(…………………………..) (…………………………..)
DAFTAR ISI
1
KATA PENGANTAR.......................................................................................................2
BAB I.................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.............................................................................................................3
1.1 Latar Belakang...................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................4
1.3 Tujuan................................................................................................................4
1.4 Manfaat..............................................................................................................4
BAB II...............................................................................................................................5
STUDI LITERATUR.........................................................................................................5
2.1 Definisi...............................................................................................................5
2.2 Etiologi...............................................................................................................6
2.3 Klasifikasi..........................................................................................................8
2.4 Patofisiologi.......................................................................................................8
2.5 Manifestasi Klinis..............................................................................................9
2.6 Pemeriksaan Diagnostik...................................................................................10
2.7 Penatalaksanaan...............................................................................................11
2.8 Prognosis..........................................................................................................16
2.9 Web of Caution (WOC)....................................................................................16
BAB III............................................................................................................................17
ASUHAN KEPERAWATAN..........................................................................................17
3.1 Pengkajian........................................................................................................17
3.2 Diagnosa Keperawatan.....................................................................................18
3.3 Intervensi..........................................................................................................19
3.4 Pendidikan Kesehatan Terpilih.........................................................................23
BAB IV............................................................................................................................24
ANALISA ARTIKEL JURNAL......................................................................................24
BAB V.............................................................................................................................26
PENUTUP.......................................................................................................................26
5.1 Simpulan..........................................................................................................26
5.2 Saran................................................................................................................26
Daftar Pustaka..................................................................................................................27
KATA PENGANTAR
2
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala
kebesaran dan nikmat hidayah yang telah diberikan-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang sindrom nefrotik ini dengan lancar. Penyusunan
Makalah ini dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah sistem perkemihan dan
sebagai sarana untuk menambah pengetahuan serta wawasan.
Makalah ini masih memiliki kelemahan dan kekurangan. Oleh karena itu,
kami memohon maaf atas kekurangan tersebut. Juga senantiasa membuka tangan
untuk menerima kritik dan saran yang membangun agar kelak kami bisa berkarya
lebih baik lagi. Harapan kami semoga karya kecil ini bisa bermanfaat bagi kita
semua Ners Universitas Megarezky Makassar .
Adapun tujuan dari penulisan laporan kasus ini adalah untuk mempelajari
cara pembuatan laporan untuk memenuhi penilaian pada stase KEPERAWATAN
ANAK, penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan akan tetapi dengan
bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Selesainya laporan ini
berkat bimbingan dan dorongan moril dari berbagai pihak oleh karena itu
sepantasnya penulis menyampaikan terima kasih yang mendalam kepada pihak-
pihak yang sudah membantu, diantaranya sebagai berikut kepada yang terhormat :
3
6. Ibu Ns Risna Damayanti,S.Kep.,Ns.,M.Kep, selaku dosen Pembimbing
Institusi yang telah sabar dalam memberikan arahan, saran dan
meluangkan waktunya meberikan bimbingan selama proses penyusunan
laporan ini;
7. Ibu, , selaku dosen Pembimbing Lahan yang telah sabar dalam
memberikan arahan, saran dan meluangkan waktunya memberikan
bimbingan selama proses penyusunan laporan ini;
8. Kepada pihak-pihak lain yang telah membantu penyusunan proposal ini
baik secara langsung dan tidak langsung.
Bismillah, kita semua dikelilingi orang yang baik, diberikan
kebahagian dan dilimpahkan rejekin yang berlimpah kepata Allah SWT
AMIN
23 februari 2022
4
BAB I
PENDAHULUAN
5
nefrotik pada tahun pertama kehidupan, terlebih pada bayi berusia kurang
dari 6 bulan, merupakan kelainan kongenital (umumnya herediter) dan
mempunyai prognosis buruk.
1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui dan menganalisa asuhan keperawatan pada pasien dengan
diagnosa Sindrom Nefrotik
2. Tujuan Khusus
Mengetahui studi literatur tentang penyakit Sindrom Nefrotik
Mengetahui dan menganalisa asuhan keperawatan tentang
Sindrom Nefrotik
Menganalisis artikel jurnal terkait dengan intervensi
1.4 Manfaat
1. Bagi Institusi
Menilai/mengevaluasi sejauh mana pemahaman mahasiswa dalam
memahami ilmu yang telah diberikan khususnya dalam melaksanakan
proses keperawatan dan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya
terutama yang berkaitan dengan asuhan keperawatan dengan
infertilitas.
2. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa dapat memahami dan menganalisa asuhan keperawatan
dengan infertilisasi.
6
BAB II
STUDI LITERATUR
2.1 Definisi
7
2.2 Etiologi
8
b. Nefropati membranosa
Semua glomerulus menunjukkan penebalan dinding kapiler yang
tersebar tanpa poliferasi sel. Tidak sering ditemukan pada anak.
Prognosis kurang baik.
c. Glomerulonefritis proliferatif
Glomerulonefritis proliferatif eksudatif difus terdapat
poliferasi sel mesangial dan infiltrasi sel polimorfonukleus.
Pembengkakan sitoplasma endotel yang menyebabkan kapiler
tersumbat. Kelainan ini sering ditemukan pada nefritis yang
timbul setelah infeksi dengan Streptococcus yang berjalan
progresif dan pada sindrom nefrotik. Prognosis jarang baik,
tetapi kadang-kadang terdapat penyembuhan setelah
pengobatan yang lama.
Dengan penebalan batang lobular (lobular stalk thickening)
Terdapat proliferasi sel mesangial yang tersebar dan penebalan
batang lobular.
Dengan bulan sabit (crescent)
Didapatkan proliferasi sel mesangial dan proliferasi sel epitel
sampai (kapsular) dan viseral. Prognosis buruk.
Glomerulonefritis membranoproliferatif
Poliferasi sel mesangial dan penempatan fibrin yang
menyerupai membran basalis di mesangium. Titer globulin
beta-1C atau beta-1A rendah. Prognosis tidak baik.
Lain-lain perubahan proliferasi yang tidak khas.
4. Glomerulosklerosis Fokal Segmental
Pada kelainan ini yang mencolok sklerosis glomerulus. Sering disertai
atrofi tubulus. Prognosis buruk.
9
2.3 Klasifikasi
2.4 Patofisiologi
10
sekresi aldosteron yang kemudian terjadi retensi natrium dan air, denagn
retensi natrium dan air akan menyebabkan edema (Betz C, 2002).
11
intravaskuler. Hal tersebut mendorong terjadinya ekstravasasi cairan
melintasi didnding kapiler, terlepas dari ruang intravaskuler masuk ke
ruang interstisial yang menyebabkan timbulnua edema. Diawali
dengan edema disekitar mata dan wajah yang sering disangka alergi,
konjungtivitis, gondong atau infeksi gigi. Dalam beberapa hari
kemudian, bengkak secara berangsur semakin menghebat dan menjalar
kearah tungkai dan perut.
4. Hiperlipidemia
Penderita sindrom nefrotik idiopatik mengalami hiperkolesterolemia
(kolesterol serum lebih dari 200 mg/dl), yang tampak lebih nyata pada
sindrom nefrotik kelainan minimal. Umumnya terdapat korelasi
terbalik antara kadar albumin serum dan kolesterol. Apabila albumin
serum kembali normal, baik secara spontan ataupun dengan pemberian
albumin, kadar lipid akan juga kembali normal. Lipid dapat ditemukan
di dalam urin dalam bentuk oval fat bodies.
Gejala lain yang menyertai :
1. Perubahan urin (penurunan volume, berbau buah, gelap)
2. Pembengkakan abdomen (asites)
3. Kesulitan pernapasan (efusi pleura)
4. Mudah lelah
5. Hipertensi
6. Anoreksia, mual dan muntah
12
b. Kolesterol serum meningkat
c. Hemoglobin dan hematokrit meningkat (hemokonsentrasi)
d. Laju endap darah (LED) meningkat
e. Elektrolit serum bervariasi dengan keadaan penyakit perorangan
f. Bila curiga lupus erimatosus sistemik pemeriksaan dilengkapi
dengan pemeriksaan kadar komplemen 4 (C4), ANA (anti nuclear
antibody) dan anti-dsDNA
3. Uji Diagnostik
a. Rontgen dada bisa menunjukkan adanya cairan berlebihan
b. USG ginjal dan CT Scan ginjal atau IVP menunjukkan pengkisutan
ginjal
c. Biopsi ginjal dapat menunjukkan salah satu bentuk
glomerulonefritis kronis atau pembentukkan jaringan parut yang
tidak spesifik pada glomeruli
2.7 Penatalaksanaan
1. Medik
a. Diuretik
Dimulai dengan furosemid 1-3 mg/kgBB/hari 2 kali sehari. Bila
tidak ada respon, dosis dinaikkan sampai 4-6 mg/kgBB/hari
bersama dengan spironolakton (antagonis aldosteron) 2-3
mg/kg/hari, sebagai potassium-sparing agent (diuretik hemat
kalium). Bila denagn terapi tersebut masih gagal, dapat ditambah
thiazide (hidroklorothiazid). Kadang-kadang perlu diberikan
furosemid bolus intravena atau infus. Pemakaian diuretik lebih
dari 1 minggu dengan dosis tinggi perlu pemantauan terhadap
hipovolemia dan elektrolit serum.
b. Kortikosteroid
Pengobatan Inisial
Sesuai dengan anjuran ISKDC (International Study on Kidney
Diseases in Children), pengobatan inisial prednison dimulai
dengan dosis penuh 2 mg/kg/hari atau 60 mg/m 2/hari
13
(maksimal 60 mg/hari). Dosis prednison dihitung sesuai dengan
berat badan ideal. Prednison dosis penuh inisial diberikan
selama 4 minggu. Bila terjadi remisi pada 4 minggu pertama,
maka pemberian steroid dilanjutkan dengan 4 minggu kedua
dengan dosis 40 mg/m2/hari (2/3 dosis awal) secara alternating
(selang sehari) 1 kali sekali setelah makan pagi.
Pengobatan Sindrom Nefrotik Relaps Sering
Dimulai dari prednison dosis penuh sampai remisi (maksimal 3
minggu) kemudian dilanjutkan dengan prednison
intermitten/alternating 40 mg/m2/hari selama 4 minggu, dan
kemudian dosis diturunkan perlahan selama 12-21 minggu
(masa pengobatan total 4-6 bulan). Kombinasi dengan
corticosteroid-sparing agent yang dimulai saat sudah
mengalami remisi, pilihannya :
Siklofosfamid 2 mg/kg/hari sebagai dosis tunggal selama
8-12 minggu (dosis kumulatif maksimal 168 mg/kg).
Hanya aman diberikan dalam 1 seri pengobatan.
Levamisol 2,5 mg/kg sebagai dosis alternatif (selang
sehari) selama minimal 12 bulan.
Siklosporin A dosis awal 4-5 mg/kg/hari dalam dosis
terbagi (tiap 12 jam) selama minimal 12 bulan denagn
pemantauan fungsi ginjal dan kadar siklosporin A dalam
darah untuk menghindari nefrotoksisitas.
Mikofenolat mofetil 1200 mg/m2/hari dalam dosis terbagi
(tiap 12 jam) selama minimal 12 bulan.
Takrolimus dosis awal 0,1 mg/kg/hari dalam dosis terbagi
(tiap 12 jam) selama minimal 12 bulan denagn
pemantauan fungsi ginjal dan kadar takrolimus dalam
darah untuk menghindari nefrotoksisitas.
Pengobatan sindrom nefrotik dependen steroid
Dimulai dari prednison dosis penuh sampai remisi (maksimal
3 minggu) kemudian dilanjutkan dengan prednison
14
intermitten/alternating 40 mg/m2/hari selama 4 minggu, dan
kemudian dosis diturunkan perlahan selama 12-21 minggu
(masa pengobatan total 4-6 bulan). Kombinasi dengan
corticosteroid-sparing agent yang dimulai saat sudah
mengalami remisi sama dengan untuk pengobatan sindrom
nefrotik relaps sering. Namun terdapat pilihan obat lagi, yaitu
Rituksimab 375 mg/m2 tiap 2 minggu sebanyak 2 seri
pengobatan, bila tetap mengalami kambuh sering dengan
kombinasi optimal steroid dan obat lainnya.
Pengobatan sindrom nefrotik resisten steroid
Dimulai dari prednison dosis penuh sampai remisi (maksimal
3 minggu) kemudian dilanjutkan dengan prednison
intermitten/alternating 40 mg/m2/hari selama 4 minggu, dan
kemudian dosis diturunkan perlahan selama 12-21 minggu
(masa pengobatan total 4-6 bulan). Kombinasi dengan
corticosteroid-sparing agent yang dimulai saat sudah
mengalami remisi, pilihannya :
Siklosporin A dosis awal 4-5 mg/kg/hari dalam dosis
terbagi (tiap 12 jam) selama minimal 12 bulan denagn
pemantauan fungsi ginjal dan kadar siklosporin A dalam
darah untuk menghindari nefrotoksisitas. Bila
menunjukkan remisi parsial, dapat dilanjutkan sampai 12
bulan.
Mikofenolat mofetil 1200 mg/m2/hari dalam dosis terbagi
(tiap 12 jam) selama minimal 12 bulan.
Takrolimus dosis awal 0,1 mg/kg/hari dalam dosis terbagi
(tiap 12 jam) selama minimal 12 bulan denagn
pemantauan fungsi ginjal dan kadar takrolimus dalam
darah untuk menghindari nefrotoksisitas. Bila
menunjukkan remisi parsial, dapat dilanjutkan sampai 12
bulan.
15
Rituksimab 375 mg/m2 tiap 2 minggu sebanyak 2 seri
pengobatan, bila tetap mengalami kambuh sering dengan
kombinasi optimal steroid dan obat lainnya.
Metilprednisolon (steroid dosis tinggi) intravena 30 mg/kg
(maksimal 1 gram) atau deksametason intravena 5 mg/kg
(maksimal 150 mg), diberikan selang sehari sebanyak 6
dosis, bergantian dengan prednison oral 2 mg/kg/hari
secara selang sehari.
c. Pemberian non imunosupresif
Pada pasien sindrom nefrotik yang telah resisten terhadap obat
kortikosteroid, sitostatik, dan siklosporin, dapat diberikan diuretik
(bila ada edema) dikombinasikan dengan inhibitor ACE
(angiotensinconverting enzyme) untuk mengurangi proteinuria.
Jenis obat ini yang biasa dipakai adalah kaptopril 0,1-2
mg/kgBB/hari 3 kali sehari, atau enalapril 0,5 mg/kgBB/hari
dibagi 2 dosis. Dapat pula diberikan golongan angiotensin
receptor blocker (ARB) seperti losartan 0,5-2 mg/kg/hari dalam
dosis tunggal. Tujuan pemberian inhibitor ACE atau ARB juga
untuk menghambat terjadinya gagal ginjal terminal
(renoprotektif).
2. Keperawatan
a. Edema yang berat
Pasien sindrom nefrotik denagn anasarka perlu istirahat di tempat
tidur karena keadaan edema yang berat menyebabkan pasien
kehilangan kemampuannya untuk bergerak. Terutama di tempat
tidur.
Baringkan pasien setengah duduk, karena adanya cairan di
dalam rongga toraks akan menyebabkan pasien sesak
napas
Berikan alas bantal pada kedua kakinya sampai pada tumit
(bantal diletakkan memanjang, karena jika bantal
16
melintang bagian ujung kaki akan lebih rendah dan akan
menyababkan edema lebih berat)
Bila pasien seorang anak laki-laki, berikan ganjal di bawah
skrotum untuk mencegah pembengkakkan skrotum karena
tergantung.
b. Diet
Pemberian diet tinggi protein sekarang tidak dianjurkan karena
akan menambah beban glomerulus untuk mengeluarkan sisa
metabolisme protein. Jadi diet protein yang dianjurkan adalah
normal atau sesuai dengan RDA (recommended daily allowances)
yaitu 1,5-2 g/kgBB/hari dan cukup kalori yaitu 35 kcal/kg/hari.
Lemak dapat diberikan dengan jumlah yang tidak melebihi 30%
jumlah total kalori keseluruhan, lebih dianjurkan memberikan
karbohidrat kompleks daripada gula sederhana. Diet rendah garam
(1-2 g/hari, atau 2 mmol/kg/hari) plus menghindari camilan asin,
dianjurkan selama anak mengalami edema atau hipertensi. Bentuk
makanan disesuaikan dengan keadaan penderita, dapat makanan
biasa atau lunak.
c. Risiko terjadi komplikasi
Komplikasi pada kulit akibat infeksi Streptococcus atau
Staphylococcus dapat terjadi. Untuk mencegah infeksi tersebut
kebersihan kulit perlu diperhatikan dan pakaian pasien harus selalu
bersih dan kering. Karena psien sindrom nefrotik berisiko
terjadinya dekubitus maka posisi pasien perlu diubah secara teratur
misalnya setiap 3 jam dan bagian tubuh yang bekas tertekan di lap
17
dengan air hangat, dilap kering, kemudian dibedak. Mengingat
daya tahan tubuh pasien SN ini rendah dan mudah mendapat
infeksi, sebaiknya ruangan untuk pasien penyakit SN tidak dekat
dengan ruangan untuk pasien yang menderita infeksi dan mudah
menular. Perawat harus mempertahankan cara kerja yang aseptik.
2.8 Prognosis
18
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
1. Identitas
Umumnya 90 % dijumpai pada kasus anak. Enam kasus pertahun
setiap 100.000 anak terjadi pada usia kurang dari 14 tahun. Rasio laki-
laki dan perempuan yaitu 2 : 1. Pada daerah endemik malaria banyak
mengalami komplikasi nefrotic syndrome.
2. Keluhan Utama
Keluhan utama yang sering dikeluhkan adalah adanya bengkak
padawajah atau kaki.
3. Riwayat penyakit Sekarang
Badan bengkak, muka sembab, muntah, napsu makan menurun,
konstipasi, diare, urine menurun.
4. Riwayat Penyakit Terdahulu
Edema masa neonatus, malaria, riwayat glomerulonefritis akut dan
glomerulonefritis kronis, terpapar bahan kimia.
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Karena kelainan gen autosom resesif. Kelainan ini tidak dapat
ditangani dengan terapi biasa dan bayi biasanya mati pada tahun
pertama atau dua tahun setelah kelahiran.
6. Pemeriksaan Fisik
a. B1 (breathing)
Biasanya tidak didapatkan adanya gangguan pola napas dan jalan
napas walau secara frekuensi mengalami peningkatan terutama
pada fase akut. Pada fase lanjut sering didapatkan adanya
gangguan pola napas dan jalan napas yang merupakan respons
terhadap edema pulmoner dan efusi pleura.
19
b. B2 (blood)
Sering ditemukan penurunan curah jantung respon sekunder dari
peningkatan beban volume. Terkadang hipertensi ringan juga
dijumpai pada kasus ini.
c. B3 (brain)
Didapatkan edema wajah terutama periorbital, sklera tidak ikterik.
Status neurologis mengalami perubahan sesuai tingkat parahnya
azotemia pada sistem saraf pusat.
d. B4 (bladder)
Urine/24 jam 600-700 ml, hematuri, proteinuria, oliguri. Perubahan
warna urine output seperti warna urine berwarna kola.
e. B5 (bowel)
Didapatkan adanya mual dan muntah, anoreksia sehingga sering
didapatkan penurunan intake nutrisi dari kebutuhan. Didapatkan
asites pada abdomen.
f. B6 (bone)
Didapatkan adanya kelemahan fisik secara umum, efek sekunder
dari edema tungkai dari keletihan fisik secara umum. Dikarenakan
pasien mengalami edema anasarka, maka pasien mengalami
immobilisasi, sehingga sirkulasi perifer pada area yang tertekan
tidak adekuat akan menyababkan luka dekubitus.
20
3.3 Intervensi
21
penilaian fungsi ginjal
Berikan obat sesuai indikasi karena tidak dipengaruhi
diuretik. Contoh furosemid oleh hidrasi, diet, dan
(lasix) dan mannitol katabolisme jaringan
(osmitol)
Diberikan dini pada fase
oliguri untuk mengubah ke
fase nonoliguri untuk
menurunkan hiperkalemia
dan meningkatkan volume
urin adekuat
22
tapi sering dikonsumsi
Meminimalkan anoreksia
Berikan diet tinggi protein dan mual sehubungan dengan
dan rendah garam status uremik
Beri makanan dengan cara Memenuhi kebutuhan protein
yang menarik yang hilang bersama urin
awasi pemeriksaan Meningkatkan nafsu makan
laboratorium. Contoh:
BUN, albumin serum, Indikator kebutuhan nutrisi,
transferin, natrium dan pembatasan dan efektivitas
kalium terapi
23
Mengadekuatkan fase
Instruksiksn istirahat bila istirahat pasien
pasien mulai merasa lelah Pasien dapat menikmati
Berikan periode istirahat masa istirahatnya
tanpa gangguan
4. Kerusakan Integritas Kulit berhubungan dengan faktor
internal : perubahan status cairan, penurunan sirkulasi.
(00046)
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3×24 jam
integritas kilit terjaga
Kriteria Hasil:
Tidak ada tanda kemerahan
Tidak ada luka/lesi pada kulit
Perfusi jaringan baik
INTERVENSI RASIONAL
Berikan perawatan kulit Memberikan kenyamanan
pada anak dan mencegah
kerusakan kulit
Hindari pakaian ketat Dapat mengakibatkan area
yang menonjol tertekan
Bersihkan dan bedaki area Untuk mencegah terjadinya
kulit beberapa kali sehari iritasi pada kulit karena
gesekan dengan alat tenun
Topang area edema seperti
Untuk menghilangkan area
skrotum, labia
tekanan
Ubah posisi dengan sering
untuk mencegah terjadinya
dekubitus
Gunakan penghilang
untuk mencegah terjadinya
tekanan atau matras atau
dekubitus
tempat tidur penurun
tekanan sesuai kebutuhan
5. Resiko Infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh primer
24
yang tidak adekuat (status cairan tubuh) dan prosedur invasif.
(00004)
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3×24 jam tidak
terjadi infeksi
Kriteia Hasil:
Hasil laboratorium normal
Tanda-tanda vital stabil
Tidak ada tanda-tanda infeksi
INTERVENSI RASIONAL
Lindungi anak dari kontak untuk meminimalkan
individu terinfeksi pajanan pada organism
Gunakan teknik mencuci infektif
tangan yang baik untuk memutus mata rantai
Jaga agar anak tetap hangat penyebaran infeksi
dan kering karena kerentanan terhadap
Pantau suhu infeksi pernafasan
indikasi awal adanya tanda
Ajari orang tua tentang infeksi
tanda dan gejala infeksi memberi pengetahuan dasar
tentang tanda dan gejala
infeksi
25
BAB IV
PROGRAM PROFESI NERS
FORMAT PENGKAJIAN PERAWATAN ANAK
Kelompok : V Lima
Ruangan : Pinang Depan Anak
Tanggal pengkajian : 14 Februari 2022
Tanggal masuk RS : 06 Februari 2022
No. RM : 956118
I. Pengkajian
A. Identitas
1. Klien
Nama (inisial) : An.W
Tempat/tanggal lahir : Bone 28 September 2006
Umur : 15 Thn 5 Bln
Jenis kelamin : perempuan
Agama : Islam
Suku : Bugis
Pendidikan : SMA Sederajat
Alamat : Macikka
2. Orang tua klien
a. Ayah
Nama (inisial) : Tn.N
Tempat/tanggal lahir : Bone, 04 July 1977
Umur : 43 Tahun
Jenis kelamin : Lakilaki
Agama : Islam
Suku : bugis
Pendidikan : SLTA Sederajat
Alamat : Macikka
b. Ibu
Nama (inisial) : Ny.A
Tempat/tanggal lahir : Bone, 01 July 1983
Umur : 39 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku : Bugis
Pendidikan : SD Sederajat
Alamat : Bone
26
c. Saudara klien
No. Nama Usia Hubungan Status
kesehatan
1. Deny saputra 20 Thn Saudara Sehat
27
3 bulan
DPT 3 : Usia Diberikan Demam
4 bulan
3. Polio Oral I,II,III,IV - Tidak Tidak ada
(2,3,4,6 bulan) Diberikan
2. Pertumbuhan fisik
a. Berat badan : 40 kg
b. Panjang/tinggi badan : 152.5 cm
c. Berguling : 6 bulan
d. Duduk : 8 Bulan
e. Merangkak : 7 bulan
f. Berdiri : 8 bulan
g. Berjalan : 8 bulan
h. Senyum kepada orang lain : 6 bln
i. Bicara pertama kali : 8 bln
j. Waktu pertumbuhan gigi : 11bulan
k. Berpakaian tanpa bantuan : 4 tahun
l. Tanggal gigi : 1 Tahun
28
F. Riwayat keluarga
Genogram
Genogram
G1
? ? ? ?
? ? ? ?
39 43
20 7
15 thn
Komentar :
Generasi I : Kakek dari kedua orang tua pasien sudah meninggal dan
nenek pasien masih hidup
29
Ket :
: laki-laki ? : tidak diketahui
: perempuan x : meninggal
G. Riwayat lingkungan
1. Kebersihan : ibu pasien mengatakan kebersihan
dilingkungan sangat bersih
2. Bahaya : tidak ada bahaya di lingkungan sekitar
3. Polusi : tidak ada
H. Aspek Psikososial
1. Pola piker dan persepsi klien/keluarga
2. Hubungan/komunikasi
a. Tempat tinggal
1) Sendiri : pasien tidak tinggal sendiri
2) Bersama : An.W tinggal bersama kedua orang tua dan
juga saudara- suadara kandungnya
b. Kehidupan dalam keluarga
1) Adat istiadat yang dianut oleh keluarga/klien : tidak
ada
2) Pembuat keputusan dalam keluarga : ayah
3) Pola komunikasi dalam keluarga :
komunikasi dalam keluarga baik
4) Pola keuangan dalam keluarga : ayah
yang mencari nafkah
5) Hubungan antar anggota keluarga :
hubungan dengan anggota keluarga sekitar baik
6) Kesulitan dalam keluarga (apakah hubungan dengan
orang tua, hubungan dengan sanak saudara, hubungan
perkawinan): tidak ada
3. Pertahanan koping
a. Yang disukai tentang diri sendiri : tidak dikaji
b. Yang ingin diubah dalam kehidupannya : ingin menjadi
anak yang sehat selalu
c. Yang dilakukan jika stress : An.W
biasanya bermain handphone dan bercerita bersama kedua
orangtuanya
4. System nilai dan kepercayaan
30
a. Kegiatan agama yang dilaksanakan: mengaji dan sholat
bersama orangtua
b. Kegiatan agama/kepercayaan yang ingin dilaksanakan di
RS: tidak dikaji
5. Pengasuh anak : tidak ada pengasuh anak, anak di asuh oleh
kedua orangtua nya
6. Reaksi hospitalisasi:
a. Orang tua
1) Pengalaman keluarga tentang sakit dan rawat inap anak:
orangtua pasien merasa sedikit tenang karena anaknya
diberikan perawatan yang baik selama berada dirumah
sakit
2) Siapa yang menjaga anak selama dalam perawatan:
kedua orangtua
3) Bagaimana perasaan orang tua : orangtua masih merasa
cemas di karenakan badan anaknya masih sering
bengkak bengkak
4) Apakah dokter menceritakan tentang kondisi anak :
dokter sering menceritakan keadaan anaknya
b. Anak
1) Bagaimana rasanya perawatan di rumah sakit : tidak
dikaji
I. Aktifitas sehari-hari
No. Nutrisi Sebelum sakit Saat sakit
1. Selera makan Banyak Makanan tidak
dihabiskan
2. Frekuensi makan 4x sehari 2-3x sehari
tetapi makanan
tidak
dihabiskan
3. Makanan pantangan Tidak ada Tidak ada
4. Cara makan Makan sendiri Disuapi
orangtua
kadang makan
sendiri juga
5. Ritual saat makan Berdoa Berdoa
31
3. Kebutuhan cairan Cairan Cairan dibatasi
terpenuhi
4. Cara pemenuhan Oral Oral
32
panjang panjang
3. Gosok gigi Menggosok Pasien
a. Frekuensi gigi sendiri menggosok gigi
sendiri
J. Pengkajian fisik
1. Kesadaran : composmentis
2. Keadaan umum : lemah
3. Tanda-tanda vital (TTV)
a. Tekanan darah: 90/60 mmhg
b. Denyut nadi : 96 x/menit
c. Pernafasan : 20 x/menit
d. Suhu tubuh : 36.7 ºc
4. Antropometri
a. Tinggi badan : 152.2 cm
b. Berat badan : 31 kg
c. Lingkar lengan atas : 19.5 cm
d. Lingkar kepala : 51.5 cm
e. Lingkar dada : 73 cm
f. Lingkar perut : 68 cm
5. System pernafasan
a. Hidung
1) Pernafasan cuping hidung : tidak
2) Secret : tidak
3) Polip : tidak ada
4) Epistaksis : tidak ada
b. Dada
1) Bentuk dada : bentuk dada normochest dengan
perbandingan antero posterior dengan transversal 1 : 2
2) Gerakan dinding dada: pengembangan dada kiri dan
kanan simetris
3) Bunyi nafas : regular
4) Bunyi tambahan : tidak ada suara tambahan
33
c. Clubbing finger : tidak terlihat clubbing finger
6. System cardio vaskuler
a. Kongjungtiva : tidak anemis
b. Mukosa bibir : terlihat kering
c. Tekanan intra jugularis: tidak terlihat
d. Pembesaran jantung : tidak ada pembesaran jantung
e. Bunyi jantung : B1 dan BII lup-dup
f. Bising aorta : tidak dikaji
g. CRT : normal < 2 detik
h. Clubing finger : tidak ada
7. System pencernaan
a. Warna sclera : putih
b. Mukosa bibir : kering
c. Kelembaban bibir : tidak lembab
d. Jumlah gigi : 28
e. Kemampuan menelan : bagus
f. Gerakan peristaltic : 5x/menit
g. Nyeri tekan : tidak ada
h. Kembung : tidak
i. Skor dehidrasi : tidak dikaji
j. Warna feses : tidak ada
k. Obstipasi :tidak
l. Konstipasi : tidak
m. Ruam popok : tidak
8. Sistem indra
a. Mata
1) Warna kelopak mata: merah muda
2) Visus : gerakan bola mata dapat melihat
kesegala arah
3) Lapang pandang : bagus
b. Hidung
1) Epektaksis : tidak ada
2) Secret : tdak ada
3) Trauma pada hidung: tidak ada
c. Telinga
1) Daun telinga : kedua telinga sama
2) Serumen : tidak ada serumen
3) Fungsi pendengaran: pendengaran bagus
4) Kanal auditorius : tidak dikaji
9. System saraf
a. Fungsi serebral
1) Status mental
a) Orientasi : baik
b) Daya ingat : baik
c) Perhatian : baik
34
2) Kesadaran : compos mentis
b. Fungsi kranial
1) N I : (olfaktorius)
a) Penciuman : penciuman baik
2) N II (optikus)
a) Visus : pasien mampu melihat dengan baik
3) N III,IV, VI (ocolomotorius,trochealis,abducens)
a) Gerakan bola mata : gerakan bola mata normal
b) Pupil : terlihat pupil normal
4) N V : (trigaminus)
a) pasien mampu membedakan sentuhan kasar dan halus,
refleks kornea normal (pasien dapat mengikuti arah
instruksi yang diberikan), tidak terdapat gangguan pada
saat menelan makanan N VII
b) N VIII (vestibulocochlerais)
a) Pendengaran : Tidak ada gangguan pendegaran
b) Keseimbangan : dapat menjaga keseimbangan
c) N IX (glossofaringeal )
a) Pengecapan : baik
d) N X (vagus)
a) Gerakan uvula : tidak dikaji
b) Rangsangan munta/menelan : tidak ada gangguan
muntah/menelan
e) N XI (assesorius)
a) Kekuatan lidah : pasien mampu untuk menelan
f) N XII (hypoglossus)
a) Gerakan lidah : tidak ada gangguan pada lidah
c. Fungsi motoric
1) Massa otot : terdapat massa otot
2) Kekuatan otot : 5
d. Fungsi sensorik
1) Suhu : 36.7 ºc
2) Nyeri : tidak terdapat nyeri
e. Fungsi cerebellum
1) Koordinasi : tidak dikaji
2) Keseimbangan : mampu menjaga keseimbangan
f. Reflex
1) Biseps : tidak dikaji
2) Triseps : tidak dikaji
3) Patella : tidak dikaji
4) Babinski : tidak dikaji
g. Iritasi meningen
1) Kaku kuduk : negative
2) Lasseq sign : negative
3) Brudzinski I/II : negative
35
10. Sistem muskulo skeletal
a. Kepala
1) Bentuk kepala : kepala berbentuk bulat
2) Gerakan : mampu melakukan pergerkan pada kepala
b. Vertebrae
1) Scoliosis : tidak ada kelainan
2) Lordosis : tidak ada kelainan
3) Kyphosis : tidak ada kelainan
4) Rom : mampu melakukan pergerakan
5) Fungsi gerak : terlihat normal
c. Pelvis
1) Gaya jalan : pasien mampu berjalan dengan bantuan
orangtua juga
2) ROM : mampu menggerakkan tubuh
3) Trendelemberg test : tidak dikaji
4) Ortolani/barlow : tidak dikaji
d. Lutut
1) Bengkak : terdapat pembengkakan pada lutut
2) Kaku : tidak ada kekauan sendi
3) Memar : tidak ada memar
e. Kaki
1) Bengkak : terdapat pembengkakan pada kaki
2) Gerakan : gerakan kedua kaki normal
3) Kemampuan berjalan : mampu berjalan
f. Tangan
1) Bengkak : terdapat pembengkakan di tangan
2) Gerakan : gerakan tangan normal
3) ROM : normal
11. System integument
a. Rambut
1) Warna : rambut berwarna hitam
2) Mudah tercabut : tidak mudah tercabut
b. Kulit
1) Warna : kulit sawo matang
2) Suhu : 36.7 ºc
3) Kelembaban : pasien berkeringat
4) Erupsi : tidak ada
5) Ruam : tidak ada
6) Tekstur : tidak ada
c. Kuku
1) Warna : terlihat kuku warna putih
2) Mudah patah : tidak mudah patah
3) Kebersihan : kuku terlihat bersih
12. System perkemihan
a. Oedema palpepra : tidak ada oedema palpepra
36
b. Moon face : tidak ada
c. Odema anasarka : tidak
d. total intake : 904 cc
e. warna : kekuningan pekat
f. Insensible water loss (IWL):175
g. total ouput : 600 cc
h. Balance cairan rumus (intake – (output+iwl)= 904 -
(600+175) = 129 cc
i. hasil balnce : 129
j.
K. Pemeriksaan penunjang
hasil pemeriksaan laboratorium klinik tanggal 14 februari 2022
Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan Satuan
WBC 17.67 4.00-10.0 10^3/ul
RBC 3.80 4.00-6.00 10^6/uL
HBG 10.1 12.0-16.0 gr/dl
HCT 28 37.0-48.0 %
MCV 74 80.0-97.0 fL
MCH 27 26.5-33.5 pg
MCHC 36 31.5-35.0 gr/dl
PLT 338 150-400 10^3/ul
RDW-CV 10.0-15.0
PDW 11.2 10.0-18.0 fL
MPV 12.8 6.50-11.0 fL
NEUT 92.3 0.15-0.50 %
LYMPH 5.7 52.0-75.0 %
MONO 1.8 20.0-40.0 %
EO 0.1 3.00-8.00 10^3/ul
BASO 0.1 1.00-3.00 10^3/ul
kesan :
- anemia
- leukositosis
KIMIA DARAH
Glukosa
37
GDS 122 Mg/dl 140
Fungsi Ginjal
Ureum 101 Mg/dl 10-50
Kreatinin 0.90 Mg/dl L (,1.3);P (<1.1)
Fungsi hati
SGOT 22 U/L <38
SGPT 10 U/L <41
Albumin 1.2 Gr/dl 3.5 – 5.0
Elektrolit
Natrium 132 Mmol/I 136-145
Kalium 3.1 Mmol / I 3.5 – 5.1
Klorida 101 Mmol/I 97 - 111
kesan /saran:
- uremia
- hipoalbumiremia
- hipokalomia
- hiponatremia
URINE KIMIA
URINE SEDIMEN
38
EPITEL 32.4 /HPF 0.00-1.42 /HPF
EPITEL KIMIA 4.9 /HPF 0.00-1.00 /HPF
EPITEL NON.SKUA 27.5 /HPF 0.00-1 /HPF
TRANSISOSIAL 3.1 /HPF 0.00-0.1 /HPF
EPITEL R.TUBULAR 24.3 /HPF 0.00-0.50 /HPF
SILINDER 17.80 /HPF 0.00-1.20 /HPF
SILINDER HIALIN 13.86 /HPF 0.00-1.20 /HPF
SILINDER PATOLOGIS 3.94 /HPF 0.00-0.40 /HPF
BAKTERI 17. 3 /HPF 0.00-19.42 /HPF
KRISTAL 0.0 /HPF 0.00 /HPF
JAMUR 0.1 /HPF 0.00-1.8 /HPF
SPERMA 0.0 /HPF 0.00 /HPF
MUKUS 4.35 /HPF 0.00-2.80 /HPF
kesan :
- proteinuria
39
kalsium hiperventilasi nafsu makan
dan fosfor berat
Dextrose 40cc/ Kekurangan Pada pasien -haus terus
5% jam cairan dan gula dengan menerus
akibat kondisi hiperventilasi -lelah tanpa
medis tertentu terhadap dextrose sebab
-sering
buang air
kecil
40
M.Klasifikasi Data
Data subjektif Data objektif
- badan pasien terlihat edema
1. pasien mengatakan selama sakit - saat BAK sangat sedikit
berat badan meningkat dari 30 kg - Ku : lemah
menjadi 40 kg - ketidakadekuatan pertahanan
2. pasien mengatakan selama berada tubuh
dirumah sakit nafsu makan sekunder
menurun - wbc : 17.7 10̂3/ul
- hgb : 10.1 gr/dl
- neut :92.3 %
- lymph : 5.7 %
- albumin : 1.2 gr/dl
- ureum : 102 mg/dl
- lingkar perut : 68 cm
- pasien tidak pernah menghabiskan
makanannya
- cairan dan makanan pasien
dibatasi
- hasil lab :
- proteinurinia
- hipoalbumiremia
9. Balance cairan rumus (intake –
(output+iwl)= 904 - (600+175) =
129 cc
-
41
N. Analisa data
No. Data Masalah keperawatan
1. Ds : Hypervolemia
(D.0022)
- pasien mengatakan selama sakit
berat badan meningkat dari 30 kg
menjadi 40 kg
Do :
- badan pasien terlihat bengkak
- Ku : lemah
- hgb : 10.1 gr/dl
- lingkar perut : 68 cm
- albumin : 1.2 gr/dl
- Balance cairan rumus (intake –
(output+iwl)= 904 - (600+175) =
129 cc
- proteinurinia
2. Faktor risiko Resiko infeksi
- ketidakadekuatan pertahanan tubuh (0142)
sekunder
Wbc : 17.7 10̂3/ul
Hgb 10.1 gr/dl
Lymph : 5.7 %
Neut : 92.3 %
42
- proteinurinia efektif
- hipoalbumiremia (D.0016)
- ureum : 101 mg/dl
- Disfungsi ginjal
O. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan
Hypervolemia berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi (D.0022)
Risiko infeksi (0142)
Risiko defisit nutrisi (D.0032)
Risiko perfusi renal tidak efektif (D.0016)
43
bertambah >1 kg dalam
sehari
kolaborasi :
1. kolaborasi pemberian
deuretik
2. kolaborasi peggantian
kehilangan kalium akibat
deuretik
Risiko infeksi Setelah dilakukan Intervensi utama :
tindakan keperawatan 3
x 24 jam di harapkan Pencegahan infeksi
tingkat infeksi menurun
Observasi :
Dengan kriteria hasil : Monitor tanda dan gejala infeksi
1. bengkak cukup local dan sistemik
menurun (4)
2. Kebersihan
tangan meningkat Terapeutik :
(5)
1. Batasi jumlah pengunjung
3. Kadar sel darah 2. Berikan perawatan kulit
putih membaik 3. Pertahankan teknik aseptic
(5) pada pasien yang beresiko
4. nafsu makan tinggi
meningkat (5) Edukasi :
1. Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
Kolaborasi :
1. kolborasi pemberian
analgetik, jika perlu
Risiko defisit Tujuan : Intervensi utama
nutrisi Setelah dilakukan Menajemen nutrisi
tindakan keperawatan Observasi :
3x24 jam, diharapkan a. Identifikasi status nutrisi
status nutrisi membaik b. Identifikasi makanan
1. porsi makanan disukai
44
yang dihabiskan c. Identifikasi alergi dan
cukup meningkat intoleransi makanan
(4) d. monitor asupan makanan
2. serum albumin Teraupetik :
(cukup a. Lakukan oral hyegine
meningkat ) sebelum makan, jika perlu
b. Fasilitasi menentukan
pedoman diet (mis.
Piramida makanan)
c. Sajikan makanan secara
menarik dan suhu yang
sesuai
d. Berikan makanan tinggi
serat untuk mencegah
konstipasi
e.
Edukasi :
a. Anjurkan posisi duduk, jika
mampu
45
laboratorium
c. monitor berat badan harian
teraupetik
a. berikan asupan cairan,seusia
kebutuhan
b berikan cairan intravena jika
perlu
kolaborasi
a. kolaborasi pemberian
diuretic, jika perlu
46
P. Implementasi
No. Hari/tanggal Diagnosa Jam Implementasi Evaluasi
keperawatan
47
dan hitung balnse cairan
hasil : Balance cairan
rumus (intake –
Risiko infeksi
14.10 (output+iwl)= 904 - S:
(600+175) = 129 cc O:
- ketidakadekuatan
- menganjurkan cara pertahanan tubuh
membatasi cairan sekunder
- hasil laboratorium yang
hasil : pasien membtasi belum membaik
cairan dengan cara A : masalah belum teratasi
14.05 P : intervensi di lanjutkan
minumnya diukur - mempertahankan tehnik
menggunakan botol aspetic
- kolaborasi pemberian
- membatasi jumlah antibiotic
pengunjung - membatasi jumlh
pengunjung
hasil: jumlah
15.00 pengunjung dibatasi
hanya di jaga oleh
kedua orangtuanya
- mempertahankan tehnik
aseptic
hasil : perawat selalu
mencuci tangan baik
00.00 sebelum dan sesudah
kontak dengan pasien
- kolaborasi pemberian
Risiko defisit
nutrisi antibiotic
18.00 hasil : diberikan S: pasien mengatakan
tidak pernah
ceftriaxone/ iv
mengahabiskan
makannya
- memonitor asupan O:
18.02 - pasien terlihat tidak
makanan mengahbiskan
hasil : pasien tidak makannya
- cairan pasien dibatasi
48
pernah menghabiskan A: masalah belum
teratasi
makananya
P: intervensi dilanjutkan
- memberikan makanan - identifikasi status nutrisi
- sajikan mkanan yang
tinggi serat untuk
menarik
18.05 mencegah konstipasi - anjurkan posisi duduk
hasil : pasien diberikan jika mampu
- lakukan oral hygine
sayuran dan juga buah sebelum makan jika
buahan dari bagian gizi perlu
rs
Risiko perfusi
renal tidak 19.00 - menganjurkan posisi
efektif duduk saat makan
S : pasien mengatakan
hasil : pasien saat asupan cairan masih
makan dalam posisi dibatasi begitu juga
19.05
dengan asupan makanan
duduk O:
- memonitor status - turgor kulit jelek
- mukosa bibir kering
hidrasi turgor kulit - berat badan meningkat
19.30 hasil : turgor kulit jelek - asupan caiaran dibatasi
A : masalah belum
- memonitor berat badan
teratasi
harian P : lanjutkan intervensi
- kolaborasi pemberian
hasil : berat badan naik
diuretic
pada saat sakit menajdi - berikan asupan cairan
40kg sesuai kebutuhan
- monitor hasil
- memberikan asupan pemeriksaan
cairan sesuai kebutuhan laboratorium
49
infus secara ketat dikonsumsi
hasil : pasien O:
dikonektakan - badan pasien terlihat
edema diselurauh
12.30 - meninggikan kepala badan
tempat tidur 30-40 º - asupan cairan pasien
hasil : posisi kepala dibatasi dengan
pasien di tinggikan dikonektakan
senyaman mungkin infusnya
12.00 A : masalah belum teratasi
- kolaborasi P : intervensi dilanjutkan
pemberian dierutik - kolaborasi
hasil: pasien pemberian diuretic
diberikan - tinggikan kepala
furosemide 4cc/iv tempat tidur
- memonitor
kecepatan infus
- batasi asupan garam
14.00
Risiko infeksi - mencatat intake S:-
output dan O:
menghitung balnce - ketidakadekuatan
cairan perathanan tubuh
hasil : 914 - ( 700 + sekunder
15.00 - hasil laboratirium
175) = 39
- membatasi jumlah yang belum
pengunjung membaik
hasil: jumlah - nafsu makan pasien
pengunjung dibatasi masih kurang
dengan hanya di - badan pasien masih
16.00 jaga oleh kedua terlihat udem
orangtuanya A : masalah belum teratasi
- mempertahankan P : intervensi dilanjutkan
tehnik aseptic - batasi jumlah
hasil: perawat selalu pengunjung
mencuci tangan baik - monitor penyabab
sebelm dan sesuadah infeksi
kontaik dengan - menganjurkan
pasien meningktakan
Risiko defisit 17.00 asupan nutrisi
nutrisi - kolaborasi
pemberian antibiotic
- mengajurkan
meningkatkan
asupan nutrisi S:
hasil : pasien selalu - ibu pasien
makan makanan
50
18.00 yang disediakan mengatakan pasien
oleh rs tetapi tidak sudah mulai
pernah dihabiskan mengahbiskan
- pemberian antibiotic makanannya
12.00 hasil : diberikan meskipun harus
ceftriaxone 10 cc / dimakan 2x
iv O:
- mengidentifikasi - pasien terlihat dapat
12.30 status nutrisi menghabiskan
hasil : status nutrisi makannnya
pasien diatur oleh - albumin : 1.2 gr/dl
ahli gizi A : masalah belum teratasi
- mengidentifikasi P : intervensi dilanjutkan
intolerasi makanan - lakukan oral hygine
hasil : pasien sebelum makan jika
12.35 dilarang memakan perlu
pisang dan makan - mensajikan makanan
yang banyak secara menarik dan
mengandung garam suhu yang sesuai
berlebih - berikan makanan
- meninjau asupan tinggi serat untuk
13.00 makanan mencegah konstipasi
hasil : pasien - anjurjan posisi
memakan makanan duduk
nya 2x agar bisa di
habiskan
- memberikan
makanan tinggi serat
untuk mencegah
14.00
Risiko perfusi konstipasi
renal tidak efektif hasil: Pasein
memakan buah dan
banyak minum air
putih sesuai anjuran
15.00 - memonitor status
hidrasi tekanan S : pasien mengatakan
darah asupan caiaran masih
hasil : td : 90/60 dibatasi
mmhg O : hasil lab :
18.00 - proteinurinia
- memonitor barat - hipoalbumiremia
badan harian - ureum 101 mg/dl
hasil : bb : 40 kg A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan
- memberikan asupan - kolaborasi
18.05 caiaran pemberian dieuretik
hasil : paien minum jika perlu
air sesuai takaran
51
sebanyak 900 - monitor berat badan
ml/hari harian
- berikan asupan
- memberikan cairan caiaran sesuai
intravena kebutuhan
hasil : untuk saat ini - monitor hasil
pasien tidak laoratorium
diberiakn caiaran
intravena karena
pasien dikonektakan
Kamis 17 Hypervolemia b.d 10.00 - mengidentifikasi S:
februari gangguan penyebab - pasien mengatakn
2022 mekanisme hypervolemia wajah dan badannya
regulasi hasil : proteinurinia, tidak terlalu edema
hipoalburemia lagi
- memonitor efek O:
14.00
samping diuretic - edema pada wajah
hasil : pasien pasien terlihat
mengatakan setiap mengurang
kali telah - asupan caiaran
dimasukkan obat pasien masih
furosemide urine dibatasi
pasien yang keluar A : masalah belum teratasi
sangat banyak P : intervensi dilanjutkan
mencatat intake
output cairan :
14.02 - hasil : mencatat
intake outp ut dan
menghitung balnce
cairan
hasil : 930 - ( 800 +
15.00
175) = - 45
- membatasi asupan
caiaran garam
hasil : asupan garam
15.20 dibatasi
S:
Risiko infeksi - menganjurkan O : hasil laboratorium
membatasi cairan - wbc : 13.3
hasil : pasien - hgb : 10.2gr/dl
membtasi - neut : 9.0 %
caiarannya dengan - lymph : 85.6
hanya minum
16.00 - ketidakadekuatan
sebanyak 900 ml
pertahanan tubuh
/hari
sekunder
- membatasi jumlah
A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan
52
pengunjung
hasil: jumlah
pengunjung dibatasi
16.05 dengan hanya di
jaga oleh kedua
orangtuanya
- mempertahankan
tehnik aseptic
53
- memberikan asupan
caiaran sesuai
kebutuhan
hasil : pasien minum
900 ml/hari
BAB V
54
A. Nama Jurnal
B. Kata Kunci
kapsul ekstrak ikan gabus, albumin, berat badan, sindrom nefrotik
C. Pengarang
E. Tujuan Penelitian
55
badan pada anak SN
56
ginjal, 17 atau peningkatan katabolisme protein
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
57
medik (kortikosteroid dan diuretik) serta keperawatan (diet rendah garam,
posisi untuk menanggulangi edema).
Tanda paling umum adalah adanya peningkatan cairan di dalam
tubuh (edema). Sehingga masalah keperawatan yang mungkin muncul
adalah kelebihan volume cairan, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh, intoleransi aktifitas, kerusakan integritas kulit, dan
resiko infeksi.
5.2 Saran
Lampiran 1
58
dihentikan, dan hal ini terjadi 2 kali berturut-turut
Resisten steroid Tidak terjadi remisi setelah 8 minggu pengobatan
steroid (dosis penuh 4 minggu diikuti dosis rumatan
selama 4 miggu)
Responder lambat Remisi terjadi setelah 4 minggu terapi prednison 60
mg/m2/hari tanpa tambahan terapi lain
Nonresponder awal Resisten steroid sejak terapi awal
Nonresponder lambat Resisten steroid terjadi pada pasien yang sebelumnya
sensitif steroid
Daftar Pustaka
Wong, Donna L. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Anak Edisi 4, alih bahasa:
Monica Ester. Jakarta: EGC.
59
Betz, Cecily L dan Sowden, Linda L. 2002. Keperawatan Pediatrik, Edisi 3.
EGC: Jakarta.
Nurarif, Amin Huda dan Kusuma, Hardhi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan
berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC 2. Yogyakarta:
Mediaction
Behrman, Kliegman dan Arvin. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Volume 3. Jakarta:
EGC.
60