Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN CANCER OVARIUM


DIRUANG KEMOTERAPY RSUD RADEN MATTAHER JAMBI

Dosen Pembimbing :
Ns. Netha Damayantie, S.Kep,M.Kep

Pembimbing CI Klinik :

Disusun Oleh :

Rizki Devita Roshella


NIM. PO71202220045

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI

PRODI PROFESI NERS KEPERAWATAN

TAHUN AKADEMIK 2022 / 2023


LAPORAN PENDAHULUAN CA OVARIUM

A. Pengertian
Kanker ovarium adalah tumor ganas yang tumbuh pada ovarium (indung
telur) yang paling sering ditemukan pada wanita berusia 50 – 70 tahun. Kanker
ovarium bisa menyebar melalui system getah bening dan melalui sistem
pembuluh darah menyebar ke hati dan paru – paru.
Kanker ovarium adalah suatu kondisi dimana sel telah kehilangan
pengendalian dan mekanisme normalnya sehingga mengalami pertumbuhan
tidak normal, cepat dan tidak terkendali. (Apotik Online dan Media Informasi
Obat-Penyakit. Hal.2 di akses tgl 20-7-2009).
Kanker indung telur atau kita sebut dengan kanker ovarium, adalah kanker
yang berasal dari sel-sel ovarium atau indung telur. (Sofyan, 2006). Kanker
ovarium disebut sebagai “the silent lady killer” karena sulit diketahui gejalanya
sejak awal. Sebagian besar kasus kanker ovarium terdiagnosis dalam stadium
yang sudah lanjut. Kebanyakan kanker ovarium ini berawal dari kista. (Colombo
N,Parma G, et al. Role of conservative surgeri in ovarian cancer 2005)
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kanker indung telur
atau kita sebut dengan kanker ovarium, adalah kanker yang berasal dari sel-sel
ovarium atau indung telur. dimana sel telah kehilangan pengendalian dan
mekanisme normalnya sehingga mengalami pertumbuhan tidak normal, cepat
dan tidak terkendali.

B. Etiologi
Penyebab timbulnya kanker ovarium belum diketahui secara pasti, namun
ada beberapa faktor risiko yang dapat menimbulkan penyakit  kanker ovarium
yaitu :
a) Riwayat kanker payudara
b) Riwayat kanker ovarium dalam keluarga (faktor genetik)
c) Berawal dari hiperplasia endometrium yang berkembang menjadi karsinoma.
d) Menarche dini
e) Diet tinggi lemak
f) Riwayat kanker payudara
g) Merokok
h) Alkohol
i) Penggunaan bedak talk perineal
j) Nulipara
k) Infertilitas
l) Tidak pernah melahirkan
m) Terapi penggantian hormon
n) Kontrasepsi ora

C. Manifestasi Klinik / Tanda dan Gejala


Gejala umum bervariasi yang biasanya muncul pada kanker ovarium adalah :
a) Dispepsia
b) Menoragia
c) Menopause lebih dini
d) Rasa tidak nyaman pada abdomen.
e) Nyeri tekan pada pelvis
f) Lingkar abdomen yang terus meningkat
g) Sering berkemih
Kebanyakan kista ovarium tidak menunjukan tanda dan gejala. Sebagian
besar gejala yang ditemukan adalah akibat pertumbuhan aktivitas hormon atau
komplikasi tumor tersebut. Kebanyakan wanita dengan kanker ovarium tidak
menimbulakan gejala dalam waktu yang lama. Gejala umumnya sangat
bervariasi dan tidak spesifik.
1. Tanda dan gejala yang sering muncul pada kista ovarium antara lain :
a) Menstruasi yang tidak teratur, disertai nyeri.
b) Perasaan penuh dan dtertekan diperut bagian bawah.
c) Nyeri saat bersenggama.
d) Perdarahan menstruasi yang tidak biasa. Mungkin pendarahan lebih
lama, mungkin lebih pendek, atau mungkin tiak keluar darah menstruasi
pada siklus biasa atau siklus menstruasi tidak teratur.
2. Pada stadium awal gejalanya dapat berupa:
a) Gangguan haid
b) Jika sudah menekan rectum mungkin terjadi konstipasi atau sering
berkemih.
c) Dapat terjadi peregangan atau penekanan daerah panggul yang
menyebabkan nyeri spontan dan sakit diperut.
d) Nyeri saat bersenggma

3. Pada stadium lanjut :


a) Asites
b) Penyebaran ke omentum (lemak perut) serta oran organ di dalam
rongga perut (usus dan hati)
c) Perut membuncit, kembung, mual, gangguan nafsu makan,
d) Gangguan buang air besar dan kecil.
e) Sesak nafas akibat penumpukan cairan terjadi pada rongga dada akibat
penyebaran penyakit ke rongga dada yang mengakibatkan penderita
sangat merasa sesak nafas.

Bila ditemukan sifat kista seperti tersebut diatas, harus dilakukan

pemeriksaan lebih lanjut untuk memperkuat dugaan ke arah kanker ovarium

seperti tindakan USG dengan Doppler untuk menentukan arus darah dan

bahkan mungkin diperlukan untuk menunjang diagnosis adalah pemeriksaan

tumor marker seperti Ca-125 dan Ca 72-4, beta – HCG dan alfafetoprotein.

Semua pemeriksaan diatas belum bisa memastikan diagnosis kanker ovarium,

akan tetapi hanya sebagai pegangan untuk melakukan tindakan operasi.

Prosedur operasi pada pasien yang tersangka kanker ovarium sangat berbeda

dengan kista ovarium biasa.

D. Patofisiologi
Kista terdiri atas folikel – folikel praovulasi yang telah mengalami atresia
(degenerasi). Pada wanita yang menderita ovarium polokistik, ovarium utuh dan
FSH dan SH tetapi tidak terjadi ovulasi ovum. Kadar FSH dibawah normal
sepanjang stadium folikular daur haid, sementara kadar LH lebih tinggi dari
normal, tetapi tidak memperlihatkan lonjakan. Peningkatan LH yang terus
menerus menimbulkan pembentukan androgen dan estrogen oleh folikel dan
kelenjar adrenal. Folikel anovulasi berdegenerasi dan membentuk kista, yang
menyebabkan terjadinya ovarium polikistik. (Corwin, 2002)
Kista bermetastasis dengan invasi langsung struktur yang berdekatan
dengan abdomen dan pelvis dan sel – sel yang menempatkan diri pada rongga
abdomen dan pelvis. Penyebaran awal kanker ovarium dengan jalur intra
peritonial dan limfatik muncul tanpa gejala atau tanda spesifik.
Gejala tidak pasti yang akan muncul seiring dengan waktu adalah perasaan
berat pada pelvis. Sering berkemih dan disuria dan perubahan fungsi gastro
intestinal, seperti rasa penuh, mual, tidak enak pada perut, cepat kenyang dan
konstipasi. Pada beberapa perempuan dapat terjadi perdarahan abnormal
vagina skunder akibat hiperplasia endometrium, bila tumor menghasilkan
estrogen beberapa tumor menghasilkan testosteron dan menyebabkan virilisasi.
(Price, Wilson, 2006)
Kista nonneoplastik sering ditemukan, tetapi bukan masalah serius. Kista
folikel dan luteal di ovarium sangat sering ditemukan sehingga hampir dianggap
sebagai varian fisiologik. Kelainan yang tidak berbahaya ini berasal dari folikel
graaf yang tidak ruptur atau pada  folikel yang sudah pecah dan segera menutup
kembali. Kista demikian seringnya adalah multipel dan timbul langsung di bawah
lapisan serosa yang menutupi ovarium, biasanya kecil, dengan diameter 1- 1,5
cm dan berisi cairan serosa yang bening, tetapi ada kalanya penimbunan cairan
cukup banyak, sampai mencapai diameter 4 hingga 5 cm sehingga dapat di raba
massa dan menimbulkan nyeri panggul. Jika kecil, kista ini dilapisi granulosa
atau sel teka, tetapi seiring dengan penimbunan cairan timbul tekanan yang
dapat menyebabkan atropi sel tersebut. Kadang – kadang kista ini pecah,
menimbulkan perdarahan intraperitonium, dan gejala abdomen akut. (Robbins,
2007)
E. Pathway

F. Diagnosis
Diagnosis pasti hanya ditegakkan dengan pemeriksaan hispatologis yang
dilakukan dengan :
a) Metode anamnesis (wawancara dan pemeriksaan fisik)
Pada saat anamnesis pasien akan ditanya (diwawancarai) secara lisan
mengenai sakit yang dirasakan beserta sejarah penyakitnya (jika ada) yang
akan dicatat dalam rekam medik.
b) Pemeriksaan USG untuk dapat membedakalesi/tumor yang solid dan kristik.
c) Tes laboratorium
Tes alkaline phospatase (atau disingkat ALP), yaitu suatu tes laboratorium di
mana kadar ALP yang tinggi menunjukkan adanya sumbatan empedu atau
kanker yang telah bermetastasis ke arah hati atau tulang
d) Penanda tumor (tumor marker)
Cancer antigen 125 (CA 125). Pada pasien penderita kanker ovarium sering
ditemukan peningkatan kadar CA 12
e) X-ray
X-ray merupakan pemeriksaan bagian dalam tubuh dengan memancarkan
gelombang lalu mengukur serapannya pada bagian tubuh yang sedang
diperiksa tulang akan memberikan warna putih, jaringan akan memberikan
warna keabuan, sedangkan udara memberikan warna hitam
f) Pencitraan lain
1. Magnetic Resonance Imaging (MRI). Prinsip kerja MRI adalah
memvisualisasikan tubuh, termasuk jaringan dan cairan, dengan
menggunakan metode pengukuran sinyal elektromagnetik yang secara
alamiah dihasilkan oleh tubuh.
2. Position Emission Tomography (PET SCAN). PET SCAN bekerja dengan
cara memvisualisasikan metabolisme sel-sel tubuh. Sel-sel kanker (yang
berkembang lebih cepat daripada sel hidup) akan memecah glukosa lebih
cepat/banyak daripada sel-sel normal.
g) CT SCAN, merupakan alat diagnosis noninvasif yang digunakan untuk
mencitrakan bagian dalam tubuh.
h) Scanning radioaktif.
i) Ultrasound
Ultrasound (atau juga disebut ultrasonografi, echografi, sonografi, dan
sonogram ginekologik) merupakan teknik noninvasif untuk memperlihatkan
abnormalitas pada bagian pelvis atau daerah lain dengan merekam pola
suara yang dipantulkan oleh jaringan yang ditembakkan gelombang suara.
j) Endoskopi
Endoskopi merupakan pemeriksaan ke dalam suatu organ/rongga tubuh
menggunakan alat fiberoptik. Hasil pemeriksaan dapat berupa adanya
abnormalitas seperti bengkak, sumbatan, luka/jejas, dan lain-lain.

F. Penatalaksanaan
1. Jika kanker belum menyebar ke luar ovarium, hanya dilakukan
pengangkatan ovarium yang terkena dan mungkin dengan tuba falopiinya
(saluran indung telur).
2. Jika kanker telah menyebar ke luar ovarium, maka dilakukan pengangkatan
kedua ovarium dan rahim, serta kelenjar getah bening dan struktur di
sekitarnya.
3. Jika kanker telah menyebar ke luar ovarium, maka dilakukan pengangkatan
kedua ovarium dan rahim, serta kelenjar getah bening dan struktur di
sekitarnya.
G. Diagnosa
Diagnosa keperawatan teoritis adalah penilaian atau kesimpulan yang
diambil dari pengkajian keperawatan menjelaskan status kesehatan, masalah
aktual resiko maupun potensial yang dapat diperioritaskan. Adapun diagnosa
keperawatan yang bisa muncul pada pasien post operasi Ca.ovarium. (Gadduci,
2007)
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan terputusnya kontuinitas
jaringan.
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan adanya nyeri
3. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan tindakan hygiene yang tidak
adekuat.
H. Intervensi
Adapun diagnosa yang timbul pada pasien pre operasi :
1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan ditandai dengan :
 Nyeri pada abdomen
 Bengkak pada abdomen
 Ekspresi wajah nampak meringis
Tujuan : Nyeri teratasi
Kriteria :      
 Klien mengatakan nyeri hilang.
 Ekspresi wajah nampak ceria.

INTERVENSI RASIONAL
a. Kaji tingkat nyeri, lamanya Mempermudah melakukan
lokasi dan skala intensitas intervensi selanjutnya.
nyeri.
Peningkatan TTV merupahan
b. Monitor tanda-tanda vital.
indikasi peningkatan intensitas
nyeri.
c)
c. Ajarkan teknik relaksasi
(nafas dalam). Teknik relaksasi dapat
menghambat/mengurangi
spasme otot.
d. Atur posisi yang
Memperlancar penekanan darah
menyenangkan yang dapat mengurangi
ketegangan dan memperlancar
sirkulasi darah.

e. Lanjutkan pemberian
obat analgetik.
Menghilangkan nyeri/
ketidaknyamanan

2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan adanya nyeri ditandai dengan:


 Frekuensi tidur menurun
 Konjungtiva pucat
 TD menurun
Tujuan : Konjungtiva nampak tidak anemis
Kriteria :
 TD dalam batas normal (120/80 mmHg).
 Frekuensi tidur klien meningkat (4 – 5 jam).

INTERVENSI RASIONAL
1. Observasi TTV Mengetahui keadaan klien
dan pedoman tindakan
selanjutnya.
2. Anjurkan keluarga klien
untuk kompres air hangat Agar memberikan rasa
sebelum tidur. nyaman pada saat tidur

3. Anjurkan untuk minum


susu sebelum tidur Agar dapat tidur lebih lama
malam. dan nyaman.

4. Atur posisi senyaman Memudahkan klien


mungkin. beristirahat dengan nyaman.

5. Ciptakan lingkungan Agar klien dapat tidur dengan


yang aman dan nyaman. nyenyak.
3. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan tindakan hygiene yang tidak
adekuat ditandai dengan :
 Peningkatan nyeri
 TTV abnormal
 Terdapat hecting.
Tujuan : Tidak terjadi infeksi
Kriteria : Luka sembuh dengan sempurna, tidak ada komplikasi.

INTERVENSI RASIONAL
1. Observasi TTV Peningkatan TTV sebagai
indikator terjadinya infeksi.

2. Rawat luka secara septik dan Merawat luka secara steril


aseptik. menghindari terjadinya
infeksi pada luka operasi.

3. Ganti verban 1 x sehari atau Mencegah infeksi.


sesuai kondisi luka

4. App hecting 1 minggu setelah Jika hecting (benang)


operasi atau sesuai keadaan dibiarkan lama tidak sesuai
luka. pengobatan dapat
menyebabkan infeksi silang.

Menghilangkan atau
5.  Lanjutkan pemberian obat mencegah infeksi.
antibiotik
DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, Marilyn E (2000). Rencana Asuhan keperawatan. Edisi 3. EGC. Jakarta.


http://atmeyvriska.blogspot.com/2013/05/askep-kista-ovarium.html diakses pada
tanggal 21 juni 2014
http://putri-yohana.blogspot.com/2013/02/kista-ovarium.html diakses pada tanggal
21 juni 2014
http://d3keperawatanperintis.blogspot.com/2011/01/asuhan-keperawatan-kista
ovarium.html diakses pada tanggal 21 juni 2014
http://jerryns-ilmukeperawatanj-ry.blogspot.com/2013/10/askep-kista-
ovarium_31.html diakses pada tanggal 21 juni 2014
http://nurlizaa-anissa.blogspot.com/ diakses pada tanggal 21 Juni 2014
http://lpkeperawatan.blogspot.com/2013/11/laporan-pendahuluan-kista-
ovarium.html#.U6ciU7EZJOJ diakses pada tanggal 21 juni 2014
http://patofis.blogspot.com/2012/04/kista-ovarium.html diakses pada tanggal 21 juni
2014

Anda mungkin juga menyukai