Anda di halaman 1dari 20

“MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN HISPRUNG“

Oleh

Nama Anggota Kelompok Tingkat 2 PPN :

1. Lidya V. Onmanimabi NIM. PO5303209201139 (PPN A)


2. Silviani Indriwati Lalian NIM. PO5303209201161 (PPN A)
3. Wenda Enjelina Yami NIM. PO5303209201163 (PPN A)
4. Feliksia Elma Gena Bas NIM. PO5303209201181 (PPN B)
5. Fivi Evi Tameon NIM. PO5303209201184 (PPN B)

Dosen Pembimbing : Sabinus B. Kedang, S.Kep, Ns, M.Kep

Mata Kuliah / Kode MA : Keperawatan Anak / WAT D4. 1.1.28

POLITEKNIK KEMENTRIAN KESEHATAN KUPANG

JURUSAN KEPERAWATAN KUPANG

PRODI PENDIDIKAN PROFESI NERS

T.A 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat,
rahmat, dan kasih-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini yang membahas tentang “Asuhan
Keperawatan Anak Dengan Hisprung”. Makalah ini kami susun untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah yaitu Keperawatan Anak.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pengajar, yang telah
memberikan kesempatan kepada kami untuk menyusun makalah ini. Ucapan terima kasih juga
kami ucapkan kepada semua pihak yang telah banyak membantu dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kami
mengharapkan kritikan dan saran yang konstruktif demi penyusunan makalah selanjutnya.
Apabila ada kesalahan penulisan kata ataupun kalimat dalam makalah ini, kami selaku penyusun
mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Mudah-mudahan makalah ini, dapat bermanfaat bagi semua pihak maupun setiap
pembaca.

Kupang, April 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang....................................................................................................... 1


1.2 Tujuan.................................................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Penyakit Hisprung


2.1.1 Pengertian ................................................................................................ 3
..................................................................................................................
2.1.2 Etiologi..................................................................................................... 4
..................................................................................................................
2.1.3 Tanda Gejala............................................................................................. 5
..................................................................................................................
2.1.4 Patofisiologi.............................................................................................. 6
..................................................................................................................
2.1.5 Komplikasi................................................................................................ 8
..................................................................................................................
2.1.6 Pemeriksaan Diagnostik........................................................................... 8
2.1.7 Penatalaksanaan Medis............................................................................. 9
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Anak dengan Hisprung......................................... 10

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan........................................................................................................... 15
..............................................................................................................................

ii
3.2 Saran..................................................................................................................... 15
..............................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gangguan pada sistem pencernaan dapat terjadi jika salah satu atau lebih proses
pencernaan tidak berjalan dengan baik. Anak masih sangat rentan terhadap masalah
pencernaan. Sebenarnya sistem pencernaan pada anak dan orang dewasa adalah sama,
namun demikian, anak-anak masih belum optimal dalam memaksimalkan fungsi dari
masing-masing organ pada sistem pencernaannya. Salah satu penyakit pada sistem
pencernaan pada anak yaitu hirschprung disease.
Hirschsprung merupakan istilah yang menggambarkan obstruksi fungsional dari
kolon. Penyakit hirschsprung terjadi akibat kegagalan migrasi sefalokaudal dari sel
ganglion pada minggu ke-12 gestasi, yang menyebabkan kondisi aganglion pada sebagian
atau keseluruhan dari kolon.Penyakit Hirschsprung merupakan kelainan perkembangan
komponen intrinsik pada sistem saraf enterik yang ditandai oleh absennya sel-sel
ganglion pada pleksus myenterik dan submukosa di intestinal distal. Sel-sel ini
bertanggung jawab dalam peristaltik normal, pada penyakit Hirschsprung akan
mengalami obstruksi intestinal fungsional pada level aganglion. Penyakit Hirschsprung
merupakan penyebab obstruksi usus pada bayi baru lahir.
Penyakit Hirschsprung biasanya mulai pada saat lahir. Sembilan puluh sembilan
persen bayi lahir cukup bulan mengeluarkan mekonium dalam waktu 48 jam setelah
lahir. Penyakit Hirschsprung harus dicurigai apabila seorang bayi cukup bulan (penyakit
ini tidak biasa terjadi pada bayi kurang bulan) yang terlambat mengeluarkan tinja.
Terlambatnya pengeluaran mekonium merupakan tanda yang signifikan. Distensi
abdomen dan muntah hijau merupakan gejala penting lainnya. Pada beberapa bayi yang
baru lahir dapat timbul diare yang menunjukkan adanya enterokolitis dengan gejala
berupa diare, distensi abdomen, feses berbau busuk dan disertai demam.
Penyakit hirschprung disease merupakan sebuah kelainan bawaan (cacat lahir) pada
usus disebabakan ketiadaan sel gangilia (saraf) pada dinding usus. Penyakit ini juga
sering disebut dengan aganglionosis atau megacolon (aganglionic megacolon).

1
Hirschprung disease menyebabkan gangguan pergerakan usus yang dimulai dari springter
ani internal ke arah proksimal dengan panjang yang bervariasi, termasuk anus sampai
rectum. Penyakit hirschprung disease mencegah tinja (feses) untuk melewati usus karena
hilangnya sel-sel saraf di bagian bawah usus besar sehingga dapat terjadinya konstipasi.
Kondisi ini merupakan penyebab tersering dari penyumbatan usus yang lebih rendah
(obstruksi) pada bayi dan kanak-kanak, penyakit hirsprung disease dapat menyebabkan
sembelit, konstipasi, diare, 2 dan mutah kadang-kadang menyebabkan komplikasi usus
yang serius, seperti enterocolitis dan megacolon tocsic yang dapat mengancam jiwa. Jadi,
sangat penting bahwa penyakit hirschprung disease di diagnosis dan dirawat sedini
mungkin

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menjelaskan permasalahan kesehatan yang lazim terjadi pada
anak dengan hirscprung dari pengkajian hingga evaluasi secara komprehensif.

1.2.2 Tujuan Khusus


1. Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami pengertian hisprung.
2. Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami etiologi hisprung.
3. Agar mahasiswa dapat mengetahuidan memahami tanda gejala hisprung.
4. Agar mahasiswa dapat mengetahuidan memahami patofisiologi hisprung.
5. Agar mahasiswa dapat mengetahuidan memahami komplikasi hisprung.
6. Agar mahasiswa dapat mengetahuidan memahami pemeriksaan diagnostik
dari hisprung.
7. Agar mahasiswa dapat mengetahuidan memahami penatalaksanaan medis
hisprung.
8. Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami konsep asuhan
keperawatan dari pengkajian sampai evaluasi pada anak dengan hisprung.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Penyakit Hisprung


2.1.1 Pengertian

Hisprung atau mega kolon adalah penyakit yang tidak adanya sel-sel
ganglion dalam rectum atau bagian rectosigmoid colon. Dan ketidakadaan ini
menimbulkan abnormal atau tidak adanya evakuasi usus spontan.

Penyakit Hisprung disebut juga kongenital aganglionik megakolon.


Penyakit ini merupakan keadaan usus besar (kolon) yang tidak
mempunyai persarafan (aganglionik). Jadi, karena ada bagian dari usus
besar (mulai dari anus kearah atas) yang tidak mempunyai persarafan
(ganglion), maka terjadi “kelumpuhan” usus besar dalam menjalanakan
fungsinya sehingga usus menjadi membesar (megakolon). Panjang usus
besar yang terkena berbeda-beda untuk setiap individu. Hisprung atau megakolon
kongenital adalah penyakit bawan kibat tidak tercapainya pertumbuhan
chepalocaudal sel-sel parasimpatis myantericus pada segmen usus bagian
distal, terbanyak di rektosigmoid. Sehingga tidak ada peristaltik pada usus
yang terkena dan menyebabkan fases tidak bias keluar sehingga terjadi
obstruksi, dilatasi kolon bagian proksimal dan hipertropi dinding ototnya
sehingga terbentuk megakolon. Hisprung merupakan keadan tidak ada atau
sedikitnya saraf ganglion parasimpatis pada plasma mianterkus dan kolon
distalis, sehingga tidak ada peristaltik pada area yang terkena, usus
mengalami heperteroid dan dilatasi serta menimbulkan distensi dan obstruksi
abdomen.

3
2.1.2 Etiologi
Kelainan Hirschsprung terjadi karena adanya permasalahan pada persarafan
usus besar paling bawah, mulai anus hingga usus di atasnya. Saraf yang berguna
untuk membuat usus bergerak melebar menyempit biasanya tidak ada sama sekali
atau kalopun ada sedikit sekali. Namun yang jelas kelainan ini akan membuat
BAB bayi tidak normal, bahkan cenderung sembelit terus menerus. Hal ini
dikarenakan tidak adanya saraf yang dapat mendorong kotoran keluar dari anus.
Kotoran akan menumpuk terus di bagian bawah, hingga menyebabkan
pembesaran pada usus dan juga kotoran menjadi keras sehingga bayi tidak dapat
BAB. Biasanya bayi akan bisa BAB karena adanya tekanan dari makanan setelah
daya tampung di usus penuh. Tetapi hal ini jelas tidaklah baik bagi usus si bayi.
Penumpukan yang berminggu bahkan bulan mungkin akan menimbulkan
pembusukan yang lama kelamaan dapat menyebabkan adanya radang usus bahkan
mungkin kanker usus. Bahkan kadang karena parahnya tanpa disadari bayi akan
mengeluarkan cairan dari lubang anus yang sangat bau. Kotoran atau tinja
penderita ini biasanya berwarna gelap bahkan hitam. Dan biasanya apabila usus
besar sudah terlalu besar, maka kotorannya pun akan besar sekali, mungkin
melebihi orang dewasa. Ciri lain hirschprung adalah perut bayi anda akan
kelihatan besar dan kembung serta kentutnyapun baunya sangat busuk. Selain itu
juga riwayat BABnya selalu buruk atau tidak normal.

4
Penyebab penyakit hisprung belum diketahui secara pasti, namun
Hirschsrpung atau hisprung diduga karena ada faktor genetik yang diturunkan dari
orangtua ke anak atau ada riwayat keluarga yang juga mengalaminya. Jadi, jika
salah satu orangtua mengalami kondisi Hirschsprung atau hisprung, peluang bayi
lahir dengan kelainan yang sama tersebut tentu akan lebih tinggi. Penyakit
hisprung juga sering terjadi pada anak dengan Down Syndrom,kegagalan sel
neural pada masa embrio dalam dinding usus, gagal eksistensi, kranio kaudal pada
myentrik dan sub mukosa dinding plexus.

2.1.3 Tanda gejala


Tanda dan gejala yang dialami oleh anak bervariasi, tergantung usia
perkembangan anak. Pada periode neonatus tanda yang ditunjukkan adalah :
1. Distensi abdomen akut
2. Mual
3. Kegagalan mekonium untuk keluar
4. Tidak dapat BAB dalam waktu 24-48 jam setelah lahir
5. Perut menggembung
6. Diare encer (pada bayi baru lahir)

Konstipasi kronik mulai bulan pertama kehidupan dengan terlihat, obstruksi usus
dalam periode neonatal, nyeri abdomen dan distensi, BB tidak bertambah dan
malabsorbsi. Anak-anak yang tidak memiliki gejala awal mungkin mengalami
tanda-tanda penyakit Hirschsprung berikut seiring bertambahnya usia atau Gejala
pada anak yang lebih besar karena gejala tidak jelas pada waktu lahir.:
1. Sembelit yang menjadi lebih buruk seiring waktu.
2. Kehilangan selera makan.
3. Pertumbuhan tertunda.
4. Buang air besar kecil dan berair.
5. Distensi perut
6. Serangan konstipasi dan diare terjadi selang-seling pada nyenterik dan
submukosa dinding pleksus.

5
2.1.4 Patofisiologi

Istilah congenital aganglionic Mega Colon menggambarkan adanya


kerusakan primer dengan tidak adanya sel ganglion pada dinding sub
mukosa kolon distal. Segmen aganglionic hampir selalu ada dalam rectum dan
bagian proksimal pada usus besar.

1. Persyarafan parasimpatik kolon di dukung oleh ganglion. )ersyarafan saraf


simpatik yang tidak sempurna pada bagian usus yang agaglionik
mengakibatkan peristaltik abnormal sehingga terjadi konstipasi dan
obstruksi.
2. Tidak adanya ganglion disebabkan kegagalan daam migrasi sel ganglion
selama perkembangan embriologi. Karena sel ganglion tersebut bermigrasi
pada bagiankaudal aluran gastroinstenstinal(rectum). Kondisi ini akan
memperluas hingga proksimal dari anus.
3. Semua ganglion pada intramural pleksus dalam usus berguna untuk
kontrolkontraksi dan relaksasi peristaltik secara normal.
Penyempitan pada lumen usus, tinja dan gas akan terkumpul dibagian proksimal
dan teradi obstruksi dan menyebabkan dibagian kolon tersebut melebar
(megacolon).

6
Tidak adanya sel gangglion parasimpatik otonom pada satu segmen kolon

Kurangnya persarafan di segmen tersebut

Tidak terdapat gerakan peristaltik ke distal

Kotoran tidak dapat keluar dari anus

Kotoran menumpuk dan menyumbat usus bagian bawah

Hisprung

malabsorpsi
Gangguan Penumpukan
Usus melebar penyerapanair pada
Konstipasi makanan Dalam
feses
usus

malnutrisi Refluks
Perut menggelembung Diare makanan

Peningkatan Tek.
Muntah/ Intra abdomen pembusukan
anoreksia
Gangguan
pertumbuhan

radangusus Sesak napas

Perkembang-
Biakan kuman

Gangguan
keseimbangan cairan
kurang dari kebutuhan
tubuh

2.1.5 Komplikasi

Menumpuknya tinja di dalam usus tentu bukan masalah sepele. Jika dibiarkan
tanpa penanganan, hirschsprung berpotensi menimbulkan komplikasi serius, salah
satunya infeksi pada usus (enterocolitis) yang mengancam nyawa. Bahkan,

7
tindakan operasi untuk mengatasi kondisi ini bisa menimbulkan komplikasi.
Komplikasi pasca operasi hirschsprung berupa munculnya lubang kecil atau
robekan pada usus, inkontinensia alvi, serta kekurangan gizi dan dehidrasi. Maka
itu, ibu dianjurkan untuk segera membawa anak ke dokter jika ia tidak buang air
besar

2.1.6 Pemeriksaan Diagnostik


1. Pemeriksaan fisik
Pada inspeksi, perut kembung atau membuncit di seluruh lapang pandang.
Apabila keadaan sudah parah, akan terlihat pergerakan usus pada dinding
abdomen. Saat dilakukan pemeriksaan auskultasi, terdengar bising usus
melemah atau jarang. Untuk menentukan diagnosis penyakit hisprung dapat
pula dilakukan pemeriksaan rectal touchedapat dirasakan sfingter anal yang
kaku dan sempit, saat jari ditarik terdapat explosive stool.
2. Pemeriksaan Biopsi
Memastikan keberadaan sel ganglion pada segmen yang terinfeksi, merupakan
langkah penting dalam mendiagnosis penyakit Hirschsprung. Ada beberapa
teknik, yang dapat digunakan untuk mengambil sampel jaringan rektum. Hasil
yang didapatkan akan lebih akurat, apabila spesimen/sampel adekuat dan
diambil oleh ahli patologi yang berpengalaman. Apabila pada jaringan
ditemukan sel ganglion, maka diagnosis penyakit hisprung dieksklusi. Namun
pelaksanaan biopsi cenderung berisiko, untuk itu dapat di pilih teknik lain
yang kurang invasive, seperti Barium enema dan anorektal manometri.
3. Pemeriksaan Radiologi
Pada foto polos, dapat dijumpai gambaran distensi gas pada usus, tanda
obstruksi usus. Pemeriksaan yang digunakan sebagai standar untuk
menentukan diagnosis hisprung adalah contrast enema atau barium enema.
Pada bayi dengan penyakit Hirschsprung, zona transisi dari kolon bagian
distal yang tidak dilatasi mudah terdeteksi . Pada total aganglionsis colon,
penampakan kolon normal. Barium enema kurang membantu penegakan
diagnosis apabila dilakukan pada bayi, karena zona transisi sering tidak
tampak. Gambaran penyakit hisprung yang sering tampak, antara lain;

8
terdapat penyempitan di bagian rectum proksimal dengan panjang yang
bervariasi; terdapat zona transisi dari daerah yang menyempit (narrow zone)
sampai ke daerah dilatasi; terlihat pelebaran lumen di bagian proksimal zona
transisi.
4. Pemeriksaan Anorectal Manometry
Pada individu normal, distensi pada ampula rectum menyebabkan relaksasi
sfingter internal anal. Efek ini dipicu oleh saraf intrinsic pada jaringan rectal,
absensi/kelainan pada saraf internal ini ditemukan pada pasien yang
terdiagnosis penyakit Hirschsprung. Proses relaksasi ini bisa diduplikasi ke
dalam laboratorium motilitas dengan menggunakan metode yang disebut
anorectal manometry.Selama anorektal manometri, balon fleksibel didekatkan
pada sfingter anal. Normalnya pada saat balon dari posisi kembang didekatkan
pada sfingter anal, tekanan dari balon akan menyebabkan sfingter anal
relaksasi, mirip seperti distensi pada ampula rectum manusia. Namun pada
pasien dengan penyakit Hirschsprung sfingter anal tidak bereaksi terhadap
tekanan pada balon. Pada bayi baru lahir, keakuratan anorektal manometri
dapat mencapai 100%

2.1.7 Penatalaksanaan Medis

Secara klinis menurut dokter, bagian usus yang tak ada persarafannya ini
harus dibuang lewat operasi. Operasi biasanya dilakukan dua kali. Pertama,
dibuang usus yang tak ada persarafannya. Kedua, kalau usus bisa ditarik ke
bawah, langsung disambung ke anus. Kalau ternyata ususnya belum bisa ditarik,
maka dilakukan operasi ke dinding perut, yang disebut dengan kolostomi, yaitu
dibuat lubang ke dinding perut. Jadi bayi akan BAB lewat lubang tersebut. Nanti
kalau ususnya sudah cukup panjang, bisa dioperasi lagi untuk diturunkan dan
disambung langsung ke anus. Sayang sekali kadang proses ini cukup memakan
waktu lebih dari 3 bulan, bahkan mungkin hingga 6-12 bulan. Setelah operasi
biasanya BAB bayi akan normal kembali, kecuali kasus tertentu misal karena
kondisi yang sudah terlalu parah. Pengangkatan bagian usus yang terkena dan
penyambungan kembali usus besar biasanya dilakukan pada saat anak berusia 6

9
bulan atau lebih. Jika terjadi perforasi (perlubangan usus) atau enterokolitis,
diberikan antibiotik

Untuk itu maka orang tua perlu memperhatikan kondisi bayinya dan
melakukan pertimbangan-pertimbangan agar bayi segera tertangani dan tidak
semakin parah kondisinya. Jangan sampai orang tua membiarkan hal ini sehingga
perut si bayi lama kelamaan semakin membesar sehingga ususnya pun menjadi
semakin lebar, sedangkan di bagian bawah kecil sekali.

Penyakit hisprung sulit untuk dicegah, karena penyebabnya belum diketahui


secara pasti. Namun, jika memiliki keluarga yang menderita kondisi ini,
disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter sebelum merencanakan kehamilan.

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Anak dengan Hisprung


2.2.1 Pengkajian
Pengkajian adalah tahap dari seluruh proses keperawatan dengan tujuan
mengumpulkan informasi dan data-data pasien. Pengkajian yang lengkap sangat
penting untuk merumuskan diagnosa keperawatan.
1. Pengkajian
a. Informasi identitas/data dasar meliputi, nama, umur, jenis kelamin,
agama, alamat, tanggal pengkajian, pemberi informasi.
b. Keluhan utama : Masalah yang dirasakan klien yang sangat mengganggu
pada saat dilakukan pengkajian, pada klien Hirschsprung misalnya, sulit
BAB,distensi abdomen, kembung, muntah.
2. Riwayat kesehatan sekarang

10
Yang diperhatikan adanya keluhan mekonium keluar setelah 24 jam setelah
lahir, distensi abdomen dan muntah hijau atau fekal. Tanyakan sudah berapa
lama gejala dirasakan pasien dan tanyakan bagaimana upaya klien mengatasi
masalah tersebut.
3. Riwayat kesehatan masa lalu
Apakah sebelumnya klien pernah melakukan operasi, riwayat kehamilan,
persalinan dan kelahiran, riwayat alergi, imunisasi.
4. Riwayat nutrisi meliputi : Masukan diet anak dan pola makan anak.
5. Riwayat psikologis riwayat kesehatan keluarga
Bagaimana perasaan klien terhadap kelainan yang diderita apakah ada
perasaan rendah diri atau bagaimana cara klien mengekspresikannya.
6. Riwayat kesehatan keluarga
Tanyakan pada orang tua apakah ada anggota keluarga yang lain yang
menderita Hirschsprung.
7. Riwayat sosial
Apakah ada penolakan secara verbal atau tidak adekuatnya dalam
mempertahankan hubungan dengan orang lain.
8. Riwayat tumbuh kembang
Tanyakan sejak kapan, berapa lama klien merasakan sudah BAB.
9. Riwayat kebiasaan sehari-hari
Meliputi-kebutuhan nutrisi, istirahat dan aktiftas.

Pemeriksaan Fisik

1. Sistem Integumen
Kebersihan kulit mulai dari kepala maupun tubuh, pada palpasi dapat dilihat
capilary refil, warna kulit, edema kulit.
2. Sistem respirasi
Kaji apakah ada kesulitan bernapas, frekuensi pernapasan.
3. Sistem kardiovaskuler
Kaji adanya kelainan bunyi jantung (mur-mur, gallop), irama denyut nadi
apikal, frekuensi denyut nadi/apical.

11
4. Sistem penglihatan
Kaji adanya konjungtivitis, rhinitis pada mata.
5. Sistem gastrointestinal
Kaji pada bagian abdomen palpasi adanya nyeri, auskultasi bising usus,
adanya kembung pada abdomen, adanya distensi abdomen, muntah (frekuensi
dan karakteristik muntah) adanya kram, tendernes.

2.2.2 Diagnosa Keperawatan


Konstipasi berhubungan dengan aganglionik

2.2.3 Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Keperawatan


Keperawatan Hasil (SLKI)

1. Konstipasi Tujuan : Manajemen Konstipasi


berhubungan Proses defekasi normal SIKI (I. 04155)
dengan yang disertai dengan Observasi
aganglionik pengeluaran feses mudah 1. Periksa tanda dan gejala
dan konsistensi, konstipasi.
frekuensi serta bentuk 2. Periksa pergerakan usus,
feses normal. karakteristik feses (konsistensi,
bentuk, volume, dan warna).
Kriteria Hasil : 3. Identifikasi faktor risiko
SLKI (L.04033) konstipasi (mis. Obat-obatan,
1. Kontrol pengeluaran tirah baring, dan diet rendah
feses meningkat (5) serat).
2. Keluhan defekasi 4. Monitor tanda da gejala ruptur
lama dan sulit usus dan/atau peritonitis.
menurun (5)
3. Mengejan saat Teraupetik

12
defekasi menurun 1. Anjurkan diet tinggi serat.
(5) 2. Lakukan masase abdomen, jika
4. Distensi abdomen perlu.
menurun (5) 3. Lakukan evakuasi feses secara
5. Teraba massa pada manual, jika perlu.
rektal menurun (5) 4. Berikan enema atau irigasi, jika
6. Urgency menurun perlu.
(5)
7. Nyeri abdomen Edukasi
menurun (5) 1. Jelaskan etiologi masalah dan
8. Kram abdomen alasan tindakan.
menurun (5) 2. Anjurkan peningkatan asupan
9. Konsistensi feses cairan, jika tidak ada
membaik (5) kontraindikasi.
10. Frekuensi defekasi 3. Latih buang air besar secara
membaik (5) teratur.
11. Peristaltik usus 4. Ajarkan cara mengatasi
membaik (5) konstipasi/impaksi.

Kolaborasi
1. Konsultasi dengan tim medis
tentang penurunan/peningkatan
frekuensi suara usus.
2. Kolaborasi penggunaan obat
pencahar, jika perlu.

2.2.4 Implementasi Keperawatan


Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan rencana keperawatan oleh
perawat dan pasien. Implementasi keperawatan adalah pengelolaan dan
perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahan perencanaan.

13
Perencanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan
yang spesifik, Tujuan dari pelaksanaa adalah membantu klien dalam mencapai
tujuan yang telah ditetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan
penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping

2.2.5 Evaluasi Keperawatan


Evaluasi adalah tindakan intrelektual untuk melengkapi proses keperawatan
yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan
pelaksanaanya sudah berhasil dicapai. Tujuan evaluasi adalah untuk melihat
kemampuan klien dalam mencapai tujuan.
Evaluasi merupakan tahap akhir yang bertujuan untuk menilai apakah
tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau tidak untuk mengatasi
suatu masalah. Pada tahap evaluasi, perawat dapat mengetahui seberapa jauh
diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaan telah tercapai.
Meskipun tahap evaluasi diletakkan pada akhir proses keperwatan tetapi tahap ini
merupakan bagian integral pada setiap tahap proses keperawatan. Pengumpulan
data perlu direvisi untuk menentukan kecukupan data yang telah dikumpulkan dan
kesesuaian perilaku yang observasi. Diagnosis juga perlu dievaluasi dalam hal
keakuratan dan kelengkapannya. Evaluasi juga diperlukan pada tahap intervensi
untuk menentukan apakah tujuan intervensi tersebut dapat dicapai secara efektif.

14
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Penyakit hisprung merupakan suatu kelainan bawaan yang menyebabkan gangguan
pergerakan usus yang dimulai dari spingter ani internal ke arah proksimal dengan
panjangyang bervariasi dan termasuk anus sampai rektum. Penyakit hisprung adalah
penyebab obstruksi usus bagian bawah yang dapat muncul pada semua usia akan tetapi
yang paling sering pada neonatus. Penyakit hisprung juga dikatakan sebagai suatu
kelainan kongenital dimana tidak terdapatnya sel ganglion parasimpatis dari pleksus
auerbach di kolon, keadaan abnormal tersebutlah yang dapat menimbulkan tidak adanya
peristaltik dan evakuasi usus secara spontan, spingter rektum tidak dapat berelaksasi,
tidak mampu mencegah keluarnya feses secara spontan, kemudian dapat menyebabkan isi
usus terdorong ke bagian segmen yang tidak ada lion dan akhirnya feses dapat terkumpul
pada bagian tersebut sehingga dapat menyebabkan dilatasi usus proksimal.

3.2 Saran
Setelah membaca makalah ini, diharapkan kepada semua pembaca khususnya mahasiswa
keperawatan untuk dapat mengetahui, memahami dan menambah wawasan pengetahuan
tentang asuhan keperawatan anak dengan hisprung.

15
DAFTAR PUSTAKA

Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC


Kartono, Darmawan. 2004. Penyakit Hirschsprung. Jakarta : Sagung Seto.
Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik.Sri Kurnianingsih
(Fd),Monica Ester (Alih bahasa) edisi– 4 Jakarta : EGC.
Corwin, Elizabeth J. 2000. Buku Saku Patofisiologi. Alih bahasa : Brahm U Pendit.
Jakarta :EGC
Agustina. “12. Lampiran. Pdf – UMY Repository”.
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/22344/12.%20LAMPIRAN.pdf?
sequence=12%isAllowed=y (diakses pada 25 April 2022).
Susanti, ED. 2020. “Karya Tulis Ilmiah Studi Dokumentasi Konstipasi Pada Pasien An. S
dengan Hirscprung Disease” (diakses pada 22 April 2022).
Patandianan, D. 2020. “Karya Akhir Hubungan Diameter Saraf Menggunakan
Imunohistokimia S-100 Dengan Derajat Hirschsprung Associated Enterocolitis” (diakses
pada 23 April 2022).
aayu. (n.d.). http://qdoc.tips/bab-ii-hisprungdocx-pdf-free.html. Retrieved Oktober 7,
2021, from Google : http://qdoc.tips.com

Maulidina, V. (2020). Analisis perbandingan metode AHP dan topisis kepada sistem
pendukung keputusan pemilihan menu makanan untuk anak pasca operasi hisprung
berbasis we.

Silambi, A. d. (2020). Case report: hirschsprung disease. Juurnal Medical Profession ,


36-40.

Wikipedia. (n.d.). https://id.m.wikipedia.org/wiki/Penyakit_Hirschsprung. Retrieved


oktober 1, 2021, from Google: https://id.m.wikipedia.org

16

Anda mungkin juga menyukai