Anda di halaman 1dari 46

1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Cairan tubuh merupakan faktor penting dalam berbagai proses fisiologis
didalam tubuh manusia. Kemampuan kita untuk bertahan hidup sangat tergantung
dari cairan yang terdapat dalam tubuh kita. Oleh karena itu, terdapat berbagai
mekanisme yang berfungsi untuk mengatur volume dan komposisi cairan tubuh
agar tetap dalam keadaan seimbang atau disebut juga dalam keadaan
Homeostasis.Sistem kardiovaskuler berfungsi untuk mensuplai berbagai bahan
yang penting melalui darah keseluruh jaringan. Sistem-sistem lainya seperti
ginjal, paru-paru dan hati berfungsi untuk menjaga jumlah dan komposisi cairan
dalam tubuh agar selalu dalam keadaan seimbang. Apabila terjadi ketidak
seimbangan antara cairan yang ada dalam tubuh dan cairan yang dibutuhkan oleh
tubuh, maka akan terjadi ketidakseimbangan atau terjadi gangguan pada berbagai
system yang berhubungan dengan kebutuhan cairan tersebut. Kelainan tersebut
dapat berupa kelebihan cairan maupun kekurangan cairan. Cairan yang kita bahas
adalah cairan tubuh yang salah satu komposisinya adalah elektrolit, dimana cairan
tersebut menempati kompartmen intrasel dan ekstrasel. Salah satu penyakit yang
dapat ditimbulkan apabila tubuh mengalami ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit adalah gagal ginjal.
Berdasarkan data dari RISKESDAS (Riset Kesehatan Dasar) menunjukkan,
pada tahun 2018 prevalensi gagal ginjal kronik berdasarkan diagnosa dokter pada
usia ≥ 15 tahun di Indonesia yaitu sebagai berikut usia 15-24 tahun 1,33%, usia
25-34 tahun 2,28%, usia 35-44 tahun 3,31%, usia 45-54 tahun 5,64%, usia 55-64
tahun 7,21%, usia 65-74 tahun 8,23% dan usia ≥ 75 tahun 7,48%. Di Indonesia
jumlah penderita gagal ginjal kronik sekitar 300.000 orang dan yang menjalani
terapi sebanyak 25.600 dan sisanya tidak tertangani. Berdasarkan hasil penelitian
terkait oleh Ana Nurhidayati tahun 2017 didapatkan bahwa kualitas tidur pasien
gagal ginjal kronik yang menjalanihemodialisa di RS PKU Muhammadiyah
Gombong berdasarkan faktor penyakit berkategori buruk 53 responden (86,9%),
faktor latihan dan kelelahan berkategori buruk 53 resonden (86,9%), faktor stres

1
2

berkategori buruk 52 resonden (85,2%), faktor nutrisi berkategori buruk 55


responden (90,2%), dan faktor lingkungan berkategori buruk 58 resonden
(95,1%). Dari data yang didapat jumlah pasien yang menjalani hemodialisa di
RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya pada tahun 2016 (Januari-Desember)
sebanyak 302 pasien, tahun 2017 (Januari-Desember) sebanyak 364 pasien, dan
tahun 2018 (Januari-Desember) sebanyak 311 pasien.Jumlah penderita gagal
ginjal meningkat setiap tahunnya.
Pasien gagal ginjal kronik akan mengalami beberapa gangguan, salah
satunya gangguan keseimbangan cairan elektrolit. Komplikasi gagal ginjal yang
serius, antara lain seperti hiperkalemia, perikarditis dan kejang. Untuk menjaga
keseimbangan cairan dan elektrolit serta mencegah komplikasi, pasien gagal
ginjal kronik harus menjalani terapi hemodialisa. Setelah di hemodialisis bukan
berarti masalah pasien teratasi. Pada pasien yang menjalani hemodialisis juga
mengalami berbagai permasalahan dan komplikasi yang dapat terjadi salah
satunya gangguan tidur. Komplikasi hemodialisis juga dapat menimbulkan
ketidaknyamanan, serta meningkatkan stress dengan kata lain hemodialisis secara
signifikan berdampak atau mempengaruhi diri pasien diantaranya kesehatan fisik
seperti kelemahan.
Jumlah cairan pada pria dan wanita itu tidak sama, hal ini disebabkan oleh
karena pada seorang wanita jumlah jaringan lemaknya lebih besar daripada
seorang pria. Pada bayi baru lahir jumlah cairan tubuhnya dapat mencapai 75%-
80% dari berat badan, namun semua ini akan berubah dan menurun dengan
bertambahnya usia. Jadi persentase cairan tubuh (45% -80%, 45% pada wanita
60tahun dan 80% pada bayi laki-laki) disebabkan oleh variasi dari jumlah jaringan
lemak tubuh yang hanya mengandung kurang dari 10% air, sedangkan otot skelet
yang banyak terdapat pda tubuh seorang pria mengandung lebih dari 75% air dan
ginjal mengandung lebih dari 80% air.Keseimbangan cairan yaitu keseimbangan
antara intake dan output. Dimana pemakaian cairan pada orang dewasa antara
1.500ml - 3.500ml/hari, biasanya pengaturan cairan tubuh dilakukan dengan
mekanisme haus.Dukungan kepada pasien baik dari berbagai faktor dapat
mempengaruhi pasien dalam mengambil keputusan terapi hemodialisis sebagai
modalitas pengobatan yang akan dijalani. Peran perawat sebagai pemberi
3

pelayanan kesehatan, edukator dan konselor memberikan pengaruh terhadap


pasien dalam menentukan keputusan untuk penatalaksanaan penyakitnya.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah pada asuhan keperawatan ini adalah sebagai
berikut:
1) Apa definisi cairan dan elekrolit?
2) Bagaimana anatomi fisiologi cairan dan elekrolit?
3) Apa klasifikasi cairan dan elekrolit?
4) Bagaimana patofisiologi cairan dan elektrolit?
5) Apa manifestasi klinis cairan dan elektrolit?
6) Apa faktor-faktor keseimbangan cairan dan elektrolitcairan dan elekrolit?
7) Bagaimana pergerakancairan dan elekrolit tubuh?
8) Bagaimana manajemen asuhan keperawatan gangguan kebutuhan cairan dan
elektrolit ?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan pada asuhan keperawatan ini adalah sebagai berikut:
1) Untuk mengetahui definisi cairan dan elekrolit.
2) Untuk mengetahui anatomi fisiologi cairan dan elekrolit.
3) Untuk mengetahui klasifikasi cairan dan elekrolit.
4) Untuk mengetahui patofisiologi cairan dan elektrolit.
5) Untuk mengetahui manifestasi klinis cairan dan elektrolit.
6) Untuk mengetahui faktor-faktor keseimbangan cairan dan elektrolit cairan
dan elekrolit.
7) Untuk mengetahui pergerakancairan dan elekrolit tubuh.
8) Untuk mengetahui manajemen asuhan keperawatan gangguan kebutuhan
cairan dan elektrolit
4

1.4 Manfaat
Adapun manfaat pada asuhan keperawatan ini adalah sebagai berikut:
1) Memahami akan pentingnya cairan dan elektrolit dalam mendukung
kesehatan dan keseimbangan tubuh manusia.
2) Mampu memberikan asuhan keperawatan kepada pasien sesuai dengan
kebutuhan cairan dan elektrolit.
5

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh
tetap sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah salah satu
bagian dari fisiologi homeostasis. Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan
komposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan
yang terdiri dari (pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia
yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada
dalam larutan. Cairan dan Elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan,
minuman, dan cairan intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh.
Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air
tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan
dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya, jika salah satu
terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya.
Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu: cairan intraseluler dan
cairan ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan yang berada di dalam sel di
seluruh tubuh, sedangkan cairan ekstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel
dan terdiri dari tiga kelompok yaitu: cairan intravaskuler (plasma), cairan
interstitial dan cairan transeluler.Cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik
karena metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap untuk melakukan
respons terhadap keadaan fisiologis dan lingkungan.
Kebutuhan Cairan Menurut Usia dan Berat Badan
No. Umur BB (Kg) Cairan (ml/24jam)
1 3 hari 3,0 250 ─ 300
2 1 tahun 9,5 1150 ─ 3000
3 2 tahun 11,8 1350 ─ 1500
4 6 tahun 20 1800 ─ 2000
5 10 tahun 28,7 2000 ─ 2500
6 14 tahun 45 2200 ─ 2700
7 16 tahun (adult) 54 2200 ─ 2700

5
6

2.2 Anatomi Fisiologi


Pemasukan air setiap harinya (daily intake of water) terutama terjadi melalui
oral misalnya minuman dan makanan. Kira-kira 2/3 dari jumlah air yang masuk
ini adalah dalam bentuk murni dan lainnya dalam bentuk makanan. Sebagian kecil
air ini merupakan hasil dari proses oksidasi hydrogen didalam makanan, yang
jumlahnya berkisar 150-250ml/hari, tergantung dari kecepatan metabolisme tubuh
seseorang. Jumlah cairan yang masuk termasuk juga hasil sintesa didalam tubuh
yang berkisar 2300 ml/hari.
Pengeluaran cairan dari tubuh dalam keadaan Normal sebagian besar terjadi
melalui urine yang jumlahnya kurang lebih 1400 ml/hari. Namun dalam keadaan-
keadaan tertentu, seperti dalam keadaan latihan yang berat, akan terjadi
kehilangan cairan yang terbesar melalui keringat. Kehilangan cairan melalui
proses difusi melalui kulit dan proses evaporasi melalui saluran pernafasan biasa
disebut juga insensible water loss. Kehilangan cairan melaui proses ini tidak dapat
dirasakan mekanismenya. Kehilangan cairan melalui kulit yang rata-rata berkisar
350ml/hari terjadi oleh karena berdifusinya molekul air melalui sel-sel pada kulit.
Berdifusinya cairan melalui kulit dibatasi oleh adanya lapisan epitel bertanduk
yang banyak mengandung cholesterol. Pada penderita luka bakar yang luas,
lapisan ini akan mengalami kerusakan, sehingga proses difusi akan meningkat dan
kehilangan cairan akan meningkat jumlahnya sampai dapat mencapai 3-5
liter/hari.
Jumlah cairan yang hilang melalui proses evaporasi(penguapan)rata-rata
350ml/hari,oleh karena tekanan atmosfir akan berkurang dengan berkurangnya
suhu,maka kehilangan cairan akan lebih besar pada suhu yang sangatdingin dan
lebih kecil pada suhu yang hangat. Hal ini dapat dirasakan dengan adanya
perasaan kering pada saluran nafas pada suhu dingin. Pada suhu yang sangat
panas kehilangan cairan melaui keringat akan meningkat, sehingga akan
menyebabkan berkurangnya cairan tubuh dengan cepat. Pengeluaran cairan
melalui keringat ini berfungsi untuk mengeluarkan panas dari tubuh.
Pada latihan fisik yang berat kehilangan cairan tubuh melalui dua
mekanisme yaitu:
7

1) Latihan fisik menyebabkan meningkatnya kecepatan ventilasi sehingga


jumlah cairan yang hilang melaui saluran pernafasan akan meningkat.
2) Latihan fisik menyebabkan meningkatnya produksi panas pada tubuh
dengan konsekwensi meningkatnya cairan yang hilang melalui keringat.

2.3 Klasifikasi
Cairan tubuh terdiri atas cairan ekstrasel dan caiaran intrasel. Dimana 1/3
dari cairan tubuh total terdiri dari cairan ekstrasel dan 2/3 merupakan cairan
intrasel. Distribusi cairan tubuh adalah sebagai berikut otot 50%, kulit 20%, darah
20% dan organ-organ lain 20%.
2.3.1 Cairan Ekstrasel
Cairan ekstrasel adalah semua cairan yang terdapat diluar sel atau biasa
disebut CES. Cairan ekstrasel terdiri dari ion-ion dan berbagai bahan nutrisi yang
dibutuhkan oleh sel untuk mempertahankan fungsi sel, seperti pertumbuhan,
perkembangan dan fungsi khusus lainya. Karena peranannya yang penting
ini,maka cairan ekstrasel disebut juga internal environment. Cairan ini bergerak
secara constant pada seluruh tubuh dan ditransport secara cepat kedalam sirkulasi
melalui dinding kapiler. Cairan ekstrasel terdiri atas beberapa komponen yaitu:
plasma, cairan interstitial dan cairan transeluler.
2.3.2 Caiaran Intrasel
Sekitar 25 liter dari 40 liter cairan dalam tubuh kita terdapat dalam 100
triliun sel, disebut cairan intraseluler yang meliputi 2/3 dari seluruh cairan tubuh.
Cairan intrasel juga biasa disebut CIS. Cairan intrasel yang terdapat pada setiap
sel mempunyai komposisi yng berbeda, tetapi konsentrasinya dari tiap komposisi
ini dapat dikatakan sama dari sel satu ke sel lainya. Cairan intrasel ini mempunyai
pH yang sedikit lebih rendah dibandingkan dengan pH pada cairan ekstrasel yaitu
berkisar 6,8 sampai 7,2.
2.3.3 Cairan Transeluler
Cairan transelular dipisahkan dengan cairan ekstrasel lainya oleh lapisan sel
epitel. Cairan transelular merupakan cairan yang terdapat pada lumen saluran
pencernaan, keringat, cairan serebrospinal, cairan pleura, cairan pericardial, cairan
intra okuler, cairan synovial, cairan peritoneum, empedu dan cairan kokhlea.
8

Cairan yang terdapat pada lumen saluran pencernaan merupakan ½ dari seluruh
cairan transelular, disusul oleh cairan serebrospinalis dan empedu.
2.3.4 Cairan Interstitial
Cairan interstitial merupakan cairan yang terdapat diantara sel, termasuk
diantaranya adalah cairan limfe. Cairan interstitial merupakan 75% dari jumlah
cairan ekstrasel atau kurang lebih 10,5liter pada seseorang dengan berat badan
70kg.

2.4 Patofisiologi
Adapun patofisiologi dari asuhan keperawatan ini adalah sebagai berikut:
1) Hipovolemia (kekurangan Volume Cairan)
Kekurangan volume cairan terjadi ketika tubuh kehilangan cairan dan
elektrolit ekstraseluler dalam jumlah yang proporsional (isotonik). Kondisi seperti
ini disebut juga hipovolemia. Umumnya, gangguan ini diawali dengan kehilangan
cairan intravaskuler, lalu diikuti dengan perpindahan cairan interseluler menuju
intravaskuler sehingga menyebabkan penurunan cairan ekstraseluler. Untuk untuk
mengkompensasi kondisi ini, tubuh melakukan pemindahan cairan intraseluler.
Secara umum, defisit volume cairan disebabkan oleh beberapa hal, yaitu
kehilangan cairan abnormal melalui kulit, penurunan asupancairan , perdarahan
dan pergerakan cairan ke lokasi ketiga (lokasi tempat cairan berpindah dan tidak
mudah untuk mengembalikanya ke lokasi semula dalam kondisi cairan
ekstraseluler istirahat). Cairan dapat berpindah dari lokasi intravaskuler menuju
lokasi potensial seperti pleura, peritonium, perikardium, atau rongga sendi. Selain
itu, kondisi tertentu, seperti terperangkapnya cairan dalam saluran pencernaan,
dapat terjadi akibat obstruksi saluran pencernaan.
2) Hipervolemia (kelebihan Volume Cairan)
Hipervolemia (FVE) yaitu Keadaan dimana seorang individu mengalami
atau berisiko mengalami kelebihan cairan intraseluler atau interstisial.Kelebihan
volume cairan mengacu pada perluasan isotonok dari CES yang disebabkan oleh
retensi air dan natrium yang abnormal dalam proporsi yang kurang lebih sama
dimana mereka secara normal berada dalam CES. Hal ini selalu terjadi sesudah
ada peningkatan kandungan natrium tubuh total, yang pada akhirnya
9

menyebabkan peningkatan air tubuh total. Hipervolemia terjadi apabila tubuh


menyimpan cairan elektrolit dalam kompartemen ekstraseluler dalam proporsi
seimbang. Karena adanya retensi cairan isotonik, konsentrasi natrium dalam
serum masih normal. Kelebihan cairan tubuh hampir selalu disebabkan oleh
peningkatan jumlah natrium dalam serum. Kelebihan cairan terjadi akibat
overload cairan/adanya gangguan mekanisme homeostatis pada proses regulasi
keseimbangan cairan.
10

Pathway
Cairan dan Elektroit

Usia Iklim Diet Stress Kondisi sakit

Difusi, Filtrasi, Transport Aktif, Osmosis

Hipovolemia Hipervolemia Gangguan keseimbangan elektrolit: Gangguan keseimbangan


-hiponatremia dan hypernatremia asam basa:
-hipokalemia dan hyperkalemia -asidosis respiratorik
MK: MK:
-hipokalsemia dan hyperkalsemia -asidosis metabolic
kekurangan kelebihan
-hipokloremia dan hyperkloremia -alkalosis respiratorik
volume cairan volume cairan
-hipofosfatemia dan hiperfosfatemia -alkalosis metabolik

MK: risiko ketidakseimbangan MK:


elektrolit Gangguan pertukaran gas
Ketidakefektifan pola napas

Sumber: Saputra (2013)


11

2.5 Manifestasi Klinis


Adapun manifestasi klinis dari asuhan keperawatan ini adalah sebagai
berikut:
1) Hipovelemia
Tanda dan gejala klinik yang mungkin didapatkan pada klien dengan
hipovolemia antara lain : pusing, kelemahan, keletihan, sinkope, anoreksia, mual,
muntah, haus, kekacauan mental, konstipasi, oliguria. Tergantung jenis
kehilangan cairan hipovolemia dapat disertai ketidak seimbangan asam basa,
osmolar/elektrolit. Penipisan (CES) berat dapat menimbulkan syok hipovolemik.
Mekanisme kompensasi tubuh pada kondisi hipolemia adalah dapat berupa
peningkatan rangsang sistem syaraf simpatis (peningkatan frekwensi jantung,
inotropik (kontraksi jantung) dan tahanan vaskuler), rasa haus, pelepasan hormon
antideuritik (ADH), dan pelepasan aldosteron. Kondisi hipovolemia yang lama
menimbulkan gagal ginjal akut.
2) Hipervolemia
Tanda dan gejala klinik yang mungkin didapatkan pada klien dengan
hipervolemia antara lain : sesak nafas, ortopnea. Mekanisme kompensasi tubuh
pada kondisi hiperlemia adalah berupa pelepasan Peptida Natriuretik Atrium
(PNA), menimbulkan peningkatan filtrasi dan ekskresi natrium dan air oleh ginjal
dan penurunan pelepasan aldosteron dan ADH. Abnormalitas pada
homeostatisiselektrolit, keseimbangan asam-basa dan osmolalitas sering
menyertai hipervolemia. Hipervolemia dapat menimbulkan gagal jantung dan
edema pulmuner, khususnya pada pasien dengan disfungsi kardiovaskuler.

2.6 Faktor-Faktor Keseimbangan Cairan dan Elektrolit


Faktor-faktor yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit
tubuh antara lain :
1) Umur
Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena usia akan
berpengaruh pada luas permukaan tubuh, metabolisme, dan berat badan. Infant
dan anak-anak lebih mudah mengalami gangguan keseimbangan cairan dibanding
12

usia dewasa. Pada usia lanjut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan
dikarenakan gangguan fungsi ginjal atau jantung.
2) Iklim
Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban
udaranya rendah memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan elektrolit
melalui keringat. Sedangkan seseorang yang beraktifitas di lingkungan yang panas
dapat kehilangan cairan sampai dengan 5 L per hari.
3) Diet
Diet seseorang berpengaruh terhadap intakecairan dan elektrolit. Ketika
intake nutrisi tidak adekuat maka tubuh akan membakar protein dan lemak
sehingga akan serum albumin dan cadangan protein akan menurun padahal
keduanya sangat diperlukan dalam proses keseimbangan cairan sehingga hal ini
akan menyebabkan edema.
4) Stress
Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan pemecahan
glikogen otot. Mekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan retensi air
sehingga bila berkepanjangan dapat meningkatkan volume darah.
5) Kondisi Sakit
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan
elektrolit tubuh Misalnya :
(1) Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air
melaluiIWL.
(2) Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses Pasien
dengan penurunan tingkat kesadaran.
(3) Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami gangguan
pemenuhan intake cairan karena kehilangan kemampuan untuk
memenuhinya secara mandiri.

Pengatur utama intake cairan adalah melalui mekanisme haus. Pusat haus
dikendalikan berada di otak Sedangkan rangsangan haus berasal dari kondisi
dehidrasi intraseluler, sekresi angiotensin II sebagai respon dari penurunan
tekanan darah, perdarahan yang mengakibatkan penurunan volume darah.
13

Perasaan kering di mulut biasanya terjadi bersama dengan sensasi haus walupun
kadang terjadi secara sendiri. Sensasi haus akan segera hilang setelah minum
sebelum proses absorbsi oleh tractus gastrointestinal. Kehilangan cairan tubuh
melalui empat rute (proses) yaitu :
1) Urine
Proses pembentukan urine oleh ginjal dan ekresi melalui tractus urinarius
merupakan proses output cairan tubuh yang utama. Dalam kondisi normal
outputurine sekitar 1400-1500 ml per 24 jam, atau sekitar 30-50 ml per jam pada
orang dewasa. Pada orang yang sehat kemungkinan produksi urine bervariasi
dalam setiap harinya, bila aktivitas kelenjar keringat meningkat maka produksi
urine akan menurun sebagai upaya tetap mempertahankan keseimbangan dalam
tubuh.
2) IWL (Invisible Water Loss)
IWL terjadi melalui paru-paru dan kulit, melalui kulit dengan
mekanismedifusi. Pada orang dewasa normal kehilangan cairan tubuh melalui
proses ini adalah berkisar 300-400 mL per hari, tapi bila proses respirasi atau suhu
tubuh meningkat maka IWL dapat meningkat.
Rumus menghitung balance cairan:
Cairan masuk = Output/cairan keluar + IWL
Rumus perhitungan IWL:
IWL = (15xBB)
24 Jam
3) Keringat
Berkeringat terjadi sebagai respon terhadap kondisi tubuh yang panas,
respon ini berasal dari anterior hypotalamus, sedangkan impulsnya ditransfer
melalui sumsum tulang belakang yang dirangsang oleh susunan syaraf simpatis
pada kulit.
4) Feces
Pengeluaran air melalui feces berkisar antara 100-200 mL per hari, yang
diatur melalui mekanisme reabsorbsi di dalam mukosa usus besar (kolon).
14

2.7 Pergerakan Cairan dan Elektrolit Tubuh


Mekanisme pergerakan cairan tubuh berlangsung dalam empat proses
(proses transport) yaitu :
1) Difusi yaitu perpindahan larutan dari area berkonsentrasi tinggi menuju area
berkonsentrasi rendah dengan melintasi membrane semipermiabel.
Kecepatan difusi dipengaruhi oleh tiga hal, yakni ukuran molekul,
konsentrasi larutan, dan temperatur larutan
2) Filtrasi yaitu pergerakan cairan dan zat terlarut dari area dengan tekanan
hidrostatik tinggi ke area dengan tekanan hidrostatik rendah. Filtrasi penting
dalam mengatur cairan keluar dari arteri ujung kapiler. Ini memungkinkan
kekuatan yang memungkinkan ginjal untuk memfilter 180 liter/hari.
3) Transport aktif yaitu proses pengangkutan yang digunakan oleh molekul
untuk berpindah melintasi membrane sel melewati gradien konsentrasinya
(gerakan partikel dari konsentrasi satu ke konsentrasi lain tanpa memandang
tingkatannya.
4) Osmosis yaitu perpindahan cairan melintasi membran semipermiabel dari
area berkonsentrasi menuju area yang berkonsentrasi tinggi. Osmosis dapat
melewati semua membran bila konsentrasi yang terlarut keduanya berubah.

2.8 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


2.8.1 Pengkajian
2.8.1.1 Riwayat Kesehatan
1) Asupan cairan dan makanan (oral dan Parental).
2) Tanda dan gejala gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
3) Proses penyakit yang menyebabkan gangguan homeostatis cairan dan
elektrolit.
4) Pengobatan tertentu yang tengah dijalani yang dapat mengganggu status
cairan.
5) Status perkembangan (usia atau kondisi sosial).
6) Faktor psikologis (perilaku emosional).
15

2.8.1.2 Pengukuran Klinik


1) Berat Badan (BB)
Peningkatan atau penurunan 1 kg BB setara dengan penambahan atau
pengeluaran 1 liter cairan, ada 3 macam masalah keseimbangan cairan
yang berhubungan dengan berat badan :
(1) Ringan : ± 2%
(2) Sedang : ± 5%
(3) Berat : ±10%
Pengukuran berat badan dilakukan setiap hari pada waktu yang sama
dengan menggunakan pakaian yang beratnya sama.
2) Keadaan Umum
Pengukuran tanda-tanda vital seperti suhu, nada, pernapasan, dan tekanan
darah serta tingkat kesadaran.
3) Asupan cairan
Asupan cairan meliputi:
(1) Cairan oral: NGT dan oral
(2) Cairan parental: termasuk obat-obat intravena
(3) Makanan yang cenderung mengandung air
(4) Iritasi kateter
4) Pengukuran keluaran cairan
(1) Urin : volume, kejernihan/kepekatan
(2) Feses : jumlah dan konsistensi
(3) Muntah
(4) Tube drainage & IWL
5) Ukuran keseimbangan cairan dengan akurat : normalnya sekitar 200cc.
2.8.1.3 Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik difokuskan pada :
1) Integument : keadaan turgor kulit, edema, kelelahan, kelemahan otot,
tetani dan sensasi rasa.
2) Kardiovaskuler : distensi vena jugularis, tekanan darah, hemoglobin dan
bunyi jantung.
3) Mata : cekung, air mata kering.
16

4) Neurology : reflek, gangguan motorik dan sensorik, tingkat


kesadaran.
5) Gastrointestinal : keadaan mukosa mulut, mulut dan lidah, mual, dan
muntah-muntah.
2.8.1.4 Pemeriksaan Laboratorium
1) Pemeriksaan elektrolit serum
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kadar natrium, kalium,
klorida, ion bikarbonat.
2) Pemeriksaan darah lengkap
Pemeriksaan ini meliputi jumlah sel darah merah, hemoglobin (Hb),
hematrokit (Ht).
Ht naik : adanya dehidrasi berat dan gejala syok.

Ht turun : adanya perdarahan akut, masif, dan reaksi hemolitik.

Hb naik : adanya hemokonsentrasi

Hb turun : adanya perdarahan habat, reaksi hemolitik.

3) pH dan berat jenis urine


Berat jenis menunjukkan kemampuan ginjal untuk mengatur konsentrasi
urine. Normalnya, pH urine adalah 4,5-8 dan berat jenisnya 1,003-1,030.
4) Analisa gas darah
Biasanya, yang diperiksa adalah pH, PO2, HCO3-, PCO2,dan saturasi
O2.Nilai normal PCO2 : 35 – 40 mmHg; PO2 : 80 – 100 mmHg; HCO3- : 25
– 29 mEq/l. Sedangkan saturasi O2 adalah perbandingan oksigen dalam
darah dengan jumlah oksigen yang dapat dibawa oleh darah, normalnya di
arteri (95 – 98 %) dan vena (60 – 85 %).
2.8.2 Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan yang bisa muncul pada asuhan keperawatan
ini adalah sebagai berikut:
1) Kekurangan Volume Cairan
Definisi:
Kondisi ketika individu, yang tidak menjalani puasa, mengalami atau resiko
memgalami resiko dehidrasi vascular, interstisial, atau intravascular.
17

Batasan Karakteristik:
(1) Ketidak cukupan asupan cairan per oral.
(2) Balance negative antara asupan dan haluaran.
(3) Penurunan berat badan.
(4) Kulit/membrane mukosa kering ( turgor menurun).
(5) Peningkatan natrium serum.
(6) Penurunun haluaran urine atau haluaran urine berlebih.
(7) Urine pekat atau sering berkemih.
(8) Penurunan turgor kulit.
(9) Haus, mual/anoreksia
Faktor yang berhubungan:
(1) Berhubungan dengan haluaran urine berlebih, sekunder akibat diabetes
insipidus.
(2) Berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler dan kehilangan
cairan melalui evaporasi akibat luka bakar.
(3) Berhubungan dengan kehilangan cairan, sekunder akibat demam,
drainase abnormal, dari luka, diare.
(4) Berhubungan dengan penggunaan laksatif, diuretic atau alcohol yang
berlebihan.
(5) Berhubungan dengan mual, muntah.
(6) Berhubungan dengan motivasi untuk minum, sekunder akibat depresi
atau keletihan.
(7) Berhubungan dengan masalah diet.
(8) Berhubungan denganpemberian makan perselang dengan konsentrasi
tinggi.
(9) Berhubungan dengan konsentrasi menelan atau kesulitan makan sendiri
akibat nyeri mulut.
2) Kelebihan Volume Cairan
Definisi:
Kondisi ketika individu mengalami atau beresiko mengalami kelebihan
beban cairan intraseluler atau interstisial.
Batasan Karakteristik:
18

(1) Edema
(2) Kulit tegang, mengkilap.
(3) Asupan melebihi haluaran.
(4) Sesak napas
(5) Kenaikan berat badan
Faktor yang berhubungan:
(1) Berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi cairan, sekunder
akibat gagal jantung.
(2) Berhubungan dengan preload, penurunan kontraktilitas, dan penurunan
curah jantung, sekunder akibat infark miokard, gagal jantung, penyakit
katup jantung.
(3) Berhubungan dengan hipertensi porta, tekanan osmotic, koloid plasma
yang rendah, retensi natrium, sekunder akibat penyakit hepar, serosis
hepatis, asites, dan kanker.
(4) Berhubungan dengan gangguan aliran balik vena, sekunder akibat
varises vena, thrombus, imobilitas, flebitis kronis.
(5) Berhubungan dengan retensi natrium dan air, sekunder akibat
penggunaan kortikosteroid.
(6) Berhubungan dengan kelebihan asupan natrium/cairan.
(7) Berhubungan dengan rendahnya asupan protein pada diet lemak,
malnutrisi.
(8) Berhubungan dengan venostasis/bendungan vena, sekunder akibat
imobilitas, bidai atau balutan yang kuat, serta berdiri atau duduk dalam
waktu yang lama.
(9) Berhubungan dengan kompresi vena oleh uterus pada saat hamil.
(10) Berhubungan dengan drainase limfatik yang tidak adekuat, sekunder
akibat mastetomi.
3) Gangguan keseimbangan Elektrolit(kalium)
Batasan Karakteristik:
(1) Perubahan kadar kalium.
(2) Aritmia
(3) Kram tungkai
19

(4) Mual
(5) Hipotensi
(6) Bradikardia
(7) Kesemutan
Faktor yang berhubungan :
(1) Berhubungan dengan kerusakan jaringan, sekunder akibat trauma
panas.
(2) Berhubungan dengan pengeluaran kalium berlebih karena muntah,
diare.
(3) Berhubungan dengan gangguan regulasi elektrolit, sekunder akibat
kerusakan ginjal.
(4) Berhubungan dengan diet tinngi-kalium/ rendah-kalium.
2.8.3 Intervensi
1) Kekurangan volume cairan/Hipovolemia
Tujuan : Menyeimbangkan volume cairan sesuai dengan kebutuhan tubuh.

Kriteria Hasil Intervensi Rasional


a. Terjdi peningkatan a. Kaji cairan yang a. Membuat klien lebih
asupan cairan min. disukai klien dalam kooperatif.
2000ml/hari batas diet. b. Mempermudah untuk
(kecuali terjadi b. Rencanakan target memantauan kondisi
kontraindikasi). pemberian asupan klien.
b. Menjelaskan perlu- cairan untuk setiap sif,
nya meningkatkan mis : siang 1000 ml,
asupan cairan pada sore 800 ml dan malam
saat stress/cuaca 200 ml.
panas. c. Kaji pemahaman klien c. Pemahaman tentang
c. Mempertahankan tentang alasan alsan tsb membantu
berat jenis urine mempertahankan klien dlm mengatasi
dalm batas normal. hidrasi yg adekuat. gangguan.
d. Tidak menunjukan d. Catat asupan dan d. Untuk mengontrol
tanda-tanda haluaran. asupan klien.
dehidrasi. e. Pantau asupan per oral, e. Untuk mengetahui
min. 1500 ml/ 24 jam. prkembangan status
f. Pantau haluaran cairan kesehatan klien.
1000-1500ml /24jam.
Pantau beratjenis
urine.
20

2) Kelebihan volume cairan/Hipervolemia


Tujuan : Kebutuhan cairan klien dapat terpenuhi sesuai dengan kebutuhan
tubuh klien.
Kriteria hasil Intervensi Rasional

a. Klien akan a. Kaji asupan diet a. Untuk mengontrol


menyebutkan faktor dan kebiasaan yg asupan klien.
penyebab & metode mendorong terjadi-
pencegahan edema. nya retensi cairan.
b. Klien mperlihatkan b. Anjurkan klien b. Konsumsi garam
penurunan edema. untuk menurunkan yg berlebihan me-
konsumsi garam. ningktkan tekanan
c. Anjurkan klien darah.
untuk: c. Makanan yg meng-
i.Menghindari gunakan penyedap
makanan gurih, rasa dan pengawet.
makanan kaleng & d. Na+
makanan beku. mengikat air,jadi
tubuhakan
ii.Mengkonsumsi lebihmerasa
mkann tnpa garam lebihcepat haus.
dan menambahkan
bumbu aroma. e. Venostasis dapat
mengakibatkan
iii.Mggunakan cuka terhambatnya aliran
pengganti garam darah.
utk penyedap rasa
sop, rebusan dll.
f. Guna
d. Kaji adanya tanda memperlancar
venostasis dan sirkulasi.
bendungan vena g. Perlukaan pada
pada bagian tubuh daerah yang sakit
yang mengantung. menyebabkan
e. Untuk drainase kurang lancarnya
limfatik yang tidak sirkulasi peredaran
adekuat: darah di daerah tsb.
i.Tinggikan
ekstremitas dengan
mnggunakn bantal,
imobilitas, bidai/
21

balutan yang kuat,


serta berdiri/duduk
dlm waktu yg lama h. Semua kegiataan
tersebut
ii.Jngn memberikan memperparah
suntikan/infuse pd keadaan klien
lengan yang sakit.

iii.Ingatkan klien
untuk menghindari
detergen yang keras, i. Untuk mepercepat
membawa beban perbaikan jaringan
berat, memegang tubuh.
rokok, mencabut
kutikula/ bintil
kuku, me-nyentuh
kompor gas,
memgenakan
perhiasan atau jam
tangan.

iv. Lindungi kulit yg


edema dari cidera.

3) Ganguan keseimbangan elektrolit (kalium)


Tujuan : Klien memiliki keseimbangan cairan, elektrolit dan asam- basa
dalam 48 jam.
Kriteria Hasil Intervensi Rasional

a. Klien menjelaskan Penurunan kadar a. Dengan meng-


diet yang sesuai kalium etahui tanda hipo-
utk mmpertahnkan kalemia, perawat
kadar kalium dlam a. Observasi tanda dan dapat menetapkn
batas normal. gejala hipokalemia lngkh slanjutnya.
b. Klien berpartipasi (vertigo, hipotensi b. Poliuria dpat me-
untuk melaporkan ariotmia, mual, nyebabkan pe-
tanda – tanda klinis muntah, diare, ngeluaran kalium
hipokalemia/hiper- distensi abdomen secara berlebihan.
kaenia. ,pnurunn peristaltis, c. Kelebihan cairan
c. Kadar kalium dlam kelemahan otot, dan dapat menyebab-
22

batas normal/dapat kram tungkai). kan pnurunan ka-


ditoleransi. b. Catat asupan dan dar kalium se-
haluaran. rum.
c. Tentukan status d. Nilai kalium yg
hidrasi klien bila rendah dapat me-
terjadi hipokalemia. nyebabkan kon-
d. Kenali perubahan fusi, mudh mrah,
tingkah laku yang depresi mental.
merupakan tanda- e. Kalium memban-
tanda hipokalemia. tu menyeimbang-
e. Anjurkan klien dan kan cairan tubuh.
keluarga untuk f. Segmen ST dan
mngkonsmsi makan- gelombang T yg
an tinggi kalium datar atau terbalik
(mis. Buah-buahan, merupkn indikasi
sari buah, buah hipokalemia.
kering, syur, daging, g. Utk mengurangi
kacang-kacangan, resiko iritasi
teh, kopi, dan kola). mukosa lambung.
f. Laporkan perubahan h. Streoid kortison
EKG; segmen ST yg dapat menyebab-
memanjang, depresi. kan retensi natri-
g. Encerkan suplemen um dan ekresi
kalium per oral kalium.
sedikitnya dalam i. Nilai kalium yang
113,2 gram air/sari rendah dapat me-
buah utk mngurangi ningkatkan kerja
resiko iritasi mukosa digitalis.
lambung. j. Dengan menge-
h. Pantau nilai kalium tahui tanda hipo-
serum pada klien kalemia, perawat
yang mendapat obat dpt menetapkan
diuretic dan steroid. langkah slnjutnya
i. Kaji tanda dan
gejala toksisitas
digitalis jika klien
tengah mendapat
obat golongan
digitalis dan diuretik
atau steroid.
Peningkatan Kadar
23

Kalium

a. Observasi tanda dan


gejala hiperkalemia
(mis.Bradikardia, k. Haluaran urin yg
kram abdomen, sedikit dapat me-
oliguria, ksemutan& nyebabkan hiper-
kebas pd ekstremtas) kalemia.
b. Kaji haluaran urin. l. Nilai kalium
Sedikitnya 25ml/jam lebih dari 7mEq/
atau 600 ml/ hari. l dapat menye-
c. Laporkan nilai babkan henti
kalium serum yang jantung.
melebihi 5mEq/l m. Untuk melihat
batasi asupan kalium adanya pelebaran
jika perlu. kompleks QRS
d. Pantau EKG dan gelombang T
tggi yg merupkan
tanda hiperka-
lemia.
24

BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian Keperawatan


Nama Mahasiswa : Milowanto
Ruang Praktek : Ruang Bougenville
Tanggal Praktek : 06 November 2019
Tanggal Dan Jam Pengkajian : 06 November 2019 Jam 07.00 WIB
3.1.1 Identitas Klien
Nama: : Ny.P
Umur: : 56 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku Bangsa : Madura/Indonesia
Agama: : Islam
Pekerjaan: : IRT
Pendidikan : SD
Status Perkawinan : Kawin
Alamat : Jln. G Obos
Tgl MRS : 02 November 2019
Diagnosa Medis : CKD on HD, Anemia

3.1.2 Riwayat Kesehatan/Perawatan


3.1.2.1 Keluahan Utama
Pasien mengatakan “Napas saya sesak”.
3.1.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengatakan pada hari Sbtu tanggal 02 November 2019 saya datang
ke ruang HD RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya untuk jadwal rutin saya
cuci darah, sebelum pemmasanga alat cuci darah saya diambil smpel darah saya
untuk pemeriksaan Lab setelah hasil Lab keluar ternyata hasil HB sya di bawah
normal 6,5 g/dl kemudian cuci darah saya ditunda saya langsung dirujuk ke IGD
di IGD saya mendapatkan pemeriksaan pisik lagi dan untuk pemeriksaan lebih
lanjut dokter menyarankan untuk rawat inap di ruang Bougenville.

24
25

3.1.2.3 Riwayat Penyakit Sebelumnya


Pasien mengatakan sudah 9 bulann yang lalu di diagnosa gagal ginjal kronik
dan telah menjalani hemodialisa rutin Sabtu jam 08.00 wib dan pada tanggal 20
Oktober 2019 dilakukan tindakan operasi untuk pemasangan alat apisan.
3.1.2.4 Riwayat penyakit Keluarga
Pasien mengatakan tidak ada riwayat penyakit keluarga.
3.1.2.5 Genogram Keluarga 3 Generasi

Keterangan:
: Meninggal
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien (Ny. U)
: Tinggal serumah

3.1.3 Pemeriksaan Fisik


3.1.3.1 Keadaan Umum
Keadaan umum pasien tampak lemas, berbaring semi fowler, tingkat
kesadaran pasien compos menthis, penampilan pasien cukup rapi dan bersih,
terpasang taranfusi darah PRC gol AB+ di kaki kanan, terpasang terapi O2 nasal
kanul 3 lpm.
3.1.3.2 Status Mental
Tingkat kesadaran compos menthis, ekspresi gelisah, bentuk badan sedang,
suasana hati sedih, berbicara lancar, fungsi kognitif, orientasi waktu pasien dapat
membedakan antara pagi, siang, malam, orientasi orang pasien dapat mengenali
26

keluarga maupun petugas kesehatan, orientasi tempat pasien mengetahui bahwa


sedang berada di rumah sakit.Insight baik, mekanisme pertahanan diri adaptif.
3.1.3.3 Tanda-tanda Vital
Pada saat pengkajian tanda–tanda vital,tekanan darah :160/100 mmHg, nadi
:105/m, pernapasan : 27/m, suhu : 36,5 0C.
3.1.3.4 Pernapasan (Breathing)
Bentuk dada simetris, kebiasaan merokok tidak ada,tidaknyeri dada, type
pernafasan dada dan perut, irama pernafasanteratur, suara nafas tambahan tidak
ada dan pernapasan 27x/menit. Pasien mengeluh sesak napas. Tampak
penggunaan otot bantu pernapasan, tampak pernapasan cuping hidung, dan
terpasang terapi O2 nasal kanul 3 lpm.
Masalah Keperawatan: Pola Napas Tidak Efektif
3.1.3.5 Cardiovasculer (Bleeding)
Pasien merasa pusing, tidak ada nyeri dada, pasien tidak ada merasa kepala
sakit dan ada pembengkakan pada ekstrimitas. Pasien tidak mengalami clubing
finger ataupun kram pada kaki dan tidak terlihat pucat, capillary refill >2 detik,
terdapat oedema pada kaki, pitting oedema > 2 detik, ada asites, berisi cairan ± 2
liter, ictus cordis tidak terlihat, tidak terjadi peningkatan vena jugularis dan suara
jantung normal.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah
3.1.3.6 Persyarafan (Brain)
Nilai GCS E: 4 (dengan spontan membuka mata), V: 6 (orientasi baik),
M 6 (bergerak sesuai perintah) dan total Nilai GCS: 15 (Comphos Mentis),
kesadaran Ny.P comphosmentis, pupil Ny.P isokor tidak ada kelainan, reflex
cahaya kanan dan kiri positif.
Uji Syaraf Kranial :
Penilaian fungsi saraf kranial: syaraf kranial I (olfaktoris): pada
pemeriksaan ini menggunakan minyak kayu putih dan teh, pasien mampu
membedakan kedua bau tersebut. Syaraf kranial II (optikus): pasien mampu
melihat orang-orang disekitarnya dengan baik. Syaraf Kranial III
(okulomotorius): pasien mampu membuka mata dan menutup mata. Syaraf
kranial IV (trochlear): pasien mampu menggerakaan bola mata dengan baik.
27

Syaraf kranial V (trigeminus): pasien dapat mengunyah dengan baik. Syaraf VI


(abdusen): pasien dapat menggerakan bola matanya kesamping, kanan, dan kiri.
Syaraf kranial VII (fasialis): pasien mampu menggerutkan dahi dan mengangkat
alis secara simetris. Syaraf kranial VIII (vestibulokokhlearis): pasien mampu
mendengarkan kata-kata yang kita bicarakan dengan jelas. Syaraf kranial IX
(glosofaringeus):pasien mampu membedakan rasa pahit, manis, asam dan asin.
Syaraf kranial X (vagus): refleks menelan baik. Syaraf kranial XI (assesorius):
pasien mampu menggerakan lehernya dengan baik, pasien mampu menoleh kekiri
dan ke kanan. Syaraf kranial XII (hipoglosus): pasien mampu menggerakkan
lidahnya dengan baik.
Uji Koordinasi:
Ekstrimitas atas jari ke jari positif, jari ke hidung positif, ekstrimitas bawah
tumit ke jempol kaki positif. Uji kestabilan tubuh uji kestabilan tubuh Ny.P
negatif. Refleks kanan dan kiri positip tidak ada yang mengalami kekakuan, uji
sensasi Ny.P tidak di kaji tidak ada keluhan dan tidak ada masalah dalam
pergerakan atau mental Ny.P.
3.1.3.7 Eliminasi Uri (Bladder)
Pada pemeriksaan sistem eliminasi urin(bladder)ditemukan hasil yaitu,
produksi urine dengan output urine± 3x/hari, sekitar 100ml/24 jam warna urine
kuning kemerahan pekat dan bau khas (amoniak), intake 1000ml/24 jam.
IWL = 15xBB/24 jam
IWL = 15 x 77 kg/24 jam = 48,125 ml.
Intake : 600 ml (makanan+minuman)
Obat injeksi : Ketorolac 5 ml
Lansoprazole 10 ml
Tranfusi darah 200 ml
output : 100ml (urine)
BAB 1x : 100ml
IWL : 48,125ml

Balance cairan = intake – output + IWL


= (600ml+ 5 ml+10ml+200ml) – (100ml+100ml+48,125ml)
28

= 818 ml – 248,125ml
= (+) 569,875ml.
Masalah Keperawatan : Hipervolemia

3.1.3.8 Eliminasi Alvi (Bowel)


Pada pemeriksaan eliminasi alvi (bowel) ditemukan hasil yaitu, bibir kering,
gigi tidak lengkap dan tidak terdapat caries, reflek mengunyah baik, tidak ada
peradangan dan kemerahan pada gusi, tidak ada peradangan dan lesi pada lidah,
mukosa bibir lembab, tidak ada peradangan pada tonsil, tidak terdapat benjolan
pada rektum, tidak terdapat hemoroid, BAB 1x/hari dengan warna kuning dan
konsistensi feses lunak.
Tidak ada masalah keperawatan
3.1.3.9 Tulang - Otot - Integumen (Bone)
Pada pemeriksaan tulang, otot, dan integumen(bone) ditemukan hasil yaitu,
kemampuan pergerakan bebas, tidak ada parises, bengkak, tidak terdapat
kekakuan, serta ukuran otot simetris, tulang belakang normaldan uji kekuatan otot
ekstremitas atas 5 5 dan ekstremitas bawah 5 5 , tidak ada deformitas, peradangan,
perlukaan dan patah tulang.
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah
3.1.3.10 Kulit-Kulit Rambut
Riwayat alergi pasien tidak pernah mengalami alergi obat, alergi makanan.
Suhu kulit Ny.P hangat , warna kulit normal tidak ada kelainan, turgor kulit halus,
jaringan parut tidak ada, tekstur rambut keriting, bentuk kuku simetris tidak ada
kelainan.
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah
3.1.3.11 Sistem Penginderaan
1) Mata/Penglihatan
Fungsi penglihatan Ny.P baik, gerakan bola mata normal, sklera
normal/putih, konjungtiva anemis, kornea bening, tidak ada keluhan dan nyeri
yang di rasakan klien, pasien juga tidak menggunakan kacamata.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
29

2) Hidung/Penciuman
Fungsi penciuman pasien baik, hidung simetris tidak ada peradangan
maupun kelainanan yang di alami pasien.
3.1.3.12 Leher Dan Kelenjar Limfe
Massa tidak ada, jaringan parut tidak ada, kelenjar limfe tidak teraba,
kelenjar tyroid tidak teraba, mobilitas leher bergerak bebas tidak terbatas.
3.1.3.13 Sistem Reproduksi
Reproduksi tidak ada mengalami kemerahan, gatal-gatal, perdarahan, tidak
ada kelainan padauretra, kebersihan cukup bersih,
Masalah Keperawatan: tidak ada masalah
3.1.4 Pola Fungsi Kesehatan
3.1.4.1 Persepsi Terhadap Kesehatan dan Penyakit
Pasien mengatakan ingin cepat sembuh dan ingin cepat berkumpul dengan
keluarganya.
3.1.4.2 Nutrisida Metabolisme
Dietrendah garam, rendah kalium, nasi lembek, TKTP (tinggi kalori,
tinggi protein), nafsu makan baik. Saat pengkajian pasien tampak sakit
sedang, 1/2 porsi makanan, pasien tampak lemas, mual (-), muntah (-),
tanda-tanda vital: TD :160/100 mmHg, N : 105x/m, RR : 27/m, S : 36,5
0
C. TB 155 cm BB sebelum sakit 75 kg, BB saat sakit 77 kg, IMT = 22,95
(normal)
Tabel 2.1 Pola Makan Sehari-hari Ny.U di Ruang Bougenville
Pola Makan Sehari-hari Sesudah Sakit Sebelum Sakit
Frekuensi/hari 3x sehari 3x sehari
Porsi 1/2 porsi 1 porsi
Nafsu makan Baik Baik
Jenis Makanan Nasi lembek, lauk, sayur Nasi, lauk, sayur
Jenis Minuman Air putih Air putih, teh
Jumlah minuman/cc/24 jam 600 cc/24 jam 1000 cc/24 jam
Kebiasaan makan Pagi, siang, malam Pagi, siang,
malam
Keluhan/masalah Tidak ada masalah Tidak ada
30

3.1.4.3 Pola istirahat dan tidur


Pasien mengatakan sebelum sakit tidur pada malam hari 6-8 jam
sedangkan pada siang hari 1-2 jam. Saat sakit pasien tidur 5 jam dan siang hari 1
jam
Masalah keperawatan: Gangguan Pola Tidur
3.1.4.4 Kognitif
Pasien mengatakan “pasien mengatakan saya sudah mengerti tentang
penyakit gagal ginjal’’.
Masalah: Tidak ada masalah
3.1.4.5 Konsep diri (Gambaran diri, identitas diri, harga diri, peran)
Gambaran diri: pasien menyukai tubuhnya secara utuh, ideal diri: pasien
ingin cepat sembuh dari penyakit yang di deritanya, identitas diri: pasien seorang
istri dan ibu harga diri: pasien sangat di perhatikan oleh keluarga, suami serta
anak dan merasa di hargai, Peran: pasien adalah sebagaiibu untuk anak-anaknya.
Masalah Keperawatan: tidak ada
3.1.4.6 Aktivitas Sehari-hari
Saat sakit pasien hanya bisa berbaring ditempat tidur.
Masalah Keperawatn: Tidak ada masalah
3.1.4.7 Koping –Toleransi terhadap Stress
Pasien mengatakan bila ada masalah pasien bercerita kepada anak dan
keluarganya.
Masalah Keperawatan: Tidak ada
3.1.4.8 Nilai-Pola Keyakinan
Keluarga mengatakan tidak ada tindakan medis yang bertentangan dengan
keyakinan yang dianut.
Masalah Keperawatan: tidak ada
3.1.5 Sosial-Spritual
3.1.5.1 Kemampuan berkomunikasi
Pasien dapat berkomunikasi dengan baik dan jelas.
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah
3.1.5.2 Bahasa sehari-hari
Bahasa yang digunakan pasien sehari-hari, yaitu bahasa Indonesia.
31

3.1.5.3 Hubungan dengan keluarga


Baik, ditandai dengan perhatian yang diberikan oleh keluarga saat Ny.P di
rawat di Ruang Bougenville terlihat keluarga selalu menjenguk.
3.1.5.4 Hubungan dengan teman/petugas kesehatan/orang lain
Pasien dapat berinteraksi dengan baik pada orang lain baik itu dengan
lingkungannya sekitar, perawat maupun dokter.
3.1.5.5 Orang berarti/terdekat
Orang yang paling dekat dengan Ny.P adalah suami, anak, dan keluarga.
3.1.5.6 Kebiasaan menggunakan waktu luang
Pasien mengunakan waktu yang luang dengan berkumpul bersama
keluarga dan beristirahat di rumah.

3.1.6 Data Penunjang (Radiologis, Laboratorium, Penunjang lainnya)


3.1.6.1 Pemeriksaan Laboratorium 04 November 2019

No. Parameter Hasil Nilai Normal


1. WBC 11.60 x 103/UL 4.50 – 11.00
2. HGB 6,5 g/dL 10,5 – 18.0
3. HCT 19 % 37.0 – 48.0
4. PLT 131 x 103/UL 150 – 400
5. Glukosa sewaktu 110 mg/dl <200
6. Ureum 108 mg/dl 21-53
7. Creatinin 10,37 mg/dl 0,7-1,5
32

3.1.6.2 Penatalaksanaan Medis


Terapi obat pada tanggal 06 November 2019
Dosis dan Cara
No. Nama Obat Indikasi
Pemberian
1. Tranfusi 200 ml: Untuk mengatasi HB yang di
Darah PRC intravena bawah normar dan meningkatkan
Gol AB+ HB
2. Lansoprazole 1x30 Untu meringan gejala sakit maag
mg:intravena dan heartburn yang ditimbulkan
oleh penyakit asam lambung atau
tukak lambung
3. Ketorolac 3x30 g : Untuk penatalaksanaan jangka
intravena pendek terhadap nyeri akut sedang
sampai berat setelah prosedur bedah
.
4. Gliqudon 1/2x30 mg : Untuk meningkatkan sekresi
Oral insulin sel beta pankreas.
5. CaCO3 3x1 30 mg : Untuk mengatasi asam lambung
Oral berebih.
6. Asam Folat 3x1 30 mg : Untuk pencegahan dan
Oral pengobatan defisiensi folat.

Palangka Raya, 06 November 2019


Mahasiswa,

(Milowanto)
33

ANALISA DATA
Data Subyektif dan Data Kemungkinan Masalah
Obyektif Penyebab

DS : Pasien Mengatakan “ CKD on HD Pola Napas Tidak


Napas saya sesak“ efektif
Anemia
DO :
O2 dan Nutrisi menurun
 Pasien tampak sesak
 Pasien tampak sakit Suplai dan kebutuhan
sedang O2 ke jantung tidak
 Terdapat asites adekuat
 Terdapat penggunaan
otot bantu pernapasan Suplai O2 ke miokard
 Terdapat pernapasan
cuping hidung Sesak napas
 Terpasang O2 nasal
kanul 3 lpm
 Hasil TTV :
TD :160/100 mmHg,
N : 105x/m
RR : 27/m
S : 36,5 0C.

DS : Pasien Mengatakan “ Penurunan volume Kelebihan volume


Napas saya terasa sesak“ urine, retensi cairan dan cairan
natrium
DO :
Kerusakan sel tubulus
 Pasien tampak sesak dan glomelurus
 Pasien tampak sakit
sedang Pengeluaran cairan dan
 Terdapat asistes zat terlarut, GFK
 Produksi urine ±100 menurusn
ml/24 jam
 Intake : 800 ml/24 jam Menumpuknya cairan
 Balance cairan (+) dan zat pelarut dalam
569,875cc. jaringan tubuh
 Hasil TTV :
TD :140/90 mmHg,
N:84x/m
RR : 26/m
34

S : 36,2 0C.
Hasil lab :
Creatinin : 10,37 mg/dl
DS : Pasien Mengatakan O2 dan Nutrisi Gangguan pola
“saya susah tidur pada tidur
malam hari “ Suplai dan kebutuhan
O2 ke jantung tidak
DO : adekuat

 Pasien tampak gelisah suplai O2 ke miokard


 Posisi berbaring semi
fowler sesak napas
 Pasien tampak sakit
sedang bising dilingkungan
 Pasien tampak sering sekitar
menguap Kurangnya control tidur
 Tidur siang pasien 1 jam
 Tidur malam pasien 5
jam
 Hasil TTV :
TD :160/100 mmHg,
N : 105x/m
RR : 27/m
S : 36,5 0C.
Hasil lab :
GDS : 110 mg/dl
Ureum : 108 mg/dl
Creatinin : 10,37 mg/dl
35

Prioritas Masalah

1) Pola Napas Tidak efektif berhubungan dengan Penurunan PH, retensi


cairan, respon asidosis metabolik di tandai dengan Pasien tampak sesak, ,
Pasien tampak sakit sedang, Terdapat asistes, Terpasang O2 nasal kanul 3
lpm, Hasil TTV : TD :160/100 mmHg, N : 105x/m, RR : 27/m, S : 36,5 0C.
2) Hipervolemia berhubungan dengan Penurunan volume urine, retensi cairan
dan natrium di tandai dengan Pasien Mengatakan “ Napas saya terasa
sesak”, Pasien tampak sesak, Pasien tampak sakit sedang, Terdapat asistes,
Produksi urine ±100 ml/24 jam, Intake : 1000 ml/24 jam, Balance cairan (+)
569,875ml, Hasil TTV : TD :160/100 mmHg, N : 105x/m, RR : 27/m, S :
36,5 0C.. Hasil Laboratorium Creatinin : 10,37 mg/dl.
3) Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurangnya control tidur ditandai
dengan Pasien tampak gelisah, Posisi berbaring semi fowler, Pasien tampak
sakit sedang, Pasien tampak sering menguap, Tidur siang pasien 1 jam,
Tidur malam pasien 5 jam, Hasil TTV : TD :160/100 mmHg, N : 105x/m,
RR : 27/m, S : 36,5 0C. Hasil lab : GDS : 110 mg/dl, Ureum : 108 mg/dl,
Creatinin : 10,37 mg/dl
36

INTERVENSI KEPERAWATAN

NamaPasien : Ny.P

RuangRawat : Bougenville

DiagnosaKeperawatan Tujuan (KriteriaHasil) Intervensi Rasional


1.Pola Napas Tidak Dalam Waktu 1 x 7 jam setelah 1. Observasi tanda-tanda vital 1. Peningkatan frekuensi napas dan
efektif berhubungan diberikan intervensi 2. Kaji kualitas, frekuensi, dan takikardi merupakan indikasi adanya
dengan Penurunan keperawatan, Pasien mampu kedalaman pernapasan, serta penurunan fungsi paru
PH, retensi cairan,
mempertahankan fungsi paru melaporkan setiap perubahan
respon asidosis
secara normal dengan Kriteria yang terjadi. 2. Dengan mengkaji kualitas, frekuensi, dan
metabolik di tandai
dengan Pasien tampak Hasil irama, frekuensi, dan 3. Baringkan Pasien dalam posisi kedalaman pernapasan kita dapat
sesak, , Pasien tampak kedalaman pernapasan berada yang nyaman, dalam posisi mengetahui sejauh mana perubahan
sakit sedang, Terdapat pada batas normal, pada duduk dengan kepala tempat kondisi pasien.
asistes, Terpasang O2 pemeriksaan, dan bunyi napas tidur di tinggikan 60-90o 3. Penurunan diafragma dapat memperluas
nasal kanul 3 lpm, dapat terdengar jelas. 4. Kolaborasi dengan tim medis daerah dada sehingga ekspansi paru bisa
Hasil TTV : TD maksimal.
untuk pemberian O2 dan obat-
:160/100 mmHg, N :
obatan serta foto thoraks 4. Pemberian O2 dapat menurunkan beban
105x/m, RR : 27/m, S
: 36,5 0C. pernapasan dan mencegah terjadinya
sianosis akibat hipoksia.
37

2.Hipervolemia Setelah di lakukan tindakan 1) Kaji adanya edema ekstremitas 1) Curiga gagal kongestif/kelebihan volume
berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 jam, cairan.
Penurunan volume maka diharapkan tidak terjadi 2) Istirahatkan/anjurkan klien untuk2) Menjaga klien dalam keadaan tirah baring
urine, retensi cairan
kelebihan volume cairan tirah baring pada saat edema selama beberapa hari mungkin diperlukan
dan natrium di tandai
dengan Pasien sistemik. Dengan kriteria hasil: masih terjadi. untuk meningkatkan dieresis yang
Mengatakan “ Napas 1) Klien tidak sesak napas. bertujuan mengurangi edema.
saya terasa sesak”, 2) Edema ekstremitas 3) Kaji tanda-tanda vital 3) Sebagai ssalah satu cara untuk mengetahui
Pasien tampak sesak, berkurang. peningkatan jumlah cairan yang dapat
Pasien tampak sakit 3) Piting edema (-). diketahui dengan meningkatkan beban
sedang, Terdapat 4) Produksi urine >600 kerja jantung yang dapat diketahui dari
asistes, Produksi urine
ml/hari. meningkatnya tekanan darah.
±100 ml/24 jam,
Intake : 1000 ml/24 4) Ukur intake dan output 4) Penurunan curah jantung, mengakibatkan
jam, Balance cairan gangguan perfusi ginjal, retensi
(+) 569,875ml, Hasil natrium/air, dan penurunan urine output.
TTV : TD :160/100 5) Berikan oksigen tambahan 5) Meningkatkan sediaan oksigen untuk
mmHg, N : 105x/m, dengan kanula nasal/masker kebutuhan miokard untuk melawan efek
RR : 27/m, S : 36,5 sesuai dengan indikasi. hipoksia/iskemia
0
C.. Hasil
6) Edukasi kebutuhan cairan dan 6) Menambah pengetahuan klien dan
Laboratorium
Creatinin : 10,37 elektrolit tubuh. keluarga dalam memahami kebutuhan
mg/dl. cairan dan elektrolit tubuh.
7) Kolaborasi :
(1) Berikan diet tanpa garam. (1) Natrium meningkatkan retensi cairan dan
(2) Berikan diet rendah protein meningkatkan volume plasma
tinggi kalori. (2) Diet rendah protein untuk menurunkan
38

insufisiensi renal dan retensi nitrogen


yang akan meningkatkan BUN. Diet
tinggi kalori untuk cadangan energy dan
(3) Berikan diuretic mengurangi katabolisme protein.
(3) Diuretik bertujuan untuk menurunkan
volume plasma dan menurunkan retensi
cairan di jaringan sehingga menurunkan
resiko terjadinya edema paru.
(4) Lakukan dialisiis (4) Dialisis akan menurunkan volume cairan
yang berlebih.

3.Gangguan pola tidur Setelah di lakukan tindakan 1. Observasi tanda-tanda vital 1) Mengeahui keadaan umum pasien
berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 jam, 2. Kaji pola tidur 2) Mengetahui kemudahan dan kesulitan
kurangnya control maka diharapkan klien mampu dalam istirahat
tidur ditandai dengan 3. Kaji yang menyebabkan 3) Mengidentifikasi
meningkatkan aktivitas dengan penyebab dari
Pasien tampak
kriteria hasil : gangguan pola tidur gangguan pola tidur
gelisah, Posisi
berbaring semi fowler, 1) Tanda-tanda vital dalam 4. Atur posisi pasien yang nyaman 4) Membantu pasien beristirahat dengan
Pasien tampak sakit rentang normal, TD :120- 5. Kolaborasi dengan keluarga posisi yang nyaman.
sedang, Pasien tampak 150/80-90 mmHg, N : 60- untuk selalu menciptakan 5) Pmembantu pasien beristirahat dengan
sering menguap, Tidur 100 x/mnt, RR : 16-24 lingkungan yang nyaman nyaman tamba suara yg berisik
siang pasien 1 jam, x/menit, S ; 36,5-37,5 °C
2) Pasien sudah tidak gelisah menggaggu tidur pasien
Tidur malam pasien 5
jam, Hasil TTV : TD 3) Pasien sudah tidak Nampak
:160/100 mmHg, N : sering menguap
105x/m, RR : 27/m, S 4) Tidur pasien dalam batas
: 36,5 0C. normal 8-9 jam/hari
39

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
NamaPasien : Ny.P

RuangRawat : Bougenville

Hari
Diagnosa
Tanggal Implementasi Evaluasi TTD
Keperawatan
Jam
Rabu, Dx 1. 1. Mengobservasi tanda-tanda vital S : Pasien Mengatakan : “Napas saya
06 November Pola Napas 2. Mengkaji kualitas, frekuensi dan masih sesak kadang-kadang”
2019 Tidak Efektif kedalaman pernapasan serta melaporkan O:
10.30 wib setiap perubahan yang terjadi  Pasien tampak sesak kadang-
3. Memberikan posisi pasien semifowler kadang
4. Berkolaborasi dengan tim medis untuk  Pasien berbaring dengan posisi
pemberian O2 semifowler
 Pasien memakai O2 nasal kanul
3 liter/menit Milowanto
 HB pasien 6,5 g/dl
 Hasil TTV :
TD : 160/100 mmHg
N : 105 x/m
RR : 27 x/m
S : 36,5
A : Masalah Teratasi Sebagian
P : lanjutkan Intervensi 1,2,4
40

Hari Implementasi
Diagnosa
Tanggal Evaluasi TTD
Keperawatan
Jam
Rabu, Dx 2. 1) Mengobservasi tanda-tanda vital S : Pasien Mengatakan : “Napas saya
06 November Hipervolemia 2) Mengkaji adanya edema ekstremitas dan masih sesak kadang-kadang”
2019 O:
asites.
10.30 wib  Terdapat asites pada perut
3) Memberikan oksigen tambahan dengan  Klien mendapat O2 nasal kanul
3 liter/menit.
kanula nasal 3 liter / menit.
 Hasil TTV :
4) Berkolaborasi : TD : 160/100 mmHg, N : 105
Memberikan diuretic : Furosemide 1 ampul. x/m, RR : 27 x/m, S : 36,5 Milowanto
A : Masalah Belum Teratasi
P : Lanjutkan Intervensi 1,3,4
41

Hari Diagnosa
Tanggal Keperawata Implementasi Evaluasi TTD
Jam n
Rabu, Dx 3. (1) Mengobservasi tanda-tanda vital S : Pasien Mengatakan : “badan saya
06 November Gangguan (2) Mengkaji pola tidur pasien masih terasa lemas dan masih belum
2019 Pola Tidur (3) Mengkaji yang menyebabkan gangguan bisa beraktivitas seperti biasa”
10.30 wib pola tidur O:
(4) Mengatur posisi pasien yang nyaman  Pasien tampak lemas dan gelisah
untuk tidur  Pasien berbaring dengan posisi
(5) Berkolaborasi dengan keluarga untuk setengah duduk
selalu menciptakan lingkungan yang  Tidur siang pasien 1 jam
nyaman.  Tidur malam pasien 5 jam
 Hasil TTV :
Milowanto
TD : 160/100 mmHg
N : 105 x/m
RR : 27 x/m
S : 36,5
A : Masalah Belum teratasi
P : lanjutkan Intervensi 1,2,3
BAB 4
PEMBAHASAN

4.1. Pola Napas Tidak Efektif


Pola napas tidak efektif adalah pertukaran udara inspirasi dan/atau ekspirasi
tidak adekuat.Pengkajian menurut teori pada pasien dengan pola napas tidak
efektif adalah dispnea, penggunaan otot bantu pernapasan, fase ekspirasi
memanjang, pola napas abnormal (mis. takipnea, bradipnea, hiperventilasi,
kussmaul, cheyna-stokes), otopnea, pernapasan pursed lip, pernapasan cuping
hidung, tekanan ekspirasi menurun, dan tekanan inspirasi menurun (Standar
Diagnosis Keperawatan Indonesia, 2017:26).
Sedangkan, pada kasus yang ditemukan pada Ny. P didapatkan hasil
pengkajian adalah bentuk dada simetris, kebiasaan merokok tidak ada, tidaknyeri
dada, type pernafasan dada dan perut, irama pernafasan teratur, suara nafas
tambahan tidak ada dan pernapasan 27x/menit. Pasien mengeluh sesak napas.
Tampak penggunaan otot bantu pernapasan, tampak pernapasan cuping hidung,
dan terpasang terapi O2 nasal kanul 3 lpm.
Jadi, menurut pengkajian teori dan fakta yang saya temukan terdapat
kesamaan yaitu ortopnea, penggunaan otot bantu pernapasan, pernapasan cuping
hidung dan takipnea.

4.2. Hipervolemia
Hipervolemia adalah kondisi dimana kadar bagian yang cair pada darah
(plasma) terlalu tinggi yang menyebabkan retensi cairan isotonik meningkat.
Pengkajian menurut teori pada pasien dengan hipervolemia adalah ortopnea,
dispnea, paroxysmal nocturnal dyspnea (PND), edema anasarka/edema perifer,
berat badan meningkat dalam waktu singkat, hepatomegali, kadar Hb/Ht turun,
oliguria, intake lebih banyak dari output (balance cairan positif), dan kongesti
paru (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia, 2017:62).
Sedangkan, pada kasus yang ditemukan pada Ny. P didapatkan hasil
pengkajian adalah produksi urine dengan output urine± 3x/hari, sekitar 100 ml/ 24
jam warna urine kuning kemerahan pekat dan bau khas (amoniak), intake

42
43

800ml/24 jam, terdapat edema perifer ekstremitas bawah, terdapat asites, kadar
Hb = 6,5 g/dL (nilai normal 10,5 – 18.0) menurun, dan Hct = 19 % (nilai normal =
37.0 – 48.0) menurun.
Jadi, menurut pengkajian teori dan fakta yang saya temukan terdapat
kesamaan yaitu ortopnea, dispnea, edema anasarka/edema perifer, hepatomegali,
kadar Hb/Ht turun, dan intake lebih banyak dari output (balance cairan positif).

4.3. Gangguan Pola Tidur


Gangguan tidur adalah berbagai penyakit yang mengganggu pola tidur
seseorang, juga dikenal sebagai somnipathy. Gangguan tidur memiliki
berbagai jenis, mulai dari ringan sampai parah. Gangguan tidur yang lebih
parah dapat menganggu aspek jiwa, fisik, emosional, dan sosial dari
kehidupan seseorang. Insomnia merupakan jenis gangguan tidur yang paling
dikenal, namun gangguan tidur juga dapat berupa teror malam yang sering
terjadi. (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia, 2017:62).
Sedangkan pada kasus ditemukan pada Ny.P didapatkan hasil pengkajian
tidur siang pasien 1 jam dan tidur malam pasien 1 jam, klien tampak gelisah dan
tampak sering menguap.
Jadi menurut pengkajian teori dan fakta yang saya temukan kesamaan yaitu
gangguan pola tidur pada malam hari yang terjadi pada Ny.P.
44

BAB 5
PENUTUP

Setelah membahas secara keseluruhan tentang asuhan keperawatan pada Ny.


P dengan diagnosa medis CKD on HD, Acites, Anemia, dan gangguan kebutuhan
dasar manusia cairan dan elektrolit, maka pada bab ini akan disampaikan
kesimpulan sebagai berikut :

5.1. Kesimpulan
Cairan tubuh merupakan faktor penting dalam berbagai proses fisiologis
didalam tubuh manusia. Kemampuan kita untuk bertahan hidup sangat tergantung
dari cairan yang terdapat dalam tubuh kita. Oleh karena itu, terdapat berbagai
mekanisme yang berfungsi untuk mengatur volume dan komposisi cairan tubuh
agar tetap dalam keadaan seimbang atau disebut juga dalam keadaan Homeostasis.
Sistem kardiovaskuler berfungsi untuk mensuplai berbagai bahan yang penting
melalui darah keseluruh jaringan. Sistem-sistem lainya seperti ginjal, paru-paru
dan hati berfungsi untuk menjaga jumlah dan komposisi cairan dalam tubuh agar
selalu dalam keadaan seimbang. Apabila terjadi ketidak seimbangan antara cairan
yang ada dalam tubuh dan cairan yang dibutuhkan oleh tubuh, maka akan terjadi
ketidakseimbangan atau terjadi gangguan pada berbagai system.
Jumlah cairan pada pria dan wanita itu tidak sama, hal ini disebabkan oleh
karena pada seorang wanita jumlah jaringan lemaknya lebih besar daripada
seorang pria. Pada bayi baru lahir jumlah cairan tubuhnya dapat mencapai 75%-
80% dari berat badan, namun semua ini akan berubah dan menurun dengan
bertambahnya usia. Jadi persentase cairan tubuh (45% -80%, 45% pada wanita
60tahun dan 80% pada bayi laki-laki) disebabkan oleh variasi dari jumlah jaringan
lemak tubuh yang hanya mengandung kurang dari 10% air, sedangkan otot skelet
yang banyak terdapat pda tubuh seorang pria mengandung lebih dari 75% air dan
ginjal mengandung lebih dari 80% air.Keseimbangan cairan yaitu keseimbangan
antara intake dan output. Dimana pemakaian cairan pada orang dewasa antara
1.500ml - 3.500ml/hari, biasanya pengaturan cairan tubuh dilakukan dengan
mekanisme haus.

44
45

Pada Ny.P dengan diagnosa medis CKD on HD, Acites, Anemia, dan
gangguan kebutuhan dasar manusia cairan dan elektrolit terdapat 3 diagnosa
keperawatan yang kami dapatkan, yaitu:
1) Pola napas tidak efektif
2) Hipervolemia
3) Gangguan pola tidur

5.2. Saran
Dukungan kepada pasien baik dari berbagai faktor dapat mempengaruhi
pasien dalam mengambil keputusan terapi hemodialisis sebagai modalitas
pengobatan yang akan dijalani. Peran perawat sebagai pemberi pelayanan
kesehatan, edukator dan konselor memberikan pengaruh terhadap pasien dalam
menentukan keputusan untuk penatalaksanaan penyakitnya.
46

DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan. Konsep dan Aplikasi Kebutuhan


Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika.

Baradero, Mary, dkk. (2008). Seri Asuhan Keperawatan Klien Gangguan


Ginjal,Edisi 2. Jakarta: EGC.

Haryono, Rudy. 2013. Keperawatan Medikal Bedah: Sistem Perkemihan.


Yogyakarta: Rapha Pubhlishing.

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2009. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia:


AplikasiKonsep dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Kumalasari dan Muttaqin, Arif. 2012. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem


Perkemihan. Jakarta : Salemba Medika.

Saputra. 2013. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Rineka Cipta.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Varisella, Santi. 2017. Pengaruh Terapi Relaksasi Massage Terhadap Skor


Insomnia Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisis di
RS PKU Muhammadiyah I. Yogyakarta: Naskah Publikasi

Anda mungkin juga menyukai