Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH MANAJEMEN BENCANA

“MANAJEMEN KEGAWATDARURATAN”

OLEH
KELOMPOK 2 :

BUDI IRAWAN
MERI RAHMI 1811216022
YUNINDA NUR SHADRINA 1711212049
ZILHASRATI 1711212057

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS ANDALAS
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyusun makalah berjudul “”
Penyusunan makalah ini ditujukan kepada Fakultas Kesehatan Masyarakat
sebagai pemenuhan syarat untuk melaksanakan tugas makalah mata kuliah Manajemen
Bencana ini.
Terima kasih kami ucapkan kepada dosen mata kuliah Manajemen Bencana
yang telah memberikan materi dalam pembelajaran sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini.
Dalam Penyusunan makalah ini kami menyadari masih memiliki banyak
kekurangan. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritikan dan saran dari
pembaca, agar penyusun dapat mengoreksi kekurangan tersebut. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semua, terutama bagi tim penyusun.

Padang, Januari 2019

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................1


DAFTAR ISI ............................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN ...................................... Error! Bookmark not defined.
1.1 Latar Belakang ........................................ Error! Bookmark not defined.
1.2 Tujuan Penulisan ..................................... Error! Bookmark not defined.
1.3 Rumusan Masalah ................................... Error! Bookmark not defined.
BAB II PEMBAHASAN.………………………………..……………………………………………….…………5
2.1 Pengertian Kegawatdaruratan ....................................................................5
2.2 Ruang Lingkup Manajemen Kegawatdaruratan ........................................5
2.3 Manajemen Kegawatdaruratan dalam Siklus Manajemen Bencana .........7
2.4 Transformasi Manajemen Bencana ...........................................................8
2.5 Masalah Manajemen Kegawatdaruratan .................................................10
2.6 Kontinum Manajemen Kegawatdaruratan...............................................11
BAB III PENUTUP ...............................................................................................13
3.1 Kesimpulan ..............................................................................................13
3.2 Saran ........................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................14

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Indonesia merupakan wilayah yang rawan terhadap bencana, baik bencana


alam maupun karena ulah manusia.Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya
bencana ini adalah kondisi geografis, iklim, geologis dan faktor-faktor lain seperti
keragaman sosial budaya dan politik. Wilayah Indonesia dapat digambarkan
sebagai berikut:
1. Secara geografis merupakan negara kepulauan yang terletak pada pertemuan
empat lempeng tektonik yaitu lempeng benua Asia dan benua Australia serta
lempeng samudera Hindia dan samudera Pasifik.
2. Terdapat 130 gunung api aktif di Indonesia yangterbagi dalam Tipe A, Tipe B,
dan Tipe C. Gunung api yang pernah meletus sekurang-kurangnya satu kali
sesudah tahun 1600 dan masih aktif digolongkan sebagai gunung api tipe A, tipe
B adalah gunung api yang masih aktif tetapi belum pernah meletus dan tipe C
adalah gunung api yang masih di indikasikan sebagai gunung api aktif.
3. Terdapat lebih dari 5.000 sungai besar dan kecil yang 30% di antaranya melewati
kawasan padat penduduk dan berpotensi terjadinya banjir, banjir bandang dan
tanah longsor pada saat musim penghujan.

Semua kejadian tersebut di atas menimbulkan krisis kesehatan antara lain


lumpuhnya pelayanan kesehatan,korban mati, korban luka, pengungsi, masalah
gizi, masalah ketersediaan air bersih, masalah sanitasi lingkungan,penyakit menular
dan stres/gangguan kejiwaan.
Dalam penanganan krisis kesehatan akibat bencana, banyak bantuan
kesehatan dari LSM/NGO lokal mapun internasional yang terlibat secara aktif
dalam penanganan bencana diIndonesia. Oleh karena itu perlu adanya standar bagi
petugas kesehatan di Indonesia, LSM/NGO nasional maupun internasional,
lembaga donor dan masyarakat yang bekerja atau berkaitan dalam penanganan
krisis kesehatan akibat bencana. Oleh karena itu perlu kiranya kita mempelajari
manajemen kegawatdaruratan akibat bencana.

3
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui bagaimana cara mengatasi kegawatdaruratan saat terjadi
bencana.

1.3 Rumusan Masalah


a. Pengertian kegawatdaruratan
b. Ruang lingkup manajemen kegawatdaruratan
c. Manajemen kedaruratan dalam siklus manajemen bencana
d. Transformasi manajemen bencana
e. Masalah manajemen kegawatdaruratan
f. Kontinum manajemen kegawatdaruratan
g. Konsep tentang operasi

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian kegawat daruratan


 Gawat adalah suatu keadaan yang mengancam nyawa dan kecacatan yang memerlukan
penanganan dengan cepat dan tepat
 Darurat adalah suatu keadaan yang tidak mengancam nyawa tetapi memerlukan penangan
cepat dan tepat seperti gawat
 Gawat darurat adalah suatu keadaan yang mengancam jiwa disebabkan oleh gangguan
ABC (Airway/jalan nafas Breathing/pernafasan Circulation/sirkulasi) jika tidak dapat
ditolong segera maka dapat meninggal/cacat
 Gawat darurat:
 Kejadian mendadak
 Potensial menjadi anacaman kehidupan
 Terjadi kapan saja, dimana saja dan menimpa siapa saja (pre dan
intrahospital)
 Penanganan harus cepat dan tepat
 Seluruh tindakan yang dilakukan pada saat gawat darurat haruslah benar-
benar efektif dan efisien karena pada kondisi tersebut manusia dapat
kehilangan nyawa dalam hitungan menit saja.

2.2 Ruang lingkup manajemen kegawat daruratan

Manajemen kedaruratan adalah seluruh kegiatan yang meliputi aspek


perencanaan dan penaggulangan kedaruratan, pada menjelang, saat dan sesudah
terjadi keadaan darurat.

1 Tahap triage
Suatu konsep pengkajian yang cepat dan terfokus dengan suatu cara yang
memungkinkan pemanfaatan sumber daya manusia,peralatan serta fasilitas
yang paling efisien dengan tujuan untuk memilih/menggolongkan semua

5
pasien yang memerlukan pertolongan dan menetapkan prioritas
penanganannya (kathleen, dkk 2008).
Prinsip triage:
a. Segera dan tepat waktu
b. Pengkajian adekuat dan akurat
c. Keputusan dibuat berdasarkan pengkajian
d. Intervensi sesuai kondisi
e. Tercapainya kepuasan pasien
2 Tahap primary survey
suatu kegiatan untuk menilai kondisi penderita (diagnostik) sekaligus tindakan
resusitasi untuk menolong nyawa. Keadaan yang mengancam nyawa:
 Airway : menjaga airway dengan kontrol sertikal
 Breathing : menjaga pernapasan dengan ventilasi
 Circulation: kontrol perdarahan
 Disability: status neurologis
 Exposure: buka baju tapi jangan sampai hipotermi
3 Tahap secondary survey
Yaitu pemeriksaan secara keseluruhan mulai dari ujung rambut hingga
jempol kaki.
4 Tahap stabilization
5 Tahap transfer

Tujuan manajemen kegawatdaruratan:

 Mengurangi jumlah korban


 Meringankan penderitaan
 Stabilisasi kondisi korban/ pengungsi
 Mengamankan aset
 Memulihkan fasilitas kunci
 Mencegah kerusakan lebih jauh
 Menyediakan pelayanan dasar dalam penanganan pasca darurat
 Meringankan beban masyarakat setempat

6
2.3 Manajemen Kegawatdaruratan dalam siklus manajemen bencana

Manajemen penanggulangan bencana adalah serangkaian upaya yang meliputi


penetapan kebijakan pembangunan yang beresiko timbulnya bencana, kegiatan
pencegahan bencana, tanggap darurat dan rehabilitasi. Dalam penaggulangan
bencana, kegiatannya juga mengikuti siklus bencana yaitu:

1 Fase pra bencana


Disebut sebagai fase kesiapsiagaan yang terdiri dari pencegahan dan mitigasi
(prevention dan mitigation).
- Mitigasi bencana, meliputi pengumpulan dan analisis data bencana dalam rangka
usaha memperkecil tingkat kerentanan dan bahaya suatu bencana.
- Persiapan menghadapi kejadian bencana, meliputi prediksi kejadian bencana
(pemantauan bencana), kesiapsiagaan emergensi (persiapan tanda-tanda bahaya,
sistem peringatan dini, dan sistem evakuasi), dan sosialisasi bencana melalui
media cetak maupun ceramah
2 Fase bencana
Disebut fase tanggap darurat (response) yang terdiri dari fase akut dan fase sub
akut.
- Penyelamatan korban bencana, termasuk pula usaha pencarian dan evakuasi
(pengungsian) korban.
- Pemberian bantuan kepada korban bencana, meliputi pemberian bantuan bahan
makanan, pelayanan sosial (santunan), dan pelayanan medik
3 Fase pasca bencana
Disebut sebagai fase rekonstruksi yang terdiri dari fase pemulihan dan fase
rehabilitasi /rekonstruksi.
- Rehabilitasi lahan bencana, terutama pada lokasi-lokasi bekas
pemukiman penduduk yang rusak atau bahkan hancur akibat bencana.
- Rekonstruksi atau pembangunan dan penataan kembali lahan bencana.
Untuk lebih jelas bisa dilihat pada gambar berikut:

7
KESIAPSIAGAAN
TANGGAP
DARURAT

MITIGASI SAAT BENCANA

PRABENCANA

PASCA BENCANA
PENCEGAHAN
PEMULIHAN

REKONSTRUKSI

2.4 Transformasi Manajemen Bencana

Mulai tahun 1990 paradigma dalam penanggulangan bencana secara


global/internasional telah bergeser dari upaya yang difokuskan pada saat terjadi
bencana sekarang lebih diperluas kepada upaya mengurangi resiko dan dampak
bencana. Penanggulangan bencana diawali dengan menganalisis risiko bencana
berdasarkan ancaman/bahaya dan kerentanan untuk meningkatkan kemampuan
dalam mengelola dan mengurangi risiko serta mengurangi dampak bencana yang
ditimbulkan. Manajemen bencana dilakukan bersama oleh semua pemangku
kepentingan/stakeholder, lintas sektor dan dengan pemberdayaan masyarakat
(BNPB, 2011)Pemerintah Indonesia sangat memperhatikan program
penanggulangan bencana sehingga memandang perlu merumuskan sistem
penanggulangan bencana dari tingkat pusat sampai daerah. Gambar berikut
memperlihatkan sistem nasional penanggulangan bencana di Indonesia.

8
LEGISLASI

PERENCANAAN KELEMBAGAAN PENDANAAN


N

PENGEMBANGAN KAPASITAS

PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA

Manajemen bencana di Indonesia pada tingkat nasional ditangani oleh


Badan Koordinasi Nasional (BAKORNAS) atau the National Management
Agency. BAKORNAS menangani koordinasi upaya bantuan dan penyelamatan
darurat (emergency relief and rescue) bekerjasama dengan Menteri Koordinator
Kesejahteraan Rakyat, Menteri Sosial, Menteri Transportasi, militer, pemerintah
lokal serta institusi swasta. Pemerintah Indonesia secara resmi dan legal menangani
pengelolaan bencana dengan membentuk Badan Koordinasi Nasional
Penanggulangan Bencana dan Penanganan Pengungsi (Bakornas PBP) pada
tingkatan nasional , sedangkan pada tingkat provinsi dinamakan Satuan Koordinasi
Pelaksana Pengungsi (Satkorlak PBP). Penanganan bencana berikutnya pada
tingkat kabupaten dilakukan oleh Satuan Pelaksana (Satlak PBP), dan untuk
pelaksanaan di lapangan ditangani oleh Satuan Gegana (Satgana PBP).
Manajemen bencana merupakan salah satu tanggung jawab pemerintah
pusat maupun daerah bersama-sama masyarakat dalam rangka mewujudkan
perlindungan yang maksimal kepada masyarakat beserta aset-aset sosial, ekonomi
dan lingkungannya dari kemungkinan terjadinya bencana. Keikutsertaan
masyarakat di dalam manajemen bencana perlu terus dijaga dan terus
dikembangkan. Pengembangan keikutsertaan masyarakat sebaiknya dilaksanakan
melalui pemberdayaan masyarakat yang bermuara pada sistem manajemen
bencana yang berbasis kepada kemampuan masyarakat itu sendiri dan bertumpu
kepada kemampuan sumberdaya setempat (community based disaster
management ). Tentunya akan lebih baik dan bijaksana apabila para pengambil

9
keputusan baik di pemerintahan pusat maupun daerah, para pakar bencana alam,
dan masyarakat semakin meningkatkan komunikasi di antara mereka, agar
mekanisme transformasi manajemen bencana ke dalam pelaksanaan pembangunan
maupun kehidupan sehari-hari dapat berlangsung dengan lebih baik dan lebih
populer.
2.5 Masalah Manajemen Kegawat daruratan

Banyak masalah yang timbul dalam manjemen kedaruratan, masalah-masalah


umum yang timbul yaitu :
1. Kesiapan kurang sempurna/ tidak ada
2. Informasi tidak lengkap/tidak tepat
3. peringatan dini tidak ada/ kurang efektif
4. Komunikasi/ transportasi terputus
5. Kebingungan, chaos, krisis, dan gagal koordinasi
6. Kebutuhan besar / bahan bantuan tidak cukup
7. lingkungan terlalu besar / Terlalu luas
Masalah dalam manajemen kedaruratan:
1. Sasaran yang tidak jelas
2. Kebutuhan yang tidak seimbang dengan sumber daya
3. Masalah keamanan dan jaminan perlindungan
4. Terlalu banyak tugas, waktu terlalu sempit
5. Banyak yang terlibat, koordinasi sangat kompleks
6. Informasi membingungkan, komunikasi kacau
7. Hambatan politis, administratif dan birokratis

10
2.6 Kontinum Manajemen kegawatdaruratan

Gugus Kegiatan Elemen Kunci


Tahap

Kesiagaan  Peringatan DINI

Kajian
Tanggap darurat  Perencanaan
kontijensi Sumber

Koordinasi

 Perencanaan
operasi

Pasca darurat  Pelaksanaan


 penuntasan

2.7 Konsep tentang Operasi

- Definisi operasi

Operasi adalah sekelompok orang, instansi atau organisasi yang saling terkait
dan bekerjasama sebagai halnya sebuah tim untuk mencapai tujuan bersama.

Aspek Teknis dalam Operasi:

 Kesehatan
 Sanitasi/ kebersihan
 Pangan dan gizi
 Rencana penampungan (lokasi, kapasitas, dll)
 Logistik
 Air bersih
 Pelayanan sosial (trauma)
 Registrasi dan sistem distribusi

Kegiatan Tanggap darurat:


 Manajemen dan koordinasi
 Perlindungan, penerimaan dan pendataan
 Pangan dan nutrisi

11
 Logistik dan transportasi
 Penampungan sementara
 Air bersih
 Sanitasi lingkungan
 Pelayanan kesehatan
 Pelayanan masyarakat
 Pendidikan

Manajemen dan koordinasi:


Manajmen tanggap darurat diperlukan 3C
- Command (komando)
- Control (pngendalian)
- Coordination (koordinasi)

Bentuk kegiatan:

- Mendirikan posko
- Membuat tim reaksi cepat

Kegiatan ini merupakan tugas BAKORNAS, SATKORLAK DAN


SATLAK.

12
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
1. Gawat darurat adalah suatu keadaan yang mengancam jiwa disebabkan oleh
gangguan ABC (Airway/jalan nafas, Breathing/pernafasan,
Circulation/sirkulasi) jika tidak dapat ditolong segera maka dapat
meninggal/cacat.
2. Manajemen penanggulangan bencana adalah serangkaian upaya yang
meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang beresiko timbulnya
bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat dan
rehabilitasi.
3. Tujuan manajemen kegawatdaruratan antara lain yaitu mengurangi
jumlah korban, meringankan penderitaan, stabilisasi kondisi korban/
pengungsi, mengamankan aset, memulihkan fasilitas kunci, mencegah
kerusakan lebih jauh, menyediakan pelayanan dasar dalam penanganan
pasca darurat, dan meringankan beban masyarakat setempat.
4. Dalam manajemen kegaawat daruratan juga terjadi beberapa masalah
yang disebabkan oleh beberapa faktor tertentu.

3.2 SARAN
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya kami
anggota kelompok 2 selaku penyusun akan lebih detail dalam menjelaskan
tentang makalah di atas dengan sumber – sumber yang lebih banyak dan
lebih luas serta dapat di pertanggung jawabkan.

13
Daftar Pustaka

http://www.academia.edu/28643551/Kegawatdaruratan

http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-
content/uploads/2017/08/Keperawatan-GAdar-dan-MAnajemen-Bencana-
Komprehensif.pdf

tambupolon, nanda. http://www.academia.edu/28643551/Kegawatdaruratan

http://chairulars.blogspot.com/2012/11/manajemen-kgd.html

https://www.slideshare.net/alunand350/manajemen-bencana-kedaruratan

14

Anda mungkin juga menyukai