Disusun Oleh :
TANGERANG
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang asuhan
keperawatan pada klien dengan HIRSCPRUNG / MEGA COLON. Dan juga kami berterima
kasih pada Ibu Ns. Deby Kristiani., M.SC selaku dosen mata kuliah Keperawatan anak II yang
telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan,
serta pengetahuan kita mengenai asuhan keperawatan pada klien HIRSPRUNG. Kami juga
menyadari, sepenuhnya bahwa dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan
makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang. Mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri, maupun orang yang
membacanya terima kasih.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................... i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
DAPUS
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Selain pada anak, penyakit ini ditemukan tanda dan gejala yaitu adanya kegagalan
mengeluarkan mekonium dalam waktu 24-48 jam setelah lahir, muntah berwarna hijau dan
konstipasi faktor penyebab penyakit hisprung diduga dapat terjadi karena faktor genetik dan
faktor lingkungan.
Oleh karena itu, penyakit hirscprung sudah dapat dideteksi melalui pemeriksaan yang
dilakukan seperti pemeriksaan radiologi, barium, enema, rectal biopsi, rectum, manometri
anorektal dan melalui penatalaksanaan dan teraupetik yaitu dengan pembedahan dan
colostomi.
1.3 Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk memberikan informasi dan menambah pengetahuan kepada
para pembaca khususnya kepada mahasiswa ilmu keperawatan mengenai penyakit hisprung.
Makalah ini juga dibuat untuk memenuhi syarat dalam proses pembelajaran pada mata kuliah
keperawatan anak.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
3
Usus besar (intestinum crassum) merupakan bagian posterior usus yang terdiri dari
empat regio yaitu: caecum, kolon, rektum dan anus. Istilah kolon kadang digunakan untuk
menunjukkan seluruh usus besar. Usus besar lebih lebar dan lebih pendek dibandingkan
dengan usus halus (panjangnya sekitar 1,5 meter) dan memiliki dinding dalam yang halus.
Pada separuh atau usus besar, enzim-enzim dari usus halus melengkapi proses pencernaan,
dan bakteri menghasilkan vitamin B.
Mukosa usus besar terdiri dan banyak sel-sel goblet yang menyekresi mukus untuk
mempermudah lewatnya feses dan melindungi dinding kolon. Epitel kolumnar (silindris)
selapis berubah menjadi epitel skuamosa bertingkat pada canalis analis. Sinus anales
menyekresi mukus sebagai respon terhadap kompresi fekal. Bagian ini melindungi canalis
analis dari abrasi karena pengosongan.
Residu makanan dari ileu adalah berupa cairan ketika memasuki caecum dan
mengandung sangat sedikit zat makanan. Usus halus berperan untuk sejumlah absorpsi air,
tetapi fungsi primer usus besar adalah untuk mengabsorpsi air dan mengubah residu
makanan menjadi feses semipadat. Usus besar juga mengabsorpsi sejumlah vitamin,
mineral, elektrolit, dan obat-obatan.
Usus besar merupakan bagian akhir dari proses pencernaan, karena sebagai tempat
pembuangan, maka diusus besar sebagian nutrien telah dicerna dan diabsorpsi dan hanya
menyisakan zat-zat yang tidak dicerna. Makanan biasanya memerlukan waktu dua sampai
lima hari untuk menempuh ujung saluran pencernaan. Dua sampai enam jam dilambung,
enam sampai delapan jam diusus halus, dan sisa waktunya berbeda diusus besar.
Fungsi usus besar :
a. Menyerap air dan elektrolit 80% - 90% dari makanan dan mengubah dari cairan
menjadi massa
b. Tempat tinggal sejumlah bakteri koli, yang mampu mencerna sejumlah kecil
selulosa dan memproduksi serdikit kalori nutrien bagi tubuh dalam setiap hari.
c. Memproduksi vitamin antara lain Vitamin K, ribovlafin, dan tiamin serta berbagai
gas
d. Penyiapan selulosa yang berupa hidrat arang dalam tumbuh-tumbuhan, buah-
buahan, dan sayuran hijau.
2.1.2 Macam-macam Penyakit Hirschprung
4
Berdasarkan panjang segmen yang terkena, dapat dibedakan 2 tipe yaitu :
a. Penyakit Hirschprung segmen pendek
Segmen aganglionosis mulai dari anus sampai sigmoid; ini merupakan 70% dari kasus
penyakit Hirschprung dan lebih sering ditemukan pada anak laki-laki dibanding anak
perempuan.
b. Penyakit Hirschprung segmen panjang
Kelainan dapat melebihi sigmoid, bahkan dapat mengenai seluruh kolon atau usus
halus. Ditemukan sama banyak pada anak laki maupun prempuan
2.2 Etiologi
Penyebab Hisprung atau mega colon itu sendiri belum diketahui tetapi diduga terjadi
karena factor factor genetic dan lingkungan, sering terjadi pada anak dengan Down
Syndrom, kegagalan sel neural pada masa embrio dalam dinding usus, gagal ekstistensi,
kranio kaudal pada nyentrik dan sub mukosa dinding plexus. ( Sifudin, 2009 ).
Bayi baru lahir tidak bisa mengeluarkan meconium dalam 24 – 28 jam pertama
sestelah lahir. Tampak malas mengkonsumsi cairan, muntah bercampur dengan cairan
empedu dan distetnsi abdomen. ( Norton, 2001 )
Gejala penyakit Hisprung adalah obstruksi usus letak rendah dan penyakit dapat
menunjukkan gejala klinis sebagai berikut :
1. Obstruksi total saat lahir dengan muntah, distensi abdomen dan ketidakadaan evaluasi
mekonium, keterlamabatn evakuasi meconium diikuti obstruksi konstipasi, muntah dan
dehidrasi.
2. Gejala ringan berupa konstipasi selama beberapa minggu atau bulan yang diikuti dengan
obstruksi usus akut. Konstipasi ringan entrokolitis dengan diare, distensi abdomen dan
demam. Adanya feses yang menyemprot pas pada colok dubur merupakan tanda yang
khas. Bila telah timbul entrokolitis nikrotiskans terjadi distensi abdomen hebat dan diare
berbau busuk yang dapat berdarah ( Nelson ).
3. Anak – Anak
5
- Konstipasi
- Tinja seperti pita dan berbau busuk
- Distensi abdomen
- Adanya masa difecal dapat dipalpasi
- Biasanya tampak kurang nutrisi dan anemi
4. Komplikasi
- Obstruksi usus
- Konstipasi
- Ketidakseimbnagan cairan dan eletrolit
- Entrokolitis
- Struktur anal dan inkontinensial ( pos operasi )
2.4 Pemeriksaan Penunjang
1. pemeriksaan laboratoium
- kimia darah : pada kebanyak pasien temuan elektrolit dan panel renal biasanya dalam
batas normal. Anak dengan diare memiliki hasil yang sesuai dengan dehidrasi.
Pemeriksaan ini dapat memabntu mengarahkan pada pentalaksanaan cairan dan
elektrolit.
- Darah rutin : pemeriksaan ini dilakukan untuk mengethaui hematokrit dan platet
preoporatif
- Profil koagulasi : pemeriksaan ini dilakukan unruk memastikan tidak ada gangguan
pembeukan darah yang perlu dikoreksi sebelum operasi dilakukan.
2. Pemeriksaan Radiologi
- Foto polos abodemn dapat menunjukan adanya loop usus yang distensi dengan
adanya udara dalam rectum.
6
Primehealth channel.com
- Barium enema
3. Biopsi
Biopsi rectum untuk melihat ganglion pleksus submukosa meisner, apakah terdapat
ganglion atau tidak. Pada penyakit hirscprung ganglion ini tidak ditemukan.
2.5 Penatalaksanaan
Penatalkasanaan pada penyakit hiscprung adalah terapi pembedahan. Terapi ini terbagi
menjadi dua, yaitu :
1. Tindakan Bedah Sementara
Berupa kolostomi pada usu yang memiliki ganglion normal paling distal. Tindakan ini
dimaksudkan untuk menghilangkan obstruksi usus yang dan mencegah entrokolitis
sebagai salah satu komplikasi yang berabahaya.
7
2. Tindakan Bedah Definitif
a. Prosedur Swenson
Orval Swenson dan bill ( 1948 ) adalah yang mula mula memperkenalkan
oeparsi tarik terobos ( pull – through ) sebagai tindakan bedah yang dilakukan
dalah rektosigmoidektomi dengan preservasi spinker ani. Dengan meninggalkan
2-3 cm rectum distal dari linea dentate, sebenarnya dalah meninggalkan daerah
anganlionik, sehingga dalam pengamatan pasca opearsi masih sering dijumpai
spasme rectum yang ditinggalkan. Oleh sebab itu swanson memperbaiki metode
operasinya tahun ( 1964) dengan melakukan spinketerektomi posterior, yaitu
dengan hanya menyisakan 2 cm rectum bagian anterior dan 0,5 – 1 cm rectum
posterior.
b. Prosedur Duhamel
Prosedur ini dikenal Duhamel tahun 1956 untuk mengatasi kesulitan diseksi
pelvik pada prosedur Swenson. Prinsip dasar prosedur ini adalah menarik kolon
proksimal yang ganglionik kearah anal melaui bagian posterior rectum yang
aganglionik, menyaktukan dinding posterior rectum yang anganglionik dengan
dinding anterior kolon proksimal yang ganglionik sehingga membentuk rongga
baru dengan anastomose end to side.
c. Prosedur Soave
Prosedur ini sebenarnya pertama sekali diperkenalkan rehbein tahun 1959 untuk
tindakan bedah pada malformasi anorektal letak tinggi. Namun oleh soave
tahun 1966 diperkenalkan untuk tindakan bedah definitive hiscprung . tujuan
utama dari prosedur soave ini adalah membuang mukosa rectum yang
aganglionik, kemudian menarik reorbos kolon proksimal yang ganglionik
masuk kedalam lumen rectum yang telah dikupas tersebut.
d. Prosedur Rehbein
Prosuder ini tidak lain berupa deep anterior resection, dimana dilakukan
anastomose end to end usu anganglionik dengan rectum pada level otot levator
ani ( 2 – 3 cm diatas anal verge ), menggunakan jahitan 1 lapis yang dikerjakan
intraabdominal ekstraperitoneal. Pasca operasi, sangat penting melakukan
businasi secara rutin guna mencegah stenosis.
8
2.6 Patofisiologi
Refluk peristaltik
Obstruksi dikolon Pelebaran kolon (mega kolon )
9
2.7 ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN STROKE
A. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d saluran pencernaan mual
dan muntah
2. Konstipasi b.d obstruksi ketidakmampuan kolon mengevakuasi feses
3. Ansietas b.d prognosis penyakit, kurangnya informasi, rencana pembedahan
10
Factor factor yang berhubungan pengecapan dari nutrisi dan kandungan
menelan kalori
Factor biologis
Tidak terjadi - Kaji kemampuan
Factor ekonomi
penurunan berat pasien untuk
Ketidakmampuan untuk
badan yang berarti mendapatkan nutrisi
mencerna makanan
yang dibutuhkan
Ketidakmampuan menelan
makanan Monitor Nutrisi
11
Batasan karakteristik : dan konstipasie konsistensi dan
- Mengidentifikasi volume
Nyeri abdomen
indicator untuk - Monitor tanda dan
Anoraksia
mencegah gejala rupture usus /
Darah merah pada feses
konstipasi peritonitis
Perubahan pada pola defekasi
- Feses lunak dan - Konsultasikan
Penurunan volume feses
berbentuk dengan dokter
Distensi abdomen tentang penurunan
Rasa rectal penuh dan peningkatan
Feses keras dan berebtnuk bising usus
Peningkatan tekanan abdomen - Pantau tanda gejala
Tidak dapat makan, mual konstipasi
Sering flastus - Memnatu bising
Tidak dapat mengeluarkan feses usus
Muntah - Memantau gerakan
usus, termasuk
Factor yang berhubungan :
konsistensi
Fungsional frekuensi, bentuk ,
- Kelmahan oto abdomen volume dan warna
- Kurang aktivitas fisik - Pantau tamda dan
- Kebiasaan defekasi tidak teratur gejal impaksi
Psikologis - Anjurkan keluarga
- Depresi, stress emosi untuk mencatat
- Konfusi mental warna , volume, dan
Farmakologis konstipasi feses
- Antasida mengandung
alumunium
- Antidepresan
- Agen antilipemik
- Kalsium karbonat
- Penyekat saluran kalsium
12
- Penyalahgunaan laksatif
Mekanis
- Ketidakseimbangan elktrolit
- Kemoroid
- Ganguan neurologist
- Obstruksi pasca bedah
- Prolaps rectal, ulkus rectal
Fisiologis
- Perubahan pola makan
- Penurunan mortalitas traktus
- Dehidrasi
- Asupan seart tidak cukup
- Asupan caran tidak cukup
13
- Perasaan tidak adekuat berkurangnya takut
- Rasa nyeri yang kecemasan - Dorong keluarga
meningkatakan untuk menemani
ketidakberdayaan anak
- Peningkatan - Dengarkan dengan
ketidakberdayaan yang penuh perhatian
persisten - Inatruksikan
Simpatik pasiedn untuk
- Anoreksia menggunakan
- Ekstitasi kardiovaskiler teknik relaksasi
- Wajah merah - Berikan obat
- Diare untuk mengurangi
- Jantung berdebar debar kecemasan
- Peningkatan frekuensi
Therapy Relaksasi
pernafasan,
Parasimpatik - Jelaksan alasan
- Nyeri abdomen untuk relaksasi
- Penurunan tekanan darah dan mnfaat, batas
- Diare, mual dan jenis relaksasi
- Letih, gangguan tidur yang tersedia
Kognitif - Menciptakan
14
Kebutuhan yang tidak terpenuhi pasien
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hisprung adalah penyakit yang tidak adanya sel sel ganglion dalam rectum atau
bagian rektosigmoid colon. Dan ketidak adaan ini menimbulkan keabnormalan atau
tidak adanya peristaltic serta tidak adany evakuasi usus spontan. Kondisi merupakan
kelainan bawaan penyebab gangguan pasase usus tersering pada neonates, dan
kebanyakan terjadi pada bayi atterm dengan berat lahir 3 kg, lebih bnayak laki laki dari
pada perempuan
3.2 Saran
Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan jauh dari
kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan pedoman pada
banyak banyak sumber yang dapat dipertanggung jawabkan. Maka dari itu penulis
mengharapakan kritik dan saran mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan
diatas.
16
DAFTAR PUSTAKA
Amin Husada Nurarif, S.Kep.,Ns., dan Hardi Kusuma, S.Kep.,Ns.,(2016). Asuhan Keperawatan Praktis
Jilid II. Jogjakarta : MPJ
Setiadi (2007). Anatomi dan Fisiologi Manusia Jilid I. Yogyakarta : Graha ilmu
Erlangga (2018). At a Glance Anatomi dan Fisiologi. Jakarta : PT gelora Aksara Pratama
17