Oleh
T.A 2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat,
rahmat, dan kasih-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini yang membahas tentang “Asuhan
Keperawatan Anak Dengan Hisprung”. Makalah ini kami susun untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah yaitu Keperawatan Anak.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pengajar, yang telah
memberikan kesempatan kepada kami untuk menyusun makalah ini. Ucapan terima kasih juga
kami ucapkan kepada semua pihak yang telah banyak membantu dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kami
mengharapkan kritikan dan saran yang konstruktif demi penyusunan makalah selanjutnya.
Apabila ada kesalahan penulisan kata ataupun kalimat dalam makalah ini, kami selaku penyusun
mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Mudah-mudahan makalah ini, dapat bermanfaat bagi semua pihak maupun setiap
pembaca.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
3.1 Kesimpulan........................................................................................................... 15
..............................................................................................................................
ii
3.2 Saran..................................................................................................................... 15
..............................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Hirschprung disease menyebabkan gangguan pergerakan usus yang dimulai dari springter
ani internal ke arah proksimal dengan panjang yang bervariasi, termasuk anus sampai
rectum. Penyakit hirschprung disease mencegah tinja (feses) untuk melewati usus karena
hilangnya sel-sel saraf di bagian bawah usus besar sehingga dapat terjadinya konstipasi.
Kondisi ini merupakan penyebab tersering dari penyumbatan usus yang lebih rendah
(obstruksi) pada bayi dan kanak-kanak, penyakit hirsprung disease dapat menyebabkan
sembelit, konstipasi, diare, 2 dan mutah kadang-kadang menyebabkan komplikasi usus
yang serius, seperti enterocolitis dan megacolon tocsic yang dapat mengancam jiwa. Jadi,
sangat penting bahwa penyakit hirschprung disease di diagnosis dan dirawat sedini
mungkin
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menjelaskan permasalahan kesehatan yang lazim terjadi pada
anak dengan hirscprung dari pengkajian hingga evaluasi secara komprehensif.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Hisprung atau mega kolon adalah penyakit yang tidak adanya sel-sel
ganglion dalam rectum atau bagian rectosigmoid colon. Dan ketidakadaan ini
menimbulkan abnormal atau tidak adanya evakuasi usus spontan.
3
2.1.2 Etiologi
Kelainan Hirschsprung terjadi karena adanya permasalahan pada persarafan
usus besar paling bawah, mulai anus hingga usus di atasnya. Saraf yang berguna
untuk membuat usus bergerak melebar menyempit biasanya tidak ada sama sekali
atau kalopun ada sedikit sekali. Namun yang jelas kelainan ini akan membuat
BAB bayi tidak normal, bahkan cenderung sembelit terus menerus. Hal ini
dikarenakan tidak adanya saraf yang dapat mendorong kotoran keluar dari anus.
Kotoran akan menumpuk terus di bagian bawah, hingga menyebabkan
pembesaran pada usus dan juga kotoran menjadi keras sehingga bayi tidak dapat
BAB. Biasanya bayi akan bisa BAB karena adanya tekanan dari makanan setelah
daya tampung di usus penuh. Tetapi hal ini jelas tidaklah baik bagi usus si bayi.
Penumpukan yang berminggu bahkan bulan mungkin akan menimbulkan
pembusukan yang lama kelamaan dapat menyebabkan adanya radang usus bahkan
mungkin kanker usus. Bahkan kadang karena parahnya tanpa disadari bayi akan
mengeluarkan cairan dari lubang anus yang sangat bau. Kotoran atau tinja
penderita ini biasanya berwarna gelap bahkan hitam. Dan biasanya apabila usus
besar sudah terlalu besar, maka kotorannya pun akan besar sekali, mungkin
melebihi orang dewasa. Ciri lain hirschprung adalah perut bayi anda akan
kelihatan besar dan kembung serta kentutnyapun baunya sangat busuk. Selain itu
juga riwayat BABnya selalu buruk atau tidak normal.
4
Penyebab penyakit hisprung belum diketahui secara pasti, namun
Hirschsrpung atau hisprung diduga karena ada faktor genetik yang diturunkan dari
orangtua ke anak atau ada riwayat keluarga yang juga mengalaminya. Jadi, jika
salah satu orangtua mengalami kondisi Hirschsprung atau hisprung, peluang bayi
lahir dengan kelainan yang sama tersebut tentu akan lebih tinggi. Penyakit
hisprung juga sering terjadi pada anak dengan Down Syndrom,kegagalan sel
neural pada masa embrio dalam dinding usus, gagal eksistensi, kranio kaudal pada
myentrik dan sub mukosa dinding plexus.
Konstipasi kronik mulai bulan pertama kehidupan dengan terlihat, obstruksi usus
dalam periode neonatal, nyeri abdomen dan distensi, BB tidak bertambah dan
malabsorbsi. Anak-anak yang tidak memiliki gejala awal mungkin mengalami
tanda-tanda penyakit Hirschsprung berikut seiring bertambahnya usia atau Gejala
pada anak yang lebih besar karena gejala tidak jelas pada waktu lahir.:
1. Sembelit yang menjadi lebih buruk seiring waktu.
2. Kehilangan selera makan.
3. Pertumbuhan tertunda.
4. Buang air besar kecil dan berair.
5. Distensi perut
6. Serangan konstipasi dan diare terjadi selang-seling pada nyenterik dan
submukosa dinding pleksus.
5
2.1.4 Patofisiologi
6
Tidak adanya sel gangglion parasimpatik otonom pada satu segmen kolon
Hisprung
malabsorpsi
Gangguan Penumpukan
Usus melebar penyerapanair pada
Konstipasi makanan Dalam
feses
usus
malnutrisi Refluks
Perut menggelembung Diare makanan
Peningkatan Tek.
Muntah/ Intra abdomen pembusukan
anoreksia
Gangguan
pertumbuhan
Perkembang-
Biakan kuman
Gangguan
keseimbangan cairan
kurang dari kebutuhan
tubuh
2.1.5 Komplikasi
Menumpuknya tinja di dalam usus tentu bukan masalah sepele. Jika dibiarkan
tanpa penanganan, hirschsprung berpotensi menimbulkan komplikasi serius, salah
satunya infeksi pada usus (enterocolitis) yang mengancam nyawa. Bahkan,
7
tindakan operasi untuk mengatasi kondisi ini bisa menimbulkan komplikasi.
Komplikasi pasca operasi hirschsprung berupa munculnya lubang kecil atau
robekan pada usus, inkontinensia alvi, serta kekurangan gizi dan dehidrasi. Maka
itu, ibu dianjurkan untuk segera membawa anak ke dokter jika ia tidak buang air
besar
8
terdapat penyempitan di bagian rectum proksimal dengan panjang yang
bervariasi; terdapat zona transisi dari daerah yang menyempit (narrow zone)
sampai ke daerah dilatasi; terlihat pelebaran lumen di bagian proksimal zona
transisi.
4. Pemeriksaan Anorectal Manometry
Pada individu normal, distensi pada ampula rectum menyebabkan relaksasi
sfingter internal anal. Efek ini dipicu oleh saraf intrinsic pada jaringan rectal,
absensi/kelainan pada saraf internal ini ditemukan pada pasien yang
terdiagnosis penyakit Hirschsprung. Proses relaksasi ini bisa diduplikasi ke
dalam laboratorium motilitas dengan menggunakan metode yang disebut
anorectal manometry.Selama anorektal manometri, balon fleksibel didekatkan
pada sfingter anal. Normalnya pada saat balon dari posisi kembang didekatkan
pada sfingter anal, tekanan dari balon akan menyebabkan sfingter anal
relaksasi, mirip seperti distensi pada ampula rectum manusia. Namun pada
pasien dengan penyakit Hirschsprung sfingter anal tidak bereaksi terhadap
tekanan pada balon. Pada bayi baru lahir, keakuratan anorektal manometri
dapat mencapai 100%
Secara klinis menurut dokter, bagian usus yang tak ada persarafannya ini
harus dibuang lewat operasi. Operasi biasanya dilakukan dua kali. Pertama,
dibuang usus yang tak ada persarafannya. Kedua, kalau usus bisa ditarik ke
bawah, langsung disambung ke anus. Kalau ternyata ususnya belum bisa ditarik,
maka dilakukan operasi ke dinding perut, yang disebut dengan kolostomi, yaitu
dibuat lubang ke dinding perut. Jadi bayi akan BAB lewat lubang tersebut. Nanti
kalau ususnya sudah cukup panjang, bisa dioperasi lagi untuk diturunkan dan
disambung langsung ke anus. Sayang sekali kadang proses ini cukup memakan
waktu lebih dari 3 bulan, bahkan mungkin hingga 6-12 bulan. Setelah operasi
biasanya BAB bayi akan normal kembali, kecuali kasus tertentu misal karena
kondisi yang sudah terlalu parah. Pengangkatan bagian usus yang terkena dan
penyambungan kembali usus besar biasanya dilakukan pada saat anak berusia 6
9
bulan atau lebih. Jika terjadi perforasi (perlubangan usus) atau enterokolitis,
diberikan antibiotik
Untuk itu maka orang tua perlu memperhatikan kondisi bayinya dan
melakukan pertimbangan-pertimbangan agar bayi segera tertangani dan tidak
semakin parah kondisinya. Jangan sampai orang tua membiarkan hal ini sehingga
perut si bayi lama kelamaan semakin membesar sehingga ususnya pun menjadi
semakin lebar, sedangkan di bagian bawah kecil sekali.
10
Yang diperhatikan adanya keluhan mekonium keluar setelah 24 jam setelah
lahir, distensi abdomen dan muntah hijau atau fekal. Tanyakan sudah berapa
lama gejala dirasakan pasien dan tanyakan bagaimana upaya klien mengatasi
masalah tersebut.
3. Riwayat kesehatan masa lalu
Apakah sebelumnya klien pernah melakukan operasi, riwayat kehamilan,
persalinan dan kelahiran, riwayat alergi, imunisasi.
4. Riwayat nutrisi meliputi : Masukan diet anak dan pola makan anak.
5. Riwayat psikologis riwayat kesehatan keluarga
Bagaimana perasaan klien terhadap kelainan yang diderita apakah ada
perasaan rendah diri atau bagaimana cara klien mengekspresikannya.
6. Riwayat kesehatan keluarga
Tanyakan pada orang tua apakah ada anggota keluarga yang lain yang
menderita Hirschsprung.
7. Riwayat sosial
Apakah ada penolakan secara verbal atau tidak adekuatnya dalam
mempertahankan hubungan dengan orang lain.
8. Riwayat tumbuh kembang
Tanyakan sejak kapan, berapa lama klien merasakan sudah BAB.
9. Riwayat kebiasaan sehari-hari
Meliputi-kebutuhan nutrisi, istirahat dan aktiftas.
Pemeriksaan Fisik
1. Sistem Integumen
Kebersihan kulit mulai dari kepala maupun tubuh, pada palpasi dapat dilihat
capilary refil, warna kulit, edema kulit.
2. Sistem respirasi
Kaji apakah ada kesulitan bernapas, frekuensi pernapasan.
3. Sistem kardiovaskuler
Kaji adanya kelainan bunyi jantung (mur-mur, gallop), irama denyut nadi
apikal, frekuensi denyut nadi/apical.
11
4. Sistem penglihatan
Kaji adanya konjungtivitis, rhinitis pada mata.
5. Sistem gastrointestinal
Kaji pada bagian abdomen palpasi adanya nyeri, auskultasi bising usus,
adanya kembung pada abdomen, adanya distensi abdomen, muntah (frekuensi
dan karakteristik muntah) adanya kram, tendernes.
12
defekasi menurun 1. Anjurkan diet tinggi serat.
(5) 2. Lakukan masase abdomen, jika
4. Distensi abdomen perlu.
menurun (5) 3. Lakukan evakuasi feses secara
5. Teraba massa pada manual, jika perlu.
rektal menurun (5) 4. Berikan enema atau irigasi, jika
6. Urgency menurun perlu.
(5)
7. Nyeri abdomen Edukasi
menurun (5) 1. Jelaskan etiologi masalah dan
8. Kram abdomen alasan tindakan.
menurun (5) 2. Anjurkan peningkatan asupan
9. Konsistensi feses cairan, jika tidak ada
membaik (5) kontraindikasi.
10. Frekuensi defekasi 3. Latih buang air besar secara
membaik (5) teratur.
11. Peristaltik usus 4. Ajarkan cara mengatasi
membaik (5) konstipasi/impaksi.
Kolaborasi
1. Konsultasi dengan tim medis
tentang penurunan/peningkatan
frekuensi suara usus.
2. Kolaborasi penggunaan obat
pencahar, jika perlu.
13
Perencanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan
yang spesifik, Tujuan dari pelaksanaa adalah membantu klien dalam mencapai
tujuan yang telah ditetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan
penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penyakit hisprung merupakan suatu kelainan bawaan yang menyebabkan gangguan
pergerakan usus yang dimulai dari spingter ani internal ke arah proksimal dengan
panjangyang bervariasi dan termasuk anus sampai rektum. Penyakit hisprung adalah
penyebab obstruksi usus bagian bawah yang dapat muncul pada semua usia akan tetapi
yang paling sering pada neonatus. Penyakit hisprung juga dikatakan sebagai suatu
kelainan kongenital dimana tidak terdapatnya sel ganglion parasimpatis dari pleksus
auerbach di kolon, keadaan abnormal tersebutlah yang dapat menimbulkan tidak adanya
peristaltik dan evakuasi usus secara spontan, spingter rektum tidak dapat berelaksasi,
tidak mampu mencegah keluarnya feses secara spontan, kemudian dapat menyebabkan isi
usus terdorong ke bagian segmen yang tidak ada lion dan akhirnya feses dapat terkumpul
pada bagian tersebut sehingga dapat menyebabkan dilatasi usus proksimal.
3.2 Saran
Setelah membaca makalah ini, diharapkan kepada semua pembaca khususnya mahasiswa
keperawatan untuk dapat mengetahui, memahami dan menambah wawasan pengetahuan
tentang asuhan keperawatan anak dengan hisprung.
15
DAFTAR PUSTAKA
Maulidina, V. (2020). Analisis perbandingan metode AHP dan topisis kepada sistem
pendukung keputusan pemilihan menu makanan untuk anak pasca operasi hisprung
berbasis we.
16