Anda di halaman 1dari 33

Elemen Sistem

Manajemen Bencana
Geologi
Dr. Muchlis
Pedahuluan
• Manajemen bencana geologi harus
dilaksanakan secara terencana dan sistematis.
Penerapannya tidak sederhana tetapi
membutuhkan membutuhkan aktivitas yang
saling terkait.
• Sistem manajemen bencana geologi
merupakan kesatuan dari berbagai elemen.
Semua elemen tersebut harus baik untuk
menghasilkan sistem yang baik. Semua
elemen sama pentingnya.
• Semua elemen harus mendapatkan
perhatian yang seimbang
Elemen manajemen bencana
geologi
1. Kebijakan Manajemen
2. Identifikasi dan Penilaian Resiko Bencana
3. Perencanaan Awal
4. Prosedur Tanggap Darurat
5. Organisasi Tanggap Darurat
6. Sumberdaya dan Sarana
7. Pembinaan dan Pelatihan
8. Komunikasi
9. Inspeksi dan Audit
10. Investigasi dan Pelaporan
1. Kebijakan Manajemen
Kebijakan manajemen sangat diperlukan dalam manajemen
bencana geologi
Kebijakan manajemen menjadi landasan penerapan
manajemen bencana geologi di masing-masing daerah
Kebijakan manajemen bencana geologi tingkat nasional
ditetapkan oleh Presiden, untuk tingkat daerah adalah kepala
daerah setempat
Kebijakan ini menjadi bukti komitmen pimpinan terhadap
penerapan manajemen bencana geologi di daerah
Perda DIY_8_2010 ttg bencana.pdf
2. Identifikasi dan Penilaian
Resiko Bencana
• Resiko Bencana adalah Potensi kerugian yang ditimbulkan
akibat bencana pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu
(PP no. 21 tahun 2008)
• Contoh resiko bencana adalah kematian, luka, sakit, jiwa
terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau
kehilangan harta dan gangguan kegiatan masyarakat.
• Resiko = Kemungkinan x Keparahan
Identifikasi Resiko Bencana
Identifikasi resiko bencana dilakukan dengan melihat berbagai
aspek yang ada di suatu daerah seperti kondisi geografis,
keadaan alam (morfologi, litologi), cuaca (curah hujan, angin)
dll
Identifikasi dapat juga didasarkan kepada pengalaman
bencana geologi yang pernah terjadi
Tujuan identifikasi resiko bencana adalah untuk mengetahui
dan menilai resiko dari suatu kondisi yang dapat menimbulkan
bencana
Penilaian Resiko Bencana

Resiko = kemungkinan x keparahan


Penilaian resiko bencana berkaitan dengan
kemungkinan dan keparahan.

Kemungkinan bencana (likelihood) adalah


perkiraan kemungkinan suatu bencana dapat
terjadi yang digambarkan dalam bentuk peringkat
misalnya dengan memberi angka 1 sd 5
Menurut BNPB, kemungkinan terjadinya bencana diberi
peringkat sbb:

Nilai Arti Keterangan


1 Kemungkinan sangat kecil 0-20%
terjadi
2 Kemungkinan kecil terjadi 20-40% dalam 100 tahun
3 Kemungkinan terjadi 40-60% terjadi tahun depan, atau
sekali dalam 100 tahun
4 Kemungkinan besar terjadi 60-80% terjadi tahun depan, atau
sekali dalam 10 tahun mendatang
5 Pasti terjadi Hampir dipastikan 80-90%
Keparahan bencana (severity) adalah perkiraan dampak atau
akibat yang ditimbulkan oleh suatu bencana baik terhadap
manusia, aset lingkungan dan sosial.
Secara sederhana dengan menggunakan pendekatan kualitatif.
Keparahan dapat dibuat peringkat dari 1 (sangat ringan) sd 5
(sangat parah).
Menurut pedoman BNPB, keparahan bencana diberi bobot sbb:

Nilai Arti Keterangan


1 Sangat ringan Kurang dari 20% wilayah terkena rusak
2 Ringan 20-40% wilayah terkenarusak
3 Sedang 40-60% wilayah terkena rusak
4 Parah 60-80% wilayah hancur
5 Sangat parah 80-90% wilayah hancur dan lumpuh
total
Pengendalian Resiko Bencana
Pengendalian resiko bencana dapat dilakukan dengan
mengurangi kemungkinan dan mengurangi keparahan.
Bencana geologi tidak mungkin mengurangi kemungkinan,
maka yang dapat adalah mengurangi keparahan dari bencana
geologi tersebut.
Mengurangi keparahan dapat dilakukan dengan:
Membangun rumah tahan gempa
Membuat jalur penyelamat
Membangun sistem peringatan dini
Pembatasan penggunaan lahan pada daerah katagori rawan
Mempersiapkan sarana medis dan resque yang lengkap
• Berdasarkan hasil identifikasi bahaya, penilaian resiko dan
langkah pengendalian maka dapat disusun analisis resiko
bencana yang terperinci dan mendasar.
• Hasil analisis tersebut dibuat dalam bentuk daftar resiko
bencana.
• Daftar resiko bencana harus terdokumentasi dengan baik dan
disimpan.
• Daftar resiko bencana dikomunikasikan kepada semua pihak
khususnya masyarakat yang terkena resiko sehingga
masyarakat tahu resiko bencana apa saja di lingkungannya dan
apa langkah pengendalian yang ditetapkan.
3. Perencanaan Awal
Rencana awal dibuat berdasarkan hasil
identifikasi dan penilaian resiko bencana
Dari Perencanaan Awal dapat
diketahui/disusun rencana strategi
penanganan bencana, sumberdaya yang
dibutuhkan dll
Penanganan bencana berbeda di setiap
daerah.
4. Prosedur Manajemen Bencana
Perencanaan awal selanjutnya dikembangkan
menjadi prosedur penanganan bencana yang
memuat mengenai tata cara penanganan, tugas
dan tanggung jawab, sistem komunikasi,
sumberdaya yang diperlukan, prosedur
pelaporan dll.
Prosedur manajemen bencana harus ditetapkan
untuk setiap level organisasi baik insiden,
darurat atau nasional yang mencakup aspek
teknis dan strategis.
Prosedur manajemen bencana harus disyahkan
dan ditetapkan oleh manajemen tertinggi dalam
organisasi, misalnya kepala daerah.
5. Organisasi dan Tanggung jawab
• Penanganan bencana tidak akan berhasil dengan
baik jika tidak didukung oleh pengorganisasian
yang baik pada level teknis atau strategis.
• Organsasi dan tanggungjawab menyangkut siapa
mengerjakan apa. misalnya tugas A itu tanggung
jawab organisasi/Bidang B. Tugas C tanggung
jawan organisasi/bidang D dll
• Di setiap level perlu di buat organisasi/tim
tanggap darurat. Organisasi tanggap darurat
sekurangkurangnya mengandung unsur:
• Unsur Komando
• Tim Inti
• Tim penunjang
Unsur Komando
Unsur komando yang bertanggung jawab
mengkoordinir seluruh fungsi manajemen
bencana yang ditetapkan
Tim Inti
• Tim inti terdiri dari:
 Unsur Penanggulangan yang bertugas dan
bertanggung jawab menangani kejadian
bencana. Misalnya dalam penanganan bencana
gempa maka tim penanggulangan bertugas
mengatasi bencana yang terjadi sebagai ikutan
dari gempa misalnya kebakaran dan keruntuhan
bangunan. Dalam tim ini terlibat antara lain
fungsi pemadaman dan safety
Unsur Penyelamatan dan Evakuasi (Search and
Resque) yang bertugas menyelamatkan korban
bencana baik yang hidup atau mati menuju ke
tempat yang aman.
Unsur penyelamatan material (salvage) yang
bertugas menyelamatkan harta benda atau aset
yang tedampak dari suatu bencana geologi
Unsur medis yang bertugas memberikan
bantuan medis bagi korban bencana yang dapat
diselamatkan oleh tim penyelamat.
Unsur Penunjang
Merupakan tim yang memberikan dukungan terhadap
tim ini.
Unsur penunjang antara lain:
Tim logistik
Timtransportasi
Tim keamanan
Tim komunikasi
Tim Humas
Tim teknis
Tim lainnya sesuai kebutuhan
Perka BNPB no. 10 tahun 2008
6. Sumberdaya Penanganan
Bencana
• Penanganan bencana memerluka sumberdaya yang
memadai sesuai dengan tingkat dan jenis bencana yang
dihadapi.
• Ada 3 sumberdaya yang diperlukan
1. Sumberdaya manusia
2. Sumberdaya prasarana dan material
3. Sumberdaya finansial
Sumberdaya prasarana dan
material
7. Pembinaan dan Pelatihan
• Penanganan bencana membutuhkan SDM yang terampil
dan terlatih
• Pelatihan yang diperlukan misalnya:
a. Pemahaman tentang manajemen resiko
Pemahaman ini diberikan kepada petugas, pejabat
dan pengawas sehingga mengerti tentang analisa
resiko bencana.
b. Pemahaman penanganan bencana menurut jenisnya
misalnya gempa bumi, erupsi gunung berapi, tsunami dll
c. Pemahaman umum mengenai bencana sehingga
meningkatkan kesadaran dan kepeduliaan.
• Pelatihan tim teknis seperti teknik melakukan
pertolongan, P3K
• Masyarakat umum juga perlu pelatihan dan
pembinaan misalnya pemahaman tentang
potensi bencana di lingkungan, cara
penyelamatan jika ada bencana, peralatan
keselamatan dll
8. Komunikasi
• Komunikasi diperlukan pada bencana pada tingkat
perencanaan, mitigasi, tanggap darurat dampai ke
rehabilitasi
• Komunikasi dapat dikatagorikan kepada:
• Komunikasi kepada sesama anggota
• Komunikasi kepada masyarakat umum
• Komunkasi kepada organisasi eksternal baik nasional
maupun internasional.
• Misalnya bagaimana cara mengkomunikasikannya? Siapa
yang berwenang untuk melakukan komunikasi?
Bagaimana salurannya?
9. Investigasi dan Pelaporan
• Tujuan investigasi bencana:
Untuk mengetahui penyebab bencana
Untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan dalam
pelaksanaan penanganan bencana
Untuk mengetahui efektivitas organisasi penanganan
bencana
Untuk menentukan langkah perbaikan dan
pencegahan terjadinya bencana atau pengurangan
korban
Untuk penyempurnaan dan perbaikan dalam
manajemen bencana
Hal 38 dari Perda DIY no. 8 tahun 2018
10. Inspeksi dan Audit
Manajemen Bencana
• Inspeksi adalah suatu upaya pemeriksaan rutin
atau berkala untuk memeriksa kesiapan dalam
penanganan bencana dalam organisasi baik
teknis maupun non teknis sehingga dapat
diadakan perbaikan.

• Audit adalah suatu upaya untuk mengevaluasi


penerapan manajemen bencana dalam suatu
organsasi, apakah sudah sesuai standart dan
memenuhi tolak ukur.
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai