Anda di halaman 1dari 3

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)MITRA HUSADA MEDAN

PRODI KEBIDANAN PROGRAM DIPLOMA TIGA

STANDAR
Kompetensi : Metode KB Alamiah
OPERASIONAL
Sub Kompetensi : Metode Barier Intravaginal
PROSEDUR
No. Dokumen Halaman Tgl Berlaku Revisi
FM-PM-I.IV.Pd1-05/05-05/KKB-11 1-3 18 Oktober 2017 00

A.PENGETAHUAN
Analisis Metode Barier Intravaginal
I.Konsep
Definisi Menghalangi masuknya spermatozoa ke dalam traktus genitalia interna wanita dan
immobilisasi/mematikan spermatozoa oleh spermisidnya. (Hartanto, Hanafi, 2004 : 57).
Metode kontrasepsi dengan cara menghalangi pertemuan sperma dengan sel telur yang
sifatnya sementara, yakni menghalangi masuknya sperma dari vagina sampai kanalis
servikalis. Kelebihan dari penggunaan kontrasepsi ini dinilai cukup efektif, mudah didapat
aman digunakan dan dapat membantu mencegah terserangnya penyakit seksual menular dan
hepatitis B atau HIV/AIDS. Kelemahan dari kontrasepsi ini adalah karena dibuat dari bahan
karet dan tipis sehingga mudah robek. Kontrasepsi yang baik akan terasa licin dan basah
Namun angka kegagalan dengan menggunakan kondom hanya 3-15 wanita dari 100 wanita pe
tahunnya(Niken, dkk, 2010 : 74).
Macam-macam Metode Barrier Intra-Vaginal :
1. Diafragma (Diaphragma)
2. Kap Serviks (Cervical cap)
3. Spons (Sponge)
4. Kondom Wanita
Tujuan 1. Mencegah Kehamilan
2. Menjarangkan Kehamilan
3. Memberi perlindungan terhadap PHS (Penyakit akibat hubungan seks)
Indikasi 1. Menghendaki kontrasepsi sementara
2. Ingin kontrasepsi tambahan
3. Beresiko tinggi tertular/menularkan HIV
4. Menginginkan segera alat kontrasepsi
5. Tidak menyukai kontrasepsi hormonal, seperti perokok, atau diatas usia 35 tahun
Kontra Indikasi 1. Berdasarkan umur dan paritas serta masalah kesehatan menyebabkan kehamilan menjad
beresiko tinggi
2. Terinfeksi saluran uretra
3. Tidak stabil secara psikis atau tidak suka menyentuh alat kelaminnya
4. Mempunyai riwayat sindrom syok karena keracunan
5. Ingin metode kb efektif
II.Prinsip kerja 1. Pemeriksaan pelvik diperlukan untuk memastikan ketepatan pemasangan.
2. Harus masih terpasang selama 6 jam pasca senggama.
III.Mekanisme Alat kontrasepsi metode barier yang berupa diafragma ini mempunyai mekanisme kerja dapat
kerja mencegah masuknya sperma melalui kanalis servikalis ke uterus dan saluran telur (tuba falopi)
dan sebagai alat untuk menempatkan spermisida.
B.KETERAMPILAN
Persiapan 1. Diagfragma
Alat 2. Kap serviks
3. Spons Kontrasepsi 
4. Kondom wanita
Persiapan 1. Ruangan yang nyaman, aman dan tertutup
Tempat 2. Ventilasi yang cukup
Persiapan 1.Memperlakukan klien dengan sopan, baik dan ramah.
Petugas 2. Memahami, menghargai dan menerima klien
Persiapan Menjaga kenyamanan pasien sehingga bisa terjalin komunikasi yang baik
Pasien
Prosedur Diagfragma :
Pelaksanaan 1. Cuci tangan dengan sabun sebelum memasang atau mengeluarkan alatnya.
2. Kosongkan kandung kemih
3. Jangan biarkan Barier Intra-vaginal insitu lebih lama dari 24 jam.
4. Jangan menggunakan Barier Intra-vaginal pada saat haid, atau bila ada perdarahan per
vaginam, atau adanya vaginal discharge abnormal (pakailah kondom)
5. Setelah melahirkan bayi aterm, tunggu 6 – 12 minggu sebelum menggunakan metode
Barier Intra-vaginal, (pakailah kondom)
6. Gunakan diafragma setiap kali melakukan hubungan seksual.
7. Pastikan diafragma tidak berlubang (tes dengan mengisi diafragma dengan air atau meliha
menembus cahaya)
8. Oleskan sedikit spermisida krim atau jelly pada cap diafragma (untuk memudahkan
pemasangan tambahkan krim atau jelli, remas bersamaan dengan pinggirannya).

Posisi saat pemasangan diafragma:


9. Satu kaki diangkat ke atas kursi atau dudukan toilet. Sambil berbaring atau Sambi
jongkok, lebarkan kedua bibir vagina.
10. Masukkan diafragma kedalam vagina jauh ke belakang, dorong bagian depan pinggiran
ke atas di balik tulang pubis.
11. Masukkan jari kedalam vagina sampai menentuh serviks, sarungkan karetnya dan periksa
serviks telah telindungi.
12. Diafragma dipasang di vagina sampai 6 jam sebelum berhubungan seksual(Jika hubungan
seksual berlangsung diatas 6 jam setelah pemasangan, tambahkan spermisida di dalam
vagina. Diafragma berada dalam vagina paling tidak 6 jam setelah terlaksananya
hubungan seksual. Jangan tinggalkan diafragma lebih dari 24 jam sebelum diangkat)

Kap serviks :
1. Cuci tangan dengan sabun sebelum memasang atau mengeluarkan alatnya.
2. Kosongkan kandung kemih
3. Jangan biarkan Barier Intra-vaginal insitu lebih lama dari 24 jam.
4. Jangan menggunakan Barier Intra-vaginal pada saat haid, atau bila ada perdarahan per
vaginam, atau adanya vaginal discharge abnormal (pakailah kondom)
5. Setelah melahirkan bayi aterm, tunggu 6 – 12 minggu sebelum menggunakan metode
Barier Intra-vaginal, (pakailah kondom)
6. Tahap pertama untuk memasukkan atau mengeluarkan kap serviks adalah mencuc
tangan. Pemakai memasukkan kap serviks saat seksualitasnya bangkit dan sebelum
melakukan hubungan seksual.
7. Sebelum memasukkan, isi sepertiga kubah kap serviks dengan spermisida. Pisahkan labia
dengan kedua tangan.
8. Tangan yang lain menjangkau sekeliling pinggiran kap diantara ibu jari dengan jar
telunjuk
9. Masukkan kap ke dalam vagina dan dorong kap sepanjang dinding vagina sejauh kap itu
bisa masuk. Cara ini bisa dilakukan dengan cara berdiri, mengangkat satu kaki ke atas
posisi jongkok, berbaring.
10. Gunakan jari untuk menempatkan kap di serviks, tekan pinggiran kap di sekitar serviks
sampai serviks sudah tertutup dengan kap tersebut. Periksa posisi kap
 dengan cara mendorong kubah kap untuk memastikan bahwa serviks sudah tertutupi.
11. Usap dengan jari mengelilingi pinggiran kap.
12. Pemakai harus mempertahankan kap serviks selama 6 jam setelah ejakulasi intravagina
terakhir untuk memastikan bahwa sperma yang tertinggal di dalam
 vagina tidak memasuki ke dalam rongga uterus
13. Dengan perawatan yang tepat, kap dapat bertahan selama 2 tahun, tapi harus diperiksa
secara teratur untuk memastikan apakah ada lubang, atau bocor. Bila terjadi kerusakan
pada kap, maka pemakai diinstruksikan untuk segera  menggantinya.

Spons Kontrasepsi (contraceptive sponge)


1. Cuci tangan dengan sabun sebelum memasang atau mengeluarkan alatnya.
2. Kosongkan kandung kemih
3. Jangan biarkan Barier Intra-vaginal insitu lebih lama dari 24 jam.
4. Jangan menggunakan Barier Intra-vaginal pada saat haid, atau bila ada perdarahan per
vaginam, atau adanya vaginal discharge abnormal (pakailah kondom)
5. Setelah melahirkan bayi aterm, tunggu 6 – 12 minggu sebelum menggunakan metode
Barier Intra-vaginal, (pakailah kondom)
6. Mula mula spons dibasahi dengan air sebanyak kira-kira2 sendok makan, lalu diperas
secukupnya untuk menghilangkan air yang berlebihan.
7. Sponge kemudian dimasukkan ke dalam vagina sampai mencapai serviks

27
Kondom wanita (female condom), kombinasi antara Diafragma dan Kondom
1. Cuci tangan dengan sabun sebelum memasang atau mengeluarkan alatnya.
2. Kosongkan kandung kemih
3. Jangan biarkan Barier Intra-vaginal insitu lebih lama dari 24 jam.
4. Jangan menggunakan Barier Intra-vaginal pada saat haid, atau bila ada perdarahan per
vaginam, atau adanya vaginal discharge abnormal (pakailah kondom)
5. Setelah melahirkan bayi aterm, tunggu 6 – 12 minggu sebelum menggunakan metode
Barier Intra-vaginal, (pakailah kondom).
6. Sebelum sanggama, wanita mendorong kantong tergulung(built-in) kedalam vagina. Ala
ini menutupi seluruh perineum dan genitalia eksterna, sehingga dapat memberikan
perlindungan maksimal terhadap PHS.
7. Cincin yang terbuka berada di luar vagina, sedangkan cincin tertutup berada di bawah
simfisis.
8. Cincin-dalam dipasang tinggi di dalam vagina, dan tidak perlu dipasang tepat menutup
serviks karena akan terdorong keatas selama sanggama.
9. Cincin-luar menutupi labia dan dasar dari penis, keatas selama sanggama, cincin-lua
menutupi labia dan dasar dari penis.
Keselamatan 1. Sebelum melakukan tindakan pastikan semua alat yang digunakan dalam keadaan siap pakai.
Kerja 2. Gunakan peralatan sesuai dengan fungsinya, letakkan peralatan pada tempat yang mudah
terjangkau.
3. Pusatkan perhatian pada pekerjaan serta keselamatan klien.
4. Lakukan tindakan dengan tetap memperhatikan prinsip aseptik dan antiseptik.
5. Selama melakukan tindakan harus memperhatikan keadaan ibu
Lakukan semua prosedur tindakan secara hati- hati.
C.SIKAP
Sikap 1. Memperlakukan klien dengan sopan, baik dan ramah.
2. Memahami, menghargai dan menerima keadaan ibu (status pendidikan, sosial ekonomi dan
emosi ) sebagaimana adanya.
3. Memberikan penjelasan dengan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami.
4. Menggunakanalatperaga yang menarikdanmengambilcontohdarikehidupansehari – hari.
5. Menyesuaikanisipenyuluhandengankeadaandanrisiko yang dimilikiibu

D. REFERENSI
Referensi 1. . 1. Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, Menteri Dasar Promosi
2. Menyiapkan Ibu Sehat, Melahirkan bayi Sehat, Jakarta, 2015
3. 2. Irianto, Koes 2015. Kesehatan Reproduksi(Reproduktive health). Alfabeta.
4. Bandung.
5. 3. Jannah, dkk. 2017, Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana, EGC.
6. 4. Mulyani, Siti. 2015, Menopause, Yogyakarta :NuhaMedika.
7. 5. Tarigan, Imarina. 2019, Hubungan Pendidikan, Paritas, Pekerjaan Dan Lama Menopauase dengan
Kualitas Hidup Perempuan Menopause Di Puskesmas Kabanjahe Kabupaten Karo Tahun 2019http://e
journal.sari-mutiara.ac.id/index.php/NERS/Article/View/597
8. 6. Tambun Mastaida. 2018, Faktor Resiko Terjadinya Infertilitas Pada
Pasangan Usia Subur Di Rumah Sakit Stella Maris Medan http://e-journal.sari
mutiara.ac.id/index.php/NERS/Article/View/597

Diketahui
Ka. Unit Pengembangan Pendidikan
Aktivitas Instruksional Medan, 7 Februari 2020
Koordinator Mata Kuliah

(Eka Falentina Tarigan, SST, M.Keb) (Mastaida Tambun , SST, M.K.M)

27

Anda mungkin juga menyukai