KOMUNIKASI BENCANA
Komunikasi dalam bencana tidak saja dibutuhkan dalam kondisi darurat bencana, tapi juga penting
pada saat dan pra bencana. Sebagaimana dikatakan bahwa komunikasi adalah cara terbaik untuk
kesuksesan mitigasi bencana, persiapan, respon, dan pemulihan situasi pada saat bencana.
Kemampuan untuk mengkomunikasikan pesan-pesan tentang bencana kepada publik, pemerintah,
media dan pemuka pendapat dapat mengurangi resiko, menyelamatkan kehidupan dan dampak dari
bencana (Haddow and Haddow, 2008: xiv).
Komunikasi bencana secara umum adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan atau tindakan.
Komunikasi juga menuntut adanya partisipasi dan kerja sama dari pelaku yang terlibat sehingga
dalam kegiatan komunikasi terjadi pokok perhatian yang sama terhadap topik yang dibicarakan
(Wardhani, 2011). Berkaitan dengan bencana, komunikasi dapat berfungsi sebagai radar sosial yang
memberi kepastian kepada pihak lain mengenai adanya bencana di suatu tempat. Radar sosial yang
dimaksudkan, yaitu memancarkan informasi ke berbagai pihak untuk pengurangan risiko bencana.
Menurut Haddow dan Haddow (2008: 2) terdapat 5 landasan utama dalam membangun komunikasi
bencana yang efektif yaitu:
1.Costumer Focus, yaitu memahami in- formasi apa yang dibutuhkan oleh pelanggan dalam hal ini
masyarakat dan relawan. Harus dibangun mekanisme komunikasi yang menjamin informasi
disampaikan dengan tepat dan akurat.
2.Leadership commitment, pemimpin yang berperan dalamtanggap darurat harus memiliki
komitmen untuk melakukan komunikasi efektif dan terlibat aktif da- lam proses komunikasi.
3.Situational awareness, komunikasi efek- tif didasari oleh pengumpulan, analisis dan diseminasi
informasi yang terkendali terkait bencana. Prinsip komunikasi efek- tif seperti transparansi dan
dapat di- percaya menjadi kunci.
4.Media partnership, media seperti televi- si, surat kabar, radio, dan lainnya adalah media yang
sangat penting untuk menyampaikan informasi secara tepat kepada publik. Kerjasama dengan
media menyangkut kesepahaman tentang kebu- tuhan media dengan tim yang terlatih un- tuk
berkerjasama dengan media untuk- mendapatkan informasi dan menyebar- kannya kepada publik
3. Komunikasi relawan
Relawan yang datang ke daerah rawan bencana harus memiliki mental, psikis, ketangguhan,
aspek komunikasi yang baik, dan lain sebagainya. Hal itu dibutuhkan guna melancarkan
kegiatan kemanusiaan dan memberi kenyamanan bagi penyintas. Saat darurat bencana
penyintas sudah benar-benar terpuruk, baik sosial, maupun material. Di sinilah tugas
relawan untuk dapat membantu pemulihan penyintas dengan komunikasi intensif relawan,
di samping tugas menyelamatkan jiwa dari ancaman bencana yang ada.
4. Peralatan Komunikasi
Sistem Peringatan Dini (Early Warning System) merupakan serangkaian sistem untuk memberitahukan
akan timbulnya kejadian alam, dapat berupa bencana maupun tanda-tanda alam lainnya. Peringatan
dini pada masyarakat atas bencana merupakan tindakan memberikan informasi dengan bahasa yang
mudah dicerna oleh masyarakat. Dalam keadaan kritis, secara umum peringatan dini merupakan
penyampaian informasi yang diwujudkan dalam bentuk sirine, kentongan, dan lain sebagainya.
B. KOMUNIKASI SAAT TERJADI BENCANA
1. Komunikasi Masyarakat dan Relawan
Mempersiapkan masyarakat di daerah rawan bencana tentu harus senantiasa dilakukan.
Selain informasi yang memadai tentang potensi bencana di suatu daerah, pelatihan, dan
interna- lisasi kebiasaan menghadapi situasi bencana juga harus dilakukan secara
berkelanjutkan. Harus dibangun mekanisme komunikasi yang menjamin informasi
disampaikan dengan tepat dan akurat.Masyarakat dan relawan harus membangun
komunikasi yang efektif guna mempermudah penyampaian informasi yang baik dan akurat.
Selain itu, antara masyarajat dan relawan juga harus mengerti satu sama lain. Dengan
menginfokan informasi apa yang masing-masing butuhkan sehingga bisa segera ditindak
lanjuti.
Pada masa rehabilitasi atau pasca bencana, komunikasi juga penting untuk mengembalikan masyarakat
penyintas bencana pada kondisi kehidupan normal. Melakukan konseling, pemberdayaan sosial
ekonomi, dan pengembalian kehidupan sosial masyarakat adalah kegiatan yang amat membutuhkan
pemahaman komunikasi yang baik. Pendekatan komunikasi yang tepat akan membuat upaya
penyembuhan mental penyintas bencana berjalan lebih cepat. Cara terbaik untuk mengembalikan
kondisi sosial masyarakat melalui interaksi sosial yang normal. Dalam interaksi sosial ini, fungsi
komunikasi memegang peranan penting. Rekonstruksi sosial dapat dilakukan dengan merekayasa
komunikasi sosial dan lintas budaya yang setara dan egaliter di antara sesama masyarakat penyintas
bencana.
3.Penggunaan Komunikasi untuk Informasi Hunian Sementara, Hunian Tetap, dan Relokasi
Penggunaan komunikasi dalam hal menginfokan hunian untuk para penyintas bencana tentu memiliki
peran sangat penting. Adanya komunikasi yang baik, informasi mengenai hunian yang akan dihuni oleh
para penyintas bencana akan cepat menyebar. Hal ini berpengaruh pada kondisi kesehatan penyintas
dan meminimalisir jatuhnya penyintas akibat bencana karena informasi tentang hunian cepat didapat
oleh masyarakat penyintas bencana.