Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

“MANAJEMEN SISTEM INFORMASI DAN KOMUNIKASI”

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Disaster Nursing

DOSEN PENGAMPU :

Ns. Asnah, S.Kep,. M.Pd

DISUSUN OLEH :

Aulia Citra (P07220118069)

Dhani Risky Anjani (P07220118076)

Elisa Pratiwi (P07220118079)

Nanda Yorika Kusasih (P07220118096)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KALIMANTAN TIMUR

PRODI DIII KEPERAWATAN BALIKPAPAN

TINGKAT III/SEMESTER VI

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah mata kuliah
Disaster Nursing “Manajemen Sistem Informasi dan Komunikasi” tepat pada
waktunya. Dalam penulisan makalah ini penyusun ingin mengucapkan terima kasih.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu
penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan siapa saja yang membacanya.

Balikpapan, 15 Januari 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................1
C. Tujuan.............................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Peran Komunikasi Dalam Penanggulangan Bencana................................2
B. Pengelolaan Data Informasi Pada Penanggulangan Bencana...................3
C. Komunikasi Resiko Bencana........................................................................5
D. Komunikasi Media Dalam Penanggulanga Bencana.................................6
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.....................................................................................................8
B. Saran...............................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................9

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negeri yang beruntung karena dianugerahi oleh
Tuhan YME sumber daya alam yang berlimpah. Tanahnya yang subur,
alamnya yang indah beserta kandungan kekayaan di perut bumi nusantara
pantas untuk disyukuri oleh seluruh bangsa.Namun begitu, di balik
kekayaan alamnya, negeri nusantara menyimpan segudang potensi bencana
baik alam maupun non alam. Gempa, tsunami, banjir, tanah longsor,
kebakaran, kecelakaan transportasi, kegagalan teknologi dan lainnya
menjadi bagian kehidupan rakyat negeri ini. Terlepas bagi sebagian
kalangan itu bentuk cobaan dari Tuhan atau bukan, cara terbaik menyikapi
ancaman bencana adalah mempersiapkan diri sebelum bencana itu hadir.
Adapun beberapa Manajemen Sistem Informasi dan Komunikasi
dalam penanggulangan bencana yaitu peran komunikasi dalam
Penanggulangan Bencana, Pengelolaan data informasi pada penanggulangan
bencana, Komunikasi Resiko Bencana, Komunikasi media dalam
penanggulangan bencana.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana peran komunikasi dalam penanggulangan bencana?
2. Bagaimana pengelolaan data informasi pada penanggulangan bencana?
3. Bagaimana komunikasi resiko bencana?
4. Bagaimana komunikasi media dalam penanggulangan bencana?
C. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami komunikasi dalam penanggulangan bencana
2. Mengetahui dan memahami pengelolaan data informasi pada
penanggulangan bencana.
3. Mengetahui dan memahami resiko bencana.
4. Mengetahui dan memahami media dalam penanggulangan bencana.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Peran Komunikasi Dalam Penanggulangan Bencana


Penanggulangan bencana harus didukung dengan berbagai pendekatan
baik soft power maupun hard power untuk mengurangi resiko dari bencana.
Pendekatan soft power adalah dengan mempersiapkan kesiagaan masyarakat
melalui sosialisasi dan pemberian informasi tentang bencana. Sementara hard
power adalah upaya menghadapi bencana dengan pembangunan fisik seperti
membangun sarana komunikasi, membangun tanggul, mendirikan dinding
beton, mengeruk sungai dan lain-lain. Dalam UU, dua hal ini yang disebut
mitigasi bencana. Pada dua pendekatan inilah, komunikasi bencana amat
dibutuhkan. [ CITATION Rud15 \l 1033 ]
Komunikasi dalam bencana tidak saja dibutuhkan dalam kondisi
darurat bencana, tapi juga penting pada saat dan pra bencana. Mempersiapkan
masyarakat di daerah rawan bencana tentu harus senantiasa dilakukan. Selain
informasi yang memadai tentang potensi bencana di suatu daerah, pelatihan
dan internalisasi kebiasaan menghadapi situasi bencana juga harus dilakukan
secara berkelanjutkan. Tapi harus diingat, informasi berlimpah saja tidak
cukup untuk menyadarkan warga atas bahaya bencana yang mengancam.
Cara menyampaikan informasi juga harus dilakukan dengan tepat.
Kekeliruan dalam mengkomunikasikan sebuah informasi, bisa menimbulkan
ketidakpastian yang memperburuk situasi. Dalam situasi ini, pendekatan
komunikasi budaya dan lintas budaya amat dibutuhkan.
Komunikasi dalam bencana tidak saja dibutuhkan dalam kondisi
darurat bencana, tapi juga penting pada saat dan pra bencana. Sebagaimana
dikatakan bahwa komunikasi adalah cara terbaik untuk kesuksesan mitigasi
bencana, persiapan, respon, dan pemulihan situasi pada saat bencana.
Kemampuan untuk mengkomunikasikan pesan-pesan tentang bencana kepada

2
publik, pemerintah, media dan pemuka pendapat dapat mengurangi resiko,
menyelamatkan kehidupan dan dampak dari bencana (Haddow and Haddow,
2008: xiv).
Memang Shaw dan Gupta fokus menyoroti aspek komunikasi, namun
sebenarnya ada implikasi lebih ketika kita menghubungkan antara siklus
manajemen komunikasi dan aspek komunikasi, yaitu dimensi informasi,
koordinasi dan kerjasama. Pada tahap sebelum kejadian bencana maka aspek
komunikasi akan mencakup informasi yang akurat, koordinasi dan aspek
kerjasama terutama kepada masyarakat yang rentan atas peristiwa bencana.
Pada tahap kejadian bencana keempat aspek : komunikasi, informasi,
kerjasama dan koordinasi merupakan kunci sukses penangana bencana,
terutama untuk penanganan korban dan menghindari resiko lebih lanjut. Pada
tahap setelah bencana rekonstruksi dan pemulihan pasca situasi bencana
adalah tahap penting untuk membangun kembali korban bencana dan
memastikan untuk mengurangi resiko apabila terjadi peristiwa serupa
dikemudian hari. Dan yang sangat penting adalah mitigasi, dalam tahapan ini,
seluruh potensi komunikasi menjadi penting untuk memastikan pencegahan
dan pengurangan resiko, yang tentu pendekatan yang tepat adalah
konprehensif, sistemik dan terintegrasi antar lembaga, komponen maupun
stakeholder yang ada.[CITATION Set12 \l 1033 ]
B. Pengelolaan Data Informasi Pada Penanggulangan Bencana
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) merupakan sebuah
Lembaga Pemerintah yang mempunyai tugas untuk membantu
mengkoordinasikan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan penanganan
bencana dan kedaruratan secara terpadu, Saat ini BPBD dalam melaksanakan
proses pendataan korban bencana masih lambat yang disebabkan karena
masih memprosesnya secara manual. Dalam melakukan proses pendataan di
setiap posko pengungsi kemungkinan masih terjadinya kesulitan antara lain,

3
perhitungan yang kurang akurat dan waktu yang cukup lama dalam
pengolahan data. Tujuan Penelitian ini membuat sistem informasi pengolahan
data korban bencana Pada BPBD. Agar mempermudah admin mengelola data
bencana pada BPBD. Metode Pengumpulan data yang digunakan yaitu
observasi, wawancara, studi kepustakaan. Alat bantu rancangan menggunakan
Flowchart, DFD, ERD dan bahasa pemrograman Borland Delphi 7, dengan
adanya sistem ini dapat mempermudah admin dalam mengelola data bencana
serta meningkatkan kinerja pelayanan pada BPBD
Pada saat ini komputer memegang komputer sebagai alat bantu
peranan penting dalam suatu pekerjaan Dengan media komputer dapat serta
dapat meningkatkan kualitas dan memberikan manfaat dalam pengelolaan
kuantitas pekerjaan tersebut. Banyak data, jika hal tersebut dapat
dimanfaatkan pekerjaan yang dilakukan pada setiap dan dibuat dalam sebuah
sistem agar lebih instansi maupun organisasi dapat berjalan efisien dan mudah
dalam mengelola data tersebut untuk menghasilkan informasi yang
dibutuhkan oleh instansi maupun organisasi untuk mencapai sautu tujuan,
Untuk itu, diperlukan suatu sistem informasi yang baik, dimana sistem
informasi tersebut merupakan suatu dukungan yang dapat memberikan
pelayanan terhadap permasalahan yang dihadapi perusahaan swasta maupun
instansi pemerintah. Salah satunya yang terjadi pada Badan Penanggulangan
Bencana Daerah (BPBD) D. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)
merupakan sebuah Lembaga Pemerintah yang mempunyai tugas untuk
membantu mengkoordinasikan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan
penanganan bencana dan kedaruratan secara terpadu, serta melaksanakan
penanganan bencana dan kedaruratan mulai dari sebelum, pada saat, dan
setelah terjadi bencana yang meliputi pencegahan, kesiap siagaan, penanganan
darurat, dan pemulihan E. Saat ini BPBD dalam melaksanakan proses
pendataan korban bencana masih lambat yang disebabkan karena, masih
memprosesnya secara manual. Dalam melakukan proses pendataan di posko

4
posko pengungsi kemungkinan masih F. terjadinya kesulitan antara lain,
perhitungan yang kurang akurat dan waktu yang cukup lama dalam
pengolahan data. G. Dengan dipertimbangan dan H. permasalahan diatas,
maka perlu membangun dan menerapkan satu sistem informasi yang
mengelola Data Korban Bencana di BPBD I. Menggunakan Bahasa
Pemograman Borland Delphi”. Dengan dukungan dengan IBEasy + sebagai
database server dan Program Crystal Report sebagai Form laporan yang siap
untuk di cetak (print).[CITATION Abd18 \l 1033 ]
C. Komunikasi Resiko Bencana.
Komunikasi mengacu pada tindakan satu orang atau lebih, yang
mengirim dan menerima pesan yang terdistorsi oleh gangguan, terjadi dalam
suatu konteks tertentu, mempunyai pengaruh dan ada kesempatan melakukan
umpan balik. Dalam komunikasi setidaknya terdapat unsur partisipan, pesan,
dan saluran informasi.
Komunikasi risiko merupakan proses berbagi makna mengenai bahaya
fisik seperti lokasi kerja yang berbahaya, pencemaran lingkungan, penyakit
dan lain-lain baik melalui komunikasi tatap muka maupun bermedia.
Komunikasi risiko membutuhkan kepercayaan yang mencakup kompetensi,
obyektivitas, keadilan, konsistensi dan keyakinan. Dengan kata lain keyakinan
ini didasarkan pada catatan masa lalu yang baik. Adapun komunikasi risiko
kesiapan menghadapi bencana adalah kondisi fisik dan mental seseorang yang
mendasari pengelolaan informasi dalam menghadapi risiko bencana.
Perilaku merupakan proses pengolahan informasi melibatkan panca
indra dan proses berpikir yang akan ditampilkan dalam bentuk gerak maupun
disimpan di dalam memori. Perilaku manusia didasari oleh motivasi atau
dorongan, baik dorongan biologis, insting maupun dorongan dari lingkungan.
Dalam teori perilaku terencana, keinginan untuk melakukan suatu tindakan

5
didasari atas pengetahuannya, keyakinan atas norma subyektif dan keyakinan
mengontrol sumber daya.
Bencana alam adalah bencana yang disebabkan oleh faktor alam yang
mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat
sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis. Bencana alam
identik dengan ketidakmampuan masyarakat terdampak bencana untuk
mengatasi sendiri dengan menggunakan sumber daya sendiri, sehingga
masyarakat terdampak bencana membutuhkan pertolongan dari pihak lain.
Oleh sebab itu peran komunikasi sangat diperlukan dalam penanganan
bencana.[ CITATION Lis15 \l 1033 ].
D. Komunikasi Media Dalam Penanggulangan Bencana.
Media memiliki peran penting dalam bencana alam. Melalui media
informasi mengenai bencana alam dapat tersebar ke berbagai penjuru dunia.
Informasi mengenai jenis bencana, informasi mengenai kapan terjadinya
bencana, informasi mengenai lokasi bencana, dampak, dan kebutuhan korban
bencana alam dapat terekam dan tersampaikan melalui pemberitaan. Hal ini
menjadi awal fase heroic, pemberitaan mendorong pihak-pihak yang selama
ini bergerak di bidang kemanusiaan untuk segera bertindak, bahkan dapat
menstimulasi orang-orang yang memiliki empati untuk memberikan bantuan
yang dibutuhkan. Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi membuat
informasi terkait bencana alam menjadi lebih cepat tersebar. Itulah salah satu
keuntungan dari perkembangan masa terutama teknologi komunikasi.
Pemberitaan media yang dapat memberikan informasi dan
pembelajaran bagi masarakat adalah pemberitaan yang berisi informasi yang
akurat dan objektif. Beberapa media memberitakan secara akurat dan objektif
jenis bencana, tingkat kerusakan, besarnya bencana, hingga kebutuhan yang
diperlukan korban bencana alam. Informasi yang akurat dan objektif ini

6
sangat membantu para relawan, pihak-pihak yang terkait bencana, atau orang-
orang yang hendak menyalurkan bantuan.
Relawan menjadi lebih tahu kondisi di tempat bencana sehingga
mempersiapkan diri dan dapat memutuskan berangkat atau tidak sesuai
dengan kemampuan yang dimiliki. Apakah terjadi kecocokan antara
karakteristik korban bencana alam dan karakteristik diri, kondisi di lapangan
apakah memungkinkan bagi relawan untuk membantu atau tidak, karena pada
dasarnya relawan juga harus memperhatikan kondisi fisik, psikologis, dan
sosialnya sendiri sebelum membantu orang lain.
Pihak penyalur bantuan juga akan memikirkan tentang bentuk bantuan
yang akan dikumpulkan atau digalang, bagaimanan bentuk penyalurannya,
melalui jalur tertentu, serta bagaimana membawa ke lokasi perlu
dipertimbangkan matang. Semuanya membutuhkan informasi secara akurat
dan objektif dari media. [ CITATION Pus15 \l 1033 ]

7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Komunikasi dalam bencana tidak saja dibutuhkan dalam kondisi
darurat bencana, tapi juga penting pada saat pra bencana.Mempersiapkan
masyarakat di daerah rawan bencana tentu harus senantiasa dilakukan. Selain
informasi yang memadai tentang potensi bencana di suatu daerah, pelatihan
dan internalisasi kebiasaan menghadapi situasi bencana juga harus dilakukan
secara berkelanjutan.Tapi harus diingat, informasi berlimpah saja tidak cukup
untuk menyadarkan warga atas bahaya bencana yang mengancam. Cara
menyampaikan informasi juga harus dilakukan dengan tepat. Kekeliruan
dalam mengkomunikasikan sebuah informasi, bisa menimbulkan
ketidakpastian yang memperburuk situasi.
Dalam kondisi darurat bencana, komunikasi amat dibutuhkan sebagai
fungsi manajemen dan koordinasi antara pemerintah, korban, masyarakat,
relawan dan media massa. Manajemen komunikasi krisis yang baik akan
membuat fungsi koordinasi dan pengambilan keputusan pemerintah berjalan
stabil. Pada sisi korban, penderitaan bisa dikurangi karena bantuan lebih cepat
dan mudah diberikan dengan modal informasi yang memadai. Keluarga
korban dan masyarakat luas penting mendapatkan pemenuhan kebutuhan
informasi mengenai kondisi terkini dan keadaan korban baik yang selamat
maupun meninggal dunia untuk menghindarkan dari kecemasan. Relawan
juga amat membutuhkan komunikasi yang lancar dengan berbagai pihak
untuk bisa terjun ke lokasi bencana. Sedangkan media massa, dalam kondisi
darurat sangat membutuhkan sumber informasi yang kredibel agar berita yang
disebarluaskan memberikan manfaat bagi masyarakat luas
B. Saran

8
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, jadi kelompok mengharapkan
kritik dan saran dari para pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

HH, Setio Budi. (2012). Jurnal Komunikasi, Volume 1, Nomor 4, Januari 2012
363PengantarBencana demi bencana, terutama dari faktor alam terus terjadi sampai
saat ini. Terutama sejak peristiwa Tsunami Aceh tahun 2004 sampai hari ini,
berbagai letusan gunung api, tanah long. Retrieved from
https://www.researchgate.net/publication/316261750_Komunikasi_Bencana_Aspek_
Sistem_Koordinasi_Informasi_dan_Kerjasama.

Lamahamu, Abdul Syah. (2018). Perancangan Sistem Informasi Pengolahan Data


Korban Bencana pada. Retrieved from
https://media.neliti.com/media/publications/284481-perancangan-sistem-informasi-
pengolahan-002d585e.pdf.

Puspito, E. S. (2015). Model Komunikasi Risiko Kesiapan Masyarakat Menghadapi


Bencana Gunung Api. Retrieved januari 14, 2021, from
https://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/74531#:~:text=Adapun%20komunikasi
%20risiko%20kesiapan%20menghadapi,menghadapi%20risiko%20bencana
%20gunung%20api.&text=Oleh%20sebab%20itu%20peran%20komunikasi,yang
%20membutuhkan%20peran%20multi%20aktor.

Rudianto. (2015). Komunikasi dalam Penanggulangan Bencana .


https://core.ac.uk/download/pdf/326036513.pdf.

Yuwanto, L. (2015, Januari 1). Retrieved januari 14, 2021, from


https://www.ubaya.ac.id/2018/content/articles_detail/158/Peran-Media-Dalam-
Bencana-Alam.html.

Anda mungkin juga menyukai