BAB 1
PENDAHULUAN
1
2
1.3 Tujuan
Adapun tujuan pada asuhan keperawatan ini adalah sebagai berikut:
1) Untuk mengetahui definisi cairan dan elekrolit.
2) Untuk mengetahui anatomi fisiologi cairan dan elekrolit.
3) Untuk mengetahui klasifikasi cairan dan elekrolit.
4) Untuk mengetahui patofisiologi cairan dan elektrolit.
5) Untuk mengetahui manifestasi klinis cairan dan elektrolit.
6) Untuk mengetahui faktor-faktor keseimbangan cairan dan elektrolit cairan
dan elekrolit.
7) Untuk mengetahui pergerakancairan dan elekrolit tubuh.
8) Untuk mengetahui manajemen asuhan keperawatan gangguan kebutuhan
cairan dan elektrolit
4
1.4 Manfaat
Adapun manfaat pada asuhan keperawatan ini adalah sebagai berikut:
1) Memahami akan pentingnya cairan dan elektrolit dalam mendukung
kesehatan dan keseimbangan tubuh manusia.
2) Mampu memberikan asuhan keperawatan kepada pasien sesuai dengan
kebutuhan cairan dan elektrolit.
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh
tetap sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah salah satu
bagian dari fisiologi homeostasis. Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan
komposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan
yang terdiri dari (pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia
yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada
dalam larutan. Cairan dan Elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan,
minuman, dan cairan intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh.
Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air
tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan
dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya, jika salah satu
terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya.
Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu: cairan intraseluler dan
cairan ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan yang berada di dalam sel di
seluruh tubuh, sedangkan cairan ekstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel
dan terdiri dari tiga kelompok yaitu: cairan intravaskuler (plasma), cairan
interstitial dan cairan transeluler.Cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik
karena metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap untuk melakukan
respons terhadap keadaan fisiologis dan lingkungan.
Kebutuhan Cairan Menurut Usia dan Berat Badan
No. Umur BB (Kg) Cairan (ml/24jam)
1 3 hari 3,0 250 ─ 300
2 1 tahun 9,5 1150 ─ 3000
3 2 tahun 11,8 1350 ─ 1500
4 6 tahun 20 1800 ─ 2000
5 10 tahun 28,7 2000 ─ 2500
6 14 tahun 45 2200 ─ 2700
7 16 tahun (adult) 54 2200 ─ 2700
5
6
2.3 Klasifikasi
Cairan tubuh terdiri atas cairan ekstrasel dan caiaran intrasel. Dimana 1/3
dari cairan tubuh total terdiri dari cairan ekstrasel dan 2/3 merupakan cairan
intrasel. Distribusi cairan tubuh adalah sebagai berikut otot 50%, kulit 20%, darah
20% dan organ-organ lain 20%.
2.3.1 Cairan Ekstrasel
Cairan ekstrasel adalah semua cairan yang terdapat diluar sel atau biasa
disebut CES. Cairan ekstrasel terdiri dari ion-ion dan berbagai bahan nutrisi yang
dibutuhkan oleh sel untuk mempertahankan fungsi sel, seperti pertumbuhan,
perkembangan dan fungsi khusus lainya. Karena peranannya yang penting
ini,maka cairan ekstrasel disebut juga internal environment. Cairan ini bergerak
secara constant pada seluruh tubuh dan ditransport secara cepat kedalam sirkulasi
melalui dinding kapiler. Cairan ekstrasel terdiri atas beberapa komponen yaitu:
plasma, cairan interstitial dan cairan transeluler.
2.3.2 Caiaran Intrasel
Sekitar 25 liter dari 40 liter cairan dalam tubuh kita terdapat dalam 100
triliun sel, disebut cairan intraseluler yang meliputi 2/3 dari seluruh cairan tubuh.
Cairan intrasel juga biasa disebut CIS. Cairan intrasel yang terdapat pada setiap
sel mempunyai komposisi yng berbeda, tetapi konsentrasinya dari tiap komposisi
ini dapat dikatakan sama dari sel satu ke sel lainya. Cairan intrasel ini mempunyai
pH yang sedikit lebih rendah dibandingkan dengan pH pada cairan ekstrasel yaitu
berkisar 6,8 sampai 7,2.
2.3.3 Cairan Transeluler
Cairan transelular dipisahkan dengan cairan ekstrasel lainya oleh lapisan sel
epitel. Cairan transelular merupakan cairan yang terdapat pada lumen saluran
pencernaan, keringat, cairan serebrospinal, cairan pleura, cairan pericardial, cairan
intra okuler, cairan synovial, cairan peritoneum, empedu dan cairan kokhlea.
8
Cairan yang terdapat pada lumen saluran pencernaan merupakan ½ dari seluruh
cairan transelular, disusul oleh cairan serebrospinalis dan empedu.
2.3.4 Cairan Interstitial
Cairan interstitial merupakan cairan yang terdapat diantara sel, termasuk
diantaranya adalah cairan limfe. Cairan interstitial merupakan 75% dari jumlah
cairan ekstrasel atau kurang lebih 10,5liter pada seseorang dengan berat badan
70kg.
2.4 Patofisiologi
Adapun patofisiologi dari asuhan keperawatan ini adalah sebagai berikut:
1) Hipovolemia (kekurangan Volume Cairan)
Kekurangan volume cairan terjadi ketika tubuh kehilangan cairan dan
elektrolit ekstraseluler dalam jumlah yang proporsional (isotonik). Kondisi seperti
ini disebut juga hipovolemia. Umumnya, gangguan ini diawali dengan kehilangan
cairan intravaskuler, lalu diikuti dengan perpindahan cairan interseluler menuju
intravaskuler sehingga menyebabkan penurunan cairan ekstraseluler. Untuk untuk
mengkompensasi kondisi ini, tubuh melakukan pemindahan cairan intraseluler.
Secara umum, defisit volume cairan disebabkan oleh beberapa hal, yaitu
kehilangan cairan abnormal melalui kulit, penurunan asupancairan , perdarahan
dan pergerakan cairan ke lokasi ketiga (lokasi tempat cairan berpindah dan tidak
mudah untuk mengembalikanya ke lokasi semula dalam kondisi cairan
ekstraseluler istirahat). Cairan dapat berpindah dari lokasi intravaskuler menuju
lokasi potensial seperti pleura, peritonium, perikardium, atau rongga sendi. Selain
itu, kondisi tertentu, seperti terperangkapnya cairan dalam saluran pencernaan,
dapat terjadi akibat obstruksi saluran pencernaan.
2) Hipervolemia (kelebihan Volume Cairan)
Hipervolemia (FVE) yaitu Keadaan dimana seorang individu mengalami
atau berisiko mengalami kelebihan cairan intraseluler atau interstisial.Kelebihan
volume cairan mengacu pada perluasan isotonok dari CES yang disebabkan oleh
retensi air dan natrium yang abnormal dalam proporsi yang kurang lebih sama
dimana mereka secara normal berada dalam CES. Hal ini selalu terjadi sesudah
ada peningkatan kandungan natrium tubuh total, yang pada akhirnya
9
Pathway
Cairan dan Elektroit
usia dewasa. Pada usia lanjut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan
dikarenakan gangguan fungsi ginjal atau jantung.
2) Iklim
Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban
udaranya rendah memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan elektrolit
melalui keringat. Sedangkan seseorang yang beraktifitas di lingkungan yang panas
dapat kehilangan cairan sampai dengan 5 L per hari.
3) Diet
Diet seseorang berpengaruh terhadap intakecairan dan elektrolit. Ketika
intake nutrisi tidak adekuat maka tubuh akan membakar protein dan lemak
sehingga akan serum albumin dan cadangan protein akan menurun padahal
keduanya sangat diperlukan dalam proses keseimbangan cairan sehingga hal ini
akan menyebabkan edema.
4) Stress
Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan pemecahan
glikogen otot. Mekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan retensi air
sehingga bila berkepanjangan dapat meningkatkan volume darah.
5) Kondisi Sakit
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan
elektrolit tubuh Misalnya :
(1) Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air
melaluiIWL.
(2) Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses Pasien
dengan penurunan tingkat kesadaran.
(3) Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami gangguan
pemenuhan intake cairan karena kehilangan kemampuan untuk
memenuhinya secara mandiri.
Pengatur utama intake cairan adalah melalui mekanisme haus. Pusat haus
dikendalikan berada di otak Sedangkan rangsangan haus berasal dari kondisi
dehidrasi intraseluler, sekresi angiotensin II sebagai respon dari penurunan
tekanan darah, perdarahan yang mengakibatkan penurunan volume darah.
13
Perasaan kering di mulut biasanya terjadi bersama dengan sensasi haus walupun
kadang terjadi secara sendiri. Sensasi haus akan segera hilang setelah minum
sebelum proses absorbsi oleh tractus gastrointestinal. Kehilangan cairan tubuh
melalui empat rute (proses) yaitu :
1) Urine
Proses pembentukan urine oleh ginjal dan ekresi melalui tractus urinarius
merupakan proses output cairan tubuh yang utama. Dalam kondisi normal
outputurine sekitar 1400-1500 ml per 24 jam, atau sekitar 30-50 ml per jam pada
orang dewasa. Pada orang yang sehat kemungkinan produksi urine bervariasi
dalam setiap harinya, bila aktivitas kelenjar keringat meningkat maka produksi
urine akan menurun sebagai upaya tetap mempertahankan keseimbangan dalam
tubuh.
2) IWL (Invisible Water Loss)
IWL terjadi melalui paru-paru dan kulit, melalui kulit dengan
mekanismedifusi. Pada orang dewasa normal kehilangan cairan tubuh melalui
proses ini adalah berkisar 300-400 mL per hari, tapi bila proses respirasi atau suhu
tubuh meningkat maka IWL dapat meningkat.
Rumus menghitung balance cairan:
Cairan masuk = Output/cairan keluar + IWL
Rumus perhitungan IWL:
IWL = (15xBB)
24 Jam
3) Keringat
Berkeringat terjadi sebagai respon terhadap kondisi tubuh yang panas,
respon ini berasal dari anterior hypotalamus, sedangkan impulsnya ditransfer
melalui sumsum tulang belakang yang dirangsang oleh susunan syaraf simpatis
pada kulit.
4) Feces
Pengeluaran air melalui feces berkisar antara 100-200 mL per hari, yang
diatur melalui mekanisme reabsorbsi di dalam mukosa usus besar (kolon).
14
Batasan Karakteristik:
(1) Ketidak cukupan asupan cairan per oral.
(2) Balance negative antara asupan dan haluaran.
(3) Penurunan berat badan.
(4) Kulit/membrane mukosa kering ( turgor menurun).
(5) Peningkatan natrium serum.
(6) Penurunun haluaran urine atau haluaran urine berlebih.
(7) Urine pekat atau sering berkemih.
(8) Penurunan turgor kulit.
(9) Haus, mual/anoreksia
Faktor yang berhubungan:
(1) Berhubungan dengan haluaran urine berlebih, sekunder akibat diabetes
insipidus.
(2) Berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler dan kehilangan
cairan melalui evaporasi akibat luka bakar.
(3) Berhubungan dengan kehilangan cairan, sekunder akibat demam,
drainase abnormal, dari luka, diare.
(4) Berhubungan dengan penggunaan laksatif, diuretic atau alcohol yang
berlebihan.
(5) Berhubungan dengan mual, muntah.
(6) Berhubungan dengan motivasi untuk minum, sekunder akibat depresi
atau keletihan.
(7) Berhubungan dengan masalah diet.
(8) Berhubungan denganpemberian makan perselang dengan konsentrasi
tinggi.
(9) Berhubungan dengan konsentrasi menelan atau kesulitan makan sendiri
akibat nyeri mulut.
2) Kelebihan Volume Cairan
Definisi:
Kondisi ketika individu mengalami atau beresiko mengalami kelebihan
beban cairan intraseluler atau interstisial.
Batasan Karakteristik:
18
(1) Edema
(2) Kulit tegang, mengkilap.
(3) Asupan melebihi haluaran.
(4) Sesak napas
(5) Kenaikan berat badan
Faktor yang berhubungan:
(1) Berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi cairan, sekunder
akibat gagal jantung.
(2) Berhubungan dengan preload, penurunan kontraktilitas, dan penurunan
curah jantung, sekunder akibat infark miokard, gagal jantung, penyakit
katup jantung.
(3) Berhubungan dengan hipertensi porta, tekanan osmotic, koloid plasma
yang rendah, retensi natrium, sekunder akibat penyakit hepar, serosis
hepatis, asites, dan kanker.
(4) Berhubungan dengan gangguan aliran balik vena, sekunder akibat
varises vena, thrombus, imobilitas, flebitis kronis.
(5) Berhubungan dengan retensi natrium dan air, sekunder akibat
penggunaan kortikosteroid.
(6) Berhubungan dengan kelebihan asupan natrium/cairan.
(7) Berhubungan dengan rendahnya asupan protein pada diet lemak,
malnutrisi.
(8) Berhubungan dengan venostasis/bendungan vena, sekunder akibat
imobilitas, bidai atau balutan yang kuat, serta berdiri atau duduk dalam
waktu yang lama.
(9) Berhubungan dengan kompresi vena oleh uterus pada saat hamil.
(10) Berhubungan dengan drainase limfatik yang tidak adekuat, sekunder
akibat mastetomi.
3) Gangguan keseimbangan Elektrolit(kalium)
Batasan Karakteristik:
(1) Perubahan kadar kalium.
(2) Aritmia
(3) Kram tungkai
19
(4) Mual
(5) Hipotensi
(6) Bradikardia
(7) Kesemutan
Faktor yang berhubungan :
(1) Berhubungan dengan kerusakan jaringan, sekunder akibat trauma
panas.
(2) Berhubungan dengan pengeluaran kalium berlebih karena muntah,
diare.
(3) Berhubungan dengan gangguan regulasi elektrolit, sekunder akibat
kerusakan ginjal.
(4) Berhubungan dengan diet tinngi-kalium/ rendah-kalium.
2.8.3 Intervensi
1) Kekurangan volume cairan/Hipovolemia
Tujuan : Menyeimbangkan volume cairan sesuai dengan kebutuhan tubuh.
iii.Ingatkan klien
untuk menghindari
detergen yang keras, i. Untuk mepercepat
membawa beban perbaikan jaringan
berat, memegang tubuh.
rokok, mencabut
kutikula/ bintil
kuku, me-nyentuh
kompor gas,
memgenakan
perhiasan atau jam
tangan.
Kalium
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
24
25
Keterangan:
: Meninggal
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien (Ny. U)
: Tinggal serumah
= 818 ml – 248,125ml
= (+) 569,875ml.
Masalah Keperawatan : Hipervolemia
2) Hidung/Penciuman
Fungsi penciuman pasien baik, hidung simetris tidak ada peradangan
maupun kelainanan yang di alami pasien.
3.1.3.12 Leher Dan Kelenjar Limfe
Massa tidak ada, jaringan parut tidak ada, kelenjar limfe tidak teraba,
kelenjar tyroid tidak teraba, mobilitas leher bergerak bebas tidak terbatas.
3.1.3.13 Sistem Reproduksi
Reproduksi tidak ada mengalami kemerahan, gatal-gatal, perdarahan, tidak
ada kelainan padauretra, kebersihan cukup bersih,
Masalah Keperawatan: tidak ada masalah
3.1.4 Pola Fungsi Kesehatan
3.1.4.1 Persepsi Terhadap Kesehatan dan Penyakit
Pasien mengatakan ingin cepat sembuh dan ingin cepat berkumpul dengan
keluarganya.
3.1.4.2 Nutrisida Metabolisme
Dietrendah garam, rendah kalium, nasi lembek, TKTP (tinggi kalori,
tinggi protein), nafsu makan baik. Saat pengkajian pasien tampak sakit
sedang, 1/2 porsi makanan, pasien tampak lemas, mual (-), muntah (-),
tanda-tanda vital: TD :160/100 mmHg, N : 105x/m, RR : 27/m, S : 36,5
0
C. TB 155 cm BB sebelum sakit 75 kg, BB saat sakit 77 kg, IMT = 22,95
(normal)
Tabel 2.1 Pola Makan Sehari-hari Ny.U di Ruang Bougenville
Pola Makan Sehari-hari Sesudah Sakit Sebelum Sakit
Frekuensi/hari 3x sehari 3x sehari
Porsi 1/2 porsi 1 porsi
Nafsu makan Baik Baik
Jenis Makanan Nasi lembek, lauk, sayur Nasi, lauk, sayur
Jenis Minuman Air putih Air putih, teh
Jumlah minuman/cc/24 jam 600 cc/24 jam 1000 cc/24 jam
Kebiasaan makan Pagi, siang, malam Pagi, siang,
malam
Keluhan/masalah Tidak ada masalah Tidak ada
30
(Milowanto)
33
ANALISA DATA
Data Subyektif dan Data Kemungkinan Masalah
Obyektif Penyebab
S : 36,2 0C.
Hasil lab :
Creatinin : 10,37 mg/dl
DS : Pasien Mengatakan O2 dan Nutrisi Gangguan pola
“saya susah tidur pada tidur
malam hari “ Suplai dan kebutuhan
O2 ke jantung tidak
DO : adekuat
Prioritas Masalah
INTERVENSI KEPERAWATAN
NamaPasien : Ny.P
RuangRawat : Bougenville
2.Hipervolemia Setelah di lakukan tindakan 1) Kaji adanya edema ekstremitas 1) Curiga gagal kongestif/kelebihan volume
berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 jam, cairan.
Penurunan volume maka diharapkan tidak terjadi 2) Istirahatkan/anjurkan klien untuk2) Menjaga klien dalam keadaan tirah baring
urine, retensi cairan
kelebihan volume cairan tirah baring pada saat edema selama beberapa hari mungkin diperlukan
dan natrium di tandai
dengan Pasien sistemik. Dengan kriteria hasil: masih terjadi. untuk meningkatkan dieresis yang
Mengatakan “ Napas 1) Klien tidak sesak napas. bertujuan mengurangi edema.
saya terasa sesak”, 2) Edema ekstremitas 3) Kaji tanda-tanda vital 3) Sebagai ssalah satu cara untuk mengetahui
Pasien tampak sesak, berkurang. peningkatan jumlah cairan yang dapat
Pasien tampak sakit 3) Piting edema (-). diketahui dengan meningkatkan beban
sedang, Terdapat 4) Produksi urine >600 kerja jantung yang dapat diketahui dari
asistes, Produksi urine
ml/hari. meningkatnya tekanan darah.
±100 ml/24 jam,
Intake : 1000 ml/24 4) Ukur intake dan output 4) Penurunan curah jantung, mengakibatkan
jam, Balance cairan gangguan perfusi ginjal, retensi
(+) 569,875ml, Hasil natrium/air, dan penurunan urine output.
TTV : TD :160/100 5) Berikan oksigen tambahan 5) Meningkatkan sediaan oksigen untuk
mmHg, N : 105x/m, dengan kanula nasal/masker kebutuhan miokard untuk melawan efek
RR : 27/m, S : 36,5 sesuai dengan indikasi. hipoksia/iskemia
0
C.. Hasil
6) Edukasi kebutuhan cairan dan 6) Menambah pengetahuan klien dan
Laboratorium
Creatinin : 10,37 elektrolit tubuh. keluarga dalam memahami kebutuhan
mg/dl. cairan dan elektrolit tubuh.
7) Kolaborasi :
(1) Berikan diet tanpa garam. (1) Natrium meningkatkan retensi cairan dan
(2) Berikan diet rendah protein meningkatkan volume plasma
tinggi kalori. (2) Diet rendah protein untuk menurunkan
38
3.Gangguan pola tidur Setelah di lakukan tindakan 1. Observasi tanda-tanda vital 1) Mengeahui keadaan umum pasien
berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 jam, 2. Kaji pola tidur 2) Mengetahui kemudahan dan kesulitan
kurangnya control maka diharapkan klien mampu dalam istirahat
tidur ditandai dengan 3. Kaji yang menyebabkan 3) Mengidentifikasi
meningkatkan aktivitas dengan penyebab dari
Pasien tampak
kriteria hasil : gangguan pola tidur gangguan pola tidur
gelisah, Posisi
berbaring semi fowler, 1) Tanda-tanda vital dalam 4. Atur posisi pasien yang nyaman 4) Membantu pasien beristirahat dengan
Pasien tampak sakit rentang normal, TD :120- 5. Kolaborasi dengan keluarga posisi yang nyaman.
sedang, Pasien tampak 150/80-90 mmHg, N : 60- untuk selalu menciptakan 5) Pmembantu pasien beristirahat dengan
sering menguap, Tidur 100 x/mnt, RR : 16-24 lingkungan yang nyaman nyaman tamba suara yg berisik
siang pasien 1 jam, x/menit, S ; 36,5-37,5 °C
2) Pasien sudah tidak gelisah menggaggu tidur pasien
Tidur malam pasien 5
jam, Hasil TTV : TD 3) Pasien sudah tidak Nampak
:160/100 mmHg, N : sering menguap
105x/m, RR : 27/m, S 4) Tidur pasien dalam batas
: 36,5 0C. normal 8-9 jam/hari
39
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
NamaPasien : Ny.P
RuangRawat : Bougenville
Hari
Diagnosa
Tanggal Implementasi Evaluasi TTD
Keperawatan
Jam
Rabu, Dx 1. 1. Mengobservasi tanda-tanda vital S : Pasien Mengatakan : “Napas saya
06 November Pola Napas 2. Mengkaji kualitas, frekuensi dan masih sesak kadang-kadang”
2019 Tidak Efektif kedalaman pernapasan serta melaporkan O:
10.30 wib setiap perubahan yang terjadi Pasien tampak sesak kadang-
3. Memberikan posisi pasien semifowler kadang
4. Berkolaborasi dengan tim medis untuk Pasien berbaring dengan posisi
pemberian O2 semifowler
Pasien memakai O2 nasal kanul
3 liter/menit Milowanto
HB pasien 6,5 g/dl
Hasil TTV :
TD : 160/100 mmHg
N : 105 x/m
RR : 27 x/m
S : 36,5
A : Masalah Teratasi Sebagian
P : lanjutkan Intervensi 1,2,4
40
Hari Implementasi
Diagnosa
Tanggal Evaluasi TTD
Keperawatan
Jam
Rabu, Dx 2. 1) Mengobservasi tanda-tanda vital S : Pasien Mengatakan : “Napas saya
06 November Hipervolemia 2) Mengkaji adanya edema ekstremitas dan masih sesak kadang-kadang”
2019 O:
asites.
10.30 wib Terdapat asites pada perut
3) Memberikan oksigen tambahan dengan Klien mendapat O2 nasal kanul
3 liter/menit.
kanula nasal 3 liter / menit.
Hasil TTV :
4) Berkolaborasi : TD : 160/100 mmHg, N : 105
Memberikan diuretic : Furosemide 1 ampul. x/m, RR : 27 x/m, S : 36,5 Milowanto
A : Masalah Belum Teratasi
P : Lanjutkan Intervensi 1,3,4
41
Hari Diagnosa
Tanggal Keperawata Implementasi Evaluasi TTD
Jam n
Rabu, Dx 3. (1) Mengobservasi tanda-tanda vital S : Pasien Mengatakan : “badan saya
06 November Gangguan (2) Mengkaji pola tidur pasien masih terasa lemas dan masih belum
2019 Pola Tidur (3) Mengkaji yang menyebabkan gangguan bisa beraktivitas seperti biasa”
10.30 wib pola tidur O:
(4) Mengatur posisi pasien yang nyaman Pasien tampak lemas dan gelisah
untuk tidur Pasien berbaring dengan posisi
(5) Berkolaborasi dengan keluarga untuk setengah duduk
selalu menciptakan lingkungan yang Tidur siang pasien 1 jam
nyaman. Tidur malam pasien 5 jam
Hasil TTV :
Milowanto
TD : 160/100 mmHg
N : 105 x/m
RR : 27 x/m
S : 36,5
A : Masalah Belum teratasi
P : lanjutkan Intervensi 1,2,3
BAB 4
PEMBAHASAN
4.2. Hipervolemia
Hipervolemia adalah kondisi dimana kadar bagian yang cair pada darah
(plasma) terlalu tinggi yang menyebabkan retensi cairan isotonik meningkat.
Pengkajian menurut teori pada pasien dengan hipervolemia adalah ortopnea,
dispnea, paroxysmal nocturnal dyspnea (PND), edema anasarka/edema perifer,
berat badan meningkat dalam waktu singkat, hepatomegali, kadar Hb/Ht turun,
oliguria, intake lebih banyak dari output (balance cairan positif), dan kongesti
paru (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia, 2017:62).
Sedangkan, pada kasus yang ditemukan pada Ny. P didapatkan hasil
pengkajian adalah produksi urine dengan output urine± 3x/hari, sekitar 100 ml/ 24
jam warna urine kuning kemerahan pekat dan bau khas (amoniak), intake
42
43
800ml/24 jam, terdapat edema perifer ekstremitas bawah, terdapat asites, kadar
Hb = 6,5 g/dL (nilai normal 10,5 – 18.0) menurun, dan Hct = 19 % (nilai normal =
37.0 – 48.0) menurun.
Jadi, menurut pengkajian teori dan fakta yang saya temukan terdapat
kesamaan yaitu ortopnea, dispnea, edema anasarka/edema perifer, hepatomegali,
kadar Hb/Ht turun, dan intake lebih banyak dari output (balance cairan positif).
BAB 5
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Cairan tubuh merupakan faktor penting dalam berbagai proses fisiologis
didalam tubuh manusia. Kemampuan kita untuk bertahan hidup sangat tergantung
dari cairan yang terdapat dalam tubuh kita. Oleh karena itu, terdapat berbagai
mekanisme yang berfungsi untuk mengatur volume dan komposisi cairan tubuh
agar tetap dalam keadaan seimbang atau disebut juga dalam keadaan Homeostasis.
Sistem kardiovaskuler berfungsi untuk mensuplai berbagai bahan yang penting
melalui darah keseluruh jaringan. Sistem-sistem lainya seperti ginjal, paru-paru
dan hati berfungsi untuk menjaga jumlah dan komposisi cairan dalam tubuh agar
selalu dalam keadaan seimbang. Apabila terjadi ketidak seimbangan antara cairan
yang ada dalam tubuh dan cairan yang dibutuhkan oleh tubuh, maka akan terjadi
ketidakseimbangan atau terjadi gangguan pada berbagai system.
Jumlah cairan pada pria dan wanita itu tidak sama, hal ini disebabkan oleh
karena pada seorang wanita jumlah jaringan lemaknya lebih besar daripada
seorang pria. Pada bayi baru lahir jumlah cairan tubuhnya dapat mencapai 75%-
80% dari berat badan, namun semua ini akan berubah dan menurun dengan
bertambahnya usia. Jadi persentase cairan tubuh (45% -80%, 45% pada wanita
60tahun dan 80% pada bayi laki-laki) disebabkan oleh variasi dari jumlah jaringan
lemak tubuh yang hanya mengandung kurang dari 10% air, sedangkan otot skelet
yang banyak terdapat pda tubuh seorang pria mengandung lebih dari 75% air dan
ginjal mengandung lebih dari 80% air.Keseimbangan cairan yaitu keseimbangan
antara intake dan output. Dimana pemakaian cairan pada orang dewasa antara
1.500ml - 3.500ml/hari, biasanya pengaturan cairan tubuh dilakukan dengan
mekanisme haus.
44
45
Pada Ny.P dengan diagnosa medis CKD on HD, Acites, Anemia, dan
gangguan kebutuhan dasar manusia cairan dan elektrolit terdapat 3 diagnosa
keperawatan yang kami dapatkan, yaitu:
1) Pola napas tidak efektif
2) Hipervolemia
3) Gangguan pola tidur
5.2. Saran
Dukungan kepada pasien baik dari berbagai faktor dapat mempengaruhi
pasien dalam mengambil keputusan terapi hemodialisis sebagai modalitas
pengobatan yang akan dijalani. Peran perawat sebagai pemberi pelayanan
kesehatan, edukator dan konselor memberikan pengaruh terhadap pasien dalam
menentukan keputusan untuk penatalaksanaan penyakitnya.
46
DAFTAR PUSTAKA
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.