Disusun Oleh:
Iranadi
017.02.0745
2018
LEMBAR PENGESAHAN
Hari :
Tanggal :
DisusunOleh :
Iranadi
017.02.0745
Mengetahui
A. Masalah Utama
Sectio Caesarea
B. Tinjauan Kasus
1. Pengertian Sectio Caesarea
Sectio caesarea adalah pembedahan untuk
melahirkan janin dengan membuka dinding perut
dan dinding uterus (Sarwono , 2005).
Sectio Caesarea ialah tindakan untuk
melahirkan janin dengan berat badan diatas
500 gram melalui sayatan pada dinding
uterus yang utuh(Gulardi & Wiknjosastro,
2006)
Sectio caesarea adalah pembedahan untuk
melahirkan janin dengan membuka dinding perut
dan dinding rahim (Mansjoer, 2002).
2. EtiologiSectio Caesarea
Pada persalinan normal bayi akan keluar
melalui vagina, baik dengan alat maupun dengan
kekuatan ibu sendiri. Dalam keadaan patologi
kemungkinan dilakukan operasi sectio caesarea.
Faktor-Faktor Penyebab Sectio Caesarea menurut
Mochtar (1998) faktor dari ibu dilakukannya
sectio caesarea adalah plasenta previa, panggul
sempit, partus lama, distosia serviks, pre
eklamsi dan hipertensi. Sedangkan faktor dari
janin adalah letak lintang dan letak bokong.
Manuaba (2009) indikasi ibu dilakukan
sectio caesarea adalah ruptur uteri iminen,
perdarahan antepartum, ketuban pecah dini.
Sedangkan indikasi dari janin adalah fetal
distres dan janin besar melebihi 4.000 gram.
Dari beberapa faktor sectio caesarea diatas
dapat diuraikan beberapa penyebab dilakukan
sectio caesarea:
a. CPD (Chepalo Pelvik Disproportion)
b. PEB (Pre-Eklamsi Berat)
c. KPD (Ketuban Pecah Dini)
d. Bayi Kembar
e. Faktor Hambatan Jalan Lahir
f. Kelainan Letak Janin
3. Tujuan Sectio Caesarea
Tujuan melakukan sectio caesarea (SC) adalah
untuk mempersingkat lamanya perdarahan dan
mencegah terjadinya robekan serviks dan segmen
bawah rahim. Sectio caesarea dilakukan pada
plasenta previa totalis dan plasenta previa
lainnya jika perdarahan hebat. Selain dapat
mengurangi kematian bayi pada plasenta previa,
sectio caesarea juga dilakukan untuk
kepentingan ibu, sehingga sectio caesarea
dilakukan pada placenta previa walaupun anak
sudah mati.
4. Jenis - Jenis Operasi Sectio Caesarea (SC)
a. Abdomen (SC Abdominalis)
1) Sectio Caesarea Transperitonealis
a) Sectio caesarea klasik atau corporal :
dengan insisi memanjang pada corpus
uteri.
b) Sectio caesarea profunda : dengan insisi
pada segmen bawah uterus.
2) Sectio Caesarea Ekstraperitonealis
Merupakan sectio caesarea tanpa
membuka peritoneum parietalis dan dengan
demikian tidak membuka kavum
abdominalis.
b. Vagina (Sectio Caesarea Vaginalis)
Menurut arah sayatan pada rahim, sectio
caesaria dapat dilakukan apabila :
1) Sayatan memanjang (longitudinal)
2) Sayatan melintang (tranversal)
3) Sayatan huruf T (T Insisian)
c. Sectio Caesarea Klasik (Korporal)
Dilakukan dengan membuat sayatan
memanjang pada korpus uteri kira-kira 10cm.
Kelebihan :
1) Mengeluarkan janin lebih memanjang
2) Tidak menyebabkan komplikasi kandung kemih
tertarik
3) Sayatan bisa diperpanjang proksimal atau
distal
Kekurangan :
1) Infeksi mudah menyebar secara
intraabdominal karena tidak ada
reperitonial yang baik.
2) Untuk persalinan berikutnya lebih sering
terjadi rupture uteri spontan.
3) Ruptura uteri karena luka bekas SC klasik
lebih sering terjadi dibandingkan dengan
luka SC profunda. Ruptur uteri karena luka
bekas SC klasik sudah dapat terjadi pada
akhir kehamilan, sedangkan pada luka bekas
SC profunda biasanya baru terjadi dalam
persalinan.
4) Untuk mengurangi kemungkinan ruptura
uteri, dianjurkan supaya ibu yang telah
mengalami SC jangan terlalu lekas hamil
lagi. Sekurang -kurangnya dapat istirahat
selama 2 tahun. Rasionalnya adalah
memberikan kesempatan luka sembuh dengan
baik. Untuk tujuan ini maka dipasang akor
sebelum menutup luka rahim.
d. Sectio Caesarea (Ismika Profunda)
Dilakukan dengan membuat sayatan
melintang konkaf pada segmen bawah rahim
kira-kira 10cm
Kelebihan :
1) Penjahitan luka lebih mudah
2) Penutupan luka dengan reperitonialisasi
yang baik
3) Tumpang tindih dari peritoneal flap baik
sekali untuk menahan isi uterus ke rongga
perineum
4) Perdarahan kurang
5) Dibandingkan dengan cara klasik
kemungkinan ruptur uteri spontan lebih
kecil
Kekurangan :
1) Luka dapat melebar ke kiri, ke kanan dan
bawah sehingga dapat menyebabkan arteri
uteri putus yang akan menyebabkan
perdarahan yang banyak.
2) Keluhan utama pada kandung kemih post
operatif tinggi.
5. Clinical PathwaySectio Caesarea
6. Manifestasi Klinik/Tanda Dan Gejala Sectio
Caesarea
a. Perubahan Fisik
1) Sistem Reproduksi
a) Uterus
Involusi : Kembalinya uterus ke kondisi
normal setelah hamil. Proses ini
dipercepat oleh rangsangan pada puting
susu.
Lochea, Komposisi Jaringan endometrial,
darah dan limfe.
b) Tahap
a. Rubra (merah) : 1-3 hari
b. sanguinolenta : 3-7 hari
b. Serosa (pink kecoklatan) : setelah 2
minggu post partum
c. Alba (kuning-putih) :
Lochea terus keluar sampai 3 minggu.Bau
normal seperti menstruasi, jumlah
meningkat saat berdiri. Jumlah keluaran
rata-rata 240-270 ml.
c) Siklus Menstruasi, Ibu menyusui paling
awal 12 minggu rata-rata 18 minggu,
untuk itu tidak menyusui akan kembali ke
siklus normal.
d) Ovulasi
Ada tidaknya tergantung tingkat
proluktin. Ibu menyusui mulai ovulasi
pada bulan ke 3 atau lebih. Ibu tidak
menyusui mulai pada minggu ke-6 s/d
minggu ke-8. Ovulasi mungkin tidak
terlambat, dibutuhkan salah satu jenis
kontrasepsi untuk mencegah kehamilan.
e) Serviks
Segera setelah lahir terjadi edema,
bentuk distensi untuk beberapa hari,
struktur internal kembali dalam 2
minggu, struktur eksternal melebar dan
tampak bercelah.
f) Vagina
Nampak berugae kembali pada 3 minggu,
kembali mendekati ukuran seperti tidak
hamil, dalam 6 sampai 8 minggu, bentuk
ramping lebar, produksi mukus normal
dengan ovulasi.
g) Perineum
(1) Episiotomi, Penyembuhan dalam 2
minggu.
(2) Laserasi
TK I : Kulit dan strukturnya dari
permukaan
s/d otot
TK II : Meluas sampai dengan otot
perineal
TK III: Meluas sampai dengan otot
spinkter
TK IV : melibatkan dinding anterior
rectal
2) Payudara
Payudara membesar karena vaskularisasi
dan engorgement (bengkak karena
peningkatan prolaktin pada hari I-III).
Pada payudara yang tidak disusui,
engorgement akan berkurang dalam 2-3 hari,
puting mudah erektil bila dirangsang. Pada
ibu yang tidak menyusui akan mengecil pada
1-2 hari.
3) Sistem Endokrin
a) Hormon Plasenta,HCG (-) pada minggu ke-3
post partum, progesteron plasma tidak
terdeteksi dalam 72 jam post partum
normal setelah siklus menstruasi.
b) Hormon pituitary, Prolaktin serum
meningkat terjadi pada 2 minggu pertama,
menurun sampai tidak ada pada ibu tidak
menyusui FSH, LH, tidak ditemukan pada
minggu I post partum.
4) Sistem Kardiovaskuler
a) Tanda-tanda vital,Tekanan darah sama
saat bersalin, suhu meningkat karena
dehidrasi pada awal post partum terjadi
bradikardi.
b) Volume darah ,Menurun karena kehilangan
darah dan kembali normal 3-4 minggu
Persalinan normal : 200 – 500 cc,
sesaria : 600 – 800 cc
5) Sistem Respirasi
Fungsi paru kembali normal, RR : 16-24
x/menit, keseimbangan asam-basa kembali
setelah 3 minggu post partum.
6) Sistem Gastrointestinal
a) Mobilitas lambung menurun sehingga
timbul konstipasi.
b) Nafsu makan kembali normal.
c) Kehilangan rata-rata berat badan 5,5 kg.
7) Sistem Urinaria
a) Edema pada kandung kemih, urethra dan
meatus urinarius terjadi karena trauma.
b) Pada fungsi ginjal: proteinuria,
diuresis mulai 12 jam.
c) Fungsi kembali normal dalam 4 minggu.
8) Sistem Muskuloskeletal
Terjadi relaksasi pada otot abdomen
karena terjadi tarikan saat hamil.
Diastasis rekti 2-4 cm, kembali normal 6-8
minggu post partum.
9) Sistem Integumen
Hiperpigmentasi perlahan berkurang.
7. PatologiSectio Caesarea
Pada operasi sectio caesarea
transperitonial ini terjadi, perlukaan baik
pada dinding abdomen (kulit dan otot perut)
dan pada dinding uterus. Faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi penyembuhan dari luka
operasi antara lain adalah suplay darah,
infeksi dan iritasi. Dengan adanya supply
darah yang baik akan berpengaruh terhadap
kecepatan proses penyembuhan. Perjalanan
proses penyembuhan sebagai berikut :
a. Sewaktu incisi (kulit diiris), maka
beberapa sel epitel, sel dermis dan
jaringan kulit akan mati. Ruang incisi akan
diisi oleh gumpalan darah dalam 24 jam
pertama akan mengalami reaksi radang
mendadak.
b. Dalam 2-3 hari kemudian, exudat akan
mengalami resolusif proliferasi
(pelipatgandaan) fibroblast mulai terjadi.
c. Pada hari ke-3-4 gumpalan darah mengalami
organisasi.
d. Pada hari ke 5 tensile strength (kekuatan
untuk mencegah terbuka kembali luka) mulai
timbul, yang dapat mencegah terjadi
dehiscence (merekah) luka.
e. Pada hari ke-7-8, epitelisasi terjadi dan
luka akan sembuh. Kecepatan epitelisasi
adalah 0,5 mm per hari, berjalan dari tepi
luka ke arah tengah atau terjadi dari sisa-
sisa epitel dalam dermis.
f. Pada hari ke 14-15, tensile strength hanya
1/5 maksimum.
g. Tensile strength mencapai maksimum dalam 6
minggu. Untuk itu pada seseorang dengan
riwayat SC dianjurkan untuk tidak hamil
pada satu tahun pertama setelah operasi
(Hudaya, 1996).
9. KomplikasiSectio Caesarea
a. Infeksi Puerperalis
Komplikasi ini bersifat ringan, seperti
kenaikan suhu selama beberapa hari dalam
masa nifas atau dapat juga bersifat berat,
misalnya peritonitis, sepsis dan lain-lain.
Infeksi post operasi terjadi apabila
sebelum pembedahan sudah ada gejala -
gejala infeksi intrapartum atau ada faktor
- faktor yang merupakan predisposisi
terhadap kelainan itu (partus lama
khususnya setelah ketuban pecah, tindakan
vaginal sebelumnya). Bahaya infeksi dapat
diperkecil dengan pemberian antibiotika,
tetapi tidak dapat dihilangkan sama sekali,
terutama SC klasik dalam hal ini lebih
berbahaya daripada SC transperitonealis
profunda.
b. Perdarahan
Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu
pembedahan jika cabang arteria uterina ikut
terbuka atau karena atonia uteri
c. Komplikasi - KomplikasiLain Seperti :
1) Luka kandung kemih
2) Embolisme paru – paru
d. Suatu komplikasi yang baru kemudian tampak
ialah kurang kuatnya perut pada dinding
uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya
bisa terjadi ruptura uteri. Kemungkinan hal
ini lebih banyak ditemukan sesudah sectio
caesarea klasik.
PENGKAJIAN
1. IdentitasDiriKlien
Nama : Ny. T
Suku : Sasak
Umur : 37 tahun
Pendidikan : -
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : IRT
Alamat : Gerimak Indah
Status Perkawinan : Kawin
Tanggal Pengkajian : 23-06-2018
Agama : Islam
Sumber Informasi : Klien dan catatan rekam medis
No RM : 272090
Diagnosa Medis : Oligohidramnion
Tindakan Operasi : SC
Kamar Operasi/Tgl : OK 2/23 Juni 2018
Ceck list Pre Operatif tentang :
a. Gelang Identitas : Ada
b. Informent Consent : Ada
c. Pasien Puasa : -
d. Mandi keramas, Oral hygiene, kuku bersih : -
e. Acsesoris (gelang, kalung, gigi palsu, soft lens
: Tidak ada
f. Make-up (lipstik, kitek kuku, eye shadow)
:Tidak ada
g. Penyakit Kronis Menahun :
Tidak ada
h. Catatan Alergi thd :
Tidak ada
2. Alasan Masuk :
Klien mengatakan datang ke RSUD Kota Mataram
dengan kehamilan anak ke 2 , usia kehamilan 37-38
minggu, dengan keluhan gagal drip dan
oligohidramnion. Klien dianjurkan untuk dilakukan
operasi pada hari sabtu, 23 juni 2018. Dan pada
saat pengkajian klien mengatakan merasa takut.
3. Pemeriksaan penunjang
Hasil LAB, Tanggal 22 Juni 2018
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Diagram
Rujukan
APTT
Pasien 36.3 detik 23.9-39.8
(APTT)
Kontrol 24.2 detik
(APTT)
Kimia Darah
Glukosa L 70 mg/dL 80-120
Sewaktu
Serologi
HbsAg Negatif Negatif
Pre op
ANALISA DATA
DIAGNOSA KEPERAWATAN
No Tanggal/
Tindakan Keperawatan Respon Klien Paraf
Dx jam
1 Sabtu, 1. Mengidentifikasi tingkat S :
23 juni kecemasan 1. Klien mengatakan takut
2018 2. Menggunakan pendekatan yang menghadapi operasi sedikt
09.00 menenangkan berkurang
3. Menjelaskan semua prosedur 2. Klien kooperatif
jalannya operasi SC dan apa yang 3. Klien masih bertanya tentang
dirasakan selama prosedur operasinya
4. Mendorong klien untuk O :
mengungkapkan perasaan, ketakutan 1. Klien terlihat aktif bertanya
persepsi 2. Klien terlihat melakukan teknik
5. Mendengarkan dengan penuh relaksasi nafas dalam
perhatian 3. Kulit masih teraba hangat
6. Menemani klien untuk memberikan 4. TTV
keamanan dan mengurangi takut TD : 100/80 mmHg N : 80 x/mnt
7. Menginstruksikan klien RR:20 x/mnt S : 36º C
menggunakan tehnik relaksasi. A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan (1, 4 &
7)
EVALUASI
No Tanggal/ Jam Evaluasi (SOAP) Paraf
1 Sabtu, 23 juni S :
2018 1. Klien mengatakan takut menghadapi operasi berkurang
09.20 2. Klien kooperatif
3. Klien bertanya tentang operasinya
O :
1. Klien terlihat aktif bertanya
2. Klien terlihat melakukan teknik relaksasi nfas dalam
3. Kulit masih teraba hangat
4. TTV
TD : 100/80 mmHg N : 80 x/mnt
S : 36º C RR : 20 x/mnt
A :
Masalah cemas, takut belum teratasi
P :
Intervensi dilanjutkan
2. Asuhan Keperawatan Intra Operatif
a. Subyektif : -
b. Obyektif
1) Pasien sadar dengan spinal anestesi
2) Tidak ada batuk
3) Posisi pasien : supinasi, kaki lebih rendah
dari kepala
4) TTV
TD : 115/57 mmHg
Nadi : 81 x/menit,
RR : 24 x/menit
S : 36ºC
5) Lebar luka : 20 cm, Horizontal
6) Lama Pembedahan : 15 menit
7) Jumlah Pendarahan : ± 500 cc
8) Data lain : Klien tampak tenang
9) Instrumen Set SC :
a) Washing & dressing forcep (desinfeksi klem)
1 buah
b) Towel clems (duk klems) 5 buah
c) Pinset Chirurgis 2 buah
d) Pinset anatomis 2 buah
e) Scalp blade & handle (hand fat mess) 1 buah
f) Delicate hemostatic forceps pean (mosquito
klem pean bengkok) 6 buah
g) Metzenboum scissor (gunting metzonboum) 2
buah
h) Surgical scissor (gunting benang bengkok) 1
buah
i) Surgical scissor (gunting benang lurus) 1
buah
j) Needle holder (nald foeder) 2 buah
k) Polypus and ovum forceps (ring klem) 6 buah
l) Mikulicz (peritonium klem) 4 buah
m) Abdominal retractors fritsch (haak berdaun
dalam) 1 buah
n) Canul suction (ujung suction) 1 buah
ANALISA DATA
Resiko Infeksi
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Para
No Tanggal/ Jam Tindakan Keperawatan Respon Pasien
f
Sabtu, S : -
23 juni 2018 O :
1. Mengkaji Pola nafas klien
10.30 1. TTV
2. Memberi posisi supinasi (kaki lebih
rendah dari kepala) TD :115/57 mmHg
10.35 3. Memberi obat anestesi (antara N : 81 x/menit
lumbal 3 dan 4)
RR : 24 x/menit
4. Memasang manset tensimeter di
ekstremitas atas (sinistra) S : 36 ºC
5. Memasang alat pemantau HR dan 2. Klien terlihat terbaring
saturasi O2 di ekstremitas atas
dengan posisi supinasi,
(dekstra)
10.38 6. Memasang nassal kanul O2 3lt/mnt kaki lebih rendah dari
7. Dokter, perawat mencuci tangan kepala
10.45 8. Dokter, perawat mengenakan pakaian 3. Terpasang O2 dengan nassal
operasi steril
9. Melakukan desinfektan di daerah kanul 3 lpm
abdomen (yang akan dioperasi dengan 4. Jumlah pendarahan :± 500cc
iodyne) 5. Terpasang infus NaCl 500cc
10. m
6. Terpasang inf. RL (guyur
memasang duk streril (mengelilingi)
abdomen yang akan di sayat 200cc)
11.15 11. 7. Oxytocin 1 AM (drip)
enyayat abdomen sampai 7 lapisan 8. Bledstop 1 A (Bolus)
(lebar luka 20 cm, horizontal)
12. 9. Efedrin 1 A M(10 mg) +
engeluarkan bayi Aquabides 4 cc (IV)
13. 10. Ketorolac 3 Mx 30 mg (IV)
ensuction darah yang sebelumnya
11. Tramadol 3 x 100 mg ( IV)
diguyur NaCl 500 cc
14. 12. Lebar luka 20
M cm,horizontal
emberi cairan elektrolit NaCl (dijahit)
(guyur)
11.20
15. M
11.25 engobservasi pendarahan
16. M
emantau TTV
17. M
emberi cairan elektrolit RL (guyur
200cc) dan obat sesuai kolaborasi :
Oxytocin 1 A (drip)
Bledstop 1 A(bolus)
Efedrin 1 A (10 mg) + Aquabides 4
cc (IV)
Ketorolac 3 x 30 mg (IV)
Tramadol 3 x 100 mg (IV)
18. P
enutupan luka dengan dijahit
19. M
enutup jahitan luka dengan kassa
steril sebelumnya diberi iodine
EVALUASI
c. Standar score
BROMAGE SCORE
DIAGNOSA KEPERAWATAN
EVALUASI