Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

KEPERAWATAN BENCANA II
“Sistem Komunikasi dan Penyebaran Informasi Kebencanaan”

Disusun Oleh: (kelompok 1)


ADELINA RISKI WARDANI R (183310796)
HERLIN YOVITA SARI (183310808)
HUKAMA ARIBI ( 183310809)
NINDIKA ARIO PANGESTI (183310817)
SALMA SYAFITRI (183310821)
VICKY ANDREA MALVINO (183310829)

Dosen Pengampu:
RACHMADANUR, S.KP., MKM

PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN


POLTEKKES KEMENKES RI PADANG
TAHUN 2021/2022
Kata Pengantar

Puji syukur kita haturkan kehadirat Allah SWT, sebagai penguasa yang Akbar bagi
seluruh alam semesta karena atas rahmat dan berkat-Nyalah sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan judul “Sistem Komunikasi dan Penyebaran Informasi Kebencanaan”,
dengan waktu yang telah ditentukan.

Namun, kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini
sehingga belum begitu sempurna. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran
dari pembaca agar kami dapat memperbaiki kekurangan-kekurangan tersebut. Sehingga makalah
ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Akhirnya semoga Allah SWT, senantiasa memberikan petunjuk kepada kita semua agar
apa yang kita cita-citakan menjadi sukses.

Padang, 24 Agustus 2021

penyusun
Daftar Isi

Kata Pengantar........................................................................................................................
Daftar Isi...................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..............................................................................................................
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Konsep Komunikasi Bencana ....................................................................................
B. Landasan Utama dalam Membangun Komunikasi Bencana ………………………..
C. Macam-macam Penyebaran Informasi Kebencanaan ……………………………………..

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negeri yang beruntung karena dianugerahi oleh Tuhan YME
sumber daya alam yang berlimpah. Tanahnya yang subur, alamnya yang indah beserta
kandungan kekayaan di perut bumi nusantara pantas untuk disyukuri oleh seluruh
bangsa.Namun begitu, di balik kekayaan alamnya, negeri nusantara menyimpan segudang
potensi bencana baik alam maupun non alam. Gempa, tsunami, banjir, tanah longsor,
kebakaran, kecelakaan transportasi, kegagalan teknologi dan lainnya menjadi bagian
kehidupan rakyat negeri ini. Terlepas bagi sebagian kalangan itu bentuk cobaan dari Tuhan
atau bukan, cara terbaik menyikapi ancaman bencana adalah mempersiapkan diri sebelum
bencana itu hadir.
Komunikasi dalam bencana tidak saja dibutuhkan dalam kondisi darurat bencana, tapi
juga penting pada saat dan pra bencana. Mempersiapkan masyarakat di daerah rawan
bencana tentu harus senantiasa dilakukan. Selain informasi yang memadai tentang potensi
bencana di suatu daerah, pelatihan dan internalisasi kebiasaan menghadapi situasi bencana
juga harus dilakukan secara berkelanjutkan. Tapi harus diingat, informasi berlimpah saja
tidak cukup untuk menyadarkan warga atas bahaya bencana yang mengancam.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana system komunikasi dan penyebaran informasi kebencanaan ?
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Komunikasi Bencana


Istilah komunikasi bencana belum menjadi konsep popular dalam bidang
komunikasi maupun bidang kebencanaan. Menurut Frank Dance (dalam Littlejohn,
2006: 7), salah satu aspek penting di dalam komunikasi adalah konsep reduksi
ketidakpastian. Komunikasi itu sendiri muncul karena adanya kebutuhan untuk
mengurangi ketidakpastian, supaya dapat bertindak secara efektif demi melindungi atau
memperkuat ego yang bersangkutan dalam berinteraksi secara indivuidual maupun
kelompok.
Komunikasi dalam bencana tidak saja dibutuhkan dalam kondisi darurat bencana, tapi
juga penting pada saat dan pra bencana. Sebagaimana dikatakan bahwa komunikasi
adalah cara terbaik untuk kesuksesan mitigasi bencana, persiapan, respon, dan
pemulihan situasi pada saat bencana. Kemampuan untuk mengkomunikasikan pesan-
pesan tentang bencana kepada publik, pemerintah, media dan pemuka pendapat dapat
mengurangi resiko, menyelamatkan kehidupan dan dampak dari bencana.
B. Landasan Utama dalam Membangun Komunikasi Bencana
Menurut Haddow dan Haddow (2008: 2) terdapat 5 landasan utama dalam
membangun komunikasi bencana yang efektif yaitu:
1. Costumer Focus, yaitu memahami in-formasi apa yang dibutuhkan oleh
pelanggan dalam hal ini masyarakat dan relawan. Harus dibangun mekanisme
komunikasi yang menjamin informasi disampaikan dengan tepat dan akurat.
2. Leadership commitment, pemimpin yang berperan dalamtanggap darurat harus
memiliki komitmen untuk melakukan komunikasi efektif dan terlibat aktif da-
lam proses komunikasi.
3. Situational awareness, komunikasi efek-tif didasari oleh pengumpulan, analisis
dan diseminasi informasi yang terkendali terkait bencana. Prinsip komunikasi
efek-tif seperti transparansi dan dapat di-percaya menjadi kunci.
4. Media partnership, media seperti televisi, surat kabar, radio, dan lainnya
adalah media yang sangat penting untuk menyampaikan informasi secara tepat
kepada publik. Kerjasama dengan media menyangkut kesepahaman tentang
kebu-tuhan media dengan tim yang terlatih un-tuk berkerjasama dengan media
untuk-mendapatkan informasi dan menyebar-kannya kepada publik.

Secara lebih luas, selain lembaga yang menangani bencana (BNPB), keterlibatan
stakeholder seperti media, industri, politisi dan berbagai komponen masyarakat/
lembaganya menjadi sangat penting. Sedemikan penting agar keterlibatan mereka
terutama pada peristiwa bencana dan juga pada mitigasi, tahap pemulihan, tidak
digunakan sebagai ajang pencitraan – yang akhirnya menjadikan bencana dan korban
bencana sebagai obyek semata, namun justru secara substansial memang membantu
korban bencana dan meminimalisasi resiko yang ada/ yang akan terjadi.

Rodrigues dkk (dalam Rodr ́ıguez, Quarantelli and Dynes (2007 :480) menyusun
model untuk mengko muni-kasikan resiko bahaya dan peringatan bencana, sebagai
berikut :
Dari bagan diatas dapat ditarik garis penting bahwa model komunikasi yang
dipaparkan tidak hanya memiliki implikasi satu arah antara penggagas dengan targek
khalayak yaitu korban/ potensi korban, namun juga menunjukkan arti penting komunikasi dua
arah.

C. Macam-macam Penyebaran Informasi Kebencanaan


Macam macam penyebaran informasi kebencanaan :
a) Penyebaran informasi dan peringatan oleh BMKG
BMKG menggunakan beragam saluran komunikasi untuk memastikan peringatan
menjangkau sebanyak mungkin orang,memastikan bahwa peringatan
tersampaikan,dan mengantisipasi kegagalan jalur komunikasi.BMKG menggunakan 5
saluran berikut untuk menyebarkan informasi dan peringatan :
 Short message service atau SMS
 Email
 Fax
 Warning receiver system atau WRS
 Web

WRS mengirim informasi melalui web server di BMKG ke semua komputer client
wrs yang terdaftar misalnya computer otoritas daerah, stasiun TV dan radio TNI dan
Polri.pengguna WS di daerah terpencil terhubung dengan BMKG melalui internet
atau digital video broadcasting atau DVB yang menggantikan radio internet atau
ranet.

b) Penyebaran peringatan olehstasiun TV dan radio


Stasiun TV dan radio di daerah dan pusat memiliki akses langsung ke masyarakat dan
mampu menyiapkan peringatan ancaman bencana dalam waktu yang sangat
singkat.keduanya stasiun TV dan radio wajib menghentikan program yang sedang
berlangsung untuk segera menyiapkan peringatan ancaman bahaya.media meneruskan
pesan peringatan dari BMKG tanpa melakukan penyesuaian apapun stasiun TV
menyayangkan peringatan ditandai dengan terdengarnya nada tinggi selama kurang
lebih 30 detik untuk menarik perhatian pemirsa sebelum peringatan ditayangkan pada
layar.setelah itu peringatan akan tetap ditayangkan dalam bentuk teks berjalan atau
running text di bawah layar.Stasiun TV dan radio juga menyiarkan peringatan ini
dalam Breaking News namun untuk Breaking News penyiarannya membutuhkan
persiapan beberapa menit.Stasiun TV dan radio di daerah dapat menyiarkan
peringatan yang diterima langsung dari BMKG sekaligus berperan sebagai Stasiun
penyebaran peringatan untuk otoritas daerah.

c) Penyebaran di daerah: memberi arahan ke masyarakat


Penyebaran informasi dari otoritas daerah ke masyarakat secara cepat dan langsung
adalah kunci untuk menjangkau sebanyak mungkin orang dalam waktu
singkat.Penggunaan beragam cara penyampaian pesan penting dilakukan untuk
mengantisipasi kegagalan atau tidak berfungsinya salah satu saluran akibat bencana
alam.Komunikasi radio, via very high frequency atau VHF atau Stasiun Radio
frequency modulation/ FM terbukti paling andal.Sirine dan pengeras suara yang
dikendalikan jarak jauh juga baik untuk penyebaran informasi secara langsung kepada
masyarakat namun membutuhkan cadangan daya untuk mengoperasikannya
sementara jaringan telepon seluler seringkali tidak berfungsi dan tidak cukup baik
untuk dijadikan satu-satunya solusi penyampaian peringatan ke masyarakat.
Keberhasilan sistem penyebaran di daerah tidak hanya tergantung pada solusi
teknologi masyarakat juga harus diinformasikan tentang cara-cara mendapatkan
informasi Jauh sebelum keadaan darurat terjadi.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Mempersiapkan masyarakat di daerah rawan bencana tentu harus senantiasa dilakukan.


Selain informasi yang memadai tentang potensi bencana di suatu daerah, pelatihan dan
internalisasi kebiasaan menghadapi situasi bencana juga harus dilakukan secara
berkelanjutan.Tapi harus diingat, informasi berlimpah saja tidak cukup untuk
menyadarkan warga atas bahaya bencana yang mengancam. Cara menyampaikan
informasi juga harus dilakukan dengan tepat. Kekeliruan dalam mengkomunikasikan
sebuah informasi, bisa menimbulkan ketidakpastian yang memperburuk situasi. Dalam
situasi ini, pendekatan komunikasi budaya dan lintas budaya amat dibutuhkan.
DAFTAR PUSTAKA
Mahyuzar. 2011. Dinamika Komunikasi Antarbudaya Pasca Tsunami (Studi Dramaturgis
Dalam Kegiatan Kemasyarakatan Antar Warga Korban Tsunami Dan Interaksi
Dengan Orang Asing di Banda Aceh. Bandung: Disertasi Program Doktor Ilmu
Komunikasi UNPAD.
Rudianto,2015. Komunikasi dalam Penanggulangan Bencana. Jurnal Simbolika / Volume 1 /
Nomor 1 HAL : 51-61. Diakses pada tanggal 24 agustus melalui
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&ved=2ahU
KEwjg9oXdx8nyAhWIgdgFHfXIApAQFnoECAkQAQ&url=http%3A%2F%2Fojs.u
ma.ac.id%2Findex.php%2Fsimbolika%2Farticle%2Fdownload%2F49%2F7&usg=A
OvVaw0WNmHV7WcKNeHmYh0qUow6
Hoppe,Michael.., 2010.Penyebaran Dan Komunikasi.Jerman.Jerman Indonesia Coorporative
For A Tsunami Early Warning System (GITEWES) Capacity Building In Local
Communiations.

Anda mungkin juga menyukai