Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN

Disusun oleh :
Widia Ningrum (108120037)
S1 Keperawatan 2B

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


UNIVERSITAS AL IRSYAD CILACAP
TAHUN 2022-2023
I. Konsep Kebutuhan Cairan
A. Definisi / deskripsi kebutuhan cairan
Cairan dan elektrolit merupakan komponen tubuh yang berperan dalam
memelihara fungsi tubuh dan proses homeostasis. Tubuh kita terdiri atas sekitar
60% air yang tersebar didalam sel maupun diluar sel. Namun demikian, besarnya
kandungan air tergantung dari usia, jenis kelamin, dan kandungan lemak.
(Tarwoto & wartonah, 2015).
Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena metabolisme
tubuh membutuhkan perubahan yangtetap dalam merespon terhadap stressor
fisiologis dan lingkungan. Cairan dan elektrolit saling berhubungan,
ketidakseimbangan yang terdiri sendiri jarang terjadi dalam kelebihan dan
kekurangan (Tarwoto dan wartonah.2005:29)
Risiko ketidakseimbangan elektrolit merupakan diagnosis keperawatan ketegori fisiologis
subkategori nutrisi dan cairan yang dapat ditemukan pada pasien gastroenteritis dengan
faktor risiko diare. Risiko ketidakseimbangan elektrolit dapat diartikan berisiko
mengalami perubahan kadar serum elektrolit. (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016).
Elektrolit merupakan senyawa dalam larutan yang berdisosiasi menjadi partikel yang
bermuatan (ion) positif atau negatif (Porth & Matfin, 2009).

B. Fisiologi system / fungsi normal system kebutuhan cairan


Cairan dan Elektrolit masuk melalui makanan, minuman dan cairan intravena(IV)
dan di distribusikan ke seluruh tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling
bergantung satu dengan yang lainnya. Jika salah satu terganggu maka akan
berpengaruh pada yang lainnya.
Seluruh cairan tubuh manusia didistribusikan diantara dua kompartemen utama
yaitu ekstraseluler dan intraseluler. Cairan ekstraseluler dikelompokkan lagi
dalam dua bentuk yaitu cairan interstisial dan cairan intravaskuler. Selain dua
kelompok utama diatas ada juga sejumlah kecil cairan yang disebut sebagai cairan
transeluler. Kompartemen ini meliputi cairan dalam rongga synovial, peritoneum,
pericardium, dan intraokuler serta cairan serebrospinal. Secara umum volume
cairan transeluler sekitar 1-2 liter.
Jumlah cairan tubuh pada individu dewasa dengan berat badan 70 kg adalah
sekitar 42 kg (60% x 70 kg). proporsi cairan ini dapat berubah –ubah bergantung
pada kondisi. Beradasarkan usia , didapatkan bahwa kompartemen cairan
berubah-ubah setiap saat.
Proporsi cairan berdasarkan usia
Bayi baru
Jenis Usia 3 bulan dewasa lansia
lahir
Cairan
40% 40% 40% 27%
intraseluler
plasma 5% 5% 5% 7%
Cairan
Cairan
ekstraseluler 35% 25% 15% 18%
interstisial
Total cairan 80% 70% 60% 52%

a. Kompartemen cairan intraseluler


Jumlah cairan intraseluler sekitar2/3 dari jumlah total cairan tubuh (67%) dan
terdapat dalam sekitar 75 triliun sel tubuh besarnya konsentrasi dan jumlah
zat terlarut dalam masing-masing sel berubah-ubah, bergantung pada jenis
sel yang ada. Akan tetapi, secara umum dapat dianggap sama. Cairan
intraseluler mengisi 40% dari berat tubuh manusia.
b. Kompartemen cairan ekstraseluler
Seluruh cairan diluar sel disebut sebagai cairan ekstraseluler. Cairan ini
mengisi 20% dari berat badan tubuh atau memenuhi 1/3 dari jumlah total
cairan tubuh. Cairan ekstraseluler dikelompokkan menjadi plasma dan cairan
interstisial. Plasma mengisi ¼ dari volume cairan ekstraseluler, sedangkan
sisanya diisi cairan interstisial.
c. Volume darah
Darah terdiri atas cairan ekstraseluler (cairan plasma) dan cairan intraseluler
(cairan dalam sel darah merah). Akan tetapi, darah dianggap sebagai
kompartemen yang terpisah karena terdapat dalam ruang tersendiri. Volume
darah penting artinya bagi sirkulasi cairan tubuh lainnya.
d. Transport cairan dalam tubuh
Secara umum, proses perpindahan (transport) cairan dari satu kompartemen
ke kompartemen lainnya dilakukan dalam empat cara, yaitu :
1) Difusi adalah pergerakan molekul melintasi membrane semipermiabel
dari kompartemen berkonsentrasi tinggi menuju kompartemen
berkonsentrasi rendah. Didalam tubuh manusia difusi cairan, elektrolit,
dan substansi lainnya berlangsung melalui pori-pori tipis membrane
kapiler. Laju difusi suatu substansi dipengaruhi oleh tiga hal yaitu ukuran
molekul, konsentrasi larutan, dan tempertatur larutan
2) Filtrasi adalah proses perpindahan cairan dan solute melintasi membrane
bersama-sama dari kompartemen bertekanan tinggi menuju kompartemen
bertekanan rendah. Contoh filtrasi adalah pergerakan cairan dan nutrient
dari arteri kapiler menuju cairan interstisial disekitar sel.
3) Osmosis adalah pergerakan cari solven (pelarut) murni (mis. Air)
melintasi membrane sel dari larutan berkonsentrasi rendah (encer) menuju
larutan berkonsentrasi tinggi (pekat).
C. Etiologi dan Patofisiologi
- Etiologi :
Risiko ketidakseimbangan elektrolit dapat terjadi karena beberapa kondisi klinis
seperti gagal ginjal, anoreksia nervosa, diabetes mellitus, penyakit chron,
gastroenteritis, pankreatitis, cedera kepala, kanker, trauma multiple, luka bakar,
dan anemia sel sabit (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016). Kehilangan air dan
elektrolit merupakan salah satu akibat dari direa. Mekanisme dasar penyebab
timbulnya diare adalah gangguan osmotik dan gangguan sekresi di dinding usus,
sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare. Penyakit
saluran pencernaan seperti gastroenteritis akan menyebabkan kehilangan cairan,
kalium, dan ion-ion klorida (Pranata, 2013).
Penyebab diare pada anak diantaranya infeksi, obat-obatan, kelainan cerna atau
absorpsi, defisiensi vitamin, dan tertelan logam berat. Infeksi usus merupakan
penyebab tersering diare akut yang sporadic. Jenis pathogen penyebab 10 diare
pada anak dapat berupa virus seperti Rotavirus, Calicivirus, Astrovirus, dan
Enteric-type adenovirus, bakteri seperti Compylobacter jejuni, Salmonella,
Escherichia coli, dan Shigella, serta parasit seperti Cryptosporidium dan Giardia
lamblia. Diare pada umumnya disebabkan oleh infeksi virus (40-60%). Rotavirus
merupakan 61% dari penyebab diare pada anak usia kurang dari 5 tahun. Hanya
10% diare disebabkan infeksi bakteri, terutama pada beberapa bulan kehidupan
(bayi muda) dan pada anak usia sekolah (SMF Ilmu Kesehatan Anak FK Unud
RSUP Sanglah, 2011).
- Patofisiologi
D. Manifestasi Klinis
Adapun tanda gejala pada diare :
a. Gejala tanda mayor
1. Subjektif
(tidak tersedia)
2. Objektif
 Defekasi lebih dari tiga kali dalam 24 jam
 Feses lembek atau cair
b. Gejala dan tanda minor
1. Subjektif
 Nyeri/kram abdomen
2. Objektif
 Frekuensi peristaltik meningkat
 Bising usus hiperaktif
E. Pathways
F. Faktor – faktor yang mempengaruhi perubahan fungsi sistem kebutuhan cairan
a. Usia
Asia berpengaruh terhadap proporsi tubuh, luas permukaan tubuh, kebutuhan
metabolic, serta berat badan. Bayi dan anak-anak dimasa pertumbuhan
memiliki proprosi cairan tubuh yang lebih besar di bandingkan orang dewasa.
Karenanya jumlah cairan yang diperlukan dan jumlah cairan yang hilang juga
lebih besar dibandingkan orang dewasa.
b. Aktivitas
Aktivitas hidup seseorang sangat berpengaruh terhadap kebutuhan cairan dan
elektrolit. Aktivitas menyebabkan penigkatan proses metabolisme dalam
tubuh. Mengakibatkan peningkatan haluaran cairan melalui keringat.
c. Iklim
Normalnya, individu yang tinggal dilingkungan yang iklimnya tidak terlalu
panas tidak akan mengalami pengeluaran cairan yang ekstrim melalui kulit
dan pernapasan. Cairan yang keluar umumnya tidak dapat diobservasi
sehingga disebut kehilangan cairan yang tidak disadari (insensible water loss ,
IWL) besarnya IWL pada setiap individu bervariasi, dipengaruhi oleh suhu
lingkungan, tingkat metabolism, dan usia.
d. Diet
Diet seseorang berpengaruh juga terhadap asupan cairan dan elektrolit. Jika
asupan makanan tidak adekuat atau tidak seimbang. Tubuh berusaha memecah
simpanan protein dengan terlebih dahulu memecah simapanan glikogen dan
lemak.
e. Stress
Kondisi stress berpengaruh pada kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh. Saat
stress, tubuh mengalami penignkatan metabolsime seluler, penignkatan
konsentrasi glukosa darah dan glikolisis otot. Mekanisme ini mengakibatkan
retensi air dan natrium.
f. Penyakit
Trauma pada jaringan dapat meyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit dari
sel/jaringan yang rusak (mis. Luka robek atau luka bakar).

G. Macam-macam gangguan yang mungkin terjadi pada sistem kebutuhan cairan


a. Hipovolemia
Hipovolemia adalah suatu kondisi akibat kekurangan volume cairan
ekstraseluler (CES) dan dapat terjadi karena kehilangan melalui kulit, ginjal,
gastrointestinal, pendarahan sehingga menimbulkan syok hipovolemik.
Mekanisme kompensasi pada hipovolemik adalah peningkatan rangsangan
saraf simpatis (peningkatan frekuensi jantung, kontraksi jantung, dan tekanan
vaskuler), rasa haus, serta pelepasan hormone ADH DAN aldosteron.
Hipovolemia yang berlangsung lama dapat menimbulkan gagal ginjal akut.
Gejala : pusing, lemah, letih, anoreksia, mual muntah, rasa haus, gangguan
mental, konstipasi dan oliguri, penurunan tekanan darah, denyut jantung
meningkat.
b. Hipervolemia
Adalah penambahan atau kelebihan volume CES yang dapat terjadi pada saat
keadaan berikut ini :
 Stimulasi kronis ginjal untuk menahan natrium dan air.
 Fungsi ginjal abnormal, dengan penurunan ekskresi matrium dan air.
 Kelebihan pemberian cairan.
 Perpindahan cairan interstisial ke plasma.
Gejala : sesak napas, peningkatan dan penurunan tekanan darah, nadi kuat,
asites, edema, adanya ronkhi, kulit lembap, distensi vena leher, dan irama
gallop.
c. Edema
Edema adalah kelebihan cairan dalam ruang interstisial yang terlokalisasi.
Edema dapat terjadi karena hal-hal berikut ini :
 Meningkatnya tekanan hidrostatik kapiler akibat penambahan volume
darah.
 Peningkatan permeabilitas kapiler seperti pada luka bakar dan infeksi .
 Penurunan tekanan plasma onkotik, penurunan tekanan onkotikkarena
kadar protein plasma rendah seperti karena malnutrisi, penyakit ginjal,
dan penyakit hati.
 Bendungan aliran limfe mengakibatkan aliran terhambat sehingga cairan
masuk kembali ke kompartemen vaskuler.
 Gagal ginjal di mana pembuangan air yang tidak adekuat menimbulkan
penumpukan cairan dan reabsorbsi natrium yang berlebihan sehingga
tertahan pada intestisial.
H. Komplikasi kebutuhan cairan
Komplikasi Menurut Suharyono (1999) dalam Nursalam et al. (2005), akibat diare
dan kehilangan cairan serta elektrolit secara mendadak dapat terjadi berbagai
komplikasi sebagai berikut.
a. Dehidrasi
b. Renjatan hipovolemik
c. Hipokalemia
d. Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi enzim
lactose
e. Hipoglikemia
g. Kejang terjadi pada dehidrasi hipertonik
h. Malnutrisi energi protein
I. Pemeriksaan penunjang kebutuhan cairan
1. Tes tinja
2. Tes darah
3. Biopsi, dengan mengambil sampel jaringan tertentu dari dalam saluran
pencernaan
4. Endoskopi, yaitu pemeriksaan kondisi saluran pencernaan secara visual
dengan alat khusus yang dinamakan endoskop
5. Pemindaian, seperti foto Rontgen, CT scan, atau MRI
J. Masalah keperawatan/kolaboratif kebutuhan cairan
1. Kanker kolon
2. Diverticulitis
3. Iritasi usus
4. Crohn’s disease
5. Ulkus peptikum
6. Gastritis
7. Spasme kolon
8. Kolitis ulseratif
9. Hipertiroidisme
10. Demam typoid
11. Malaria
12. Sigelosis
13. Kolera
14. Disentri
15. Hepatitis
K. Penatalaksanaan
4. Medis
a. Rehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan.
 Jenis cairan Pada diare akut yang ringan dapat diberikan oralit.
Diberikan cairan RL, bila tidak tersedia dapat diberikan NaCl isotonic
ditambah satu ampul Na bikarbonat 7,5% 50 ml. 14
 Jumlah cairan Diberikan sesuai dengan jumlah cairan yang
dikeluarkan.
 Cara pemberian cairan Dapat diberikan secara oral maupun intravena.
 Jadwal pemberian cairan Rehidrasi diberikan pada 2 jam pertama.
Selanjutnya dilakukan penilaian kembali ststus hidrasi untuk
memperhitungkan kebutuhan cairan. Rehidrasi diharapkan terpenuhi
pada akhir jam ketiga.

b. Terapi simtomatik Obat diare bersifat simtomatik yang harus diberikan


degan berhati-hati.
c. Vitamin mineral sesuai kebutuhan Diberikan vitamin B12, asam folat,
vitamin K, vitamin A, preparat besi, zinc, dan lain lain.
d. Terapi definitif Pemberian edukasi sebagai langkah pencegahan. Hygiene
perseorangan, sanitasi lingkungan, dan imunisasi melalui vaksinasi sangat
berarti, selain terapi farmakologi.
5. Keperawatan
a. Memberi rasa aman dan nyaman
b. Melakukan pemeriksaan tanda tanda vital
II. Rencana asuhan klien dengan gangguan kebutuhan cairan
A. Pengkajian
1. Riwayat keperawatan
a) Pemasukan dan pengeluaran cairan dan makanan (oral, parentral).
b) Tanda umum masalah elektrolit.
c) Tanda kekurangan dan kelebihan cairan.
d) Proses penyakit yang menyebabkan gangguan homeostatis cairan dan
elektrolit.
e) Pengobatan tertentu yang sedang dijalani dapat menganggu status
cairan
f) Status perkembangan seperti usia atau situasi sosial
g) Factor psikologis seperti perilaku emosional yang menganggu
pengobatan.
2. Pemeriksaan fisik : data fokus
Pemeriksaan fisik pada kebutuhan cairan dan elektrolit difokuskan pada
hal-hal berikut :
1) Integumen : keadaan turgor kulit, edema, kelemahan otot, tetani dan
sensasi rasa.
2) Kardiovaskuler : distensi vena jugularis, tekanan darah, Hemoglobin
dan bunyi jantung.
3) Mata : cekung, air mata kering.
4) Neurologi : reflex, gangguan motorik dan sensorik, tingkat kesadaran.
5) Gastrointestinal : keadaan mukosa mulut, mulut dan lidah, muntah-
untah dan bising usus.
6) Pemeriksaan penunjang
3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan elektrolit, darah lengkap, PH, berat janis urine, dan analisis
gas darah.

Anda mungkin juga menyukai