Anda di halaman 1dari 36

TUGAS KEPERAWATAN ANAK TENTANG LEUKIMIA PADA ANAK

Semester 5

Dosen Pembimbing :
Titin Sutini Ns., Sp.Kep.An

Disusun Oleh :
Erika Della Shabilah
Fedawati
Hamdah Nadzifatun Nisa

Kelas:
Kelas 5C

Program Studi Sarjana


Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Muhammadiyah Jakarta
2018/2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT berkat rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul“LEUKIMIA PADA ANAK” Makalah ini disusun
untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Keperawatan anak

Makalah ini berisi “LEUKIMIA PADA ANAK”Tersusunya makalah ini tentu tidak lepas dari
berbagai pihak yang telah memberikan bantuan secara materil dan moril, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada :ibuTitin Sutini
Ns.,Sp.Kep,An selaku dosen mata kuliah Keperawatan Anak, kami yang telah membantu baik
moril maupun materil.

Rekan-rekan satu kelompok yang telah membantu dalam menyusun laporan ini.Kami
menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini jauh dari kata sempurna, baik dari segi
penyusunan, bahasan, ataupun penulisannya. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan
saran yang sifatnya membangun, khususnya dari Dosen Pengampu Mata Kuliah Keperawatan
Anak guna menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi kami untuk lebih baik di masa yang
akan datang.

Jakarta, 09 oktober2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................2

DAFTAR ISI..........................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN .....................................................................................1

A. Latar belakang ............................................................................................1


B. Rumusan masalah........................................................................................1
C. Sistematika Penulisan..................................................................................1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................................3

A. Definisi........................................................................................................3
B. Epidemiologi...............................................................................................3
C. Anatomi Fisiologi........................................................................................4
D. Etiologi .......................................................................................................8
E. Patofisiologi ................................................................................................10
F. Pemeriksaaan Diagnostik............................................................................11
G. Penatalaksanaan...........................................................................................11
H. Pengkajian...................................................................................................14
I. Diagnosa......................................................................................................14
J. Intervensi ....................................................................................................14
K. Evaluasi.......................................................................................................20
L. WOC............................................................................................................20

BAB III PEMBAHASAN KASUS........................................................................22

A. Pengkajian...................................................................................................23
B. Analisa Data................................................................................................25
C. Intervensi.....................................................................................................25

BAB V PENUTUP ................................................................................................27

Kesimpulan............................................................................................27

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................28

iii
iv
BAB I
Pendahuluan
1. Latar Belakang
Leukemia berasal dari bahasa yunani yaitu leukos yang berarti putih dan haima
yang berarti darah. Jadi leukemia dapat diartikan sebagai suatu penyakit yang disebabkan
oleh sel darah putih. Proses terjadinya leukemia adalah ketika seldarah yang bersifat
kanker membelah secara tak terkontrol dan mengganggupembelahan sel darah normal.
Di Indonesia kasus leukemia sebanyak ± 7000 kasus/tahun dengan angkakematian mencapai
83,6 % (Herningtyas, 2004). Data dari International Cancer Parent Organization (ICPO)
menunjukkan bahwa dari setiap 1 juta anak terdapat120 anak yang mengidap kanker dan
60 % diantaranya disebabkan oleh leukemia(Sindo, 2007). Data dari WHO menunjukkan
bahwa angka kematian di AmerikaSerikat karena leukemia meningkat 2 kali lipat sejak
tahun 1971 (Katrin, 1997).Di Amerika Serikat setiap 4 menitnya seseorang terdiagnosa
menderita leukemia.Pada akhir tahun 2009 diperkirakan 53.240 orang akan meninggal
dikarenakan leukemia (TLLS, 2009).

2. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari leukimia?
2. Jelaskan epidemiologi pada leukimia?
3. Jelaskan anatomi fisiologi dari penyakit leukimia?
4. Apa saja etiologi pada penyakit leukimia pada anak?
5. Jelaskan patofisiologi pada leukimia?
6. Apa saja pemeriksaan diagnostik leukimia pada anak?
7. Bagaimana penatalaksanaan pada leukimia?
8. Jelaskan konsep askep leukimia pada anak?
9. Jelaskan WOC pada leukimia anak?
10. Jelaskan asuhan keperawatan berdasarkan kasus yang didapat?

3. Tujuan
1. Mengetahui definisi dari leukimia
2. Mengetahui epidemiologi pada leukimia
3. Dapat menjelaskan anatomi fisiologi pada leukimia
4. Mengetahui etiologi dari leukimia pada anak
5. Mengetahui patofisiologi pada leukimia

1
6. Mengetahui apa saja pemeriksaan dignostik pada leukimia
7. Mengetahui penatalaksanaan pada leukimia
8. Mengetahui konsep askep dari leukimia
9. Mengetahui WOC leukimia pada anak
10. Mengetahui bagaimana mengerjakan askep sesuai kasus tersebut

2
BAB II
Tinjauan Pustaka
A. Definisi
Istilah leukemia pertama kali dijelaskan oleh Virchow sebagai “darah putih” pada
tahun 1874, adalah penyakit neoplastik yang ditandai dengan diferensiasi dan
proliferasi sel induk hematopoetik.
Leukemia adalah suatu keganasan yang berasal dari perubahan genetik pada satu
atau banyak sel di sumsum tulang. Pertumbuhan dari sel yang normal akan tertekan
pada waktu sel leukemia bertambah banyak sehingga akan menimbulkan gejala
klinis. Keganasan hematologik ini adalah akibat dari proses neoplastik yang disertai
gangguan diferensiasi pada berbagai tingkatan sel induk hematopoetik sehingga
terjadi ekspansi progresif kelompok sel ganas tersebut dalam sumsum tulang,
kemudian sel leukemia beredar secara sistemik.
Leukemia adalah proliferasi sel leukosit yang abnormal, ganas, sering disertai
bentuk leukosit yang lain daripada normal dengan jumlah yang berlebihan, dapat
menyebabkan kegagalan sumsum tulang dan sel darah putih sirkulasinya meninggi.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa leukemia adalah penyakit akibat terjadinya
proliferasi sel leukosit yang abnormal dan ganas serta sering disertai adanya leukosit
jumlah yang berlebihan dari sel pembuat darah yang bersifat sistemik dan biasanya
berakhir fatal.

B. Epidemiologi

Epidemiologi leukemia secara global prevalensi 13.7 per 100.000 populasi


dengan tingkat mortalitas 6.8 per 100.000 populasi per tahun. Di Indonesia, Riset
Kesehatan Dasar tahun 2013 menunjukkan bahwa leukemia merupakan salah satu
kanker yang paling banyak ditemui pada anak-anak.
 Global
- Menurut data statistic kanker Surveillance, Epidemiology, and End Results
Program National Cancer Institute prevalensi leukemia sebesar 13.7 per 100.000
populasi per tahun, dan jumlah kematian leukemia sebesar 6.8 per 100.000
populasi per tahun. Pada tahun 2017 diperkirakan sebanyak 62.130 kasus baru
leukemia dan 24,500 orang akan meninggalan karena leukemia. Leukemia berada
di urutan ke-9 dilihat dari prevalensi kejadiannya, yaitu sebesar 3.7% dari seluruh
kanker di United States.
- Prevalensi kasus leukemia pada kelompok usia 65-74 merupakan prevalensi
tertinggi yaitu sebesar 22.4% dengan median usia 66 tahun saat terdiagnosis
leukemia. Sedangkan jumlah kematian akibat leukemia paling tinggi ditemui pada

3
kelompok usia 75-84 tahun yaitu sebesar 30.2% dengan median usia 75 tahun saat
kematian.
- Prevalensi kasus leukemia dilihat dari jenis kelamin didapatkan bahwa kejadian
pada laki-laki lebih tinggi dari perempuan yaitu sebesar 17.6%, dan perempuan
sebesar 10.7%. Ras yang paling tinggi menderita leukemia adalah ras kaukasian
(18.5% laki-laki, 11,3% perempuan).
- Kejadian leukemia pada anak (0-19 tahun) menurut CDC pada tahun 2014 adalah
sebesar 8.4 per 100.000 ditemukan pada kelompok usia 1-4 tahun dan tingkat
kematian akibat leukemia sebesar 0.8 per 100.000 anak ditemukan pada kelompok
usia 15-19 tahun.
 Indonesia
- Menurut data Data Riset Kesehatan Dasar 2013, Badan Litbangkes Kementerian
Kesehatan RI dan Data Penduduk Sasaran, prevalensi kanker di Indonesia
berturut-turut adalah kanker serviks (0.8%), kanker payudara (0,5%), dan kanker
prostat (0,2%). Riset yang dilakukan di RS Kanker Dharmais pada tahun 2010-
2013 menyebutkan bahwa leukemia tidak termasuk dalam 10 kanker terbanyak di
Indonesia.
- Namun menurut Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 menunjukkan prevalensi
kanker anak umur 0-14 tahun sebesar 16.291 kasus, dan jenis kanker yang paling
banyak diderita anak di Indonesia yaitu leukemia dan retinoblastoma. Pada riset
yang dilakukan pada pasien anak di RS Kanker Dharmais pada tahun yang sama
menyatakan bahwa leukemia adalah penyakit dengan jumlah kasus baru dan
jumlah kematian terbanyak di RS Kanker Dharmais.

C. Anatomi fisiologi hematologi


Hematologi adalah cabang ilmu kesehatan yang mempelajari darah, organ pembentuk
darah dan penyakitnya.
 Anatomi
A. FUNGSI DARAH
Darah merupakan komponen yang unik; darah merupakan satu-satunya jaringan
cairan dalam tubuh manusia.
 Darah berfungsi untuk;

1. Membawa gas, nutrisi dan produk sisa metabolisme. Oksigen masuk


kedalam darah dalam prau-paru dan diangkut ke sel. Karbon dioksida, yang
diproduksi oleh sel, diangkut dalam darah ke paru-paru, dimana ia dikeluarkan.

4
Nutrisi, ion dan air yang dicerna dibawa oleh darah dari saluran pencernaan ke
sel, dan produk sisa metabolisme dipindahkan ke ginjal untuk di eliminasi.
2. Membentuk gumpalan darah (clot). Protein pembekuan membantu
membendung kehilangan darah ketika pembuluh darah terluka. Sehingga, darah
tidak terus-menerus mengalir keluar dari dalam tubuh.
3. Transportasi molekul yang diproses oleh tubuh. Sebagian besar zat
diproduksi di satu bagian tubuh dan diangkut dalam darah ke bagian lainnya.
4. Perlindungan terhadap zat asing. Antibodi dalam darah membantu
melindungi tubuh dari patogen (zat asing).
5. Transportasi molekul yang mengatur proses tubuh, seperti hormon dan
enzim.
6. Pemeliharaan suhu tubuh. Darah hangat diangkut dari dalam ke permukaan
tubuh, dimana panas dilepaskan dari darah keluar tubuh melalui pori-pori.
7. Pengaturan pH dan osmosis. Albumin (protein darah) merupakan penyangga
darah yang mempunyai peranan penting terhadap tekanan osmotik darah,
dimana tekanan osmotik berperan dalam menjaga kadar air dalam aliran darah.

B. KOMPONEN DARAH
Pada dasarnya, darah adalah jaringan ikat yang kompleks di mana sel-sel darah
hidup, yang terbentuk dari berbagai macam unsur-unsur pembentuk darah.

1. Karakteristik dan Volume Darah

Darah adalah cairan yang lengket dan buram dengan rasa logam yang khas.

 Warna. Tergantung pada jumlah oksigen yang dibawanya, darah kaya


oksigen berwarna merah tua, dan darah yang mengandung sedikit oksigen
berwarna merah pudar.
 Berat. Darah lebih berat daripada air dan sekitar 5 kali lebih tebal, atau
lebih kental daripada air.
 pH. Darah sedikit basa, dengan pH antara 7,35 – 7,45.
 Suhu. Suhu darah (38 derajat Celcius, atau 100,4 derajat Fahrenheit)
selalu lebih tinggi dari suhu tubuh.

2. Plasma Darah

Plasma, yang terdiri dari 90% air, adalah bagian cair dari darah.

 Zat Terlarut. Contoh zat terlarut meliputi nutrisi, garam (elektrolit), gas
pernafasan, hormon, protein plasma dan berbagai zat sisa dan produk
metabolisme sel.

5
 Protein plasma. Protein plasma adalah zat terlarut terbanyak dalam
plasma; kecuali untuk antibodi dan hormon berbasis protein, sebagai besar
protein plasma dibuat oleh hati.
 Komposisi. Komposisi plasma bervariasi secara terus menerus ketika sel
mengeluarkan atau menambahkan zat ke dalam darah; dengan asumsi diet
sehat, komposisi plasma dijaga relatif konstan oleh berbagai mekanisme
homeostatis tubuh.

3. Komponen Pembentuk Darah


Darah, jika diamati melalui mikroskop cahaya, sel darah merah akan terlihat
bebentuk cakram, sel darah putih berbentuk bulat bernoda mencolok dengan
beberapa trombosit yang tersebar terlihat seperti puing-puing.

a. Eritrosit
Eritrosit, atau sel darah merah, berfungsi untuk mengangkut oksigen
dalam darah ke semua sel tubuh

 Anucleate. Sel darah merah berbeda dari sel darah lain karena sel
darah merah mempunyai inti, yang berarti sel darah merah tidak
memiliki nukleus dan mengandung sangat sedikit organel.
 Hemoglobin. Hemoglobin, protein yang mengandung zat besi,
mengangkut sebagaian besar oksigen yang dibawa dalam darah.
 Penampilan mikroskopis. Eritrosit adalah sel kecil, fleksibel
yang berbentuk seprti cakram bikonkaf – rata dengan pusat
tertekan di kedua sisi; terlihat seperti donat mini jika dilihat
dengan mikroskop.
 Jumlah sel darah merah. Biasanya berkisar antara 5 juta sel per
milimeter kubik darah. RBC (Red Blood Cell) melebihi jumlah
WBC (White Blood Cell) sekitar 1000 banding 1 dan merupakan
faktor utama yang berkontribusi terhadap viskositas darah.
 Darah normal. Secara klinis, darah normal mengandung 12-18
gram hemoglobin per 100 milimeter (ml); kadar hemoglobin
sedikit lebih tinggi pada pria (13-18 g/dl) dibandingkan wanita
(12-16 g/dl).
b. Leukosit
Meskipun leukosit, atau sel darah putih (WBC), jauh lebih sedikit
daripada sel darah merah, namun leukosit sangat penting dalam
pertahanan tubuh terhadap penyakit

 Jumlah WBC. Rata-rata, terdapat 4000 – 11000 WBC per


milimeter kubik darah, dan jumlahnya kurang dari 1% dari total
volume darah.

6
 Pertahanan tubuh. Leukosit membentuk pasukan pelindung yang
dapat bergerak untuk membantu mempertahankan tubuh terhadap
kerusakan oleh bakteri, virus, parasit dan sel tumor.
 Diapedesis. Sel darah putih dapat menyelinap masuk dan keluar
dari pembuluh darah; proses ini dinamakan diapedesis.
 Kemotaksis positif. Selain itu, sel darah putih dapat menemukan
area kerusakan jaringan dan infeksi dalam tubuh dengan
menanggapi bahan kimia tertentu yang berdifusi dari sel yang
rusak; kemampuan ini disebut kemotaksis positif.
 Gerakan ameboid. Setelah sel darah putih “menangkap aroma”
adanya ancaman pertahan tubuh, sel darah putih bergerak melalui
ruang jaringan dengan gerakan ameboid (membentuk ekstensi
sitoplasma yang mengalir melalui ruang dalam jaringan) menuju
tempat kejadian perkara serangan dalam tubuh.
 Leukositosis. Jumlah WBC total diatas 11000 sel per milimeter
kubik disebut sebagai leukositosis.
 Leukopenia. Kondisi sebaliknya, leukopenia adalah jumlah WBC
yang kurang dari 4000 sel per milimeter kubik darah.
 Granulosit. Granulosit adalah sel darah putih yang mengandung
granula; memiliki lobus nuklei, biasanya terdiri dari beberapa area
nuklei bulat yang dihubungkan oleh untaian tipis bahan nuklei,
termasuk didalamnya neutrofil, eosinofil dan basofil.
 Agranulosit. Kelompok kedua dari sel darah putih, agranulosit;
tidak memiliki butiran sitoplasma; berbentuk bulat, oval, atau
berbentuk ginjal, termasuk didalamnya limfosit dan monosit.
 Trombosit. Trombosit adalah fragmen dari sel-sel multinukleat
aneh yang disebut megakaryocytes, yang menjepit ribuan
“potongan-potongan” platelet berinti yang dengan cepat menutup
diri dari cairan di sekitarnya; trombosit diperlukan untuk proses
pembekuan yang terjadi di dalam plasma ketika pembuluh darah
robek atau pecah.
c. Hematopoiesis
Pembentukan sel darah, atau hematopoiesis, terjadi dalam sumsum tulang
merah atau jaringan myeloid.

 Hemocystoblast. Semua elemen yang terbentuk munccul dari


jenis sel punca yang umum, yang disebut hematocystoblast.
 Keturunan hemocystoblast. Hemocystoblast membentuk dua
jenis keturunan – sel induk limfoid, yang menghasilkan
limfosit,dan sel induk myeloid, yang dapat menghasilkan
myeloid.

7
d. Pembentukan sel darah merah
Karena sel darah merah berinti, maka RBC tidak dapat mensintesis
protein, tumbuh atau membelah.

 Masa hidup. Seiring bertambahnya usia, sel darah merah menjadi


lebih kaku dan mulai terfragmentasi, atau hancur, dalam 100
hingga 120 hari.
 Sel darah merah yang hilang. Sel-sel yang hilang (hancur)
diganti lebih atau kurang secara terus menerus oleh pembelahan
hemocystoblast di sumsum tulang merah.
 RBC yang belum matang. Sel darah merah yang berkembang
membelah berkali-kali dan kemudian mulai mensintesis sejumlah
besar hemoglobin.
 Retikulosit. Setelah hemoglobin telah cukup terakumulasi, inti
dan sebagian besar organel dikeluarkan dan sel runtuh ke dalam;
hasilnya adalah sel darah merah muda, disebut retikulosit karena
masih mengandung beberapa retikulum endoplasma kasar (ER).
 Eritrosit dewasa. Dalam 2 hari, retikulosit akan menjadi eritrosit
yang secara keseluruhan dalam proses perkembangan dari
hemocystoblast hingga sel darah merah dewasa membutuhkan 3
sampai 5 hari.
 Eritropoietin. Tingkat produksi eritrosit dikendalikan oleh
hormon yang disebut eritropoietin; biasanya sejumlah kecil
eritropoietin bersirkulasi dalam darah setiap saat.
 Kontrol produksi sel darah merah. Poin penting untuk diingat
adalah bahwa bukan jumlah relatif sel darah merah dalam darah
yang mengontrol produksi sel darah merah, melainkan
berdasarkan pada kemampuan sel darah merah untuk mengangkut
oksigen yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh.
e. Pembentukan sel darah putih dan trombosit
Seperti pembentukan eritrosit, pembentukan leukosit dan trombosit
distimulasi oleh hormon.

 Faktor perangsang koloni dan interleukin. Faktor-faktor


penstimulasi koloni dan interleukin ini tidak hanya mendorong
sumsum tulang merah untuk mengeluarkan leukosit, tetapi juga
menyusun pasukan WBC untuk menangkal serangan dengan
meningkatkan kemampuan leukosit dewasa untuk melindungi
tubuh.
 Trombopoietin. Hormon trombopoietin mempercepat produksi
trombosit, namun sampai saat ini, pengetahuan mengenai

8
bagaimana proses tersebut berlangsung masih belum diketahui
seutuhnya.

 Fisiologi
A. Hemostasis
Proses hemostasis dimulai ketika pembuluh darah rusak dan jaringan ikat
di dinding pembuluh darah terpapar oleh darah.

1. Kejang pembuluh darah. Respons langsung terhadap cedera


pembuluh darah adalah vasokonstriksi pembuluh darah, yang
menyebabkan pembuluh darah menjadi kejang; kejang mempersempit
pembuluh darah, mengurangi kehilangan darah sampai pembekuan bisa
terjadi.
2. Sumbat trombosit. cedera para lapisan pembuluh darah menyebabkan
timbulnya kolase serat; trombosit melekat pada area yang rusak dan
membentuk sumbatan trombosit.
3. Peristiwa koagulasi. Saat terbentuk kolase serat trombosit, pada saat
yang sama,jaringan yang terluka melepaskan tissue factor (TF); suatu
zat yang memainkan peran penting dalam pembekuan darah. PF3 dan
fosfolipid yang melapisi permukaan trombosit berinteraksi dengan TF,
vitamin K dan faktor pembekuan darah lainnya. Aktivator protombin
mengubah protrombin yang ada dalam plasma menjadi trombin (enzim)
yang kemudian bergabung dengan protein fibrinogen membentuk
saringan yang dapat memerangkap sel darah merah dan membentuk
dasar gumpalan. Dalam satu jam, gumpalan mulai menarik diri
kembali, memeras serum dari massa dan menarik tepi pembuluh darah
yang pecah lebih dekat satu sama lain.
B. Pengelompokan Darah Manusia
Meskipun transfusi darah lengkap dapat menyelamatkan nyawa, namun
setiap orang memiliki golongan darah yang berbeda-beda, dan transfusi
darah yang tidak sesuai atau tidak cocok dapat berakibat fatal.

1. Antigen. Antigen adalah zat yang diakui tubuh sebagai benda asing;
antigen merangsang sistem kekebalan untuk melepaskan antibodi atau
menggunakan cara lain untuk meningkatkan pertahanan terhadapnya.
2. Antibodi. Protein RBC satu orang akan dianggap sebagai asing jika
ditransfusikan ke orang lain dengan antigen RBC yang berbeda;
“pengenal” adalah antibodi yang terdapat dalam plasma yang melekat
pada sel darah merah yang mengandung antigen permukaan yang
berbeda dari sel pada sel darah merah pasien (penerima darah).
3. Aglutinasi. Mengikat antibodi menyebabkan sel darah merah asing
menggumpal, sebuah fenomena yang disebut aglutinasi, yang mengarah
pada penyumbatan pembuluh darah kecil di seluruh tubuh.

9
4. Golongan darah ABO. Golongan darah ABO didasarkan pada mana dari
dua antigen, tipe A atau tipe B, yang diwarisi seseorang; tidak adanya
kedua antigen menghasilkan darah tipe O, kehadiran kedua antigen
mengarah ke tipe AB, dan adanya antigen A atau B menghasilkan darah
tipe A atau B.
5. Golongan darah rh. Golongan darah Rh dinamakan demikian karena
salah satu dari delapan antigen Rh (aglutinogen D) awalnya diidentifikasi
pada monyet Rhesus; kemudian antigen yang sama ditemukan pada
manusia; kebanyakan orang Amerika adalah Rh + (Rh positif), yang berarti
bahwa sel darah merah mereka membawa antigen Rh.
6. Antibodi anti-Rh. Berbeda dengan antibodi sistem ABO, antibodi anti-Rh
tidak secara otomatis terbentuk dan terdapat dalam darah individu Rh- (Rh-
negatif).
7. Hemolisis. Hemolisis (ruptur sel darah merah) tidak terjadi dengan
transfusi pertama karena dibutuhkan waktu bagi tubuh untuk bereaksi dan
mulai membuat antibodi.

C. Penentuan golongan darah


Pentingnya menentukan golongan darah dari donor dan penerima sebelum
darah ditransfusikan adalah suatu tindakan yang sangat penting untuk
dilakukan.

1. Golongan darah golongan darah ABO. Ketika serum yang


mengandung antibodi anti-A atau anti-B ditambahkan ke sampel darah
yang diencerkan dengan saline, aglutinasi akan terjadi antara antibodi
dan antigen yang sesuai.
2. Pencocokan silang. Pencocokan silang melibatkan pengujian untuk
aglutinasi sel darah donor dengan serum penerima dan sel darah merah
penerima oleh serum donor;
3. Golongan darah untuk faktor Rh. Menentukan untuk faktor Rh
dilakukan dengan cara yang sama seperti penentuan darah ABO.
D. Etiologi
Penyebab leukemia masih belum diketahui secara pasti hingga kini. Menurut hasil
penelitian, orang dengan faktor risiko tertentu lebih meningkatkan risiko timbulnya
penyakit leukemia.
a. Host
 Umur, jenis kelamin, ras
Insiden leukemia secara keseluruhan bervariasi menurut umur. LLA merupakan
leukemia paling sering ditemukan pada anak-anak, dengan puncak insiden antara usia
2-4 tahun, LMA terdapat pada umur 15-39 tahun, sedangkan LMK banyak ditemukan
antara umur 30-50 tahun. LLK merupakan kelainan pada orang tua (umur rata-rata 60

10
tahun). Insiden leukemia lebih tinggi pada pria dibandingkan pada wanita. Tingkat
insiden yang lebih tinggi terlihat di antara Kaukasia (kulit putih) dibandingkan
dengan kelompok kulit hitam.
Leukemia menyumbang sekitar 2% dari semua jenis kanker. Menyerang 9 dari
setiap 100.000 orang di Amerika Serikat setiap tahun. Orang dewasa 10 kali
kemungkinan terserang leukemia daripada anak-anak. Leukemia terjadi paling sering
pada orang tua. Ketika leukemia terjadi pada anak-anak, hal itu terjadi paling sering
sebelum usia 4 tahun.
 Faktor Genetik
Insiden leukemia pada anak-anak penderita sindrom down adalah 20 kali lebih
banyak daripada normal. Kelainan pada kromosom 21 dapat menyebabkan leukemia
akut. Insiden leukemia akut juga meningkat pada penderita dengan kelainan
kongenital misalnya agranulositosis kongenital, sindrom Ellis Van Creveld, penyakit
seliak, sindrom Bloom, anemia Fanconi, sindrom Wiskott Aldrich, sindrom
Kleinefelter dan sindrom trisomi D.
Pada sebagian penderita dengan leukemia, insiden leukemia meningkat dalam
keluarga. Kemungkinan untuk mendapat leukemia pada saudara kandung penderita
naik 2-4 kali.19 Selain itu, leukemia juga dapat terjadi pada kembar identik.
Berdasarkan penelitian Hadi, et al (2008) di Iran dengan desain case
control menunjukkan bahwa orang yang memiliki riwayat keluarga positif leukemia
berisiko untuk menderita LLA (OR=3,75; CI=1,32-10,99) artinya orang yang
menderita leukemia kemungkinan 3,75 kali memiliki riwayat keluarga positif
leukemia dibandingkan dengan orang yang tidak menderita leukemia.
b. Agent
 Virus
Beberapa virus tertentu sudah dibuktikan menyebabkan leukemia pada
binatang. Ada beberapa hasil penelitian yang mendukung teori virus sebagai salah
satu penyebab leukemia yaitu enzyme reserve transcriptase ditemukan dalam
darah penderita leukemia. Seperti diketahui enzim ini ditemukan di dalam virus
onkogenik seperti retrovirus tipe C yaitu jenis RNA yang menyebabkan leukemia
pada binatang.
Pada manusia, terdapat bukti kuat bahwa virus merupakan etiologi terjadinya
leukemia. HTLV (virus leukemia T manusia) dan retrovirus jenis cRNA, telah
ditunjukkan oleh mikroskop elektron dan kultur pada sel pasien dengan jenis
khusus leukemia/limfoma sel T yang umum pada propinsi tertentu di Jepang dan
sporadis di tempat lain, khususnya di antara Negro Karibia dan Amerika Serikat.
 Sinar Radioaktif
Sinar radioaktif merupakan faktor eksternal yang paling jelas dapat
menyebabkan leukemia. Angka kejadian LMA dan LGK jelas sekali meningkat
setelah sinar radioaktif digunakan. Sebelum proteksi terhadap sinar radioaktif

11
rutin dilakukan, ahli radiologi mempunyai risiko menderita leukemia 10 kali lebih
besar dibandingkan yang tidak bekerja di bagian tersebut. Penduduk Hirosima dan
Nagasaki yang hidup setelah ledakan bom atom tahun 1945 mempunyai insidensi
LMA dan LGK sampai 20 kali lebih banyak. Leukemia timbul terbanyak 5
sampai 7 tahun setelah ledakan tersebut terjadi. Begitu juga dengan
penderita ankylosing spondylitis yang diobati dengan sinar lebih dari 2000 rads
mempunyai insidens 14 kali lebih banyak.
 Zat Kimia
Zat-zat kimia (misal benzene, arsen, pestisida, kloramfenikol, fenilbutazon)
diduga dapat meningkatkan risiko terkena leukemia.18 Sebagian besar obat-
obatan dapat menjadi penyebab leukemia (misalnya Benzene), pada orang dewasa
menjadi leukemia nonlimfoblastik akut.
 Merokok
Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa merokok meningkatkan risiko
LMA. Penelitian Hadi, et al (2008) di Iran dengan desain case
control memperlihatkan bahwa merokok lebih dari 10 tahun meningkatkan risiko
kejadian LMA (OR=3,81; CI=1,37-10,48) artinya orang yang menderita LMA
kemungkinan 3,81 kali merokok lebih dari 10 tahun dibanding dengan orang yang
tidak menderita LMA. Penelitian di Los Angles (2002), menunjukkan adanya
hubungan antara LMA dengan kebiasaan merokok. Penelitian lain di Canada oleh
Kasim menyebutkan bahwa perokok berat dapat meningkatkan risiko LMA.
Faktor risiko terjadinya leukemia pada orang yang merokok tergantung pada
frekuensi, banyaknya, dan lamanya merokok.
c. Lingkungan (Pekerjaan)
Banyak penelitian menyatakan adanya hubungan antara pajanan pekerjaan
dengan kejadian leukemia. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan di Jepang,
sebagian besar kasus berasal dari rumah tangga dan kelompok petani. Hadi, et al
(2008) di Iran dengan desain case control meneliti hubungan ini, pasien termasuk
mahasiswa, pegawai, ibu rumah tangga, petani dan pekerja di bidang lain. Di
antara pasien tersebut, 26% adalah mahasiswa, 19% adalah ibu rumah tangga, dan
17% adalah petani. Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa orang
yang bekerja di pertanian atau peternakan mempunyai risiko tinggi leukemia (OR
= 2,35, CI = 1,0-5,19), artinya orang yang menderita leukemia kemungkinan 2,35
kali bekerja di pertanian atau peternakan dibanding orang yang tidak menderita
leukemia.

E. Patofisiologi
Pada keadaan normal, sel darah putih berfungsi sebagai pertahanan tubuh
terhadap infeksi. Sel ini secara normal berkembang sesuai perintah, dapat dikontrol

12
sesuai dengan kebutuhan tubuh. Leukemia meningkatkan produksi sel darah putih
pada sumsum tulang yang lebih dari normal. Mereka terlihat berbeda dengan sel
darah normal dan tidak berfungsi seperti biasanya. Sel leukemi memblok produksi sel
darah normal, merusak kemampuan tubuh terhadap infeksi. Sel leukemi juga merusak
produksi sel darah lain pada sumsum tulang termasuk sel darah merah dimana sel
tersebut berfungsi untuk menyuplai oksigen pada jaringan.
Analisis sitogenik menghasilkan banyak pengetahuan mengenai aberasi kromosomal
yang terdapat pada pasien dengan leukemia. Perubahan kromosom dapat meliputi
perubahan angka, yang menambahkan atau menghilangkan seluruh kromosom, atau
perubahan struktur termasuk translokasi (penyusunan kembali), delesi, inversi dan
insersi. Pada kondisi ini, dua kromosom atau lebih mengubah bahan genetik, dengan
perkembangan gen yang berubah dianggap menyebabkan mulainya proliferasi sel
abnormal.
Leukemia terjadi jika proses pematangan dari stem sel menjadi sel darah putih
mengalami gangguan dan menghasilkan perubahan ke arah keganasan. Perubahan
tersebut seringkali melibatkan penyusunan kembali bagian dari kromosom (bahan
genetik sel yang kompleks). Translokasi kromosom mengganggu pengendalian
normal dari pembelahan sel, sehingga sel membelah tidak terkendali dan menjadi
ganas. Pada akhirnya sel-sel ini menguasai sumsum tulang dan menggantikan tempat
dari sel-sel yang menghasilkan sel-sel darah yang normal. Kanker ini juga bias
menyusup ke dalam organ lainnya termasuk hati, limpa, kelenjar getah bening, ginjal,
dan otak.

F. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan dengan pemeriksaan darah tepi dan
pemeriksaan sumsum tulang.
 Pemeriksaan Darah Tepi
Pada penderita leukemia jenis LLA ditemukan leukositosis (60%) dan kadang-
kadang leukopenia (25%). Pada penderita LMA ditemukan penurunan eritrosit
dan trombosit. Pada penderita LLK ditemukan limfositosis lebih dari 50.000/mm 3,
sedangkan pada penderita LGK/LMK ditemukan leukositosis lebih dari
50.000/mm3.

 Pemeriksaan Sumsum Tulang


Hasil pemeriksaan sumsum tulang pada penderita leukemia akut ditemukan
keadaan hiperselular. Hampir semua sel sumsum tulang diganti sel leukemia
(blast), terdapat perubahan tiba-tiba dari sel muda (blast) ke sel yang matang
tanpa sel antara (leukemic gap). Jumlah blast minimal 30% dari sel berinti dalam

13
sumsum tulang. Pada penderita LLK ditemukan adanya infiltrasi merata oleh
limfosit kecil yaitu lebih dari 40% dari total sel yang berinti. Kurang lebih 95%
pasien LLK disebabkan oleh peningkatan limfosit B. Sedangkan pada penderita
LGK/LMK ditemukan keadaan hiperselular dengan peningkatan jumlah
megakariosit dan aktivitas granulopoeisis. Jumlah granulosit lebih dari
30.000/mm3.

G. Penatalaksanaan
a. Kemoterapi
1. Kemoterapi pada penderita LLA
 Tahap 1 (terapi induksi)
Tujuan dari tahap pertama pengobatan adalah untuk membunuh sebagian
besar sel-sel leukemia di dalam darah dan sumsum tulang. Terapi induksi
kemoterapi biasanya memerlukan perawatan di rumah sakit yang panjang
karena obat menghancurkan banyak sel darah normal dalam proses
membunuh sel leukemia. Pada tahap ini dengan memberikan kemoterapi
kombinasi yaitu daunorubisin, vincristin, prednison dan asparaginase.
 Tahap 2 (terapi konsolidasi/ intensifikasi)
Setelah mencapai remisi komplit, segera dilakukan terapi intensifikasi
yang bertujuan untuk mengeliminasi sel leukemia residual untuk mencegah
relaps dan juga timbulnya sel yang resisten terhadap obat. Terapi ini dilakukan
setelah 6 bulan kemudian.
 Tahap 3 ( profilaksis SSP)
Profilaksis SSP diberikan untuk mencegah kekambuhan pada SSP.
Perawatan yang digunakan dalam tahap ini sering diberikan pada dosis yang
lebih rendah. Pada tahap ini menggunakan obat kemoterapi yang berbeda,
kadang-kadang dikombinasikan dengan terapi radiasi, untuk mencegah
leukemia memasuki otak dan sistem saraf pusat.
 Tahap 4 (pemeliharaan jangka panjang)
Pada tahap ini dimaksudkan untuk mempertahankan masa remisi. Tahap
ini biasanya memerlukan waktu 2-3 tahun.
Angka harapan hidup yang membaik dengan pengobatan sangat dramatis.
Tidak hanya 95% anak dapat mencapai remisi penuh, tetapi 60% menjadi
sembuh. Sekitar 80% orang dewasa mencapai remisi lengkap dan sepertiganya
mengalami harapan hidup jangka panjang, yang dicapai dengan kemoterapi
agresif yang diarahkan pada sumsum tulang dan SSP.
2. Kemoterapi pada penderita LMA
 Fase induksi

14
Fase induksi adalah regimen kemoterapi yang intensif, bertujuan untuk
mengeradikasi sel-sel leukemia secara maksimal sehingga tercapai remisi
komplit. Walaupun remisi komplit telah tercapai, masih tersisa sel-sel
leukemia di dalam tubuh penderita tetapi tidak dapat dideteksi. Bila dibiarkan,
sel-sel ini berpotensi menyebabkan kekambuhan di masa yang akan datang.
 Fase konsolidasi
Fase konsolidasi dilakukan sebagai tindak lanjut dari fase induksi.
Kemoterapi konsolidasi biasanya terdiri dari beberapa siklus kemoterapi dan
menggunakan obat dengan jenis dan dosis yang sama atau lebih besar dari
dosis yang digunakan pada fase induksi.
Dengan pengobatan modern, angka remisi 50-75%, tetapi angka rata-rata
hidup masih 2 tahun dan yang dapat hidup lebih dari 5 tahun hanya 10%.
3. Kemoterapi pada penderita LLK
Derajat penyakit LLK harus ditetapkan karena menetukan strategi terapi
dan prognosis. Salah satu sistem penderajatan yang dipakai ialah klasifikasi
Rai:
 Stadium 0 : limfositosis darah tepi dan sumsum tulang
 Stadium I : limfositosis dan limfadenopati.
 Stadium II : limfositosis dan splenomegali/ hepatomegali.
 Stadium III : limfositosis dan anemia (Hb < 11 gr/dl).
 StadiumIV: limfositosis dan trombositopenia
3
<100.000/mm dengan/tanpa gejala pembesaran hati, limpa, kelenjar.
Terapi untuk LLK jarang mencapai kesembuhan karena tujuan terapi
bersifat konvensional, terutama untuk mengendalikan gejala. Pengobatan
tidak diberikan kepada penderita tanpa gejala karena tidak memperpanjang
hidup. Pada stadium I atau II, pengamatan atau kemoterapi adalah
pengobatan biasa. Pada stadium III atau IV diberikan kemoterapi intensif.
Angka ketahanan hidup rata-rata adalah sekitar 6 tahun dan 25%
pasien dapat hidup lebih dari 10 tahun. Pasien dengan sradium 0 atau 1
dapat bertahan hidup rata-rata 10 tahun. Sedangkan pada pasien dengan
stadium III atau IV rata-rata dapat bertahan hidup kurang dari 2 tahun.
4. Kemoterapi pada penderita LGK/LMK
 Fase Kronik
Busulfan dan hidroksiurea merupakan obat pilihan yag mampu
menahan pasien bebas dari gejala untuk jangka waktu yang lama.
Regimen dengan bermacam obat yang intensif merupakan terapi pilihan
fase kronis LMK yang tidak diarahkan pada tindakan transplantasi
sumsum tulang.
 Fase Akselerasi,
Sama dengan terapi leukemia akut, tetapi respons sangat rendah.

15
 Persiapan kemotrapi
Persiapan kemoterapi tergantung pada jenis obat yang digunakan dan
bagaimana cara pemberian obat. Dokter akan memberikan instruksi
spesifik terkait persiapannya. Beberapa langkah persiapan yang mungkin
dilakukan meliputi:
 Operasi pemasangan alat sebelum kemoterapi intravena
Pada pasien yang menjalani kemoterapi lewat intravena
(obat langsung dimasukkan ke dalam pembuluh darah vena),
dokter akan merekomendasikan pemasangan alat tertentu, seperti
kateter.
Kateter akan dipasang ke dalam vena besar melalui
prosedur operasi. Obat kemoterapi lalu dimasukkan ke dalam
tubuh lewat alat ini.
 Pemeriksaan untuk memastikan tubuh siap menerima kemoterapi
Pemeriksaan tertentu perlu dijalani guna menentukan
apakah tubuh Anda dalam kondisi yang siap untuk menerima
kemoterapi. Misalnya, tes darah untuk mengevaluasi fungsi hati
dan ginjal, serta pemeriksaan kesehatan jantung.
Apabila terdapat masalah dari hasil pemeriksaan, dokter
bisa menunda pengobatan atau memilih obat kemoterapi lain.
 Pemeriksaan kesehatan gigi
Dokter juga akan merekomendasikan pasien untuk pergi ke
dokter gigi dan mengecek kesehatan giginya.
Dokter gigi akan mengobati infeksi pada gigi agar risiko
komplikasi pengobatan kemoterapi dapat dikurangi. Pasalnya,
kemoterapi dapat menurunkan sistem kekebalan tubuh yang
diperlukan untuk menangani infeksi.
 Perencanaan sebelum efek samping kemoterapi
Tanyakan pada dokter mengenai efek samping yang mungkin
terjadi saat dan setelah kemoterapi sehingga perencanaan lebih
lanjut dapat dilakukan untuk mengatasinya. Misalnya, apabila
kemoterapi mengganggu kesuburan padahal pasien berencana
untuk memiliki anak.
 Penjadwalan kemoterapi dan aktivitas sehari-hari
Sebagian besar pengobatan kemoterapi dilakukan secara
rawat jalan. Karena itu, kebanyakan pasien masih bisa bekerja dan
melakukan aktivitas seperti biasa selama menjalaninya.
Namun respons tubuh terhadap pengobatan berbeda-beda
pada tiap penderita dan sulit diperediksi. Jadi diskusikan dengan

16
dokter jika Anda membutuhkan waktu untuk bekerja atau
melakukan aktivitas lainnya.
 Persiapan untuk jadwal kemoterapi pertama
Pasien disarankan untuk cukup beristirahat sebelum
melakukan kemoterapi. Konsumsi makanan ringan juga diajurkan
sebelum prosedur. Pasalnya, beberapa obat kemoterapi dapat
memicu rasa mual.
Pasien pun sebaiknya meminta bantuan keluarga atau
teman untuk menemani setelah kemoterapi. Beberapa jenis obat
dapat memicu rasa kantuk sehingga pasien akan kesulitan utnuk
berkendara sendiri pascapengobatan.
b. Radioterapi
Radioterapi menggunakan sinar berenergi tinggi untuk membunuh sel-sel
leukemia. Sinar berenergi tinggi ini ditujukan terhadap limpa atau bagian lain
dalam tubuh tempat menumpuknya sel leukemia. Energi ini bisa menjadi
gelombang atau partikel seperti proton, elektron, x-ray dan sinar gamma.
Pengobatan dengan cara ini dapat diberikan jika terdapat keluhan pendesakan
karena pembengkakan kelenjar getah bening setempat.
 Persiapan
Sebelum radioterapi dilakukan, dokter akan melakukan
serangkaian pemeriksaan untuk memastikan apakah prosedur ini sesuai
dengan kondisi pasien. Setelah itu, dokter bisa menentukan dosis serta
frekuensi radioterapi. Pengobatan ditentukan berdasarkan jenis serta
stadium kanker yang dialami pasien.
Dokter juga akan melakukan simulasi radiasi yang terdiri dari
beberapa tahap, seperti dijelaskan di bawah ini:
 Pasien diminta berbaring dan menentukan posisi yang nyaman
agar prosedur radioterapi bisa berjalan dengan lancar.
 Tim dokter akan memberikan bantal dan mengikat pasien agar
posisinya tidak berubah selama radioterapi berlangsung.
 Tim dokter akan melakukan pemindaian dengan CT scan untuk
menentukan bagian tubuh mana yang akan mendapatkan radiasi.
 Tim dokter akan menentukan jenis radioterapi yang digunakan dan
berapa kali radioterapi itu akan dilakukan sesuai hasil
pemeriksaan.
 Tim dokter akan menandai bagian tubuh pasien yang akan
mendapatkan paparan gelombang radiasi.
 Setelah semua tahapan di atas selesai, radioterapi siap dilakukan.

17
c. Transplantasi Sumsum Tulang
Transplantasi sumsum tulang dilakukan untuk mengganti sumsum tulang
yang rusak dengan sumsum tulang yang sehat. Sumsum tulang yang rusak
dapat disebabkan oleh dosis tinggi kemoterapi atau terapi radiasi. Selain itu,
transplantasi sumsum tulang juga berguna untuk mengganti sel-sel darah yang
rusak karena kanker. Pada penderita LMK, hasil terbaik (70-80% angka
keberhasilan) dicapai jika menjalani transplantasi dalam waktu 1 tahun setelah
terdiagnosis dengan donor Human Lymphocytic Antigen (HLA) yang sesuai.
Pada penderita LMA transplantasi bisa dilakukan pada penderita yang tidak
memberikan respon terhadap pengobatan dan pada penderita usia muda yang
pada awalnya memberikan respon terhadap pengobatan.
d. Terapi Suportif
Terapi suportif berfungsi untuk mengatasi akibat-akibat yag ditimbulkan
penyakit leukemia dan mengatasi efek samping obat. Misalnya transfusi darah
untuk penderita leukemia dengan keluhan anemia, transfusi trombosit untuk
mengatasi perdarahan dan antibiotik untuk mengatasi infeksi.

H. Pengkajian
a. Riwayat penyakit
b. Kaji adanya tanda-tanda anemia:
Pucat
Kelemahan
Sesak
Nafas cepat
c. Kaji adanya tanda-tanda leukopenia:
Demam
Infeksi
d. Kaji adanya tanda-tanda trombositopenia:
Ptechiae
Purpura
Perdarahan membran mukosa
e. Kaji adanya tanda-tanda invasi ekstra medulola:
Limfadenopati
Hepatomegali
Splenomegali
f. Kaji adanya pembesaran testis
g. Kaji adanya:
Hematuria
Hipertensi

18
Gagal ginjal
Inflamasi disekitar rectal
Nyeri
(Suriadi,R dan Rita Yuliani, 2001: 178)

I. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan menurut The North American Nursing Diagnosis
Association (NANDA) adalah “ suatu penilaian klinis tentang respon individu,
keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan/proses kehidupan yang
aktual dan potensial. Diagnosa keperawatan memberikan dasar untuk
pemilihan intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan diamana perawat
bertanggung gugat “ (Wong,D.L, 2004: 331).
Menurut Wong, D.L (2004 :596 – 610) , diagnosa pada anak dengan leukemia
adalah:
a. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan
tubuh
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia
c. Resiko terhadap cedera : perdarahan yang berhubungan dengan
penurunan jumlah trombosit
d. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual
dan muntah
e. Perubahan membran mukosa mulut : stomatitis yang berhubungan
dengan efek samping agen kemoterapi
f. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan
dengan anoreksia, malaise, mual dan muntah, efek samping
kemoterapi dan atau stomatitis
g. Nyeri yang berhubungan dengan efek fisiologis dari leukemia
h. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemberian agens
kemoterapi, radioterapi, imobilitas.
i. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan alopesia atau perubahan
cepat pada penampilan.

J. Intervensi keperawatan
a. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnnya sistem perthanan tubuh
 Tujuan : anak tidak mengalami gelaja-gejala infeksi

Intervensi Rasional
- Pantau suhu dengan teliti - untuk mendeteksi kemungkinan
19
- Tempatkan anak dalam ruangan infeksi
khusus - untuk meminimalkan terpaparnya
- Anjurkan semua pengunjung dan anak dari sumber infeksi
staf rumah sakit untuk - untuk meminimalkan pajanan pada
menggunakan teknik mencuci organisme infektif
tangan dengan baik - untuk mencegah kontaminasi
- Gunakan teknik aseptik yang silang/menurunkan resiko infeksi
cermat untuk semua prosedur - untuk intervensi dini penanganan
invasive infeksi
- Evaluasi keadaan anak terhadap - rongga mulut adalah medium yang
tempat-tempat munculnya infeksi baik untuk pertumbuhan organism
seperti tempat penusukan jarum, - menambah energi untuk
ulserasi mukosa, dan masalah gigi penyembuhan dan regenerasi
- Inspeksi membran mukosa mulut. seluler
Bersihkan mulut dengan baik - untuk mendukung pertahanan alami
- Berikan periode istirahat tanpa tubuh
gangguan - diberikan sebagai profilaktik atau
- Berikan diet lengkap nutrisi sesuai mengobati infeksi khusus
usia
- Berikan antibiotik sesuai ketentuan
-

b. intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia


 Tujuan : terjadi peningkatan toleransi aktivitas
Intervensi Rasional
- Evaluasi laporan kelemahan, - menentukan derajat dan efek
perhatikan ketidakmampuan untuk ketidakmampuan
berpartisipasi dalam aktifitas - menghemat energi untuk aktifitas
sehari-hari dan regenerasi seluler atau
- Berikan lingkungan tenang dan penyambungan jaringan
perlu istirahat tanpa gangguan - mengidentifikasi kebutuhan

20
- Kaji kemampuan untuk individual dan membantu
berpartisipasi pada aktifitas yang pemilihan intervensi
diinginkan atau dibutuhkan - memaksimalkan sediaan energi
- Berikan bantuan dalam aktifitas untuk tugas perawatan diri
sehari-hari dan ambulasi

c. Resiko terhadap cedera/perdarahan yang berhubungan dengan penurunan jumlah


trombosit
 Tujuan : klien tidak menunjukkan bukti-bukti perdarahan
Intervensi Rasional
- Gunakan semua tindakan untuk - karena perdarahan memperberat
mencegah perdarahan khususnya kondisi anak dengan adanya anemia
pada daerah ekimosis - karena kulit yang luka cenderung
- Cegah ulserasi oral dan rectal untuk berdarah
- Gunakan jarum yang kecil pada saat - untuk mencegah perdarahan
melakukan injeksi - untuk mencegah perdarahan
- Menggunakan sikat gigi yang lunak - untuk memberikan intervensi dini
dan lembut dalam mengatasi perdarahan
- Laporkan setiap tanda-tanda - karena aspirin mempengaruhi fungsi
perdarahan (tekanan darah menurun, trombosit
denyut nadi cepat, dan pucat) - untuk mencegah perdarahan
- Hindari obat-obat yang mengandung
aspirin
- Ajarkan orang tua dan anak yang
lebih besar ntuk mengontrol
perdarahan hidung

d. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah

21
 Tujuan : tidak terjadi kekurangan volume cairan san pasien tidak
mengalami mual dan mutah
Intervensi Rasional
- Berikan antiemetik awal sebelum - Untuk mencegah mual dan
dimulainya kemoterapi muntah
- Berikan antiemetik secara teratur - Untu mencegah episode berulang
pada waktu dan program - Karena tidak ada obat antiemetik
kemoterapi yang secara umum berhasil
- Kaji respon anak terhadap anti - Bau yang menyengat dapat
emetic menimbulkan mual dan muntah
- Hindari memberikan makanan yang - Karena jumlah kecil biasanya
beraroma menyengat ditoleransi dengan baik
- Anjurkan makan dalam porsi kecil - Untuk mempertahankan hidrasi
tapi sering
- Berikan cairan intravena sesuai
ketentuan
e. Perubahan membran mukosa mulut: stomatitis yang berhubungan dengan efek
samping agen kemoterapi
 Tujuan : pasien tidak mengalami mukositis oral
Intervensi Rasional
- Inspeksi mulut setiap hari untuk - untuk mendapatkan tindakan yang
adanya ulkus oral segera
- Hindari mengukur suhu oral - untuk mencegah trauma
- Gunakan sikat gigi berbulu lembut, - untuk menghindari trauma
aplikator berujung kapas, atau jari - untuk meningkatkan penyembuhan
yang dibalut kasa - untuk menjga agar bibir tetap
- Berikan pencucian mulut yang lembab dan mencegah pecah-pecah
sering dengan cairan salin normal (fisura)
atau tanpa larutan bikarbonat - karena bila digunakan pada faring,
- Gunakan pelembab bibir dapat menekan refleks muntah yang
- Hindari penggunaan larutan mengakibatkan resiko aspirasi dan

22
lidokain pada anak kecil dapat menyebabkan kejang
- Berikan diet cair, lembut dan lunak - agar makanan yang masuk dapat
- Inspeksi mulut setiap hari ditoleransi anak
- Dorong masukan cairan dengan - untuk mendeteksi kemungkinan
menggunakan sedotan infeksi
- Hindari penggunaa swab gliserin, - untuk membantu melewati area
hidrogen peroksida dan susu nyeri
magnesia - dapat mengiritasi jaringan yang luka
- Berikan obat-obat anti infeksi dan dapat membusukkan gigi,
sesuai ketentuan memperlambat penyembuhan
- Berikan analgetik dengan memecah protein dan dapat
mengeringkan mukosa
- untuk mencegah atau mengatasi
mukositis
- untuk mengendalikan nyeri

K. Evaluasi
Hasil yang diharapkan :
1. Tidak ada tanda-tanda infeksi pada anak
2. Resiko cedera dapat diminimalkan
3. Nutrisi anak seimbang (tidak ada penurunan berat badan)
4. Nyeri teratasi

L. WOC

ALL

Infiltrasi dan penggantian setiap jaringan tubuh dengan sel –


sel darah putih non fungsional

Infiltrasi pada sumsumtulang menyebabkan sumsum tulang


melakukan hematopoesis ( kegagalan sumsum tulang yang
progresif )

23
Penurunan Penurunan jumlah Sel – sel leukemia Penurunan produksi
pembentukan sel neutrofil menginvasi trombosit
darah merah

Hb Imunitas Peningkatan tekanan Proses pembekuan


menurun pada periosteum darah menjadi
Proses inflamasi
terganggu

MK : intoleransi MK : MK : resiko MK : nyeri akut MK : resiko


aktivitas infeksi penderahan

Penatalaksanan

Kemoterapi

Transplantasi sumsum
tulang belakang
Efek samping kemoterapi : merusak
sel yg bereproduksi dengan cepat

Mukosa bibir Mual/muntah Rambut rontok Kulit kering Mengganggu


dan gampang mukosa dan

Stomatitis Nafsu MK : MK : kerusakan


makan gangguan citra int. Kulit Diare Susah
BAB

MK : MK :
kerusakan ketidakseimbang Pengeluaran MK :
int, jaringan an nutrisi cairan berlebih konstipasi
kurang dari dan intake
kebutuhan tubuh

24
MK : defisit volume Dehidras
cairan dan resiko
ketidakseimbangan
cairan

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PEMBAHASAN KASUS

1. KASUS
Seorang anak laki – laki, An. F, usia 11 tahun 9 bulan di rawat di ruang non infeksi

dengan diagnosa medis ALL Pro Kemoterapi fase konsolidasi minggu ke-9. Riwayat

ALL sejak 1 tahun yang lalu yang terdiagnosis melalui Bone Marrow Puncture (BMPP).

Pasien mengeluh mual dan tidak nafsu makan hanya habis 3-4 sendok makan serta

merasa lemah. Keluhan mual dirasakan sebelum diberikan obat kemoterapi. Hasil

pengkajian An. F : BB : 46 Kg dan TB : 148 cm kesadaran komposmentis dan tampak

terbaring di tempat tidur, tampak pucat dan konjungtivaanemis. Hasil pemeriksaan tanda

– tanda vital yaitu suhu 36,7 C, tekanan darah 100/70 mmHg, frekuensi nadi 100x/menit,

frekuensi napas 20x/menit, saturasi O2 (saO2) 98-99%. Suara jantung S1 dan S2 normal,

tidak terdengar murmur atau gallop, suara napas vesikuler, abdomen supel, terdengar

suara bising usus, extremitas akral teraba hangat dan CRT < 2 detik. Hasil pemeriksaan

laboratorium didapatkan Hemaglobin 7,8 g/dl, Hemtokrit 22,6%, trombosit 79.000/uL,

leukosit 13.300/uL, Albumin 4,17g/dL,GDS 74 g /dl, Natrium 135 mEq/L, Kalium 4,2

25
mEq, Clorida 103,5 mEq/L,Ureum 15,2 mg/dl, Kreatinin 0,3 mg/dl. An F mendapatkan

transfusi PRC, dexamethason dan ondansentronIV 8 mg/8jam dan rencana akan

mendapatkan kemoterapi methotrexate (MTXP).

2. PENGKAJIAN
a. Identitas klien
- Nama : An F
- Usia : 11 th 9 bln
- Jenis kelamin : laki – laki
- Diagnosis medis : ALL Pro
b. Keluhan utama
Pasien mengeluh mual dan tidak nafsu makan serta merasa lemah.
c. Riwayat kesehatan
- Riwayat penyakit sekarang : pasien dengan leukemia limfoblastik akut
- Riwayat penyakit dahulu : pasien punya riwayat ALL sejak 1 th lalu yang lalu
yang terdiagnosis melalui Bone Marrow Puncture (BMP)
d. Pemeriksaan fisik
a) Hasil pemeriksaan fisik TTV
- Frekuensi nadi : 100x/menit
- Frekuensi nafas : 20x/menit
- Suhu : 36,7 C
- Tekanan darah
- Sa O2 98 – 99%
- CRT <2 detik
b) BB : 46 kg, TB : 148 cm
c) Inspeksi
- Kesadaran : composmentis
- Konjungtiva anemis
- Tampapk pucat
d) Auskultasi
- Suara jantung S1 dan S2 normal

26
- Suara murmur atau gallop (-)
- Suara nafas veskuler
- Terdengr bising usus
e) Palpasi
- Abdomen supel
- Extremitas akral hangat
f) Pemeriksaan penunjang
- Hb : 7,9 g/uL
- Ht : 22,6%
- Trombosit : 79.000/uL
- Leukosit : 13.3000/uL
- Albumin : 4,17 g/Dl
- GDS : 74 g/dl
- Natrium : 135 mEq/L
- Kalium : 4,2 mEq
- Clorida : 103,5 mEq /L
- Ureum : 15,2 mg/dl
- Kreatinin : 0,3 mg/dl

 Ds :
- Klien berusia 11 th 9 bln
- Ibu klien mengatakan memiliki riwayat akut sejak 1 th lalu
- Klien mengeluh mual dan tidak nafsu makan hanya 3-4 sendok makan serta
merasa lemah
- Klien mengeluh mual dirasakan sebelum diberikan obat kemoterapi
 Do :
- Hasil pemeriksaan fisik TTV : Frekuensi nadi : 100x/menit , Frekuensi nafas :
20x/menit, Suhu : 36,7 C, Tekanan darah, SaO2 98 – 99%. CRT <2 detik, BB :
46 kg, TB : 148 cm
- Auskultasi : Suara jantung S1 dan S2 normal, Suara murmur atau gallop (-),
Suara nafas veskuler, Terdengr bising usus

27
- Palpasi : Abdomen supel, extremitas akral hangat
- Pemeriksaan penunjang : Hb : 7,9 g/uL, Ht : 22,6%, Trombosit : 79.000/uL,
Leukosit : 13.3000/uL, Albumin : 4,17 g/Dl, GDS : 74 g/dl, Natrium : 135
mEq/L, Kalium : 4,2 mEq, Clorida : 103,5 mEq /L, Ureum : 15,2 mg/dl,
Kreatinin : 0,3 mg/dl
- Klien mendapat transfusi PRC, dexamethason dan ondansentronIV 8mg/8jam

3. Analisa data
Analisa data Problem Etiologi

28
Ds : Perubahan nutrisi Malaise, mual dan muntah, efek
- Klien mual dan tidak nafsu kurang dari kebutuhan samping kemoterapi dan
makan tubuh stomatitis.
- Klien merasa lemah
Kemoterapi
- Klien mual sebelum minum
obat kemoterapi
Efek samping kemoterapi :
Do :
merusak sel yang
- Klien tampak pucat dan bereproduksi dengan cepat
konjungtiva anemis
- Hasil pemeriksaan
Mual/muntah
penunjang :
Hb 7,8 g/dL Stomatitis
Ht : 22,6 %
Trombosit : 79.000/uL Tidak nafsu makan
Leukosit : 13.300/uL
Lemas/malaise

Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan

4. Intervensi keperawatan
Diagnosa Kriteria hasil Intervensi Rasional
1. Perubahan nutrisi 1. Tidak 3. Dorong orang tua untuk 1. Jelaskan bahwa
kurang dari kebutuhan merasa tetap rileks pada saat hilangnya nafsu
tubuh b/d malaise, mual, anak makan adalah akibat
mual dan muntah, dan 4. Izinkan anak memakan langsung dari mual
efek samping muntah semua makanan yang dan muntah serta
kemoterapi dan atau lagi dapat ditoleransi, kemoterapi
stomatitis 2. Nafsu rencanakan untuk 2. Untuk
makan memperbaiki kualitas mempertahankan
meningk gizi pada saat selera
29
at makan anak meningkat nutrisi yang optimal
Tujuan : 5. Berikan makanan yang 3. Untuk
Pasien mendapat nutrisi disertai suplemen memaksimalkan
adekuat nutrisi gizi, seperti susu kualitas intake nutrisi
bubuk atau suplemen 4. Untuk mendorong
yang dijual bebas agar anak mau makan
6. Izinkan anak untuk 5. Karena jumlah yang
terlibat dalam persiapan kecil biasanya
dan pemilihan makanan ditoleransi dengan
7. Dorong masukan baik
nutrisi dengan jumlah 6. Kebutuhan jaringan
sedikit tapi sering metabolik
8. Durung pasien untuk ditingkatkan begitu
makan diet tinggi kalori juga cairan untuk
kaya nutrient kaya menghilangkan
nutrient produk sisa suplemen
9. Timbang BB, ukur TB, dapat memainkan
dan ketebalan lipatan peranan pentingdalam
kulit trisep mempertahankan
masukan kalori dan
protein yang adekuat
7. Membantu dalam
mengidentififkasi
malnutrisi protein
kalori, khususnya bila
BB dan pengukuran
antropometri kurang
dari normal

30
BAB IV
PENUTUPAN
1. Kesimpulan
Leukemia adalah suatu jenis kanker darah. Gangguan ini disebabkan olehsel darah
putihyang diproduksi melebihi jumlah yang seharusnya ada. Leukemiaakut pada anak
adalahsuatu kelainan atau mutasi pembentukan sel darah putiholeh sumsum tulang
anak maupungangguan pematangan sel - sel tersebutselanjutnya. Gangguan ini
sekitar 25 – 30%jumlahnya dari seluruh keadaankeganasan yang didapat pada anak.
Leukemia terdiri daridua tipe besar, yakni acute lymphoblastic leukemia Dan acute
myeloid leukemia. Jumlah penderita acute lymphoblastic leukemia umumnya lebih
banyak dibandingkan jenis acutemyeloid leukemia. Penyebab utama penyakit
kelainan darah ini sampai sekarang belumdiketahui secara pastidan masih terus
diteliti. Namun, faktor genetik berperan cukup penting pada beberapa penelitian yang
dilakukan. Dengan kata lain, adahubungannyadengan faktor keturunan, selain
tentunya banyak faktor penyebablain yang bervariasi sesuaikasus per kasus dan jenis
subtipe yang didapatBagi keluarga sebaiknya memahami bagaimana tatalaksana
terapeutik untuk pasienleukemia agar penyakitnya tidak memasuki stadium lan!ut
2. Saran
Bagi keluarga sebaiknya memahami bagaimana tatalaksana terapeutik untuk
pasienleukemia agar penyakitnya tidak memasuki stadium lanjut

31
DAFTAR PUSTAKA
Nursalam, dkk. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Salemba Merdeka
https://www.scribd.com/document/366337908/Anatomi-Fisiololgi-Leukemia
https://bantarmerak64.blogspot.com/2013/04/asuhan-keperawatan-leukemia-pada-
anak.html

32

Anda mungkin juga menyukai