Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kepada kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
karunia-Nya saya dapat menyelasaikan karya ilmiah yang telah saya kerjakan ini.
Saya berharap karya ilmiah saya ini bermanfaat bagi semua pihak yang
membacanya. Dan saya juga tahu bahwa karya ilmiah saya memiliki banyak kekurangan,
saya memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila terdapat banyak kekurangan dan
kesalahan dalam karya ilmiah saya ini. Kritik dan saran yang membangun sangat saya
harapkan agar kesalahan dan kekurangan dalam karya ilmah saya ini bisa saya perbaiki untuk
karya ilmiah saya yang selanjutnya

Medan, 6 Juni 2015

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................1
DAFTAR ISI..............................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................................3
1.3 Tujuan...................................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi.................................................................................................................................4
2.2 Epidemiologi........................................................................................................................4
2.3 Karakteristik.........................................................................................................................5
2.4 Klasifikasi............................................................................................................................6
2.5 Diagnosis.............................................................................................................................7
2.6 Terapi Hernia......................................................................................................................10
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.........................................................................................................................12
3.2 Saran...................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................13

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Hernia, atau yang lebih dikenal dengan turun berok, adalah penyakit akibat turunnya
buah zakar seiring melemahnya lapisan otot dinding perut. Penderita hernia, memang
kebanyakan laki-laki, terutama anak-anak. Kebanyakan penderitanya akan merasakan nyeri,
jika terjadi infeksi didalamnya, misalnya, jika anak-anak penderitanya terlalu aktif.
Hernia yang terjadi pada anak-anak lebih disebabkan karena kurang sempurnanya
procesus vaginalis untuk menutup seiring turunya testis. Sementara pada orang dewasa
karena adanya tekanan yang tinggi dalam rongga perut dan karena faktor usia yang
menyebabkan lemahnya otot dinding perut.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan masalah yang akan dibahas, maka didapatkan rumusan masalah adalah :
1. Apakah itu hernia ?
2. Apa karakteristik hernia ?
3. Apa saja cara untuk mendiagnosis hernia ?

1.3 TUJUAN MASALAH


Adapun tujuan dari penulisan karya ilmiah ini adalah untuk mengetahui dan
memahami tentang hernia.

BAB II
3

PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI
Hernia merupakan prostusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek pada
bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol
melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik dinding abdomen. Hernia
terdiri atas:
1. kantong hernia
Pada hernia abdominalis berupa peritoneum parietalis. Tidak semua hernia memiliki
kantong, misalnya : hernia incisional, hernia adipose dan hernia intertitialis.
2. isi hernia
Berupa organ atau jaringa yang keluar melalui kantong hernia. Pada hernia
abdominalis berupa usus.
3. pintu hernia
Merupakan bagian locus minoris resistence yang dilalui kantong hernia.
4. leher hernia
Bagian tersempit kantong hernia yang sesuai dengan kantong hernia.
5. locus minoris resistence (LMR).

2.2 EPIDEMIOLOGI
-

Hernia merupakan kejadian yang umum.


Lima persen dari hernia adalah spontaneous abdominal hernia.
Merupakan penyebab paling umum dari obstruksi intestin di seluruh dunia dan

merupakan penyebab ke 3 obstrukdi di USA.


Dari keseluruhan abdominal hernia, 85 % nya adalah groin hernia, dimana indirect

inguinal hernia adalah yang paling sering terjadi.


Inguinal hernia lebih sering terjadi pada laki-laki dari pada perempuan dengan
perbandingan 7:1.

2.3 KARAKTERISTIK
Berdasarkan karakteristiknya hernia dapat dibedakan atas hernia bawaan atau
congenital dan hernia didapat atau akuisita:
1. Kongenital
a.
Hernia congenital sempurna
Bayi sudah menderita hernia sejak lahir karena adanya defek pada tempat-tempat
tertentu
4

b.

Hernia congenital tidak sempurna


Bayi dilahirkan normal (kelainan belum tampak) tetapi ia mempunyai defek pada
tempat-tempat tertentu (predisposisi) dan beberapa bulan (0-1 tahun) setelah lahir
akan terjadi hernia melalui defek tersebut karena dipengaruhi oleh kenaikan
tekanan intraabdominal (mengejan, batuk, menangis).

2. Aquisital
Adalah hernia yang bukan disebabkan karena adanya efek bawaan tetapi disebabkan
oleh faktor lain yang dialami manusia selama hidupnya, antara lain :
a) Tekanan intraabdominal yang tinggi
Banyak dialami oleh pasien yang sering mengejan baik saat BAB maupun BAK.
Misalnya pada pasien BPH, batu uretra, konstipasi, penderita batuk kronis, partus,
asites, dll.
b) Konstitusi tubuh
Orang kurus cenderung terkena hernia karena jaringan ikatnya yang sedikit.
Sedangkan pada orang gemuk juga dapat terkena hernia karena banyaknya
jaringan lemak pada tubuhnya yang menambah beban kerja jaringan ikat
c)
d)
e)
f)

penyokong pada LMR.


Banyaknya preperitoneal fat
Banyak terjadi pada orang gemuk.
Distensi dinding abdomen
Karena peningkatan tekanan intrabdominal.
Sikatrik
Penyakit yang melemahkan dinding perut.

2.4 KLASIFIKASI
Hernia diberi nama menurut letaknya, seperti hernia umbikalisis, femoralis,
inguinalis, dan epigastrik.
Menurut sifatnya, hernia dapat disebut hernia reponibel bila isi hernia dapat keluar
masuk. Usus keluar jika berdiri, mengedan, batuk, dan hal lain yang dapat meningkatkan
tekanan intraabdomen. Usus kembali masuk jika berbaring atau direposisi, tadak ada keluhan
nyeri atau gejala obstruksi usus. Bila isi kantong tidak dapat direposisi kembali dalam rongga
perut, herni disebut hernia ireponibel. Ini biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong
pada pritoneum kantong hernia. Hernia ini juga bisa disebut sebagai hernia akreta. Tidak ada
keluhan nyeri atau sumbatan isi usus.
Hernia disebut herinia inkarserata atau hernia strangulata bila isinya terjepit oleh isi
hernia sehingga isi kantong terperngkap dan tidak dapat kembali ke rongga perut. Akibatnya
5

terjadi ganggua pasase atau vaskularisasi. Secara klinis hernia inkarserata lebih dimaksudkan
dengan hernia ireponibel dengan gangguan pasase, sedangkan gangguan vaskularisasi disebut
sebagai hernia strangulata. Pada keadaan sebenarnya gangguan vaskularisasi telah terjadi
pada saat jepitan dimulai, dengan berbagai tingkat gangguan mulai dari bendungan sampai
nekrosis. Nama yang lazim dipakai adalah hernia strangulata walaupun tidak dijumpai gejala
strangulasi.
Bila strangulasi hanya menjepit sebagian dinding usus, hernianya disebut hernia
Ritcher. Ileus obstruksi mungkin parsial atau total, sedangkan benjolan hernia tidak
ditemukan dan baru terdiagnosis pada waktu laparotomi. Komplikasi hernia Ritcher adalah
strangulasi sehingga terjadi perforasi usus, dan pada hernia femoralis tampak seperti abses
daerah inguinal.
Operasi darurat untuk hernia inkarserata merupakan operasi terbanyak kedua setelah
operasi darurat untuk apendisitis. Selain itu, hernia inkarserata merupakan penyebab
obstruksi usus nomor satu di Indonesia.
Hernia ekterna adalah hernia yang menonjol keluar dari dinding perut, pinggang, atau
perineum. Hernia interna adalah tonjolan usus tanpa kantong hernia melalui satu lubang
dalam rongga perut seperti foramen Winslow, resesus retrosekalis atau defek pada
mesentrium umpamanya adalah anastomosis usus.
Hernia insipiens atau hernia yang membalut merupakan hernia indirek yang berada di
kanalis inguinalis yang ujungnya tidak keluar melalui anulus eksternus hernia yang
kantongnya menjorok dalam celah antara lapisan inding perut dinamakan hernia
interparientalis atau hernia interstsialis.
Hernia yang dinding kantongnya terbentuk dari organ isi hernia, misalnya sekum,
kolon sigmoid atau kandung kemih, disebut hernia geser atau sliding hernia. Hernia geser
dapat terjadi karena isi kantong adalah organ yang letaknya retroperitoneal. Alat yang
bersangkutan tidak masuk ke kantong hernia melainkan bergeser turun ke retroperitoneal.
Hernia epigastrika menonjol melalui defek di linea alba, kranial dari umbilikus.
Hernia lumbalis menempati dinding perut bagian lateral, contohnya hernia sikatriks
pada bekas luka operatif ginjal, hernia di trigonum lumbale inferior Petit, dan trigonum
lumbale superior Grijnfelt. Hernia di trigonum lumbale jarang ditemukan.
Hernia sikatriks atau hernia insisional terjadi pada bekas luka laparotomi. Sayatan
pada nervus mengakibatkan anastesi kulit dan paalisis otot pada segmen yang dilayani oleh
saraf yang bersangkutan. Jika lebih dari dua saraf terpotong, mungkin terjadi hernia ventralis,
umpamanya pada insis lumbotomi.
6

Bentuk hernia lain yang juga jarang dijumpai ialah hernia obturatorium dan hernia
diafragmatika.

2.5 DIAGNOSIS
Ada cara untuk mendiagnosis hernia, yaitu :
1.
a.
b.

Anamnesa
Adanya benjolan dilipat paha (hernia inguinalis, femoralis).
Keluhan nyeri jarang dijumpai, kalau ada biasanya dirasakan didaerah
epigastrium atau daerah paraumbilikal berupa nyeri viseral karena regangan pada

c.

mesenterium sewaktu segmen usus halus masuk kedalam kantong hernia.


Nyeri yang disertai mual atau muntah (bila terjadi inkarserasi karena ileus

d.
e.

atau strangulasi karena nekrosis atau gangren).


Pada hernia strangulata suhu badan dapat meninggi atau normal.
Pada hernia epigastrika penderita sering mengeluh perut kurang enak dan
mual, mirip keluhan pada kelainan kandung ampedu, tukak peptik atau hernia hiatus

f.

esophagus.
Pada hernia obturatoria didapatkan keluhan nyeri seperti ditusuk-tusuk dan
parastesia didaerah panggul, lutut dan bagian medial paha akibat penekanan pada
n.obturatorius.

2.

Pemeriksaan fisik
Inspeksi

Hernia reponibel
terdapat benjolan dilipat paha yang muncul pada waktu berdiri, batuk, bersin,atau
mengedan dan menghilang setelah berbaring.

Hernia inguinalis
Lateralis
muncul penonjolan di regio inguinalis yang berjalan dari lateral atas ke medial

bawah (tonjolan berbentuk lonjong).


Medialis
tonjolan biasanya biasanya terjadi bilateral (tonjolan berbentuk bulat) .

Hernia skrotalis
Benjolan yang terlihat sampai ke skrotum yang merupakan tonjolan lanjutan dari

hernia inguinalis lateralis .


Hernia femoralis
Benjolan dibawah ligamentum inguinal.
Hernia epigastrika
7

Benjolan dilinea alba.


Hernia umbilical
Benjolan diumbilikal.
Hernia perineum

Benjolan di perineum.
Palpasi
Caranya :
1.

Titik tengah antar SIAS dengan tuberculum pubicum (A.I.L)ditekan lalu


pasien disuruh mengejan. Jika terjadi penonjolan di sebelah medial maka dapat

diasumsikan bahwa itu adalah H.I.Medialis.


2.
Titik yang terletak di sebelah lateral tuberkulum pubikum (A.I.M) ditekan
lalu pasien disuruh mengejan jika terlihat benjolan di lateral titik yang kita
tekanmaka dapat diasumsikan sebagai H.I.Lateralis.
3.
Titik tengah antara kedua titik tersebut di atas (pertengahan canalis
inguinalis) ditekan lalu pasien disuruh mengejan jika terlihat benjolan di
lateralnya berarti H.I.L., jika di medialnya H.I.Medialis.

Hernia inguinalis
Kantong hernia yang kosong kadang dapat diraba pada
funiculus spermatikus sebagai gesekan dari dua lapis kantong yang
memberikan sensasi gesekan dua permukaan sutera. Tanda ini disebut tanda

sarung tangan sutera.


Kantong hernia yang berisi, maka tergantung isinya.

Mungkin teraba usus, omentum (seperti karet) atau ovarium.


Dalam hal hernia dapat direposisi pada waktu jari masih
berada dalam annulus eksternus, pasien diminta mengedan. Kalau hernia
menyentuh ujung jari, berarti hernia inguinalis lateralis, dan kalau samping jari

yang menyentuh menandakan hernia inguinalis medialis.


Hernia femoralis
Benjolan lunak di lipat paha dibawah ligamentum inguinal dan lateral tuberkulum
pubikum.
Hernia inkarserata
Nyeri tekan.
Perkusi
Bila didapatkan perkusi perut kembung maka harus dipikirkan kemungkinan hernia
strangulate.
8

Auskultasi
Hiperperistaltis didapatkan pada auskultasi abdomen pada hernia yang mengalami
obstruksi usus (hernia inkarserata).
Colok dubur
Tonjolan hernia yang nyeri yang merupakan tanda Howship-Romberg (hernia
obturatoria).
3.

Pemeriksaan laboratorium
a. Nekrosis/ gangrene pada hernia strangulata didapatkan leukositosis.
b. Radiologis, untuk hernia interna.

Diagnosis banding
1.
2.
3.
4.

Hidrokel testis/funikuli
Varikokel
Limfadenopati inguinal
Abses inguinal

2.6 TERAPI HERNIA


Terapi konservatif sambil menunggu penyembuhan melalui proses alam dapat

ditemukan pada hernia umbilikalis sebelum anak berumur dua tahun. Terapi konservatif
berupa penggunaan alat penyangga dapat dipakai sebagai pengelolan sementara, misalnya
pemakaian korset pada hernia ventralis. Sementara itu, pada hernia inguinalais pemakaian
korset tidak dianjurkan karena selain tidak dapat menyembuhkan, alat ini dapat melemahkan
otot dinding perut.
Umumnya terapi operatif merupakan terapi satu-satunya yang rasional. Usia lanjut
bukan merupakan kontraindikasi pada operasi elektif. Kalau pasien dengan hernia
inkarsearata tidak menunjukkan gejala sistemik dapat dicoba melakukan reposisi postural.
Jika usaha reposisi berhasil, dapat dilakukan operasi herniorafi elektif setelah 2-3 hari pasca
udem jaringan hilang dan keadaan umum pasien telah lebih baik.
Pada hernia inkarserata, lebih lagi pada hernia strangulata, kemungkinan pulihnya isi
hernia harus dinilai pada saat operasi. Bila isi hernia sudah nekrotik, dilakukan reseksi. Kalau
sewaktu operasi daya pulih suatu hernia diragukan, diberikan kompres hangat setelah lima
menit dievaluasi kembali warna, peristaltik, dan pulsasi arkuata pada usus.

Jika ternyata pada operasi dinding perut kurang kuat, yang memang terjadi pada
hernia direk, sebaiknya digunakan marleks untuk menguatkan dinding perut setempat.
Herniorafi elektif pada umumnya memperlihatkan morbiditas dan mortalitas yang
rendah, sedangkan herniorafi akut pada hernia inkarserata aau strangulata menunjukkan
morbiditas atau mortalitas yang tidak dapat diabaikan.
Komplikasi operasi hernia dapat berupa cedera vena femoralis, n. Ilioinguinalis, n.
Iliofemoralis, duktus deferens, atau buli-buli masuk pada hernia geser.
Komplikas dini setelah beberapa hari setelah herniorafi dapat pula terjadi berupa
hematoma, infeksi luka, bendungan v. Femoralis, terama pada operasi hernia femoralis, fistel
urin atau feses, dan hernia residif.
Komplikasi lanjut berupa atrofi testis karena lesi arteri spermatika atau bendungan
pleksus pampiniformis, dan komplikasi yang paling penting adalah hernia residif.
Indidens residif bergantung pada usia pasien, letak hernia, teknik hernioplasti yang
dipilih dan cara melakukannya hernia inguinalis indirek pada ayi sangat jarang residif. Angka
residif hernia inguinalis indirek pada segala umur lebih rendah dibanding dengan hernia
inguinalis direk atau hernia femoralis. Hernia ventralis menunjukkan angka residif yang
relatif lebih tinggi. Reparasi pertama memberikan tingkat keberhasilan yang paling tinggi,
sedangkan operasi pada kekambuahan memberikan angka residif sangat tinggi.

10

BAB III
3.1KESIMPULAN
Hernia merupakan prostusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek pada
bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol
melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik dinding abdomen.
Berdasarkan karakteristiknya hernia dapat dibedakan atas hernia bawaan atau
congenital dan hernia didapat atau akuisita:
1. Kongenital
2. Aquisital
Hernia diberi nama menurut letaknya, seperti hernia umbikalisis, femoralis,
inguinalis, dan epigastrik.
Ada cara untuk mendiagnosa hernia, yaitu :
1. Anamnesa
2. Pemeriksaan fisik
3. Pemeriksaan laboratorium

3.2 SARAN
Kenali tanda-tanda dari hernia, apabila terdapat tanda-tanda hernia segera berkunjung ke
dokter sehingga dengan cepat ditangani sedini mungkin sebelum hernia tersebut bertambah
parah.

11

DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/hernia
Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Bagian Bedah Staf Pengajar UI. FK UI.
Kapita Selekta Kedokteran. 1998. Edisi II. Medica Aesculaplus FK UI.
Keperawatan Medikal Bedah. 2001.Swearingen. Edisi II. EGC.
Reeves, Charlene J, Bayle Roux, Robin Lockhart.Keperawatan Medikal Bedah. 2002..
Penerjemah Joko Setyono. Penerbit Salemba Media. Edisi I.
Watson, Leigh F..Hernia: anatomy, etiology, symptoms, diagnosis, differential diagnoses,
progmois, and treatment. 1948Mosby.

12

Anda mungkin juga menyukai