Anda di halaman 1dari 15

KEPERAWATAN DASAR I

KESEIMBANGAN CAIRAN DALAM TUBUH MANUSIA DAN GANGGUAN


KESEIMBANGAN CAIRAN ELEKTROLIT

Disusun oleh :

1. Fajar Nurhabibi (J210140014)

2. Dyah Ayu Fitriani (J210140022)

3. Dwi Safitri (J210140030)

4. Yohana Agustin Fironika (J210140042)

5. Dewinta Irmawati (J210140054)

6. Hakim Anasulfalah (J210140055)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2015
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sel-sel hidup dalam tubuh diselubungi cairan interstisial yang mengandung
konsentrasi nutrien, gas dan elektrolit yang di butuhkan untuk mempertahankan
fungsi normal sel. Kelangsungan hidup memerlukan lingkungan internal yang konstan
(homeostatis). Mekanisme regulator penting untuk mengendalikan keseimbangan
volume, komposisi dan keseimbangan asam basa cairan tubuh selama fluktuasi
metabolik normal atau saat terjadi abnormaliasai seperti penyakit atau trauma.
Menjaga agar volume cairan tubuh tetap relatif konstan dan komposisinya
tetap setabil adalah penting untuk homeostatis. Sistem pengaturan mempertahankan
konsatnnya cairan tubuh, keseimbangan cairan dan elektrolit dan asam basa, dan
pertukaran kompartemen cairan ekstraseluler dan intraseluler.
Kehidupan manusia sangat bergantung pada apa yang ada di sekelilingnya
termasuk dalam memenuhi kebutuhan dasarnya yaitu makan dan minum lebih kurang
60% berat badan orang dewasa pada umumnya terdiri dari cairan (air dan elektrolit).
Faktor yang mempengaruhi jumlah cairan tubuh adalah umur, jenis kelamin, dan
kandungan lemak dalam tubuh.
Secara umum orang yang lebih muda mempunyai persentase cairan tubuh
yang lebih tinggi dibanding dengan orang yang lebih tua, dan pria secara proporsional
mempunyai lebih banyak cairan tubuh dibanding dengan wanita. Orang yang lebih
gemuk mempunyai jumlah cairan yang lebih sedikit dibandingkan dengan orang yang
lebih kurus orang dewasa yang aktif bergerak dan memiliki orientasi aik biasannya
dapat mempertahankan keseimbangan cairan yang normal karena meanisme adaptif
tubuhnya karena sel lemak mengandung sedikit air.
Cairan tubuh terdiri dari dua kompartemen cairan, yaitu: ruang intra seluler
(cairan dalam sel) dan ruang ekstra seluler (cairan luar sel). Kurang lebih 2/3 cairan
tubuh berada dalam kompartemen cairan intra sel, dan kebanyakan terdapat pada
massa otot skeletal. 60 % berat badan tubuh adalah : a.Cairan intrasel (CIS) 40 % dari
berat badan b.Cairan ekstrasel (CES) 20 % dari berat badan yang terdiri dari cairan
intravaskuler (plasma) 5 % dari berat badan, dan cairan interstisil 15 % dari berat
badan.

B. Tujuan
1. Menjelaskan pengertian cairan dan elektrolit tubuh manusia
2. Menjeaskan komponen cairan dan elektrolit tubuh manusia
3. Menjelaskan fungsi cairan dan elektrolit tubuh manusia
4. Menjelaskan pergerakan dan pengeluaran cairan tubuh
5. Menjelaskan keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh manusia
6. Menjelaskan pengaturan elektrolit
7. Menjelaskan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh manusia
C. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari cairan dan elektrolit?
2. Apa saja komposisi cairan dan elektrolit dalam tubuh manusia?
3. Apa fungsi cairan dan elektrolit dalam tubuh manusia?
4. Bagaimana pergerakan cairan dan elektrolit tubuh manusia?
5. Bagaimana keseimbangan cairan dan elektrolit?
6. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit?
7. Apa saja gangguan keseimbangan cairan dan elektolit ?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian

Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap
sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan salah
satu bagian dari fisiologi homeostatis. Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan
komposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh.

Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air ( pelarut) dan zat tertentu (zat
terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan
listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan elektrolit masuk ke
dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan intravena (IV) dan didistribusi ke
seluruh bagian tubuh.

Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air
tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan
elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya; jika salah satu terganggu maka
akan berpengaruh pada yang lainnya.

B. Prosentase cairan tubuh

a. Prosentase dari total cairan tubuh bervariasi sesuai dengan individu dan
tergantung beberapa hal antara lain :

1. Umur : cairan tubuh menurun dengan bertambahnya usia.

2. Kondisi lemak tubuh mengandung sedikit air, air tubuh menurun


dengan peningkatan lemak tubuh.

3. Jenis Kelamin : Wanita dewasa mempunyai jumlah cairan tubuh lebih


sedikit dibandng pria karena jumlah lemak dalam tubuh wanita dewasa
lebih banyak dibandingkan dengan pria.

b. Jumlah normal air pada ubuh manusia :

1. Bayi (Baru Lahir) : 75% Berat Badan

2. Dewasa :

o Wanita dewasa (20-40 tahun): 50 – 55% Berat Badan

o Pria dewasa (20-40 tahun): 55 – 60% Berat Badan

o Usia lanjut : 45-50% Berat Badan


Pada orang dewasa kira-kira 40 % baerat badannya atau 2/3 dari TBW-nya
berada di dalam sel (cairan intraseluler/ICF), sisanya atau 1/3 dari TBW atau 20 %
dari berat badannya berada di luar sel (ekstraseluler) yaig terbagi dalam 15 % cairan
interstitial, 5 % cairan intavaskuler dan 1-2 % transeluler.

C. Fungsi Cairan Tubuh

Dalam Proses metabolisme yang terjadi di dalam tubuh, air mempunyai 2


fungsi utama yaitu sebagai pembawa zat-zat nutrisi seperti karbohidrat, vitamin, dan
mineral serta juga akan berfungsi untuk mengeluarkan produk samping hasil
metabolisme seperti karbon dioksida (CO2) dan juga senyawa nitrat. (Irawan, 2007).

Selain berperan dalam proses metabolisme air yang terdapat di dalam tubuh
juga akan memilki berbagai fungsi penting antara lain sebagai pelembab jaringan –
jaringan tubuh seperti mata, mulut, dan hidung, pelumas dalam cairan sendi tubuh,
pelindung organ dan jaringan tubuh serta juga akan membantu dalam menjaga
tekanan darah dan konsentrasi zat terlarut. Selin itu agar fungsi – fungsi tubuh dapat
berjalan dengan normal, air di dalam tubuh juga akan berfungsi sebagai pengatur
panas untuk menjaga agar tubuh tetap berada pada kondisi ideal yaitu ± 37ºC.
(Irawan, 2007).

D. Komponen Cairan dalam Tubuh


Semua cairan tubuh adalah air (larutan pelarut), substansi terlarut (zat terlarut),
cairan tubuh berisikan:

a. Oksigen yang berasal dari paru-paru

b. Nutrien yang berasal dari saluran pencernaan

c. Produk metabolisme seperti karbondiokasida

d. Ion-ion yang merupakan bagian dari senyawa atau molekul yang disebut juga
elektrolit. Seperti misalnya sodium klorida dipecah menjadi satu ion Natrium
atau sodium (Na+) dan satu ion klorida (Cl–). Ion yang bermuatan positif
disebut kation, sedangkan yang bermuatan negatif disebut anion

Cairan tubuh berada pada dua kompartemen yaitu Cairan Intraselular (CIS)
dan Cairan Ektraselular (CES)

a. Cairan Intraselular

Cairan intrasel merupakan cairan yang berada dalam sel di seluruh tubuh.
Cairan ini berfungsi sebagai media penting dalam proses kimia. Jumlahnya sekitar 2/3
dari jumlah cairan tubuh atau 40% dari berat badan. Elektrolit kation terbanyak adalah
K+, Mg+, sedikit Na+. Elektolit anion terbanyak adalah HPO42-, protein-protein, sedikit
HCO3–, SO42-, Cl–
b. Cairan Ekstrasel

Cairan ekstrasel merupakan cairan yang berada diluar sel, jumlahnya sekitar 1/3
dari total cairan tubuh atau sekita 20% dari berat badan. Cairan ekstrasel berperan
dalam transport nutrient, elektrolit dan okseigen ke sel dan membersihkan hasil
metabolisme untuk kemudian dikeluluarkan dari tubuh, regulasi panas, sebagai pelumas
pada persendian dan membran mukosa, penghancuran makanan dalam proses
pencernaan. Cairan ekstrasel terdiri dari:

1) Cairan interstisial

Cairan Interstisial merupakan cairan yang berada disekitar sel misalnya cairan
limfe, jumlahnya sekitar 10%-15% dari cairan ekstrasel. Relatif terhadap ukuran tubuh,
volume ISF adalah sekitar 2 kali lipat pada bayi baru lahir dibandingkan orang dewasa.

2) Cairan intavaskuler

Cairan Intravaskuler adalah cairan yang terkandung dalam pembuluh darah


misalnya plasma, jumlahnya sekitar 5% dari cairan ekstrasel. Hingga saat ini belum
ada alat yang tepat/pasti untuk mengukur jumlah darah seseorang, tetapi jumlah darah
tersebut dapat diperkirakan sesuai dengan jenis kelamin dan usia, komposisi darah
terdiri dari kurang lebih 55%plasma, dan 45% sisanya terdiri dari komponen darah
seperti sel darah merah, sel darah putih dan platelet.

3) Cairan transelular

Cairan Transelular merupakan cairan yang berada pada ruang khusus


seperti cairan serebrospinalis, perikardium, pleura, sinova, air mata, intaokuler dan
sekresi lambung, jumlahnya sekitar 1%-3%.

Didalam cairan ekstrasel terdapat elektrolit kation terbanyak Na+,sedikit K+, Ca2+,
Mg2+ serta elektrolit anion terbanyak Cl– , HCO3–, protein pada plasma, sedikit HPO42-
SO42-.

Human Body:

1. Tissue (40%)
2. Fluid (60%)
 Ekstraselular (20%)
 Intraselular (40%) -> Interstisial (10-15%), Intravaskluler (5%), dan Transeluler (1-
3%)

E. Elektrolit Tubuh
Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik
yang disebut ion jika berada dalam larutan. Elektrolit terdapat pada seluruh cairan
tubuh. Cairan tubuh mengandung oksigen, nutrien, dan sisa metabolisme (seperti
karbondioksida), yang semuanya disebut ion. Beberpa jenis garam akan dipecah
menjadi elektrolit. Contohnya NaCl akan dipecah menjadi Na+ dan Cl–. Pecahan
elektrolit tersebut merupakan ion yang dapat mengahantarkan arus litrik. Elektrolit
adalah substansi ion-ion yang bermuatan listrik yang terdapat pada cairan. Satuan
pengukuran elektrolit menggunakan istilah milliequivalent (mEq). Satu
milliequivalent adalah aktivitass secara kimia dari 1 mg dari hidrogen.
 Ion-ion positif disebut kation. Contoh kation antara lain natrium, kalium,
kalsium, dan magnesium
 Ion-ion negatif disebut anion. Contoh anion antara lain klorida, bikarbonat,
dan fosfat.
 Keseimbangan Elektrolit
Keseimbangan elektrolit sangat penting, karena total konsentrasi elektrolit
akan mempengaruhi keseimbangan cairan dan konsentrasi elektrolit berpengaruh
pada fungsi sel. Elektrolit berperan dalam mempertahankan keseimbangan cairan,
regulasi asam basa, memfasilitasi reaksi enzim dan transmisi reaksi neuromuscular.
Ada 2 elektrolit yang sangat berpengaruh terhadap konsentrasi cairan intasel dan
ekstrasel yaitu natrium dan kalium.

Komposisi dari elektrolit tubuh baik pada intraseluler maupun pada plasma adalah
sebagai berikut :

 Elektrolit ekstraseluler intraseluler


Plasma interstitial
1. Kation
o Natrium (Na+) 144,0 mEq 137,0 mEq 10 mEq, berfungsi membantu proses
keseimbangan asam basa dengan menukar ion hydrogen pada ion sodium di
tubulus ginjal.
o Kalium (K+) 5,0 mEq 4,7 mEq 141 mEq, berfungsi menjaga keseimbangan
kalium di rruang intrasel.
o Kalsium (Ca++) 2,5 mEq 2,4 mEq 0, berfungsi meningkatkan fungsi syaraf
dan muscle.
o Magnesium (Mg++) 1,5 mEq 1,4 mEq 31 mEq.
2. Anion
o Klorida (Cl-) 107,0 mEq 112,7 mEq 4 mEq, berfungsi membantu proses
keseimbangan natrium.
o Bikarbonat (HCO3-) 27,0 mEq 28,3 mEq 10 mEq, befungsi membantu
membentuk asam karbonat dan suasana garam untuk menurunkan Ph.
o Fosfat (HPO42-) 2,0 mEq 2,0 mEq 11 mEq, berfungsi untuk menjadi energy
pada metobolisme sel.
o Sulfat (SO42-) 0,5 mEq 0,5 mEq 1 mEq.
o Protein 1,2 mEq 0,2 mEq.
F. Pergerakan Cairan dalam Tubuh

Perpindahan air dan zat terlarut di antara bagian-bagian tubuh melibatkan


mekanisme transpor pasif dan aktif. Mekanisme transpor pasif tidak membutuhkan
energi sedangkan mekanisme transpor aktif membutuhkan energi. Difusi dan osmosis
adalah mekanisme transpor pasif. Sedangkan mekanisme transpor aktif berhubungan
dengan pompa Na-K yang memerlukan ATP. Proses pergerakan cairan tubuh antar
kompertemen dapat berlangsung secara:

a. Osmosis

Osmosis adalah bergeraknya molekul (zat terlarut) melalui membran


semipermeabel (permeabel selektif) dari larutan berkadar lebih rendah menuju
larutan berkadar lebih tinggi hingga kadarnya sama. Seluruh membran sel dan kapiler
permeabel terhadap air, sehingga tekanan osmotik cairan tubuh seluruh kompartemen
sama. Membran semipermeabel ialah membran yang dapat dilalui air (pelarut), namun
tidak dapat dilalui zat terlarut misalnya protein.

Tekanan osmotik plasma darah ialah 285+ 5 mOsm/L. Larutan dengan


tekanan osmotik kira-kira sama disebut isotonik (NaCl 0,9%, Dekstrosa 5%, Ringer
laktat). Larutan dengan tekanan osmotik lebih rendah disebut hipotonik (akuades),
sedangkan lebih tinggi disebut hipertonik

b. Difusi

Difusi ialah proses bergeraknya molekul lewat pori-pori. Larutan akan


bergerak dari konsentrasi tinggi ke arah larutan berkonsentrasi rendah. Tekanan
hidrostatik pembuluh darah juga mendorong air masuk berdifusi melewati pori-pori
tersebut. Jadi difusi tergantung kepada perbedaan konsentrasi dan tekanan hidrostatik

c. Pompa Natrium Kalium

Pompa natrium kalium merupakan suatu proses transpor yang memompa ion
natrium keluar melalui membran sel dan pada saat bersamaan memompa ion kalium
dari luar ke dalam. Tujuan dari pompa natrium kalium adalah untuk mencegah
keadaan hiperosmolar di dalam sel.

G. Pengaturan Cairan Tubuh

Keseimbangan cairan dalam tubuh dihitung dari keseimbangan antara jumlah


cairan yang masuk dan jumlah cairan yang keluar.

1. Asupan

Asupan (intake) cairan untuk kondisi normal pada orang dewasa adalah ±
2500cc per hari. Asupan cairan dapat langsung berupa cairan atau ditambah dari
makanan lain. Pengaturan mekanisme keseimbangan cairan ini menggunakan
mekanisme haus. Pusat pengaturan rasa haus dalam rangka mengatur
keseimbangan cairan adalah hipotalamus. Apabila terjadi ketidakseimbangan
volume cairan tubuh di mana asupan cairan kurang atau adanya perdarahan,
maka curah jantung menurung, menyebabakan terjadinya penurunan tekanan
darah.

2. Pengeluaran

Pengeluaran (output) cairan sebagai bagian dalam mengimbangi asupan


cairan pada orang dewasa, dalam kondisi normal adalah ±2300 cc. Jumlah air
yang paling banyak keluar berasal dari ekskresi ginjal (berupa urine), sebanyak
±1500 cc per hari pada orang dewasa. Hal ini juga dihubugkan dengan
banyaknya asupan air melalui mulut. Asupan air melalui mulut dan pengeluaran
air melalui ginjal mudah diukur, dan sering dilakukakan melalui kulit (berupa
keringat) dan saluran pencernaan (berupa feses). Pengeluaran cairan dapat pula
dikategorikan sebagai pengeluaran cairan yang tidak dapat diukur karena,
khususnya pada pasien luka bakar atau luka besar lainnya, jumlah pengeluaran
cairan (melalui penguapan) meningkat sehingga sulit untuk diukur. Pada kasus
seperti ini, bila volume urine yang dikeluarkan kurang dari 500 cc per hari,
diperlukan adanya perhatian khusus. Setipa 1 derajat celcius akam berpengaru
pada output cairan

Pasien dengan ketidakadekuatan pengeluaran cairan memerlukan


pengawasan asupan dan pengeluaran cairan secara khusus. Peningkatan jumlah
dan kecepatan pernapasan, deman, keringat, dan diare dapat menyebabkan
kehilangan cairan secara berlebihan adalah muntah secara terus menerus.

Pengeluaran cairan terjadi melalui organ –organ seperti:


a. Ginjal
 Merupakan pengatur utama keseimbangan cairan yang
menerima 170 liter darah untuk di saring setiap hari.
 Produksi urin untuk semua usia 1ml/ kg/ jam.
 Pada orang dewasa produksi urin sekitar 1,5 lt/ hari.
 Jumlah urine yang di produksi oleh ginjal di pengaruhi oleh
ADH dan aldosteron.
b. Kulit
 Hilangnya cairan melalui kulit diatur oleh syaraf simpatis
yang merangsang aktifitas kelenjar keringat.
 Rangsangan kelenjar keringat dapat di hasilkan dari aktivitas
otot, temperatur lingkungan yang meningkat dan demam.
 Disebut juga Isensible Water Loss (IWL) sekitar 15 –20 ml/
24 jam.
c. Paru –paru

 Menghasilkan IWL sekitar 400 ml/ hari.


 Meningkatnya cairan yang hilang sebagai respons terhadap
perubahan kecepatan dan kedalaman napas akibat pergerakan
atau demam.
d. Gastrointestinal
 Dalam kondisi normal cairan yang hilang dari gastrointestinal
setiap hari sekitar 100-200 ml.
 Perhitungan IWL secara keseluruhan adalah 10-15 cc/kg BB/
24 jam, dengan kenaikan 10 % dari IWL pada setiap kenaikan
suhu 1 derajat celcius
 Keterangan IWL : (Insensible Water Loss)

 Hasil-hasil pengeluaran cairan adalah:


1. Urine

Pembentukan urine terjadi di ginjal dan dikeluarkan melalui


vesika urinaria (kandung kemih). Proses ini merupakanproses
pengeluaran cairan tubuh yang utama. Cairan dalam ginjal disaring
pada glomerulus dan dalam tubulus ginjal untuk kemudian diserap
kembali ke dalam aliran darah. Hasil ekskresi terakhir proses ini adalah
urine. Jika terjadi penurunan volume dalam sirkulasi darah, reseptor
atrium jantung kiri dan kanan akan mengirimkan impuls kembali nke
ginjal dan memproduksi ADH sehingga memengaruhi pengeluaran
urine.

2. Keringat

Keringat terbentuk bila tubuh menjadi panas akibat pengaruh


suhu yang panas. Keringat banyak mengandung garam, urea, asam
laktat, dan ion kalium. Banyaknya jumlah keringat yang keluar akan
memengaruhi kadar natrium dalam plasma.

3. Feses

Feses yang keluar mengandung air dan sisanya berbentuk


padat. Pengeluaran air melalui feses merupakan pengeluaran cairan
yang paling sedikit jumlahnya. Jika cairan yang keluar melalui feses
jumlahnya berlebihan,maka dapat mengakibatkan tubuh menjadi
lemas. Jumlah rata-rata pengeluaran cairan melalui feese adalah 100
ml/hari.

H. Faktor yang Berpengaruh pada Keseimbangan Cairan dan Elektrolit

Faktor-faktor yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh antara
lain :
a. Umur

Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena usia


akan berpengaruh pada luas permukaan tubuh, metabolisme, dan berat badan.
Infant dan anak-anak lebih mudah mengalami gangguan keseimbangan cairan
dibanding usia dewasa. Pada usia lanjut sering terjadi gangguan keseimbangan
cairan dikarenakan gangguan fungsi ginjal atau jantung.

b. Iklim

Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban
udaranya rendah memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan elektrolit
melalui keringat. Sedangkan seseorang yang beraktifitas di lingkungan yang
panas dapat kehilangan cairan sampai dengan 5 L per hari.

c. Diet

Diet seseorag berpengaruh terhadap intake cairan dan elktrolit. Ketika


intake nutrisi tidak adekuat maka tubuh akan membakar protein dan lemak
sehingga akan serum albumin dan cadangan protein akan menurun padahal
keduanya sangat diperlukan dalam proses keseimbangan cairan sehingga hal
ini akan menyebabkan edema.

d. Stress

Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan


pemecahan glykogen otot. Mrekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan
retensi air sehingga bila berkepanjangan dapat meningkatkan volume darah

e. Kondisi Sakit

Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan


dan elektrolit tubuh. Misalnya :

 Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui


IWL.

 Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses


regulator keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh

 Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami gangguan


pemenuhan intake cairan karena kehilangan kemampuan untuk
memenuhinya secara mandiri.
f. Tindakan Medis

Banyak tindakan medis yang berpengaruh pada keseimbangan cairan


dan elektrolit tubuh seperti : suction, nasogastric tube dan lain-lain.

g. Pengobatan

Pengobatan seperti pemberian deuretik, laksative dapat berpengaruh


pada kondisi cairan dan elektrolit tubuh.

h. Pembedahan

Pasien dengan tindakan pembedahan memiliki resiko tinggi


mengalami gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh, dikarenakan
kehilangan darah selama pembedahan.

I. Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit Tubuh

1. Ketidakseimbangan Cairan
Ketidakseimbangan cairan dibagi menjadi 2, yaitu :
1) Gangguan keseimbangan isotonis, adalah terjadi ketika sejumlah cairan
dan elektrolit hilang secara bersamaan dalam jumlah yang seimbang
2) Gangguan keseimbangan osmolar, adalah terjadi ketika kehilangan
cairan yang menyebabkan perubahan konsentrasi dan osmolalitas
serum.

Berdasaran penjelasan diatas, ketidakseimbangan ada 4 kategori :

a. Kehilangan cairan dan elektrolit isotonic


b. Kehilangan cairan
c. Peningkatan cairan dan elektrolit isotonis

2. Deficit Volume Cairan

Deficit volume cairan terjadi saat tubuh kehilangan cairan dan elektrolit
ekstraseluler dalam jumlah yang proporsional (isotonic). Kondisi tubuh seperti ini
juga bisa disebut hipovolemia. Gangguan ini dimulai saat tubuh kehhilangan
cairan intravaskuler dan diikuti perpindahal cairan interselular menuju
ntravaskuler dan menyebabkan penurunan cairan ekstraseluler.

Faktor yang menyebabkan deficit volume cairan, yaitu :

 Kehilangan cairan abnormal melalui kulit


 Penuunan asupan cairan
 Pendarahan dan pergerakan cairan ke lokasi perpindahan cairan

3. Deficit Cairan
Faktor risiko yang menyebabkan deficit cairan :
 Kehilangan cairan berlebih seperti muntah, diare, pengisapan lambung.
Tanda klinis : kehilangan berat badan.
 Ketidakcukupan asupan cairan seperti anoreksia, mual, muntah. Tanda
klinis : penurunan tekanan darah.

4. Dehidrasi
Dehidrasi adalah ketidakseimbangan hyperosmolar ketika kehilangan cairan
yang tidak diimbnagi dengan kehilangan elektrolit dalam jumlah cairan dalam
jumlah yang seimbang seperti minum, cairan yang hilang menyebabkan kadar
natrium meningkat, osmolalitas meningkat dan dehidrasi intraseluler

5. Kelebihan Vomule Cairan (Hipervolemia)


Hypervolemia terjadi saat tubuh menyimpan cairan dan elektrolit dalam
lapisan ekstraseluler dalam jumlah yang seimbang karena ada retensi ccairan
isotonic, konsentrasi natrium dalam serum normal.
Penyebab kelebihan cairan yang berlebihan, antara lain :
 Asupan natrium yang berbeda
 Pemberian infus berisi natrium yang banyak pada klien gangguan
mekanisme regulasi cairan
 Penyakit gangguan mekanisme regulasi seperti gangguan jantung,
gagal ginjal kohensif
 Kelebihan steroid
 Kelebihan volume cairan

Faktor risikonya adalah kelebihan cairan yang mengandung natrium dari


terapi intravena dan asupan cairan mengandung natrium dari diet atau obat.

6. Edema
Edema adalah jumlah cairan natrium yang berlebihan meningkatkan
tekanan osmotic akibatnya cairan keluar dari sel yang menimbulkan
penumpukan cairan di interstitial.
Edema terjadi ketika :
 Permeabilitas kailer meningkat
 Peningkatan hidrostatik kapiler
 Perpindahan cairan dari ruang interstitial terhambat
Edema dibagi menjadi 2 yaitu edema pitting dan on pitting. Edema
pitting terjadi ketika edema meninggalkan depresi saat penekanan area
bengkak disebabkan oleh gangguan natrium, sedangkan edema non pitting
yaitu disebabkan oleh retensi cairan.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air ( pelarut) dan zat tertentu (zat
terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan
listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan tubuh dibagi dalam dua
kelompok besar yaitu : cairan intraseluler dan cairan ekstraseluler. Total jumlah
volume cairan tubuh (total body water-TBW) kira-kira 60 % dari berat badan pria dan
50 % dari berat badan wanita. Jumlah volume ini tergantung pada kandungan lemak
badan dan usia.

Mekanisme kerja cairan dan elektrolit dalam tubuh melalui tiga proses yaitu
difusi, osmosis, dan transportasi. Cairan tubuh didistribusikan di antara dua
kompartemen yaitu pada intraseluler dan ekstraseluler. Cairan intraseluler kira-kira 2/3
atau 40 % dari BB, sedangkan cairan ekstraseluler 20 % dari BB. Pengeluaran cairan
terjadi melalui organ tubuh yaitu ginjal, kulit, paru-paru, dan gastrointestinal.

Faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit dalam tubuh ada
delapan faktor yaitu umur, iklim, diet, stress, kondisi sakit, tendakan medis,
pengobatan , dan pembedahan. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dalam
tubuh dapat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu kelebihan dan kekurangan cairan dan
elektrolit. Ketidakseimbangan cairan dibagi menjadi 2, yaitu Gangguan
keseimbangan isotonis dan gangguan keseimbangan osmolar.

Keseimbangan cairan tubuh dan elektrolit normal adalah akibat dari


keseimbangan dinamis antara makanan dan minuman yang masuk dengan
keseimbangan yang melibatkan sejumlah besar sistem organ. Cairan tubuh dan
elektrolit yang dikonsumsi lebih banyak maka cairan yang dikeluarkan juga lebih
banyak.

B. Saran
Kebutuhan cairan tubuh tak hanya berasal dari konsumsi air putih saja,
melainkan juga dari makanan dan minuman yang mengandung air. Meskipun begitu,
akan jauh lebih baik bila kita memilih untuk mengkonsumsi air putih ketimbang jenis
minuman lainnya yang banyak mengandung gula, kalori, kafein dan zat-zat lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

Aris, Setiawan dkk. 2009. Fisiologi Tubuh Manusia untuk Mhasiswa Kebidanan. Jakarta:
TIM

Barbara, Kozier. 1995. Fundamental of Nursing Concept : Process and Practice. Edisi 5.
California : Addison Wsley.

Horne, Mimma M. 2000. Keseimbangan Cairan, Elektrolit dan Asam Basa. Jakarta : EGC.

Nugroho, Aryandhito Widhi. 2011. Ilmu Gizi Menjadi Sangat Mudah. Jakarta : EGC.

Poedjijadi, Anna. 1994. Dasar – Dasar Biokimia. Jakarta : Universitas Indonesia.

Potter, Perry. 2009. Fundamental Keperawatan. Edisi 7. Jakarta: Salemba Medika.

Uliyah, Musrifatul dkk. 2009. Keterampilan Dasar Praktik Klinik untuk Kebidanan. Jakarta:
Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai