan dan
31
32
2. Material
Penyediaan media dan alat peraga, seperti sample garam,leaflet dan poster
garam beryodium.
a. Rencana
b.
c.
d.
e.
menggunakan proyektor
Pelaksana
: petugas kesehatan
Pelaksanaan : Disetiap kegiatan penyuluhan dalam gedung
Sasaran
: Ibu-ibu
Target
: Ibu-ibu
Indikator
: Terlaksananya penyuluhan satu kali dalam tiga bulan.
4. Lingkungan
Meningkatkan
intake
yodium
masyarakat
Lubuk
Kilangan
dengan
33
34
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Termasuknya Kelurahan Lubuk Kilangan sebagai Endemik sedang menurut
Pemetaan GAKY di Kota Padang
dan menurut
data yang
upaya
mensosialisasikan
dan
memotivasi
ibu-ibu
untuk
36