Disusun Oleh :
Petrona Surlily NIM : 007.01.31.17
Rosinta Oktaviani NIM : 009.01.31.17
Wenti Nur Wulan NIM : 015.01.31.17
JAKARTA
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah tentang asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem
persarafan (meningitis,). Dan juga kami berterima kasih pada Ibu Ns. Ira
Kusumawati, S.kep selaku dosen mata kuliah Keperawatan Gawat Darurat II yang
telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan, serta pengetahuan kita mengenai asuhan keperawatan pada klien
dengan meningitis. Kami juga menyadari, sepenuhnya bahwa dalam makalah ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu kami berharap
adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di
masa yang akan datang. Mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran
yang membangun.
1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar......................................................................................................................... 1
Daftar isi.................................................................................................................................... 2
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang................................................................................................................ 3
1.2 Rumusan Makalah........................................................................................................... 3
1.3 Tujuan Makalah.............................................................................................................. 3
Bab II Pembahasan
2.1 Anatomi Fisiologi
2.1.1 Sistem Saraf Pusat.................................................................................................. 4
2.1.2 Sistem Saraf Tepi.................................................................................................. 10
2.2 Meningitis
2.1.1 Definisi................................................................................................................... 13
2.1.2 Etiologi................................................................................................................... 13
2.1.3 Klasifikasi.............................................................................................................. 13
2.1.4 Manifestasi Klinis.................................................................................................. 15
2.1.5 Pathway………………………………………………………………………….. 16
2.1.6 Farmakologi……………………………………………………………………… 18
2.1.7 Pemeriksaan Penunjang………………………………………………………… . 18
2.1.8 Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Meningitis.......................................... 19
Bab III Penutup
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................... 26
Daftar Pustaka
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
paling dalam yang langsung berhubungan dengan permukaan
jaringan otak serta mengikuti konvulosinya (piamater)
Lobus Frontalis
Lobus frontalis mencakup bagian dari korteks serebrum bagian
depan yaitu dari sulkus sentrals (suatu fisura atau alur) dan di
dasar sulkus lateralis. Bagian ini memeliki area motorik dan
pramotorik. Area broca terletak di lobus frontalis dan
mengontrol ekspresi bicara. Area asosiasi di lobus frontalis
5
menerima informasi dari seluruh otak dan mmenggabungkan
informasi-informasi tersebut menjadi pikiran, rencana dan
perilaku. Lobus frontalis bertanggung jawab untuk perilaku
bertujuan, penentuan keputusan moral dan pemikiran yang
kompleks. Lobus frontalis memodifikasi dorongan-dorongan
emosional yang oleh sistem limbik dan reflek vegetatif dari
batang otak.
Lobus Parietalis
Lobus parietalis adalah daerah korteks yang terletak
dibelakang sulkus sentralis diatas fisura lateralis, dan meluas
kebelakang dan meluas kebelakang fisura parieto-oksipitalis.
Lobus ini merupakan area sensorik primer otak untuk sensasi
raba dan pendengaran. Sel lobus parietalis bekerja sebagai area
asosiasi sekunder untuk menginterpretasikan rangsangan yang
datang. Lobus parietalis menyampaikan informasi sensorik ke
banyak daerah lain di otak, termasuk area asosiasi motorik dan
visual disebelahnya.
Lobus Oksipitalis
Lobus ini terletak disebelah posterior dari lobus parietalis dan
di atas fisura parieto-oksipitalis, yang memisahkannya dari
serebelum. Lobus ini adalah pusat asosiasi visual utama. Lobus
ini menerima informasi yang berasal dari daerah mata retina.
Lobus Temporalis
Lobus temporalis mencakup bagian korteks serebrum yang
berjalan kebawah fisura lateralis dan kesebelah daerah
posterior dari fisua parieto-okspitalis. Lobus temporalis adalah
daerah asosiasi primer untuk informasi audiotorik dan
mencakup ke area wernicke tempat interpretasi bahasa. Lobus
6
ini juga terletak dalam interpretsi bau dan penyimpanan
memori.
b Otak Tengah (Mesensefalon)
Segemen batang otak yang berlokasi antara diensofalon dan
pons. Bagian otak ini merupakan penghubung antara pons dan
serebelum dengan serebrum. Struktur anatomi fungsional otak
tengah terdiridari empat bagian:
1. Tektum
Merupakan bagian paling dorsal yang dibatasi oleh lamina
kuadrigemina dan akuduktus sylvius. Lamina kuadrigemina
terdiri atas sepasang koli kulus superior dan kolikulus
inferior. Kolikulus merupakan pusat reflek untuk membantu
mengkoordinasi gerakan bola mata dan kepala, regulasi
mekanisme untuk fokus penglihatan dan pengaturan ukuran
pupil terhadap stimulus cahaya. Kolikulus inferior
merupakan stasiun penyampaian serabut-serabut auditorius
yang berasal dari lemninskus medialis menuju ke korpus
genikulatum lateralis serta berakhir dikorteks pendengaran
lobus temporalis.
2. Tegmentum
Mengandung neuron-neuron yang merupakan dari bagian
formasio retikularis yangberfungsi untuk mengaktivasi
korteks (Reticular Ascending System / RAS). Tegementum
merupakan anyaman sel-sel saraf dengan jalinan serabut-
serabutnya yang terletak mulai dari kornu posterior segmen
servikal atas sampai rostral pada diensefalon.
3. Substansia nigra
Terletak antara tegmentum dan penduklus serebri. Warnaya
gelap karena neuron-neuronnya yang mengandung melanin.
7
Fungsi substansia nigra adalah sebagai bagian dari sistem
motorik ekstrapiramidal.
4. Pendukulus serebri
Tersusunoleh jaras-jaras desenden yaitu traktus
kortikospinal, traktur kortikonuklearis, dan kortikopontin.
c Otak Depan (Diensefalon)
8
subtalamus dapat menimbulkan diskinesia dramatis yang
disebut hemibalismus.
Epitalamus
Epitalamus merupakan pita sempit jaringan saraf yang
membentuk atap diensefalon. Struktur utama arena ini adalah
nukleus habenular dan komisura, komisura posterior, striae
medularis dan epifisi. Epitalamus berhubungan dengan sistem
limbik dan berperan pada beberapa dorongan emosi dasar dan
integrasi informasi olfaktorius. Epifs mensekresi melatonin dan
membantu mengatur irama sirkadian tubuh serta menghabat
hormon gonadotropin
Hipotalamus
Hipotalamus terletak dibawah talamus. Hipotalamus
berkaitan dengan pengaturan rangsangan dari sistem susunan
saraf otonom perifer yang menyertai ekspresi tingkah laku dan
emosi.
d Otak Kecil (Serebelum)
Serebelum memiliki 3 fungsi utama, yaitu mempertahankan
postur dan keseimbangan, tonus otot dan koordinator gerakan
volunteer
e Pons merupakan jembatan penghubung antara otak tengah
dengan medula oblongata
f Sumsum Lanjutan (Medulla Oblongata)
Sumsum lanjutan berfungsi menghantar impuls yang datang
dari medula spinalis menuju ke otak. Sumsum sambung juga
memengaruhi jembatan, refleks fisiologi seperti detak jantung,
tekanan darah, volume dan kecepatan respirasi, gerak alat
pencernaan, dan sekresi kelenjar pencernaan.
9
g Sumsum Tulang Belakang
Sumsum tulang belakang memiliki 2 fungsi utama, yaitu
sebagai penghubung impuls yang berasal dari otak serta sebagai
pusat gerak refleks. Sumsum tulang belakang menempati
rongga tulang belakang dan berbentuk memanjang.
a Saraf somatik
Saraf somatik terdiri dari sel-sel saraf yang menerima dan
memproses input sensorik eksternal dari reseptor sensorik serta
menghantarkannya menuju susunan saraf pusat. Saraf somatik
10
(motorik) terususun olehjaras neuronal yangturun dari otak dan
medula spinalis untuk mengatur lower neuron. Sistem ini
meregulasi kontraksi volunter otot rangka, saraf somatik terbagi
menjadi 12 pasang saraf kranial, 12 pasang saraf kranial yaitu:
11
b Saraf otonom
Saraf otonom terbagi menjadi 2 yaitu:
Sistem saraf simpatik, yang mempunyai aktifitas stimulus
khususnya pada keadaan darurat. Responnya antara lain adalah
peningkatan denyut jantung dan kekuatan otot jantung,
peningkatan gula darah dan peningkatan tekanan darah.
Sistem saraf parasimpatik, berkaitan dengan aktifitas
untuk konservasi dan restorasi, seperti penurunan denyut
jantung dan kekuatannya aktivitas gastrointestinal (pencernaan
dan absorbsi makanan).
Sumber: Ilmudasar.com,2016
12
2.2 Meningitis
2.1.1 Definisi
Meningitis adalah suatu infeksi purulen lapisan otak yang
pada orang dewasa hanya terbatas didalam ruang subaraknoid,
namun pada bayi cenderung meluas sampai kerongga subdural
sebagai suatu efusi atau empilema subdural (leptomeningitis)
atau bahkan kedalam otak (meningoesnsefalitis) (Satyanegara,
2014.Ilmu Bedah Syaraf.Edisi V).
2.1.2 Etiologi
a Pada orang dewasa, bakteri penyebab tersering adalah
Diplococcus pneumonia dan Neiseria meningitidis
stafilokokus, dan gram negative.
b Pada anak-anak bakteri tersering adalah Hemophylus
influenza Neiseria meningitidis dan Diplococcus pneumonia
(Hudak & Galo, 2012).
2.1.3 Klasifikasi
1. Meningitis diklasifikasikan sesuai dengan faktor penyebabnya:
a. Asepsis
Meningitis asepsis mengacu pada salah satu meningitis
virus atau menyebabkan iritasi meningen yang
disebabkan oleh abses otak, ensefalitis, limfoma,
leukimia, atau darah di ruang subarakhnoid. Eksudat
yang biasanya terjadi pada meningitis bakteri tidak
terjadi pada meningitis virus dan tidak ditemukan
organisme pada kultur cairan otak. Peradangan terjadi
pada seluruh korteks serebri dan lapisan otak.
Mekanisme atau respons dari jaringan otak terhadap
virus bervariasi bergantung pada jenis sel yang terlibat.
13
b. Sepsis
Meningitis sepsis menunjukkan meningitis yang
disebabkan oleh organisme bakteri seperti
meningokokus, stafilokokus, atau basilus influenza.
Bakteri paling sering dijumpai pada meningitis bakteri
akut, yaitu Neiserria meningitdis (meningitis
meningokokus), Streptococcus pneumoniae (pada
dewasa), dan Haemophilus influenzae (pada anak-anak
dan dewasa muda). Bentuk penularannya melalui kontak
langsung, yang mencakup droplet dan sekret dari hidung
dan tenggorok yang membawa kuman (paling sering)
atau infeksi dari orang lain. Akibatnya, banyak yang
tidak berkembang menjadi infeksi tetapi menjadi
pembawa (carrier). Insiden tertinggi pada meningitis
disebabkan oleh bakteri gram negatif yang terjadi pada
lansia sama seperti pada seseorang yang menjalani bedah
saraf atau seseorang yang mengalami gangguan respons
imun.
c. Tuberkulosa
Meningitis tuberkulosa disebabkan oleh basilus tuberkel.
Infeksi meningen umumnya dihubungkan dengan satu atau
dua jalan, yaitu melalui salah satu aliran darah sebagai
konsekuensi dari infeksi-infeksi bagian lain, seperti
selulitis, atau melalui penekanan langsung seperti didapat
setelah cedera traumatik tulang wajah. Dalam jumlah kecil
pada beberapa kasus merupakan iatrogenik atau hasil
sekunder prosedur invasif seperti lumbal pungsi) atau alat-
alat invasif (seperti alat pemantau TIK).
14
2. Meningitis dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan perubahan
yang terjadi pada cairan otak, yaitu :
- Meningitis Serosa
Adalah radang selaput otak araknoid dan piameter yang
disertai cairan otak yang jernih. Penyebab terseringnya
adalah Mycobacterium tuberculosa. Penyebab lainnya
virus, Toxoplasma gondhii dan Ricketsia.
- Meningitis Purulenta
Adalah radang bernanah arakhnoid dan piameter yang
meliputi otak dan medula spinalis. Penyebabnya antara
lain : Diplococcus pneumoniae (pneumokokus),
Neisseria meningitis (meningokokus), Streptococcus
haemolyticuss, Staphylococcus aureus, Haemophilu
influenzae, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae,
Peudomonas aeruginosa (Satyanegara, 2010).
15
Pathway Meningitis
Bakteri, virus, jamur, protozoa Masuk kenosofaring Menyerang pembuluh darah
(mikroorganisme)
Masuk melalui luka Masuk kepembuluh darah Masuk keserebral melalui pembuluh darah
terbuka
Hiperperfusi
Reaksi Inflamasi Akumulasi sekret Metabolisme bakteri
16
Peningkatan komponen
darah diserebral
Akumulasi sekret
Penekanan pada
Kejang
hipotalamus
Peningkatan vikositas
Bakteri masuk kealiran
darah
balik vena kejantung Peningkatan
peningkatan listrik Peningkatan rangsangan
pada sel-sel saraf pada hipofise posterior
Hambatan penyerapan motorik
Darah diedarkan keseluruh CSS oleh vertical III
tubuh Perforasi keringat
Demam
berlebih
D. M
A. Mu B. M C. P e
al er e
an F. Sel
neuron
E. Penurun G. M pada
an H. Ali e
ran n
dar J. Penu
I. Ketisda
L. R runa
kseimb
K. Pen a n
angan
ing n
N. K M. Penu
P. Me
e runan
O. Baradik nur
t
ardi dan unk
pernafas S. O R. Penu
Q. Pe
mb t mpuk
eng an
kak T. O
U. Ganggu t
an W. Ke
V. P o
tid
e t
ak
m
b
17
2.1.5 Farmakologi
18
d. MRI, CT-scan/angiografi
A. Pengkajian Primer
a. Airway
Adanya sumbatan atau obstruksi jalan napas oleh adanya
penumpukan sekret akibat kelemahan refleks batuk. Jika
ada obstruksi maka lakukan :
c. Circulation
tekanan darah dapat normal atau meningkat, hipotensi
terjadi pada tahap lanjut, takikardi, bunyi jantung normla
pada tahap dini,
disritmia, kulit dan membran mukosa pucat, dingin,
sianosis pada tahap lanjut.
19
d. Disability
Menilai kesadaran dengan cepat,apakah sadar, hanya respon
terhadap nyeri atau atau sama sekali tidak sadar.
B. Pengkajian Sekunder
1. Anamnesa
Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien atau orang
tua membawa anaknya untuk meminta pertolongan
kesehatan adalah panas badan tinggi, kejang, dan
penurunan tingkat kesadaran.
20
4. Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan Kaku Kuduk
Pemeriksaan ini biasanya positif pada pasien dengan
meningitis. Tangan pemeriksa diletakkan di bawah kepala
pasien yang berbaring kemudian dilakukan fleksi pada kepala
sampai dagu menyentuh dada. Tangan pemeriksa satunya
diletakkan didada pasien untuk mencegah diangkatnya badan.
Bila ada tahanan atau dagu tidak dapat mencapai dada maka
dapat disimpulkan hasil pemeriksaan ini positif. Pada pasien
dengan penurunan kesadaran, pemeriksaan lebih baik
dilakukan pada saat ada ekspirasi karena pada saat inspirasi
biasanya didapatkan sedikit tahanan sehingga dapat
menimbulkan salah tafsir. Pemeriksaan ini juga dapat positif
pada keadaan-keadaan seperti miositis otot, abses
retrofaringeal, dan artritis servikal. Cara membedakan kaku
kuduk dari keadaan-keadaan tersebut adalah dengan
melakukan rotasi dan ekstensi kepala.
b. Pemeriksaan saraf kranial
Saraf I.
Biasanya pada klien meningitis tidak ada kelainan fungsi
penciuman.
Saraf II.
Tes ketajaman penglihatan pada kondisi normal. Pemeriksaan
papiledema mungkin didapatkan terutama pada meningitis
supuratif disertai abses serebri dan efusi subdural yang
menyebabkan terjadinya peningkatan TIK.
Saraf III, IV, dan VI.
Pemeriksaan fungsi dan reaksi pupil pada klien meningitis
yang tidak disertai penurunan kesadaran biasanya tanpa
21
kelainan. Pada tahap lanjut meningitis yang telah mengganggu
kesadaran, tanda-tanda perubahan dari fungsi dan reaksi pupil
akan didapatkan. Dengan alasan yang tidak diketahui, klien
meningitis mengeuh mengalami fotofobia atau sensitif yang
berlebihan terhadap cahaya
Saraf V.
Pada klien meningitis umumnya tidak didapatkan paralisis
pada otot wajah dan refleks kornea biasanya tidak ada
kelainan.
Saraf VII.
Persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah simetris.
Saraf VIII.
Tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli persepsi.
Saraf IX dan X.
Kemampuan menelan baik.
Saraf XI.
Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius.
Adanya usaha dari klien untuk melakukan fleksi leher dan
kaku kuduk (regiditas nukal)
Saraf XII.
Lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak ada
fasikulasi. Indra pengecapan normal.
c. Pemeriksaan refleks
Pemeriksaan refleks dalam, pengetukan pada tendon,
ligamentum atau periosteum derajat refleks pada respons
normal
22
C. Diagnosa keperawatan
1. Monitor kecepatan,
ritme, kedalaman dan
usaha klien saat bernafas
2. Catat pergerakan dada,
simetris atau tidak,
23
menggunakan otot bantu
pernafasan
3. Monitor suara nafas
seperti wheezing, ronkhi.
4. Monitor pola nafas:
bradypnea, tachypnea,
hiperventilasi, respirasi
kussmaul, respirasi
cheyne-stokes.
2 Nyeri b.d NOC NIC
peningkatan - Tingkatan nyeri 1. Ajarkan Teknik relaksasi
permeabillitas - Kontrol nyeri nafas dalam
kapiler - Tingkat kenyamanan 2. Ajarkan metode distraksi
3. Berikan kesempatan
Kriteria hasil: waktu istirahat bila terasa
1. Mampu mengontrol nyeri nyeri dan berikan posisi
2. Melaporkan bahwa nyeri berkurang yang nyaman
dengan menggunakan skala nyeri. 4. Observasi tingkat nyeri
3. Menyatakan rasa nyaman setelah
nyeri berkurang.
4. Mampu mengenali nyeri.
2. 3 kekurangan Kriteri hasil: Electrolyte Monitoring
volume cairan 1. TTV dalam rentang normal:
1. Identifikasi kemungkinan
b.d kehilangan Suhu : 36,5-37,5 0C
penyebab
cairan aktif Nadi : 60-100 x/menit
ketidakseimbangan
RR : 12-24 x/menit
elektrolit.
Yang ditandai TD : 100/60-120/80 mmHg
2. Monitor adanya kehilangan
dengan : 2. Nadi perifer dapat teraba.
cairan dan elektrolit.
Penurunan 3. Turgor kulit <3 detik, membrane
3. Monitor adanya mual,
tugor kulit mukosa lembab
muntah, dan diare.
Keringat 4. Tidak ada rasa haus yang
Fluid Management
berlebih berlebihan
Penurunan 5. Hematokrit rentang normal 1. Monitor status hidrasi
haluaran urin (membran mukus, tekanan
Penurunan ortostatik, keadekuatan
berat badan denyut nadi).
Haus 2. Monitor keakuratan intake
24
Kelemahan dan output cairan.
3. Monitor vital signs pasien.
4. Monitor pemberian terapi
IV
4.. Hipertermia b.d NOC NIC
proses infeksi Termoregulasi
Monitoring tanda-tanda vital
Kriteria hasil :
Yang ditandai : Suhu tubuh dalam rentang normal 1. Monitor tekanan darah,
kulit Nadi dan respirasi dalam rentang nadi, suhu, dan respirasi.
kemerahan normal
Pengobatan demam
peningkatan Tidak ada perubahan warna kulit
suhu tubuh dan tidak ada pusing 1. Selimuti pasien
normal (Kompres)
Takipnea
Kulit terasa
hangat
25
BAB III
PENUTUP
3.1
3.1 Kesimpulan
Sistem saraf merupakan jaringan sistem manunggal dan
terpadu.Sistem saraf dikelompokkan menjadi dua yaitu, sistem saraf
pusat dan saraf tepi. Sistem saraf adalah salah satu sistem koordinasi
yang berfungsi untuk menyampaikan rangsangan secara cepat dari
reseptor yang akan dideteksi dan direspon oleh tubuh.
Sistem Saraf dikelompokan menjadi dua bagian besar yaitu
susunan saraf pusat/Central Nervous System (CNS) dan susunan saraf
perifer/Peripheral Nervous System (PNS).
Meningitis adalah suatu infeksi purulen lapisan otak yang pada
orang dewasa hanya terbatas didalam ruang subaraknoid, namun pada
bayi cenderung meluas sampai kerongga subdural sebagai suatu efusi
atau empilema subdural (leptomeningitis) atau bahkan kedalam otak
(meningoesnsefalitis).
26
Daftar Pustaka
Nurarif, Huda, Amin & Kusuma, Hadi. 2016 .Asuhan Keperawatan Praktis. Edisi
Revis Jilid 2.Jogjakarata:MediaAction
Muttaqin, Arif. 2012. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika
27
28