Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH VARIABEL EPIDEMIOLOGI

NAMA : CLAUDIA NUR (1913201053)


EKA AGUSTRIANA(1913201065)
ALFRIDA MATA RAGA(1913201077)
GILANG BAGASKARA(
YOVITA LIRUNG(1913201113)

KELAS 2B

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS WIDYA GAMA MAHAKAM SAMARINDA
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah Subhanallahi Wa
Ta’ala atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya. Shalawat dan salam tidak lupa
kami curahkan kepada Nabi besar kita yaitu Nabi Muhammad Shallahu ‘Alaihi
Wassalam beserta keluarganya. Sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah yang berjudul Variabel Epidemiologi dengan tepat waktu.
Terima kasih kami ucapkan kepada Andi Suyatni Musrah, S.K.M., M.Kes
selaku dosen pengampu Dasar-Dasar Epidemiologi yang telah memberikan tugas
dan arahan dalam penyelesaian tugas makalah ini. Kami sebagai penulis
menyadari bahwa makalah yang kami buat ini masih belum sempurna dan banyak
kekurangan di dalamnya. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran
yang yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Semoga
makalah ini dapat menambah wawasan dan bermanfaat untuk kita semua.

Samarinda, 24 April 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
1. Latar Belakang..........................................................................................1
2. Tujuan.......................................................................................................1
BABII TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................2
1. Studi Epidemiologi..................................................................................2
2. Variabel Epidemiologi.............................................................................4
3. Karakteristik Orang..................................................................................6
4. Karakteristik Tempat................................................................................16
5. Karakteristik Waktu.................................................................................19
BAB III PENUTUP.............................................................................................21
Kesimpulan...................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................22

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang distribusi penyakit
dan determinannya pada manusia (MacMahon & Pugh, 1970). Distribusi
penyakit dapat dideskripsikan menurut faktor orang (usia, jenis kelamin,
ras), tempat (penyebaran geografis), dan waktu, sedangkan pengkajian
determinan penyakit mencakup penjelasan pola distribusi penyakit
tersebut menurut faktor-faktor penyebab-nya.
Istilah epidemiologi berasal dari kata 'epi' (atas), 'demos' (rakyat;
penduduk), dan 'logos' (ilmu), sehingga epidemiologi dapat diartikan
sebagai 'ilmu yang mempelajari tentang hal-hal yang terjadi/menimpa
penduduk'. Epidemiologi tidak terbatas hanya mempelajari tentang
epidemi (wabah).
Menurut metode investigasi yang digunakan,variabel epidemiologi
dibedakan atas:
1. Epidemiologi deskriptif: mempelajari peristiwa dan distribusi penyakit
2. Epidemiologi analitik: mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi
distribusi penyakit ('determinan'-nya)

2. Tujuan
a. Untuk mengetahui apa itu studi epidemiologi
b. Untuk mengetahui tentang variabel epidemiologi
c. Untuk mengetahui karakteristik orang
d. Untuk mengetahui karakteristik tempat
e. Untuk mengetahui karakteristik waktu

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Studi Epidemiologi
Studi epidemiologi terbagi menjadi dua yaitu :
A. Epidemiologi analitik
Studi epidemiologi yang menekankan pada pencarian jawaban terhadap
penyebab terjadinya masalah kesehatan(determinan), besarnya masalah
kesehatan(frekuensi) dan penyebaran munculnya masalah
kesehatan(distribusi) dengan tujuan menentukan sebab akibat antara faktor
dan penyakit
. B. Epidemiologi Deskriptif
Studi epidemiologi yang bertujuan meng- gambarkan pola distribusi
penyakit dan determinan penyakit menurut orang, tempat, dan waktu.
Manfaat studi deskriptif adalah pertama, mem- berikan masukan tentang
pengalokasian sumber daya dalam rangka pe- rencanaan yang efisien;
kedua, memberi petunjuk awal untuk merumuskan hipotesis bahwa suatu
variabel adalah faktor risiko penyakit deskriptif mempunyai nilai yang
lebih rendah dibandingkan dengan penelitian analitik atau penelitian
eksperimental karena pada penelitian deskriptif tidak terdapat perhitungan-
perhitungan statistika yang rumit, padahal kita tahu bahwa tanpa
mendeskripsi subjek studi dengan jelas, hasil penelitian analitik atau
penelitian eksperimental kurang mempunyai arti klinis.

Penelitian deskriptif dilakukan karena timbulnya beberapa pertanyaan


yang berkaitan dengan morbiditas dan mortalitas, terutama pada penelitian
epidemiologis. Semua ini bertujuan:
1. Menggambarkan karakteristik distribusi dari berbagai penyakit/ masalah
keschatan dari suatu kelompok populasi yang terkena.
2. Memperhitungkan besar dan pentingnya berbagai masalah kesehatan pada
kelompok populasi.

2
3. Mengidentifikasi kemungkinan determinan, masalah, dan faktor risiko.

Membuat deskripsi dapat diartikan sebagai membuat uraian tentang


sesuatu. Artinya menceritakan apa adanya tentang sesuatu yang diamati atau
mendeskripsikan sesuatu yang pada prinsipnya dapat disamakan dengan
menjawab pertanyaan "apa" (what), "siapa"(who), "di mana"(where), dan
"bilamana" (when). Menjawab pertanyaan what dapat diartikan menjelaskan
dan sekaligus menegaskan jenis atau persoalan atau masalah yang akan atau
sedang diamati. Sebagai contoh, bila yang kita amati adalah penyakit
keputihan pada ibu hamil, harus diketahui lebih dahulu apa yang dimaksud
dengan penyakit tersebut, hindari kekeliruan dan mencampur-adukannya
dengan penyakit lain. Dengan demikian harus sudah dikuasai teknik
pengenalan atau cara mendiagnosis yang benar (riwayat alamiah penyakit dan
konsep timbulnya penyakit). Setelah jelas "apa" tentang penyakit atau
masalah keschatan yang dihadapi, pertanyaan berikutnya akan
menggambarkan penyebaran atau distribusinya yaitu siapa (who) yang
berkaitan dengan orang, di mana (where) yang menjelaskan tempatnya, dan
bilamana (when) yang berkaitan dengan waktu kejadiannya.

Perbedaan deskriptif dan analitik


a. Hanya membahas masalah atau masalah kesohatan (menggunakan
pertanyaan siapa, di mana, kapan).
b. Kegiatannya dimulai dari pengumpulan, pengolahan, penyajian, dan
interpretasi data dan hanya dilaksanakan pada satu kelompok partisipasi /
masyarakat.
c. Merumuskan hipotesis, namun tidak untuk diterbitkan / dibuktikan.
Analitik
d. Selain membahas tentang masalah atau masalah kesehatan, juga
menjelaskan mengapa masalah tersebut timbul.
e. Kegiatan yang diawali dari pengumpulan, pengolahan, penyajian, dan
interpretasi data dan dilakukan pada dua kelompok peserta, masyarakat.

3
2.Variabel Epidemiologi
a. Variabel Orang
Sebelum membahas tentang orang, sebaiknya kita mengetahui terlebih
dahulu apa yang dimaksud dengan variabel. Variabel adalah sesuatu
yangdapat diamati dan dapat dihitung secara statistik. Variabel orang dalam
epidemiologi adalah karakteristik individu yang ada hubungannya dengan
keterpajanan atau kerentanan terhadap suatu penyakit. Di sini diamati
karakteristik yang ada pada individu yang merupakan subjek pengamatan
peneliti, sehingga peneliti akan mengetahui kesimpulan dari yang ia amati.
Penjelasan yang menyangkut individu/orang pada prinsipnya sama dengan
menjawab pertanyaan "who". Ketika menjawab pertanyaan "siapa" mengenai
seorang individu, jawabannya mungkin si A yang jenis ke- laminnya
ekonominya pendidikannya kepribadiannya dan seterusnya. Oleh karena itu,
epidemiologi menekankan pengamatannya pada kelom- pok atau kumpulan
atau populasi dan yang akan diuraikan adalah dis- tribusinya menurut
variabel-variabel. Dalam mengamati sekumpulan/populasi yang terpenting
adalah distri- busi frekuensi menurut variabel-variabel di antaranya yang
berkaitan dengan biologis (status nutrisi, imunitas, paritas, jenis kelamin,
ras/etnis, usia); berkaitan dengan tingkah laku (merokok, kebiasaan makan
dan tidur, ciri pembawaan kepribadian, pilihan diet, agama yang diyakini);
atau yang berhubungan dengan sosial-ekonomi (pendidikan, pekerjaan,
pendapatan, status perkawinan). usianya rasnya agamanya tingkat sosial

b. Variabel Tempat
Penjabaran menurut tempat pada prinsipnya sama dengan mencoba men-
jawab pertanyaan "where". Tempat kejadian kasus atau mašalah kesehatan
sangat penting diketahui karena tempat kejadian erat kaitannya dengan
lingkungan yang sesuai dengan model segitiga epidemiologi. Distribusi
menurut tempat sama artinya dengan area geografis, luas, dan tinggi lokasi
schingga tempat biasanya dikategorikan dikotomi (perkotaan dan pedesaan

4
(urban dan rural), pemukiman dan non-pemukiman, domestik dan asing, di
dalam dan di luar, institusi dan non-institusi ). Analisis perubahan frekuensi
penyakit didasarkan pada antar-tempat (batas alamiah, iklim, temperatur),
antara urban dan rural (kepadatan pen- duduk suplai air), dalam negara
(provinsi), antar-negara (internasional), variasi dan ketepatan diagnosis, serta
sistem pelaporan. Distribusi menurut lokasi tempat kasus penyakit atau
masalah terjadi, menentukan jenis penyebaran penyakit atau masalah
kesehatan. Profilkesehatan di Indonesia secara nasional umumnya terbagi
menurut provinsi dan kabupaten. Dari beberapa indikator kadang
dikelompokkan menjadi bagian barat, tengah, dan timur. Perbedaan tingkat
kesehatan antar-wilayah seringkali bukan hanya sekedar perbedaan tempat
atau daerah tetapi pada umumnya berlatar-belakang masalah lingkungan yang
sangat kompleks. Profil kesehatan dapat dibedakan di antara daerah atau
menurut katagori, misalnya angka kematian bayi, angka kelahiran, atau angka
cakupan yang akan berbeda dari satu daerah dengan daerah yang lain.

c. Variabel Waktu
Uraian tentang waktu pada distribusi kejadian penyakit atau masalah
kesehatan pada prinsipnya berkaitan dengan pertanyaan "when". Pengerti- an
waktu berkaitan dengan detik, menit, jam, hari, minggu, bulan, tahun, dekade,
dan abad. Variabel waktu dalam epidemiologi terutama berkaitan dengan
perubahan kejadian penyakit baik secara kuantitatif maupun kua- litatif.
Beberapa pola perubahan yang berkaitan dengan waktu antara lain. Skala
perubahan frekuensi penyakit:
1. Variasi jangka pendek (fluktuasi)
2. Variasi berkala (siklis)
a. Variasi musiman (berulang interval <l tahun)
b. Variasi siklik (berulang interval 2 I tahun)
3. Variasi jangka panjang (secular trends)
Variabel jangka pendek adalah perubahan jangka pendek atau fluktuasi,
adalah perubahan naik-turunnya frekuensi kejadian penyakit yang ber- jangka

5
waktu relatif pendek. Contoh kejadian yang relatif pendek adalah keracunan
makanan yang bersumber pada satu tempat, puncak frekuensi insiden
umumnya hanya satu dan setelah itu wabah tersebut akan selesai.
Variabel berkala adalah perubahan secara berkala dengan interval daur waktu
dalam hitungan bulan/musim sampai tahun. Umumnya penyakit menular
yang endemis biasanya menunjukkan daur atau siklus musiman. Beberapa
jenis penyakit tersebut seringkali dapat dijelaskan latar-belakang kejadiannya
yang berkaitan dengan host, agent, dan environment. Contoh- nya, penyakit
demam berdarah yang terjadi sesudah pergantian musim hujan ke musim
kemarau.
Variasi jangka panjang (seculer trends) adalah perubahan frekuensi penyakit
atau masalah kesehatan yang terjadi dalam waktu yang panjang. Di beberapa
negara maju yang sistem pencatatan kesehatannya sudah baik dan sudah
lama, menunjukkan angka insiden dan prevalens yang jelas dan teratur dari
tahun ke tahun. Di Indonesia masih sukar untuk melihat hal tersebut (mis.,
cacar, polio).
Variabel waktu bermanfaat dalam:
1. Memprediksi puncak insiden.
2. Merencanakan upaya penanggulangan.
3. Melakukan evaluasi dampak penanggulangan yang telah dilaksanakan.

3.Karakteristik Orang
a. Usia
Usia merupakan variabel yang selalu harus diperhitungkan dalam studi
epidemiologi. Perbedaan angka penyakit yang ada antar kelompok dalam
populasi belum dapat diinterpretasikan sebelum memperhitungkan relevansi
kemungkinan adanya perbedaan usia antar kelompok-kelompok tersebut.
Dengan menghitung jumlah kasus penyakit yang ada pada suatu kelompok
usia tertentu, lalu membaginya jumlah anggota populasi pada kelompok usia
yang sama, akan diperoleh persentase penyakit khas-usia (age-specific) untuk
kelompok usia tersebut.

6
Contoh 3.1:
Misalkan dimiliki data hipotetis jumlah penderita tuberkulosis paru dan jumlah
penduduk di kota A menurut kelompok usia (tabel 3.1).

Tampak bahwa persentase penderita tuberkulosis paru di kota A adalah 2.43%.


Dari angka ini saja belum dapat dibuat kesimpulan tanpa membandingkannya
dengan angka pada tempat dan waktu yang berbeda. Tampak pula bahwa jumlah
(absolut) penderita terbanyak adalah pada kelompok usia 45-64 tahun, yaitu
sebanyak 9,097 kasus, namun setelah memperhitungkan jumlah anggota populasi
(penduduk) untuk tiap kelompok usia, angka relatif (persentase) tertinggi
penderita ada pada kelompok usia > 65 tahun, yaitu 21.77%.
Tabel 3.1. Contoh data penderita tuberkulosis paru dan jumlah
penduduk menurut kelompok usia

Usia
Penderita Tb paru Penduduk % khas-usia
(tahun)
0-4 1,035 174,687 0.59
5-14 901 301,211 0.30
15-24 2,485 176,960 1.40
25-44 6,794 282,595 2.40
45-64 9,097 119,597 7.61
> 65 5,937 27,275 21.77
Jumlah 26,249 1,082,325 2.43

7
Diagram 3.1. Jumlah kasus dan tingkat morbiditas kanker rectum menurut
usia dan jenis kelamin di 10 area metropolitan, Amerika Serikat, 1947

Contoh 3.2:
Penyakit yang risikonya meningkat sejalan dengan pertambahan usia akan
menunjukkan penurunan jumlah kasus pada kelompok usia tertinggi, karena
anggota populasi itu sendiri menyusut dengan cepat sejalan dengan pertambahan
usia di atas usia 55 tahun (diagram 3.1).

Contoh 3.3:
Pada diagram 3.2 diperlihatkan jumlah kasus baru penyakit Hodgkin per jutaan
penduduk pada ras kulit putih di Brooklyn selama periode 19431952 (MacMahon
& Pugh, 1970).

Dengan membuat grafik menurut kelompok usia dapat dikenali adanya dua
kelompok penderita penyakit Hodgkin, yaitu pada kelompok usia dewasa dini
dan kelompok usia lanjut. Penelusuran lebih jauh ternyata menunjukkan bahwa
kedua kelompok penderita ini memang memiliki karakteristik yang berbeda.

8
Diagram 3.2. Kasus penyakit Hodgkin menurut kelompok usia;
Brooklyn, ras putih, 1943-1952

Contoh 3.4:
Pada diagram 3.3 diperlihatkan angka mortalitas tahunan khas-usia kanker
payudara di beberapa negara di sekitar tahun 1965. Tampak adanya peningkatan
angka mortalitas yang tajam sejalan dengan peningkatan usia 50-an, setelah itu
kecenderungan peningkatan angka mortalitas berkurang, bahkan untuk Jepang
angka mortalitas tampak agak menurun.

9
Diagram 3.3. Angka mortalitas tahunan khas-usia kanker payudara di beberapa
negara, sekitar tahun 1965

b. Jenis Kelamin
Seperti halnya usia, jenis kelamin pun juga merupakan variabel yang selalu
harus diperhitungkan dalam studi epidemiologi. Dalam kombinasi dengan faktor
usia, harus diingat bahwa distribusi anggota populasi pria dan wanita di berbagai
kelompok usia dan populasi tidak selalu sama.

Contoh 3.5:
Jumlah bayi pria yang dilahirkan sedikit lebih banyak daripada bayi wanita (51%
: 49%), namun dalam kehidupan selanjutnya pada berbagai kelompok usia tingkat
mortalitas hampir selalu lebih tinggi pada jenis kelamin pria dewasa karena faktor
pekerjaan dan lingkungan. Rasio tertinggi tingkat mortalitas pria : wanita
didapatkan pada kelompok usia 15-44 tahun, karena pada usia 15-44 tahun

10
lingkungan kerja pria umumnya memiliki risiko kematian lebih tinggi
dibandingkan dengan lingkungan kerja wanita.

Tabel 3.2. Contoh tingkat mortalitas*) menurut jenis


kelamin dan kelompok usia

Usia
Lk Pr Rasio Lk : Pr
(tahun)
<1 162.9 137.1 1.2
1-4 28.3 24.0 1.2
5-14 3.8 3.7 1.0
15-44 9.0 6.1 1.5
45-64 25.4 18.9 1.3
> 65 116.5 114.6 1.0
*) Jumlah kematian per 1000 penduduk
c. Ras
Banyak studi epidemiologi di tingkat internasional yang telah dilakukan
untuk membandingkan angka-angka morbiditas antar ras Kaukasia, Negroid, dan
Mongoloid. Data statistik vital di Amerika Serikat pada tahun 1967 misalnya,
yang hanya membandingkan tingkat mortalitas antara kulit putih dengan bukan
kulit putih, menunjukkan tingkat kematian yang lebih tinggi pada populasi bukan
kulit putih untuk hampir semua penyebab kematian, kecuali untuk kematian yang
disebabkan oleh penyakit jantung arteriosklerotik, leukemia, dan bunuh diri
(MacMahon & Pugh, 1970).

11
Di Indonesia terdapat banyak suku yang mungkin memiliki berbagai kebiasaan
yang berpengaruh terhadap status kesehatan, sehingga faktor suku sering kali
juga harus diperhitungkan dalam studi epidemiologi.

Contoh 3.6:
Angka bunuh diri di Jepang lebih tinggi daripada di Amerika Serikat, baik untuk
kelompok pria mapun wanita (diagram 3.4).

Diagram 3.4. Tingkat kematian bunuh diri menurut usia dan jenis kelamin,
Jepang dan ras putih Amerika Serikat, 1954-1956

d. Status Pernikahan

Status pernikahan seringkali menunjukkan keterkaitannya dengan tingkat


morbiditas maupun mortalitas. Dengan mengklasifikasikan status pernikahan
sebagai: (a) Tidak menikah; (b) Menikah; (c) Janda/duda (karena kematian); dan
(d) Bercerai; umumnya didapatkan tingkat kematian yang lebih rendah baik

12
untuk pria maupun wanita yang menikah dibandingkan dengan pria dan wanita
yang tidak menikah. Untuk semua kategori, didapatkan tingkat kematian yang
lebih tinggi pada pria dibandingkan dengan wanita, dengan tingkat kematian
tertinggi didapatkan pada kategori pria dan wanita yang bercerai (MacMahon &
Pugh, 1970).

Contoh 3.7:
Dengan klasifikasi yang sama seperti di atas, data kesehatan jiwa menunjukkan
adanya tingkat gangguan jiwa tertinggi pada kelompok yang tidak menikah.
Tingkat gangguan jiwa juga menunjukkan kecenderungan peningkatan sejalan
dengan meningkatnya usia, kecuali pada kelompok janda/duda karena kematian.
Pada kelompok terakhir ini kecenderungan peningkatan gangguan jiwa sejalan
dengan peningkatan usia tidak terlihat jelas (diagram 3.5).

e. Pekerjaan
Pekerjaan merupakan variabel epidemiologi deskriptif yang penting karena:
1. Menunjukkan status sosial-ekonomi subjek yang dipelajari.
2. Mengidentifikasi kemungkinan adanya risiko spesifik karena pajanan
terhadap agen yang mengganggu kesehatan pada jenis-jenis pekerjaan
tertentu.
3. Mengindikasikan kondisi umum yang ada pada jenis-jenis pekerjaan tertentu.

Contoh 3.8:

Persentase mortalitas dokter pria untuk kanker paru di Inggris selama periode
1951-1971 menunjukkan penurunan, sedangkan untuk kanker lainnya relatif
tetap. Ini terjadi karena dokter lebih cepat menyadari bahaya merokok
dibandingkan dengan anggota populasi lainnya, sehingga relatif lebih banyak

13
dokter pria yang berhenti merokok dibandingkan dengan anggota populasi pria
lainnya yang seusia.

Diagram 3.5. Tingkat morbiditas penderita yang dirawat di


RS Jiwa per 100,000 populasi menurut usia, jenis kelamin, dan status
pernikahan, Amerika Serikat, 1950

14
Diagram 3.6. Trend mortalitas dokter pria yang dibandingkan dengan
angka nasional pada usia yang sama untuk
kanker paru dan kanker lainnya, Inggris, 1951-1971

f.status sosial-ekonomi
Walaupun status sosial-ekonomi jelas akan berpengaruh terhadap tingkat
morbiditas dan mortalitas, dalam kenyataannya status sosial-ekonomi merupakan
konsep yang tidak memiliki definisi yang jelas. Definisi yang digunakan dapat
berbeda dari satu ke lain penelitian, sesuai dengan konsep yang dianut oleh
peneliti. Besar penghasilan (income) sering digunakan sebagai dasar penentuan
tingkat sosial-ekonomi, namun parameter ini terbukti menunjukkan berbagai
kelemahan. Dalam hal ini, besar pengeluaran (expenditure) acapkali dianggap
merupakan parameter yang lebih baik untuk mengukur tingkat sosial-ekonomi.

Contoh 3.9:

Pada diagram 3.7 tampak bahwa rerata hari istirahat di tempat tidur per tahun
berbanding terbalik dengan tingkat penghasilan keluarga, baik untuk kelompok
pria maupun wanita. Dalam hal ini, tingkat penghasilan yang rendah mungkin

15
menyebabkan rendahnya pula kualitas pemeliharaan kesehatan yang diterima,
sehingga menyebabkan tingkat morbiditas dan rerata hari istirahat di tempat tidur
per tahun yang lebih tinggi.

Diagram 3.7. Rerata hari istirahat di tempat tidur per orang per tahun, menurut
jenis kelamin dan penghasilan keluarga, Amerika Serikat, 1965-1966

4.Karakteristik Tempat

Frekuensi penyakit di berbagai wilayah di dunia menunjukkan variasi yang


besar dalam distribusi geografinya, walaupun begitu pembandingan tingkat
morbiditas dan mortalitas dengan menggunakan data pelaporan rutin untuk
berbagai wilayah di dunia masih terkendala antara lain oleh adanya perbedaan
dalam standar pelayanan kesehatan, diagnosis, dan pelaporan penyakit atau
kematian yang digunakan.

Data penyebab kematian dan laporan penyakit menular di berbagai negara


dikumpulkan dan diterbitkan secara teratur oleh Organisasi Kesehatan Sedunia
(WHO), walaupun demikian kelengkapan dan validitas data yang diterbitkan ini

16
sangat tergantung dari kelengkapan dan validitas data yang disampaikan oleh
masing-masing negara pelapor.

Beberapa penyakit mungkin didapatkan dalam frekuensi yang jauh lebih tinggi
hanya untuk wilayah tertentu, bahkan ada penyakit yang hanya didapatkan di
suatu wilayah tertentu. Di Indonesia misalnya, goiter, malaria, skistosomiasis,
dan filariasis merupakan penyakit-penyakit yang terutama ataupun hanya
didapatkan di beberapa wilayah tertentu.

Dikotomi wilayah perkotaan dan pedesaan juga merupakan variabel yang sering
harus diperhitungkan dalam studi epidemiologi, karena pengaruh lingkungan
dengan karakteristik yang sangat berbeda antara perkotaan dan pedesaan.

Diagram 3.8. Peta jalan di area Golden Square, London, 1854

Contoh 3.10:

17
Diagram 3.8 menunjukkan peta jalan pada area Golden Square, London, 1854
yang digunakan oleh John Snow dalam penyelidikan epidemiologinya untuk
mencari pompa air yang menjadi sumber penularan wabah kolera. Penelitian John
Snow ini terkenal dalam kepustakaan Epidemiologi sebagai salah satu langkah
awal untuk menerapkan prinsip penyelidikan epidemiologi dalam praktik.

Contoh 3.11:
Limfoma Burkitt adalah jenis kanker pertama yang ditemukan keterkaitannya
dengan infeksi virus, yaitu virus Epstein-Barr. Diagram 3.9 menunjukkan
distribusi penyebaran kasus limfoma Burkitt yang ditemukan di benua Afrika
pada tahun 1962.

Diagram 3.9. Distribusi kasus limfoma Burkitt yang ditemukan di


Afrika, 1962

18
4. Karakteristik Waktu
Data runtun-waktu (time-series) dapat menunjukkan adanya
kecenderungan tertentu (peningkatan atau penurunan tingkat morbiditas atau
mortalitas) untuk berbagai penyakit ataupun kematian oleh sebab tertentu.
Kecenderungan demikian sering terjadi dalam rentang waktu puluhan tahun,
sehingga tidak disadari oleh populasi yang bersangkutan. Data runtun- waktu
juga sangat berguna untuk menentukan kemungkinan adanya wabah.
Data runtun-waktu waktu dapat diperoleh untuk satu kelompok tertentu
(dengan anggota yang sama), yang dipantau dan diikuti perkembangan status
kesehatannya dalam perjalanan waktu. Sebaliknya, data dapat pula diperoleh
dari berbagai kelompok yang masih memiliki persamaan karakteristik tertentu
(misalnya kelompok usia yang sama, menderita satu penyakit tertentu, dan
sebagainya), yang diambil pada waktu-waktu yang berbeda dari populasi
yang sama.

19
Diagram 3.10. Jumlah kematian per minggu di 122 kota, Amerika Serikat,
1968-1969

Contoh 3.12:

Diagram 3.10 menunjukkan jumlah kematian per minggu di 122 kota di Amerika
Serikat selama periode 1968-1969. Tampak adanya peningkatan jumlah kematian
yang nyata selama bulan Januari 1969, yang disebabkan oleh adanya wabah
influenza (flu ‘Hong Kong’).

20
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Dalam studi epidemiologi terdapat dua studi yaitu epidemiologi analitik
dan epidemiologi deksriprtif. Epidemiologi analitik yaitu penelitian tentang
apa penyebab terjadinya masalah kesehatan, besarnya masalah, dan
penyebaran pada masalah, sedangkan epidemiologi deskriptif yaitu
menceritakan secara rinci penyebaran pada masalah kesehatan menurut
orang(umur,jenis kelamin,pekerjaan,status pernikahan,dan ras) , tempat dan
waktu.

21
DAFTAR PUSTAKA

https://jurnal.unitri.ac.id/index.php/care/article/download/911/pdf
https://books.google.com/books/about/Metodologi_Penelitian_Kedoteran.htm
l?hl=id&id=4SAJ3gSX9kYC
https://books.google.com/books/about/Buku_Ajar_Epidemiologi_u_mhsiswa
_kebidan.html?hl=id&id=DrTEvxpXLWMC
Epidemiologi_satuan_pengantar_library_stikes_pekajangan_2014
Jurnal-berkala_epidemiologi_2018
Jurnal-gambaran_epidemiologi_kasus_leptosirosi_2017
Jurnal-diktak_dasar_epid

22

Anda mungkin juga menyukai