Anda di halaman 1dari 11

JURNAL RISET KESEHATAN

POLTEKKES DEPKES BANDUNG


VOL 10 NO 1 TAHUN 2018

Hubungan Konsumsi Cairan, Kegemukan dan Status Hidrasi


pada Remaja di SMP Negeri 1 Banjaran Bandung

Irma Febriyanti1 dan Widartika1


1
Jurusan Gizi Poltekkes Bandung
E-Mail : irmafebry79@gmail.com

ABSTRAK : Status hidrasi merupakan keadaan yang menggambarkan jumlah cairan


dalam tubuh yang diketahui dari pengujian warna urin dan merupakan tanda awal dari
dehidrasi. Prevalensi dehidrasi pada remaja di Indonesia adalah 49,5%. Kurangnya
konsumsi cairan dan kegemukan dapat menyebabkan dehidrasi. Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk mengetahui hubungan antara konsumsi cairan, kegemukan dan status
hidrasi. Desain penelitian yakni Cross Sectional dengan jumlah sampel 83 orang. Teknik
pengambilan sampel dari semua kelas dilakukan dengan cara proporsional random
sampling dan dari setiap kelas dengan cara simple random sampling. Data yang
dikumpulkan meliputi karakteristik sampel, konsumsi cairan, kegemukan, dan status
hidrasi. Hasil penelitian dianalisis menggunakan uji chi square. Hasil penelitian
menunjukkan rata-rata konsumsi cairan sampel 1751.08 mL/hari, rata-rata IMT/U
0.7470 SD. 62.7% sampel mengkonsumsi cairan kurang, 40.9% sampel mengalami
kegemukan, dan 53.0% sampel kurang terhidrasi. Hasil uji statistik menunjukkan adanya
hubungan yang bermakna antara konsumsi cairan dengan status hidrasi ( p = 0.000 dan
RP = 12.519 ) dan tidak ada hubungan yang bermakna antara kegemukan dengan status
hidrasi ( p = 0.509 dan RP = 1.201 ). Perlu diadakan penyuluhan gizi untuk meningkatkan
pengetahuan khususnya pentingnya konsumsi cairan, rata-rata jumlah cairan yang
harus dikonsumsi sesuai kebutuhan tubuh, aktivitas fisik dan faktor resiko lainnya.

Kata kunci : Konsumsi Cairan, Kegemukan, Status Hidrasi

ABSTRACT : Hydration status is a condition that describe the amount of fluid in the body
that are known from testing the color of urine and is an early sign of dehydration.
Prevalence of dehydration in teenager in Indonesia is 49.5%. Lack of fluid consumption
and obesity can evoke dehydration. The purpose of this research is to know the relation
between the consumption of fluids, hydration status and obesity. The design of this
research is Cross Sectional with a total sample of 83 people. The technique sampling
from all classes are conducted with by using proportional random sampling and from
every class by using simple random sampling. The data collected include the
characteristics of the sample, the liquid consumption, obesity, and hydration status.
Research results are analyzed using chi square test. The research results shows an
average consumption of the liquid sample 1751.08 mL/day, average IMT/U 0.7470 SD.
62.7% of the sample are less liquid consumption, 40.9% of the sample suffered obesity,
and 53.0% of the sample are less hydrated. The results of statistical tests indicates the
existence of a meaningful relation between the liquid consumption and hydration status
(p = 0000 and USD = 12,519) and there is no meaningful relation between obesity and
status hydration (p = 0,509 and RP = 1,201). Nutrition counseling are needed to improve
the knowledge, especially the important of liquid consumption, the average amount of
liquid that should be consumed based on the needs of the body, physical activity, and
the other risk factors.

Keywords : liquid consumption, obesity, and hydration status

9
JURNAL RISET KESEHATAN
POLTEKKES DEPKES BANDUNG
VOL 10 NO 1 TAHUN 2018

PENDAHULUAN dibanding dewasa (42,5 %). Hasil


tersebut didukung pula oleh penelitian
Status hidrasi merupakan suatu Gustam (2012) yang menyebutkan
kondisi atau keadaan yang bahwa prevalensi kasus dehidrasi pada
menggambarkan jumlah cairan dalam remaja lebih tinggi daripada dewasa.
tubuh seseorang yang diketahui dari Dehidrasi pada remaja sebesar 48,1%
pengujian warna urin pada Kartu dan pada dewasa sebesar 44,5%.5
Periksa Urin Sendiri (PURI).1 Jumlah Status hidrasi dapat dipengaruhi
cairan dalam tubuh harus diperhatikan. oleh konsumsi cairan. Konsumsi cairan
Karena cairan tubuh merupakan bagian merupakan jumlah rata-rata konsumsi
utama tubuh, yaitu 55-60% dari berat air yang berasal dari minuman dan
badan orang dewasa atau 70% dari makanan yang mengandung cairan.
bagian tubuh tanpa lemak. Tubuh tidak dapat memenuhi seluruh
Ketidakseimbangan antara jumlah kebutuhan akan air, sehingga air dalam
cairan yang masuk dan keluar tubuh tubuh perlu dipenuhi melalui asupan air
akan menyebabkan dehidrasi yang cukup yang diperoleh dari
(kehilangan air secara berlebihan).2 konsumsi air minum, air yang
Air dalam tubuh diperoleh dari tiga terkandung dalam makanan, dan air
sumber, yaitu dari minuman, makanan, hasil metabolisme tubuh. 6
dan hasil metabolisme (metabolic Berdasarkan penelitian Pertiwi
water). Dalam kondisi tertentu sumber (2015) di SMAN 63 Jakarta,
air juga berasal dari cairan infuse.3 menyatakan ada hubungan signifikan
Kebutuhan cairan tubuh pada setiap antara konsumsi cairan dengan status
individu tidak sama. Jumlah cairan hidrasi jangka pendek. Siswa yang
tubuh total dapat dipengaruhi oleh pola berstatus dehidrasi ialah siswa yang
konsumsi cairan, umur, jenis kelamin, konsumsi cairannya kurang yaitu
aktifitas fisik, dan masa lemak tubuh.4 sebanyak 62.5%, sementara siswa yang
Di Indonesia, kesadaran akan tidak dehidrasi ialah siswa yang
pentingnya air minum bagi tubuh masih konsumsi cairannya cukup yaitu
sangat rendah, khususnya di kalangan sebanyak 37.5%.7
remaja. Dari hasil survei yang dilakukan Status hidrasi lebih mudah terjadi
oleh Hardinsyah (2009) terhadap pada orang yang mengalami
responden di Jakarta Utara dan kegemukan. Hal ini dikarenakan luas
Bandung Barat mendapatkan hasil permukaan tubuh orang gemuk lebih
bahwa sekitar 42.4 - 49.7% remaja luas dibandingkan orang normal. Selain
Indonesia memiliki pengetahuan yang itu, kandungan air di dalam sel lemak
rendah tentang pentingnya air bagi orang gemuk lebih rendah daripada
tubuh, fungsi air bagi tubuh, makanan kandungan air di dalam sel otot. 55-60%
sebagai sumber air dan gejala dari berat badan manusia adalah berat
dehidrasi.1 air. Tetapi, pada orang yang gemuk total
Berdasarkan hasil penelitian air dalam tubuhnya sekitar 50%.
Hardinsyah (2009) menyebutkan bahwa Sehingga orang gemuk lebih mudah
di Indonesia, dehidrasi lebih banyak kekurangan cairan, karena terjadinya
terjadi pada kelompok usia remaja. penumpukan lemak yang dapat
(41.67 %) dibandingkan dewasa (24.00 meningkatkan berat badan tanpa
%). Penelitian selanjutnya pada tahun menambah kandungan air dalam
2010, The Indonesian Regional tubuhnya.6
Hydration Study (THIRST)1 Berdasarkan penelitian Buanasita
menyebutkan bahwa, sebanyak 46,1 % (2015), menyatakan bahwa dari 62
penduduk Indonesia mengalami mahasiswa 27 diantaranya mengalami
dehidrasi ringan yang jumlahnya lebih dehidrasi, terdiri dari 21 responden
tinggi terjadi pada remaja (49,5 %) (77,8%) dari kelompok obesitas dan 6

10
JURNAL RISET KESEHATAN
POLTEKKES DEPKES BANDUNG
VOL 10 NO 1 TAHUN 2018

responden (22,2%) dari kelompok non perhitungan besar sampel


obesitas.8 Penelitian tersebut didukung menggunakan rumus jumlah populasi (n
pula oleh penelitian Prayitno (2012) di 𝑁
= 𝑁 (𝑑2 )+1 ).11 Jumlah sampel minimal
SMP Al-Azhar 14 Semarang, kejadian
dehidrasi lebih banyak dialami pada yang diperoleh dari perhitungan tersebut
remaja obesitas. Yaitu sebesar 83.9% sebanyak 83 sampel, dan untuk
dan pada remaja non obesitas sebesar menghindari drop out, peneliti
51.6%.1 menambah jumlah sampel sebanyak 7
Berbagai penelitian menunjukkan orang, sehingga sampel yang diambil
bahwa kurang air berdampak buruk bagi pada saat penelitian sebanyak 90 orang
kesehatan atau meningkatkan resiko dari 10 kelas. Sampel dari semua kelas
kejadian berbagai penyakit, seperti diambil dengan cara proporsional
sembelit, batu ginjal, infeksi saluran random sampling dan penentuan
kemih, stroke, dan lain-lain. Selain itu sampel dari setiap kelas dilakukan
juga berdampak buruk pada stamina dengan cara simple random sampling,
dan kemampuan berpikir.9 sehingga setiap kelas diambil 9 orang
Berdasarkan latar belakang di atas, sampel dan semua orang memiliki
dapat disimpulkan bahwa remaja yang peluang yang sama untuk menjadi
konsumsi cairannya kurang dan remaja sampel. Sampel diambil dengan kriteria
yang mengalami kegemukan lebih inklusi sebagai berikut : siswa-siswi
beresiko mengalami dehidrasi. Oleh kelas VIII, sehat, dan bersedia menjadi
karena itu, peneliti ingin membuktikan sampel. Serta Kriteria eksklusi sebagai
bahwa ada hubungan yang bermakna berikut : sedang menstruasi pada saat
antara konsumsi cairan, kegemukan pengumpulan data dan sedang
dan status hidrasi pada remaja di SMP mengkonsumsi suplemen/vitamin.
Negeri 1 Banjaran Bandung. Pengumpulan data dilakukan oleh
Penelitian ini akan dilakukan di SMP lima orang yang terdiri dari satu orang
Negeri 1 Banjaran yang merupakan peneliti utama dan empat orang
salah satu sekolah negeri di Kabupaten enumerator yang sebelumnya telah
Bandung. Berdasarkan survei awal dijelaskan tata cara pengumpulan data
belum ada data mengenai status hidrasi untuk setiap variabel.
dan kegemukan. Tujuan penelitian ini Data yang dikumpulkan dari sampel
adalah untuk mengetahui hubungan adalah :
antara konsumsi cairan, kegemukan a. Data karakteristik sampel (umur,
dan status hidrasi pada remaja jenis kelamin) yang diperoleh
melalui wawancara menggunakan
METODE kuesioner.
b. Data konsumsi cairan. Konsumsi
Penelitian ini dilaksanakan cairan merupakan jumlah rata-rata
menggunakan desain cross-sectional,10 cairan yang masuk dalam tubuh
dimana data yang menyangkut yang berasal dari minuman,
konsumsi cairan dan kegemukan makanan yang mengandung
sebagai variable independen serta data cairan dan buah-buahan. Total
status hidrasi sebagai variable konsumsi cairan diperoleh melalui
dependen dikumpulkan dan diamati pengisian form food record selama
dalam waktu yang bersamaan. 7 hari oleh responden. Responden
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan mencatat semua minuman, kuah
Januari - februari 2017 di SMP Negeri 1 dari makanan dan buah yang
Banjaran Bandung. Populasi pada dikonsumsi setiap hari selama 7
penelitian ini adalah seluruh siswa siswi hari dalam Ukuran Rumah Tangga
kelas VIII sebanyak 478 orang. (URT), mL, atau gram dengan alat
Pengambilan sampel diawali dengan bantu foto jenis-jenis gelas, ladle,
dan buah-buahan disertai

11
JURNAL RISET KESEHATAN
POLTEKKES DEPKES BANDUNG
VOL 10 NO 1 TAHUN 2018

ukurannya yang dapat membantu skala warna urin pada No 1-3), Kurang
memudahkan responden terhidrasi (jika skala warna urin pada
mengukur cairan yang No 4-6) dan kekurangan cairan (jika
dikonsumsinya. skala warna urin pada No 7-8).9
c. Data kegemukan diperoleh dari
penimbangan berat badan Analisis data terdiri dari analisis
menggunakan timbangan injak univariat dan analisis bivariat. Data
digital dan pengukuran tinggi yang dianalisis secara univariat
badan menggunakan microtoice. adalah Data karakteristik sampel
d. Data status hidrasi diperoleh dari (umur, jenis kelamin), pola konsumsi
hasil pemeriksaan warna urin cairan (frekuensi dan jumlah),
sampel. Urin sampel diambil di hari kegemukan dan status hidrasi. Data
ke 8 dan merupakan urin pagi tersebut akan disajikan dalam bentuk
tetapi bukan urin pertama serta table distribusi frekuensi lalu dianalisis
diambil 1 jam setelah minum secara deskriptif. Sedangkan untuk
dengan menggunakan gelas mengetahui hubungan antara
bening plastik sekali pakai. konsumsi cairan dan status hidrasi
Kemudian warna urin dan hubungan antara kegemukan dan
dibandingkan dengan warna pada status hidrasi, data dianalisis secara
kartu PURI dibawah sinar lampu bivariat menggunakan uji Chi-Square
neon putih atau sinar matahari. dan perhitungan RP (Rasio
Prevalensi).
Data Konsumsi Cairan dihitung
dari hasil food record yang telah HASIL
dikonversikan kedalam ml kemudian
dibandingkan dengan kebutuhan Umur
cairan masing-masing responden
untuk melihat tingkat kecukupan Dari 83 sampel terdapat 1 orang
cairan sehari, dan diolah (1.2%) berumur 12 tahun, 55 orang
menggunakan program SPSS 15. (66.3%) bermur 13 tahun dan 27 orang
Konsumsi cairan dikategorikan (32.5%) berumur 14 tahun. Dari data
menjadi dua, yaitu : Cukup (jika > tersebut, kelompok umur remaja kelas
90%) dan Kurang (jika < 90%).5 VIII di SMP Negeri 1 Banjaran yang
paling banyak menjadi sampel adalah
Data kegemukan ditentukan dari umur 13 tahun yaitu 55 orang (66.3%).
Indeks Masa Tubuh menurut umur
(IMT/U) yang diolah menggunakan Jenis Kelamin
program WHO Antro plus dengan
memasukkan data BB, TB, dan Dari 83 sampel terdapat 34 orang
tanggal lahir. Kemudian (41%) berjenis kelamin laki-laki dan 49
menggunakan program SPSS 15. orang (59%) berjenis kelamin
Kegemukan dikategorikan menjai dua, perempuan. Dari data tersebut,
yaitu : Gemuk (jika nilai z-scores ≥ 1 kelompok jenis kelamin remaja kelas
SD s/d 2 SD) dan Normal (jika nilai z- VIII di SMP Negeri 1 Banjaran yang
scores -2 SD s/d 1 SD).12 paling banyak menjadi sampel adalah
perempuan yaitu 49 orang (59%).
Data status Hidrasi diperoleh dari
hasil pembandingan warna urin Konsumsi Cairan
sampel dengan warna urin pada Kartu
Pemeriksaan Urin Sendiri (PURI), dan Data asupan cairan dikumpulkan
diolah menggunakan program SPSS dengan cara pengisian form food record
15. Status hidrasi dikategorikan oleh sampel selama 7 hari. Dari hasil
menjadi tiga, yaitu : Hidrasi baik (jika pengolahan data didapatkan rata-rata

12
JURNAL RISET KESEHATAN
POLTEKKES DEPKES BANDUNG
VOL 10 NO 1 TAHUN 2018

asupan cairan yang kemudian Kegemukan


dikelompokkan menjadi 2 kelompok
yaitu kurang dan cukup. Data kegemukan siswa-siswi SMP
Dari 83 sampel terdapat 52 orang Negeri 1 Banjaran didapatkan dengan
(62.7%) sampel yang mengkonsumsi merujuk pada nilai z-score, yaitu normal
cairan kurang dan 31 orang (37.3%) (nilai z-scores -2 SD s/d 1 SD) dan
sampel yang mengkonsumsi cairan gemuk (nilai z-scores ≥ 1 SD s/d 2 SD).9
dengan cukup. Dari 52 orang (62.7%) Dari 83 sampel terdapat 9 orang
sampel yang mengkonsumsi cairan (10.8%) sampel obesitas, 25 orang
kurang, 23 orang (44%) diantaranya (30.1%) sampel gemuk, 44 orang (53%)
berjenis kelamin laki-laki dan 29 orang sampel normal, dan 5 orang (6.0%)
(56%) berjenis kelamin perempuan, sampel kurus. Hasil tersebut kemudian
sehingga sampel yang mengkonsumsi dikelompokkan menjadi dua yaitu
cairan kurang lebih banyak terjadi pada gemuk dan normal. Sampel yang gemuk
perempuan. yaitu sampel yang mengalami obesitas
Rata-rata kebutuhan cairan pada dan gemuk sebanyak 34 orang (40.9%)
sampel gemuk yaitu sebesar 2406.8 mL dan sampel yang normal yaitu sampel
serta rata-rata konsumsi cairan dari dengan status gizi normal dan kurus
minuman dan makanan berkuah pada sebanyak 49 orang (59.0%). Dari 34
sampel gemuk yaitu sebesar 1828.35 orang (40.9%) sampel yang mengalami
mL artinya rata-rata tingkat konsumsi kegemukan, 20 orang (59%)
cairan pada sampel gemuk sebesar diantaranya berjenis kelamin
75.9% dari rata-rata kebutuhan cairan, perempuan dan 14 orang (41%) berjenis
dengan konsumsi cairan tertinggi kelamin laki-laki. Dari hasil tersebut
sebesar 2400 mL (99.7%) dari rata-rata dapat diketahui bahwa sampel yang
kebutuhan cairan dan konsumsi cairan mengalami kegemukan lebih tinggi
terendah sebesar 1290 mL (53.6%) dari pada perempuan dibandingkan pada
rata-rata kebutuhan cairan. Sedangkan laki-laki. Status gizi didapatkan dari hasil
rata-rata kebutuhan cairan pada sampel pengolahan berat badan dan tinggi
normal yaitu sebesar 2017.4 mL serta badan menggunakan WHO Antro Plus.
rata-rata konsumsi cairan dari minuman Indikator status gizi yang digunakan
dan makanan berkuah pada sampel yaitu Indeks Massa Tubuh menurut
normal yaitu sebesar 1697 mL artinya umur (IMT/U). Rata-rata IMT/U adalah
rata-rata tingkat konsumsi cairan pada 0.7470 SD (normal) dengan IMT/U
sampel normal sebesar 84.1% dari rata- tertinggi adalah 3.00 SD (obesitas) dan
rata kebutuhan cairan dengan konsumsi terendah adalah -1.70 SD (normal)
cairan tertinggi sebesar 2430 mL
(120.4%) dari rata-rata kebutuhan
cairan dan konsumsi cairan terendah Status Hidrasi
sebesar 1050 mL (52.0%) dari rata-rata
kebutuhan cairan. Data status hidrasi didapat dari hasil
Dari hasil tersebut dapat diketahui perbandingan warna urin responden
bahwa rata-rata kebutuhan cairan pada dengan warna yang tersedia pada Kartu
orang dengan status gizi gemuk lebih Pemeriksaan Urin Sendiri (PURI). Urin
tinggi dibandingkan kebutuhan cairan yang diambil ialah urin pagi di hari ke 8
pada orang dengan status gizi normal tetapi bukan urin pertama. Data status
dan rata-rata tingkat konsumsi cairan hidrasi sampel didapatkan dengan
pada orang dengan status gizi gemuk merujuk pada nilai status hidrasi, yaitu
lebih rendah dibandingkan dengan hidrasi baik (skala warna urin 1-3),
tingkat konsumsi cairan pada orang kurang terhidrasi (skala warna urin 4-6)
dengan status gizi normal. dan kekurangan cairan (skala warna
urin 7-8).9

13
JURNAL RISET KESEHATAN
POLTEKKES DEPKES BANDUNG
VOL 10 NO 1 TAHUN 2018

Dari 83 sampel terdapat 44 orang cairan cukup, sebanyak 2 orang (6.5%)


(53.0%) sampel kurang terhidrasi, 39 berstatus hidrasi kurang dan 29 orang
orang (47.0%) sampel mengalami (93.5%) berstatus hidrasi baik. Hasil
hidrasi baik dan 0% sampel mengalami tersebut menunjukkan bahwa
kekurangan cairan. Dari 44 orang kurangnya konsumsi cairan dapat
(53.0%) sampel yang kurang terhidrasi, menyebabkan status hidrasi kurang
24 orang (55%) diantaranya berjenis karena dari hasil distribusi frekuensi
kelamin perempuan dan 20 orang (45%) sampel berdasarkan konsumsi cairan
sampel berjenis kelamin laki-laki. dan status hidrasi diketahui bahwa
Sehingga sampel yang kurang terhidrasi konsumsi cairan yang kurang lebih
lebih banyak terjadi pada perempuan banyak terjadi pada sampel berjenis
dibandingkan pada laki-laki. kelamin perempuan dan status hidrasi
kurang lebih banyak terjadi pada
Analisis Tabel Bivariat Hubungan Antara perempuan. Hasil tersebut didukung
Konsumsi Cairan dengan Status Hidrasi oleh hasil uji statistik menggunakan Chi-
Square yang menunjukkan adanya
Untuk mengetahui hubungan antara hubungan yang bermakna antara
konsumsi cairan dengan status hidrasi konsumsi cairan dengan status hidrasi
dilakukan uji Chi-Square. (p=0.000) dan secara statistik
didapatkan nilai RP 12.519 (RP>1). Hal
ini menunjukkan bahwa sampel yang
Tabel 1 menunjukkan bahwa dari 83 mengkonsumsi cairan kurang lebih
sampel tersebut 52 orang diantaranya beresiko memiliki status hidrasi kurang
kurang mengkonsumsi cairan, 12.519 kali lebih besar dibandingkan
sebanyak 42 orang (80.8%) berstatus dengan sampel yang konsumsi
hidrasi kurang dan 10 orang (19.2%) cairannya cukup.
berstatus hidrasi baik. Sedangkan pada
31 orang sampel yang mengkonsumsi

Tabel 1
Distribusi Status Hidrasi Berdasarkan Konsumsi Cairan

Status Hidrasi
Kegemukan Kurang Terhidrasi Hidrasi Baik Jumlah
n % N % n %
Gemuk 20 58.8 14 41.2 34 100
Normal 24 49.0 25 51.0 49 100
Jumlah 44 53.0 39 47.0 83 100
terhidrasi dan 14 orang (41.2%)
Analisis Tabel Bivariat Hubungan Antara berstatus hidrasi baik. Sedangkan pada
Kegemukan dengan Status Hidrasi 49 orang sampel yang berstatus gizi
normal, sebanyak 24 orang (49.0%)
Untuk mengetahui hubungan antara kurang terhidrasi dan 25 orang (51.0%)
kegemukan dengan status hidrasi berstatus hidrasi baik. Hasil tersebut
dilakukan uji Chi-Square. lebih tinggi jika dibandingkan dengan
hasil penelitian Gustam (2012) yang
Tabel 2 menunjukkan bahwa dari 83 menyatakan bahwa pada remaja
sampel tersebut, 34 orang diantaranya persentase subyek dehidrasi dengan
berstatus gizi gemuk, sebanyak 20 status gizi gemuk yaitu sebesar 53,4%
orang (58.8%) kurang dan persentase subyek dehidrasi

14
JURNAL RISET KESEHATAN
POLTEKKES DEPKES BANDUNG
VOL 10 NO 1 TAHUN 2018

dengan status gizi tidak gemuk sebesar ini menunjukkan bahwa sampel yang
46,6%. mengalami kegemukan lebih beresiko
Hasil uji statistik menggunakan Chi- kurang terhidrasi 1.201 kali lebih besar
Square menunjukkan tidak adanya dibandingkan dengan sampel yang
hubungan antara kegemukan dengan tidak mengalami kegemukan atau
status hidrasi (p=0.509). Namun berstatus gizi normal.
didapatkan nilai RP 1.201 (RP>1). Hal

Tabel 2
Distribusi Status Hidrasi Berdasarkan Kegemukan
Status Hidrasi
Kegemukan Kurang Terhidrasi Hidrasi Baik Jumlah
n % n % n %
Gemuk 20 58.8 14 41.2 34 100
Normal 24 49.0 25 51.0 49 100
Jumlah 44 53.0 39 47.0 83 100

PEMBAHASAN menyebutkan bahwa prevalensi kasus


dehidrasi pada remaja lebih tinggi
Batasan usia remaja yang umum daripada dewasa. Dehidrasi pada
digunakan oleh para ahli adalah antar remaja sebesar 48,1% dan pada
10-20 tahun yang dibedakan menjadi dewasa sebesar 44,5%. 5
tiga, yaitu remaja awal (10-14 tahun), Selain umur, status hidrasi juga
remaja menengah (15-17 tahun), dan dipengaruhi oleh jenis kelamin. Jenis
remaja akhir (18-20 tahun).13 Pada kelamin akan berpengaruh terhadap
penelitian ini, umur sampel yang paling kebutuhan air. Berdasarkan Dietary
muda adalah 12 tahun dan umur sampel Recommendation International (DRI),
yang paling tua adalah 14 tahun, usia kebutuhan air pada laki-laki (2,4-3,7 L)
tersebut termasuk kedalam kelompok lebih besar daripada kebutuhan air pada
remaja awal. wanita (2,1-2,7 L). Aktivitas yang
Pada remaja, kurangnya konsumsi dilakukan oleh laki-laki biasanya lebih
air menjadi masalah gizi karena remaja banyak daripada wanita sehingga
rentan mengalami dehidrasi yang dibutuhkan air yang lebih banyak untuk
disebabkan oleh banyaknya aktivitas menggantikan air yang keluar akibat
fisik yang menguras tenaga dan cairan aktivitas tersebut.5
tubuh.14 Selain kebutuhan air pada laki-laki
yang lebih besar, kandungan air tubuh
Berdasarkan hasil penelitian pada laki-laki juga lebih banyak
Hardinsyah (2009) menyebutkan bahwa daripada wanita. Karena pada remaja
di Indonesia, dehidrasi lebih banyak wanita yang mengalami pubertas
terjadi pada kelompok usia remaja massa lemak tubuhnya lebih tinggi,
(41.67 %) dibandingkan dewasa (24.00 sehingga persentase air dalam
%). Penelitian selanjutnya pada tahun tubuhnya lebih rendah dibandingkan
2010, The Indonesian Regional remaja laki-laki.2
Hydration Study (THIRST)1 Berdasarkan hasil penelitian
menyebutkan bahwa, sebanyak 46,1 % Gustam (2012) menyebutkan bahwa
penduduk Indonesia mengalami persentase status dehidrasi
dehidrasi ringan yang jumlahnya lebih berdasarkan jenis kelamin lebih tinggi
tinggi terjadi pada remaja (49,5 %) pada wanita dibandingkan pada laki-
dibanding dewasa (42,5 %). Hasil laki. Pada remaja wanita yaitu sebesar
tersebut didukung pula oleh penelitian 49.0% dan pada remaja laki-laki yaitu
Gustam (2012) yang sebesar 40,0%. Sehingga terdapat

15
JURNAL RISET KESEHATAN
POLTEKKES DEPKES BANDUNG
VOL 10 NO 1 TAHUN 2018

hubungan antara jenis kelamin dan sebagai penyedia mineral dan elektrolit
status dehidrasi (p<0,05).5 bagi tubuh.6
Status dehidrasi yang tinggi pada Di Indonesia, prevalensi remaja gizi
remaja wanita juga disebabkan karena gemuk berusia 13-15 tahun meningkat
asupan air pada wanita lebih rendah sebesar 5.8% yaitu dari 2.5% pada
dibandingkan pada laki-laki, hal ini tahun 2010 menjadi 8.3% pada tahun
sejalan dengan tingkat aktivitas fisik 2013.15,16
wanita lebih ringan dibandingkan laki- Kegemukan disebabkan oleh
laki sehingga wanita tidak mudah haus beberapa faktor antara lain pola makan
dan tidak cukup minum.5 yang berlebihan terutama asupan
Asupan cairan yang dianjurkan energi dan lemak, kurangnya asupan
untuk remaja menurut AKG (Angka serat, faktor genetik, kurangnya aktifitas
Kecukupan Gizi) 2013 pada laki-laki dan fisik dan faktor lingkungan. Kegemukan
perempuan yaitu sebesar 2000 mL dan dapat terjadi pada semua umur,
berdasarkan rata-rata kebutuhan cairan terutama pada anak biasanya terjadi
dari 83 sampel sesuai berat badan yaitu menjelang anak memasuki usia remaja
sebesar 2176.94 mL. Sehingga dapat hal ini karena pertumbuhan dan
disimpulkan bahwa rata-rata konsumsi perkembangan anak lebih cepat
cairan sampel kurang dari angka sehingga berat badan meningkat
kecukupan gizi air dan dari rata-rata dengan pesat.17
kebutuhan cairan sesuai berat Metode yang dapat digunakan untuk
badan. penilaian kecukupan air tubuh pada
Remaja Indonesia memiliki tingkat masyarakat yaitu metode warna
pengetahuan yang rendah tentang urin menggunakan nomor skala yang
pentingnya air minum bagi tubuh, fungsi menunjukkan rentang warna urin mulai
air bagi tubuh, makanan sebagai dari jernih dengan skala 1 hingga yang
sumber air dan gejala dehidrasi pekat (coklat kehijauan) dengan skala 8.
(Hardinsyah,2009). Sehingga konsumsi Metode warna urin untuk menentukan
cairan pada remaja masih kurang dari dehidrasi dipengaruhi oleh bahan
kebutuhan cairan tubuh dan perlu makanan atau minuman yang
diberikan edukasi pada remaja tentang dikonsumsi dan obat-obatan.18
konsumsi cairan. Kurangnya konsumsi cairan dapat
Konsumsi air diatur oleh rasa haus, menyebabkan dehidrasi terutama pada
melalui perubahan yang dirasakan oleh remaja. Dehidrasi pada remaja dapat
mulut, hipotalamus (pusat otak yang terjadi tanpa disadari di saat melakukan
mengontrol pemeliharaan aktivitas. Sehingga remaja lebih sering
keseimbangan air dan suhu tubuh) dan mengalami dehidrasi dikarenakan
perut. Rasa haus merupakan indikasi banyaknya aktivitas fisik yang dapat
awal bahwa tubuh mengalami menguras tenaga dan cairan tubuh.19
kekurangan air (predehidrasi). Dehidrasi dapat dilihat dari tanda-
Mengkonsumsi air hanya ketika haus tanda umum,seperti rasa lemah, cepat
merupakan salah satu kebiasaan yang lelah, haus, dan kram otot dan hipotensi
salah yang akan menyebabkan ortostatik (pandangan menjadi gelap
dehidrasi. Air tidak hanya dibutuhkan pada posisi berdiri lama) karena
pada saat tubuh merasa haus, tapi juga berkurangnya volume cairan pada
dibutuhkan setiap saat karena air tingkat yang ringan. Sedangkan pada
merupakan salah satu zat gizi yang tingkat yang lebih berat (kurang air ≥ 6%
penting. Air mempunyai berbagai peran berat badan) dapat menyebabkan otot
penting dalam tubuh, diantaranya lemah, bicara tak lancar, bibir membiru,
adalah sebagai pelarut, katalisator, renjatan (shock), bahkan fatal.3
pelumas, pengatur suhu tubuh serta Berbagai penelitian menunjukkan
bahwa kurang air berdampak buruk bagi

16
JURNAL RISET KESEHATAN
POLTEKKES DEPKES BANDUNG
VOL 10 NO 1 TAHUN 2018

kesehatan atau meningkatkan resiko berada pada skala 4-6 (kurang


kejadian berbagai penyakit, seperti terhidrasi) dan 41.1% berada pada
sembelit, kram, batu ginjal, infeksi skala 1-3 (hidrasi baik). selain itu, pada
saluran kemih, dan lain-lain. Selain itu saat pengambilan data ada beberapa
juga berdampak buruk pada stamina, sampel yang minum sebelum
daya ingat dan kecerdasan. Kurang air pengumpulan data sehingga
satu persen dari berat badan akan mulai mempengaruhi warna urin sampel dan
mengganggu kerja otak dan keterbatasan metode food record 7 hari
kemampuan berpikir, dan kurang air dua yang dapat membosankan responden
persen dari berat badan menyebabkan sehingga beberapa sampel hanya fokus
penurunan konsentrasi dan daya ingat pada konsumsi cairan dari minuman,
sesaat. Hal ini akan berdampak buruk bisa saja pada orang gemuk ada
pada kecerdasan dan pendidikan. beberapa makanan dengan kandungan
Selain mempengaruhi kemampuan air tinggi yang tidak menjadi fokus
kognitif, dehidrasi juga dapat dalam pencatatan konsumsi cairan
mempengaruhi suasana hati yang akan mempengaruhi status hidrasi
seseorang. Dehidrasi meningkatkan itu sendiri.
skor mood negatif pada rasa lelah, Santoso (2011) menyatakan bahwa
bingung, marah, depresi dan tegang.9 pada obesitas, air tubuh total lebih
Selain itu, faktor resiko terjadinya rendah dibandingkan dengan orang
status hidrasi kurang adalah kelebihan yang tidak obesitas, kandungan air di
berat badan (kegemukan). Hal ini dalam sel lemak lebih rendah daripada
disebabkan karena terjadi kandungan air di dalam sel otot
ketidakseimbangan elektrolit dalam sehingga orang obesitas lebih mudah
tubuh dan menekan seseorang kekurangan air dibandingkan dengan
meningkatkan nafsu makan serta orang yang tidak obesitas.3
asupan makannya sehingga akan
menurunkan asupan cairan dalam
tubuh.20 Selain itu, kandungan air di SIMPULAN
dalam sel lemak orang gemuk lebih
rendah daripada kandungan air di dalam 1. Pada penelitian ini sebagian besar
sel otot akibat luas permukaan tubuh sampel berusia 13 tahun (66.3%),
orang gemuk lebih luas dibandingkan dan berjenis kelamin perempuan
orang normal. 55-60% dari berat badan (59%).
manusia adalah berat air. Tetapi, pada 2. Sampel yang mengkonsumsi cairan
orang yang gemuk total air dalam kurang yaitu sebanyak 52 orang
tubuhnya sekitar 50%. Sehingga orang (62.7%) lebih besar dari sampel
gemuk lebih mudah kekurangan cairan.6 yang mengknsumsi cairan cukup
Kegemukan seharusnya dapat yaitu sebanyak 31 orang (37.3%).
menyebabkan status hidrasi kurang 3. Sampel yang mengalami
karena pada orang yang gemuk total air kegemukan yaitu sebanyak 40
dalam tubuhnya hanya sekitar 50%, orang (48.2%) lebih kecil dari
namun ada beberapa sampel yang sampel yang tidak mengalami
mengalami kegemukan tetapi memiliki kegemukan yaitu sebanyak 43
status hidrasi baik. Hal ini disebabkan orang (51.8%).
karena pada penelitian ini tidak 4. Sampel dengan status hidrasi
memperhitungkan aktivitas fisik pada kurang yaitu sebanyak 44 orang
sampel serta rata-rata asupan cairan (53.0%) lebih besar dari sampel
yang dikonsumsi orang gemuk sebesar dengan status hidrasi baik yaitu
1828.35 mL (75.9%) dari rata-rata sebanyak 39 orang (47.0%).
kebutuhan cairan sehigga warna urin 5. Ada hubungan yang bermakna
pada orang gemuk sendiri 58.8% antara konsumsi cairan dengan

17
JURNAL RISET KESEHATAN
POLTEKKES DEPKES BANDUNG
VOL 10 NO 1 TAHUN 2018

status hidrasi (p=0.000). Didapatkan dan Status Hidrasi pada Remaja


nilai RP 12.519 (RP>1). Hal ini dan Dewasa di Wilayah Ekologi
menunjukkan bahwa sampel yang yang Berbeda. Bogor :
mengkonsumsi cairan kurang lebih Perhimpunan Peminat Gizi dan
beresiko memiliki status hidrasi Pangan Indonesia (PERSAGI),
kurang 12.519 kali lebih besar Departemen Gizi Masyarakat
dibandingkan dengan sampel yang FEMA IPB.
konsumsi cairannya cukup. 7. Pertiwi, Donna. 2015. Status
6. Tidak ada hubungan yang Dehidrasi Jangk Pendek
bermakna antara kegemukan Berdasarkan Hasil Pengukuran
dengan status hidrasi (p=0.147). PURI Pada Remaja Kelas 1 dan
Didapatkan nilai RP 1.414 (RP>1). 2 SMAN 63 Jakarta. (Skripsi).
Hal ini menunjukkan bahwa sampel Fakultas Kedokteran dan Ilmu
yang mengalami kegemukan lebih Kesehatan Universita Islam
beresiko memiliki status hidrasi Negeri Syarif Hidayatullah.
kurang 1.414 kali lebih besar 8. Buanasita, Annas, dkk. 2015.
dibandingkan dengan sampel yang Perbedaan Tingkat Energi,
tidak mengalami kegemukan atau Lemak, Cairan, dan Status
berstatus gizi normal. Hidrasi Mahasiswa Obesitas dan
Non Obesitas. Surabaya. dalam
Indonesian Journal Of Human
Nutrition. 2(1). 11 – 22
DAFTAR PUSTAKA 9. Kemenkes RI. 2015. Pedoman
Kebutuhan Cairan Bagi Pekerja
1. Prayitno, S. O. 2012. Perbedaan Agar Tetap Sehat dan Produktif.
Konsumsi Cairan Dan Status Jakarta : Direktorat Jendral Bina
Hidrasi Pada Remaja Obesitas Kesehatan Ibu dan Anak.
Dan Non Obesitas. [artikel 10. Sastroasmoro, S. 2010. Dasar-
penelitiann]. Fakultas dasar Metodologi Penelitian
Kedokteran, Universitas Klinis. Jakarta : IKAPI
Diponegoro Semarang. 11. Notoatmodjo, S. 2010.
2. Almatsier, Sunita. 2009. Prinsip Metodologi Penelitian
Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Kesehatan. Jakarta : Rineka
Penerbit PT Gramedia Pustaka Cipta
Utama. 12. Kementrian Kesehatan RI. 2011.
3. Santoso, B. I. Hardinsyah, Keputusan Menteri Kesehatan
Siregar, P. & Pardede, S. O. Republik Indonesia nomor
2011. Air Bagi Kesehatan. :1995/MENKES/SK/XII/2010
Jakarta : Centra tentang Standar Antropometri
Communications. Penilaian Status Gizi Anak.
4. Santoso, B. I. Hardinsyah, Jakarta: Direktorat Bina Gizi dan
Siregar, P. & Pardede, S. O. Kesehatan Ibu dan Anak.
2011. Air Bagi Kesehatan. 13. Adriani, Merryana, dkk. 2012.
Jakarta : Centra Peranan Gizi Dalam Siklus
Communications. Kehidupan. Jakarta : Kencana
5. Gustam, Hardiansyah, dkk. Prenanda Media Group.
2012. Faktor Risiko Dehidrasi 14. Andayani, Khairunissa. 2013.
pada Remaja dan Dewas. Hubungan Konsumsi Cairan
(skripsi). Bogor : Departemen dengan Status Hidrasi pada
Gizi Masyarakat FEMA IPB Pekerjan Industri Laki-laki.
6. Hardinsyah, Dodik Briawan, dkk. (artikel penelitian). Semarang :
2009. Studi Kebiasaan Minum

18
JURNAL RISET KESEHATAN
POLTEKKES DEPKES BANDUNG
VOL 10 NO 1 TAHUN 2018

Fakultas Kedokteran Universitas


Diponegoro Semarang
15. Kementrian Kesehatan RI. 2011.
Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia nomor
:1995/MENKES/SK/XII/2010
tentang Standar Antropometri
Penilaian Status Gizi Anak.
Jakarta: Direktorat Bina Gizi dan
Kesehatan Ibu dan Anak.
16. Kementrian Kesehatan RI. Riset
Kesehatan Dasar 2013. Badan
Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kemenkes RI,
Jakarta.
17. Cahyono, S.B. 2008. Gaya
Hidup dan Penyakit Modern.
Yogyakarta: Kanisius.
18. Amstrong et al. 2005. “Hydration
Assessment Techniques”.
Journal Nutrition Reviews. 63. 6
19. Briawan,dkk. 2011. Kebiasaan
minum dan asupan cairan di
perkotaan. Jurnal Klinik Gizi
Indonesia Vol 8(1), 36-41.
20. Fauji M. 2011. Aktivitas fisik dan
kaitannya dengan kebutuhan
dan tingkat asupan air air pada
remaja dan dewasa [Skripsi].
Bogor. Departemen Gizi
Masyarakat, Fakultas Ekologi
Manusia, Institut Pertanian
Bogor.

19

Anda mungkin juga menyukai