Anda di halaman 1dari 17

Makalah

Jenis-Jenis Epidemiologi

KELOMPOK II

Di susun Oleh :
Fitriani Sukuna 1913201016

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS TOMPOTIKA LUWUK
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat danhidayah-Nya lah
saya bisa menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Jenis-jenis Epidemiologi” untuk memenuhi
tugas mata kuliah Epidemiologi Perencanaan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan.

Adapun makalah ini kami buat dengan tujuan untuk mengetahui lebih jauh dan menambah
wawasan tentang bagaimana Jenis- jenis epidemiologi pencegahan penyakit menurut ilmu
Epidemiologi. Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini
dapat diselesaikan dengan baik.

Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna,oleh karena itu
saya mengharapkan masukan berupa saran dan kritik yang bersifat membangun agar gagasan
tertulis ini lebih baik lagi.
Daftar isi

KATA PENGANTAR....................................................................................

DAFTAR ISI.................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................

A.Latar belakang...................................................................................

B.Tujuan penulis...................................................................................

C.Perumusan masalah........................................................................

BAB II ISI PEMBAHASAN..........................................................................

A.Definisi Epidemiologi Deskriptif............................................................

B.Cross Sectional Study..........................................................................

C.Epidemioogi Prospfektif......................................................................

D. Epidemiologi Experiment....................................................................

BAB III PENUTUP......................................................................................

A.Kesimpulan......................................................................................

Daftar Pustaka.....................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Epidemiologi berasal dari kata Epi, Demos & Logos. Epi adalah tentang penyakit, demos
adalah penduduk, dan logos adalah ilmu. Jadi EPIDEMIOLOGI adalah : Suatu ilmu yang
mempelajari distribusi (penyebaran), frekuensi (Jumlah/Angka) dan determinan (Penyebab)
penyakit/masalah kesehatan pada suatu penduduk.
Epidemiologi memiliki berbagai macam bentuk studi guna membantu memahami tentang
epidemiologi lebih mendalam dan menyelesaikan masalah-masalah terkait epidemiologi.Studi
epidemiologi dapat diklasifikasikan sebagai studi eksperimental ataupun studi observasi.
Secara sederhana, studi epidemiologi dapat dibagi menjadi dua kelompok sebagai berikut

1. Epidemiologi deskriptif, yaitu Cross Sectional Study/studi potong lintang/studi prevalensi


atau survei.

2. Epidemiologi analitik, terdiri dari :

a.       Non eksperimental:

-       Studi kohort

-       Studi kasus kontrol/case control study/studi retrospektif.

-       Studi ekologik.

b.      Eksperimental.

Cross-Sectional Study (Studi Potong Lintang) merupakan studi yang mempelajari


prevalensi, distribusi maupun hubungan penyakit dan paparan dengan mengamati status paparan,
penyakit outcome lain secara serentak pada individu-individu dari suatu populasi pada suatu
waktu. Studi ini disebut juga sebagai studi prevalensi atau survei, merupakan studi sederhana
yang sering dilakukan. Karakter dari Cross-Sectional Study yaitu status paparan dan penyakit
diukur pada saat yang sama.
Cross-Sectional Study atau juga disebut Studi Potong Lintang mempunyai 2 jenis studi,
yaitu:
1.      Studi potong lintang Deskriptif : meneliti prevalensi penyakit , paparan atau keduanya, pada
suatu populasi tertentu.
2.      Studi potong lintang analitik : mengumpulkan data prevalensi paparan dan penyakit untuk tujuan
perbandingan perbedaan-perbedaan penyakit antara kelompok terpapar dan kelompok tak
terpapar, dalam rangka meneliti hubungan antara paparan dan penyakit.
B.     Tujuan
Makalah ini kami buat untuk dikumpulkan sebagai tugas individu dari Bapak Dosen, dan
juga untuk mampu memamahami bagaimana sub studi dari keprawatan komunitas yakni
epidemiologi.
C.    Rumusan Masalah
1.      Apakah Itu Epidemiologi Diskriptif
2.      Apakah Itu Epidemiologi Cross Sectional
3.      Apakah Itu Epidemiogi Prosfektif
4.      Apakah Itu Epidemiologi Experimental

BAB II
PEMBAHASAN
A.      Definisi Epidemiologi Deskriptif
Epidemiologi deskriptif adalah studi pendekatan epidemiologi yang bertujuan untuk
menggambarkan masalah kesehatan yang terdapat di dalam masyarakat dengan menentukan
frekuensi, distribusi dan determinan penyakit berdasarkan atribut & variabel menurut segitiga
epidemiologi (orang, Tempat, dan Waktu).
Studi Deskriptif disebut juga studi prevalensi atau studi pendahuluan dari studi analitik
yang dapat dilakukan suatu saat atau suatu periode tertentu. Jika studi ini ditujukan kepada
sekelompok masyarakat tertentu yang mempunyai masalah kesehatan maka disebutlah studi
kasus tetapi jika ditujukan untuk pengamatan secara berkelanjutan maka disebutlah dengan
surveilans serta bila ditujukan untuk menganalisa faktor penyebab atau risiko maupun akibatnya
maka disebut dengan studi potong lintang atau cross sectional.
Epidemiologi deskriptif umumnya dilaksanakan jika tersedia sedikit informasi yang
diketahui mengenai kejadian, riwayat alamiah dan faktor yang berhubungan dengan penyakit.
Upaya mencari frekuensi distribusi penyakit berdasarkan epidemiologi deskriptif dengan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan :
       Siapa yang terkena?
       Bilamana hal tersebut terjadi?
       Bagaimana terjadinya?
       Di mana kejadian tersebut?
       Berapa jumlah orang yang terkena?
       Bagaimana penyebarannya?
       Bagaimana ciri-ciri orang yang terkena?

Selain itu, epidemiologi deskriptif juga akan menjawab 4 pertanyaan berikut:


1.    What, yaitu apa masalah kesehatan yang terjadi di masyarakat dan berapa besarnya masalah
kesehatan masyarakat, maka jawabannya akan mengukur masalah kesehatan.
2.    Who, yaitu siapa yang terkena masalah kesehatan masyarakat adalah masyarakat. Tentunya yang
terkena masalah kesehatan masyarakat adalah masyarakat atau sekelompok manusia (man) yang
menjadi host penyakit. Man yang akan dibahas adalah karakteristiknya, meliputi jenis kelamin,
usia, paritas, agama, ras, genetika, tingkat pendidikan, penghasilan, jenis pekerjaan, jumlah
keluarga,dll.
3.    Where, yaitu dimana masyarakat yang terkena masalah kesehatan. Jawabannya adalah
menjelaskan tempat (place) dengan karakteristik tempat tinggal, batas geografis, desa-kota, batas
administrative, dll
4.    When, yaitu kapan masyarakat terkena masalah kesehatan. Jawabannya adalah menjelaskan
waktu (time) dengan karakteristik periode penyakit atau gangguan kesehatan jangka penmdek
(ukurannya detik, menit, jam, hari, minggu) jangka panjang (bulan, tahun) periode musiman, dll.

Tujuan epidemiologi deskriptif adalah :


1.    Untuk menggambarkan distribusi keadaan masalah kesehatan sehingga dapat diduga kelompok
mana di masyarakat yang paling banyak terserang.
2.    Untuk memperkirakan besarnya masalah kesehatan pada berbagai kelompok.
3.    Untuk mengidentifikasi dugaan adanya faktor yang mungkin berhubungan terhadap masalah
kesehatan (menjadi dasar suatu formulasi hipotesis).

Berdasarkan unit pengamatan/analisis, epidemiologi deskriptif dibagi menjadi 2 kategori :


       Populasi : Studi Korelasi Populasi, Rangkaian Berkala (time series).
       Individu : Laporan Kasus (case report), Rangkaian Kasus (case series), Studi Potong Lintang
(Cross-sectional).
Adapun Ciri-ciri studi deskriptif sebagai berikut:
1.    Bertujuan untukmenggambarkan
2.    Tidak terdapt kelompok pembanding
3.    Hubunga seba akiba hanya merupakan suatu perkiraan ataau semacam asumsi
4.    Hasil penelitiannya berupa hipotesis
5.    Merupakan studi pendahluan untuk studi yang mendalam

Hasil penelitian deskriptif dapat di gunakan untuk:


1.    Untuk menyusun perencanaan pelayanan kesehatan
2.    Untuk menentukan dan menilai program pemberantasan penyakit yang telah dilaksanakan
3.    sebagai bahan untuk mengadakan penelitain lebih lanjut
Untuk Membandingkan frekuensi distribusi morbiditas atau mortalitas antara wilayah atau satu
wil dalam waktu yang berbeda.
B.     Cross Sectional Study
Salah satu bagian dari Epidemiologi deskriptif, yaitu Cross Sectional Study/studi potong
lintang/studi prevalensi atau survei.
Survey cross sectional ialah suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara
faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data
sekaligus pada suatu saat (point time approach). Artinya, tiap subjek penelitian hanya diobservasi
sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel subjek pada saat
pemeriksaan. Hal ini tidak berarti bahwa semua subjek penelitian diamati pada waktu yang sama.
Desain ini dapat mengetahui dengan jelas mana yang jadi pemajan dan outcome, serta jelas
kaitannya hubungan sebab akibatnya.
Penelitian cross sectional ini, peneliti hanya mengobservasi fenomena pada satu titik
waktu tertentu. Penelitian yang bersifat eksploratif, deskriptif, ataupun eksplanatif, penelitian
cross-sectional mampu menjelaskan hubungan satu variabel dengan variabel lain pada populasi
yang diteliti, menguji keberlakuan suatu model atau rumusan hipotesis serta tingkat perbedaan di
antara kelompok sampling pada satu titik waktu tertentu. Namun penelitian cross-sectional tidak
memiliki kemampuan untuk menjelaskan dinamika perubahan kondisi atau hubungan dari
populasi yang diamatinya dalam periode waktu yang berbeda, serta variabel dinamis yang
mempengaruhinya.
Tujuan cross sectional yaitu sebagai berikut:
1.      Mencari prevalensi serta indisensi satu atau beberapa penyakit tertentu yang terdapat di
masyarakat.
2.      Memperkirakan adanya hubungan sebab akibat pada penyakit-penyakit tertentu dengan
perubahan yang jelas.
3.      Menghitung besarnya resiko tiap kelompok, resiko relatif, dan resiko atribut.
Perbedaan dari cross sectional yaitu deskriptif cross sectional hanya sekedar
mendesripsikan distribusi penyakit dihubungkan dengan variabel penelitian, sedangkan analitik
crossectional: diketahui dengan jelas mana yang jadi pemajan dan outcome, serta jelas kaitannya
hubungan sebab akibatnya. Contoh penelitian deskriptif cross sectional adalah angka kejadian
diare di Desa X tahun 2001 dan contoh penelitian analitik cross sectional adalah hubungan
pendidikan orang tua dengan kejadian diare yang diukur pada waktu bersamaan.
Adapun ciri-ciri cross sesctional yaitu sebagai berikut:

1. Pengumpulan data dilakukan pada satu saat atau satu periode tertentu dan pengamatan
subjek studi hanya dilakukan satu kali selama satu penelitian.
2. Perhitungan perkiraan besarnya sampel tanpa memperhatikan kelompok yang terpajan
atau tidak.
3. Pengumpulan data dapat diarahkan sesuai dengan kriteria subjek studi. Misalnya
hubungan antara Cerebral Blood Flow pada perokok, bekas perokok dan bukan perokok.
4. Tidak terdapat kelompok kontrol dan tidak terdapat hipotesis spesifik.
5. Hubungan sebab akibat hanya berupa perkiraan yang dapat digunakan sebagai hipotesis
dalam penelitian analitik atau eksperimental.

Kelebihan dari cross-sectional adalah:


         Mudah dan murah
         Desain yang efisien untuk mendeskripsikan distribusi penyakit dihubungkan dengan distribusi
sejumlah karakteristik populasi.
         Bermanfaat untuk memformulasikan hipotesis hubungan kausal yang akan diuji dalam studi
analitik lainnya, seperti kasus kontrol dan kohor.
         Tidak memaksa subjek mengalami faktor yang merugikan kesehatan (faktor resiko).
Sedangkan kelemahan dari cross-sectional yaitu:
         Validitas penilai hubungan kausal menuntut sekuensi waktu yang jelas antara paparan dan
penyakit (yaitu paparan harus mendahului penyakit), karakteristik ini sulit dipenuhi dalam studi
potong lintang, sehingga penggunaan desain studi ini terbatas untuk menganalisis hubungan
kausal paparan dan penyakit.
         Penggunaan data prevalensi, padahal dalam penelitian faktor resiko dan etiologi penyakit
menuntut penggunaan data insidensi penyakit.
Rancangan Penelitian Cross Sectional
Penelitian cross sectional adalah sesuatu penelitian dimana variabel-variabel yang
termasuk faktor resiko dan variabel-variabel yang termasuk efek diobservasi sekaligus pada
waktu yang sama. Oleh karena itu, rancangan (desain) penelitian ini dapat digambarkan sebagai
berikut:

Populasi (sampel)
Faktor resiko + faktor resiko

Efek + Efek - Efek + Efek -

Dari skema di atas dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah penelitian cross sectional adalah
sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi variabel-variabel penelitian dan mengidentifikasi faktor resiko dan


faktor efek.
2. Menetapkan subjek penelitian.
3. Melakukan observasi atau pengukuran variabel-variabel yang merupakan faktor resiko
dan efek sekaligus berdasarkan status keadaan variabel pada saat itu (pengumpulan data).
4. Melakukan analisis korelasi dengan cara membandingkan proporsi antar kelompok-
kelompok hasil observasi (pengukuran).

 Contoh Penelitian Cross Sectional


Contoh sederhana, ingin mengetahui hubungan antara anemia besi pada ibu hamil dengan
berat badan bayi lahir (BBL), dengan menggunakan rancangan atau pendekatan cross sectional.

a. Tahap pertama: mengidentifikasi variabel-variabel yang akan diteliti dan


kedudukkannnya masing-masing:

         Variabel dependen (efek): Berat badan bayi lahir


         Variabel independen (resiko): Anemia besi

b. Tahap Kedua: menetapakan studi penelitian atau populasi dan sampelnya. Subjek
penelitian disini adalah ibu-ibu yang baru melahirkan, namun perlu dibatasi dari daerah
mana mereka ini dapat diambil, apakah lingkup di Rumah Sakit Umum, Rumah Sakit
Bersalin, atan Rumah Bersalin. Demikian pula batas waktunya juga ditentukan.
Kemudian cara pengambilan sampelnya, apakah bedasarkan teknik random atau non
random.
c. Tahap Ketiga: melakukan pengumpulan data, observasi atau pengukuran terhadap
variabel dependen dan independen (dalam waktu yang sama). Caranya, mengukur berat
badan bayi yang baru dilahirkan dan memeriksa Hb darah ibu.
d. Tahap Keempat: mengolah dan menganalisis data dengan cara membandingkan anatara
berat badan bayi lahir dengan Hb darah ibu. Dari analisis ini akan diperoleh bukti adanya
atau tidak adanya hubungan antara anemia besi dengan berat badan bayi lahir.

Contoh penelitian Cross sectional bersifat analitik yaitu karena hubungan antara anemia
dengan kelahiran bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR). Pada setiap ibu hamil yang akan
melahirkan dilakukan pemeriksaan Hb kemudian setelah bayi lahir ditimbang berat badannya.
Kriteria inklusi adalah persalinan normal/fisiologis dengan kehamilan yang cukup bulan. Batasan
untuk anemia adalah Hb kurang dari 11gr%.

Hasil dari tabel tersebut menunjukkan bahwa resiko anemia terhadap BBLR 2 kali lebih besar
dibandingkan dengan tidak anemia. Resiko atribut (RA) = 0,15 – 0,08 = 0,07. Ini berarti bahwa
resiko BBLR yang dapat dihindarkan bila tidak terjadi anemia pada ibu hamil sebesar 0,007.
Analisis data yang dilakukan dalam penelitian yaitu dengan uji Chi-Square. Uji Chi-
Square berguna untuk menguji hubungan atau pengaruh dua buah variabel nominal dan
mengukur kuatnya hubungan antara variabel yang satu dengan variabel nominal lainnya

C.    Epidemioogi Prospfektif


Epidemiologi prospektif
Studi cohort adalah rancangan studi yang mempelajari hubungan antara paparan dengan
penyakit dengan cara membandingkan kelompok terpapar (faktor penelitian) dan kelompok tidak
terpapar berdasarkan status penyakit. Ciri-ciri studi cohort adalah pemilihan subjek berdasarkan
status paparannya dan kemudian dilakukan pengamatan dan pencatatan apakah subyek dalam
perkembangannya mengalami penyakit yang diteliti atau tidak.
Pada saat mengidentifikasi status paparan, semua subyek harus bebas dari penyakit yang
diteliti. Jadi, kelompok terpapar maupun kelompok tidak terpapar berasal dari satu populasi atau
dua populasi yang bebas penyakit tersebut. Jika ada dua populasi maka kedua populasi tersebut
harus memiliki karakteristik yang sama. Dalam studi cohort peneliti hanya mengamati dan
mencatat paparan dan penyakit tanpa sengaja membuat subyek terpapar.
Rancangan Penelitian Cohort :

Kelebihan studi cohort:


a. Kesesuaian dengan logika studi ekpsrimental dalam membuat inferensi kausal, yaitu dengan
menentukan faktor penyebab terlebih dahulu kemudian baru diikuti dengan akibat
b. Peneliti menghitung laju insidensi.
c. Studi cohort sesuai untuk meneliti paparan yang langka (misal, fakto-faktor lingkungan).
d. Memungkinkan peneliti mempelajari sejumlah fakta secara serentak dari sebuah paparan.
e. Bersifat observasional, sehingga tidak ada subyek yang merasa dirugikan karena mendapat
paparan faktor yang merugikan.
f. Dapat mengatur komparabilitas antar dua kelompok (kelompok kasus dan kelompok
kontrol) sejak awal penelitian.
g. Dapat secara langsung menetapkan besarnya angka resiko dari suatu waktu ke waktu yang
lain.
h. Ada keseragaman observasi, baik terhadap factor resiko maupun efek dari waktu ke waktu.
Kelemahan studi cohort:
a. Membutuhkan biaya yang mahal dan waktu yang lama.
b. Tidak efisien dan tidak praktis untuk mempelajari penyakit yang langka, kecuali ukuran
sampel yang besar dan prevalensi penyakit pada kelompok terpapar cukup tinggi.
c. Kemungkinan adanya subjek penelitian yang drop out dan akan mengganggu analisis hasil.
Hilangnya subyek selama penelitian karena migrasi, tingkat partisipasi yang rendah atau
meninggal, dan sebagainya.
d. Karena faktor penelitian sudah ditentukan terlebih dahulu pada awal penelitian, maka studi
cohort tidak bisa digunakan untuk penyakit yang lainnya.
e. Karena faktor risiko yang ada pada subjek akan diamati sampai terjadinya efek (mungkin
penyakit) maka hal ini berarti kurang atau tidak etis.
Contoh penelitian cohort:
Penelitian untuk membuktikan adanya hubungan antara cancer paru dengan merokok. Tahapan
penelitian ini adalah:
1. Tahap pertama.
Menidentifikasi variabel-variabel yang akan diteliti dan kedudukannya :
a. Variabel efek (dependen) = cancer paru
b. Variabel risiko (independen) = merokok
c. Variabel pengendali = umur pekerjaan dan sebagainya
2. Tahap kedua.
Menetapkan subjek penelitian, yaitu populasi dan sample penelitian. Misalnya yang menjadi
populasi adalah semua pria di wilayah tertentu , dengan umur 30-50 tahun, baik yang merokok
dan tidak merokok.
3. Tahap ketiga.
Mengidentifikasi subjek yang merokok (resiko positif) dari populasi tersebut dan subjek yang
tidak merokok (resiko negatif) dengan jumlah yang sama dengan kelompok merokok.
4. Tahap keempat
Mengamati perkembangan efek pada kelompok orang yang merokok (risiko positif) pada
kelompok kasus dan kelompok yang tidak merokok (risiko negatif) pada kelompok kontrol
tersebut dalam kurun waktu tertentu, misalnya 10 tahun.
5. Tahap kelima
Mengolah dan menganalisis data. Analisis hasil dengan membandingkan proporsi orang-orang
yang menderita cancer paru dengan orang-orang yang tidak menderita cancer paru pada
kelompok merokok dan tidak merokok
Ukuran analisis

a. Insiden Risk ( IR ) = a/ (a+b)


b. Relative Risk ( RR ) = IR kelompok terpapar : IR kelompok tidak terpapar = (a/a + b) : (c/c
+ d)
c. Attributable Risk = IR kelompok terpapar – IR kelompok tidak terpapar
Interpretasi
a. RR = 1, risiko kelompok terpapar sama dengan kelompok tidak terpapar
b. RR > 1, terpapar menyebabkan sakit
c. RR < 1, terpapar mencegah sakit
D.    Epidemiologi Experiment
Dilakukan terhadap masyarakat. Peneliti memberikan perlakuan atau manipulasi pada
masyarakat, kemudian efek perlakuan tersebut diobservasi, baik secara individual maupun
kelompok. Penelitian dapat melakukan manipulasi / mengontrol faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi hasil penelitian dan dinyatakan sebagai tes yang paling baik untuk menentukan
cause and effect relationship serta tes yang berhubungan dengan etiologi, kontrol, terhadap
penyakit maupun untuk menjawab pertanyaan masalah ilmiah lainnya.
1)        Randomized Control Trial
Randomized control trial (atau randomized clinical trial) adalah sebuah eksperimen epidemiologi
yang mempelajari sebuah pencegahan atau cara hidup yang dapat mengobati. Subjek dalam
populasi adalah kelompok yan acak, biasanya disebut perawatan dan kelompok kontrol, dan
hasilnya diperoleh dengan membandingkan hasil dari dua atau lebih kelompok. Hasil yang
diinginkan dapat saja berbeda tetapi, mungkin saja perkembangan penyakit baru atau sembuh
dari penyakit yang telah ada.
Kita dapat memulainya dari menentukan populasi dengan acak untuk mendapatkan perawatan
baru atau perawatan yang telah ada, dan kita mengikuti subjek dalam setiap grup untuk
mengetahui seberapa banyak subjek yang mendapatkan perawatan baru berkembang
dibandingkan subjek dengan perawatan yang telah ada. Jika perawatan menghasilkan outcome
yang lebih baik, kita dapat berharap untuk mendapatkan outcome yang lebih baik pada subjek
dengan perawatan baru dibandingkan subjek dengan perawatan yang telah ada.
Randomized trial dapat dipakai untuk berbagai macam tujuan. Cara ini dipakai untuk
mengevaluasi obat-obatan baru dan perawatan lain tentang penyakit, termasuk test teknologi
kesehatan dan perawatan medis yang baru. Juga bisa digunakan untuk memperkirakan program
yang baru untuk skrining dan deteksi dini, atau cara baru mengatur dan mengantarkan jasa
kesehatan.
2.        Field Trial / Eksperimen Lapangan
Ekperimen lapangan adalah jenis eksperimen yang dilakukan di lapangan dengan
individu-individu yang belum sakit sebgai subyek. Mirip dengan studi kohort prospektif,
rancangan ini diawali dengan memilih subyek-subyek yang belum sakit. Subyek-subyek
penelitian dibagi dalam kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, lalu diikuti
perkembangannya apakah subyek itu sakit atau tidak. Berbeda dengan studi kohort, peneliti
menentukan dengan sengaja alokasi faktor penelitian kepada kelompok-kelompok studi.
Subyek yang terjangkit dan tidak terjangkit penyakit antara kedua kelompok studi
kemudian dibandingkan, untuk menilai pengaruh perlakuan. Jika laju kejadian penyakit dalam
populasi rendah, maka eksperimen lapangan membutuhkan jumlah subjek yang sangat besar
pula. Pada ekperimen lapangan kerap kali peneliti harus mengunjungi subyek penelitian di
“lapangan”. Peneliti dapat juga mendirikan pusat penelitian di mana dilakukan pengamatan dan
pengumpulan informasi yang dibutuhkan dengan biaya yang ekstra.
3.                  Community Trial / Intervensi Komunitas
Intervensi komunitas adalah studi di mana intervensi dialokasikan kepada komunitas,
bukan kepada individu-individu. Intervensi komunitas dipilih karena alokasi intervensi tidak
mungkin atau tidak praktis dilakukan kepada individu.
Contoh intervensi ini adalah riset tentang efektivitas flurodasi air minum untuk mencegah
karies pada masyarakat. Riset Newburgh-Kingston (Ast et al., 1950) memberikan natrium florida
pada tempat-tempat penyediaan air minum yang dikonsumsi oleh komunitas (Newburgh).
Komunitas lainnya (Kingston) menerima air minum seperti sebelumnya (tanpa suplementasi
fuor). Eksperimen ini memperlihatkan kemaknaan pengaruh floridasi, baik secara statistik
maupun klinik, dalam mengurangi kerusakan, kehilangan, dan pergerakan gigi masyarakat.
BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpluan
Secara sederhana, studi epidemiologi dapat dibagi menjadi dua kelompok sebagai berikut :
1.      Epidemiologi deskriptif, yaitu suatu penelitian yang tujuan utamanya melakukan eksplorasi
diskriptif terhadap fenomena kesehatam masyarakat yang berupa risiko ataupun efek.
2.      Epidemiologi deskriptif adalah cabang epidemiologi yang mempelajari tentang kejadian dan
distribusi penyakit. Tujuan dari epidemiologi deskriptif ialah untuk menggambarkan distribusi
keadaan masalah kesehatan
3.      Epidemiologi analitik yaitu penelitian ini mencoba untuk menggali bagaimana dan mengapa
fenomena kesehatan dapat terjadi yaitu dengan melakukan analisis hubungan antar fenomena,
baik antara faktor risiko dengan efek, antar faktor risiko, maupun antar efek, terdiri dari :
a. Non eksperimental (Observasi) adalah suatu penelitian dimana pengamatan terhadap
fenomena kesehatan dilakukan dalam keadaan apa adanya tanpa intervensi peneliti.
1)             Studi kohort / follow up / incidence / longitudinal / prospektif studi. Kohort diartikan sebagai
sekelompok orang. Tujuan studi mencari akibat (penyakitnya). Pada penelitian kohort dilakukan
perbandingan antara kelompok terpapar dengan kelompok tidak terpapar kemudian dilihat akibat
yang ditimbulkannya. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan waktu secara longitudinal,
atau “period time approach”. Karena faktor risiko diidentifikasi lebih dulu dan yang ingin dilihat
adalah efeknya, maka penelitian ini desebut penelitian prospektif, yaitu melihat kedepan kejadian
yang berhubungan dengan kesakitan.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.scribd.com/doc/146823217/epidemiologi-prospektif
http://www.scribd.com/doc/77297159/epidemiologi-penelitian#download

Abramson, J. H., dan Abramson, Z. H. (2000). Metode survei di Community Medicine, 5th
edition. Edinburgh & London: Livingstone.

Kelsey, JE, Whittemore, AS, Evans, AS, dan Thompson, D. (1996). Metode dalam Epidemiologi
observasional, 2nd edition. New York: Oxford University Press.

Anda mungkin juga menyukai