Disusun Oleh :
Resa Yusmiati
NIM.201FK03003
FAKULTAS KEPERAWATAN
MEI, 2022
BAB II
TINAJUAN PUSTAKA
A. Fisiologi Postpartum
Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa nifas
(puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat
kandungan yang lamanya 6 minggu. Postpartum adalah masa 6 minggu sejak bayi lahir
sampai organ-organ reproduksi sampai kembali ke keadaan normal sebelum hamil (Bobak,
2010). Partus di anggap spontan atau normal jika wanita berada dalam masa aterm, tidak
terjadi komplikasi, terdapat satu janin presentasi puncak kepala dan persalinana selesai
dalam 24 jam (Bobak, 2005). Partus spontan adalah proses pengeluaran janin yang terjadi
pada kehamilan cukup bulan dengan ketentuan ibu atau tanpa anjuran atau obat-obatan
(prawiroharjo, 2000). Masa nifas (puerperium) menurut Sarwoko Prawirohardjo adalah
dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti
keadaan semula atau sebelum hamil, yang berlangsung selama kira-kira 6 minggu.Masa
nifas (puerperium) menurut Rustam Mochtar adalah masa pulih kembali seperti prahamil
yang lamanya 6-8 minggu.
Definisi lain masa nifas (puerperium) adalah masa sesudah persalinan yang
diperlukan untuk pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Menurut
Hanifa Wiknjosastro, masa nifas (puerperium) adalah dimulai setelah persalinan selesai dan
berakhir setelah kira-kira 6 minggu.
Pembagian masa nifas:
1. Puerperium dini, yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan
berjalan-jalan. Dalam agama Islam dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah
40 hari.
2. Puerperium intermedial, yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genitalis yang
lamanya 6 – 8 minggu. 5
3. Remote puerperium, waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna
terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyaikomplikasi.
B. Definisi Section cesarean
Seksio sesarea adalah persalinan dengan melahirkan janin melalui insisi pada
dinding abdomen dan dinding rahim. Persalinan dengan seksio sesarea terjadi jika 13 ibu
tidak dapat melahirkan pervaginam (Cuningham,2005). Operasi Caesar atau seksio sesarea
adalah proses persalinan yang dilakukan dengan cara memotong perut hingga rahim seorang
ibu untuk mengeluarkan bayi. Seksio sesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan
sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut (Mochtar,1998). Seksio sesarea
adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding
depan perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin
diatas 500 gram (Prawirohardjo,2010). Jadi, post seksio sesaria adalah seseorang yang telah
menjalani pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding
uterus atau vagina atau suatu histerotomi untuk mengeluarkan janin dari dalam rahim.
C. Klasifikasi
Seksio sesarea dapat diklasifikasikan menjadi 4, yaitu sebagai berikut:
a. Seksio Sesarea Transperitoneal Profunda / Low servical Suatu teknik pembedahan
dengan melakukan insisi pada segmen bawah uterus. Teknik seksio sesarea
transperitoneal profunda memiliki beberapa keunggulan, seperti kesembuhan yang lebih
baik dan relatif tidak banyak menimbulkan perlekatan. Namun kerugian dari teknik ini
adalah terdapat kesulitan dalam mengeluarkan janin sehingga dapat memungkinkan
terjadi luka insisi yang lebih luas dan disertai dengan perdarahan.
Gambar 2. Seksio sesarea
Profunda (Low servical
D. Patofisiologi
Persalinan seksio caesarea adalah salah satu cara yang digunakan untuk
mengeluarkan hasil konsepsi yang sudah cukup minggu kelahiran, prematur maupun
post date. Seksio caesarea akan diindikasikan pada beberapa ibu hamil yang memiliki
panggul sempit, plasenta previa, presentasi letak janin lintang, presentasi bokong dan
kondisi kegawatan pada ibu dan janin (Rustam Mochtar, 1987).
Kondisi kehamilan dengan beberapa kelainan atau gangguan yang beresiko
membahayakan janin dan ibu akan segera dilakukan tata laksana pembedahan, yaitu
seksio caesarea. Persalinan seksio caesarea akan dilakukan jika tidak mampu
melakukan persalinan pervaginam, sehingga akan dibuatkan jalan lahir melalui
sayatan pada abdomen. Selain adanya tanda-tanda bahaya kehamilan, saat usia
kehamilan sudah cukup minggu namun tidak ada tanda-tanda persalinan, maka harus
segera dilakukan tindakan stimulasi, jika memang tidak ada tanda lagi bisa dilakukan
operasi pengeluaran bayi
Setelah dilakukan tindakan operasi akan timbul efek anestesi. Jika ibu mendapatkan
bius epidural maka efek biusnya kecil, sedangkan apabila menggunakan anestesi
spinal, tungkai bawah akan terasa kebas, tidak dapat digerakkan selama beberapa
jam. Namun, apabila operasi menggunakan anastesi umum, biasanya ibu akan
mengantuk, serta nyeri kerongkongan. Setelah efek anestesi hilang ibu akan
merasakan nyeri pada luka bekas insisi di dinding abdomen yang menyebabkan ibu
malas bergerak (Soetjiningsih, 2005)
Tindakan SC juga berakibat pada psikologis ibu. Ibu yang melahirkan dengan
tindakan seksio sesarea akan merasa bahwa dirinya telah gagal dalam menjalani
proses persalinan. Ibu juga merasa cemas terkait dengan proses penyembuhan dan
efek obat-obatan yang dikonsumsi pada kondisi bayinya (Danuatmadja & Meiliasari,
2007)
Perubahan fisiologis pada ibu post SC menurut Doenges (2001) adalah sebagai
berikut,
1. Nyeri akibat ada luka pembedahan
2. Adanya luka insisi pada bagian abdomen
3. Fundus uterus kontraksi kuat dan terletak di umbilicus
4. Aliran lokhea sedang dan bebas bekuan yang berlebihan (lokhea tidak banyak)
5. Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 600-800ml
6. Biasanya terpasang kateter urinarius
7. Auskultasi bising usus tidak terdengar atau samar
8. Pengaruh anestesi dapat menimbulkan mual dan muntah
9. Status pulmonary bunyi paru jelas dan vesikuler
10. Pada kelahiran secara SC tidak direncanakan maka bisanya kurang paham prosedur bonding
dan attachment pada anak yang baru dilahirkan.
11. Bayi yang lahir melalui c-section mungkin sedikit mengantuk dan letargi, terutama jika si
ibu terkena anestesi untuk jangka waktu lama selama persalinan.
2. Pada Bayi
a.Hipoksia
b.Depresi
pernafasan
c.Sindrom gawat pernafasan
Operasi caesar juga bisa menimbulkan komplikasi-komplikasi seperti:
1. Melukai organ sekitar rahim
Di sekitar rahim terdapat organ penting seperti kandung kemih, saluran kencing,
dan usus besar. Organ-organ serta syaraf yang terletak berdekatan bisa saja
terkena goresan pisau bedah. Meski begitu, kasus ini sangat jarang terjadi.
2. Melukai bayi
3. Perdarahan
Perdarahan lanjutan yang terjadi akibat kontraksi rahim tidak baik setelah
plasenta dilahirkan sehingga Anda membutuhkan tranfusi darah. Bila terjadi
perdarahan berat saat operasi maka pada kasus yang lebih parah akan dilakukan
pengagkatan rahim.
4. Problem buang air kecil
Pada saat pembedahan dokter akan menodorong kandung kencing agar tidak ikut
tersayat ketika membuka dinding rahim. Akibatnya, otot-otot saluran kencing
akan terganggu sehingga masih ada sisa urin di kandung kemih meski Anda
sudah buang air kecil. Penderita akan mengeluarkan urin saat tertawa, batuk,
atau mengejan. Untuk mengatasinya akan dipasang selang kateter untuk
membantu mengeluarkan urin. Lakukan latihan otot dasar panggul untuk
menghindari masalah ini.
5. Infeksi
6. Infeksi bisa terjadi akibat kurangnya sterilitas alat-alat operasi, retensi urin, luka
operasi yang terkontaminasi atau melalui transfusi darah. Infeksi bakteri pada
umumnya dapat ditangani baik dengan antibiotik.
7. Perlengketan
Emboli terjadi bila cairan ketuban dan komponennya masuk ke dalam aliran
darah hingga menyumbat pembuluh darah. Emboli air ketuban bisa terjadi pada
persalinan normal atau operasi Caesar, sebab ketika proses persalinan
berlangsung terdapat banyak pembuluh darah yang terbuka. Kejadian ini amat
sangat jarang terjadi
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan ibu Post Sectio Caesaria:
1. Perawatan pasca operasi
Setelah keluar dari ruang operasi, ibu akan dibawa ke ruang pemulihan. Di
ruang pemulihan ini, berbagai pemeriksaan akan dilakukan, meliputi
pemeriksaan tingkat kesadaran, sirkulasi pernapasan, tekanan darah, suhu
tubuh, jumlah urin yang tertampung di urin bag, serta jumlah dan bentuk
cairan lokia. Hal ini dilakukan untuk memastikan tidak ditemukannya
gumpalan darah yang abnormal atau perdarahan yang berlebihan. Kondisi
rahim (uterus) dan leher rahim (serviks) juga diperiksa untuk memastikan
bahwa keduanya dalam kondisi normal. Biasanya, pemeriksaan akan
dilakukan setiap empat jam sekali pada hari pertama dan kedua, dan dua kali
sehari pada hari ketiga sampai saat puang kembali ke rumah. Setelah operasi,
ibu juga tidak bisa langsung minum atau makan. Kedua hal itu baru boleh
dilakukan, jika organ pencernaan sudah kembali normal. Umumnya, fungsi
gastrointestinal (organ pencernaan) akan kembali normal 12 jam setelah
operasi. (Kasdu, 2003 : 64).
a. Penatalaksanaan secara medis
1) Pemberian analgesik diberikan setiap 3 – 4 jam atau bila diperlukan
seperti Asam Mefenamat, Ketorolak, Tramadol.
2) Pemberian tranfusi darah bila terjadi perdarahan.
3) Pemberian antibiotik seperti Cefotaxim, Ceftriaxon dan lain-lain.
Walaupun pemberian antibiotika sesudah Sectio Caesaria masih
dipersoalkan, namun pada umumnya pemberiannya dianjurkan.
4) Pemberian cairan parenteral seperti Ringer Laktat dan NaCl.
5) Jika tidak terdapat komplikasi penderita dapat dipulangkan pada
hari kelima setelah operasi
b. Penatalaksanaan secara keperawatan
1) Periksa dan catat tanda – tanda vital setiap 15 menit pada 1 jam
pertama dan 30 menit pada 4 jam kemudian.
2) Jumlah perdarahan dan urin harus dipantau secara ketat
3) Diet / nutrisi
4) Mobilisasi
5) Hygiene dan rawat luka
2. Penatalaksanaan nyeri
Sejak ibu sadar dalam 24 jam pertama rasa nyeri masih dirasakan didaerah
operasi. Untuk mengurangi rasa nyeri tersebut dapat kolaborasi pemberian
obat-obat anti nyeri (analgesic). Perawat dapat melakukan manajemen nyeri
dengan melakukan teknik relaksasi. Penanganan nyeri dengan tindakan
relaksasi mencakup teknik relaksasi nafas dalam dan guided
imagery.Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa relaksasi nafas dalam
sangat efektif dalam menurunkan nyeri pasca operasi (Sehono, 2010). Teknik
relaksasi nafas dalam akan lebih efektif bila dikombinasikan dengan beberapa
teknik lainnya, seperti guided imagery. Guided imagery merupakan teknik yang
menggunakan imajinasi seseorang untuk mencapai efek positif tertentu (Smeltzer, Bare,
Hinkle, & Cheever,2010)
RESUME
KASUS POST PARTUM : SECTIO CAESAREA
Disusun Oleh :
FAKULTAS KEPERAWATAN
2021/2022
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penyusun sehingga dapat
menyelesaikan makalah laporan ini yang berjudul “SECTIO CAESAREA”.
Penyusun
PEMBAHASAN
A. Definisi
Menurut Mochtar (2011) sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan
janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui depan perut
atau vagina atau disebut juga histerotomia untuk melahirkan janin dari
dalam rahim. Tindakan operasi sectio caesarea dilakukan untuk mencegah
kematian janin maupun ibu yang dikarenakan bahaya atau komplikasi
yang akan terjadi apabila ibu melahirkan secara pervaginam.
B. Etiologi
1. Etiologi yang berasal dari ibu yaitu pada primigravida dengan kelainan
letak, primi para tua disertai kelainan letak ada, disproporsi sefalo
pelvik (disproporsi janin / panggul ), ada sejarah kehamilan dan
persalinan yang buruk, terdapat kesempitan panggul, Plasenta previa
terutama pada primigravida, solutsio plasenta tingkat I – II, komplikasi
kehamilan yang disertai penyakit ( jantung, DM ). Gangguan
perjalanan persalinan (kista ovarium, mioma uteri, dan sebagainya).
2. Etiologi yang berasal dari janin fetal distress / gawat janin, mal
presentasi dan mal posisi kedudukan janin, prolapsus tali pusat dengan
pembukaan kecil, 8 kegagalan persalinan vakum atau forceps
ekstraksi. (Nurarif & Hardhi, 2015).
C. Manifestasi Klinis
Menurut Doenges (2010) :
1. Nyeri akibat ada luka pembedahan
2. Adanya luka insisi pada bagian abdomen
3. Fundus uterus kontraksi kuat dan terletak di umbilicus
4. Aliran lokhea sedang dan bebas bekuan yang berlebihan (lokhea tidak
banyak)
5. Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 600-800ml
6. Emosi labil / perubahan emosional dengan mengekspresikan
ketidakmampuan menghadapi situasi baru
7. Biasanya terpasang kateter urinarius
8. Auskultasi bising usus tidak terdengar atau samar
9. Pengaruh anestesi dapat menimbulkan mual dan muntah
10. Status pulmonary bunyi paru jelas dan vesikuler
11. Pada kelahiran secara SC tidak direncanakan maka bisanya kurang
paham prosedur Bonding dan Attachment pada anak yang baru
dilahirkan.
D. Patofisiologi
Adanya beberapa kelainan / hambatan pada proses persalinan yang
menyebabkan bayi tidak dapat lahir secara normal / spontan, misalnya
plasenta previa sentralis dan lateralis, panggul sempit, disproporsi cephalo
pelvic, rupture uteri mengancam, partus lama, partus tidak maju, pre-
eklamsia, distosia serviks, dan malpresentasi janin. Kondisi tersebut
menyebabkan perlu adanya suatu tindakan pembedahan yaitu Sectio
Caesarea (SC).
Dalam proses operasinya dilakukan tindakan anestesi yang akan
menyebabkan pasien mengalami imobilisasi sehingga akan menimbulkan
masalah intoleransi aktivitas. Adanya kelumpuhan sementara dan
kelemahan fisik akan menyebabkan pasien tidak mampu melakukan
aktivitas perawatan diri pasien secara mandiri sehingga timbul masalah
defisit perawatan diri.
Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan, penyembuhan,
dan perawatan post operasi akan menimbulkan masalah ansietas pada
pasien. Selain itu, dalam proses pembedahan juga akan dilakukan tindakan
insisi pada dinding abdomen sehingga menyebabkan terputusnya
inkontinuitas jaringan, pembuluh darah, dan saraf - saraf di sekitar daerah
insisi. Hal ini akan merangsang pengeluaran histamin dan prostaglandin
yang akan menimbulkan rasa nyeri (nyeri akut). Setelah proses
pembedahan berakhir, daerah insisi akan ditutup dan menimbulkan luka
post op, yang bila tidak dirawat dengan baik akan menimbulkan masalah
resiko infeksi. (Manuaba, 2008)
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Kasus
Seorang perempuan, usia 35 thn, melahirkan anak keempat dari
pernikahan dengan suaminya dari pernikahan dengan suaminya, melalui
operasi Cesarea di RS Kasih Ibu. Saat dikaji oleh perawat pada tiga hari post
partum, klien mengeluh masih terasa nyeri pada luka operasi di perut. Klien
tampak meringis, keluhan nyeri terasa seperti disayat, hilang timbul terutama
saat bergerak dengan skala nyeri 5 dari 10. Klien juga mengeluh belum bab
sejak kemarin dan mengatakan takut sakit saat mengedan baik untuk bab
maupun bak sehingga menunda pengeluaran. Klien mengatakan belum mau
melakukan apapun karena masih lemas dan nyeri sehingga perlu bantuan, pola
makan klien belum teratur kembali dan belum bisa menghabiskan makanan
yang diberikan. Klien mengeluh malam hari tidak dapat beristirahat dengan
baik karena nyeri, siang hari sering merasa terganggu oleh pengunjung RS.
Perawat kemudian melakukan pemeriksaan, saat akan dilakukan pengkajian
klien tampak waspada melindungi perutnya. Hasil pemeriksaan fisik diperoleh
: TB 160, BB saat hamil 70kg, BB saat ini 65 Kg. TD 100/70 mmHg, N
90x/mnt, dan Suhu 37,8 derajat. Rambut rontok dan kulit kepala terasa
lengket, conjungtiva tidak anemis, sklera putih, pitting udem (+) di dahi dan
pipi, tidak terdapat pembesaran KGB dan tiroid, reflek menelan baik, tidak
ada keluhan mual muntah. Jantung dan paru normal dengan RR 24 x/mnt.
Payudara teraba padat dan bengkak namun tidak terdapat kemerahan, nyeri
tekan positif, pengeluaran ASI sedikit. Klien menolak menyusui bayinya krn
payudaranya bengkak dan sakit serta putingnya tampak kurang menonjol.
TFU 2 jari dibawah umbilicus, tampak luka 10 cm melintang dan tidak terdpt
tanda infeksi, diastasis rectus abdominalis 3 cm, terdapat striae dan linea alba,
kontraksi uterus lemah dan terdapat distensi blast, serta BU 6x/mnt.
Pengeluaran darah warna merah dan frekuensi ganti pembalut 4 x dlm satu
hari, tidak ada hemoroid, sudah tidak terpasang kateter. ROM baik, kekuatan
otot lemah pada lengan yang terpasang infus. Homan sign (+), terdapat varises
ektremitas kanan bawah, udem (-), dan reflek patela (+). Hasil Pemeriksaan
Penunjang sebelum operasi menunjukkan haemaglobin 11mg/dl, leukosit
Terapi pengobatan yang diberikan berupa obat antibiotik, anti inflamasi non
steroid dan vitamin Setelah melakukan pemeriksaan perawat mengklarifikasi
riwayat kesehatan klien yang ada pada buku statusnya, diperoleh informasi
sbb : Kehamilan dan persalinan pertamanya normal di klinik bidan, kehamilan
ketiganya memiliki penyulit yaitu hipertensi dan proses kelahiranya sama dgn
proses kelahirannya saat ini. Klien memiliki riwayat abortus satu kali pada
kehamilan anak keduanya. Data lain yang tertera pada KMS ibu hamil yaitu
HPHT 4 September 2020 dengan siklus normal 28 hari, keluhan dismenor
pada setiap menstruasi. Pertama kali terdiagnosa hamil melalui Test pack dan
USG. Klien juga memiliki riwayat hipertensi sblm hamil dan memiliki
kebiasaan mengkonsumsi jamu. Menurut klien kehamilannya saat ini diluar
rencana karena klien khawatir tidak bisa mengurus anak-anak lainnya dengan
baik. Klien menggunakan KB pil sebelum hamil karena merasa cocok dan
takut dengan pemasangan KB IUD.
B. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
a. Nama Klien : -
b. Umur : 35 Tahun
c. Jenis Kelamin : Perempuan
d. Tanggal Masuk : -
e. Tanggal Pengkajian : -
f. Diagnosa Medis: Sectio Caesarea
2. Identitas Penanggung Jawab
a. Nama : -
b. Jenis kelamin : Laki-laki
c. Hubungan : Suami
3. Riwayat Penyakit
1) Keluhan utama
klien mengeluh masih terasa nyeri pada luka operasi di perut.
2) Riwayat penyakit sekarang
Saat dikaji oleh perawat pada tiga hari post partum, klien mengeluh
masih terasa nyeri pada luka operasi di perut. Klien tampak meringis,
keluhan nyeri terasa seperti disayat, hilang timbul terutama saat
bergerak dengan skala nyeri 5 dari 10. Klien juga mengeluh belum
bab sejak kemarin dan mengatakan takut sakit saat mengedan baik
untuk bab maupun bak sehingga menunda pengeluaran. Klien
mengatakan belum mau melakukan apapun karena masih lemas dan
nyeri sehingga perlu bantuan, pola makan klien belum teratur
kembali dan belum bisa menghabiskan makanan yang diberikan.
Klien mengeluh malam hari tidak dapat beristirahat dengan baik
karena nyeri, siang hari sering merasa terganggu oleh pengunjung
RS. Perawat kemudian melakukan pemeriksaan, saat akan dilakukan
pengkajian klien tampak waspada melindungi perutnya. Hasil
pemeriksaan fisik diperoleh : TB 160, BB saat hamil 70kg, BB saat
ini 65 Kg. TD 100/70 mmHg, N 90x/mnt, dan Suhu 37,8 derajat.
Rambut rontok dan kulit kepala terasa lengket, conjungtiva tidak
anemis, sklera putih, pitting udem (+) di dahi dan pipi, tidak terdapat
pembesaran KGB dan tiroid, reflek menelan baik, tidak ada keluhan
mual muntah. Jantung dan paru normal dengan RR 24 x/mnt.
Payudara teraba padat dan bengkak namun tidak terdapat kemerahan,
nyeri tekan positif, pengeluaran ASI sedikit. Klien menolak menyusui
bayinya krn payudaranya bengkak dan sakit serta putingnya tampak
kurang menonjol. TFU 2 jari dibawah umbilicus, tampak luka 10 cm
melintang dan tidak terdpt tanda infeksi, diastasis rectus abdominalis
3 cm, terdapat striae dan linea alba, kontraksi uterus lemah dan
terdapat distensi blast, serta BU 6x/mnt. Pengeluaran darah warna
merah dan frekuensi ganti pembalut 4 x dlm satu hari, tidak ada
hemoroid, sudah tidak terpasang kateter. ROM baik, kekuatan otot
lemah pada lengan yang terpasang infus. Homan sign (+), terdapat
varises ektremitas kanan bawah, udem (-), dan reflek patela (+).
3) Riwayat Obstetrik
a) Riwayat Obstetrik yang lalu
Sectio Caesarea
b) Riwayat kehamilan sekarang
- Kehamilan keberapa : keempat
- Menstruasi terakhir : 4 September 2020
- Keluhan perdarahan, nyeri sejak menstruasi terakhir :
dismenor pada setiap menstruasi
- Persepsi klien tentang mulainya kehamilan : klien khawatir
tidak bisa mengurus anak-anak lainnya dengan baik karena
kehamilan diluar rencananya
- Kehamilan direncanakan/tidak : tidak direncanakan
- Test kehamilan : Test pack dan USG
- Keluhan lain selama kehamilan : memiliki riwayat hipertensi
c) Riwayat Ginekologi
1. Riwayat menstruasi
- Menarche : tidak terkaji
- Siklus : 28 hari
C. Analisa Data
DO :
Klien tampak meringis
Nyeri terasa seperti
disayat
Hilang timbul saat
bergerak
Skala Nyeri 5 dari 10
S : 37,8
TD : 100/70 mmHg
N : 90x/menit
R : 24x/menit
DO :
E. INTERVENSI KEPERAWATAN
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
Edukasi
Kolaborasi
membaik 5 nasogastric
Terapeutik
Edukasi
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
(mis. Pereda nyeri,
antiemetik), jika perlu
- Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrient yang
dibutuhkan, jika perlu
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Sectio caesarea adalah pengeluaran janin melalui insisi dinding
abdomen. Teknik ini digunakan jika kondisi ibu menimbulkan distres pada
janin atau jika telah terjadi distres janin. Sebagian kelainan yang sering
memicu tindakan ini adalah malposisi janin, plasenta previa, diabetes ibu,
dan disproporsi sefalopelvis janin dan ibu.
2. SARAN
1. Bagi petugas kesehatan atau instansi kesehatan agar lebih
meningkatkan pelayanan kesehatan terutama sectio caesarea untuk
pencapaian kualitas keperawatan secara optimal dan sebaiknya proses
keperawatan selalu dilaksanakan secara berkesinambungan.
2. Bagi klien dan keluarga, Perawatan tidak kalah pentingnya dengan
pengobatan karena bagaimanapun teraturnya pengobatan tanpa
perawatan yang sempurna maka penyembuhan yang diharapkan tidak
tercapai, oleh sebab itu perlu adanya penjelasan pada klien dan
keluarga mengenai manfaat serta pentingnya kesehatan.
3. Bagi mahasiswa keperawatan, diharapkan mampu memahami dan
menerapkan asuhan keperawatan yang benar pada klien dengan post
partum section caesarea.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito. 2001. Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan, Diagnosa keperawatan dan
masalah kolaboratif. Jakarta: EGC
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New Jersey:
Upper Saddle River
Manuaba, Ida Bagus Gede. 2002. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana, Jakarta : EGC
Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition. New
Jersey: Upper Saddle River