Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN RESUME KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. T DENGAN DIAGNOSA MEDIS


SECTIO CAESAREA DIRUANG INSTALASI BEDAH SENTRAL RSUD
KOTA MATARAM

Disusun Oleh:

Iranadi

017.02.0745

PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN XIII-B

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MATARAM

2018
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN RESUME KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. T DENGAN DIAGNOSA MEDIS


SECTIO CAESAREADIRUANG INSTALASI BEDAH SENTRAL RSUD
KOTA MATARAM

Laporan ini telah disetujui dan disahkan pada :

Hari :

Tanggal :

DisusunOleh :

Iranadi
017.02.0745

Mengetahui

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan


RESUME ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. T DENGAN DIAGNOSA
MEDIS SECTIO CAESAREA DIRUANG INSTALASI BEDAH SENTRAL
RSUD KOTA MATARAM

A. Masalah Utama
Sectio Caesarea
B. Tinjauan Kasus
1. Pengertian Sectio Caesarea
Sectio caesarea adalah pembedahan untuk
melahirkan janin dengan membuka dinding perut
dan dinding uterus (Sarwono , 2005).
Sectio Caesarea ialah tindakan untuk
melahirkan janin dengan berat badan diatas
500 gram melalui sayatan pada dinding
uterus yang utuh(Gulardi & Wiknjosastro,
2006)
Sectio caesarea adalah pembedahan untuk
melahirkan janin dengan membuka dinding perut
dan dinding rahim (Mansjoer, 2002).
2. EtiologiSectio Caesarea
Pada persalinan normal bayi akan keluar
melalui vagina, baik dengan alat maupun dengan
kekuatan ibu sendiri. Dalam keadaan patologi
kemungkinan dilakukan operasi sectio caesarea.
Faktor-Faktor Penyebab Sectio Caesarea menurut
Mochtar (1998) faktor dari ibu dilakukannya
sectio caesarea adalah plasenta previa, panggul
sempit, partus lama, distosia serviks, pre
eklamsi dan hipertensi. Sedangkan faktor dari
janin adalah letak lintang dan letak bokong.
Manuaba (2009) indikasi ibu dilakukan
sectio caesarea adalah ruptur uteri iminen,
perdarahan antepartum, ketuban pecah dini.
Sedangkan indikasi dari janin adalah fetal
distres dan janin besar melebihi 4.000 gram.
Dari beberapa faktor sectio caesarea diatas
dapat diuraikan beberapa penyebab dilakukan
sectio caesarea:
a. CPD (Chepalo Pelvik Disproportion)
b. PEB (Pre-Eklamsi Berat)
c. KPD (Ketuban Pecah Dini)
d. Bayi Kembar
e. Faktor Hambatan Jalan Lahir
f. Kelainan Letak Janin
3. Tujuan Sectio Caesarea
Tujuan melakukan sectio caesarea (SC) adalah
untuk mempersingkat lamanya perdarahan dan
mencegah terjadinya robekan serviks dan segmen
bawah rahim. Sectio caesarea dilakukan pada
plasenta previa totalis dan plasenta previa
lainnya jika perdarahan hebat. Selain dapat
mengurangi kematian bayi pada plasenta previa,
sectio caesarea juga dilakukan untuk
kepentingan ibu, sehingga sectio caesarea
dilakukan pada placenta previa walaupun anak
sudah mati.
4. Jenis - Jenis Operasi Sectio Caesarea (SC)
a. Abdomen (SC Abdominalis)
1) Sectio Caesarea Transperitonealis
a) Sectio caesarea klasik atau corporal :
dengan insisi memanjang pada corpus
uteri.
b) Sectio caesarea profunda : dengan insisi
pada segmen bawah uterus.
2) Sectio Caesarea Ekstraperitonealis
Merupakan sectio caesarea tanpa
membuka peritoneum parietalis dan dengan
demikian tidak membuka kavum
abdominalis.
b. Vagina (Sectio Caesarea Vaginalis)
Menurut arah sayatan pada rahim, sectio
caesaria dapat dilakukan apabila :
1) Sayatan memanjang (longitudinal)
2) Sayatan melintang (tranversal)
3) Sayatan huruf T (T Insisian)
c. Sectio Caesarea Klasik (Korporal)
Dilakukan dengan membuat sayatan
memanjang pada korpus uteri kira-kira 10cm.
Kelebihan :
1) Mengeluarkan janin lebih memanjang
2) Tidak menyebabkan komplikasi kandung kemih
tertarik
3) Sayatan bisa diperpanjang proksimal atau
distal
Kekurangan :
1) Infeksi mudah menyebar secara
intraabdominal karena tidak ada
reperitonial yang baik.
2) Untuk persalinan berikutnya lebih sering
terjadi rupture uteri spontan.
3) Ruptura uteri karena luka bekas SC klasik
lebih sering terjadi dibandingkan dengan
luka SC profunda. Ruptur uteri karena luka
bekas SC klasik sudah dapat terjadi pada
akhir kehamilan, sedangkan pada luka bekas
SC profunda biasanya baru terjadi dalam
persalinan.
4) Untuk mengurangi kemungkinan ruptura
uteri, dianjurkan supaya ibu yang telah
mengalami SC jangan terlalu lekas hamil
lagi. Sekurang -kurangnya dapat istirahat
selama 2 tahun. Rasionalnya adalah
memberikan kesempatan luka sembuh dengan
baik. Untuk tujuan ini maka dipasang akor
sebelum menutup luka rahim.
d. Sectio Caesarea (Ismika Profunda)
Dilakukan dengan membuat sayatan
melintang konkaf pada segmen bawah rahim
kira-kira 10cm
Kelebihan :
1) Penjahitan luka lebih mudah
2) Penutupan luka dengan reperitonialisasi
yang baik
3) Tumpang tindih dari peritoneal flap baik
sekali untuk menahan isi uterus ke rongga
perineum
4) Perdarahan kurang
5) Dibandingkan dengan cara klasik
kemungkinan ruptur uteri spontan lebih
kecil
Kekurangan :
1) Luka dapat melebar ke kiri, ke kanan dan
bawah sehingga dapat menyebabkan arteri
uteri putus yang akan menyebabkan
perdarahan yang banyak.
2) Keluhan utama pada kandung kemih post
operatif tinggi.
5. Clinical PathwaySectio Caesarea
6. Manifestasi Klinik/Tanda Dan Gejala Sectio
Caesarea
a. Perubahan Fisik
1) Sistem Reproduksi
a) Uterus
Involusi : Kembalinya uterus ke kondisi
normal setelah hamil. Proses ini
dipercepat oleh rangsangan pada puting
susu.
Lochea, Komposisi Jaringan endometrial,
darah dan limfe.
b) Tahap
a. Rubra (merah) : 1-3 hari
b. sanguinolenta : 3-7 hari
b. Serosa (pink kecoklatan) : setelah 2
minggu post partum
c. Alba (kuning-putih) :
Lochea terus keluar sampai 3 minggu.Bau
normal seperti menstruasi, jumlah
meningkat saat berdiri. Jumlah keluaran
rata-rata 240-270 ml.
c) Siklus Menstruasi, Ibu menyusui paling
awal 12 minggu rata-rata 18 minggu,
untuk itu tidak menyusui akan kembali ke
siklus normal.
d) Ovulasi
Ada tidaknya tergantung tingkat
proluktin. Ibu menyusui mulai ovulasi
pada bulan ke 3 atau lebih. Ibu tidak
menyusui mulai pada minggu ke-6 s/d
minggu ke-8. Ovulasi mungkin tidak
terlambat, dibutuhkan salah satu jenis
kontrasepsi untuk mencegah kehamilan.
e) Serviks
Segera setelah lahir terjadi edema,
bentuk distensi untuk beberapa hari,
struktur internal kembali dalam 2
minggu, struktur eksternal melebar dan
tampak bercelah.

f) Vagina
Nampak berugae kembali pada 3 minggu,
kembali mendekati ukuran seperti tidak
hamil, dalam 6 sampai 8 minggu, bentuk
ramping lebar, produksi mukus normal
dengan ovulasi.
g) Perineum
(1) Episiotomi, Penyembuhan dalam 2
minggu.
(2) Laserasi
TK I : Kulit dan strukturnya dari
permukaan
s/d otot
TK II : Meluas sampai dengan otot
perineal
TK III: Meluas sampai dengan otot
spinkter
TK IV : melibatkan dinding anterior
rectal
2) Payudara
Payudara membesar karena vaskularisasi
dan engorgement (bengkak karena
peningkatan prolaktin pada hari I-III).
Pada payudara yang tidak disusui,
engorgement akan berkurang dalam 2-3 hari,
puting mudah erektil bila dirangsang. Pada
ibu yang tidak menyusui akan mengecil pada
1-2 hari.
3) Sistem Endokrin
a) Hormon Plasenta,HCG (-) pada minggu ke-3
post partum, progesteron plasma tidak
terdeteksi dalam 72 jam post partum
normal setelah siklus menstruasi.
b) Hormon pituitary, Prolaktin serum
meningkat terjadi pada 2 minggu pertama,
menurun sampai tidak ada pada ibu tidak
menyusui FSH, LH, tidak ditemukan pada
minggu I post partum.
4) Sistem Kardiovaskuler
a) Tanda-tanda vital,Tekanan darah sama
saat bersalin, suhu meningkat karena
dehidrasi pada awal post partum terjadi
bradikardi.
b) Volume darah ,Menurun karena kehilangan
darah dan kembali normal 3-4 minggu
Persalinan normal : 200 – 500 cc,
sesaria : 600 – 800 cc
5) Sistem Respirasi
Fungsi paru kembali normal, RR : 16-24
x/menit, keseimbangan asam-basa kembali
setelah 3 minggu post partum.
6) Sistem Gastrointestinal
a) Mobilitas lambung menurun sehingga
timbul konstipasi.
b) Nafsu makan kembali normal.
c) Kehilangan rata-rata berat badan 5,5 kg.
7) Sistem Urinaria
a) Edema pada kandung kemih, urethra dan
meatus urinarius terjadi karena trauma.
b) Pada fungsi ginjal: proteinuria,
diuresis mulai 12 jam.
c) Fungsi kembali normal dalam 4 minggu.
8) Sistem Muskuloskeletal
Terjadi relaksasi pada otot abdomen
karena terjadi tarikan saat hamil.
Diastasis rekti 2-4 cm, kembali normal 6-8
minggu post partum.
9) Sistem Integumen
Hiperpigmentasi perlahan berkurang.

7. PatologiSectio Caesarea
Pada operasi sectio caesarea
transperitonial ini terjadi, perlukaan baik
pada dinding abdomen (kulit dan otot perut)
dan pada dinding uterus. Faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi penyembuhan dari luka
operasi antara lain adalah suplay darah,
infeksi dan iritasi. Dengan adanya supply
darah yang baik akan berpengaruh terhadap
kecepatan proses penyembuhan. Perjalanan
proses penyembuhan sebagai berikut :
a. Sewaktu incisi (kulit diiris), maka
beberapa sel epitel, sel dermis dan
jaringan kulit akan mati. Ruang incisi akan
diisi oleh gumpalan darah dalam 24 jam
pertama akan mengalami reaksi radang
mendadak.
b. Dalam 2-3 hari kemudian, exudat akan
mengalami resolusif proliferasi
(pelipatgandaan) fibroblast mulai terjadi.
c. Pada hari ke-3-4 gumpalan darah mengalami
organisasi.
d. Pada hari ke 5 tensile strength (kekuatan
untuk mencegah terbuka kembali luka) mulai
timbul, yang dapat mencegah terjadi
dehiscence (merekah) luka.
e. Pada hari ke-7-8, epitelisasi terjadi dan
luka akan sembuh. Kecepatan epitelisasi
adalah 0,5 mm per hari, berjalan dari tepi
luka ke arah tengah atau terjadi dari sisa-
sisa epitel dalam dermis.
f. Pada hari ke 14-15, tensile strength hanya
1/5 maksimum.
g. Tensile strength mencapai maksimum dalam 6
minggu. Untuk itu pada seseorang dengan
riwayat SC dianjurkan untuk tidak hamil
pada satu tahun pertama setelah operasi
(Hudaya, 1996).

8. Fisiologi Nifas Pada Sectio Caesarea


Perubahan yang terjadi selama masa nifas post
sectio caesarea antara lain:
a. Uterus, setelah plasenta dilahirkan,
uterus merupakan alat yang keras karena
kontraksi dan reaksi otot-ototnya. Fundus
uteri ±3 jari di bawah pusat. Ukuran uterus
mulai dua hari berikutnya, akan mengecil
hingga hari kesepuluh tidak teraba dari
luar. Invulsi uterus terjadi karena masing-
masing sel menjadi kecil, yang disebabkan
oleh proses antitoksis dimana zat protein
dinding pecah, diabsorbsi dan dibuang
melalui air seni. Sedangkan pada
endomentrium menjadi luka dengan permukaan
kasar, tidak rata kira-kira sebesar telapak
tangan. Luka ini akan mengecil hingga sembuh
dengan pertumbuhan endometrium baru di bawah
permukaan luka, mulai dari pinggir dan dasar
luka,
b. Pembuluh darah uterus yang saat hamil
dan membesar akan mengecil kembali karena
tidak dipergunakan lagi.
c. Dinding perut melonggar dan
elastisitasnya berkurang akibat peregangan
dalam waktu lama (Rustam M, 1998).

9. KomplikasiSectio Caesarea
a. Infeksi Puerperalis
Komplikasi ini bersifat ringan, seperti
kenaikan suhu selama beberapa hari dalam
masa nifas atau dapat juga bersifat berat,
misalnya peritonitis, sepsis dan lain-lain.
Infeksi post operasi terjadi apabila
sebelum pembedahan sudah ada gejala -
gejala infeksi intrapartum atau ada faktor
- faktor yang merupakan predisposisi
terhadap kelainan itu (partus lama
khususnya setelah ketuban pecah, tindakan
vaginal sebelumnya). Bahaya infeksi dapat
diperkecil dengan pemberian antibiotika,
tetapi tidak dapat dihilangkan sama sekali,
terutama SC klasik dalam hal ini lebih
berbahaya daripada SC transperitonealis
profunda.
b. Perdarahan
Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu
pembedahan jika cabang arteria uterina ikut
terbuka atau karena atonia uteri
c. Komplikasi - KomplikasiLain Seperti :
1) Luka kandung kemih
2) Embolisme paru – paru
d. Suatu komplikasi yang baru kemudian tampak
ialah kurang kuatnya perut pada dinding
uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya
bisa terjadi ruptura uteri. Kemungkinan hal
ini lebih banyak ditemukan sesudah sectio
caesarea klasik.

10. Pemeriksaan PenunjangSectio Caesarea


a. Hemoglobin atau hematokrit (HB/Ht) untuk
mengkaji perubahan dari kadar pra operasi
dan mengevaluasi efek kehilangan darah pada
pembedahan.
b. Leukosit (WBC) mengidentifikasi adanya
infeksi
c. Tes golongan darah, lama perdarahan, waktu
pembekuan darah
d. Urinalisis : Menentukam kadar Albumin dan
Glukosa

11. PenatalaksanaanSectio Caesarea


a. Pemberian cairan
Karena 24 jam pertama penderita puasa
pasca operasi, maka pemberian cairan
perintavena harus cukup banyak dan
mengandung elektrolit agar tidak terjadi
hipotermi, dehidrasi, atau komplikasi pada
organ tubuh lainnya. Cairan yang biasa
diberikan biasanya DS 10%, garam fisiologi
dan RL secara bergantian dan jumlah tetesan
tergantung kebutuhan. Bila kadar Hb rendah
diberikan transfusi darah sesuai kebutuhan.
b. Diet
Pemberian cairan perinfus biasanya
dihentikan setelah penderita flatus lalu
dimulailah pemberian minuman dan makanan
peroral. Pemberian minuman dengan jumlah
yang sedikit sudah boleh dilakukan pada 6 -
10 jam pasca operasi, berupa air putih dan
air teh.
c. Mobilisasi
Mobilisasi dilakukan secara bertahap
meliputi :
1) Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak
6 - 10 jam setelah operasi
2) Latihan pernafasan dapat dilakukan
penderita sambil tidur telentang sedini
mungkin setelah sadar
3) Hari kedua post operasi, penderita dapat
didudukkan selama 5 menit dan diminta
untuk bernafas dalam lalu
menghembuskannya.
Kemudian posisi tidur telentang dapat
diubah menjadi posisi setengah duduk
(semifowler). Selanjutnya selama berturut-
turut, hari demi hari, pasien dianjurkan
belajar duduk selama sehari, belajar
berjalan, dan kemudian berjalan sendiri
pada hari ke-3 sampai hari ke5 pasca
operasi.
d. Kateterisasi
Kandung kemih yang penuh menimbulkan
rasa nyeri dan tidak enak pada penderita,
menghalangi involusi uterus dan menyebabkan
perdarahan. Kateter biasanya terpasang 24 -
48 jam / lebih lama lagi tergantung jenis
operasi dan keadaan penderita.
e. Pemberian obat-obatan
1) Antibiotik
Cara pemilihan dan pemberian antibiotic
sangat berbeda-beda setiap institusi.
2) Analgetik dan obat untuk memperlancar
kerja saluran pencernaan
a) Supositoria = ketopropen sup 2x/24 jam
b) Oral = tramadol tiap 6 jam atau
paracetamol
c) Injeksi = penitidine 90-75 mg
diberikan setiap 6 jam bila perlu.
3) Obat-obatan lain
Untuk meningkatkan vitalitas dan
keadaan umum penderita dapat diberikan
caboransia seperti neurobian I vit. C.
f. Perawatan luka
Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari
post operasi, bila basah dan berdarah harus
dibuka dan diganti.
ASUHAN KEPERAWATAN

PENGKAJIAN
1. IdentitasDiriKlien
Nama : Ny. T
Suku : Sasak
Umur : 37 tahun
Pendidikan : -
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : IRT
Alamat : Gerimak Indah
Status Perkawinan : Kawin
Tanggal Pengkajian : 23-06-2018
Agama : Islam
Sumber Informasi : Klien dan catatan rekam medis
No RM : 272090
Diagnosa Medis : Oligohidramnion
Tindakan Operasi : SC
Kamar Operasi/Tgl : OK 2/23 Juni 2018
Ceck list Pre Operatif tentang :
a. Gelang Identitas : Ada
b. Informent Consent : Ada
c. Pasien Puasa : -
d. Mandi keramas, Oral hygiene, kuku bersih : -
e. Acsesoris (gelang, kalung, gigi palsu, soft lens
: Tidak ada
f. Make-up (lipstik, kitek kuku, eye shadow)
:Tidak ada
g. Penyakit Kronis Menahun :
Tidak ada
h. Catatan Alergi thd :
Tidak ada
2. Alasan Masuk :
Klien mengatakan datang ke RSUD Kota Mataram
dengan kehamilan anak ke 2 , usia kehamilan 37-38
minggu, dengan keluhan gagal drip dan
oligohidramnion. Klien dianjurkan untuk dilakukan
operasi pada hari sabtu, 23 juni 2018. Dan pada
saat pengkajian klien mengatakan merasa takut.
3. Pemeriksaan penunjang
Hasil LAB, Tanggal 22 Juni 2018
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Diagram
Rujukan
APTT
Pasien 36.3 detik 23.9-39.8
(APTT)
Kontrol 24.2 detik
(APTT)
Kimia Darah
Glukosa L 70 mg/dL 80-120
Sewaktu
Serologi
HbsAg Negatif Negatif

4. Terapi Yang Diberikan


No Nama Obat Jenis Cara Dosis
Pemberian
1. RL Intravena 20 Tpm
2. Cefoperazone Antibiotik Injeksi 2x1 gr
4. Oxytocin Hormon Injeksi 10-40 mg
Sintetis
5. Bledstop Injeksi 1 mL IM /
0,5-1 mL
IV
6. Ephedrine Injeksi 10 mg
7. Aquabides injeksi 4cc
8. Ketorolac Antiinflamasi Injeksi 3x30 mg
Nonsteroid
9. Tramadol Analgesik Injeksi 3x10 mg

1. Asuhan Keperawatan Pre Operatif


a. Status Fisiologis :
Baik
b. Tingkat Kesadaran : Compos mentis
c. Status Psikososial :
Subyektif :
1) Klien mengatakan merasa takut karena ini
untuk pertama kalinya klien melakukan
operasi.
Obyektif :
1) Klien tampak tegang
2) Klien sering bertanya tentang operasi
3) Kulit teraba hangat
4) TD : 110/70 mmHg, N : 84 x/mnt, RR : 24
x/mnt, S : 36,6º C

Pre op
ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


1 DS: SectioCaesaria Ansietas
Klien mengatakan
merasa takut karena Persalinan tidak
ini untuk pertama normal
kalinya klien
melakukan operasi. Kurang Pengetahuan
DO:
1. Klien tampak tegang Ansietas
2. Klien sering
bertanya tentang
operasi
3. TTV :
TD : 110/70 mmHg
N : 84 x/mnt
RR : 24 x/mnt
S : 36,6º C

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Ansietas b/d Kurang Pengetahuan


INTERVENSI KEPERAWATAN
Nama : Ny. T
No CM : 272090
Usia : 37 Tahun
Dx. INTERVENSI KEPERAWATAN Para
No
Keperawatan Tujuan dan KH Intervensi Rasional f
1. Ansietas b/d Setelah dilakukan 1. Identifikasi tingkat 1. Untuk mengetahui tingkat
Kurang tindakan keperawatan kecemasan kecemasan dan cara yang
Pengetahuan selama 1 x 10 menit tepat dalam memberikan
DS : diharapkan takut,cemas 2. Gunakan pendekatan asuhan keperawatan
1. Klien klien berkurang atau yang menenangkan 2. Agar terljalin BHSP yang
Mengatakan hilang dengan Kriteria 3. Jelaskan semua baik anatara perawat dan
takut Hasil : prosedur jalannya klien
menghadapi 1. Klien mampu operasi SC dan apa 3. Agar klien mengetahui
operasi mengidentifikasi dan yang dirasakan tentang jalannya operasi dan
2. Klien mengungkapkan gejala selama prosedur kecemasan pasien berkurang
bertanya cemas. 4. Dorong klien untuk
tentang 2. Mengidentifikasi, mengungkapkan 4. Membantu mengurangi
operasi mengungkapkan dan perasaan, ketakutan kecemasan
menunjukkan tehnik persepsi
untuk mengontrol
DO : cemas 5. Dengarkan dengan
1. Klien tampak 3. TTV dalam batas penuh perhatian 5. Membantu mengurangi

tegang normal 6. Temani klien untuk kecemasan

2. Kulit teraba TD : < 140/90 mmHg memberikan keamanan


hangat N : 60-90 x/mnt dan mengurangi takut 6. Membantu mengurangi

3. TTV S : 36ºC-37ºC 7. Instruksikan klien kecemasan

TD : RR : 16-24 x/mnt menggunakan tehnik


110/70 mmHg 4. Postur tubuh, relaksasi.
N : 84 x/mnt ekspresi wajah, 7. Membantu mengurangi
RR : 24 bahasa tubuh dan kecemasan
x/mnt tingkat aktivitas
S : 36,6º C menunjukkan
berkurangnya
kecemasan
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

No Tanggal/
Tindakan Keperawatan Respon Klien Paraf
Dx jam
1 Sabtu, 1. Mengidentifikasi tingkat S :
23 juni kecemasan 1. Klien mengatakan takut
2018 2. Menggunakan pendekatan yang menghadapi operasi sedikt
09.00 menenangkan berkurang
3. Menjelaskan semua prosedur 2. Klien kooperatif
jalannya operasi SC dan apa yang 3. Klien masih bertanya tentang
dirasakan selama prosedur operasinya
4. Mendorong klien untuk O :
mengungkapkan perasaan, ketakutan 1. Klien terlihat aktif bertanya
persepsi 2. Klien terlihat melakukan teknik
5. Mendengarkan dengan penuh relaksasi nafas dalam
perhatian 3. Kulit masih teraba hangat
6. Menemani klien untuk memberikan 4. TTV
keamanan dan mengurangi takut TD : 100/80 mmHg N : 80 x/mnt
7. Menginstruksikan klien RR:20 x/mnt S : 36º C
menggunakan tehnik relaksasi. A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan (1, 4 &
7)

EVALUASI
No Tanggal/ Jam Evaluasi (SOAP) Paraf
1 Sabtu, 23 juni S :
2018 1. Klien mengatakan takut menghadapi operasi berkurang
09.20 2. Klien kooperatif
3. Klien bertanya tentang operasinya
O :
1. Klien terlihat aktif bertanya
2. Klien terlihat melakukan teknik relaksasi nfas dalam
3. Kulit masih teraba hangat
4. TTV
TD : 100/80 mmHg N : 80 x/mnt
S : 36º C RR : 20 x/mnt
A :
Masalah cemas, takut belum teratasi
P :
Intervensi dilanjutkan
2. Asuhan Keperawatan Intra Operatif
a. Subyektif : -
b. Obyektif
1) Pasien sadar dengan spinal anestesi
2) Tidak ada batuk
3) Posisi pasien : supinasi, kaki lebih rendah
dari kepala
4) TTV
TD : 115/57 mmHg
Nadi : 81 x/menit,
RR : 24 x/menit
S : 36ºC
5) Lebar luka : 20 cm, Horizontal
6) Lama Pembedahan : 15 menit
7) Jumlah Pendarahan : ± 500 cc
8) Data lain : Klien tampak tenang
9) Instrumen Set SC :
a) Washing & dressing forcep (desinfeksi klem)
1 buah
b) Towel clems (duk klems) 5 buah
c) Pinset Chirurgis 2 buah
d) Pinset anatomis 2 buah
e) Scalp blade & handle (hand fat mess) 1 buah
f) Delicate hemostatic forceps pean (mosquito
klem pean bengkok) 6 buah
g) Metzenboum scissor (gunting metzonboum) 2
buah
h) Surgical scissor (gunting benang bengkok) 1
buah
i) Surgical scissor (gunting benang lurus) 1
buah
j) Needle holder (nald foeder) 2 buah
k) Polypus and ovum forceps (ring klem) 6 buah
l) Mikulicz (peritonium klem) 4 buah
m) Abdominal retractors fritsch (haak berdaun
dalam) 1 buah
n) Canul suction (ujung suction) 1 buah
ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


1 DS : Trauma Resiko
Infeksi
DO: pembedahan/insisi
1. Terdapat luka bedah
lebar 20 cm, horizontal Terputusnya
2. TTV : kontinitas
TD : 115/57 mmHg jaringan efek
Nadi : 81 pembedahan
x/menit,
RR : 24 x/menit Luka
S : 36ºC
Tempat masuk kuman

Resiko Infeksi

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Resiko infeksi b/d Trauma Pembedahan/Insisi


INTERVENSI KEPERAWATAN
Nama : Ny. T
No RM : 272090
Usia : 37 Tahun
INTERVENSI KEPERAWATAN
No Dx. Keperawatan Paraf
Tujuan dan KH Intervensi Rasional
2 Resiko infeksi Setelah dilakukan 1. Bersihkan 1. Membantu menjaga
b/d Trauma tindakan keperawatan lingkungan setelah klien terkena
dipakai klien lain infeksi dari
Pembedahan/insisi selama 1 x 15 menit
cairan tubuh klien
DS : - diharapkan resiko 2. Pertahankan lain
DO : infeksi dapat dicegah lingkungan aseptik 2. Menjaga kesterilan
selama pemasangan selama jalannya
1. Terdapat luka dengan,
alat operasi
bedah lebar 20 Kriteria Hasil : 3. Gunakan baju,
cm, horizontal 1. Klien bebas dari sarung tangan 3. Membantu menjaga
sebagai pelindung agar tidak terkena
tanda dan gejala
cairan tubuh klien
infeksi 4. Cuci tangan 4. Menjaga kebersihan
2. Mendeskripsikan sebelum dan tangan dari kuman,
penularan penyakit, sesudah tindakan bakteri
keperawatan 5. Untuk mengetahui
faktor yang 5. Monitor kerentanan apa saja yang
mempengaruhi terhadap infeksi dapat menyebabkan
penularan serta infeksi dapat
penatalaksanaannya terjadi

6. Monitor tanda dan 6. Untuk mengetahui


gejala infeksi apakah terdapat
3. Menunjukkan kemampuan sistemik dan lokal infeksi pada luka
untuk mencegah 7. Inspeksi kondisi pembedahan
luka atau insisi 7. Untuk mengetahui
timbulnya infeksi
bedah apakah terjadi
4. Menunjukkan perilaku tanda dan gejala
hidup sehat 8. Inspeksi kulit dan infeksi
membran mukosa 8. Untuk mendapat
terhadap penanganan lebih
kemerahan, panas, lanjut terhadap
drainase infeksi yang
terjadi
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Para
No Tanggal/ Jam Tindakan Keperawatan Respon Pasien
f
Sabtu, S : -
23 juni 2018 O :
1. Mengkaji Pola nafas klien
10.30 1. TTV
2. Memberi posisi supinasi (kaki lebih
rendah dari kepala) TD :115/57 mmHg
10.35 3. Memberi obat anestesi (antara N : 81 x/menit
lumbal 3 dan 4)
RR : 24 x/menit
4. Memasang manset tensimeter di
ekstremitas atas (sinistra) S : 36 ºC
5. Memasang alat pemantau HR dan 2. Klien terlihat terbaring
saturasi O2 di ekstremitas atas
dengan posisi supinasi,
(dekstra)
10.38 6. Memasang nassal kanul O2 3lt/mnt kaki lebih rendah dari
7. Dokter, perawat mencuci tangan kepala
10.45 8. Dokter, perawat mengenakan pakaian 3. Terpasang O2 dengan nassal
operasi steril
9. Melakukan desinfektan di daerah kanul 3 lpm
abdomen (yang akan dioperasi dengan 4. Jumlah pendarahan :± 500cc
iodyne) 5. Terpasang infus NaCl 500cc
10. m
6. Terpasang inf. RL (guyur
memasang duk streril (mengelilingi)
abdomen yang akan di sayat 200cc)
11.15 11. 7. Oxytocin 1 AM (drip)
enyayat abdomen sampai 7 lapisan 8. Bledstop 1 A (Bolus)
(lebar luka 20 cm, horizontal)
12. 9. Efedrin 1 A M(10 mg) +
engeluarkan bayi Aquabides 4 cc (IV)
13. 10. Ketorolac 3 Mx 30 mg (IV)
ensuction darah yang sebelumnya
11. Tramadol 3 x 100 mg ( IV)
diguyur NaCl 500 cc
14. 12. Lebar luka 20
M cm,horizontal
emberi cairan elektrolit NaCl (dijahit)
(guyur)
11.20
15. M
11.25 engobservasi pendarahan
16. M
emantau TTV
17. M
emberi cairan elektrolit RL (guyur
200cc) dan obat sesuai kolaborasi :
Oxytocin 1 A (drip)
Bledstop 1 A(bolus)
Efedrin 1 A (10 mg) + Aquabides 4
cc (IV)
Ketorolac 3 x 30 mg (IV)
Tramadol 3 x 100 mg (IV)
18. P
enutupan luka dengan dijahit
19. M
enutup jahitan luka dengan kassa
steril sebelumnya diberi iodine

EVALUASI

No Tanggal/ Jam EVALUASI (SOAP) Paraf


1. Sabtu, S : -
23 juni 2018 O :
11.35 Lebar luka 20 cm, Horizontal (dijahit)
A :
Masalah resiko infeksi teratasi
P :
Lanjutkan intervensi lakukan tindakan steril (desinfektan dalam
mengganti balutan)
3. Asuhan Keperawatan Post Operatif
a. Subyektif :
1) Ny. T mengatakan lega operasi SC telah selesai
2) Klien mengatakan kakinya terasa kaku dan
3) Klien tidak bisa digerakkan
b. Obyektif :
1) TTV
TD : 120/70 mmHg
N : 90 x/menit
RR : 22 x/menit
S : 36ºC
2) Lebar luka : 20 cm, horizontal
3) Lama operasi : 30 menit
4) Jumlah pendarahan : ± 500 cc
5) Posisi klien : Supinasi, kaki lebih rendah
dari kepala
6) Klien terlihat terbaring dengan spinal
anestesi (klien sadar, ekstremitas bawah tidak
bisa bergerak)

c. Standar score
BROMAGE SCORE

No KRITERIA Score Score

1 Dapat mengangkat tungkai bawah 0


Tidak dapat menekukan lutut
2 1
tetapi dapat mengangkat kaki
Tidak dapat mengangkat tungkai
3 bawah tetapi masih dapat 2
menekuk lutut
Tidak dapat mengangkat kaki
4 3
sama sekali
Keterangan : Jika score <2 maka klien dapat
dipindahkan ke ruangan
Kesimpulan : Ny. T tidak dapat menekkukan
kedua lututnya, tetapi mampu mengangkat kaki
keduanya jadi score nya 1 dan bisa di bawa ke
ruangan.
ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


1 DS : Proses pembedahan Resiko
Injury
1. Ny. P mengatakan lega
operasi SC telah Pengaruh Obat
selesai anestesi
2. Klien mengatakan
kakinya terasa kaku Kelemahan fisik
3. Kaki klien tidak bisa
digerakkan Immobilisasi

DO: Resiko Injury


1. Terdapat luka bedah
lebar 20 cm,
horizontal
2. TTV :
TD : 120/70 mmHg
Nadi : 81
x/menit,
RR : 24 x/menit
S : 36ºC

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Resiko Injury b/d Pengaruh Obat Anastesi dan Kelemahan


Fisik
INTERVENSI KEPERAWATAN
Nama : Ny. T
No CM : 272090
Usia : 37 Tahun
INTERVENSI KEPERAWATAN
No Dx. Keperawatan Paraf
Tujuan dan KH Intervensi Rasional
1. Resiko Injury b/d Setelah dilakukan 1. Anjurkan klien 1. Memperlancar
Pengaruh Obat tindakan untuk menggerak- peredaran darah,
Anestesi dan keperawatan selama gerakkan mempercepat
Kelemahan Fisik 1 x 10 menit ekstremitas bawah mobilisasi
DS : diharapkan resiko 2. Pasang side rail 2. Mencegah resiko
Klien mengatakan injury dapat tempat tidur cidera (jatuh dari
kakinya terasa dihindari dengan 3. Sediakan lingkungan bed)
kaku dan tidak Kriteria Hasil : yang aman untuk 3. Mencegah klien
bisa digerakkan 1. Klien terbebas klien terhindar dari
DO : dari cedera 4. Identifikasi resiko cedera
1. Klien dengan 2. Klien mampu kebutuhan kemanan 4. Untuk dapat
posisi menjelaskan cara klien, sesuai memberikan rasa
supinasi / metode untuk dengan kondisi aman dan nyaman
mencegah injury fisik dan fungsi bagi klien
kognitif klien dan
3. Klien mampu riwayat penyakit
2. Klien terlihat menjelaskan terdahulu klien
terbaring faktor resiko 5. Anjurkan keluarga 5. Memudahkan klien
dengan spinal dari lingkungan / untuk menemani dalam aktivitas
anestesi perilaku personal klien selama sakit
(klien sadar, 4. Mampu 6. Monitor TTV 6. Memantau
ekstremitas memodifikasi gaya perkembangan
bawah tidak hidup untuk 7. Pasang nassal kanul kesehatan klien
bisa bergerak) mencegah injury O2 3 lpm 7. Memperlancar
5. Menggunkan 8. Beri klien posisi pernapasan klien
fasilitas kaki lebih rendah 8. Memberikan kenyaman
kesehatan yang dari kepala bagi klien
ada (supinasi)
6. Mampu mengenali 9. Anjurkan klien 9. Memperlancar
perubahan status untuk mengangkat peredaran darah,
kesehatan kaki/menekkukan mempercepat
lutut mobilisasi
10. Kaji gerakan 10. Untuk mengetahui
ekstremitas dengan perkembangan
Bromage Score mobilisasi klien
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Tanggal/
Tindakan Keperawatan Respon Klien Paraf
No Jam
Sabtu, Di Recovery Room dilakukan S :
23 juni tindakan sebagai berikut : Klien mengatakan masih susah untuk
2018 1. Memonitoring TTV menggerakkan kakinya
11.50 2. Memasang nassal kanul O2 3 O :
lpm 1. TTV
3. Memberi klien posisi kaki TD : 120/78 mmHg
lebih rendah dari kepala N : 76 x/mnt
(supinasi) RR : 22 x/mnt
4. Memasang side rail tempat S : 36ºC
tidur 2. Klien terlihat terbaring dengan
5. Menganjurkan klien untuk posisi supinasi
mengangkat kaki/menekkukan 3. Klien terpasang O2 dengan nassal
lutut kanul 3lpm
6. Mengkaji gerakan ekstremitas 4. Terlihat klien terbaring di bed
dengan Bromage Score dengan side rail
5. Klien terlihat mencoba mengangkat
kaki, dan bisa mengangkat kaki
setelah ± 3 menit menggerak-gerakan
ekstremitas bawah, namun belum dapat
menekkukan lutut (score 1)
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan (4 & 5)

EVALUASI

No Tanggal/ Jam Evaluasi (SOAP) Paraf


3. Sabtu, S :
23 juni 2018 Klien mengatakan sudah mampu menggerakkan kaki dan mengangkat kaki
12.05 O :
Klien terlihat mencoba mengangkat kaki, dan bisa mengangkat kaki
setelah ± 3 menit menggerak-gerakan ekstremitas bawah, namun belum
dapat menekkukan lutut (score 1)
A :
Masalah resiko injury teratasi (Klien dipindahkan ke ruangan)
P :
Lanjutkan intervensi (operkan kepada perawat ruangan) :
untuk menggerak-gerakkan kaki, memasang penghalang bed

Anda mungkin juga menyukai