Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH MANAJEMEN BENCANA

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN BENCANA

Dosen pembimbing : Angga Sugiarto, SST, M.Kes.

Disusun oleh:

Harmadita Nur Hernawati

P1337420717036

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN

2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Sistem Informasi Manajemen Bencana” tepat pada waktunya.

Makalah ini disusun berdasarkan sumber-sumber yang penulis dapat dari


berbagai media dalam rangka melengkapi tugas mata kuliah Manajemen Bencana
yang dibimbing oleh Bapak Angga Sugiarto, SST, M.Kes. Oleh sebab itu, penulis
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu.

Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari masih banyak


kekurangan baik dari segi susunan kalimat mau pun tata bahasanya. Oleh karena
itu, dengan tangan terbuka penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar penulis dapat memperbaiki makalah ini.

Kab. Semarang, 19 Maret 2020

Penulis
DAFTAR ISI

Kata pengantar............................................................................................... i

Daftar isi.......................................................................................................... ii

Bab I Pendahuluan......................................................................................... 1

A. Latar belakang......................................................................................... 1
B. Rumusan masalah.................................................................................... 1
C. Tujuan ..................................................................................................... 2

Bab II Pembahasan......................................................................................... 3

A. Definisi bencana...................................................................................... 3
B. Jenis-jenis bencana.................................................................................. 3
C. Definisi sistem informasi........................................................................ 4
D. Manfaat sistem informasi manajemen bencana...................................... 4
E. Manajemen sistem informasi pada bencana............................................ 5
F. Sistem informasi dalam bencana alam dengan teknologi....................... 19

Bab III Penutup.............................................................................................. 26

A. Kesimpulan.............................................................................................. 26
B. Saran ....................................................................................................... 26

Daftar pustaka................................................................................................ 27

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Wilayah indonesia sangat rawan terhadap berbagai macam bencana baik
alam maupun bencana yang disebabkan oleh manusia. Pada awalnya bencana
hanya gempa bumi, tsunami, letusan gunung berapi, tanah longsor, banjir dan
kekeringan, tetapi belakangan ini banyak bencana disebabkan oleh manusia
seperti kebakaran hutan, bencana yang disebabkan oleh industri dan yang
lainnya. Berdasarkan tingkat dan jenis bencana yang terjadi di Indonesia,
kebutuhan sumber daya manusia dalam menangani bencana dan kemampuan
dalam menggunakan iptek geoinformasi masih sangat terbatas.
Pada proses penanggulangan bencana alam, kebutuhan tidak hanya pada
aspek logistik, akomodasi dan transportasi, kesehatan atau pakaian. Akan
tetapi kebutuhan terhadap sistem informasi pada pada proses penanggulangan
bencana berbasis manajemen, sangat dibutuhkan untuk memudahkan
melakukan kerja operasional yang sistematis dan terkontrol dengan baik.
Untuk itu manajemen sistem informasi kebencanaan menjadi mutlak
diterapkan.
Perbaikan koordinasi dan manajemen penanggulangan di daerah rawan
bencana merupakan salah satu prioritas upaya kesiapsiagaan. Sistem
infromasi manajemen penanggulangan bencana, dapat disajikan sebagai salah
satu wadah yang berperan dalam pengkoordinasian tindakan tanggap darurat
bencana. Dengan adanya koordinasi dan kerja sama yang baik antar lintas
sektor diharapkan penanggulangan bencana dapat lebih terkoordinir dengan
baik.
B. Rumusan masalah
1. Apa definisi bencana?
2. Apa saja jenis-jenis bencana?
3. Apa definisi sistem informasi?
4. Apa manfaat sistem informasi manajemen bencana?
5. Bagaimana manajemen sistem informasi pada bencana?
6. Bagaimana sistem informasi dalam bencanan alam dengan teknologi?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi bencana
2. Untuk mengetahui jenis-jenis bencana
3. Untuk mengetahui definisi sistem informasi
4. Untuk mengetahui manfaat sistem informasi manajemen bencana
5. Untuk mengetahui manajemen sistem informasi pada bencana
6. Untuk mengetahui sistem informasi dalam bencana alam dengan
teknologi

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi bencana

Menurut Undang-Undang Nomor 24 tahun 2007, tentang Penanggulangan


Bencana, menyebutkan definisi bencana adalah peristiwa atau rangkaian
peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan
masyarakat, yang disebabkan baik oleh faktor alam dan/ atau faktor nonalam
maupun faktor manusia, sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa
manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak
psikologis.

Sekretariat Strategi Internasional untuk Pengurangan Bencana atau


International Strategy for Disaster Reduction - Perserikatan Bangsa-Bangsa
(ISDR 2004), mendefinisikan bahwa bencana adalah suatu gangguan serius
terhadap keberfungsian suatu masyarakat sehingga menyebabkan kerugian
yang meluas pada kehidupan manusia dari segi materi, ekonomi atau
lingkungan dan yang melampaui kemampuan masyarakat.

Kejadian bencana adalah peristiwa bencana yang terjadi dan dicatat


berdasarkan tanggal kejadian, lokasi, jenis bencana, korban dan/ ataupun
kerusakan. Jika terjadi bencana pada tanggal yang sama dan melanda lebih
dari satu wilayah, maka dihitung sebagai suatu kejadian.

B. Jenis-jenis bencana
Jenis-jenis bencana menurut Undang-Undang No.24 Tahun 2007, antara lain:
1. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa

3
gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan,
dan tanah longsor.
2. Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
rangkaian peristiwa non alam yang antara lain berupa gagal teknologi,
gagal modernisasi, epidemi dan wabah penyakit.
3. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi
konflik sosial antarkelompok atau antarkomunitas masyarakat, dan terror
(UU RI, 2007).
C. Definisi sistem informasi
Sistem Informasi adalah kumpulan modul atau komponen yang dapat
mengumpulkan, mengelola, memproses, menyimpan, menganalisa dan
mendistribusikan informasi untuk tujuan tertentu.
Sistem informasi adalah suatu sistem didalam suatu organisasi yang
mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi harian, mendukung operasi,
bersifat manajerial, dan strategi dari suatu organisasi dan menyediakan pihak
luar tertentu dengan laporan-laporan yang diperlukan.
D. Manfaat sistem informasi manajemen bencana

Upaya penanggulangan bencana merupakan kegiatan yang mempunyai


fungsi-fungsi manajemen seperti perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan
dan pengendalian dalam lingkup “Siklus Penanggulangan Bencana” (Disaster
Management Cycle).

Siklus tersebut dimulai pada waktu sebelum terjadinya bencana berupa


kegiatan pencegahan, mitigasi (pelunakan/penjinakan dampak) dan
kesiapsiagaan. Kemudian pada saat terjadinya bencana berupa kegiatan
tanggap darurat dan selanjutnya pada saat setelah terjadinya bencana berupa
kegiatan pemulihan dan rekonstruksi, maka upaya penanggulangan bencana
harus didukung oleh suatu sistem informasi yang memadai. Sistem ini
diharapkan mampu untuk:

4
1. Meningkatkan kemampuan perencanaan penanggulangan bencana bagi
semua mekanisme penanngulangan bencana, baik pada tingkat pusat
maupun daerah pada semua tahapan penanggulangan bencana.
2. Mendukung pelaksanaan pelaporan kejadian bencana secara cepat dan
tepat, termasuk di dalamnya proses pemantauan dan perkembangan
kejadian bencana; dan
3. Memberikan informasi secara lengkap dan aktual kepada semua pihak
yang terkait dengan unsur-unsur penanggulangan bencana baik di
Indonesia maupun negara asing melalui fasilitas jaringan global.
E. Manajemen sistem informasi pada bencana
1. Jenis informasi dan waktu penyampaian
a. Pra Bencana
Jenis informasi yang dibutuhkan pada tahap pra bencana meliputi:
1) Peta daerah rawan bencana
2) Data sumber daya:tenaga, dana, sarana dan prasarana
3) Informasi dikumpulkan setahun sekali pada bulan juli – agustus
(format sesuai from kesiapsiagaan).
b. Saat dan Pasca Bencanan
1) Informasi pada awal terjadinya bencana
Informasi yang dibutuhkan pada awal terjadinya bencana (Form
B-1 dan B-4) disampaikan segera setelah kejadian awal
diketahui, meliputi:
a) Jenis bencana dan waktu kejadian bencana yang terdiri dari
tanggal, bulan, tahun serta pukul berapa kejadian tersebut
terjadi.
b) Lokasi bencana yang terdiri dari desa, kecamatan,
kabupaten/kota dan provinsi bencana terjadi.
c) Letak geografis dapat diisi di pegunungan, pulau/kepulauan,
pantai dan lain-lain
d) Jumlah korban yang terdiri dari korban meninggal, hilang,
luka berat, luka ringan dan pengungsi.

5
e) Lokasi pengungsian
f) Akses ke lokasi bencana meliputi akses dari:
- Kabupaten/kota ke lokasi dengan pilihan mudah/sukar,
waktu tempuh berapa lama dan sarana transportasi yang
digunakan
- Jalur komunikasi yang masih dapat digunakan
- Keadaan jaringan listrik
- Informasi tanggal dan bulan serta tanda tangan pelapor
dn lokasinya.
2) Informasi penilaian kebutuhan cepat
Penilaian kebutuhan cepat penanggulangan krisi akibat bencana
dilakukan segera setelah informasi awal diterima. Informasi
yang dikumpulkan (from B-2) meliputi:
a) Jenis bencana dan waktu kejadian bencana
b) Tingkat keseriusan dari bencana tersebut
c) Tingkat kelayakan, yaitu luar dari dampak yang
ditimbulkan dari bencana tersebut
d) Kecepatan perkembangan, misalnya konflik antar suku di
satu daerah, bila tidak cepat dicegah maka dpat dengan
cepat meluas atau berkembang ke daerah lain.
e) Lokasi bencana terdiri dari dusun, desa/kelurahan,
kecamatan, kabupaten/kota dan provinsi.
f) Letak geografis terdiri dari pegunungan, pantai,
pulau/kepulauan dan lain-lain
g) Jumlah penduduk yang terancam
h) Jumlah korban meningal, hilang, luka berat, luka ringan,
pengungsi, lokasi pengungsian, jumlah korban yang dirujuk
ke Puskesmas dan Rumah Sakit
i) Jenis dan kondisi sarana kesehatan dibagi dalam tiga bagian
yaitu informasi mengenai kondisi fasilitas kesehatan,

6
ketersediaan air bersih, sarana sanitasi dan kesehatan
lingkungan.
j) Akses ke lokasi bencana terdiri dari mudah/sukar, waktu
tempuh dan transportasi yang dapat digunakan
k) Kondisi sanitasi dan kesehatan lingkungan di lokasi
penampungan pengungsi.
l) Kondisi logistik dan sarana pendukung pelayanan kesehatan
m) Upaya penanggulangan yang telah dilakukan
n) Bantuan kesehatan yang diperlukan
o) Rencana tindak lanjut
p) Tanggal bulan, dan tahun laporan, tanda tangan pelapor
serta diketahui oleh Kepala Dinas Kesehatan
3) Informasi perkembangan kejadian bencana
Informasi perkembangan kejadian bencana (from B-3)
dikumpulkan setiap kali terjadi perkembngan informasi PK-AB.
Informasi perkembangan kejadian bencana meliputi:
a) Tanggal/bulan/tahun kejadian
b) Jenis bencana
c) Lokasi bencana
d) Waktu kejadian bencana
e) Jumlah korban keadaan terakhir, terdiri dari: meninggal;
hilang; luka berat; luka ringan; pengungsi; dan jumlah
korban yang dirujuk
f) Upaya penanggulangan yang telah dilakukan
g) Bantuan segera yang diperlukan
h) Rencan tindak lanjut
i) Tanggal, bulan dan tahun laporan, tanda tangan pelapor
serta diketahui oleh Kepala Dinas Kesehatan.
2. Sumber informasi

Sumber informasi dari data/informasi yang dibuthkan untuk


penanggulangan krisis adalah sebagai berikut:

7
a. Pra Bencana (Form Kesiapsiagaan)
Sumber informasi:
1) Dinas kesehatan
2) Rumah sakit
3) Instansi terkait
4) Puskesmas
b. Pada Saat dan Pasca Bencana
1) Informasi pada awal kejadian bencana (Form B-1 dan B-4)
Sumber informasi berasal:
a) Masyarakat
b) Sarana pelayanan kesehatan
c) Dinas kesehatan Provinsi/kabupaten/Kota
d) Lintas sektoral
Informasi disampaiakan melalui:
a) Telpon
b) Faksimili
c) Telpon seluler
d) Internet
e) Radio komunikasi
2) Informasi penilaian kebutuhan cepat (Form B-2)
Informasi dikumpulkan oleh Tim Penilaian Kebutuhan Cepat
yang bersumber dari:
a) Masyarakat
b) Sarana pelayanan kesehatan
c) Dinas kesehatan Provinsi/kabupaten/Kota
d) Lintas sektoral
Informasi disampaiakan melalui:
a) Telpon
b) Faksimili

8
c) Telpon seluler
d) Internet
e) Radio komunikasi
3) Informasi perkembangan kejadian bencana (Form B-3)
Informasi disampaikan oleh institusi kesehatan di lokasi bencana
(Puskesmas, Rumah Sakit, Dinas Kesehatan)
a) Masyarakat
b) Sarana pelayanan kesehatan
c) Dinas kesehatan Provinsi/kabupaten/Kota
d) Lintas sektoral
Informasi disampaiakan melalui:
a) Telpon
b) Faksimili
c) Telpon seluler
d) Internet
e) Radio komunikasi
3. Alur mekanisme penyampaian informasi
a. Informasi Pra Bencana
Informasi terintegrasi dengan sistem informasi yang sudah ada
b. Informasi Saat Bencana
1) Bagan alur penyampaian informasi langsung
Informasi awal tentang krisi pada saat kejadian bencana dari
lokasi bencana langsung dikirim ke Dinas Kab/Kota atau
Provinsi, maupun PPK Setjen Depkes dengan menggunakan
sarana komunikasi yang paling memungkinkan pada saat itu.
Informasi dapat disampaikan oleh masyarakat, untit pelayanan
kesehatan dan lain-lain. Unit penerima informasi harus
melakukan konfirmasi.
2) Alur penyampaian informasi penilaian kebutuhan cepat secara
berjenjang

9
Informasi penilaian kebutuhan cepat disampaiakan secara
berjenjang mulai dari institusi kesehatan di lokasi bencana ke
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, kemudian diteruskan ke
Dinas Kesehatan Provinsi, dari Provinsi ke Depkes melalui PPK
dan di laporkan ke Mentri Kesehatan.
3) Alur penyampaian informasi perkembangan PK-AB
Informasi perkembangan disampaikan secara berjenjang mulai
dari institusi kesehatan di lokasi bencana ke Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota kemudian diteruskan ke Dinas Kesehatan
Provinsi, dari Provinsi ke Depkes melalui PPK dan dilaporkan
ke Mentri Kesehatan.
a) Tingkat Puskesmas
- Menyampaikan informasi pra bencana ke Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota
- Menyampaiakan informasi rujukan ke RS
Kabupaten/Kota bila diperlukan
- Menyampaikan informasi perkembangan bencana ke
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
b) Tingkat Kabupaten/Kota
- Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota menyampaikan
informasi awal bencana ke Dinas Kesehatan Provinsi
- Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melakukan penilaian
kebutuhan pelayanan di lokasi bencana
- Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota menyampaiakan
laporan hasil penilaian kebutuhan pelayanan ke Dinas
Kesehatan Provinsi dan memberi respon ke Puskesmas
dan RS Kabupaten/Kota
- Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota menyampaikan
informasi perkembangan bencana ke Dinas Kesehatan
Provinsi

10
- RS Kabupaten/Kota menyampaikan informasi rujukan
dan perkembangannya ke Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dan RS Provinsi bila diperlukan

c) Tingkat Provinsi
- Dinas Kesehatan Provinsi menyampaikan informasi awal
kejadian dan perkembangannya ke Depkes melalui PPK
- Dinas Kesehatan Provinsi melakukan kajian terhadap
laporan hasil penilaian kebutuhan pelayanan yang
dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
- Dinas Kesehatan Provinsi menyampaikan laporan hasil
kajian ke PPK dan memberi respon ke Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dan RS Provinsi
- RS Provinsi menyampaikan informasi rujukan dan
perkembangannya ke Dinas Kesehatan Provinsi dan RS
Rujukan Nasional bila diperlukan
d) Tingkat Pusat
- PPK menyampaikan informasi awal kejadian, hasil
kajian penilaian kebutuhan pelayanan dan
perkembangannya ke Sekertaris Jendral Depkes, Pejabat
Eselon I dan Eselon II terkait serta tembusan ke Mentri
Kesehatan
- PPK melakukan kajian terhadap laporan hasil penilaian
kebutuhan pelayanan yang dilakukan oleh Dinas
Kesehatan Provinsi
- Rumah sakit umum Pusat Nasional menyampaikan
informasi rujukan dan perkembangannya ke PPK bila
diperlukan
- PPK beserta unit terkait di lingkungan Depkes
merespons kebutuhan pelayanan kesehatan yang
diperlukan.

11
4. Mekanisme kerja informasi
Informasi yang dikumpulkan oleh Pos Informasi adalah informasi yang
terkait dengan bencana baik pada tahap pra bencana, tahap saat bencana
maupun tahap pasca bencana. Informasi tersebut dapat berasal dari
lingkungan jajaran kesehatan, lintas sektor, media dan masyarakat.

a. Pra Bencana
Informasi yang dikumpulkan pada saat pra bencana adalah :
1) Informasi sumber daya baik tenaga, dana, sarana dan prasarana
dalam rangka penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana
(Form Kesiapsiagaan pada Pedoman Sistem Informasi
Penangggulangan Krisis Akibat Bencana). Informasi tersebut
bersumber dari Puskesmas, Rumah Sakit, Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dan Dinas Kesehatan Provinsi.
2) Informasi dari lintas sektor terkait, misalnya meteorologi dan
geofisika dalam rangka penanggulangan krisis kesehatan akibat
bencana yang disebabkan oleh fenomena cuaca dan iklim
(prakiraan cuaca harian/mingguan, prakiraan hujan bulanan dan
prakiraan musim hujan/kemarau) serta informasi gempa bumi
dan tsunami yang bersumber dari Badan Meteorologi,
Klimatologi dan Geofisika.
3) Informasi nomor telepon, faksimili (kantor dan rumah) serta
nomor telepon genggam/mobile dari petugas yang telah ditunjuk
untuk bertanggung jawab dalam penanggulangan krisis
kesehatan akibat bencana baik dari lintas program maupun lintas
sektor untuk membangun jaringan informasi dan komunikasi
( contact person.
4) Informasi tersebut bersumber dari Puskesmas, Rumah Sakit,
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Provinsi
dan lintas sector yang terkait dalam penanggulangan krisis
kesehatan akibat bencana. Berdasarkan informasi yang telah

12
dikumpulkan tersebut kemudian dilakukan pengolahan , dengan
melakukan :
a) Penyusunan tabel bencana.
b) Penyusunan peta daerah rawan krisis kesehatan akibat
bencana.
c) Penyusunan buku profil penanggulangan krisis kesehatan
akibat bencana yang berisi informasi tentang sumber daya
baik tenaga, dana, sarana dan prasarana dalam rangka
penanggulangan krisis dan masalah kesehatan lain.
d) Penyusunan buku informasi penanggulangan krisis
kesehatan akibat bencana yang pernah terjadi.
e) Pembuatan website.
f) Pembuatan peta jalur evakuasi sarana kesehatan pada
daerah rawan bencana (ring 1, ring 2 dan ring 3)
Informasi yang telah diolah tersebut kemudian disebarluaskan
dengan memanfaatkan teknologi informasi untuk lebih memudahkan
penyampaian informasi ke seluruh pengguna yang membutuhkan
informasi secara cepat dengan biaya yang relatif murah.
b. Saat Bencana
Informasi yang dikumpulkan pada saat bencana adalah
1) Informasi awal penanggulangan krisis dan masalah kesehatan
lain (Form B1 dan B4 pada Pedoman Sistem Informasi
Penanggulangan Krisis Akibat Bencana).
2) Informasi perkembangan penanggulangan krisis dan masalah
kesehatan lain (Form B2 pada Pedoman Sistem Informasi
Penanggulangan Krisis Akibat Bencana).
3) Informasi tersebut bersumber dari Puskesmas, Rumah Sakit,
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Provinsi,
instansi terkait, masyarakat, media cetak dan media elektronik.
Berdasarkan informasi yang telah dikumpulkan tersebut kemudian
diolah, dengan melakukan :

13
1) Penyusunan laporan awal penanggulangan krisis kesehatan
akibat bencana.
2) Penyusunan laporan perkembangan penanggulangan krisis
kesehatan akibat bencana.
Sesuai dengan kebutuhan akan informasi, pemantauan dan
pelaporan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana dapat
dilakukan sesering mungkin. Semua data dan informasi yang
didapatkan akan menjadi landasan dalam pengambilan langkah dan
strategi penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana.
Pemantauan ini terus berlangsung hingga penangulangan krisis
kesehatan akibat bencana dapat ditangani terutama pada masa
tanggap darurat.
Informasi yang telah diolah tersebut kemudian disebarluaskan
dengan memanfaatkan teknologi informasi/elektronik untuk lebih
memudahkan penyampaian informasi ke seluruh pengguna yang
membutuhkan informasi secara cepat dengan biaya yang relatif
murah dengan membuat Media Center di Pos Informasi.
c. Pasca Bencana
Informasi yang dikumpulkan pada saat pasca bencana adalah :
1) Informasi pemulihan/rehabilitasi dan pembangunan
kembali/rekonstruksi sarana/prasarana kesehatan yang
mengalami kerusakan
2) Informasi upaya pelayanan kesehatan (pencegahan KLB,
pemberantasan penyakit menular, perbaikan gizi), kegiatan
surveilans epidemiologi, promosi kesehatan dan
penyelenggaraan kesehatan lingkungan dan sanitasi dasar di
tempat penampungan pengungsi maupun lokasi sekitarnya yang
terkena dampak.
3) Informasi relawan, kader dan petugas pemerintah yang
memberikan KIE kepada masyarakat luas, bimbingan pada
kelompok yang berpotensi mengalami gangguan stress pasca

14
trauma dan memberikan konseling pada individu yang
berpotensi mengalami gangguan stress pasca trauma.
4) Informasi pelayanan kesehatan rujukan dan penunjang.
5) Informasi rujukan korban yang tidak dapat ditangani dengan
konseling awal dan membutuhkan konseling lanjut, psikoterapi
atau penanggulangan lebih spesifik.
Berdasarkan informasi yang telah dikumpulkan tersebut kemudian
diolah, dengan melakukan :
1) Penyusunan informasi dengan program terkait dalam rangka
upaya pemulihan/rehabilitasi dan pembangunan
kembali/rekonstruksi sarana/prasarana kesehatan yang
mengalami kerusakan.
2) Penyusunan informasi dengan program terkait dalam upaya
pelayanan kesehatan (pencegahan KLB, pemberantasan
penyakit menular, perbaikan gizi), kegiatan surveilans
epidemiologi, promosi kesehatan dan penyelenggaraan
kesehatan lingkungan dan sanitasi dasar di tempat penampungan
pengungsi maupun lokasi sekitarnya yang terkena dampak.
3) Penyusunan informasi dengan program terkait tentang upaya
relawan, kader dan petugas pemerintah yang memberikan KIE
kepada masyarakat luas, bimbingan pada kelompok yang
berpotensi mengalami gangguan stress pasca trauma dan
memberikan konseling pada individu yang berpotensi
mengalami gangguan stress pasca trauma.
4) Penyusunan informasi dengan program terkait dalam rangka
upaya pelayanan kesehatan rujukan dan penunjang.
5) Penyusunan informasi dengan program terkait dalam rangka
upaya rujukan korban yang tidak dapat ditangani dengan
konseling awal dan membutuhkan konseling lanjut, psikoterapi
atau penanggulangan lebih spesifik.

15
Informasi yang telah diolah tersebut kemudian disebarluaskan
dengan memanfaatkan teknologi informasi untuk lebih memudahkan
penyampaian informasi ke seluruh pengguna yang membutuhkan
informasi secara cepat dengan biaya yang relatif murah.
5. Lembaga yang berperan dalam penyampaian informasi
Lembaga-lembaga yang berperan dalam mata rantai peringatan dini
ini berkewajiban untuk segera memberikan konfirmasi (secara manual)
bahwa mereka telah menerima berita peringatan dini yang telah
dikirimkan oleh BMKG.
a. BMKG
Lembaga ini menjadi penyedia berita peringatan dini tsunami di
Indonesia. BMKG menyampaikan berita gempabumi, berita
peringatan dini tsunami, dan saran untuk tindak lanjut di daerah yang
terancam tsunami kepada pihak lain dalam rantai komunikasi
peringatan dini tsunami.
b. BNPB
BNPB berkewajiban menindaklanjuti berita gempabumi dan berita
peringatan dini tsunami serta saran yang disampaikan oleh BMKG.
BNPB membantu menyebarluaskan peringatan dini tsunami dan
saran kepada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD).
Selain itu, BNPB berkewajiban untuk segera menyiapkan tanggap
darurat, yaitu kegiatan search and rescue dan bantuan darurat,
setelah ancaman tsunami berakhir.
c. Pemda
Pemerintah daerah (pemda) berkewajiban untuk menindaklanjuti
berita gempabumi dan berita peringatan dini tsunami serta saran
yang disampaikan oleh BMKG. Pemda adalah satusatunya pihak
dalam rantai komunikasi peringatan dini tsunami yang mempunyai
wewenang serta tanggung jawab memutuskan dan mengumumkan
status evakuasi secara resmi berdasarkan informasi dari BMKG.
Berdasarkan UU 24/2007 pasal 46 dan 47; PP 21/2008 pasal 19 dan

16
Perka BNPB 3/2008 khususnya di dalam Bab 2 yang menyebutkan
bahwa pemda bertanggung jawab untuk segera dan secara luas
mengumumkan arahan yang jelas dan instruktif untuk membantu
penduduk dan pengunjung di daerah tersebut bertindak cepat dan
tepat terhadap ancaman tsunami.
d. TNI
TNI berkewajiban menindaklanjuti berita gempabumi dan berita
peringatan dini tsunami serta saran yang disampaikan oleh BMKG.
TNI ikut berperan dalam usaha menyebarluaskan berita gempabumi
atau berita peringatan dini tsunami khususnya di tingkat daerah. Bila
status evakuasi diumumkan, TNI dapat mendukung proses evakuasi
masyarakat. TNI berkewajiban untuk segera menyiapkan tanggap
darurat, yaitu kegiatan search and rescue dan bantuan darurat,
setelah ancaman tsunami berakhir.
e. POLRI
POLRI berkewajiban menindaklanjuti berita gempabumi dan berita
peringatan dini tsunami serta saran yang disampaikan oleh BMKG.
POLRI ikut berperan serta dalam usaha menyebarluaskan berita
gempabumi atau berita peringatan dini tsunami khususnya di tingkat
daerah. Bila status evakuasi diumumkan, POLRI dapat mendukung
proses evakuasi masyarakat. POLRI berkewajiban untuk segera
menyiapkan tanggap darurat, yaitu kegiatan search and rescue dan
bantuan darurat, setelah ancaman tsunami berakhir.
f. Stasiun TV dan radio
Stasiun TV dan radio di tingkat nasional atau daerah (milik
pemerintah dan swasta) wajib menyiarkan berita gempabumi dan
berita peringatan dini tsunami serta saran yang disampaikan oleh
BMKG. Hal ini berdasar pada UU 31/2009 pasal 34 dan
Permenkominfo 20/2006 pasal 1 - 5. Stasiun TV dan radio
merupakan pihak dalam rantai komunikasi peringatan dini tsunami
yang mempunyai akses langsung dan cepat kepada publik. Stasiun

17
TV dan radio berkewajiban untuk segera menangguhkan siaran yang
sedang berlangsung dan menyiarkan peringatan dini tsunami dan
saran yang diterima dari BMKG kepada pemirsa dan pendengar.
g. Masyarakat berisiko
Masyarakat berisiko berhak mendapatkan informasi tentang
ancaman tsunami serta arahan instruktif yang memungkinkan orang-
orang yang terancam bencana bertindak secara tepat dan cepat.
Masyarakat bertanggung jawab untuk siap menyelamatkan diri dari
ancaman gempabumi dan tsunami. Individu dan lembaga masyarakat
wajib meneruskan informasi serta arahan yang benar kepada orang
lain. Lembaga Swadaya Masyarakat seperti Organisasi Amatir Radio
Indonesia (ORARI), Radio Antar Penduduk Indonesia (RAPI) dan
Search and Rescue (SAR) ikut beperan dalam penyebaran berita
gempabumi, berita peringatan dini tsunami, serta saran yang
disampaikan oleh BMKG.
h. Penyedia layanan selular
Penyedia layanan selular merupakan salah satu bagian dari mata
rantai penyebaran berita gempabumi dan peringatan dini tsunami
melalui moda SMS. Penyedia layanan ini berkewajiban meneruskan
berita gempabumi dan berita peringatan dini tsunami dari BMKG ke
para pengguna ponsel yang sudah terdaftar. Secara internal penyedia
layanan ini juga harus memberikan prioritas yang lebih tinggi untuk
pengiriman SMS dari BMKG daripada SMS pada umumnya, seperti
SMS perorangan. Dengan demikian, dalam situasi di mana arus SMS
padat, SMS dari BMKG akan didahulukan dalam antrian untuk
sampai ke pengguna. Selain itu juga mereka wajib menjaga agar
server untuk layanan ini tetap beroperasi dengan terus menerus dan
dalam kondisi baik. Semua layanan ini tidak dipungut biaya.
i. Pengelola hotel
Pengelola hotel berkewajiban untuk menyelamatkan para tamu yang
menginap di hotel tersebut, berkunjung ke hotel tersebut, dan

18
masyarakat yang berada di sekitar hotel tersebut. Pengelola hotel
bertanggung jawab untuk menyiapkan segala prosedur dan rencana
tindak untuk keadaan darurat gempabumi dan tsunami melalui
langkah-langkah sebagai berikut: membuat mekanisme penerimaan
peringatan dini dari BMKG atau Pusdalops atau BPBD; memberikan
informasi yang lengkap pada para tamu mengenai langkah-langkah
yang harus dilakukan pada saat darurat tsunami; serta menyiapkan
tempat evakuasi sementara dan rambu evakuasi baik di dalam
bangunan hotel maupun di luar bangunan (evakuasi dalam bangunan
hotel harus memenuhi persyaratan bangunan tahan gempabumi dan
tsunami dan memiliki ketinggian melebihi perkiraan tinggi tsunami
di daerah tersebut). Apabila para tamu hotel harus melakukan
evakuasi ke luar dari hotel, maka pengelola hotel berkewajiban
memberikan informasi yang lengkap kepada para tamu lokasi tempat
evakuasi sementara dan membimbing para tamu menuju tempat
evakuasi pada saat darurat tsunami.
F. Sistem informasi dalam bencana alam dengan teknologi
1. Sistem Informasi Geografi (SIG)
Sistem Informasi Geografi adalah suatu sistem informasi yang
berbasis komputer, dirancang dan diaplikasikan untuk memperoleh,
menyimpan, menganalisa dan mengelola data yang terkait dengan atribut,
yang mana secara spasial mengacu pada keadaan bumi. SIG
mengintegrasikan operasi – operasi umum database, seperti membuat
query interaktif, menganalisa informasi spasial dan statistik serta
mengedit data. Ilmu informasi geografis adalah ilmu yang
mengkombinasikan antara penerapan dengan sistem. Teknologi sistem
informasi geografi dapat dipakai diantaranya adalah investigasi teknis,
manajemen sumber daya, manajemen asset, kajian dampak lingkungan,
perencanaan wilayah, kartografi dan jalur kedaruratan bencana. Sebagai
contoh, SIG membantu perencanaan kedaruratan untuk mempermudah
perhitungan respon kedaruratan pada saat terjadinya bencana alam, atau

19
SIG dapat dipakai untuk menemukan tanah basah, ladang perkebunan
yang diperlukan untuk melindungi dari bahaya polusi. Bencana alam
termasuk kekeringan, gempabumi, tanah longsor, kerusakan lingkungan,
bencana akibat aktivitas penambangan dan angin puting beliung, yang
menyebabkan dampak yang merusak pada berbagai aktivitas atau
kepemilikan.
Perkiraan dan keandalan untuk mengelola berbagai bahaya adalah
bagian yang integral dalam keseluruhan manajemen sumber daya alam.
Penggunaan SIG sangat bermanfaat untuk membantu dalam menentukan
lokasi – lokasi strategis yang aman karena data yang diperoleh secara up
to date telah memasukkan berbagai faktor yang terkait dengan bencana..
Hal itu hendaknya dapat di integrasikan dalam suatu sistem mitigasi
terhadap bahaya bencana alam yang dapat mempengaruhi keselamatan
masyarakat.
a. Proses Manajemen Bencana dengan SIG
Aturan yang dikembangkan termasuk cara yang diambil dalam
mengintegrasikan berbagai disiplin ilmu dan sejumlah keahlian
tergambarkan dari berbagai area yang berbeda. SIG dapat bertindak
sebagai antar muka antara semua ini dan dapat mendukung semua
fase siklus manajemen bencana. SIG dapat diterapkan untuk
melindungi kehidupan, kepemilikan dan infrastuktur yang kritis
terhadap bencana yang ditimbulkan oleh alam; melakukan analisis
kerentanan, kajian multi bencana alam, rencana evakuasi
dan`perencanaan tempat pengungsian, mengerjakan skenario
penanganan bencana yang tepat sasaran, pemodelan dan simulasi,
melakukan kajian kerusakan akibat bencana dan kajian keutuhan
komunitas korban bencana. Karena SIG adalah teknologi yang tepat
guna yang secara kuat merubah cara pandang seseorang secara nyata
dalam melakukan analisis keruangan.
SIG menyediakan dukungan bagi pemegang keputusan tentang
analisis spasial/keruangan dan dalam rangka untuk mengefektifkan

20
biaya. SIG tersedia bagi berbagi bidang organisasi dan dapat menjadi
suatu alat yang berdaya guna untuk pemetaan dan analisis.

Pengindaran bencana dapat dilakukan sedini mungkin dengan


mengidentifikasi risiko yang ditimbulkan dalam suatu area yang
diikuti oleh identifikasi kerentanan orang-orang, hewan, struktur
bangunan dan asset terhadap bencana. Pengetahuan tentang kondisi
fisik, manusia dan kepemilikan lainnya berhadapan dengan resiko
adalah sangat mendesak. SIG berdasarkan pemetaan tematik dari
suatu area kemudian di tumpangkan dengan kepadatan penduduk,
struktur yang rentan, latar belakang bencana, informasi cuaca dan
lain-lain akan menentukan siapakah, apakah dan yang mana lokasi
yang paling beresiko terhadap bencana.
Kapabilitas SIG dalam pemetaan bencana dengan informasi
tentang daerah sekelilingnya membuka trend gerografi yang unik dan
pola spasial yang mana mempunyai kejelasan visual, adalah lebih
dapat dipahami dan membantu mendukung proses pembuatan
keputusan.
Daerah yang paling rentan terhadap bencana menjadi prioritas
utama dalam melakukan tindakan mitigasi. Semua langkah-langkah
yang diambil bertujuan untuk menghindari bencana ketika
diterapkan, langkah yang berikutnya adalah untuk bersiap-siap
menghadapi situasi jika bencana menyerang. Akibatnya bagaimana
jika atau pemodelan kapabilitas SIG telah memberi suatu gagasan
yang ideal tentang segala sesuatu yang diharapkan. SIG untuk
kesiapsiagaan bencana adalah efektif sebagai sarana untuk
menentukan lokasi sebagai tempat perlindungan di luar zone
bencana, mengidentifikasi rute pengungsian alternatif yang
mendasarkan pada skenario bencana yang berbeda, rute terbaik ke
rumah sakit di luar zona bencana itu, spesialisasi dan kapasitas
rumah sakit dan lain lain. SIG dapat memberikan suatu perkiraan

21
jumlah makanan, air, obat - obatan/kedokteran dan lain-lain misalnya
untuk penyimpanan barang.
Penggunaan SIG dalam rentang manajemen resiko bencana dari
pembuatan Basis data, inventori, overlay SIG yang paling sederhana
hingga tingkat lanjut, analisis resiko , analisis untung rugi, statistik
spasial, matriks keputusan, analisis sensitivitas, proses geologi,
korelasi, auto korelasi dan banyak peralatan dan algoritma untuk
pembuatan keputusan spasial yang komplek lainnya.
b. Analisis Manajemen Risiko Bencana
Basis Data Kebencanaan raining Informasi tentang kejadian
bencana alam dikumpulkan dalam suatu form basis data yang
merekam semua data kebencanaan yang mengkolaborasikan data
yang diperoleh dari artikel yang dipublikasikan dalam harian surat
kabar, majalah dan juga rekaman data dari Bakornas
Penanggulangan bencana, BMKG, kementrian kesehatan dan juga
beberapa data yang diperoleh dari Direktorat Geologi dan
Vulkanologi. Dengan basis data tertentu, proyek penangulangan
bencana dapat ditetapkan dengan baik dan terencana yang dapat
diakses keseluruh dunia, nasional maupun regional. Termasuk data
non teknis (non-geologi) sumber - sumber yang melaporkan kejadian
bencana dari sudut penilaian non-geologi dengan tujuan pada
pelaporan yang beorientasi pada dampak yang ditimbulkan.
Meskipun demikian basis data menyampaikan informasi paling tidak
tentang lokasi bencana, tipe bencana, waktu kejadian, analisis
hubungan antar keruangan dan temporal dari kejadian bencana.
Dalam penyusunan basis data kebencanaan ini beberapa hal yang
akan
dicapai meliputi:
1) Informasi Kepada Publik Kelompok basis data yang merekam
sumber informasi seproduktif mungkin sehingga akan dengan
mudah untuk menelaah kembali darimana sumber informasi

22
diperoleh, termasuk informasi itu sendiri yang disajikan dalam
format gambar atau peta dalam basis data.
2) Informasi lokasi kejadian Kelompok basis data yang penting
menyampaikan informasi tentang penempatan peristiwa/resiko
yang alami. Mereka meliputi kode bidang administratif dan
koordinat geografi.
Informasi tipe kejadian Kelompok basis data yang penting
menyampaikan informasi tentang karakteristik kejadian bencana
berdasarkan tipe bencana, ukuran bencana, dan waktu kejadian.

c. Pemetaan Sistem Informasi Manajemen Logistik dalam


Penanggulangan Bencana Alam
Pengelolaan sistem logistik dalam penanggulangan bencana adalah
suatu pendekatan terpadu dalam mengelola barang bantuan
penanggulangan bencana. Aktivitas pengelolaan sistem logistik
bencana alam dimulai dengan pemilihan komoditas, pendekatan ini
antara lain mencakup pencarian sumber, pengadaan, jaminan
kualitas, pengemasan, pengiriman, pengangkutan, penyimpanan di
gudang, pengelolaan inventori, dan asuransi. Aktivitas ini
melibatkan banyak pelaku yang berbeda tetapi semua kegiatan yang
dilakukan oleh setiap pelaku harus terkoordinasi. Dengan demikian,
peran sistem informasi menjadi sangat penting agar aktivitas tanggap
darurat dan penanggulang bencana dapat dilakukan dengan secepat
dan setepat mungkin, sehingga perlu dirancang sebuah sistem
informasi manajemen logistik untuk penanggulangan bencana.
Hal penanggulangan bencana adalah Badan Koordinasi Nasional
Penanggulangan Bencana dan Penanganan Pengungsi yang disingkat
BAKORNAS PBP yang merupakan wadah yang bersifat non
struktural bagi penanggulangan bencana yang berada di bawah
Presiden dan bertanggungjawab langsung kepada Presiden. Tugas
Bakornas PBP adalah sebagai berikut:
1) Merumuskan kebijaksanaan penanggulangan bencana dan

23
memberikan pedoman atau pengarahan serta mengkoordinasikan
kebijaksanaan penanggulangan bencana baik dalam tahap
sebelum, selama maupun setelah bencana terjadi secara terpadu.
2) Memberikan pedoman dan pengarahan garisgaris kebijaksanaan
dalam usaha penanggulangan bencana, baik secara preventif,
represif maupun rehabilitatif yang meliputi pencegahan,
penjinakan, penyelamatan, rehabilitasi dan rekonstruksi. Untuk
melaksanakan tugasnya, Bakornas– PBP dibantu oleh Satkorlak
PB dan Satlak PB. SATKORLAK PBP (Satuan Koordinasi
Pelaksana Penanggulangan Bencana dan Penanganan
Pengungsi) adalah wadah organisasi non struktural yang
mengkoordinasikan dan mengendalikan pelaksanaan
penanggulangan bencana yang terjadi di Daerah/Propinsi, di
ketuai oleh Gubernur dan bertanggung jawab kepada Ketua
BAKORNAS PBP, tugasnya adalah melaksanakan koordinasi
dan pengendalian kegiatan penanggulangan bencana di
daerahnya dengan berpedoman kepada kebijaksanaan yang telah
ditetapkan oleh BAKORNAS PBP, baik pada tahap sebelum,
pada saat, maupun sesudah bencana terjadi, yang mencakup
kegiatan pencegahan, penjinakan, penyelamatan, rehabilitasi dan
rekonstruksi. Sedangkan SATLAK PBP bertugas melaksanakan
kegiatan penanggulangan bencana dan penanganan pengungsi di
wilayahnya dengan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh
BAKORNAS PBP dan/atau SATLAK PBP yang meliputi
tahaptahap sebelum, pada saat dan sesudah terjadi bencana serta
mencakup kegiatan pencegahan, penjinakan, penyelamatan,
rehabilitasi dan rekonstruksi.
d. Penyebaran Informasi
Proses penyebaran informasi harus dilakukan agar informasi bisa
sampai pada pihak yang membutuhkan, terutama informasi
mengenai status, jenis dan jumlah barang bantuan. Penerima barang

24
bantuan harus diberi informasi mengenai:
1) Jumlah dan jenis barang bantuan yang akan dibagikan.
2) Rencana distribusi barang bantuan (hari, jam, lokasi, frekuensi)
dan penyimpangan (jika ada) yang diakibatkan oleh kondisi
eksternal.
3) Kualitas gizi dari makanan yang didistribusikan, beserta
aktivitas penanganan khusus untuk melindungi kandungan nilai
gizi dari masingmasing makanan tersebut.
4) Syarat-syarat untuk penanganan dan penggunaan komoditas
pangan yang aman.
5) Informasi yang harus disebarkan pada aktivitas distibusi barang
bantuan adalah:
a) level stok, kedatangan stok yang diharapkan.
b) waktu pendistribusian barang bantuan yang harus
dilakukan.

25
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat, yang disebabkan baik
oleh faktor alam dan/ atau faktor nonalam maupun faktor manusia, sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,
kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
Bencana dibedakan menjadi 3 jenis yaitu bencana alam, bencana non
alam, dan bencana social.
Sistem informasi manajemen bencana sangat diperlukan karena dapat
meningkatkan kemampuan perencanaan penanggulangan bencana bagi semua
mekanisme penanngulangan bencana baik pada tingkat pusat maupun daerah
pada semua tahapan penanggulangan bencana, dapat mendukung pelaksanaan
pelaporan kejadian bencana secara cepat dan tepat termasuk di dalamnya
proses pemantauan dan perkembangan kejadian bencana, dan dapat

26
memberikan informasi secara lengkap dan aktual kepada semua pihak yang
terkait dengan unsur-unsur penanggulangan bencana baik di Indonesia
maupun negara asing melalui fasilitas jaringan global.
B. Saran
Informasi yang didapat dari lapangan seharusnya disampaikan langsung
guna mempercepat sampainya informasi serta penanganan yang tepat, baik itu
kebutuhan darurat serta penanganan lainnya. Diperlukan penyesuaian data
dari informasi yang didapatkan dilapangan sehingga tidak ada ketimpangan
informasi dan data.

DAFTAR PUSTAKA

BMKG. 2012. Buku Pedoman Pelayanan Peringatan Dini Tsunami InaTEWS –


Edisi Kedua. Diakses dari www.bmkg.go.id . Pada tanggal 19 Maret 2020.

Ernawati Fitrianingsih. 2012. Sistem Informasi Pendistribusian Bantuan Korban


Bencana Alam Berbasis Web. Amikom : Yogyakarta .

Haifani, A.M. 2008. Aplikasi Sistem Informasi Geografi Untuk Mendukung


Penerapan sistem Manajemen Resiko Bencana di Indonesia. Lampung:
Universitas Lampung.

Permana, Septian Aji. 2015. Manajemen Sistem Informasi Kebencanaan: Studi


Kasus Jogja Tanggap Cepat dalam Mengelola Informasi Bencana Erupsi
Merapi. Universitas PGRI Yogyakarta. Diakses dari
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url . Pada tanggal
19 Maret 2020.

27

Anda mungkin juga menyukai