Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN MINI RISET

DEHIDRASI

NAMA : UMI ANGGRAINI SIREGAR


NPM : 1919401045
PRODI : KEBIDANAN PROGRAM DIPLOMA TIGA

STIkes MITRA HUSADA MEDAN


T.A 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas mini riset ini tepat pada
waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas.
Selain itu, mini riset ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang
dehidrasi bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Dosen mata kuliah yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan
sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan mini riset ini.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................
DAFTAR ISI....................................................................................................
BAB I PEMBUKAAN.......................................................................................
I.I LATAR BELAKANG.................................................................................
I.II RUMUSAN MASALAH..........................................................................
I.III TUJUAN PEMBELAJARAN....................................................................
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................
BAB III PENUTUP...........................................................................................
III.I KESIMPULAN......................................................................................
III.II SARAN...............................................................................................
BAB I
PEMBUKAAN
1.1 Latar Belakang

Kurangnya konsumsi cairan merupakan masalah penting di bidang kesehatan karena sel
tubuh manusia memerlukan air dalam proses metabolisme. Air sebagai zat gizi tubuh
berperan dalam media transportasi dan eliminasi produk sisa metabolisme. Asupan air yang
kurang akan menimbulkan masalah kesehatan bagi tubuh (Hardinsyah, 2012). Meskipun
fungsi air sangat penting, tetapi sering terabaikan dalam kebiasaan pola makan dan minum
keseharian. Tidak semua orang dapat mencukupi untuk kebutuhan cairan tubuhnya (Briawan,
2011). Departemen Kesehatan Indonesia (2005) merekomendasikan cairan, terutama air
minum, yang harus dikonsumsi untuk orang dewasa adalah 2 liter atau setara 8 gelas setiap
hari dimana anjuran ini tidak jauh berbeda dari pernyataan Shinya (2008), pakar enzim dan
guru besar kedokteran di Albert Einsten College Of Medicine USA. Selain itu, kebutuhan
cairan saat remaja akan meningkat dan direkomendasikan sedikitnya 2,3 sampai 3 liter air per
hari menurut Dietary Reference Intake (DRI). Data Third National Health and Nutrition
Survey (NHANES III) juga menunjukkan bahwa rata-rata asupan total air dari makanan dan
minuman pada remaja laki-laki adalah 3,4 L/hari dan remaja perempuan adalah 2,5 L/hari
(Briawan, 2011). Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2 Walaupun anjuran kebutuhan
cairan tubuh sudah banyak dijelaskan oleh berbagai ahli, namun tampaknya masih banyak
orang yang mengabaikan anjuran tersebut. Sebuah penelitian di Singapura yang dilakukan
oleh Polytechnic and Asian Food Information Centre menunjukkan bahwa wanita minum air
5-6 gelas dan pria minum 6-8 gelas dalam sehari. Kebiasaan minum tersebut lebih rendah
daripada rekomendasi minum dalam sehari sebanyak 8 gelas. Pada penelitian tersebut hanya
kelompok usia tua (55-64 tahun) dan dewasa muda (25-34 tahun) yang sudah memenuhi
anjuran minum air. Penelitian lain di Hongkong menunjukkan hasil yang sama bahwa 50%
sampel minum air kurang, dan bahkan 30% diantaranya minum kurang dari 5 gelas dalam
satu hari. Penelitian serupa juga dilakukan pada populasi dewasa di USA yang menunjukkan
bahwa total asupan air 28% berasal dari makanan, 28% air putih, dan 44% dari minuman
lainnya (Briawan, 2011). Penelitian di Indonesia yang dilakukan pada remaja Kota Bogor
tentang kebiasaan minum dan asupan cairan, ditemukan bahwa terdapat 37,3% remaja yang
minum kurang dari 8 gelas per hari dan sebesar 24,1% remaja asupan cairannya kurang dari
90% kebutuhan (Ratnasari, 2012). Penelitian serupa juga dilakukan pada kalangan mahasiswa
dimana masih terdapat 61% mahasiswa kurang mengonsumsi air minum (Rosmaida, 2011).
Apabila seseorang tidak memenuhi kebutuhan cairan tubuhnya sehari-hari, maka tubuh akan
kekurangan cairan bahkan bisa menjadi dehidrasi. Dehidrasi adalah keadaan tubuh yang
kehilangan cairan sebanyak 1% atau lebih dari berat badan (Williams, 2007). Dari hasil
penelitian di Indonesia yang dilakukan oleh The Indonesian Hydration Regional Study
(THIRST) pada tahun 2008, bahwa kejadian dehidrasi lebih banyak terjadi pada remaja
sebanyak 49,5% dibandingkan dewasa hanya sekitar 42,5%. Dehidrasi lebih banyak dialami
oleh remaja karena remaja dianggap sebagai masa penting dalam kehidupan untuk mulai
mengahadapi masalah perubahan fisik, biologik, psikologik maupun sosial sebelum mencapai
dewasa. Perubahan tersebut juga ikut mempengaruhi kebutuhan gizi pada masa remaja oleh
adanya peningkatan pertumbuhan dan perkembangan fisik, berubahnya gaya hidup dan
kebiasaan makan, serta aktivitas fisik remaja itu sendiri. Remaja perempuan lebih sering
dehidrasi daripada laki-laki karena terdapat perubahan komposisi tubuh. Komposisi lemak
pada remaja putri lebih banyak (22%) daripada laki-laki (15%), sedangkan komposisi ototnya
lebih sedikit daripada lakilaki (Sayogo, 2006). Kandungan air dalam lemak lebih sedikit
daripada otot sehingga komposisi air pada tubuh perempuan lebih rendah dibandingkan
dengan komposisi air pada tubuh laki-laki (Buanasita, 2015). Jika gangguan akibat
kekurangan konsumsi air minum terjadi terus-menerus, maka dapat mengakibatkan
kurangnya konsentrasi dan mempengaruhi prestasi belajar (Diyani, 2012). Beberapa dampak
dehidrasi berupa dehidrasi ringan dapat mempengaruhi fungsi kognitif yang menurunkan
akuransi kinerja seseorang. Dehidrasi sedang dapat menyebabkan nyeri kepala, gangguan
kognitif dan mual. Dehidrasi berat dapat menimbulkan takikardi, pusing, dan lemas yang
menghilangkan kemampuan fisik seseorang (Barasi, 2007). Pada umumnya dehidrasi ini
disebabkan oleh kebiasaan konsumsi cairan yang kurang dan kehilangan cairan yang
berlebihan. Cairan tubuh tersebut hilang melalui urin, feses, kulit, dan pernapasan yang
apabila tidak diganti dalam waktu lama dan menurunkan volume plasma serta kemampuan
fisik menjadi terganggu (Williams, 2007). Dehidrasi sebagai salah satu status hidrasi tubuh
dapat diketahui melalui pemeriksaan berat jenis urin (BJU) dan pemeriksaan urin sendiri
(PURI) dimana kedua pemeriksaan ini paling sering digunakan serta cenderung mudah untuk
dilakukan. Pemeriksaan berat jenis urin (BJU) adalah pemeriksaan kepadatan urin yang
menilai apakah urin terhidrasi dengan baik atau tidak. Pemeriksaan urin sendiri (PURI)
dilakukan melalui perbandingan warna urin yang diperiksa dengan warna urin kontrol hidrasi
dalam suatu grafik. Apabila warna urinnya bening maka tubuh terhidrasi dengan baik,
sebaliknya apabila warna urinnya pekat maka tubuh tidak terhidrasi dengan baik (Barasi,
2007). Terdapat berbagai alasan tubuh sering mengalami dehidrasi, antara lain karena tidak
haus, lupa minum, merepotkan, dan tidak mau sering ke kamar kecil (Briawan, 2011).
Ditambah lagi dengan seringnya ditemukan kebiasaan yang salah di masyarakat yaitu hanya
minum ketika haus saja, akan memicu seseorang untuk dehidrasi apalagi di daerah dengan
suhu yang tinggi serta kelembapan yang rendah (Ratnasari, 2012). Suhu dan kelembapan
lingkungan akan mempengaruhi pengeluaran panas tubuh. Ketika suhu lingkungan tinggi
maka tubuh akan mengeluarkan panas dengan penguapan melalui kulit. Penguapan kulit akan
menyebabkan pengeluaran keringat secara terus-menerus agar suhu tubuh tetap normal
(Diyani, 2012). Selain itu, aktivitas fisik yang meningkat dan tidak diimbangi dengan upaya
untuk mengatasi kehilangan cairan tersebut, tentu akan mempermudah keadaan dehidrasi.
Aktivitas fisik terdiri dari aktivitas waktu kerja, waktu senggang, 5 aktivitas sehari-hari yang
menyebabkan pengeluaran tenaga atau energi oleh gerakan otot tubuh. Aktivitas fisik selalu
mengeluarkan cairan dalam bentuk keringat, urin, feses dan pernapasan. Ketika aktivitas fisik
seseorang meningkat maka pengeluaran cairan melalui keringat akan lebih cepat daripada
kemampuan lambung dalam menampung penggantian cairan sehingga tubuh lebih mudah
mengalami dehidrasi (Diyani, 2012). Adanya program untuk menurunkan berat badan
melalui pembatasan asupan makanan pada sebagian orang pun, juga memicu terjadinya
dehidrasi padahal cairan tubuh juga berasal dari makanan yang dimakan selain konsumsi
cairan secara langsung. Asupan cairan melalui makanan dan minuman merupakan sumber
cairan tubuh utama karena tubuh tidak bisa menghasilkan cairan sendiri. Apalagi ditambah
dengan komposisi lemak tubuh yang tinggi akan meningkatkan Indeks Massa Tubuh (IMT),
dimana IMT memiliki hubungan positif dengan asupan cairan (Diyani, 2012). Berdasarkan
penjelasan di atas, penelitian ini penting dilakukan karena permasalahan ini banyak dialami
oleh mahasiswi tersebut, dimana menurut Notoatmodjo (2007) mahasiswi angkatan 2013
masih tergolong remaja akhir yang sesuai juga dengan penelitian dari THIRST bahwa
dehidrasi banyak dialami oleh remaja daripada dewasa. Gejala dehidrasi yang sering
dikeluhkan antara lain bibir kering bahkan pecah-pecah, kulit kering, lemas, tubuh terasa
panas dan berkeringat berlebihan serta jumlah urin relatif sedikit. Dehidrasi banyak dialami
oleh mahasiswi karena komposisi tubuhnya terdiri dari banyak lemak daripada otot sehingga
kandungan air di lemak yang sedikit akan cenderung memudahkan tubuh 6 mengalami
dehidrasi (Buanasita, 2015). Selain itu, dehidrasi yang dialami oleh mahasiswi tersebut akan
mengakibatkan kurangnya konsentrasi dan mempengaruhi prestasi belajar akibat cairan yang
kurang ke otak (Diyani, 2012). Otak mengandung 70% air dimana oksigen berada dalam
komponen air yang apabila oksigen kurang ke otak maka sel otak tidak bisa bekerja secara
optimal, akibatnya mahasiswi tersebut mudah mengantuk dan sakit kepala yang menurunkan
semangat belajar (Hardinsyah, 2012). Penelitian ini sudah pernah dilakukan oleh Khairunissa
Andayani pada tahun 2013 dari program studi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro dengan judul “Hubungan Konsumsi Cairan Dengan Status Hidrasi Pada Pekerja
Pria Industri Pabrik”. Dari hasil penelitian tersebut didapatkan adanya hubungan konsumsi
cairan dengan status hidrasi pada pekerja pria industri pabrik peralatan berat PT. Komatsu
Indonesia. Perbedaannya dengan penelitian ini adalah penelitian Khairunissa Andayani
dilakukan pada pekerja pria pabrik yang sering terpapar suhu tinggi ketika bekerja dan
kurangnya kebiasaan minum pekerja yang mempengaruhi status hidrasinya, sedangkan
penelitian ini dilakukan pada mahasiswi yang masih tergolong ke golongan remaja akhir
sebagai golongan yang paling banyak mengalami dehidrasi serta dari sifat komposisi tubuh
yang berisiko tinggi untuk mengalami dehidrasi.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah peneliti pada penelitian ini adalah
“Apa saja faktor-faktor yang berhubungan dengan status hidrasi

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum


Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya faktor-faktor yang berhubungan dengan
status hidrasi

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Mengetahui Indeks Massa Tubuh (IMT)
2. Mengetahui suhu tubuh
3. Mengetahui aktivitas fisik
4. Mengetahui konsumsi cairan
5. Mengetahui status hidrasi
6. Mengetahui hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT), suhu tubuh, aktivitas fisik dan
konsumsi cairan dengan status hidrasi
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti Menambah ilmu pengetahuan tentang bidang kedokteran, meningkatkan
pengetahuan khususnya dalam bidang Kedokteran Gizi, serta pedoman bagi peneliti sebagai
calon dokter di masa mendatang dalam memberikan edukasi yang tepat untuk pasien tentang
pola dan jumlah konsumsi cairan yang baik.
2. Bagi Peneliti Lain Dapat dijadikan sebagai pembanding dan masukan untuk penelitian
selanjutnya.
3. Bagi Pembaca Memberikan informasi mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan
status hidrasi sehingga bisa sebagai upaya preventif terjadinya dehidrasi dan segala macam
akibatnya
BAB II
PEMBAHASAN

Pengertian Dehidrasi

Dehidrasi adalah kondisi ketika tubuh kehilangan lebih banyak cairan daripada yang
didapatkan, sehingga keseimbangan zat gula dan garam menjadi terganggu, akibatnya tubuh
tidak dapat berfungsi secara normal.

Kandungan air di dalam tubuh manusia yang sehat adalah lebih dari 60% total berat badan.
Kandungan air yang ideal di dalam tubuh berfungsi untuk membantu kerja sistem
pencernaan, mengeluarkan kotoran dan racun dari dalam tubuh, sebagai pelumas dan
bantalan untuk persendian, melembapkan jaringan-jaringan pada telinga, tenggorokan, dan
juga hidung, serta sebagai media transportasi nutrisi untuk sel-sel tubuh dan menjaga kulit
tetap sehat.

Dehidrasi yang parah atau berkepanjangan dan tidak diobati sering kali dapat menyebabkan
kondisi yang disebut hipovolemia.

Dehidrasi terkadang dianggap sebagai permasalahan kondisi tubuh yang tidak perlu ditangani
secara serius, dan kebanyakan anak-anak dan remaja menganggapnya sebagai haus biasa.
Namun, jika gejala awal dehidrasi tidak ditangani dengan baik, dapat mengganggu fungsi
tubuh. Beberapa tanda-tanda awal dari gejala dehidrasi adalah:

 Merasa haus dan pusing.


 Mulut dan kulit kering.
 Kelelahan.
 Jarang buang air kecil.
 Urine berwarna lebih gelap, serta berbau lebih kuat.

Jika dehidrasi terjadi pada bayi, gejala awal yang bisa diperhatikan adalah ubun-ubun bayi
akan cekung, tidak mengeluarkan air mata ketika menangis, popok tetap kering setelah
beberapa jam, kurang aktif, rewel, dan mudah mengantuk.

Salah satu kondisi yang berisiko menimbulkan dehidrasi adalah diare atau buang besar cair,
terutama bila ini terjadi pada bayi dan anak-anak. Dehidrasi juga bisa dikaitkan dengan
cuaca, aktivitas fisik atau olahraga, dan pola makan. Selain diare, dehidrasi juga berisiko
muncul pada kondisi muntah-muntah, serta berkeringat berlebihan, misalnya pada saat
demam atau berolahraga saat cuaca panas.

Jika merasa mengalami dehidrasi, minumlah banyak cairan. Anda bisa minum air putih, air
mineral, atau jus buah yang diencerkan. Tetapi jika mengalami dehidrasi karena diare, jus
buah dan susu sebaiknya dihindari. Usahakan untuk menghindari minuman yang
mengandung kafein dan minuman bersoda. Jika tidak tertangani, dehidrasi bisa
menyebabkan kejang, kerusakan otak, dan bahkan kematian.

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dehidrasi

a. Status Gizi

Kandungan air dalam sel lemak lebih rendah dari pada kandungan air di dalam didalam sel
otot, sehingga pada orang gemuk perbandingan antara air dan lemak sebesar 50% : 50%
sedangkan pada orang kurus perbandingan tersebut adalah 67% : 7% (Sulistomo, 2014).
Penelitian yang dilakukan di SMP Al Azhar 14 Semarang menunjukan kejadian dehidrasi
pada remaja obesitas yaitu sebesar 83,9% (Prayitno dkk, 2012). Penialian status gizi dapat
dilakukan dengan menghitung IMT (Indeks Massa Tubuh). Indeks Massa Tubuh menurut
Umur (IMT/U) Anak Umur 5-18 Tahun Kategori Status Gizi Ambang Batas (Z-Score)
Sangat Kurus <-3 SD Kurus -3 SD sampai dengan <-2 SD Normal -2 SD sampai dengan 1SD
Gemuk >1 SD sampai dengan 2 SD Obesitas >2 SD (Kemenkes RI,2011)

b. Jenis Kelamin

Perempuan lebih rentan mengalami dehidrasi dibandingkan dengan laki-laki karena cairan
tubuh perempuan lebih sedikit dibandingkan laki-laki (Sulistomo,2014). Usia lebih dari 12
tahun akan mempengaruhi total air tubuh antara laki-laki dan perempuan, dimana laki-laki
lebih banyak kandungan air tubuhnya dibandingkan dengan perempuan karena laki-laki
mempunyai massa tubuh yang lebih tinggi dibandingkan perempuan (Briawan dkk, 2011).
c. Suhu

Para atlet biasanya sudah dapat sudah mengalami aklimatisasi dan tubuhnya dapat mengatasi
masalah defisit cairan ini, kecuali pada suhu udara sangat panas. Umumnya seorang atlet
tidak akan mengalami gangguan performa atau kesehatan bila berolahraga pada suhu dingin
(0-5◦C) atau suhu 21-22˚C. Akan tetapi bia berolahraga pada suhu udara >30◦C dan cairan
tubuh berkurang >2% dapat mengganggu power absolute dan dapat menyebabkan heat injury
(Sulistomo, 2014).

d. Aktivitas Fisik

Remaja lebih sering mengalami dehidrasi karena banyaknya aktivitas fisik remaja yang dapat
menguras tenaga dan cairan tubuh sehingga menyebabkan kurangnya konsumsi cairan
(Briawan dkk,2011). Menurut hasil penelitian The Indonesian Regional Hydration
Studymengenaiasupan air dilakukan di Indonesia mengungkapkan
http://repository.unimus.ac.id 6 bahwa kejadian dehidrasi ringan pada remaja sebesar 49,5%
ternyata lebih tinggi dibandingkan orang dewasa sebesar 42,5%. Hal ini menunjukkan bahwa
masih kurangnya konsumsi air pada remaja di Indonesia (Hardinsyah dkk,2010).Sebuah
penelitian di Brazil menunjukan bahwa 22% atlet remaja ternyata masih mengkonsumsi air
dibawah jumlah yang cukup (Sousa,2007).

e. Konsumsi Air

Konsumsi air dari sumber makanan dan minuman sangat dibutuhkan oleh tubuh untuk proses
sirkulasi dalam tubuh untuk transport sel dan pengatur suhu tubuh, apabila air yang keluar
tidak digantikan dengan jumlah cairan yang cukup maka akan mengakibatkan sel-sel
kehilangan air, kehilangan air inilah yang akan menyebabkan dehidrasi (Brenna dkk,2012).

f. Pengetahuan

Pengetahuan tentang air dan konsumsi air yang baik akan mempengaruhi konsumsi secara
kulaitas maupun kuantitas. Pengetahuan yang semakin baik akan mendorong seseorang untuk
mengkonsumsi air sesuai kebutuhan sehingga resiko terkena dehidrasi lebih kecil
( Hardiansyah dkk,2010). Penelitian yang dilakukan pada remaja SMAN 63 Jakarta tentang
dehidrasi menunjukan hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan tentang
dehidrasi dan konsumsi air, siswa yang pengetahuan air dan dehidrasi rendah memiliki
peluang 15 kali lebih besar untuk mengalami dehidrasi dibandingkan siswa yang pengetahuan
air dan dehidrasi tinggi (Pertiwi, 2015).

g. Usia

Dalam hal ini usia berpengaruh dalam asupan air individu dan kebutuhan air individu. Anak
di masa pertumbuhan memiliki proporsi cairan tubuh yang lebih besar dibandingkan dengan
orang dewasa, oleh karena itu jumlah cairan yang dutuhkan dan jumlah cairan 7 hiang juga
lebih besar dibandingkan degan orang dewasa ( Brenna dkk, 2012).

3. Tingkatan Dehidrasi Derajat keparahan

menurut AFIC (1999) dalam Kit dan Teng (2008), yaitu :


a. Dehidrasi Ringan Ditandai dengan rasa haus, sakit kepala, kelelahan wajah memerah,
mulut dan kerongkongan kering. Dehidrasi ringan ini merupakan dehidrasi yang terjadi yang
terjadi dalam waktu singkat dan tidak berdampak parah, tetapi jika dibiarkan terus-menerus
akan nemimbulkan dampak yang berbahaya.
b. Dehidrasi Sedang Dehidrasi sedang biasa ditandai dengan detak jantung yang cepat,
pusing, tekanan darah rendah, lemah, volume urin rendah namun kosentrasinya tinggi.
c. Dehidrasi berat Ditandai dengan kejang, sirkulasi darah tidak lancar, tubuh semakin
melemah dan kegagalan fungsi ginjal.

4. Pengukuran Status Hidrasi

Air akan hilang dari tubuh melalui urine, feses, keringat dan udara pernapasan. Dengan
batuan mekanisme pengaturan dalam ginjal, sebagai hasil ekskresi urine dalam jumlah yang
bervariasi. Ada beberapa metode untuk pengukuran dehidrasi antara lain metode pengukuran
berat jenis urin, volume urine, warna urine dan rasa haus. Pemeriksaan urinalisis meupakan
pemeriksaan non invasif yang relatif mudah dilakukan ditempat fasilitas kesehatan yang
sederhana,pemerikasaan berat jenis urin (BJ) urin lebih menggambarkan secara objektif
status hidrasi seseorang. Dalam keadaan normal BJ berkisar 1,010-1,030 tetapi bila BJ lebih
besar dari 1,020 pelu dicurigai terjadinya kekurangan cairan tubuh (Sulistomo,2014).
Sedangkan penggunaan metode warna urin lebih akurat dengan sensitifitas hingga 80%
sebagai indikasi adanya dehidrasi. Hal tersebut karena ginjal menyaring urin dengan
konsentrasi tinggi sehingga warna urin semakin gelap, semakin gelap warna urin maka tubuh
semakin dalam kondisi yang asam sehingga beresiko mengalami dehidrasi. Jika seseorang
terhidrasi baik maka warna urin akan berwarna jernih dan transparan (Felz dkk, 2006).

B. Air Air memegang peranan penting dalam tubuh. 65-70% berat total tubuh manusia terdiri
atas air dan merupakan media berlangsungnyahampir setiap proses tubuh. Air merupakan
dasar bagi cairan intasesular dan ekstraselular serta menjadi konstituen semua sekresi dan
eksresi pada tubuh (Rizema,2013).

1. Sumber air Berikut adalah sumber-sumber air bagi tubuh kita :


a. Bagian terbesar air yang diperlukan oleh tubuh kita bagian terbesar oleh tubuh kita
diperoleh dari air putih, air teh, susu serta minuman lainnya. Selain itu, air bisa didapat dari
makanan yang cair sepeti sup.
b. Air merupakan konstituen sebagian besar makanan seklipun makanan tersebut berbentuk
padat. Kurang lebih roti mengandung 36% air, nasi 57%, ikan 65%, daging 50-70%, dan
sayuran serta buah-buahan 80-90%.

2. Keseimbangan Air Air akan hilang dari tubuh melalui urine, feses, keringat dan udara
pernapasan. Biasanya, perasaan haus adalah pertanda tubuh memerlukan masukan air yang
memadai. Dengan batuan mekanisme pengaturan dalam ginjal, sebagai hasil ekskresi urine
dalam jumlah yang bervariasi, keseimbangan antara masukandanpengeluaran air dapat
dipertahankan.

3. Kebutuhan Air Orang dewasa dengan tubuh berukuran rata-rata yang tinggal di daerah
beriklim sedang memerlukan kurang lebih 2500ml air setiap harinya. Biasanya, jumlah
sebenarnya yang diperlukan oleh tubuh tergantung pada cuaca dan kebiasaan. Berikut adalah
kadar asupan air yang diterima oleh tubuh melalui :
a. Minuman memberikan 1000-2500 ml air
b. Makan memberikan 1000-1500 ml air
c. Metabolisme memberikan 200-400 ml air Kebutuhan seseorang akan air bervariasi, yaitu
menurut jumlah air yang hilang lewat keringat. Orang yang bekerja keras atau latihan keras
dan yang bekerja dilingkungan panas membutuhkan air dalam jumlah yang banyak. Adapun
tabel kebutuhan air untuk remaja adalah sebagai berikut : Tabel 2. Kebutuhan Air Bagi
Remaja Jenis kelamin Umur AKG air (ml) Perempuan 10-12 tahun 1800 13-15 tahun 2000
16-18 tahun 2100 19-29 tahun 2300 Laki-laki 10-12 tahun 1800 13-15 tahun 2000 16-18
tahun 2200 19-29 tahun 2500 Sumber : Angka Kecukupan Gizi 2013 Sedangkan menurut
Athletic Trainers Association dan American Dietetic Assosiation merekomendasikan cairan
pada atlet periode latihan adalah 2,4-3,4 liter/hari, pemberian cairan yang dianjurkan adalah
cairan yang mengandung karbohidat dan elektrolit antara lain jus buah dan sayuran, susu atau
sport drink.

4. Pengeluaran Air Air dapat keluar dari tubuh melalui kulit sebagai sensiibel water loss dan
insensibel perspiration (keringat 500-600 ml), melalui paru-paru 10 yaitu penguapan air
dalam udara napas (400 ml), ginjal sebagai urin, dan usus sebagai feses. Pada cuaca sangat
panas dan pada olah raga berat dan lama, pengeluaran aiur melalui keringat dapat mencapai
3.000 ml/jam, yang dapat berpengaruh terhadap jumlah cairan tubuh dengan cepat. Pada
penyakit ginjal di mana terjadi gangguan pemekatan urin, pengeluaran air melalui ginjal
dapat mengalami peningkatan. Insensibe water loss akan mengalami peningkatan pasca
operasi dan dalam keadaan demam. Pada suhu yang sangat panas juga dapat terjadi
kehilangan air yang berlebihan, demikian pula pada keadaan diare dan muntah
(Sulistomo,2014
BAB III PENUTUP

III.I KESIMPULAN
III. SARAN
A. Bagi Tenaga Kesehatan
Diharapkan dengan penelitian ini tenaga kesehatan dapat melakukan tindakan pencegahan
dengan menganjurkan untuk memperbanyak minum agar tidak terjadi nya dehidrasi
B . bagi masyarakat
Diharapkan masyarakat dapat ikut turut melakukan tindakan pencegahan dengan aktif
mengikuti penyuluhan-penyuluhan agar dapat menambah wawasan dan pergetahuan
mengenai penting nya untuk meminum air mineral agar tidak terjadi dehidrasi

Anda mungkin juga menyukai