Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN

CA OVARIUM DI RUANG RAJAWALI 5B

RSUP Dr. KARIADI SEMARANG

Disusun oleh:

IFI SILFIAH IRANI

G3A016268

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULATAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

2017
BAB I

TINJAUAN TEORI

A. Definisi Ca Ovarium
Kanker ovarium disebut sebagai the silent lady killer karena sulit
diketahui gejalanya sejak awal. Sebagian besar kasus kanker ovarium
terdiagnosis dalam stadium yang sudah lanjut. Kebanyakan kanker ovarium ini
berawal dari kista (Bruner & Suddarth, 2001).
Kanker ovarium adalah salah satu kanker ginekologi yang paling sering
dan penyebab kematian kelima akibat kanker pada perempuan. Kanker indung
telur atau kita sebut dengan kanker ovarium, adalah kanker yang berasal dari
sel-sel ovarium atau indung telur (Price, 2005).

B. Klasifikasi Ca Ovarium
Terdapat 4 stadium Ca Ovarium, yaitu :
a. Stadium I : Pertumbuhan kanker terbatas pada ovarium.
b. Stadium II : Pertumbuhan mencakup satu atau kedua ovarium dengan
perluasan pelvis.
c. Stadium III : Pertumbuhan mencakup satu atau kedua ovarium dengan
metastasis diluar pelvis atau nodus inguinal atau retroperitoneal positif.
d. Stadium IV : Pertumbuhan mencakup satu atau kedua sisi ovarium dengan
metastasis jauh.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kanker indung


telur atau kita sebut dengan kanker ovarium, adalah kanker yang berasal dari
sel-sel ovarium atau indung telur. dimana sel telah kehilangan pengendalian
dan mekanisme normalnya sehingga mengalami pertumbuhan tidak normal,
cepat dan tidak terkendali (Smeltzer, 2001).
C. Etiologi
Penyebab pasti kanker ovarium tidak diketahui namun
multifaktorial. Risiko berkembangnya kanker ovarium berkaitan dengan
lingkungan, endokrin dan faktor genetik (Price, 2005).
a. Faktor lingkungan
Kebiasaan makan, kopi dan merokok, adanya asbestos dalam lingkungan,
dan penggunaan bedak talek pada daerah vagina, semua itu dianggap
mungkin menyebabkan kanker.
b. Faktor endokrin
Faktor risiko endokrin untuk kanker ovarium adalah perempuan yang
nulipara, menarche dini, menopause yang lambat, kehamilan pertama yang
lambat, dan tidak pernah menyusui. Penggunaan kontrasepsi oral tidak
meningkatkan resiko dan mungkin dapat mencegah. Terapi
pengganti estrogen (ERT) pascamenopause untuk 10 tahun atau lebih
berkaitan dengan peningkatan kematian akibat kanker ovarium.
c. Faktor genetic
Kanker ovarium herediter yang dominan autosomal dengan variasi
penetrasi telah ditunjukkan dalam keluarga yang terdapat penderita kanker
ovarium. Bila terdapat dua atau lebih hubungan tingkat pertama yang
menderita kanker ovarium, seorang perempuan memiliki 50% kesempatan
untuk menderita kanker ovarium.
D. Patofisiologi
Fungsi ovarium yang normal tergantung kepada sejumlah hormone dan
kegagalan pembentukan salah satu hormone tersebut bisa mempengaruhi
fungsi ovarium. Ovarium tidak akan berfungsi secara normal jika tubuh wanita
tidak menghasilkan hormone hipofisa dalam jumlah yang tepat. Fungsi
ovarium yang abnormal kadang menyebabkan penimbunan folikel yang
terbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium. Folikel tersebut gagal
mengalami pematangan dan gagal melepaskan sel telur, terbentuk secara tidak
sempurna di dalam ovarium karena itu terbentuk kista di dalam ovarium. Setiap
hari, ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil yang disebut
Folikel de Graff. Pada pertengahan siklus, folikel dominan dengan diameter
lebih dari 2.8 cm akan melepaskan oosit mature. Folikel yang rupture akan
menjadi korpus luteum, yang pada saat matang memiliki struktur 1,5 2 cm
dengan kista ditengah-tengah. Bila tidak terjadi fertilisasi pada oosit, korpus
luteum akan mengalami fibrosis dan pengerutan secara progresif. Namun bila
terjadi fertilisasi, korpus luteum mula-mula akan membesar kemudian secara
gradual akan mengecil selama kehamilan.
Kanker ovarium bermetastasis dengan invasi langsung struktur yang
berdekatan dengan abdomen dan pelvis dan sel-sel yang menempatkan diri
pada rongga abdomen dan pelvis. Sel-sel ini mengikuti sirkulasi alami cairan
peritoneal sehingga implantasi dan pertumbuhan keganasan selanjutnya dapat
timbul pada semua permukaan intraperitoneal. Limfatik yang disalurkan ke
ovarium juga merupakan jalur untuk penyebaran sel-sel ganas. Semua kelenjar
pada pelvis dan kavum abdominal pada akhirnya akan terkena. Penyebaran
awal kanker ovarium dengan jalur intraperitoneal dan limfatik muncul tanpa
gejala yang spesifik. Gejala tidak pasti yang akan muncul seiring dengan waktu
adalah perasaan berat pada pelvis, sering berkemih dan disuria dan perubahan
fungsi gastrointestinal, seperti rasa penuh, mual, tidak enak pada perut, cepat
kenyang dan konstipasi. Pada beberapa perempuan dapat terjadi perdarahan
abnormal vagina sekunder akibat hyperplasia endometrium bila tumor
menghasilkan estrogen, beberapa tumor menghasilkan testosterone dan
menyebabkan virilasi. Gejala-gejala keadaan akut pada abdomen dapat timbul
mendadak bila terdapat perdarahan dalam tumor , ruptur atau torsi ovarium.
Namun tumor ovarium paling sering terdeteksi selama pemeriksaan pelvis rutin
(Bruner & Suddarth, 2001).
E. Tanda dan Gejala Klinis
Adapun tanda dan gejala yang ditimbulkan pada pasien dengan kanker ovarium
adalah sebagai berikut :
a. Haid tidak teratur
b. Darah menstruasi yang banyak (menoragia) dengan nyeri tekan pada
payudara.
c. Menopause dini
d. Dispepsia
e. Tekanan pada pelvis
f. Sering berkemih dan dysuria
g. Perubahan fungsi gastrointestinal, seperti rasa penuh, mual, tidak enak pada
perut, cepat kenyang dan konstipasi.
h. Pada beberapa perempuan dapat terjadi perdarahan abnormal vagina
sekunder akibat hyperplasia endometrium bila tumor menghasilkan
estrogen. (Smeltzer, 2001).

F. Pathway
Skema 2.1
Pathway Ca Ovarium
(Bruner & Suddarth, 2001)
G. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik hasil yang sering didapatkan pada tumor
ovarium adalah massa pada rongga pelvis. Tidak ada petunjuk pasti pada
pemeriksaan fisik yang mampu membedakan tumor adneksa adalah jinak atau
ganas, namun secara umum dianut bahwa tumor jinak cenderung kistik dengan
permukaan licin, unilateral dan mudah digerakkan. Sedangkan tumor ganas
akan memberikan gambaran massa yang padat, noduler, terfiksasi dan sering
bilateral. Massa yang besar memenuhi rongga abdomen dan pelvis lebih
mencerminkan tumor jinak atau keganasan derajat rendah. Adanya asites dan
nodul pada cul-de-sac merupakan petunjuk adanya keganasan.

H. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien kanker ovarium
yaitu :
a. Anamnesis dan pemeriksaan fisik pelvic
b. Radiologi : USG Transvaginal, CT scan, MRI
c. Tes darah khusus : CA-125 (Penanda kanker ovarium epitelial), LDH,
HCG, dan AFP (penanda tumor sel germinal)
d. Laparoskopi
e. Laparotomi
f. Pemeriksaan untuk mengetahui perluasan kanker ovarium
g. Pielografi intravena (ginjal, ureter, dan vesika urinaria), sistoskopi dan
sigmoidoskopi.
h. Foto rontgen dada dan tulang
i. Scan KGB (Kelenjar Getah Bening)
j. Scan traktus urinarius
I. Kemungkinan komplikasi
a. Torsi
b. Rupture kista
c. Perdarahan
d. Keganasan

J. Penatalaksanaan
Adapun tindakan yang dilakukan pada penanganan kanker ovarium
antara lain (Smeltzer, 2001) :
a. Intervensi bedah untuk kanker ovarium adalah histerektomi abdominal
total dengan pengangkatan tuba falopii dan ovarium serta omentum
(salpingo-oofarektomi bilateral dan omentektomi) adalah prosedur standar
unruk penyakit tahap dini.
b. Terapi radiasi dan implantasi fosfor 32 (32P) interperitoneal, isotop
radioaktif, dapat dilakukan setelah pembedahan.
c. Kemoterapi dengan preparat tunggal atau multiple tetapi biasanya termasuk
sisplantin, sikofosfamid, atau karboplatin juga digunakan.
d. Paklitaksel (Taxol) merupakan preparat yang berasal dari pohon cemara
pasifik, bekerja dengan menyebabkan mikrotubulus di dalam sel-sel untuk
berkumpul dan mencegah pemecahan struktur yang mirip benang ini.
Secara umum, sel-sel tidak dapat berfungsi ketika mereka terlilit dengan
mikrotubulus dan mereka tidak dapat membelah diri. Karena medikasi ini
sering menyebabkan leucopenia, pasien juga harus minum G-CSF (factor
granulosit koloni stimulating).
e. Pengambilan cairan asites dengan parasintesis tidak dianjurkan pada
penderita dengan asites yang disertai massa pelvis, karena dapat
menyebabkan pecahnya dinding kista akibat bagian yang diduga asites
ternyata kista yang memenuhi rongga perut. Pengeluaran cairan asites
hanya dibenarkan apabila penderita mengeluh sesak akibat desakan pada
diafragma.
BAB II

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Pengkajian merupakan dasar utama dari proses keperawatan,
pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu pemantauan
status kesehatan dan pola pertahanan pasien, mengidentifikasi kekuatan pasien
serta merumuskan diagnosa keperawatan (Mocthar, 2006)
1. Dasar data pengkajian
a. Aktivitas/istirahat
Gejala : Kelemahan dan atau keletihan, perubahan pola istirahat dan
jam kebiasaan tidur pada malam hari, adanya faktor-faktor yang
mempengaruhi tidur misalnya nyeri, ansietas, berkeringat malam,
keterbatasan partisipasi dalam hobi, latihan. Pekerjaan atau profesi
dengan pemajanan karsinoma lingkungan, tingkat stres tinggi.
b. Sirkulasi
Gejala: Palpitasi, nyeri dada pada pengerahan kerja, perubahan TD
c. Integritas ego
Gejala: Faktor stres (keuangan, pekerjaan, perubahan peran) dan cara
mengatasi stres (misal merokok, minum alkohol, menunda mencari
pengobatan, keyakinan religius/spiritual). Masalah tentang perubahan
dalam penampilan misal alopesia, lesi cacat, pembedahan. Menyangkal
diagnosis, perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak mampu, tidak
bermakna, rasa bersalah, kehilangan kontrol, depresi. Tanda :
Menyangkal, menarik diri, marah.
d. Eliminasi
Gejala: Perubahan pada pola defekasi misal darah pada feces, nyeri
pada defekasi. Perubahan eliminasi urinarius misal nyeri atau rasa
terbakar pada saat berkemih sering berkemih. Tanda : Perubahan pada
bising usus, distensi abdomen.
e. Makanan/cairan
Gejala : Kebiasaan diet buruk (misal rendah serat, tinggi lemak, aditif,
bahan pengawet), anoreksia, mual/muntah, intoleransi makanan.
Tanda : Perubahan pada kelembaban/turgor kulit, edema.
f. Neurosensori
Gejala : Pusing
g. Nyeri/kenyamanan
Gejala : Tidak ada nyeri, atau derajat bervariasi misal ketidaknyamanan
ringan sampai nyeri berat (dihubungkan dengan proses penyakit)
h. Keamanan
Gejala : Pemajanan pada kimia toksik, karsinoma, pemajanan matahari
lama/berlebihan. Tanda : Demam, ruam kulit, ulserasi.
i. Pernapasan
Gejala : Merokok (tembakau, hidup dengan seseorang yang merokok),
pemajanan asbes.
j. Seksualitas
Gejala: Masalah seksual misal dampak pada hubungan, perubahan pada
tingkat kepuasan nuligravida lebih besar dari usia 30 tahun,
multigravida, pasangan seks multipel, aktivasi seksual dini, herpes
genital.
k. Interaksi social
Gejala : Ketidakadekuatan/kelemahan sistem pendukung, riwayat
perkawinan (berkenaan dengan kepuasan di rumah, dukungan atau
bantuan), masalah tentang fungsi atau tanggung jawab peran.
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik meliputi keadaan umun pasien, kesadaran, tekanan
darah, respirasi, berat badan
a. Mata : Meliputi pemeriksaan kelopak mata, gerakan mata, konjungtiva,
sclera, pupil, akomodasi.
b. Hidung : meliputi pemeriksaan reaksi alergi, sinus, dan lain-lain
c. Mulut dan tenggorokan : kaji adanya mual, kesulitan menelan
d. Dada dan aksila : kaji adanya pembesaran mammae
e. Pernafasan : kaji jalan nafas, suara nafas, kaji adanya penggunaan otot
bantu pernafasan
f. Sirkulasi jantung : kaji kecepatan denyut apical, irama, kelainan bunyi
jantung, sakit dada
g. Abdomen : kaji adanya asites
h. Genitourinaria : kaji adanya massa pada rongga pelvis
i. Ekstremitas : kaji turgor kulit
3. Pemeriksaan laboratorium
a. Pemeriksaan darah : Hb dan leukosit menurun, trombosit meningkat,
ureum dan kreatinin meningkat.
b. Pemeriksaan urine : Ureum dan kreatinin meningkat (Manuaba, I.G.B.
2004).

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri kronis berhubungan dengan nekrosis jaringan pada ovarium akibat
penyakit kanker ovarium
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
perubahan fungsi gastrointestinal
3. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan penekanan pada vesika
urinaria
4. Gangguang eliminasi BAB : konstipasi berhubungan dengan penurunan
peristaltic
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya paparan informasi
mengenai penyakit (kanker ovarium)
6. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
7. Risiko perdarahan berhubungan dengan hyperplasia endometrium
8. Risiko infeksi berhubungan dengan penyakit kronis (metastase sel kanker
ke bagian tubuh yang lain) (NANDA, 2005)
C. Rencana Tindakan Keperawatan

No. Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional


Dx

1 Setelah diberikan asuhan a. Lakukan pengkajian nyeri a. Membantu membedakan penyebab nyeri
keperawatan selama (x24) jam secara komprehensif catat keluhan, dan memberikan informasi tentang kemajuan
diharapkan nyeri pasien berkurang lokasi nyeri,frekuensi, durasi, dan atau perbaikan penyakit, terjadinya komplikasi
atau terkontrol dengan Kriteria intensitas(skala 0-10) dantindakan dan keefektifan intervensi.
Hasil : penghilangan nyeri yang dilakukan]

a. Pasien mengatakan skala b. Pantau tanda -tanda vital b. Peningkatan nyeri akan mempengaruhi
nyeri yang dialaminya menurun perubahan padatanda - tanda vital

b. Pasien melaporkan nyeri yang c. Dorong penggunaan c. Memungkinkan pasien untuk


sudah terkontrol maksimal dengan keterampilan manajemen nyeri berpartisipasi secara aktif untuk mengontrol
pengaruh atau efek samping seperti teknik relaksasi danteknik rasa nyeri yang dialami, serta
minimal distraksi, dapatmeningkatkan koping pasien
misalnya denganmendengarkan
c. TTV pasien dalam batas musik, membaca buku, dan sentuhan
normal, meliputi : terapeutik.

Nadi normal (60 - 100 x / d. Berikan posisi yang nyaman d. Memberikan rasa nyaman pada pasien,
menit) sesuai kebutuhan pasien meningkatkan relaksasi, dan membantu pasien
untuk memfokuskan kembali perhatiannya.
Pernapasan normal (12 - 20 x /
menit) e. Dorong pengungkapan e. Dapat mengurangi ansietas dan rasa
perasaan pasien takut, sehingga mengurangi
Tekanan darah normal (110 -
persepsi pasienakan intensitas rasa sakit.
130 mmHg / 70 - 90 mmHg)
f. Evaluasi upaya penghilangan f. Tujuan yang ingin dicapai melalui upaya
Suhu : (360-37,50C)
nyeri atau kontrol pada pasien kontrol adalah kontrol nyeri yang maksimum
d. Ekspresi wajah pasien tidak dengan pengaruh atau efek samping yang
meringis minimum pada pasien.

e. Pasien tampak tenang (tidak g. Tingkatkan tirah baring, g. Menurunkan gerakan yang dapat
gelisah) bantulah kebutuhan perawatan diri meningkatkan nyeri
yang penting
f. Pasien dapat melakukan
teknik relaksasi dan distraksi dengan
h. Kolaborasi pemberian analgetik h. Nyeri adalah komplikasi tersering dari
tepat sesuai indikasi untuk
sesuai indikasi kanker, meskipun respon individual terhadap
mengontrol nyeri
nyeri berbeda-beda.Pemberian analgetik dapat
mengurangi nyeri yang dialami pasien

i. Kolaborasi untuk i. Rencana manajemen nyeri yang


pengembangan rencana manajemen terorganisasi dapat mengembangkan
nyeri dengan pasien, keluarga, dan tim kesempatan pada pasien untuk mengontrol
kesehatan yang terlibat nyeri yang dialami. Terutama dengan nyeri
kronis, pasien dan orang terdekat harus aktif
menjadi partisipan dalam manajemen nyeri di
rumah.

j. Kolaborasi untuk pelaksanaan j. Mungkin diperlukan untuk mengontrol


prosedur tambahan, misalnya nyeri berat (kronis) yang tidak berespon pada
pemblokan pada saraf tindakan lain
2 Setelah diberikan asuhan a. Pantau intake makanan setiap a. Mengidentifikasi kekuatan atau
keperawatan selama (x24 ) jam hari, biarkan kalien menyimpan buku defisiensi nutrisi
diharapkan klien dapat harian tentang makanan sesuai
mendemonstrasikan berat badan indikasi
stabil dengan Kriteria Hasil :
b. Identifikasi klien yang b. Mual muntah psikogenik terjadi
a. Berat badan pasien stabil. mengalami mual atau muntah yang sebelum kemoterapi mulai.
diantisipasi
b. Pasien bebas dari tanda
tanda malnutrisi. c. Ukur tinggi badan (TB), berat c. Membantu dalam identifikasi malnutrisi
badan (BB), dan ketebalan lipatan protein-kalori, khususnya bila BB dan
c. Pengungkapan pemahaman
kulit triseps atau dengan pengukuran antropometrik kurang dari normal
pengaruh individual pada masukan
antropometrik lainnya. pastikan
adekuat
jumlah penurunan BB saat ini
d. Berpartisipasi dalam
d. Dorong klien untuk makan d. Kebutuhan metabolic jaringan
intervensi spesifik untuk
dengan diet tinggi kalori kaya ditingkatkan
merangsang nafsu makan
nutrient, dengan intake cairan yang
adekuat. Dorong penggunaan
g. TTV pasien dalam batas suplemen dan makan sedikit tapi
normal, meliputi: sering.

Nadi normal : (60 - 100 x / e. Ciptakan suasana makan malam e. Membantu waktu makan lebih
menit) yang menyenangkan, dorong pasien menyenangkan, yang dapat meningkatkan
untuk berbagi makan dengan keluarga masukan.
Pernapasan normal : ( 12 - 20
atau teman.
x / menit)
f. Rujuk pada ahli atau tim f. Memberikan rencana diet khusus untuk
Tekanan darah normal : ( 110
pendukung nutrisi memenuhi kebutuhan individu dan
- 130 mmHg / 70 - 90 mmHg)
menurunkan masalah berkenaan dengan
Suhu : (360-37,50C) malnutrisi protein atau kalori dan defensiensi
mikronutrien.

3 Setelah diberikan asuhan a. Catat keluaran urine, selidiki a. Penurunan aliran urine tiba-tiba dapat
keperawatan selama (x24) jam penurunan atau penghentian aliran mengindikasikan adanya obstruksi atau
diharapkan pola eliminasi urine urine tiba-tiba disfungsi pada traktus urinarius
pasien kembali normal (adekuat) b. Kaji pola berkemih (frekuensi b. Identifikasi kerusakan fungsi vesika
dengan Kriteria Hasil : dan jumlahnya). Bandingkan haluaran urinaria akibat metastase sel-sel kanker pada
urine dan masukan cairan serta catat bagian tersebut
a. Tidak terjadi hematuria
berat jenis urine
b. Tidak terjadi inkontinensia
c. Observasi dan catat warna c. Penyebaran kanker pada traktus
urine
urine. Perhatikan ada atau tidaknya urinarius (salah satunya di vesika urinaria)
c. Tidak terjadi disuria hematuria dapat menyebabkan jaringan di vesika urinaria
mengalami nekrosis sehingga urine yang
d. Jumlah output urine dalam
keluar berwarna merah karena bercampur
batas normal ( 0,5 - 1 cc / kgBB /
dengan darah
jam)
d. Observasi adanya bau yang tidak d. Identifikasi tanda - tanda infeksi pada
enak pada urine (bau abnormal) jaringan traktus urinarius

e. Dorong peningkatan cairan dan e. Mempertahankan hidrasi dan aliran urine


pertahankan pemasukan akurat baik
f. Awasi tanda vital. Kaji nadi f. Indikator keseimbangan cairan dan
perifer, turgor kulit, pengisian kapiler, menunjukkan tingkat hidrasi
dan membran mukosa

g. Kolaborasi : g. Pemeriksaan diagnostik dan penunjang


misalnya pemeriksaan retrograd dapat
Siapkan untuk tes diagnostik,
digunakan untuk mengevaluasi tingkat
prosedur penunjang sesuai indikasi
infiltrasi kanker pada traktus urinarius
sehingga dapat menjadi dasar untuk intervensi
selanjutnya

h. Kolaborasi : h. Kadar BUN dan kreatinin yang abnormal


dapat menjadi indikator kegagalan fungsi
Pantau nilai BUN dan kreatinin
ginjal sebagai akibat komplikasi metastase sel-
sel kanker pada traktus urinarius hingga ke
organ ginjal.

4 Setelah diberikan asuhan a. Kaji dan dokumenasikan a. Mengetahui sejauh mana dampak dari
keperawatan selama (x24) jam frekuensi, warna dan konsistensi konstipasi itu sendiri terhadap pasien.
feses, keluarnya flatus, adanya
diharapakan konstipasi pasien impaksi, ada tidaknya bisisng usus
menurun dengan Kriteria Hasil : dan distensi abdomen pada ke empat
kuadran abdomen.
a. Pola eliminasi dalam rentang
yang diharapkan b. Identifikasi factor yang dapat b. Dapat mempermudah pengobatan dan
menyebabkan konstipasi. penatalaksanaan yang tepat.
b. Feses lunak dan berbentuk
c. Berikan privasi dan keamanan c. Dapat meningkatkan rasa nyaman untuk
c. Mengeluarkan feses tanpa
untuk pasien selama eliminasi pasien.
bantuan
defekasi.

d. Anjurkan pasien untuk meminta d. Mengurangi rasa nyeri pada pasien.


obat nyeri sebelum defekasi untuk
memfasilitasi pengeluaran feses tanpa
nyeri.

e. Lakukan penyuluhan untuk e. Memberikan gambaran kepada pasien


pasien dan keluarga. dan keluarga mengenai konstipasi dan apa dan
tidak yang boleh dilakukan.
f. Kolaborasi dengan ahli gizi f. Mengurangi konstipasi berkelanjutan
untuk meningkatkan serat dan cairan melalui makanan yang dicerna.
dalam diet

5 Setelah dilakukan asuhan a. Kaji pengetahuan pasien a. Mengetahui seberapa tingkat


keperawatan selama (x24) tentang penyakit yang dialaminya pengetahuan pasien tentang penyakitnya
jamdiharapkan pengetahuan pasien
b. Berikan penkes pada pasien b. Meningkatkan pengetahuan pasien
bertambah dengan Kriteria Hasil:
tentang penyakit yang dialaminya tentang penyakitnya sehingga pasien
a. Pasien mengerti tentang (pengertian, tanda dan gejala, kooperatif dalam setiap tindakan yang
penyakit yang dialaminya penyebab, penatalaksanaan) diberikan

b. Pasien dapat berpartisipasi c. Berikan dukungan pada pasien c. Meningkatkan semangat pasien
selama proses perawatan dan sehingga pasien tidak takut dengan
pengobatan penyakitnya

d. Libatkan keluarga dalam setiap d. Membangkitkan semangat pasien


tindakan yang akan dilakukan pada sehingga keluarga dan pasien bisa saling
pasien mensupport
6 Setelah dilakukan asuhan a. Kaji tingkat ansietas a. Mengetahui tingkat ansietas pasien
keperawatan selama (...x24) untuk menentukan intervensi yang tepat
jamdiharapkan kecemasan pasien
b. Gali penyebab ansietas pasien b. Membantu pasien mengurangi ansietas
berkurang dengan Kriteria Hasil:
c. Libatkan keluarga dalam setiap c. Membangkitkan semangat pasien
a. Pasien tampak lebih rileks
tindakan yang akan dilakukan pada sehingga keluarga dan pasien bisa saling
b. Pasien mampu menunjukkan pasien mensupport
mekanisme koping yang efektif
d. Gali intervensi yang e. Menurunkan ansietas pasien
menurunkan ansietas (musik, latihan
relaksasi)

7 Setelah dilakukan asuhan a. Kaji tanda-tanda vital a. Mengetahui adanya tanda-tanda syok
keperawatan
b. Monitor tanda-tanda perdarahan b. Mengetahui adanya perdarahan sehingga
selama (x24) jamdiharapkan
lebih dini dapat dicegah
pasien tidak mengalami perdarahan
dengan Kriteria Hasil : c. Anjurkan pasien untuk tirah c. Menghindari adanya perdarahan
baring
a. Tanda-tanda vital dalam d. Kolaborasi pemberian d. Mencegah perdarahan
batas normal = (TD : 110-130/70-90 antikoagulan
mmHg, N : 60-100 x/menit, S : 36o-
37,5 C, RR: 12-20 x/menit)

b. Perdarahan tidak ada

8 Setelah dilakukan asuhan a. Kaji tanda-tanda vital a. Mengetahui adanya tanda-tanda syok
keperawatan
b. Monitor tanda-tanda infeksi b. Mengetahui adanya tanda-tanda infeksi
selama (x24) jamdiharapkan
sehingga lebih dini dapat dicegah
pasien tidak mengalami infeksi
dengan Kriteria Hasil: c. Lakukan prosedur cuci tangan c. Menghindari adanya infeksi
yang benar sebelum ke pasien
a. Tanda-tanda vital dalam batas
normal d. Pertahankan tindakan aseptik d. Tindakan aseptik yang dilakukan pada
setiap akan melakukan tindakan pasien untuk mencegah infeksi
TD : 110-130/70-90 mmHg
perawatan ke pasien
N : 60-100 x/menit
e. Kolaborasi pemberian e. Mencegah infeksi
S : 36o-37,5 C antibiotik
RR: 12-20 x/menit f. Kolaborasi pemeriksaan darah f. Mengetahui adanya infeksi atau tidak
lengkap (WBC)
b. Tidak terdapat tanda-tanda
infeksi (kalor, tumor, rubor, g. Dorong dan pertahankan g. Memenuhi kebutuhan kalori tubuh
fungsiolaesa) masukan kalori dan protein dalam diet pasien sehingga membantu meningkatkan
daya tahan tubuh
c. Hasil lab terutama WBC
dalam batas normal (WBC = 4,9-
10,9)

(Wilkinson M,J. et all, 2012)


D. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan dilakukan berdasarkan rencana tindakan yang
dibuat.

E. Evaluasi Keperawatan

No. Evaluasi
Dx

1 a. Pasien mengatakan skala nyeri yang dialaminya menurun

b. Pasien melaporkan nyeri yang sudah terkontrol maksimal dengan


pengaruh atau efek samping minimal

c. TTV pasien dalam batas normal

d. Ekspresi wajah pasien tidak meringis

e. Pasien tampak tenang (tidak gelisah)

f. Pasien dapat melakukan teknik relaksasi dan distraksi dengan tepat


sesuai indikasi untuk mengontrol nyeri

2 a. Berat badan pasien stabil.

b. Pasien bebas dari tanda tanda malnutrisi.

c. Pengungkapan pemahaman pengaruh individual pada masukan


adekuat

d. Berpartisipasi dalam intervensi spesifik untuk merangsang nafsu


makan

e. TTV pasien dalam batas normal

3 a. Tidak terjadi hematuria


b. Tidak terjadi inkontinensia urine

c. Tidak terjadi disuria

d. Jumlah output urine dalam batas normal ( 0,5 - 1 cc / kgBB / jam)

4 a. Pola eliminasi dalam rentang yang diharapkan

b. Feses lunak dan berbentuk

c. Mengeluarkan feses tanpa bantuan

5 a. Pasien mengerti tentang penyakit yang dialaminya

b. Pasien dapat berpartisipasi selama proses perawatan dan pengobatan

6 a. Pasien tampak lebih rileks

b. Pasien mampu menunjukkan mekanisme koping yang efektif

7 a. Tanda-tanda vital dalam batas normal

b. Perdarahan tidak ada

8 a. Tanda-tanda vital dalam batas normal

b. Tidak terdapat tanda-tanda infeksi (kalor, tumor, rubor, fungsiolaesa)

c. Hasil lab terutama WBC dalam batas normal (WBC = 4,9-10,9)

(Wilkinson M,J. et all, 2012)


DAFTAR PUSTAKA

Aditya, D (2009), Penelitian Deskriptif. Surakarta: Politeknik Kesehatan.

Bruner & Suddarth, (2001). Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah. Edisi 8
Volume 2. EGC: Jakarta.

Depkes RI.(2001). Statistik Rumah Sakit Di Indonesia. Jakarta: Depkes RI

Mocthar (2006). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : EGC

Manuaba, I.G.B. (2004). Kapita Selekta Kedokteran dan KB. Jakarta : EGC

NANDA. (2005). Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2005 - 2006 Definisi


dan Klasifikasi. Jakarta : Prima Medika

Sarwono, P. (2005). Ilmu Kandungan. Jakarta : YBPSP

Price. (2005). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Volume 2.


Edisi 6. Jakarta : EGC.

Priyanto, H., Nurana, L., (2006). Buku Acuan Program Pencegahan Kanker
Serviks. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirorahardjo, Jakarta.

Smeltzer. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth.
Volume 3. Jakarta : EGC.

Wilkinson M.J. et all. (2012). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Diagnosis


NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC Edisi 9. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai