Anda di halaman 1dari 20

TUGAS KEOLMPOK 1

MATA KULIAH KEPERAWATAN ANAK II

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN MEGA KOLON ( HIRSCPRUNG)

Disusun Oleh :

Ami Yuseffa NIM : 001.01.31.17

Herni Nuraeni NIM : 006.01.31.17

Rita Yuniarti NIM : 010.01.31.17

Vini Imelda NIM : 016.01.31.17

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN TARUMANAGARA

TANGERANG

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang asuhan
keperawatan pada klien dengan HIRSCPRUNG / MEGA COLON. Dan juga kami berterima
kasih pada Ibu Ns. Deby Kristiani., M.SC selaku dosen mata kuliah Keperawatan anak II yang
telah memberikan tugas ini kepada kami.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan,
serta pengetahuan kita mengenai asuhan keperawatan pada klien HIRSPRUNG. Kami juga
menyadari, sepenuhnya bahwa dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan
makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang. Mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri, maupun orang yang
membacanya terima kasih.

Tangerang, Oktober 2019

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................... i

DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................. 2

1.3 Tujuan Makalah ................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi .............................................................................................................. 3

2.1.1 Anatomi Fisiologi Usus Besar (Kolon).................................................... 3

2.1.2 Macam-macam penyakit Hiscprung ........................................................ 4

2.2 Etiologi .............................................................................................................. 4

2.3 Manifestasi Klinis ............................................................................................. 5

2.4 Pemeriksaan Penunjang .................................................................................... 6

2.5 Penatalaksanaan ................................................................................................ 7

2.6 Patofisologi ....................................................................................................... 9

2.7 Asuhan Keperawatan pada klien Hiscprung ..................................................... 10

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 16

3.2 Saran ................................................................................................................. 16

DAPUS

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit hirscprung merupakan suatu kelainan bawaan yang menyebabkan gangguan


pergerakan usus yang dimulai dari spingter ani internal ke arah proksimal dengan panjang
yang bervariasi dan termasuk anus sampai rektum. Penyakit hisprung adalah penyebab
obstruksi usus bagian bawah yang dapat muncul pada semua usia akan tetapi yang paling
sering pada neonatus.
Penyakit hirscprung juga dikatakan sebagai suatu kelainan kongenital dimana tidak
terdapatnya sel ganglion parasimpatis dari pleksus auerbach di kolon, keadaan abnormal
tersebutlah yang dapat menimbulkan tidak adanya peristaltik dan evakuasi usus secara
spontan, spingter rektum tidak dapat berelaksasi, tidak mampu mencegah keluarnya feses
secara spontan, kemudian dapat menyebabkan isi usus terdorong ke bagian segmen yang
tidak adalion dan akhirnya feses dapat terkumpul pada bagian tersebut sehingga dapat
menyebabkan dilatasi usus proksimal.
Pasien dengan penyakit hisprung pertama kali dilaporkan oleh Frederick Ruysch pada
tahun 1691, tetapi yang baru mempublikasikan adalah Harald Hirschsprung yang
mendeskripsikan megakolon kongenital pada tahun 1863. Namun patofisiologi terjadinya
penyakit ini tidak diketahui secara jelas. Hingga tahun 1938, dimana Robertson dan
Kernohan menyatakan bahwa megakolon yang dijumpai pada kelainan ini disebabkan oleh
gangguan peristaltik dibagian distal usus defisiensi ganglion.
Penyakit hirscprung terjadi pada 1/5000 kelahiran hidup. Insidensi hisprung di
Indonesia tidak diketahui secara pasti, tetapi berkisar 1 diantara 5000 kelahiran hidup.
Dengan jumlah penduduk Indonesia 200 juta dan tingkay kelahiran 35 permil, maka
diprediksikan setiap tahun akan lahir 1400 bayi dengan penyakit hisprung.
Insidens keseluruhan dari penyakit hisprung 1: 5000 kelahiran hidup, laki-laki lebih
banyak diserang dibandingkan perempuan ( 4: 1 ). Biasanya, penyakit hisprung terjadi pada
bayi aterm dan jarang pada bayi prematur. Penyakit ini mungkin disertai dengan cacat
bawaan dan termasuk sindrom down, sindrom waardenburg serta kelainan kardiovaskuler.

1
Selain pada anak, penyakit ini ditemukan tanda dan gejala yaitu adanya kegagalan
mengeluarkan mekonium dalam waktu 24-48 jam setelah lahir, muntah berwarna hijau dan
konstipasi faktor penyebab penyakit hisprung diduga dapat terjadi karena faktor genetik dan
faktor lingkungan.
Oleh karena itu, penyakit hirscprung sudah dapat dideteksi melalui pemeriksaan yang
dilakukan seperti pemeriksaan radiologi, barium, enema, rectal biopsi, rectum, manometri
anorektal dan melalui penatalaksanaan dan teraupetik yaitu dengan pembedahan dan
colostomi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah definisi Hirscprung ?
2. Apakah etiologi Hirscprung?
3. Apakah manifestasi klinis Hirscprung ?
4. Bagaimana pemeriksaan penunjang Hirscprung ?
5. Bagaimana penatalaksanaan Hirscprung?
6. Bagaimana patofisologi Hirscprung ?
7. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien Hirscprung ?

1.3 Tujuan

Makalah ini bertujuan untuk memberikan informasi dan menambah pengetahuan kepada
para pembaca khususnya kepada mahasiswa ilmu keperawatan mengenai penyakit hisprung.
Makalah ini juga dibuat untuk memenuhi syarat dalam proses pembelajaran pada mata kuliah
keperawatan anak.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Penyakit Hirscprung disebut juga kongenital aganglionik megakolon. Penyakit ini


merupakan keadaan usus besar (kolon) yang tidak mempunyai persarafan (aganglionik). Jadi,
karena ada bagian dari usus besar (mulai dari anus kearah atas) yang tidak mempunyai
persarafan (ganglion), maka terjadi “kelumpuhan” usus besar dalam menjalanakan fungsinya
sehingga usus menjadi membesar (megakolon). Panjang usus besar yang terkena berbeda-
beda untuk setiap individu.
Hirscprung adalah penyakit yang tidak adanya sel sel ganglion dalam rectum atau
bagian rektosigmoid colon. Dan ketidak adaan ini menimbulkan keabnormalan atau tidak
adanya peristaltic serta tidak adanya evakuasi usus spontan (Betz, Cecily & Sowden : 2000 ).
Kondisi merupakan kelainan bawaan penyebab gangguan pasase usus tersering pada neonates,
dan kebanyakan terjadi pada bayi atterm dengan berat lahir 3 kg, lebih bnayak laki laki dari
pada perempuan ( Arief Mansjoeer, 2000).
2.1.1 Anatomi Fisiologi

3
Usus besar (intestinum crassum) merupakan bagian posterior usus yang terdiri dari
empat regio yaitu: caecum, kolon, rektum dan anus. Istilah kolon kadang digunakan untuk
menunjukkan seluruh usus besar. Usus besar lebih lebar dan lebih pendek dibandingkan
dengan usus halus (panjangnya sekitar 1,5 meter) dan memiliki dinding dalam yang halus.
Pada separuh atau usus besar, enzim-enzim dari usus halus melengkapi proses pencernaan,
dan bakteri menghasilkan vitamin B.
Mukosa usus besar terdiri dan banyak sel-sel goblet yang menyekresi mukus untuk
mempermudah lewatnya feses dan melindungi dinding kolon. Epitel kolumnar (silindris)
selapis berubah menjadi epitel skuamosa bertingkat pada canalis analis. Sinus anales
menyekresi mukus sebagai respon terhadap kompresi fekal. Bagian ini melindungi canalis
analis dari abrasi karena pengosongan.
Residu makanan dari ileu adalah berupa cairan ketika memasuki caecum dan
mengandung sangat sedikit zat makanan. Usus halus berperan untuk sejumlah absorpsi air,
tetapi fungsi primer usus besar adalah untuk mengabsorpsi air dan mengubah residu
makanan menjadi feses semipadat. Usus besar juga mengabsorpsi sejumlah vitamin,
mineral, elektrolit, dan obat-obatan.
Usus besar merupakan bagian akhir dari proses pencernaan, karena sebagai tempat
pembuangan, maka diusus besar sebagian nutrien telah dicerna dan diabsorpsi dan hanya
menyisakan zat-zat yang tidak dicerna. Makanan biasanya memerlukan waktu dua sampai
lima hari untuk menempuh ujung saluran pencernaan. Dua sampai enam jam dilambung,
enam sampai delapan jam diusus halus, dan sisa waktunya berbeda diusus besar.
Fungsi usus besar :
a. Menyerap air dan elektrolit 80% - 90% dari makanan dan mengubah dari cairan
menjadi massa
b. Tempat tinggal sejumlah bakteri koli, yang mampu mencerna sejumlah kecil
selulosa dan memproduksi serdikit kalori nutrien bagi tubuh dalam setiap hari.
c. Memproduksi vitamin antara lain Vitamin K, ribovlafin, dan tiamin serta berbagai
gas
d. Penyiapan selulosa yang berupa hidrat arang dalam tumbuh-tumbuhan, buah-
buahan, dan sayuran hijau.
2.1.2 Macam-macam Penyakit Hirschprung

4
Berdasarkan panjang segmen yang terkena, dapat dibedakan 2 tipe yaitu :
a. Penyakit Hirschprung segmen pendek
Segmen aganglionosis mulai dari anus sampai sigmoid; ini merupakan 70% dari kasus
penyakit Hirschprung dan lebih sering ditemukan pada anak laki-laki dibanding anak
perempuan.
b. Penyakit Hirschprung segmen panjang
Kelainan dapat melebihi sigmoid, bahkan dapat mengenai seluruh kolon atau usus
halus. Ditemukan sama banyak pada anak laki maupun prempuan

2.2 Etiologi

Penyebab Hisprung atau mega colon itu sendiri belum diketahui tetapi diduga terjadi
karena factor factor genetic dan lingkungan, sering terjadi pada anak dengan Down
Syndrom, kegagalan sel neural pada masa embrio dalam dinding usus, gagal ekstistensi,
kranio kaudal pada nyentrik dan sub mukosa dinding plexus. ( Sifudin, 2009 ).

2.3 Manifestasi Klinis

Bayi baru lahir tidak bisa mengeluarkan meconium dalam 24 – 28 jam pertama
sestelah lahir. Tampak malas mengkonsumsi cairan, muntah bercampur dengan cairan
empedu dan distetnsi abdomen. ( Norton, 2001 )

Gejala penyakit Hisprung adalah obstruksi usus letak rendah dan penyakit dapat
menunjukkan gejala klinis sebagai berikut :

1. Obstruksi total saat lahir dengan muntah, distensi abdomen dan ketidakadaan evaluasi
mekonium, keterlamabatn evakuasi meconium diikuti obstruksi konstipasi, muntah dan
dehidrasi.
2. Gejala ringan berupa konstipasi selama beberapa minggu atau bulan yang diikuti dengan
obstruksi usus akut. Konstipasi ringan entrokolitis dengan diare, distensi abdomen dan
demam. Adanya feses yang menyemprot pas pada colok dubur merupakan tanda yang
khas. Bila telah timbul entrokolitis nikrotiskans terjadi distensi abdomen hebat dan diare
berbau busuk yang dapat berdarah ( Nelson ).
3. Anak – Anak

5
- Konstipasi
- Tinja seperti pita dan berbau busuk
- Distensi abdomen
- Adanya masa difecal dapat dipalpasi
- Biasanya tampak kurang nutrisi dan anemi
4. Komplikasi
- Obstruksi usus
- Konstipasi
- Ketidakseimbnagan cairan dan eletrolit
- Entrokolitis
- Struktur anal dan inkontinensial ( pos operasi )
2.4 Pemeriksaan Penunjang
1. pemeriksaan laboratoium
- kimia darah : pada kebanyak pasien temuan elektrolit dan panel renal biasanya dalam
batas normal. Anak dengan diare memiliki hasil yang sesuai dengan dehidrasi.
Pemeriksaan ini dapat memabntu mengarahkan pada pentalaksanaan cairan dan
elektrolit.
- Darah rutin : pemeriksaan ini dilakukan untuk mengethaui hematokrit dan platet
preoporatif
- Profil koagulasi : pemeriksaan ini dilakukan unruk memastikan tidak ada gangguan
pembeukan darah yang perlu dikoreksi sebelum operasi dilakukan.
2. Pemeriksaan Radiologi
- Foto polos abodemn dapat menunjukan adanya loop usus yang distensi dengan
adanya udara dalam rectum.

6
Primehealth channel.com
- Barium enema

3. Biopsi
Biopsi rectum untuk melihat ganglion pleksus submukosa meisner, apakah terdapat
ganglion atau tidak. Pada penyakit hirscprung ganglion ini tidak ditemukan.

2.5 Penatalaksanaan
Penatalkasanaan pada penyakit hiscprung adalah terapi pembedahan. Terapi ini terbagi
menjadi dua, yaitu :
1. Tindakan Bedah Sementara
Berupa kolostomi pada usu yang memiliki ganglion normal paling distal. Tindakan ini
dimaksudkan untuk menghilangkan obstruksi usus yang dan mencegah entrokolitis
sebagai salah satu komplikasi yang berabahaya.

7
2. Tindakan Bedah Definitif
a. Prosedur Swenson
Orval Swenson dan bill ( 1948 ) adalah yang mula mula memperkenalkan
oeparsi tarik terobos ( pull – through ) sebagai tindakan bedah yang dilakukan
dalah rektosigmoidektomi dengan preservasi spinker ani. Dengan meninggalkan
2-3 cm rectum distal dari linea dentate, sebenarnya dalah meninggalkan daerah
anganlionik, sehingga dalam pengamatan pasca opearsi masih sering dijumpai
spasme rectum yang ditinggalkan. Oleh sebab itu swanson memperbaiki metode
operasinya tahun ( 1964) dengan melakukan spinketerektomi posterior, yaitu
dengan hanya menyisakan 2 cm rectum bagian anterior dan 0,5 – 1 cm rectum
posterior.
b. Prosedur Duhamel
Prosedur ini dikenal Duhamel tahun 1956 untuk mengatasi kesulitan diseksi
pelvik pada prosedur Swenson. Prinsip dasar prosedur ini adalah menarik kolon
proksimal yang ganglionik kearah anal melaui bagian posterior rectum yang
aganglionik, menyaktukan dinding posterior rectum yang anganglionik dengan
dinding anterior kolon proksimal yang ganglionik sehingga membentuk rongga
baru dengan anastomose end to side.
c. Prosedur Soave
Prosedur ini sebenarnya pertama sekali diperkenalkan rehbein tahun 1959 untuk
tindakan bedah pada malformasi anorektal letak tinggi. Namun oleh soave
tahun 1966 diperkenalkan untuk tindakan bedah definitive hiscprung . tujuan
utama dari prosedur soave ini adalah membuang mukosa rectum yang
aganglionik, kemudian menarik reorbos kolon proksimal yang ganglionik
masuk kedalam lumen rectum yang telah dikupas tersebut.
d. Prosedur Rehbein
Prosuder ini tidak lain berupa deep anterior resection, dimana dilakukan
anastomose end to end usu anganglionik dengan rectum pada level otot levator
ani ( 2 – 3 cm diatas anal verge ), menggunakan jahitan 1 lapis yang dikerjakan
intraabdominal ekstraperitoneal. Pasca operasi, sangat penting melakukan
businasi secara rutin guna mencegah stenosis.

8
2.6 Patofisiologi

Kegagalan sel neural pada masa Sel ganglion pada kolon


embrio dalam dinding usus, gagal tidak ada / sangat sedikit
eksistensi, kranio kaudal pada
nyentrik dan sub mukosa dinding Control kontraksi dan
plexus relaksasi peristaltic
abnormal

Peristaltic tidak sempurna Spingter rectum tidak dapat


relaksasi

Obstruksi parsial Akumulasi benda padat, Feses tidak mampu melewati


gas, cair spinkter ani

Refluk peristaltik
Obstruksi dikolon Pelebaran kolon (mega kolon )

Mual dan muntah Perasaan penuh

Resiko kekurangan volume Ketidakseimbangan


cairan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh

Gangguan rasa nyaman nyeri

Intervensi pembedahan Gangguan defekasi

Ansietas Kurangnya informasi Konstipasi

9
2.7 ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN STROKE

A. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d saluran pencernaan mual
dan muntah
2. Konstipasi b.d obstruksi ketidakmampuan kolon mengevakuasi feses
3. Ansietas b.d prognosis penyakit, kurangnya informasi, rencana pembedahan

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dankriteria hasil Intervensi

1. 1 Ketidakseimbangan nutrisi kurang NOC NIC


dari kebutuhan tubuh b.d saluran  Status nutrisi :
Managemen nutrisi
pencernaan mual dan muntah  Status nutrisi : food
and fluite intake - Kaji adanya alergi
Batasan karakteristik :
 Status nutrisi : makanan
 Kram abdomen nutrient intake - Kolaborasi dengan
 Nyeri abdomen  Weight control ahli gizi untuk
 Berat badan 20% atau lebih menentukan jumlah
kriteria Hasil :
dibawah berat badan kapiler kalori dan nutrisi yang

 Kerapuhan kapiler  Adanya peningkatan dbutuhkan pasien

 Diare berat badan sesuai - Anjurkan pasien

 Kehilangan rambut berlebihan dengan tujuan untuk meningkatkan


 Berat badan ideal nutrisi intake fe
 Bising usus hiperaktif
sesuai dengan tinggi - Anjurkan pasien
 Kurang informasi
badan untuk meningkatkan
 Membrane mukosa pucat
 Mempu protein dan vitamin c
 Ketidakmampuan memakan
megidentifikasi - Berikan substansi gula
makanan
kebutuhan nutrisi - Yakinkan diet yang
 Tonus otot menurun
 Tidak ada tanda dimakan mengandung
 Kelamahan otot mengunyah
tanda malnutrisi tinggi serat untuk
 Kelemahan otot untuk menelan
 Meunjukkan mencegah konstipasi
peningkatan fungsi - Monitor jumlah

10
Factor factor yang berhubungan pengecapan dari nutrisi dan kandungan
menelan kalori
 Factor biologis
 Tidak terjadi - Kaji kemampuan
 Factor ekonomi
penurunan berat pasien untuk
 Ketidakmampuan untuk
badan yang berarti mendapatkan nutrisi
mencerna makanan
yang dibutuhkan
 Ketidakmampuan menelan
makanan Monitor Nutrisi

 Factor psikologis - Monitor adanya


penurunan berat
badan
- Monitor tipe dan
jumlah aktivitas yang
biasa dilakukan
- Monitor interaksi
anak atau orang tua
selama makan
- Monitor kulit kering
dan perubahan
pigmentasi
- Monitor turgor kulit
- Monitor mual muntah

2. 2 Konstipasi b.d obstruksi NOC NIC


ketidakmampuan kolon  Bowel elimination
Mangemen konstipasi :
mengevakuasi feses
kriteria Hasil :
- Monitor tanda gejala
Definisi : penurunan pada frekuensi
- Mempertahankan konstipasi
normal defakasi yang disertai oleh
bentuk feses lunak - Monitor bising usus
keuslitan atau pengeluaran feses yang
setiap 1- 3 hari - Monitor fese :
kering, keras dan banyak
- Ketidaknyamanan frekuensi,

11
Batasan karakteristik : dan konstipasie konsistensi dan
- Mengidentifikasi volume
 Nyeri abdomen
indicator untuk - Monitor tanda dan
 Anoraksia
mencegah gejala rupture usus /
 Darah merah pada feses
konstipasi peritonitis
 Perubahan pada pola defekasi
- Feses lunak dan - Konsultasikan
 Penurunan volume feses
berbentuk dengan dokter
 Distensi abdomen tentang penurunan
 Rasa rectal penuh dan peningkatan
 Feses keras dan berebtnuk bising usus
 Peningkatan tekanan abdomen - Pantau tanda gejala
 Tidak dapat makan, mual konstipasi
 Sering flastus - Memnatu bising
 Tidak dapat mengeluarkan feses usus
 Muntah - Memantau gerakan
usus, termasuk
Factor yang berhubungan :
konsistensi
 Fungsional frekuensi, bentuk ,
- Kelmahan oto abdomen volume dan warna
- Kurang aktivitas fisik - Pantau tamda dan
- Kebiasaan defekasi tidak teratur gejal impaksi
 Psikologis - Anjurkan keluarga
- Depresi, stress emosi untuk mencatat
- Konfusi mental warna , volume, dan
 Farmakologis konstipasi feses
- Antasida mengandung
alumunium
- Antidepresan
- Agen antilipemik
- Kalsium karbonat
- Penyekat saluran kalsium

12
- Penyalahgunaan laksatif
 Mekanis
- Ketidakseimbangan elktrolit
- Kemoroid
- Ganguan neurologist
- Obstruksi pasca bedah
- Prolaps rectal, ulkus rectal
 Fisiologis
- Perubahan pola makan
- Penurunan mortalitas traktus
- Dehidrasi
- Asupan seart tidak cukup
- Asupan caran tidak cukup

3. 3 Ansietas b.d prognosis penyakit, NOC NIC


kurangnya informasi, rencana  Level ansietas
Penurunan kecemasan
pembedahan
kriteria Hasil
- Gunakan
Batasan karakteristik :
 Klien mampu pendektan yang
 Perilaku menidentifikasi dan menenangkan
- Penurunan produktivitas mengungkapkan - Jelaskan semua
- Gerakan yang relevan gejala cemas prosedur dan apa
- Gelisah  Mengidentifikasi yang dirasakan
- Insomnia dan menunjukan selama prosedur
- Mengekspresikan teknik untuk - Pahami perspektif
kekhawatiran karena mengontrol cemas pasien terhadap
perubahan peristiwa hidup  Postur tubuh, stress
- Tampak waspada ekspresi wajah , - Temani pasien
 Afektif bahasa tubuh dan untuk memberikan
- Gelisah tingkat aktivitas kemanan dan
- Kesedihan yang mendalam menunjukkan mengurangi rasa

13
- Perasaan tidak adekuat berkurangnya takut
- Rasa nyeri yang kecemasan - Dorong keluarga
meningkatakan untuk menemani
ketidakberdayaan anak
- Peningkatan - Dengarkan dengan
ketidakberdayaan yang penuh perhatian
persisten - Inatruksikan
 Simpatik pasiedn untuk
- Anoreksia menggunakan
- Ekstitasi kardiovaskiler teknik relaksasi
- Wajah merah - Berikan obat
- Diare untuk mengurangi
- Jantung berdebar debar kecemasan
- Peningkatan frekuensi
Therapy Relaksasi
pernafasan,
 Parasimpatik - Jelaksan alasan
- Nyeri abdomen untuk relaksasi
- Penurunan tekanan darah dan mnfaat, batas
- Diare, mual dan jenis relaksasi
- Letih, gangguan tidur yang tersedia
 Kognitif - Menciptakan

- Keuslitan berkonsentrasi lingkungan yang


- Ketakutan terhadap frekuensi tenangdengan

yang tidak spesifik cahaya redup dan


suhu yang
Factor yang berhubungan
senyaman

 Stress ancaman kematian mungkin

 Penyalahgunaan zat - Menunjukan dan

 Herediter berlatih teknkik


relaksasi dengan
 Kontamina interpersonal

14
 Kebutuhan yang tidak terpenuhi pasien

15
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hisprung adalah penyakit yang tidak adanya sel sel ganglion dalam rectum atau
bagian rektosigmoid colon. Dan ketidak adaan ini menimbulkan keabnormalan atau
tidak adanya peristaltic serta tidak adany evakuasi usus spontan. Kondisi merupakan
kelainan bawaan penyebab gangguan pasase usus tersering pada neonates, dan
kebanyakan terjadi pada bayi atterm dengan berat lahir 3 kg, lebih bnayak laki laki dari
pada perempuan

3.2 Saran
Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan jauh dari
kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan pedoman pada
banyak banyak sumber yang dapat dipertanggung jawabkan. Maka dari itu penulis
mengharapakan kritik dan saran mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan
diatas.

16
DAFTAR PUSTAKA

Amin Husada Nurarif, S.Kep.,Ns., dan Hardi Kusuma, S.Kep.,Ns.,(2016). Asuhan Keperawatan Praktis
Jilid II. Jogjakarta : MPJ

Setiadi (2007). Anatomi dan Fisiologi Manusia Jilid I. Yogyakarta : Graha ilmu

Erlangga (2018). At a Glance Anatomi dan Fisiologi. Jakarta : PT gelora Aksara Pratama

17

Anda mungkin juga menyukai