Anda di halaman 1dari 29

TREND DAN ISSUE PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM

PERSARAFAN

“Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Ajar Keperawatan Medikal Bedah III”

Disusun Oleh : Kelompok 4 SGD A

Annisa Putri Ayudia Rahayu (201FK03002)


Resa Yusmiati (201FK03003)
Pratiwi Subiyaningsih (201FK03006)

DOSEN : SUMBARA , S.Kep., Ners., M.Kep

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA
2022

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan Kepada Tuhan Yang Maha Esa. Berkat limpahan
rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan Makalah ini tentang “Trend
Dan Issue Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Persarafan” ini hingga selesai.
Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan
bagi para pembaca.
Karena keterbatasan wawasan dan pengetahuan, kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran
dan kritik dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Bandung, 27 juni 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

COVER................................................................................................................ i
KATA PENGANTAR........................................................................................ ii
DAFTAR ISI....................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 1
1.1 Latar belakang............................................................................................ 1
1.2 Rumusan masalah....................................................................................... 3
1.3 Tujuan penulisan........................................................................................ 3
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................... 4
2.1 Pengertian sistem saraf.............................................................................. 4
2.2 Penyusun sistem saraf................................................................................ 5
2.3 Fungsi sistem saraf..................................................................................... 7
2.4 Klasifikasi sistem saraf.............................................................................. 8
2.5 Mekanisme Penghantar impuls................................................................. 12
2.6 Penyakit dan kelainan pada sistem saraf................................................... 17
2.7 Trend dan issue sistem saraf..................................................................... 23
BAB III PENUTUP..............................................................................................................
3.1 Kesimpulan.................................................................................................................
3.2 Saran...........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sistem saraf merupakan salah satu sistem dalam tubuh yang dapat be
rfungsi sebagai media komunikasi antar sel maupun organ dan dapat berfu
ngsi sebagai pengendali berbagai sistem organ lain serta dapat pula mempr
oduksi hormon (Singgih, 2003).
Sistem saraf tersusun atas dua tipe sel, yaitu neuron dan glia. Neuron
adalah sel saraf yang berperan dalam penerusuran informasi antar neuron d
an ke otot serta kelenjar. Neuron memiliki beragam ukuran, serta fungsi
(Kalat, 2010). Menurut perkiraan, jumlah neuron yang ada di dalam otak o
rang dewasa kurang lebih adalah 100 miliar (R.W. Williams dan Herrup d
alam Kalat 2010). Glia secara umum ukurannya lebih kecil daripada neuro
n, memiliki fungsi yang beragam, tetapi glia tidak meneruskan informasi d
engan jarak yang sangat jauh. Kerja neuron dan glia “entah bagaimana” da
pat menimbulkan begitu banyak ragam perilaku dan pengalaman. (Kalat, 2
010).
Pada manusia, sistem saraf mulai terbentuk ketika embrio masih beru
mur 2 minggu (Kalat 2010). Berdasarkan struktur dan fungsinya, sistem sa
raf secara garis besar dapat dibagi dalam sistem saraf pusat dan sistem sara
f tepi (Singgih, 2003). Seperti yang telah disampaikan oleh Singgih (2003)
bahwa sistem saraf manusia itu secara umum dibagi menjadi dua, yakni sis
tem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Sistem saraf pusat terdiri dari otak da
n medulla spinalis yang mempunyai beragam pusat dengan fungsi yang be
rbeda-beda. Sistem saraf tepi dan pusat bekerja secara sadar. Sebelumnya
masuk ke bagian penyusunan sistem saraf, akan dipaparkan mengenai istil
ah yang sering digunakan dan fungsiya.
Neuron Sistem saraf terbuat dari sel-sel saraf yang disebut neuron. N
euron ini merupakan kesatuan struktural dan fungsional sistem saraf, dan t
erdiri atas badan sel, serabut-serabut saraf, dan selubungnya. Setiap neuron
terdiri dari satu badan sel yang di dalamnya terdapat sitoplasma dan inti se
l. Dari badan sel keluar dua macam serabut saraf, yaitu dendrit dan akson.

1
Badan sel saraf (soma) mengandung inti sel yang besar dan berbentuk sepe
rti pembuluh dengan membran yang tipis. Inti sel (nucleus) mengandung s
atu anak inti (nucleolus) dan sitoplasma yang disebut neuroplasma. Serabu
t sel saraf terdiri atas dua macam, yaitu dendrite dan akson (neurit). Dendri
t merupakan serabut saraf yang pendek, umumnya bercabang-cabang seper
ti pohon dengan bentuk dan ukuran berbeda-beda. Dendrit berfungsi mene
rima impuls yang dating dari ujung akson sel saraf lain ke badan sel saraf,
sedangkan akson merupakan serabut saraf yang panjang dan umumnya tid
ak bercabang. Akson berfungsi mengirimkan impuls dari badan sel ke kele
njar dan serabut otot. Akson biasanya sangat panjang, bisa mencapai ratus
an sentimeter. Sebaliknya, dendrit pendek. Menurut struktur dan fungsinya,
sel saraf dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu sel saraf sensoris, sel sar
af penghubung dan sel saraf motoris. Struktur dan fungsi sel terangkum da
lam tabel berikut (Jati, 2007: 180) Nama Struktur Fungsi Sel saraf sensoris
Badan sel bergelombang membentuk ganglia Akson pendek sedangkan de
ndritnya panjang Dendrit berfungsi menerima rangsang dari reseptor, seda
ngkan aksomn mengirimkan rangsang ke sel saraf lain atau sistem saraf pu
sat Sel saraf penghubung Dendrit pendek dan aksonnya ada yang pendek d
an ada yang panjang Menghubungkan sel saraf sensoris dan sel saraf moto
ris di sistem saraf pusat Sel saraf motoris Dendrit pendek dan aksonnya pa
njang Dendrit berfungsi menerima rangsang dari sel saraf lain sedangkan a
kson mengirim rangsang ke efektor berupa otot atau kelenjar Setiap neuro
n hanya mempunyai satu akson dan minimal satu dendrit. Kedua serabut s
araf ini berisi plasma sel. Pada bagian luar akson terdapat lapisan lemak di
sebut mielin yang dibentuk oleh sel Schwann yang menempel pada akson.
Sel Schwann merupakan sel glia utama pada sistem saraf perifer yang berf
ungsi membentuk selubung mielin. Fungsi mielin adalah melindungi akso
n dan memberi nutrisi. Bagian dari akson yang tidak terbungkus mielin dis
ebut nodus Ranvier, yang dapat mempercepat penghantaran impuls.

1.2 Rumusan Masalah

2
Adapun masalah yang akan dibahas dalam makalah ini, yaitu sebagai berikut :
1) Apa yang dimaksud dengan sistem saraf ?
2)  Apa saja penyusun sistem saraf ?
3) Apa saja fungsi sistem saraf ?
4) Apa saja klasifikasi sistem saraf ?
5) Bagaimana mekanisme penghantar impuls ?
6) Apa saja penyakit dan kelainan pada sistem saraf ?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu sebagai berikut :
1) Untuk mengetahui pengertian sistem saraf.
2) Untuk mengetahui apa saja penyusun sistem saraf.
3) Untuk mengetahui fungsi sistem saraf
4) Untuk mengetahui klasifikasi sistem saraf.
5) Untuk mengetahui mekanisme penghantar impuls.
6) Untuk mengetahui kelainan yang terjadi pada sistem saraf.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sistem Saraf


Sistem saraf terdiri dari berjuta-juta sel saraf yang bentuknya bervariasi.
Sistem ini terdiri dari sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Sistem saraf ada
lah salah satu sistem koordinasi yang berfungsi untuk menyampaikan rangsan
gan dari reseptor yang akan dideteksi dan direspon oleh tubuh. Sistem saraf m
emungkinkan makhluk hidup dapat menanggapi perubahan-perubahan yang te
rjadi di lingkungan luar maupun dalam secara cepat.
Sistem saraf terdiri dari jutaan sel saraf yang sering disebut dengan neur
on . berfungsi dalam mengirimkan pesan (impuls) yang berupa rangsangan ata
upun tanggapan. Untuk menanggapi rangsangan tersebut, ada 3 komponen yan
g harus dimiliki oleh sistem saraf, antara lain :
1. Reseptor
Reseptor adalah sel yang memberikan respon terhadap ransan
gan terhadap lingkungan eksternal maupun internal kemudian rese
ptor akan mengubah rangsangan yang diterima menjadi suatu impu
ls saraf yang akan di teruskan melalui neuron. Pada tubuh kita yang
bertindak sebagai reseptor adalah alat indera.
2. Penghantar impuls
Penghantar impuls dikerjakan oleh saraf itu sendiri tanpa bantu
an organ – organ lain. Saraf tersusun dari berkas serabut penghubu
ng (akson). Pada serabut penghubung terdapat sel-sel khusus yang
memanjang dan meluas.
3. Efektor
Efektor adalah sel atau organ yang di gunakan untuk beraksi ter
hadap rangsangan baik dari dalam maupun dari luar tubuh dapat di
artikan sebagai bagian yang menanggapi rangsangan yang telah dia
ntarkan oleh penghantar impuls. Bagian utama efektor pada manusi
a adalah otot dan kelenjar.
2.2 Penyusun Sistem Saraf

4
Sistem saraf tersusun atas sel-sel saraf yang disebut neuron. Neuron
merupakan unit struktural dan fungsional dari sistem saraf. Neuron memilik
i kemampuan mersepon rangsangan yang cukup kuat. Neuron tidak bisa me
ngalami pembelahan sehingga tidak dapat diganti jika sudah rusak. Neuron
bersatu membentuk jaringan untuk mengantarkan suatu impuls (rangsanga
n).
1. Berdasarkan Bentuknya
Berdasarkan bentuknya, satu sel saraf terdiri dari badan sel, dendrit,
dan akson.
a) Badan Sel
Badan sel saraf adalah bagian yang terbesar dari sel saraf.
Badan sel dapat berfungsi sebagai penerima rangsangan dari de
ndrit dan kemudian diteruskannya menuju ke akson. Pada bada
n sel saraf terdapar inti sel, sitoplasma, mitokondria, sentrosom,
badan golgi, lisosom, dan badan nisel.
b) Dendrit
Dendrit merupakan serabut sel saraf pendek, bercabang-cab
ang dan perluasan dari badan sel. Dendrit memiliki fungsi seba
gai penerima dan pengantarkan rangsangan ke badan sel. Dendr
it mengandung badan Nissl dan organel. Pada umumnya neuron
terdiri dari beberapa dendrite. Dendrit tidak mengandung selub
ung myelin maupun neurolema.
c) Akson
Akson sering disebut juga neurit. Bagian ini merupakan tonj
olan sitoplasma yang panjang dan berfungsi untuk meneruskan
impuls saraf yang berupa informasi berita dari badan sel. Akson
memiliki bagian-bagian yang spesifik ,yaitu sebagai berikut :

1) Neurofibril

5
Neurofibril merupakan bagian terdalam dari akson ya
ng berupa serabut-serabut halus.Bagian-bagian inilah yang
memilik tugas pokok untuk meneruskan impuls.
2) Selubung Mielin
Bagian ini tersusun oleh sel-sel pipih yang disebut sch
wan. Selubung mielin merupakan bagian paling luar dari a
kson yang berfungsi untuk melindungi akson. Selain itu, ba
gian ini pulalah yang memberikan nutrisi dan bahan-bahan
yang diperlukan untuk mempertahankan kegiatan dari akso
n.
3) Nodus Ranvier
Nodus ranvier merupakan bagian akson yang menyem
pit dan tidak dilapisi selubung mielin. Bagian ini tersusun d
ari sel-sel pipih. Dengan bagian ini, terlihat bagian akson ta
mpak berbuku-buku. Agar lebih dapat memahami tentang s
truktur dan bentuk neuron.
d) Kelompok-kelompok serabut saraf, akson dan dendrit bergabun
g dalam satu selubung dan membentuk urat saraf.Sedangkan ba
dan sel saraf berkumpul membentuk ganglion atau simpul saraf.
2. Berdasarkan Struktur dan Fungsinya
Berdasarkan struktur dan fungsinya, sel saraf dapat dibagi menja
di 3 macam, yaitu sel saraf sensori, sel saraf motor, dan sel saraf int
ermediet (asosiasi).
a) Sel saraf sensori
Sel saraf sensori merupakan neuron yang badan selnya bergero
mbol membentuk ganglia, aksonnya pendek tetapi dendritnya p
anjang. Neuron sensorik berhubungan dengan alat indra untuk
menerima rangsangan. Fungsi sel saraf sensori sebagai penghan
tar impuls dari reseptor ke sistem saraf pusat, yaitu otak (ensefa
lon) dan sumsum belakang (medula spinalis). Ujung akson dari
saraf sensori berhubungan dengan saraf asosiasi (intermediet).
b) Sel saraf motorik

6
Sel saraf motorik merupakan neuron yang memiliki dendrit yan
g pendek dan akson yang panjang. Dendrit berhubungan denga
n akson lain, sedangkan akson berhubungan dengan efektor yan
g berupa otot atau kelenjar. Fungsi sel saraf motor sebagai peng
irim impuls dari sistem saraf pusat ke otot atau kelenjar yang ha
silnya berupa tanggapan dari tubuh terhadap rangsangan. Badan
sel saraf motor berada di sistem saraf pusat. Dendritnya sangat
pendek berhubungan dengan akson saraf asosiasi, sedangkan ak
sonnya dapat sangat panjang.
c) Sel saraf intermediet (Neuron konektor)
Sel saraf intermediet disebut juga sel saraf asosiasi. Sel ini dapa
t ditemukan di dalam sistem saraf pusat dan berfungsi menghub
ungkan sel saraf motor dengan sel saraf sensori atau berhubung
an dengan sel saraf lainnya yang ada di dalam sistem saraf pusa
t. Sel saraf intermediet menerima impuls dari reseptor sensori at
au sel saraf asosiasi lainnya.

2.3 Fungsi Sistem Saraf


Sistem saraf mempunyai beberapa fungsi, diantaranya yaitu sebagai beri
kut.
1) Menerima berbagai sensasi dari dalam dan luar tubuh.
2) Bereaksi pada sensasi tersebut, menghadapinya secara otomatis atau
merasakan dan memikirkannya.
3) Menyimpan memori dan melepaskannya bila dibutuhkan.
4) Mengekspresikan emosi.
5) Mengirimkan pesan untuk bagiab sistem saraf lain, untuk otot, kelenj
ar endokrin dan organ lain.
6) Mengontrol tubuh dengan mempertahankan kesehatan, menghindari a
tau menghadapi bahaya, dan meningkatkan aktivitas yang menyenang
kan.

2.4 Klasifikasi Sistem Saraf

7
Susunan sistem saraf manusia tersusun dari sistem saraf pusat dan sist
em saraf tepi. Sistem saraf pusat terdiri atas otak dan sumsum tulang belaka
ng. Sedangkan sistem saraf tepi terdiri atas sistem saraf somatis dan sistem
saraf otonom.
1. Sistem Saraf Pusat
Sistem saraf pusat meliputi otak (ensefalon) dan sumsum tulang belaka
ng (Medula spinalis). Keduanya merupakan organ yang sangat lunak, d
engan fungsi yang sangat penting maka perlu perlindungan dari rangka.
a. Otak
Otak terdiri dari dua belahan, belahan kiri mengendalikan tubuh ba
gian kanan, belahan kanan mengendalikan belahan kiri.Mempunya
i permukaan yang berlipat-lipat untuk memperluas permukaan sehi
ngga dapat ditempati oleh banyak saraf.Otak juga sebagai pusat pe
nglihatan, pendengaran, kecerdasan, ingatan, kesadaran, dan kema
uan.Bagian dalamnya berwarna putih berisi serabut saraf, bagian l
uarnya berwarna kelabu berisi banyak badan sel saraf. Otak terdiri
dari 3 bagian, yaitu
1) Otak depan (Prosoncephalon)
Otak depan berkembang menjadi telencephalon dan diencepha
lon. Telencephalon berkembang menjadi otak besar (Cerebru
m). Diencephalon berkembang menjadi thalamus, hipotamus.
Otak besar (Cerebrum)
Otak besar mempunyai fungsi dalam pengaturan semua aktivit
as mental, yaitu yang berkaitan dengan kepandaian (intelegens
i), ingatan (memori), kesadaran, dan pertimbangan.Otak besar
merupakan sumber dari semua kegiatan/gerakan sadar atau ses
uai dengan kehendak, walaupun ada juga beberapa gerakan ref
leks otak. Pada bagian korteks otak besar yang berwarna kelab
u terdapat bagian penerima rangsang (area sensor) yang terleta
k di sebelah belakang area motor yang berfungsi mengatur ger
akan sadar atau merespon rangsangan. Selain itu terdapat area
asosiasi yang menghubungkan area motor dan sensorik. Area i

8
ni berperan dalam proses belajar, menyimpan ingatan, membu
at kesimpulan, dan belajar berbagai bahasa. Di sekitar kedua a
rea tersebut dalah bagian yang mengatur kegiatan psikologi ya
ng lebih tinggi. Misalnya bagian depan merupakan pusat prose
s berfikir (yaitu mengingat, analisis, berbicara, kreativitas) da
n emosi. Pusat penglihatan terdapat di bagian belakang. thala
mus terdiri dari sejumlah pusat syaraf dan berfungsi sebagai “t
empat penerimaan untuk sementara” sensor data dan sinyal-si
nyal motorik, contohnya untuk pengiriman data dari mata dan
telinga menuju bagian yang tepat dalam korteks. hypothalamu
s berfungsi untuk mengatur nafsu makan dan syahwat dan me
ngatur kepentingan biologis lainnya.
2) Otak tengah (Mesencephalon)
Otak tengah terletak di depan otak kecil dan jembatan varol. D
i depan otak tengah terdapat talamus dan kelenjar hipofisis ya
ng mengatur kerja kelenjar-kelenjar endokrin. Bagian atas (do
rsal) otak tengah merupakan lobus optikus yang mengatur refl
eks mata seperti penyempitan pupil mata, dan juga merupakan
pusat pendengaran.Otak tengah tidak berkembang dan tetap m
enjadi otak tengah.
3) Otak belakang (Rhombencephalon)
Otak belakang berkembang menjadi metencephalon dan miele
ncephalon.Metencephalon berkembang menjadi cerebellum da
n pons varolli.Sedangkan mielencephalon berkembang menja
di medulla oblongata.
Otak kecil (serebelum)
Serebelum mempunyai fungsi utama dalam koordinasi geraka
n otot yang terjadi secara sadar, keseimbangan, dan posisi tub
uh.Bila ada rangsangan yang merugikan atau berbahaya maka
gerakan sadar yang normal tidak mungkin dilaksanakan.
Sumsum sambung (medulla oblongata)

9
Sumsum sambung berfungsi menghantar impuls yang datang
dari medula spinalis menuju ke otak.Sumsum sambung juga
memengaruhi jembatan, refleks fisiologi seperti detak jantung,
tekanan darah, volume dan kecepatan respirasi, gerak alat pen
cernaan, dan sekresi kelenjar pencernaan. Selain itu, sumsum
sambung juga mengatur gerak refleks yang lain seperti bersin,
batuk, dan berkedip.
Jembatan varol (pons varoli)
Jembatan varol berisi serabut saraf yang menghubungkan otak
kecil bagian kiri dan kanan, juga menghubungkan otak besar d
an sumsum tulang belakang..
b. Sumsum tulang belakang (medula spinalis)
Pada penampang melintang sumsum tulang belakang tampak
bagian luar berwarna putih, sedangkan bagian dalam berbentuk ku
pu-kupu dan berwarna kelabu.Pada penampang melintang sumsum
tulang belakang ada bagian seperti sayap yang terbagi atas sayap a
tas disebut tanduk dorsal dan sayap bawah disebut tanduk ventral.
Impuls sensori dari reseptor dihantar masuk ke sumsum tulang bel
akang melalui tanduk dorsal dan impuls motor keluar dari sumsum
tulang belakang melalui tanduk ventral menuju efektor. Pada tand
uk dorsal terdapat badan sel saraf penghubung (asosiasi konektor)
yang akan menerima impuls dari sel saraf sensori dan akan mengh
antarkannya ke saraf motor.

2. Sistem Saraf Perifer


Sistem saraf perifer adalah saraf-saraf yang berada di luar sistem s
araf pusat (otak dan sumsum ulang belakang). Sistem saraf perifer mer
upakan saraf yang menyebar pada seluruh bagian tubuh yang melayani
organ-organ tubuh tertentu,seperti kulit, persendian, otot, kelenjar, salu
ran darah dan lain-lain. Tidak seperti sistem saraf pusat, sistem saraf pe
rifer tidak dilindungi tulang.Sistem saraf perifer disusun oleh saraf otak
(saraf kranial), yaitu saraf-saraf yang keluar dari otak, dan saraf sumsu

10
m tulang belakang (saraf spinal), yaitu saraf-saraf yang keluar dari sum
sum tulang belakang.
3. Saraf Volunter/Somatik (disadari)
Yaitu sistem saraf yang mengatur segala gerakan yang dilakukan
secara sadar atau dibawah koordinasi saraf pusat atau otak. Berdasarka
n asalnya sistem saraf sadar dibedakan menjadi dua yaitu: sistem saraf
kepala (cranial) dan sistem saraf tulang belakang (spinal).
4. Sistem Saraf Involunter/Otonom (Tidak Disadari)
Sistem saraf otonom mempunyai peran dalam mengendalikan tub
uh yang tidak kita sadari, seperti denyut jantung, gerakan-gerakan pada
saluran pencernaan, sekresi enzim dan keringat.
Sistem saraf otonom disusun oleh serabut saraf yang berasal dari o
tak maupun dari sumsum tulang belakang dan menuju organ yang bers
angkutan.Dalam sistem ini terdapat beberapa jalur dan masing-masing
jalur membentuk sinapsis yang kompleks dan juga membentuk ganglio
n. Urat saraf yang terdapat pada pangkal ganglion disebut urat saraf pra
ganglion dan yang berada pada ujung ganglion disebut urat saraf post g
anglion.
Sistem saraf otonom dapat dibagi atas sistem saraf simpatik dan si
stem saraf parasimpatik.Perbedaan struktur antara saraf simpatik dan p
arasimpatik terletak pada posisi ganglion.Saraf simpatik mempunyai ga
nglion yang terletak di sepanjang tulang belakang menempel pada sum
sum tulang belakang sehingga mempunyai urat pra ganglion pendek, se
dangkan saraf parasimpatik mempunyai urat pra ganglion yang panjan
g karena ganglion menempel pada organ yang dibantu.Sistem saraf sim
patetik dan parasimpatetik mempunyai efek yang berlawanan (antagoni
s). Sistem saraf parasimpatetik : memperlambat denyut jantung, menur
unkan tekanan darah mempercepat gerakan-gerakan usus serta sekresi
kelenjar. Sementara sistem saraf simpatetik kebalikannya.
Parasimpatik
 mengecilkan pupil
   menstimulasi aliran ludah

11
 memperlambat denyut jantung
 membesarkan bronkus
 menstimulasi sekresi kelenjar pencernaan
 mengerutkan kantung kemih
Simpatik
 memperbesar pupil
 menghambat aliran ludah
 mempercepat denyut jantung
 mengecilkan bronkus
 menghambat sekresi kelenjar pencernaan
 menghambat kontraksi kandung kemih

2.5 Mekanisme Penghantar Impuls


Ada dua mekanisme jalannya impuls saraf, yaitu sebagai berikut :
a. Impuls Melalui Sel Saraf
Impuls dapat mengalir melalui serabut saraf karena adanya perbedaa
n potensial listrik antara bagian luar dan bagian dalam serabut saraf. Pada
saat sel saraf istirahat, sebelah dalam serabut saraf bermuatan negatif, kir
a-kira –60 mV, sedangkan di sebelah luar serabut saraf bermuatan positif.
Keadaan muatan listrik tersebut diberi nama potensial istirahat, sedangkan
membran serabut saraf dalam keadaan polarisasi. Jika sebuah impuls mera
mbat melalui sebuah akson, dalam waktu singkat muatan di sebelah dalam
menjadi positif, kira-kira +60 mV, dan muatan di sebelah luar menjadi ne
gatif. Perubahan tiba-tiba pada potensial istirahat bersamaan dengan impu
ls disebut potensial kerja. Pada saat ini terjadi depolarisasi pada selaput m
embran akson. Proses depolarisasi merambat sepanjang serabut saraf bers
amaan dengan merambatnya impuls. Akibatnya, muatan negatif di sebela
h luar membran merambat sepanjang serabut saraf.
Apabila impuls telah lewat, maka sementara waktu serabut saraf tid
ak dapat dilalui oleh impuls karena terjadi perubahan dari potensial kerja
menjadi potensial istirahat. Agar dapat berfungsi kembali, diperlukan wak
tu kira-kira 1/500 sampai 1/1.000 detik untuk pemulihan.

12
Kecepatan merambatnya impuls pada mamalia tertentu dapat lebih d
ari 100 meter per detik sedangkan pada beberapa hewan tingkat rendah kir
a-kira hanya 0,5 meter per detik. Ada dua faktor yang mempengaruhi kece
patan rambatan impuls saraf, yaitu selaput myelin dan diameter serabut sa
raf. Pada serabut saraf yang bermyelin, depolarisasi hanya terjadi pada no
dus ranvier sehingga terjadi lompatan potensial kerja, akibatnya implus sa
raf lebih cepat merambat. Semakin besar diameter serabut saraf semakin c
epat rambatan impuls sarafnya.
b. Impuls Melalui Sinapsis
Sinapsis merupakan titik temu antara ujung neurit dari suatu neruro
n dengan ujung dendrit dari neuron lainnya. Setiap ujung neurit membeng
kak membentuk bonggol yang disebut bonggol sinapsis. Pada bonggol sin
apsis tersebut terdapat mitokondria dan gelembung-gelembung sinapsis.
Gelembung-gelembung sinapsis tersebut berisi zat kimia neurotransmitter
yang berperan penting dalam merambatkan impuls saraf ke sel saraf lain.
Ada berbagai macam neurotransmitter, antara lain asetilkolin yang terdap
at pada sinapsis di seluruh tubuh, noradrenalin yang terdapat di sistem sar
af simpatik, dan dopamin serta serotonin yang terdapat di otak.
Antara ujung bonggol sinapsis dengan membran sel saraf berikutny
a terdapat celah sinapsis yang dibatasi oleh membran prasinapsis dan me
mbran postsinapsis dari sel saraf berikutnya atau membran efektor. Apabil
a impuls saraf sampai pada bonggol sinapsis, maka gelembung-gelembun
g sinapsis akan mendekati membran prasinapsis, kemudian melepaskan isi
nya, yaitu neurotransmitter, ke celah sinapsis. Impuls saraf dibawa oleh ne
urotransmitter ini. Neurotransmitter menyeberang celah sinapsis menuju
membran postsinapsis. Zat kimia neurotransmitter mengakibatkan terjadin
ya depolarisasi pada membran postsinapsis dan terjadilah potensial kerja.
Ini berarti impuls telah diberikan ke sarabut saraf berikutnya. Dengan dem
ikian impuls saraf menyeberangi celah sinapsis dengan cara perpindahan z
at-zat kimia, untuk kemudian dilanjutkan pada sal saraf berikutnya denga
n cara rambatan potensial kerja.

13
Impuls adalah rangsangan atau pesan yang diterima oleh reseptor da
ri lingkungan luar, kemudian dibawa oleh neuron.Impuls dapat juga dikat
akan sebagai serangkaian pulsa elektrik yang menjalari serabut saraf. Imp
uls yang diterima oleh reseptor dan disampaikan ke efektor akan menyeba
bkan terjadinya gerakan atau perubahan pada efektor. Gerakan tersebut ad
alah sebagai berikut.
1. Gerak sadar
Gerak sadar atau gerak biasa adalah gerak yang terjadi karena dis
engaja atau disadari. Impuls yang menyebabkan gerakan ini disampai
kan melalui jalan yang panjang, yaitu dari reseptor, ke saraf sensori, d
ibawa ke otak, untuk selanjutnya diolah oleh otak, kemudian hasil ola
han oleh otak, berupa tanggapan, dibawa oleh saraf motor sebagai per
intah yang harus dilaksanakan oleh efektor.
2. Gerak refleks
Gerak refleks merupakan gerakan yang terjadi tanpa dipengaruhi
kehendak atau tanpa disadari terlebih dahulu. Gerak refleks berjalan s
angat cepat dan tanggapan terjadi secara otomatis terhadap rangsanga
n.
Rangkaian (jalur) saraf yang terlibat dalam aktivitas refleks dise
but lengkung refleks, yaitu terdiri dari 5 komponen dasar : (1) resepto
r, (2) jalur aferen sensorik, (3) pusat pengintegrasi, (4) jalur aferen m
otorik, (5) efektor. Respon merespon stimulus yang merupakan suatu
perubahan atau kimia dalam lingkungan reseptor. Dalam merespon sti
mulus, reseptor mengubah energi stimulus menjadi energi bioelektrik
disebut potensial reseptor yang berbentuk potensial bertingkat. Potens
ial reseptor ini akan dirambatkan ke pusat pengintegrasi refleks-reflek
s dasar, sedangkan bagian otak yang lebih tinggi memproses refleks y
ang dipelajari. Pusat pengintegrasian memproses semua informasi ya
ng dapat diperoleh dari reseptor tersebut termasuk semua informasi d
ari input lain, kemudian membuat suatu keputusan tentan respon yang
sesuai. Instruksi dari pusat pengintegrasi diteruskan melalui lintasan e
feren ke efektor (suatu otot atau kelenjar) yang melaksanakan respon

14
yang diinginkan. Berikut adalah macam-macam gerak refleks berdasa
rkan pengklasifikasiannya, antara lain :
a) Gerak Refleks Berdasarkan Prosesnya (dipelajari/tidak dipelajar
i).
Terdapat dua tipe refleks menurut prosesnya, yaitu:
1. Refleks sederhana atau refleks dasar: refleks yang menyatu t
anpa dipelajari, seperti mengedipkan mata pada saat ada ben
da yang menuju ke arahnya.
2. Refleks yang dipelajari atau dikondisikan: refleks yang diha
 

silkan dari berbuat dan belajar, seperti membelokkan mobil


kalau mau menabrak benda. Kita mengerjakan hal tersebut s
ecara otomatis, tetapi hanya setelah banyak berlatih secara sa
dar.
b) Gerak Refleks Berdasarkan Pusat Pengintegrasinya.
Terdapat dua tipe refleks menurut pusat pengintegrasinya, yaitu:
1. Refleks Kranial: refleks yang diintegrasikan oleh otak. Semu
a komponen yang diperlukan untuk menyambung input afere
n ke respon aferen pada otak. Contoh: refleks mengedipkan
mata.
2. Refleks Spinal: refleks yang diintegrasikan oleh sumsum tul
ang belakang, semua komponen yang diperlukan untuk men
yambung input aferen ke respon aferen berada dalam sumsu
m tulang belakang.
c) Gerak Refleks Berdasarkan Jumlah sinaps dalam lengkung refleks
nya.
Terdapat dua tipe refleks menurut jumlah sinapsnya, yaitu:
1. Refleks Monoseptik : refleks yang melibatkan satu sinaps. Co
ntoh: refleks regangan pada patela yang melibatkan satu sinap
s, yaitu antara neuron aferen yang berasal dari reseptor regang
an dalam otot kerangka, yang bersinapsis dengan neuron efere
n untuk otot rangka yang sama. Contoh salah satu gerak reflek
s monosinaptik adalah ketika kaki kita meregang.

15
2. Refleks Polisinaptik : refleks yang melibatkan banyak sinaps.
Contoh: refleks menarik tangan ketika terkena api. Mekanism
e Gerak Refleks Polisinaptik dapat diskemakan sebagai beriku
t:
a. Refleks menarik diri dapat dijelaskan sebagai berikut: Stim
ulus panas yang mengenai jari, oleh reseptor panas akan di
ubah menjadi potensial aksi yang akan dirambatkan melalu
i saraf aferen masuk ke sumsum tulang belakang. Saraf afer
en bersinapsis dengan beberapa interneuron dan akan terjad
i rangkaian peristiwa, sebagai berikut ini :
1) Potensial aksi akan menstimulus beberapa saraf interne
uron yang pada gilirannya menstimulus saraf eferen m
otorik yang menginervasi triseps, suatu oto ekstensor p
ada persendian siku. Akibat dari konstraksi triseps mak
a tangan tertarik dari benda panas tersebut.
2) Potensial aksi pada saat yang sama juga menstimulus i
nterneuron lain, yang pada gilirannya menghambat neu
ron eferen yang menginervasi biseps, sehingga biseps t
idak berkontraksi. Biseps adalah otot-otot pada lengan
atas yang menggerakkan lengan bawah sehingga siku l
ebih menekuk (menutup). Jika triseps sedang berkonta
ksi membuka lengan bawah, ini akan diimbangi oleh r
elaksasi dari biseps. Tipe hubungan saraf yang melibat
kan stimulasi saraf yang menginervasi satu otot dan se
cara bersama-sama melakukan penghambatan pada oto
t antagonisnya diketahui sebagai inervasi resiprokal.
3) Potensial aksi juga stimulus interneuron yang lain lagi
yang membawa sinyal ke atas ke otak melalui jalur nai
k. Pada impuls mencapai daerah korteks sensori otak,
maka orang yang bersangkutan merasa sakit dan meny
adari apa yang sedang terjadi. Juga bila impuls mencap
ai otak, maka informasi dapat disimpan sebagai memor

16
i, dan seseorang dapat mulai berpikir tentang situasi ya
ng terjadi, apa yang harus dilakukan untuk menghindar
i kejadian yang sama

2.6 Penyakit dan Kelainan pada Sistem Saraf


1. Stroke (Cerebrovascular accident ( CVA ) atau Cerebral apoplexy ), adala
h kerusakan otak akibat tersumbatnya atau pecahnya pembuluh darah otak.
2. Poliomielitis, penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus yang menyeran
g neuron-neuron motoris sistem saraf ( otak dan medula spinalis ). Agen p
embawa penyakit ini, sebuah virus yang dinamakan poliovirus (PV).
3. Migrain, adalah nyeri kepala berdenyut yang disertai mual dan muntah ya
ng terjadi akibat adanya hiperaktivitas impuls listrik otak yang meningkat
kan aliran darah di otak dan mengakibatkan terjadinya pelebaran pembulu
h darah otak serta proses inflamasi (peradangan).
4. Parkinson, penyakit yang disebabkan oleh berkurangnya neurotranslator d
opamin pada dasar ganglion dengan gejala tangan gemetaran sewaktu istir
ahat (tetapi gemetaran itu hilang sewaktu tidur), sulit bergerak, kekakuan
otot, otot muka kaku menimbulkan kesan seolah-olah bertopeng, mata suli
t berkedip dan langkah kaki menjadi kecil dan kaku.
5. Transeksi , kerusakan atau seluruh segmen tertentu dari medula spinalis.
Misalnya karena jatuh, tertembak yang disertai dengan hancurnya tulang
belakang.
6. Neurasthonia, (lemah saraf) , penyakit ini ada karena pembawaan lahir, te
rlalu berat penderitanya, rohani terlalu lemah atau karena penyakit keracu
nan.
7. Neuritis, radang saraf yang terjadi karena pengaruh fisis seperti patah tula
ng, tekanan pukulan, dan dapat pula karena racun atau defisiensi vitamin
B1, B6, B12.
8. Amnesia, yaitu ketidakmampuan seseorang untuk mengingat atau mengen
ali kejadian yang terjadi dalam suatu periode di masa lampau. Biasanya k
elainan ini akibat guncangan batin atau cidera otak.

17
9. Cutter, kelainan di mana penderitanya selalu melukai dirinya sendiri pada
saat depresi, stres, atau bingung.
10. Alzheimer, atau pikun, bukan penyakit menular, melainkan merupakan sej
enis sindrom dengan apoptosis sel-sel otak pada saat yang hampir bersam
aan, sehingga otak tampak mengerut dan mengecil. Alzheimer juga dikata
kan sebagai penyakit yang sinonim dengan orang tua.
11. Bell’s palsy adalah nama penyakit yang menyerang saraf wajah hingga m
enyebabkan kelumpuhan otot pada salah satu sisi wajah. Terjadi disfungsi
syaraf VII (syaraf fascialis). Berbeda dengan stroke, kelumpuhan pada sisi
wajah ditandai dengan kesulitan menggerakkan sebagian otot wajah, seper
ti mata tidak bisa menutup, tidak bisa meniup, dsb. Beberapa ahli menyata
kan penyebab Bell’s Palsy berupa virus herpes yang membuat syaraf menj
adi bengkak akibat infeksi.
12. Disleksia (Inggris: dyslexia) adalah sebuah kondisi ketidakmampuan belaj
ar pada seseorang yang disebabkan oleh kesulitan pada orang tersebut dal
am melakukan aktivitas membaca dan menulis. Para peneliti menemukan
disfungsi ini disebabkan oleh kondisi dari biokimia otak yang tidak stabil
dan juga dalam beberapa hal akibat bawaan keturunan dari orang tua. Dev
elopmental dyslexsia diderita sepanjang hidup pasien dan biasanya bersifa
t genetik.
13. Ayan atau Epilepsi, penyakit karena dilepaskannya letusan-letusan listrik
( impuls ) pada neuron-neuron otak. Epilepsi adalah penyakit saraf menah
un yang menimbulkan serangan mendadak berulang-ulang tak beralasan.
Pada penderita ayan, Sinyal-sinyal yang berhubungan dengan perasaan pe
nglihatan, berpikir, dan bergerak tidak dapat berfungsi sebagaimana mesti
nya.
14. Kelumpuhan atau paralisis adalah hilangnya fungsi otot untuk satu atau ba
nyak otot. Kelumpuhan dapat menyebabkan hilangnya perasaan atau hilan
gnya mobilitas di wilayah yang terpengaruh. Kelumpuhan sering disebabk
an akibat kerusakan pada otak.
15. Leukoaraiosis (bahasa Inggris: leukoencephalopathy, White matter chang
es, WMC) adalah perubahan pada bagian ganglia basal dari otak besar. W

18
MC dapat disebabkan oleh hipoperfusi atau iskemia pada otak, khususnya
pada area sub-cortical dari ganglia basal.
16. Leukoensefalopati multifokal progresif atau progressive multifocal leukoe
ncephalopathy (PML), adalah penyakit yang jarang dan fatal yang disebab
kan oleh virus. Penyakit ini dikarakterisasikan sebagai kerusakan progresi
f atau peradangan pada massa putih otak pada dua lokasi. Penyakit ini bia
sanya muncul pada orang yang sistem kekebalan tubuhnya kurang, contoh
nya pasien yang terinfeksi HIV.
17. Lumpuh otak (Inggris: cerebral palsy, spastic paralysis, spastic hemiplegi
a, spastic diplegia, spastic quadriplegia, CP) adalah suatu kondisi tergang
gunya fungsi otak dan jaringan saraf yang mengendalikan gerakan, laju be
lajar, pendengaran, penglihatan, kemampuan berpikir.
18. Meningitis adalah radang selaput pelindung sistem saraf pusat (meninges).
Penyakit ini dapat disebabkan oleh mikroorganisme, luka fisik, kanker, at
au obat-obatan tertentu.
19. Penyakit Huntington, chorea Hunting atau chore mairo adalah penyakit ya
ng menyerang saraf. penyakit ini disebabkan oleh faktor genetika, sehingg
a dapat diwariskan dari orang tua kepada anaknya.
20. Penyakit Minamata atau Sindrom Minamata adalah sindrom kelainan fun
gsi saraf yang disebabkan oleh keracunan akut air raksa.
21. Sklerosis multipel, merupakan suatu kelainan peradangan yang terjadi pad
a otak dan sumsum tulang belakang yang disebabkan oleh banyak faktor, t
erutama focal lymphocytic infiltration (sel T secara terus-menerus bermig
rasi menuju lokasi dan melakukan penyerangan seperti yang layak terjadi
pada setiap infeksi) dan berakibat pada kerusakan mielin dan akson.
22. Sindrom Kleine-Levin (Inggris: Kleine-Levin Syndrome disingkat KLS) a
dalah penyakit syaraf yang langka dimana penderita tidak bisa mengontrol
rasa kantuknya. Penderita bisa tertidur selama berjam-jam, berhari-hari, b
erminggu-minggu, bahkan bisa berbulan-bulan, tergantung pada berapa la
ma penyakit itu muncul/kambuh.

19
23. Rabies adalah penyakit infeksi akut pada susunan saraf pusat yang diseba
bkan oleh virus rabies. Penyakit ini bersifat zoonotik, yaitu dapat ditulark
an dari hewan ke manusia.
24. Radang otak (bahasa Inggris: encephalitis) adalah peradangan akut otak y
ang disebabkan oleh infeksi virus. Terkadang ensefalitis dapat disebabkan
oleh infeksi bakteri, seperti meningitis, atau komplikasi dari penyakit lain
seperti rabies (disebabkan oleh virus) atau sifilis (disebabkan oleh bakteri).
25. Sindrom Adie atau sindrom Holmes-Adie adalah sindrom yang dikerenak
an kerusakan pada serat pascaganglionik pada sistem saraf parasimpatik p
ada mata dan ditandai dengan pupil yang terdilatasi atau midriasis.
26. Sindrom Alice di Wonderland atau mikropsia adalah keadaan disorientasi
saraf yang memengaruhi persepsi penglihatan pada manusia, penderita sin
drom ini akan merasa melihat rekannya, bagian tubuh dari manusia, hewa
n, objek tak bergerak menjadi lebih kecil dari kenyataan. Secara umum, o
bjek yang dipersepsi muncul sangat jauh atau sangat dekat pada waktu ber
samaan. Sindrom Alice di Wonderland ini dapat merupakan gejala utama
dari mononukleosis atau dapat menyebabkan epilepsi sebagian kompleks.
dan akibat obat psikoaktif.
27. Tumor otak, adalah proliferasi dan pertumbuhan tak terkendali sel-sel di d
alam dan di sekitar jaringan otak. Tumor otak mencakup sekitar 7-9% dari
semua jenis kanker dan dapat terjadi pada semua usia. Tumor otak dinama
i menurut jaringan otak yang terkena, antara lain:
a. Glioma: pada sel-sel glia atau neuroglia, tisu yang mengelilingi da
n mendukung neuron atau sel-sel saraf otak. Glioma adalah yang p
aling umum, meliputi 50% tumor otak primer.
b. Astrocytoma: pada sel-sel neuroglia astrosit yang berbentuk bintan
g.
c. Ependymoma: pada ependyma atau membran epitel yang melapisi
ventrikel otak dan kanal tulang belakang.
d. Glioma batang otak: pada bagian otak yang berisi medula oblongat
a, pons varolii, dan otak tengah, bagian otak yang menghubungkan
sumsum tulang belakang ke otak.

20
e. Medulloblastoma: pada otak kecil dan menyebar dengan cepat ke j
aringan sekitarnya, terutama di cairan serebrospinal dan batang ota
k. Medulloblastoma adalah tumor ganas yang paling sering terjadi
pada anak.
f. Meningioma: pada meninges atau membran otak dan sumsum tula
ng belakang. Meningioma biasanya jinak, tumbuh lambat sehingga
sering terlambat terdeteksi.
g. Neurinoma: biasanya terjadi pada fosa posterior. Saraf kranial ked
elapan, yang menyampaikan indera pendengaran dan keseimbanga
n paling sering terpengaruh. Neurinoma tidak membentuk metasta
sis.
h. Limfoma: pada limfosit (sel yang bertanggung jawab untuk pertah
anan tubuh). Ini adalah tumor ganas, yang berasal dari jaringan lim
foid. Tumor ini sering terjadi pada pasien dengan AIDS dan pasien
imunosupresi.
i. Adenoma hipofisis: pada kelenjar hipofisis dan dasar otak. Ini adal
ah jenis tumor otak yang jinak.
28. Optic neuritis, peradangan pada saraf optik. Saraf optik merupakan bun
del serat saraf yang mengirimkan informasi visual dari mata ke otak. R
asa sakit dan kehilangan penglihatan sementara adalah gejala umum da
ri optic neuritis.
29. Hidrosefalus (kepala air) adalah penyakit yang terjadi akibat gangguan
aliran cairan di dalam otak (cairan serebro spinal) atau akumulasi caira
n serebrospinal dalam ventrikel serebral, ruang subarachnoid, atau ruan
g subdural. Gangguan itu menyebabkan cairan tersebut bertambah ban
yak yang selanjutnya akan menekan jaringan otak di sekitarnya, khusus
nya pusat-pusat saraf yang vital.

21
2.7 Trend Dan Issue Sistem Saraf
No. Judul / Pengarang Tahun Negara Sasaran Metode Hasil
1. Efektifitas Facial 2016 Indonesia Penderita stro Desain : Hasil penelitian menunjukkan ba
Massage Dan Facial ke dengan fac Quasi experiment dengan hwa facial expression dan facial
Expression Terhadap e drooping desain penelitian two grou massage terbukti efektif dalam p
Kesimetrisan Wajah p pre-test and post-test. eningkatan kesimetrisan wajah d
Pasien Stroke Dengan engan nilai p 0,000. Perbedaan re
Face Drooping Di RS Sampel dan Jumlah Sa rata facial massage sebesar 33 da
MARDI RAHAYU mpel : n nilai t sebesar 27,3 sedangkan
KUDUS Jumlah sampel pada peneli perbedaan rerata facial expressio
tian ini sebanyak 32 respo n sebesar 18,8 dan nilai t sebesar
nden dengan teknik penga 21,6. Sehingga facial massage ter
mbilan sampel menggunak bukti lebih efektif, dilihat dari pe
an purposive sampling. rbedaan rerata dan nilai t facial
Analisis : massage lebih besar dari facial e
Uji statistik yang digunaka xpression.
n adalah uji paired t test ya Kesimpulan

22
ng sebelumnya dilakukan Berdasarkan nilai kesimetrisan w
uji normalitas dengan saph ajah pre facial expression ganggu
iro wilk. an sedang, yaitu kelemahan waja
h terlihat jelas, mata menutup de
ngan baik, dan asimetri. Sedangk
an pre facial massage gangguan
cukup parah, yaitu kelemahan w
ajah terlihat jelas, terlihat synkin
esis dan dahi tidak dapat digerak
kan. Rerata post facial massage
menunjukkan nilai kesimetrisan
wajah pada hari pertama 45 menj
adi 71 pada hari ke-5. Artinya ter
jadi peningkatan kesimetrisan wa
jah dari gangguan sedang menjad
i gangguan ringan.

23
24
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sistem saraf merupakan salah satu sistem koordinasi yang bertugas men
yampaikan rangsangan dari reseptor untuk dideteksi dan direspon oleh tubuh.
Sistem saraf terdiri dari jutaan sel saraf (neuron).Fungsi sel saraf adalah meng
irimkan pesan (impuls) yang berupa rangsang atau tanggapan.Sistem saraf dib
agi menjadi dua, yaitu sitem saraf pusat dan sistem saraf perifer.Sistem saraf p
usat terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang.Sistem saraf perifer terdiri
dari sitem saraf sadar dan sistem saraf tidak sadar. 
3.2 Saran
Untuk dapat memahami sistem saraf, selain membaca dan memahami mat
eri-materi dari sumber keilmuan yang ada (buku, internet, dan lain-lain) kita h
arus dapat mengkaitkan materi-materi tersebut dengan kehidupan kita sehari-h
ari, agar lebih mudah untuk paham dan akan selalu diingat.

25
DAFTAR PUSTAKA

Khotimah, D. K., & Purnomo, S. E. C. (2016). Efektifitas Facial Massage dan


Facial Expression Terhadap Kesimetrisan Wajah Pasien Stroke dengan Face
Drooping di RS Mardi Rahayu Kudus. Karya Ilmiah.
Anonim,2014. Fungsi sistem saraf. http://www.sridianti.com. Diakses
tanggal 27 juni 2022
Anonim,2014. Sistem saraf. http://id.wikipedia.org. Diakses tanggal 27

juni 2022
Anonim,2014.Sistem saraf. http://kamuskesehatan.com. Diakses
tanggal 27 juni 2022
Asrijal, 2011. Anatomi dan fisiologi manusia,Universitas Veteran RI
Makassar

26

Anda mungkin juga menyukai