Anda di halaman 1dari 10

Makalah Surveilans dalam Praktik Kebidanan

Dosen Pengampun
Lidya Natalia Sinuhaji.SKM.M.Kes

Di susun oleh
Wanda Nova Yanti (1919401047)

STIKES MITRA HUSADA MEDAN


DIPLOMA III KEBIDANAN
T/A 2020-2021
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil’alamiin, penulis ucapkan puji syukur kehadirat Allah
SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah serta inayah-Nya, sehingga
tugas penyusunan makalah dengan judul “Surveilans dalam Praktik Kebidanan”
dapat diselesaikan dengan lancar.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Epidimologi dan penulis
sampaikan ucapan terima kasih kepada pihak yang telah banyak membimbing
dan dalam pembuatan makalah ini :
1.      Kedua orang tua penulis yang memberikan kesempatan untuk menikmati
pendidikan hingga saat ini, dan atas segala do’a restunya kepada penulis.
2.      Ibu lidya selaku dosen pembimbing mata kuliahEpidimologi.
3.      Semua pihak yang telah membantu menyelesaikan karya ilmiah ini hingga
selesai.
Penyusunan makalah ini tentulah masih banyak kekurangan dan kelemahan.
Oleh karena itu, saran dan kritik akan selalu diharapkan penulis demi
penyusunan makalah ini.
Akhirnya semoga makalah yang sederhana ini dapat memberikan manfaat
kepada pembaca pada umumnya dan khususnya bagi penulis.

                                                                         Sintang, 08 Mai 2021


           

                                                                        Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………………………………    I
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………..  II
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………….    III
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang……………………………………………………………………    1
B.     Tujuan…………………………………………………………………………….    1
C.     Rumusan Masalah…………………………………………………………………   1
BAB II PEMBAHASAN
A.    Macam-macam Surveilans......……………...........................…………………         2
B.     Manfaat Surveilans.................................................................................................    4
BAB III PENUTUP
1.      Kesimpulan……………………………………………………………………….    5
2.      Saran………………………………………………………………………………   5
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………  6
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Surveilans adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara terus-menerus berupa pengumpulan
data secara sistematik, analisis dan interpretasi data mengenai suatu peristiwa yang terkait
dengan kesehatan untuk digunakan dalam tindakan kesehatan masyarakat dalam upaya
mengurangi angka kesakitan dan kematian, dan meningkatkan status kesehatan.
Surveilans kesehatan masyarakat adalah proses pengumpulan data kesehatan yang mencakup
tidak saja pengumpulan informasi secara sistematik, tetapi juga melibatkan analisis,
interpretasi, penyebaran, dan penggunaan informasi kesehatan.
Sementara menurut pendapat lain dikemukakan, surveilans merupakan sebuah istilah umum
yang mengacu pada observasi yang sedang berjalan, pengawasan berkelanjutan, pengamatan
menyeluruh, pemantauan konstan, serta pengkajian perubahan dalam populasi yang berkaitan
dengan penyakit, kondisi, cedera, ketidakmampuan, atau kecenderungan kematian.
Untuk itu, penulis membuat makalah ini bertujuan untuk memberikan sedikit pembelajaran
tentang macam-macam surveilans dan manfaat surveilans dalam makalah yang berjudul
“Surveilans dalam Praktik Kebidanan”

B.     Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan disajikan sebagai berikut :
1.      Sebutkan macam-macam Surveilans?
2.      Apa saja manfaat Surveilans?

C.    Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan penulisan sebagai berikut :
1.      Untuk mengetahui macam-macam Surveilans.
2.      Untuk mengetahui beberapa manfaat Surveilans.
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Macam-macam Surveilans

1)      Surveilans individu
Surveilans individu (individual surveillance) mendeteksi dan memonitor individu-individu
yang mengalami kontak dengan penyakit serius, misalnya pes, cacar, tuberkulosis, tifus,
demam kuning, sifilis. Surveilans individu memungkinkan dilakukannya isolasi institusional
segera terhadap kontak, sehingga penyakit yang dicurigai dapat dikendalikan. Sebagai
contoh, karantina merupakan isolasi institusional yang membatasi gerak dan aktivitas orang-
orang atau binatang yang sehat tetapi telah terpapar oleh suatu kasus penyakit menular
selama periode menular.
Tujuan karantina adalah mencegah transmisi penyakit selama masa inkubasi seandainya
terjadi infeksi (Last, 2001). Isolasi institusional pernah digunakan kembali ketika timbul
AIDS 1980an dan SARS. Dikenal dua jenis karantina: (1) Karantina total; (2) Karantina
parsial. Karantina total membatasi kebebasan gerak semua orang yang terpapar penyakit
menular selama masa inkubasi, untuk mencegah kontak dengan orang yang tak terpapar.
Karantina parsial membatasi kebebasan gerak kontak secara selektif, berdasarkan perbedaan
tingkat kerawanan dan tingkat bahaya transmisi penyakit.
Contoh, anak sekolah diliburkan untuk mencegah penularan penyakit campak, sedang orang
dewasa diperkenankan terus bekerja. Satuan tentara yang ditugaskan pada pos tertentu
dicutikan, sedang di pospos lainnya tetap bekerja.
Dewasa ini karantina diterapkan secara terbatas, sehubungan dengan masalah legal, politis,
etika, moral, dan filosofi tentang legitimasi, akseptabilitas, dan efektivitas langkah-langkah
pembatasan tersebut untuk mencapai tujuan kesehatan masyarakat (Bensimon dan Upshur,
2007).

2)      Surveilans penyakit
Surveilans penyakit (disease surveillance) melakukan pengawasan terus-menerus terhadap
distribusi dan kecenderungan insidensi penyakit, melalui pengumpulan sistematis,
konsolidasi, evaluasi terhadap laporan-laporan penyakit dan kematian, serta data relevan
lainnya. Jadi fokus perhatian surveilans penyakit adalah penyakit, bukan individu.
Di banyak negara, pendekatan surveilans penyakit biasanya didukung melalui program
vertikal (pusat-daerah). Contoh, program surveilans tuberkulosis, program surveilans malaria.
Beberapa dari sistem surveilans vertikal dapat berfungsi efektif, tetapi tidak sedikit yang
tidak terpelihara dengan baik dan akhirnya kolaps, karena pemerintah kekurangan biaya.
Banyak program surveilans penyakit vertikal yang berlangsung paralel antara satu penyakit
dengan penyakit lainnya, menggunakan fungsi penunjang masing-masing, mengeluarkan
biaya untuk sumberdaya masingmasing, dan memberikan informasi duplikatif, sehingga
mengakibatkan inefisiensi.

3)      Surveilans sindromik
Syndromic surveillance (multiple disease surveillance) melakukan pengawasan terus-
menerus terhadap sindroma (kumpulan gejala) penyakit, bukan masing-masing penyakit.
Surveilans sindromik mengandalkan deteksi indikator-indikator kesehatan individual maupun
populasi yang bisa diamati sebelum konfirmasi diagnosis. Surveilans sindromik mengamati
indikator-indikator individu sakit, seperti pola perilaku, gejala-gejala, tanda, atau temuan
laboratorium, yang dapat ditelusuri dari aneka sumber, sebelum diperoleh konfirmasi
laboratorium tentang suatu penyakit.
Surveilans sindromik dapat dikembangkan pada level lokal, regional, maupun nasional.
Sebagai contoh, Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menerapkan kegiatan
surveilans sindromik berskala nasional terhadap penyakit-penyakit yang mirip influenza (flu-
like illnesses) berdasarkan laporan berkala praktik dokter di AS. Dalam surveilans tersebut,
para dokter yang berpartisipasi melakukan skrining pasien berdasarkan definisi kasus
sederhana (demam dan batuk atau sakit tenggorok) dan membuat laporan mingguan tentang
jumlah kasus, jumlah kunjungan menurut kelompok umur dan jenis kelamin, dan jumlah total
kasus yang teramati.
Surveilans tersebut berguna untuk memonitor aneka penyakit yang menyerupai influenza,
termasuk flu burung, dan antraks, sehingga dapat memberikan peringatan dini dan dapat
digunakan sebagai instrumen untuk memonitor krisis yang tengah berlangsung (Mandl et al.,
2004; Sloan et al., 2006).
Suatu sistem yang mengandalkan laporan semua kasus penyakit tertentu dari fasilitas
kesehatan, laboratorium, atau anggota komunitas, pada lokasi tertentu, disebut surveilans
sentinel.
Pelaporan sampel melalui sistem surveilans sentinel merupakan cara yang baik untuk
memonitor masalah kesehatan dengan menggunakan sumber daya yang terbatas (DCP2,
2008; Erme danQuade, 2010).

4)      Surveilans Berbasis Laboratorium


Surveilans berbasis laboartorium digunakan untuk mendeteksi dan menonitor penyakit
infeksi. Sebagai contoh, pada penyakit yang ditularkan melalui makanan seperti
salmonellosis, penggunaan sebuah laboratorium sentral untuk mendeteksi strain bakteri
tertentu memungkinkan deteksi outbreak penyakit dengan lebih segera dan lengkap daripada
sistem yang mengandalkan pelaporan sindroma dari klinik-klinik (DCP2, 2008).

5)      Surveilans terpadu
Surveilans terpadu (integrated surveillance) menata dan memadukan semua kegiatan
surveilans di suatu wilayah yurisdiksi (negara/ provinsi/ kabupaten/ kota) sebagai sebuah
pelayanan publik bersama. Surveilans terpadu menggunakan struktur, proses, dan personalia
yang sama, melakukan fungsi mengumpulkan informasi yang diperlukan untuk tujuan
pengendalian penyakit. Kendatipun pendekatan surveilans terpadu tetap memperhatikan
perbedaan kebutuhan data khusus penyakitpenyakit tertentu (WHO, 2001, 2002; Sloan et al.,
2006).
Karakteristik pendekatan surveilans terpadu:
ü  Memandang surveilans sebagai pelayanan bersama (common services);
ü  Menggunakan pendekatan solusi majemuk;
ü  Menggunakan pendekatan fungsional, bukan struktural;
ü  Melakukan sinergi antara fungsi inti surveilans (yakni, pengumpulan, pelaporan, analisis
data, tanggapan) dan fungsi pendukung surveilans (yakni, pelatihan dan supervisi, penguatan
laboratorium, komunikasi, manajemen sumber daya);
ü  Mendekatkan fungsi surveilans dengan pengendalian penyakit. Meskipun menggunakan
pendekatan terpadu, surveilans terpadu tetap memandang penyakit yang berbeda memiliki
kebutuhan surveilans yang berbeda (WHO, 2002).

6)      Surveilans kesehatan masyarakat global.


Perdagangan dan perjalanan internasional di abad modern, migrasi manusia dan binatang
serta organisme, memudahkan transmisi penyakit infeksi lintas negara. Konsekunsinya,
masalah-masalah yang dihadapi negara-negara berkembang dan negara maju di dunia makin
serupa dan bergayut.

Timbulnya epidemi global (pandemi) khususnya menuntut dikembangkannya jejaring yang


terpadu di seluruh dunia, yang manyatukan para praktisi kesehatan, peneliti, pemerintah, dan
organisasi internasional untuk memperhatikan kebutuhan-kebutuhan surveilans yang
melintasi batas-batas negara. Ancaman aneka penyakit menular merebak pada skala global,
baik penyakit-penyakit lama yang muncul kembali (re-emerging diseases), maupun penyakit-
penyakit yang baru muncul (newemerging diseases), seperti HIV/AIDS, flu burung, dan
SARS. Agenda surveilans global yang komprehensif melibatkan aktor-aktor baru, termasuk
pemangku kepentingan pertahanan keamanan dan ekonomi (Calain, 2006; DCP2, 2008).

B.     Manfaat Surveilans
Manfaat surveilans sebagai berikut :
1.      Memperkirakan besarnya masalah kesehatan yang penting
2.      Sebagai gambaran perjalanan alami suatu penyakit
3.      Sebagai deteksi KLB
4.      Dokumentasi, distribusi, dan penyebaran peristiwa kesehatan
5.      Bermanfaat untuk epidemiologi dan penelitian laboratorium
6.      Untuk keperluan  evaluasi pengendalian dan pencegahan
7.      Sebagai tool monitoring kegiatan karantina
8.      Dapat memperkiraan perubahan dalam praktek kesehatan, dan sebagai perencanaan
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan

1.      Macam-macam surveilans dibagi menjadi 6 macam, antara lain:


a.       Surveilans individu
b.      Surveilans penyakit
c.       Surveilans sindromik
d.      Surveilans berbasis laboratorium
e.       Surveilans terpadu
f.       Surveilans kesehatan masyarakat global

2.      Manfaat surveilans sebagai berikut :


o Memperkirakan besarnya masalah kesehatan yang penting
o Sebagai gambaran perjalanan alami suatu penyakit
o Sebagai deteksi KLB
o Dokumentasi, distribusi, dan penyebaran peristiwa kesehatan
o Bermanfaat untuk epidemiologi dan penelitian laboratorium
o Untuk keperluan  evaluasi pengendalian dan pencegahan
o Sebagai tool monitoring kegiatan karantina
o Dapat memperkiraan perubahan dalam praktek kesehatan, dan sebagai perencanaan

B.     Saran
Dengan adanya makalah ini, penulis berharap agar makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca
khususnya Mahasiswi Kebidanan, karena dalam makalah ini terdapat banyak bahan tambahan
untuk belajar mata kuliah Kesehatan Masyarakat. Penulis berharap pembaca bisa
memberikan penilaian lebih lanjut terhadap makalah sederhana ini.
DAFTAR PUSTAKA

Sulistyaningsih. 2011. Epidemiologi Dalam Praktik Kebidanan. Yogyakarta : Graha Ilmu
NN, “Kegiatan dan Ruang Lingkup Surveilans Epidemiologi”.
Artikel diakses pada 04 Maret 2014 dari
https://www.google.com/#q=ruang+lingkup+surveilans&hl=id&source=lnms&sa=X&ei=We
kUYfLC43zrQey3IGIBg&ved=0CAYQ_AUoAA&bav=on.2,or.r_cp.r_qf.&bvm=bv.470085
14,d.bmk&fp=e4b5826b4b07e05e&biw=1366&bih=630
NN, “Ruang Lingkup Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan”. Artikel 
diakses pada 28 Mei 2013 dari http://surveilans-sumedang.blogspot.com/2008/07/ruang-
lingkup-penyelenggaraan-sistem.html

Anda mungkin juga menyukai