Menu
Skip to content
Home
About me
STROKE (CVA)
October 14, 2013
By ayu mulia dewi
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Tinjauan Teoritis
1.Pengertian
stroke (CVA) penyakit serebral vaskuler menunjukkan adanya beberapa kelainan otak baik
secara fungsional maupun struktural yang disebabkan oleh keadaan patologis dan pembuluh
darah serebral atau dari seluruh sistem pembuluh darah (Dongoes, 2012).
stroke (CVA) adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah
ke otak (Brunner & Suddarth, 2002).
stroke (CVA) adalah sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak, progresif cepat berupa
defisit neurologis fokal dan atau global yang berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung
menimbulkan kematian dan semata-mata disebabkan oleh ganguan peredaran darah otak non
traumatik (M.Clevo Rendy, 2012).
Jadi stroke (CVA) adalah penyakit neurologis yang timbul secara mendadak yang disebabkan
gangguan peredaran darah ke otak.
a) Perdarahan intraserebral
b) Perdarahan subaracnoid
pendarahan ini berasal dari pecahnya aneurisma. Aneurisma yang pecah ini berasal dari
pembuluh darah sirkulasi willisi dan cabang-cabangnya yang terdapat diluar parenkim otak.
Pecahnya arteri dan keluarnya ke ruang subarakhnoid menyebabkan TIK meningkat
mendadak, merenggangnya struktur peka nyeri, dan vasospasme pembuluh darah serebri
yang berakibat disfungsi otak global (nyeri kepala, penurunan kesadaran) maupun fokal
(hemiparese, gangguan hemisensorik, afasia, dan lainnya). Pecahnya arteri dan keluarnya
darah keruang subarakhnoid mengakibatkan terjadinya peningkatan TIK yang mendadak,
merenggangnya struktur peka nyeri, sehingga timbul kepala nyeri hebat. Sering juga dijumpai
kaku kuduk dan tanda-tanda merangsang selaput otak lainnya. Peningkatan TIK yang
mendadak juga mengakibatkan pendarahan subhialoid pada retina dan penurunan kesadaran.
Perdarahan subarakhnoid dapat mengakibatkan vasospasme pembuluh darah serebri.
Vasospasme ini dapat mengakibatkan arteri di ruang subbarakhnoid. Vasospasme ini dapat
mengakibatkan disfungsi otak global (nyeri kepala, penurunan kesadaran) maupun fokal
(hemiparese, gangguan hemisensorik, afasia dan lainnya).
Dapat berupa iskemia atau emboli dan trombosis serebri, biasanya terjadi saat setelah lama
beristirahat, baru bangun tidur, atau di pagi hari. Tidak terjadi perdarahan namun terjadi
iskemia yang menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat timbul edema sekunder.
Kesadaran umumnya baik.
2. Etiologi
1) Trombosis
Trombosis merupakan penyebab utama dari stroke. Thrombus yang merupakan penyebab
tersebut sering terjadi pada pembuluh darah yang mengalami orterosklerosis. Terbentuknya
thrombus biasanya di bifurkasia (percabangan) arteri, dan umumnya pada pertemuan antara
arteri korotis interna dan arteri vertebra atau antara arteri vertebra dan arteri basiler.
Thrombus sering terjadi pada susila dan penyakit jantung aterosklerotik. Stroke karena
trombosis akan lebih berat bila didahului TIA atau bersama TIA.
2) Emboli Serebral
Embolus yang terjadi berupa bekuan darah, lemak, bakteri, tumor dan udara sehingga
menyebabkan sumbatan. Tempat tersangkutnya (berhentinya) embolus umumnya di
pembuluh darah kecil di daerah bifurkasia. Embolus berasal dari jantung kiri atau plaque dari
arteri karotis yang mengalami arteroklerotis. Daerah yang mengalami stroke adalah daerah
yang dialiri oleh arteri serebri media.
3) Iskemia / TIA
Iskemia yang terjadi karena thrombus atau plaque arterosklerosis yang terlepas sehingga
mengganggu aliran darah atau menyumbat. TIA merupakan keadaan awal atau serangan
sebelum stroke atau sering disebut Angina Serebral. Stroke yang terkena iskemia dapat
terjadi 6 bulan setelah menderita TIA atau mengalami TIA secara berulang.
4) Perdarahan Serebral
Perdarahan serebral merupakan penyebab stroke yang paling fatal. Pembuluh darah yang
pecah menyebabkan perdarahan di dalam jaringan otak atau area sekitarnya.
Terjadi karena fraktur tengkorak dan sobekan pada arteri serebral media.
Pada dasarnya sama dengan perdarahan epidural, tetapi pembuluh darah yang pecah adalah
vena, terjadi dalam periode yang lama sehingga terjadi hematom menyebabkan tekanan di
dalam otak meningkat.
c) Perdarahan Subarachnoid
Terjadi terutama karena hipertensi atau trauma, terbanyak disebabkan oleh aneurisma yaitu
terjadi kebocoran pada area lingkaran Willisi dan malformasi arteriovenous congenital.
d) Perdarahan Intraserebral
Terjadi karena dengan hipertensi atau arteriosclerosis serebral. Terjadi juga karena perubahan
degeneratif penyakit yang biasanya menyebabkan ruptur pembuluh darah.
5) Faktor resiko
1) Usia: makin bertambah usia resiko stroke makin tinggi, hal ini berkaitan dengan
elastisitas pembuluh darah
3) Ras dan keturunan: stroke lebih sering ditemukan pada kulit putih
6) Diabetes mellitus: terjadi gangguan vaskuler, sehingga terjadi hambatan dalam aliran
darah ke otak
7) Polisitemia: kadar Hb yang tinggi (> 16 mg/dl) menimbulkan darah menjadi lebih
kental dengan demikian aliran darah ke otak lebih lambat
8) Perokok: rokok menimbulkan plaque pada pembuluh darah oleh nikotin sehingga
terjadi aterosklerosis
9) Alcohol: pada alkoholik dapat mengalami hipertensi, penurunan aliran darah ke otak
dan aritmia
11) Obesitas: pada obesitas kadar kolesterol darah meningkat dan terjadi hipertensi
(Tarwoto, 2007)
3. Patofisiologi
Suplai darah ke otak dapat berubah (makin lambat atau cepat) pada gangguan lokal (trombus,
emboli, perdarahan, dan spasme vaskular) atau karena gangguan umum (hipoksia karena
gangguan paru dan jantung). Aterosklerosis sering kali merupakan faktor penyebab infark
pada otak, trombus dapat berasal dari flak arterosklerosis, sehingga terjadi thrombosis
serebral, thrombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga
menyebabkan iskemik jaringan otak yang dapat menimbulkan odema dan kongesti
disekitarnya (Arif Muttaqin,2008).
Aneurisme intracranial adalah dilatasi dinding arteri serebral yang mungkin terjadi karena
Hipertensi, arterosklerosis, yang mengakibatkan kerusakan dinding pembuluh darah dengan
dilanjutkan kelemahan pada dinding pembuluh darah karena kerusaakan congenital atau
terjadi karena penambahan usia. Pelebaran Aneurisma dapat mengakibatkan pecahnya
pembuluh darah di otak yang mengakibatkan terjadinya perdarahan intraserebral termasuk
perdarahan dalam ruang subaraknoid atau kedalam jaringan otak itu sendiri. Akibat pecahnya
pembuluh darah menyebabkan perembesan darah ke dalam parenkim otak yang dapat
mengakibatkan penekanan jaringan otak yag berdekatan sehingga otak akan membengkak,
jaringan otak tertekan, sehingga terjadi infark otak, edema dan mungkin herniasi otak (Arif
Muttaqin,2008 ; bruner & suddarth, 2002).
Abnormalitas patologik pada jantung kiri, seperti endokarditis infeksi, infark miocard, katup
jatung rusak, fibriasi atrium menyebabkan penyumbatan pembuluh darah otak oleh bekuan
darah, lemak, dan udara sehingga terjadinya emboli serebral, biasanya embolus menyumbat
arteri serebral tengah atau cabang-cabangnya, yang merusak sirkulasi serebral (Bruner &
suddarth, 2002).
Setiap kondisi yang menyebabkan perubahan pefusi darah pada otak akan menyebabkan
insufisiensi darah ke otak sehingga akan terjadi keadaan hipoksia. Hipoksia yang berlangsung
dapat menyebabkan iskemik otak. Iskemik yang terjadi dalam waktu yang sangat singkat
kurang dari 10-15 menit dapat menyebabkan deficit sementara dan bukan deficit permanen.
Sedangkan iskemik yang dalam waktu lama dapat menyebabkan sel mati permanen dan
mengakibatkan infark pada otak sehingga terdinya perubahan perfusi jaringan serebral.
Gangguan predaran darah otak akan menimbulkan gangguan pada metabolisme pada sel-sel
neuron, dimana sel-sel neuron tidak mampu menyimpan glikogen sehingga kebutuhan
metabolisme tergantung dari glukosa dan okigen yang terdapat dari arteri-arteri yang menuju
otak sehingga bisa terjadi kerusan sel neuron. Selain kerusakan pada neuron terjadi kerusakan
pada pengaturan panas dalam otak (hipotalamus) yang mengakibatkan terjadinya peningkatan
metabolism serebral (Fransisca B. Batticaca, 2008; Bruner & Suddarth, 2002).
Semua factor tersebut akan menyebabkan terjadinya stroke tergantung pada lokasi lesi
(pembuluh darah yang tersumbat). Secara patologis gambaran klinis yang sering terjadi yaitu
nyeri kepala, mual, muntah, hemiparesis atau hemiplegi, kesadaran menurun, kelumpuhan
wajah atau anggota badan (biasanya hemiparesis) yang timbul mendadak, kelemahan,
gangguan sensibilitas pada satu atau lebih anggota badan (gangguan hemisensorik),
perubahan mendadak status mental (konfusi, delirium, letargi, stupor, koma), afasia (bicara
tidak lancar), kesulitan memahami ucapan, disartria (bicara cadel atau pelo), gangguan
penglihatan, vertigo, pasien harus berbaring di tempat tidur, pasien sulit bernafas, adanya
ronchi, dan batuk, pasien juga sering bertanya-tanya dengan penyakitnya dan terjadi
peningkatan suhu tubuh. Komplikasi yang terjadi akibat dari CVA yaitu hipoksia serebral dan
Embolisme serebral (FransiscaB.Batticaca, 2008;Bruner & Suddarth, 2002;Arif
Muttaqin,2008)
4. Komplikasi
1) Hipoksia serebral
2) Hipertensi/hipotensi
4) Kejang
5) Emboli serebral
7) Imobilitas
8) Kontraktur
9) Trombosis vena
5) Lumbal fungsi menunjukkan adanya tekanan normal dan biasanya ada trombosis,
emboli serebral dan TIA. Tekanan meningkat dan cairan yang mengandung darah
menunjukkan adanya hemoragik subaraknoid atau perdarahan intra kranial.
Menurut Arif Muttaqin (2008) Skala ini mengungkapkan kesadaran klien yaitu koma atau
tidak koma dengan cara menilai respon klien terhadap rangsangan yang diberi yaitu :
4 : Spontan
b) Respon bicara
5 : baik dan tidak ada disorientasi (dapat menjawab dengan kalimat yang baik dan tahu
dimana dia berada).
4 : kacau (konfused) dapat bicara dalam kalimat namun ada disorientasi waktu dan tempat.
6 : menurut perintah
4 : reaksi menghindar
7) Tingkat kesadaran
Menurut Arif Muttaqin (2008) Evaluasi tingkat kesadaran merupakan bagian penting proses
pemeriksaan neurologis.
a) Sadar
Karakteristik : sadar penuh akan sekeliling, orientasi baik terhadap orang, tempat dan waktu,
kooperatif, dapat mengulang beberapa angka yang disebut dokter, beberapa menit kemudian.
b) Otomatisme
Karakteristik : tingkah laku relatif normal, dapat berbicara dalam kalimat tetapi mengalami
kesulitan dalam mengingat dan memberi penilaian, tidak ingat peristiwa-peristiwa sebelum
periode hilangnya kesadaran, dapat mengajukan pertanyaan yang sama berulang kali.
c) Kacau
d) Delirium
Karakteristik : disorientasi waktu, tempat dan orang, tidak kooperatif, agitasi, gelisah,
bersifat selalu menolak, sulit dibangunkan.
e) Stupor
f) Stupor Dalam
Karakteristik : bisu, sulit dibangunkan (ada respon sedikit terhadap rangsangan nyeri),
memberikan respon terhadap nyeri dengan gerakan otomatis yang tidak mempunyai tujuan.
g) Koma
Karakteristik : tidak sadar, tubuh flaksid, tidak ada respon terhadap rangsangan nyeri
maupun verbal, refleks masih ada: muntah, lutut, kornea.
Karakteristik : refleks hilang, pupil terfiksasi dan dilatasi, pernapasan dan denyut jantung
berhenti.
6. Penatalaksanaan Medis
1) Penatalaksanaan umum
(g) Lakukan pemasangan NGT untuk mengurangi kompres lambung dan pemberian makanan
(i) Monitor tanda-tanda neurologi seperti tingkat kesadaran, keadaan pupil, fungsi sensorik
dan motorik, nervus cranial, dan reflex
b) Fase rehabilitasi
2) Pembedahan
Dilakukan jika perdarahan serebrum diameter lebih dari 3 cm atau volume lebih dari 50 ml
untuk dekompresi atau pemasangan pintasan ventrikulo-peritoneal bila ada hidrosefalus
obstruksif akut
a) Endosterektomi karotis membentuk kembali arteri karotis, yaitu dengan membuka arteri
karotis di leher
3) Terapi Obat
a) Pengobatan konservatif:
b) Pemberian obat-obatan jantung seperti digoksin pada aritmia jantung atau alfa beta,
kaptopril, antagonis kalsium pada pasien dengan hipertensi
c) Antikonvulsan: fenitoin
4) Therapi alternatif
a) Akupuntur
b) Terapi pijat
c) Aroma terapi
e) Therapi nutrisi
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan dasar utama atau langkah awal dari proses keperawatan secara
keseluruhan. Tujuan pengkajian keperawatan adalah mengumpulkan data, sehingga
ditemukan diagnosa keperawatan (Dongoes, 2012).
a. Pengumpulan data
b) Sirkulasi
Gejala : Adanya penyakit jantung (MI vaskuler, GJK, Endokarditis bacterial), polisitemia,
riwayat hipertensi postural.
Tanda : hipertensi arterial (dapat ditemukan/terjadi pada CVA) sehubungan dengan adanya
embolisme/ malformasi vaskuler,
c) Integritas Ego
Tanda : emosi labil, dan ketidaksiapan untuk marah, sedih, dan gembira. Kesulitan untuk
megekspresikan diri.
d) Eleminasi
Gejala : Perubahan pola berkemih, seperti inkontinensia urine, anuria, distensi abdomen
(distensi, kandung kemih berlebihan, bising )
Gejala : nafsu makan hilang, mual-muntah selama fase akut(peningkatan TIK), kehilangan
sensasi (rasa kecap) pada lidah, pipi dan tenggorokan, disfagia, adanya riwayat diabetes,
peningkatan lemak dalam darah.
Tanda : kesulitan menelan (gangguan pada reflex palatum dan faringeal). Obesitas (factor
resiko).
f) Neurosensori
Gejala : Sinkope/pusing (sebelum serangan CSV/selama TIA). Sakit kepala akan berat
dengan adanya perdarahan intraserebral atau subarakhnoid.
Kelemahan/kesemutan/kebas (biasanya terjadi selama serangan TIA, yang ditemukan dalam
berbagai derajat pada stroke jenis yang lain),sisi yang terkena terlihat seperti mati/lumpuh.
Penglihatan menurun, seperti buta total, kehilangan daya lihat sebagian (kebutaan
monokuler), penglihatan ganda, (diplopia) atau gangguan yang lain, penglihatan ganda,
(diplopia) atau gangguan yang lain.
g) Nyeri
Gejala : Sakit kepala dengan intensitas yang berbeda-beda (karena arteri karotis terkena)
h) Pernafasan
Tanda : ketidak mampuan menelan (batuk atau hambatan jalan nafas, ronchi, sulit
bernafas).
i) Keamanan
Perubahan persepsi terhadap orientasi tempat tubuh (stroke kanan). Kesulitan untuk melihat
objek dari sisi kiri (pada stroke kanan). Hilang kewaspadaan terhadap bagian tubuh yang
sakit. Tidak mampu mengenai objek, warna kata dan wajah yang pernah dikenalinya dengan
baik. Gangguan berespon terhadap panas dan dingin / gangguan regulasi suhu tubuh.
Kesulitan dalam menelan, tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi sendiri
(mandiri).
Gangguan dalam memutuskan, perhatian sedikit terhadap keamanan, tidak sabar / kurang
kesadaran diri (stroke kanan).
j) Interaksi sosial
k) Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : Adanya riwayat hipertensi pada keluarga, stroke (factor resiko). Pemakaian
kontrasepsi oral, kecanduan alcohol (factor resiko)
3. Perencanaan
Menurut Dongoes (2012) setelah merumuskan diagnosa keperawatan maka perlu dibuat
perencanaan intervensi keperawatan dan aktivitas keperawatan. Tujuan perencanaan adalah
mengurangi, menghilangkan dan mencegah masalah keperawatan klien. Prioritas masalah
keperawatan berdasarkan berat ringannya masalah mengancam atau tidak untuk keselamatan
pasien
Kriteria hasil : tanda-tanda vital normal, tidak ada tanda peningkatan TIK, kesadaran
membaik.
Intervensi :
a) Pantau atau catat status neurologis sesering mungkin dan bandingkan dengan keadaan
normalnya.
b) Pantau tanda-tanda vital seperti: Tekanan darah, nadi, dan respirasi dan tanda
peningkatan TIK
Rasional : variasi mungkin terjadi oleh karena tekanan atau trauma serebral pada daerah
vasomotor otak. Hipertensi atau hipotensi postural dapat menjadi factor pencetus. Hipotensi
dapat terjadi karena syok (kolaps sirkulasi sirkuler), peningkatan TIK dapat terjadi (karena
edema, adanya formasi bekuan darah). Tersumbatnya arteri subklavika dapat dinyatakan
dengan adanya perbedaan tekanan pada kedua lengan. Perubahan adanya bradikardi dapat
terjadi sebagai akibat adanya kerusakan otak. Ketidak teraturan pernafasan dapat
memberikan gambaran lokasi kerusakan serebral/ peningkatan TIK
c) Letakkan kepala dengan posisi agak ditinggikan (30 dari bidang anatomis) dan dalam
posisi anatomis.
2) Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan mobilisasi, sekresi stasis.
Kriteria hasil : pasien tidak sesak nafas, jalan nafas lancar, wheezing tidak ada.
Intervensi :
Rasional : pengisapan tidak harus rutin dan lamanya harus dibatasi untuk menurunkan
hipoksia.
Kriteria hasil : keluarga mengatakan tubuh pasien tidak panas, suhu tubuh pasien 36-
370C, pasien tidak teraba panas.
Intervensi:
Kriteria hasil : Pasien mampu melakukan aktivitas, pasien mampu mobilisasi secara
bertahap (menggerakkan jari tangan dan kaki, mengepal tangan, mengangkat tangan dan
kaki) .
Intervensi :
a) Kaji kemampuan secara fungsional atau luasnya kerusakan awal
b) Mulai melakukan latihan rentang gerak, aktif dan pasif pada semua ekstremitas
c) Anjurkan keluarga untuk melatih pasien mobilisasi secara bertahap seperti latihan
meremas bola karet, melebarkan jari-jari dan kaki/telapak.
d) Bangunkan dari kursi segera mungkin setelah tanda-tanda vital stabil kecuali pada
haemoragic serebral.
e) Kolaborasi dengan ahli fsioterapi secara aktif, latihan resistif, dana ambulasi pasien.
Rasional : Program yang khusus dapat dikembangkan untuk menemukan kebutuhan yang
berarti menjaga kekurangan tersebut keseimbangan, koordinasi, dan kekuatan.
Kriteria hasil : Pasien mampu melakukan ADL sendiri, pasien terpenuhi, pasien tampak
tampak bersih dan rapi
Intervensi :
a) Kaji kemampuan dan tingkat kekurangan untuk melakukan kebutuhan sehari hari.
Rasional : Kolonisasi bakteri pada kulit segera dimulai setelah lahir, walaupun
mikroorganisme tersebut tidak pathogen, namun dapat bereproduksi selama 20 menit, dan
menjadi ancaman bila kulit tidak utuh. Memandikan klien merupakan salah satu cara
memperkecil infeksi nosokomial. Dengan memandikan klien, perawat akan menemukan
berbagai kelainan pada kulit seperti tanda lahir, luka memar, kulit pucat karena dingin, kutil,
bentuk kuku, dekubitus, ruam kulit, ulkus atau borok.
Rasional : Beberapa rumah sakit menyediakan pakaian khusus untuk klien . Namun ada
yang tidak. Klien yang mengenakan pakaian RS harus dirawat dalam keadaan imergensi,
tidak ada keluarga yang mengurus cucian pakaian, menderita penyakit menular, menderita
inkonteinesia urine, atau akan melaksanakan tindakan pembedahan.
Rasional : Merupakan salah satu kebutuhan fisiologi manusia. klien yang tidak berdaya
dapat mengalami inkontinensia BAB dan BAK, sehingga menimbulkan bau disekitarnya
dan infeksi kulit, sehingga perawat perlu memberikan bantuan.
Kriteria hasil : Lesi tidak meluas, menunjukan perbaikan kulit seperti eritema membaik.
Intervensi
Rasional : Menentukan garis dasar dimana perubahan pada status dapat dibandingkan
dengan melakukan intervensi yang tepat.
Rasional : Kulit yang bersih dan kering tidak akan cenderung mengalami kerusakan.
Kriterial hasil : Pasien mampu makan dengan normal, pasien mampu memenuhi
kebutuhan nutrisi.
Intervensi :
Rasional : Intervensi nutrisi atau pilihan rute makan ditentukan oleh faktor ini.
Rasional : Jika menelan tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan cairan dan makanan
harus dicairkan metode alternatif untuk makan.
Rasional : pasien dapat berkonsentrasi pada mekanisme makan tanpa ada gangguan dari luar.
d) Mulai dari memberikan makanan per oral setengah cair, makanan lunak.
Rasional : makanan lunak lebih mudah untuk mengendalikannya dalam mulut, menurunkan
risiko terjadinya aspirasi.
Rasional : menguatkan otot fasial dan otot menelan, menurunkan risiko tersedak.
Rasional : memberi cairan pengganti dan juga makanan jika pasien tidak mampu untuk
memasukkan segala sesuatu ke mulut.
Kriteria hasil : pasien menghabiskan makanan yang diberikan di rumah sakit, BB pasien
meningkat, pasien mampu menelan makanan.
Intervensi :
Rasional : Merupakan sumber yang efektif untuk mengidentifikasi kebutuhan kalori atau
nutrisi pasien.
Intervensi :
a) Evaluasi adanya gangguan penglihatan
Rasional : Menurunkan atau membatasi jumlah stimulasi penglihatan yang mungkin dapat
menimbulkan kebingungan.
Kriteria hasil : Pasien dapat memahami komunikasi dengan orang lain, pasien mampu
berbicara dengan jelas, suara pasien tidak pelo.
Intervensi :
a) Kaji tipe, derajat disfungsi seperti pasien tidak tampak memahami kata atau
mengalami kesulitan berbicara.
Rasional : Membantu menentukan derajat kerusakan cerebral yang terjadi dan kesulitan
pasien dalam beberapa dan kesulitan beberapa atau seluruh tahap komunikasi .
d) Katakan secara langsung dengan pasien, bicara perlahan, dan dengan tenang .
Gunakan pertanyaan terbuka dengan jawaban ya/tidak selanjutnya kembangkan pada
pertanyaan yng lebih komplek sesuai dengan respon pasien.
e) Diskusikan mengenai hal-hal yang dikenal pasien, seperti pekerjaan, keluarga, dan
hobi (kesenangan)
Rasional : Pengkajian secara individual kemampuan bicara dan sensori, motorik dan
kognitif berfungsi untuk mengidentifikasikan kekurangan/kebutuhan terapi.
Intervensi :
a) Berikan keamanan pada pasien dengan memasang penghalang pada pinggir tempat
tidur.
12) Kurang pengetahuan tentang kondisi dan pengobatan berhubungan dengan kurang
pemajanan keterbatasan kognitif.
Intervensi :
b) Tinjau ulang atau pertegas kembali pengobatan yang diberikan identifikasi cara
meneruskan pengobatan setelah pulang.
Rasional : merupakan suatu hal yang penting pada kemajuan pemulihan dan pencegahan
komplikasi.
c) Identifikasi faktor-faktor resiko secara individual dan tanda gejala yang memerlukan
kontrol secara medis.
4. Pelaksanaan
Pelaksanaan merupakan pelaksanaan perencanaan keperawatan oleh perawat dan klien. Hal
hal yang harus diperhatikan ketika melakukan implementasi adalah intervensi dilaksanakan
sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi .
5. Evaluasi
Evaluasi yang diharapkan setelah pasien memperoleh asuhan keperawatan sesuai dengan
rencana tujuan dalam perencanaan serta pasien pulang (Doenges, 2012).
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah (Edisi 8). Jakarta :
EGC.
Carpenito, L.J. (2006). Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinis (Edisi 10).
Jakarta : EGC.
Doengoes, M.E. (2012). Rencana Asuhan Keperawatan (Edisi 3). Jakarta : EGC.
Rendy, M.Clevo, Margaret. (2012) .Asuhan Keperawatan Medikel Bedah dan Penyakit
Dalam. Yogjakarta : Nuha Medika
Advertisements
Share this:
Loading...
This entry was posted in Uncategorized. Bookmark the permalink.
Post navigation
ASUHAN KEPERAWATAN ABSES PARU
Leave a Reply
Search
artikel terbaru
STROKE (CVA)
Arsip
October 2013
July 2013
April 2013
March 2013
February 2013
pengunjung
38,419 hits
calender
October 2013
M T W T F S S
Jul
1 2 3 4 5 6
7 8 9 10 11 12 13
14 15 16 17 18 19 20
21 22 23 24 25 26 27
28 29 30 31
Categories
kesehatan
Uncategorized
Blogroll
Dosen Stikes Bali
Learn WordPress.com
Stikes Bali
Theme Showcase
WordPress Planet
WordPress.com News
Meta
Register
Log in
Entries RSS
Comments RSS
WordPress.com
Follow