PENDAHULUAN
Komponen tunggal terbesar dari tubuh adalah air. Air adalah pelarut
bagi semua zat terlarut dalam tubuh, baik dalam bentuk suspensi maupun
larutan. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri atas air dan zat terlarut.
Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan
listrik yang juga disebut ion jika berada dalam larutan.
Adanya keseimbangan cairan dan elektrolit berarti terdapat distribusi
yang normal dari air tubuh total dan elektrolit kedalam seluruh bagian tubuh.
Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang
lainnya. Jika salah satu terganggu, maka demikian pula yang lainnya. Oleh
karena cairan dan elektrolit yang menciptakan lingkungan intraseluler dan
ekstraseluler bagi semua sel dan jaringan dalam tubuh, maka
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit dapat terjadi pada semua golongan
penyakit.
Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses yang dinamik.
Karena metabolisme tubuh memerlukan perubahan yang tetap dalam berespon
terhadap stresor fisiologis dan lingkungan ( Syaifuddin, 2006 ).
a) Ultra Filtrasi
Sebagai tempat filtrasi sebagian air dan zat yang terlarut dari darah yang
melewatinya yaitu membuang volume cairan dari sirkulasi darah dan
bahan-bahan yang terlarut dalam cairan juga turut terbuang. Ultrafiltrasi
berasal dari kapiler-kapiler glomerulus kira-kira 180 L/hari. Jumlah
filtrasi dalam satuan waktu yang ditentukan disebut angka kecepatan
fungsi glomerular (GFR : glomerular filtration rate). Ginjal mendapat
25% dari output kardiak dan arus darah. Dalam ginjal rata-rata 600
ml/unit. Bila darah memasuki kapiler-kapiler glomerulus dengan tekanan
yang kurang dari 60-70 mmHg, akan membentuk plasma yang tidak
tersaring.
b) Pengendalian cairan
Yaitu mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit-elektrolit
yang tepat dalam batas ekskresi yang normal dalam sekresi dan
reabsorbsi. Jika bukan karena adanya sistem konservasi dari ginjal, orang
akan kehabisan cairan dan garam dalam waktu 3 sampai 4 menit. Tubulus
proximal mereabsorbsi 85% sampai 90% air pada ultra filter, 80% dari
sodium yang telah difilter, dan terbanyak potasium yang telah difilter,
bikarbonas klorida, fosfat, glukosa dan protein.
c) Keseimbangan asam
Yaitu mempertahankan pH pada derajat yang normal dengan ekskresi ion
H dan pembentukan bikarbonas untuk buffer/penyangga.
d) Ekskresi produk sisa
Yaitu pembuangan langsung produk metabolisme yang terdapat pada
filtrat glomerular. Sisa-sisa metabolik diekskresi pada filtrasi glomerulus.
2. Dermis (korium)
1. Dermis merupakan lapisan dibawah epidermis
2. Terdiri atas jaringan ikat yang memiliki 2 lapisan :
a. Pars papilaris yang terdiri atas sel fibroblast yang
memproduksi kolagen; dan
b. Retikularis yang memiliki banyak pembuluh darah,
tempat akar rambut, kelenjar keringat dan kelenjar
sebaseus.
Paru - paru adalah salah satu organ pernafasan manusia. Paru - Paru
terletak di rongga dada dan diatas diafragma, dilindungi oleh tulang dada dan
tulang rusuk. (Aziz Alimul H. 2009 ).
Paru-paru, terletak didalam rongga dada tepat diatas diafragma.
Diafragma adalah sekat berotot yang membatasi rongga dada dan rongga perut.
Paru-paru terdiri dari 2 bagian, kiri dan kanan, yang terletak di rongga dada.
Sedangkan jantung terletak hampir di tengah rongga dada, diantara kedua paru-
paru, dengan posisi yang lebih kekiri sedikit. Paru-paru kanan tersusun atas 3
glambir, sedangkan paru-paru kiri 2 glambir.
Paru-paru dibungkus oleh selaput paru-paru yang disebut pleura.
Didepannya terdapat batang tenggorok dan saluran pernafasan (bronchi). Oleh
sebab jantung agak mengambil tempat ke kiri, bagian paru-paru sebelah kiri
lebih kecil sedikit dari paru-paru kanan. Dengan demikian dapat dimengerti
paru-paru kiri hanya terdiri dari 2 bagian (lobus), sedangkan paru-paru kanan 3
A. Saluran pencernaan
Terdiri dari
1. Mulut : Merupakan bagian awal dari saluran pencernaan dan terdiri
atas dua bagian luar yang sempit ( vestibula) yaitu ruang
diantara gusi, gigi, bibir, pipi, dan bagian dalam yaitu
rongga mulut. Didalam mulut, makanan mengalami proses
mekanis melalui pengunyahan yang akan membuat makanan
dapat hancur sampai merata, dibantu oleh enzim amilase
yang akan memecah amilium yang terkandung dalam
makanan maltosa. Bagian dalam dari mulut dilapisi oleh
selaput lendir. Pengecapan dirasakan oleh organ perasa yang
terdapat di permukaan lidah. Pengecapan relatif sederhana,
terdiri dari manis, asam, asin dan pahit. Didalam mulut
terdapat kelenjar saliva yang terdiri dari :
b.Abnormal
Terjadi karena berbagai penyakit atau keadaan lingkungan seperti suhu
lingkungan yang terlalu tinggi atau rendah.
Untuk mengembalikan cairan tubuh yang hilang, kita harus banyak minum
minimal 8 gelas (± 2 liter ) air setiap hari yang bisa didapat dari :
Zat terlarut yang ada dalam cairan tubuh terdiri dari elektrolit dan
nonelektrolit. Non elektrolit adalah zat terlarut yang tidak terurai dalam larutan
dan tidak bermuatan listrik, seperti: protein, urea, glukosa, oksigen, karbon
dioksida dan asam-asam organik. Sedangkan elektrolit tubuh mencakup
natrium, kalium, Kalsium, magnesium, Klorida, bikarbonat, fosfat, sulfat.
Air memiliki prosentase yang besar dari berat badan manusia. Pada bayi
prematur, sekitar 80% dari berat badannya adalah air. Sedangkan pada bayi
yang lahir cukup bulan kira-kira 70% dari berat badannya merupakan air
(Horne dan Swearingen 2011). Seiring dengan bertambahnya usia, maka
prosentase air tubuh menurun. Pada orang dewasa laki-laki kira-kira 60% dari
berat badannya adalah air, sedangkan wanita dewasa sekitar 50% dari berat
badannya adalah air. Kemudian prosentase tersebut menurun lagi pada orang
yang lanjut usia. Prosentase air dalam tubuh lansia kira-kira 45%-5% dari berat
badannya.
Cairan dalam tubuh manusia tidaklah terkumpul didalam satu tempat
saja, melainkan didistribusikan kedalam dua ruangan utama yakni cairan
intraseluler dan cairan ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan yang
terdapat didalam sel dengan jumlah sekitar 40% dari berat badan, dan
merupakan bagian dari protoplasma. Pada intraseluler ini terjadi proses
metabolisme.
2. Dewasa :
3. . UsiaLanjut 45-50 %
Lebih kurang 60% berat badan orang dewasa pada umumnya terdiri
dari cairan (air dan elektrolit). Rata-rata seseorang memerlukan sekitar 11 liter
cairan tubuh untuk nutrisi sel dan pembuangan residu jaringan tubuh. Zat
terlarut yang ada dalam cairan tubuh terdiri dari elektrolit dan nonelektrolit.
Non elektrolit adalah zat terlarut yang tidak terurai dalam larutan dan tidak
bermuatan listrik, seperti : protein, urea, glukosa, oksigen, karbon dioksida dan
asam-asam organik. Sedangkan elektrolit tubuh mencakup natrium (Na+),
kalium (K+), Kalsium (Ca++), magnesium (Mg++), Klorida (Cl-), bikarbonat
(HCO3-), fosfat (HPO42-), sulfat (SO42-). Garam mineral ketika berada dalam
bentuk cairan sel, baik seluruhnya maupun sebagian berbentuk ion elektron,
yaitu kation dan anion. Kation dibentuk oleh metal (Na+, K+, Ca2+, Mg2+,
dll.), sedangkan anion dibentuk oleh residu asam (Cl-, HCO-3, SO2-4, H2PO-
4). Ion amonium (NH+4) termasuk kation, sedangkan asam organik dan protein
adalah anion.
2) Hipervolume/Overhidrasi
Terdapat 2 manifestasi yang ditimbulkan akibat kelebihan cairan yaitu
hipervolume (peningkatan volume darah) dan edema (kelebihan cairan pada
interstisial). Secara umum, penambahan berat badan adalah petunjuk dari
kelebihan volume ECF, karena beberapa liter cairan dapat saja sudah tertimbun.
Pada klien dengan kelebihan volume cairan dapat terjadi penimbunan cairan
dalam rongga-rongga tubuhnya. Khususnya pada klien sirosis, cairan dapat
tertimbun pada rongga peritoneal (asites) akibat tekanan hidrostatik yang
meningkat pada pembuluh darah portal.
Tanda-tanda lain dari bertambahnya beban volume cairan adalah
peningkatan tekanan darah, denyut yang kuat, dan waktu pengosongan vena
tangan yang lambat. Distensi (pengembungan) vena jugularis dan meningkatnya
tekanan vena sentral merupakan tanda-tanda lain dari kelebihan volume cairan.
Normalnya cairan interstisial tidak terikat dengan air tetapi elastis dan
hanya terdapat diantara jaringan. Kelebihan cairan vaskuler meningkatkan
hidrostatik cairan dan akan menekan cairan ke permukaan interstisial
(penimbunan cairan berlebihan diantara sel-sel tubuh atau didalam berbagai
rongga tubuh (Robbins dan Kumar 1995).
Gejala :
1. Berat badan naik sementara waktu
2% hipervolemi ringan
5% hipervolemi sedang
8% atau lebih hipervolemi berat
2. Edema perifer
3. Distensi vena jugularis
4. Asites dan efusi pleura
5. Bila sudah berat terjadi edema paru
a. Tindakan Medis
Banyak tindakan medis yang berpengaruh pada keseimbangan
cairan dan elektrolit tubuh seperti : suction, nasogastric tube dan
lain-lain.
b. Pengobatan
Pengobatan seperti pemberian deuretik, laksative dapat
berpengaruh pada kondisi cairan dan elektrolit tubuh.
c. Pembedahan
Pasien dengan tindakan pembedahan memiliki resiko tinggi
mengalami gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh,
dikarenakan kehilangan darah selama pembedahan.
Terapi cairan awal secara empiris tentu berdasar dari anamnesa dan
pemeriksaan fisik yang mungkin dapat menjelaskan mengenai status hidrasi
saat itu yang mungkin mengakibatkan terjadinya retensi cairan dan garam (salt
and water retention) seperti pada :gagal jantung, gangguan fungsi ginjal,
gangguan fungsi hati, berat badan terakhir, asites, edema tungkai. Atau keadaan
status kesehatan yang memberikan gambaran kekurangan cairan (water
depletion) seperti : muntah, diare, poliurua, demam berkepanjangan,
berkeringat lebih. Bila terjadi kehilangan cairan akut, terutama akan
mengakibatkan kehilangan cairan ekstraseluler. Penurunan berat badan sebesar
2%, berakibat kehilangan cairan ECF sebesar 10% dan bergejala rasa haus dan
oliguria. Penurunan berat badan sebesar 4%, berakibat kehilangan cairan ECF
sebesar 20% dan bergejala takikardia dan hipotensi postural. Penurunan berat
badan sebesar 6%, berakibat kehilangan cairan ECF sebesar 30% dan dapat
mengakibatkan terjadinya renjatan (shock) .
Kehilangan Cairan
Tanda (Dinyatakan dalam Persentase Berat Badan )
5% 10% 15%
Membran Kering Sangat kering Panas & kering
mukosa (parched)
Normal Letargi Melambat
Sensoris
Ringan Ada Jelas
Perubahan
ortostatik pada
denyut nadi
atau tekanan Menurun sedikit Menurun Sangat
darah menurun
Normal atau Meningkat
Laju aliran urine meningkat Sangat
meningkat
Denyut nadi
CM – CK = IWL
Ket:
CM : Cairan Masuk
CK: Cairan Keluar
b. Rumus IWL
IWL = (15 x BB )
24 jam
= (20x2) + 37,5cc
24
Keterangan :
Faktor tetesan infus bermacam-macam, hal ini dapat dilihat pada label
infus (10 tetes / menit, 15 tetes / menit dan 20 tetes / menit)
Contoh :
seseorang pasien dewasa memerlukan rehidrasi dengan 1000 ml (2 botol (1
botol= 500 cc)) infus dalam waktu satu jam, maka tetesan per menit adalah:
jumlah tetesan/menit: 1000 = 20 tetes/menit
1x 3
Tabel 2.1 kebutuhan intake cairan berdasarkan umur dan berat badan
No. Umur BB (kg) Kebutuhan Cairan (ml)
1. 3 hari 3 250 – 300
2. 1 tahun 9,5 1150 – 1300
3. 2 tahun 11,8 1350 – 1500
4. 6 tahun 20 1800 – 2000
5. 10 tahun 28,7 2000 – 2500
6. 14 tahun 45 2200 – 2700
7. 18 tahun 54 2200 – 2700
2) Output Cairan
Kehilangan cairan tubuh melalui empat rute (proses) yaitu
a. Urine: dalam kondisi normal output urine sekitar 1400-1500 ml per 24
jam, atau sekitar 30-50 ml per jam pada orang dewasa.
b. IWL (Insesible Water Loss): IWL terjadi melalui paru-paru dan kulit.
Pada orang dewasa normal kehilangan cairan tubuh melalui proses ini
adalah berkisar 300-400 ml per hari, tetapi bila proses respirasi atau suhu
tubuh meningkat maka IWL dapat meningkat.
c. Keringat
d. Feses
Pengeluaran air melalui feses berkisar antara 100-200 ml per hari
Rumus : M.Eq/L = Mg % x 10 x 1
b. Diagnosa Hipervolemi
1. Aktual/resiko tinggi pola napas tidak efektif yang berhubungan
dengan pengembangan paru tidak optimal, perembesan cairan,
kongesti paru sekunder, perubahan membran kapiler alveoli dan
retensi cairan interstisial
2. Aktual/resiko tinggi kelebihan volume cairan yang berhubungan
dengan penurunan perfusi organ
3. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan edema sistemik,
kelelahan, kelemahan.
Manifestasi Klinis
Menifestasi klinis dari hiponatremia bergantung pada penyebab,
keparahan, dan kecepatan terjadinya kekurangan. Meskipun mual dan kram
perut muncul, kebanyakan gejala bersifat neuropsikiatrik dan kemungkinan
berhubungan dengan kebengkakan seluler dan edema serebral yang diakibatkan
oleh hiponatremia. Saat kadar natrium ekstraseluler menurun, cairan seluler
relatif menjadi lebih pekat dan menarik air ke dalam sel. Umumnya, pasien-
pasien yang mengalami penurunan akut dari kadar natrium serum menunjukkan
gejala yang lebih berat dan tingkat mortalitas yang lebih tinggi dibandingkan
dengan pasien yang mengalami hiponatremia lebih lambat.
Gambaran-gambaran hiponatremia yang berhubungan dengan kehilangan
natrium dan penambahan air termasuk anoreksia, kram otot, dan perasaan
kelelahan. Jika kadar natrium serum turun dibawah 115 mEq/L (SI: 115
mmol/L), tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial, seperti letargi, konfusi,
kedutan otot, kelemahan fokal, hemiparese, papiledema, dan kejang mungkin
terjadi.
Penatalaksanaan
Penggantian Natrium. Pengobatan yang paling nyata dari hiponatremia
adalah pemberian natrium yang hati-hati. Pemberian ini mungkin dicapai secara
oral, dengan selang nasogastrik, atau secara parenteral. Bagi pasien yang
mampu makan atau minum, penggantian natrium dapat dengan mudah
dilakukan, karena natrium banyak terdapat dalam diet normal. Untuk pasien
yang tidak mampu menerima natrium per normal, larutan Ringer Laktat atau
saline isotonis (0,9% natrium klorida) mungkin diberikan. Kebutuhan natrium
harian yang lazim pada orang dewasa adalah kurang lebih 100 mEq/L, jika
tidak ada kehilangan yang abnormal.
Pada SIADH, saline yang hipertonis saja tidak dapat merubah
konsentrasi natrium plasma. Natrium yang berlebihan akan diekskresikan lebih
cepat dalam urin yang sangat pekat. Dengan tambahan furosemide (Lasix), urin
tidak pekat dan urin isotonis diekskresikan dan mencapai suatu perubahan
dalam keseimbangan air. Selain itu, pada pasien-pasien yang mengalami
SIADH, dimana sulit dilakukan pembatasan air, lithium atau democlocycline
dapat melawan efek osmotik dari ADH pada tubulus koligentes medularis.
Pembatasan air. Jika hiponatremia terjadi pada pasien dengan volume
cairan normal atau berlebih, pengobatan pilihannya adalah pembatasan air. Hal
ini jauh lebih aman dibandingkan pemberian natrium dan biasanya cukup
Pengkajian Keperawatan
Penting artinya mengidentifikasi pasien yang berisiko terhadap
hiponatremia sehingga mereka dapat dipantau. Deteksi dan penanganan awal
dari gangguan ini penting untuk mencegah terjadinya konsekuensi yang serius.
Untuk pasien-pasien yang berisiko, perawat memantau masukan dan
haluaran cairan dan juga menimbang berat badan setiap hari. Kehilangan
natrium abnormal atau penambahan air dicatat. Manifestasi gastrointestinal
seperti anoreksia, mual, muntah, dan kram abdomen, juga dicatat. Perawat
terutama harus mewaspadai perubahan-perubahan sistem saraf pusat, seperti
letargi, konfusi, kedutan otot, dan kejang-kejang. Umumnya lebih banyak gejala
neurologis yang dihubungkan dengan kadar natrium yang sangat rendah yang
terjadi sangat cepat karena kelebihan cairan. Tindakan opaling penting adalah
untuk memantau kadar natrium serum dengan ketat pada pasien-pasien yang
berisiko mengalami hiponatremia. Jika ada indikasi, kadar natrium urin dan
berat jenis urin juga dipantau.
Hiponatremia merupakan penyebab konfusi pada lansia yang sering
diabaikan. Lansia mempunyai risiko untuk mengalami hiponatremia yang lebih
tinggi karena terjadinya perubahan-perubahan pada fungsi ginjal dan
selanjutnya penurunan kemampuan untuk mengekskresikan beban air yang
Intervensi Keperawatan
Mendeteksi dan Mengendalikan Hiponatremia. Perawat harus
mewaspadai pasien-pasien yang mempunyai risiko mengalami hiponatremia
dan memulai tindakan untuk mendeteksi gangguan tersebut sebelum gangguan
menjadi parah. Untuk pasien yang mengalami kehilangan natrium yang
abnormal, tetapi tetap dapat memakan diet biasa, dianjurkan untuk
mengkonsumsi dan disediakan makanan dan cairan yang mengandung natrium
berkadar tinggi. Sebagai contoh, kaldu yang dibuat dengan satu potong kecil
daging sapi mengandung kurang lebih 900 mg natrium, dan 8 ons dari buah
tomat mengandung kurang lebih 700 mg natrium.
Penting artinya untuk mengenali kandungan natrium pada cairan
parenteral.
Perhatian. Saat memberikan cairan pada pasien yang menderita gangguan
kardiovaskuler, perawat harus memantau pasien terhadap tanda-tanda kelebihan
beban sirkulasi, seperti krekels dengan auskultasi paru. Seperti yang telah
disebutkan sebelumya, perawatan yang sangat hati-hati merupakan hal yang
penting jika memberikan cairan natrium hipertonik yang sangat tinggi (seperti
natrium klorida 3% atau 5%), karena cairan-cairan ini dapat mematikan jika
diinfusikan secara ceroboh.
Untuk pasien-pasien yang dapat lithium, perawat harus waspada terhadap
toksisitas lithium jika natrium hilang melalui cara yang abnormal. Dalam
contoh-contoh semacam ini, tambahan garam dan cairan diberikan. Karena
diuretik menyebabkan kehilangan natrium, pasien yang dapat lithium diberi
intruksi untuk tidak menggunakan diuretik kecuali dibawah pengawasan medis
yang ketat. Untuk semua pasien yang menerima terapi lithium, harus dipastikan
masukan garam yang adekuat.
Tambahan air yang berlebihan dihindari pada pasien yang menerim
pemberian cairan yang bersifat isotonik atau hipotonis melalui selang makan,
terutama jika kehilangan natrium yang abnormal terjadi atau air ditahan secara
Manifestasi Klinik
Evaluasi Diagnostik
Pada hipernatremia kadar natrium serum lebih tinggi dari 145 mEq/ L
(SI: 145 mmol/L) dan osmolalitas serum lebih besar daripada 295 mOsm/kg
(SI: 295 mmol/L). Berat jenis urin dan osmolalitas urin meningkat saat ginjal
berupaya untuk menghemat air (asalkan kehilangan air yang terjadi adalah
dengan rute selain dari ginjal).
Penatalaksanaan
Pengobatan hipernatremia terjadi atas penurunan bertahap kadar natrium
serum dengan infus larutan elektrolit hipotonik (seperti natrium klorida 0,3%)
atau larutan isotonik (seperti D5W). Larutan natrium hipotonik dipertimbangkan
lebih aman dibandingkan Dekstrosa 5% dalam air oleh beberapa praktisi klinik
karena larutan ini menyebabkan penurunan kadar natrium serum yang bertahap
dan karenanya menurunkan risiko terjadinya edema serebral. Penurunan kadar
natrium serum yang cepat sementara waktu menurunkan osmolalitas plasma
dibawah osmolalitas cairan pada jaringan otak, dan menyebabkan terjadinya
edema serebral yang berbahaya. Diuretik mungkin juga diberikan untuk
mengatasi penambahan natrium.
Tidak ada keseragaman mengenai kecepatan yang tepat untuk
mengurangi kadar natrium. Sebagai aturan umum, kadar natrium serum
diturunkan pada kecepatan tidak lebih dari 2 mEq/L/jam untuk memberikan
waktu yang cukup untuk penyesuaian melalui difusi melewati kompartemen
cairan.
Pengkajian Keperawatan
Intervensi Keperawatan
Mencegah Hipernatremia. Perawat berupaya untuk mencegaj
hipernatremia dengan memberikan cairan pada pasien yang mengalami
gangguan yang tidak mampu memperserpsikan atau berespons terhadap rasa
haus. Jika masukan cairan tetap tidak adekuat, perawat dapat
mengkonsultasikan pada dokter untuk merencanakan jalan masukan yang lain,
baik dengan pemberian makan melalui selang atau dengan jalan parenteral. Jika
pemberian makan melalui selang yang digunakan, air cukup seharusnya
diberikan untuk mempertahankan kadar natrium serum dan kadar nitrogen urea
darah dalam batas-batas normal. Sebagian aturan umum, makin tinggi
osmolalitasi makanan perselang, makin tinggi kebutuhan untuk tambahan air.
Manifestasi Klinis
Penatalaksanaan
Intervensi Keperawatan
Manifestasi Klinis
Sejauh ini efek hiperkalemia yang paling penting secara klinis adalah
efeknya pada miokardium. Efek pada jantung akibat peningkatan kadar kalium
serum biasanya tidak bermakna dibawah konsentrasi 7 mEq/L (SI: 7 mmol/L),
tetapi efek ini selalu timbul jika kadarnya adalah 8 mEq/L (SI: 8 mmol/L) atau
lebih tinggi. Jika konsentrasi kalium plasma meningkat, timbul gangguan pada
konduksi jantung. Perubahan paling dini, sering terjadi pada kadar kalium
serum lebih tinggi dari 6 mEq/L (SI: 6 mmol/L), adalah gelombang T yang
tinggi, sempit, depresi ST, dan pemendekan interval QT. Jika kadar kalium
serum terus meningkat, interval PR menjadi memanjang dan diikuti dengan
hilangnya gelombang P. Akhirnya, terdapat dekomposisi dan pemanjangan
kompleks QRS. Distrimia ventrikuler dan henti jantung mungkin terjadi kapan
saja dalam keadaan ini.
Hiperkalemia berat menyebabkan kelemahan otot skeletal dan bahkan
paralisis, yang berhubungan dengan blok depolarisasi pada otot. Sama halnya,
konduksi ventrikuler melambat. Meskipun hiperkalemia memiliki efek yang
nyata pada sistem neuromuskuler perifer, hiperkalemia mempunyai efek kecil
pada sistem saraf pusat. Kelemahan yang cepat pada muskular asenden
mengakibatkan flasid dengan kadar kalium serum yang sangat tinggi. Paralisis
otot pernapasan dan otot yang dibutuhkan untuk berbicara juga dapat terjadi.
Manifestasi gastrointestinal, seperti mual, kolik intestinal intermiten, dan
diare, mungin terjadi pada pasien-pasien yang mengalami hiperkalemia.
Kadar kalium serum dan perubahan EKG adalah hal penting pada
diagnosa hiperkalemia, seperti yang dibahas sebelumnya dalam Manifestasi
Klinis. Gas darah arteri dapat menunjukkan asidosis metabolik karena
hiperkalemia sering timbul dengan asidosis.
Penatalaksanaan
Tindakan-tindakan Kegawatan
Pengkajian Keperawatan
Intervensi Keperawatan
Ketidakseimbangan Kalsium
Karena banyak faktor yang mempengaruhi regulasi kalsium, baik
hipokalsemia dan hiperkalsemia adalah gangguan yang relatif umum terjadi.
Untuk memudahkan memahami gangguan kalsium, akan sangat membantu bila
menelaah kembali faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan kalsium.
Manifestasi Klinis
Tetani merupakan manisfestasi yang paling khas dari hipokalsemia.
Tetani mengacu pada kompleks gejala keseluruhan yang diinduksi oleh
eksitabilitas neural yang meningkat. Gejal-gejal ini adalah akibat lepasan secara
spontan baik serabut motorik dan sensorik pada saraf perifer. Sensasi semutan
dapat terjadi pada ujung jari-jari, sekitar mulut, dan yang jarang yang terjadi
adalah pada kaki. Dapat terjadi spasme otot ekstremitas dan wajah. Nyeri dapat
terjadi sebagai akibat dari spasme ini.
Evaluasi Diagnostik
Ketika mengevaluasi kadar serum, perawat harus mempertimbangkan
variable lainnya, seperti kadar albumin serum dan pH arteri pasien. Karena
abnormalitas dalam kadar serum albumin dapat mempengaruhi interpretasi
kadar kalsium serum, mungkin perlu untuk meghitung serum kalsium yang
diperbaiki jika kadar albumin serum abnormal. Untuk setiap penurunan serum
albumin 1 g/dl di bawah 4 g/dl, kadar kalsium serum total diabaikan hingga
mendekati 0,8 mg/dl. Berikut ini adalah cara tercepat untuk menghitung kadar
kalsium serum yang diperbaiki:
Kadar Ca2+ serum total yang diukur (mg/dl) + 0.8 x [4,0 – kadar
albumin yang diukur (g/dl)] =konsentrasi kalsium total yang diperbaiki (mg/dl).
Suatu contoh untuk menunjukkan penghitungkan yang diperlukan untuk
mendapat kadar kalsium serum total adalah sebagai berikut: Kadar albumin
serum pasien yang dilaporkan adalah 2,5 g/dl, kadar kalsium serum yang
dilaporkan adalah 10,5 mg/dl.
Para praktisi akan mengakibatka kadar kalsium serum yang rendah pada
adanya kadar albumin serum yang rendah. Kadar kalsium yang berionisasi
biasabnya normal pada pasien yang dengan penurunan kadar kalsium serum
total dan hipoalbuminesia konkomitan. Bila pH arteri meningkat (alkalosis),
maka lebih banyak kalsium akan berkaitan dengan protein. Sebagai hasilnya,
porsi yang diionisasi menjadi turun. Gejala-gejala hipokalsemia dapat terjadi
pada adanya alkalosis. Asidosis (pH rendah) mempunyai efek sebaliknya, yaitu,
lebih sedikit kalsium yang berikatan dengan protein dan dengan demikian lebih
banyak yang terdapat dalam bentuk terionisasi. Bagaimanpun perubahan yang
secara relative kecil terjadi selama abnormalitas asam-basa ini.
Idealnya, laboratorium harus mengukur kadar kalsium yang diinosasi.
Bagaimanapun, kebanyakan laboratorium hanya melaporkan kadar kalsium
otot, dengan demikian, konsentrasi fraksi terionisasi harus diperkirakan
berdasarkan pengukuran kadar albumin serum secara simultan. Kadar hormone
paratiroid akan menurunkan pada hipoparatiroidisme. Kadar magnesium dan
fosfor harus dikaji untuk mengidentifikasi kemungkinan penyebab penurunan
kalsium.
Intervensi Keperawatan
Penting artinya untuk mengamati hipolsemia pada pasienberiko.
Perawat harus bersiap untuk kewaspadaan kejang bila hipokalsemia hebat.
Setatus jalan napas harus dipantau dengan teliti karena dapat terjadi stridor
laryngeal. Tidak kewaspadaan diterapkan, sesuai kebutuhan, jika terdapat kelam
pikir.
Manifestasi Klinis
Secara umum,gejala hiperkarsemia adalah senbanding dengan tingkat
kenaikan kdar kalsium serum. Hiperkalsemia mengurangi eksitabilitas
neuromuscular karena hal ini menekan aktivitas pertemuan mioneural. Gejala-
gejala seperti kelemahan muskuler,inkoordinasi, anoreksia, dan konstipasi dapat
karena penurunan tonus pada otot lurik dan polos.
Anoreksia, mual, muntah, dan konstipasi adalah gejala yang umum dari
hiperkalsemia. Dehidrasi terjadi mual, muntah, anoreksia, dan penyerapan
kalsium yang berikatan dengan natrium pada tubulus renalis proksimal. Nyeri
abdomen dan tulang juga dapat terjadi. Distensi abdomen dan peralitik ileus
dapat menyulitkan krisis hiperkalsemia hebat. Rasa yang hebat dapat terjadi
sekunder terhadap poliuria yang disebabkan oleh beban zat terlarut (kalsium)
yang tinggi. Psien dengan hiperkalsimia dapat mengalami gejala yang
menyerupai gejala ulkus peptikum karena hiprtkalsemia meningkatkan sekresi
asam oleh lambung.
Konfusi mental, kerusakan memori, bicara tidak jelas, letargi, perilaku
pesikotik akut, atau koma dapat terjadi. Gejala yang lebih hebat cenderung
untuk timbul bila kadar kalsium serum mendekati 16 mg/dl atau lebih.
Bagaimanapun beberapa pasien dapat menjadi sangat terganngu dengan kadar
serum kalsium 12 mg/dl. Gejala ini akan mereda dengan kadar kalsium serum
kembali pada normal setelah pengobatan.
Evaluasi Diagnostik
Kadar kalsium serum lebih tinggi dari 10,5 mg/dl (SI: 2,6 mmol/L).
Perubahan-perubahan kardovaskular dapat mencakup beragam disritmia dan
perpendekan interval QT dan segmen St. Interval PR kadang memanjang. Uji
antibody hormone paratiroid ganda mungkin dilakukan untuk membedakan
antara hiperparatiroidisme primer dengan malignansi sebagai penyebab
hiperkalsemia. Kadar hormone paratiroid meningkat pada hiperparatiroidisme
primer atau sekunder dan ditekan pada malignansi. Temuan rontgen dapat
menunjukkan adanyaosteoporosis, kavitasi tulang, atau batu saluran kemih.
Intervensi Keperawatan
Penting untuk memantau kekambuhan hiperkalsemia pada pasien yang
berisiko terhadap kalainan ini. Melakukan intervensi, seperti meningkatkan
mobilitas pasien dan memperbanyak cairan, dapat membantu mencegah
hiperkalsemia, atau setidaknya meminimalkan keparahannya. Pasien dirawat
yang beresiko terhadap hiperkalsemia berikan dorongan untuk ambulasi secepat
mungkin; pasien rawat jalan dan mereka yang dirawat dirumah diinformasikan
tentang pentingnya ambulasi yang sering.
Ketika memperbanyak cairan oral, perawwat harus mempertimbangkan
kesukaan dan ketidaksukaan pasien. Cairan yang mengandung natrium harus
diberikan,karena natrium memudahkan ekresi kalsium.pasien yang dirawat
dirumahdidorng untuk minum 3 sampai4 quart air setiap hari, jika
memungkinkan. Bulk yang adekuat harus diberikan dalam diet untuk
mengurangi kecenderungan terhadap konstipasi. Tindak kewaspadaan
dilakukan, sesuai kebutuhan, ketika gejala mental akibat hiperkalsomia timbul.
Pasien dan keluarga diinformasikan bahwa perubahan mental ini dapat pulih
dengan pengobatan. Kalsium yang meningkat menguatkan efek digitalis;
kaenanya pasien dikaji terhadap EKG dapat terjadi (PVC, PAT, dan Blok
jantung); karenanya, nadi pasien dipantau di segala abnormalitas.
7. KekuranganMagnesium (Hipomagnesemia)
Hipomagnesemia mengacu pada konsentrasi magnesium serum dibawah
normal. Kadar magnesium serum normal adalah 1,5 sampai 2,5 mEq/L (atau
1,8-3,0 mg/dl, SI:o,75-1,25 mmol/L). hamper sepertiga magnesium serum
berikatan dengan protein, duapertiga sisanya terdapat sebagai kation bebas
(Mg2+). Seperti kalsium, kation ini adalah fraksi terionisasi yang terutamanya
terlibat dalamaktivitas neuromuscular dan proses fisiologi lainnya. Seperti
halnya kadar kalsium, kadar magnesium harus dievaluasi dalam kombinasi
dengan kadar albumin. Kadar albumin serum yang rendah akan menurunkan
magnesium total.
Manifestasi klinik
Manifestasi klinik hipomagnesemia sangat berkaitan dengan sistem
neuromuscular. Beberapa efeknya akibat secara langsung dari rendahnyakadar
magnesium serum, lainnya akibat perubahan-perubahan sekunder dalam
metabolism kalsium dan kalium. Gejala-gejala biasanya belum terjadi sampai
kadar magnesium serum kurang dari 1 mEg/L (SI: mmol/L0.
Di antara perubahan neuromuscular adalah hiperekstibilitas dengan
kelemahan otot, tremor, dan gerakan atetoid (gerakan-gerakan lambat, kedutan
involunter dan memutar-mutar). Perubahan lainnya termasuk tetani, tonik-
klonik penggeneralisasian atau kejang fokal, stidor laryngeal, dan tanda
Chvostek dan Trouseau positif (lihat pembahasan pada hal 265), yang terjadi,
sebagian karena hipokalsemia yang menyertai.
Defisiensi magnesium mencetuskan disritmia jantung, seperti PVC,
takikardia supraventrikular, dan fibrilasi digitalis adalah berkaitan dengan
rendahnya kadar magnesium serum.ini merupakan pertimbangan penting karena
pasien yang menerima digoskin juga mungkin mendapat terapi diuretic,
sehingga mencetuskan kehilangan magnesium malaui ginjal.
Hipomagnesemia mungkin disertai oleh perubahan suasana hati yang
jelas. Apatis, depresi, gelisah, atau ginjal ekstrim telah terbukti, juga ataksia,
pusing, insomnia, dan kelam pikir. Pada waktunya, delirium dan psikosis nyata
dapat terjadi, seperti halusinasi dengar atau lihat.
Penatalaksanaan
Defisiensi magnesium ringan dapat diperbaiki hanya dengan diet saja.
Sumber diet magnesium yang utama adalah sayuran hijau, kacang-kacangan
dan legume, serta buah-buahan seperti pisang, buah anggur, dan jeruk.
Magnesium juga sangat banyak terkandung dalam mentega kacangan dan
coklat. Bila diperlukan, garam magnesium dapat juga diberikan per oral untuk
menggantikan kehilangan kontimu. Diare adalah komplikasi umum dari
magnesium bentuk oral. Pasien yang menerima nutrisi parenteral total
membutuhkan magnesium dalam larutan intravena untuk mencegah
perkembangan hipomagnesemia. Pemberian intravena magnesium sulfat harus
dilakukan melalui pompa IV, dan kalsium glukonat harus sudah tersedia untuk
berjaga-jaga bila terjadi tetani hipokalsemik atau hipermagnesemia.
Gejala berat hipomagnesemia diatasi denga pemberian magnesium
parenteral. Magnesium sulfat merupakan garam magnesium yang paling umum
digunakan. Konsentrasi garam magnesium seri dapat digunakan untuk mengatur
dosisnya.
Manifestasi Klinik
Kenaikan akut kadar magnesium serum menekan sistem saraf ousat juga
pertemuan neuromuscular perifer. Pada kadar yang meningkat rinagan, terdapat
kecenderunagn untuk terjadi penurunan tekanan darah karena vasodilatasi
perifer. Mual, muntah, klasifikasi jaringan lunak, kemerahan pada wajah, dan
sensasi hangat dapat juga terjadi. Pada konsentrasi magnesium yang lebih tinggi
dapat terjadi letargi, kesulitan berbicara (disatrial), dan mengantuk. Reflex
tendon profundatidak terlacak dan dapat terjadi kelemahan ototdan paralisis.
Pusat pernapasan terletak bila kadar magnesium serum melebihi 10mEq/L.
koma dan henti jantung dapat terjadi bila kadar magnesium serum sangat naik.
Evaluasi Diagnostik
Pada analisis laboratorium, kadar magnesium serum lebih tinggi dari2,5
mEq/L, atau 3,0 mg/dl (SI:1,25 mmol/L). Temuan EKG menunjukkan
perpanjangan interval QT dan blok AV.
Penatalaksanaan
Pengobatan terbaik untuk hipermagnesemia adalah pencegahan. Hal ini
dapat dicapai dengan tidak memberikan magnesium pada pasien yang sakit
serius yang mendapat garam magnesium. Pada adanya hipermagnesemia berat,
semua garam magnesium parenteral dan oral dihentikan. Bila terdapat depresi
pernapasan atau defektif konduksi jantung, tindakan kedaruratan seperti
dukungan ventilator dan pemberian kalsium intravena diindikasikan.
Hemodialisasi denagn dialisat bebas magnesium adalah pengobatan efektif
Intervensi Keperawatan
Pasien yang berisiko terhadap hipermagnesemia diidentifikasi dan dikaji.
Saat diduga hipermagnesemia, perawat harus memantau tanda-tanda vital,
memperhatikan adanya hipotensi dan napas dangkal, dan mengamati penurunan
reflex patella serta perubahan dalam tingakt kesadaran. Kehati-hatian yang
selalu diperhatikan untuk menghindari pemberian medikasi yang mengandung
magnesium kepada pasien dengan gagal ginjal atau dengan gangguan fungsi
ginjal. Sema halnya, perawat harus mengingatkan pasien gagal ginjal untuk
selalu memeriksakan diri pada pemberi perawatan kesehatannya sebelum
mereka menggunakan medikasi yang dijual dengan bebas. Kewaspadaan
penting ketika cairan magnesium disiapkan dan diberikan secara parenteral
karena larutan magnesium parenteral terkemas karena larutan magnesium
parenteral terkemas dalam wadah dalam berbagai ukuran (seperti ampul 2-ml
vial 50-ml), yang semuanya kadang dengan bebas disebut sebagai “amps”.
Manifestasi Klinik
Sebagian besar tanda dan gejala defisiensinya fosfor tampak terjadi
akibat defisiensinya trifosfat (ATP), atau 2,3-difosfagliserat (DPG), atau
keduanya. Defisiensinya ATP merusak sumber energy selular, dan 2,3-DPG
merusak pengiriman oksigen.
Gejala neurologis yang luas dapat terjadi, seperti peka rangsang. Gelisah,
kelemahan, kebas, perestesia, kelam pikir, kejang, dan koma. Kadar 2,3-DPG
yang rendah mengurangi pengiriman oksigen kejaringan perifer, mengakibatkan
aneksia jaringan. Hipoksia kemudian mengarah pada peningkatan frekuensi
pernapasan dan alkalosis respirotorik, sehingga menyebabkan fosfor berpindah
kedalam sel-sel menguatkan hipofosfatemia.
Diduga bahwah ipofosfatemia mempredisposisi terhadap infeksi. Dalam
percobaan hewan, hipofosfatemia telah menunjukkan dapat menimbulkan
depresi kemotaktik, fagositik, dan aktivitas granulosit bacterial.
Kerusakan otot dapat terjadi sejalan dengan menurunnya kadar ATP
dalam jaringan. Hal ini secara klinis termanifestasi melalui kelemahan otot,
nyeri otot, dan pada waktunya, radbomiolisis akut (disintegrasi otot lurik).
Kelemahan otot-otot pernapasan dapat sangat merusak ventilasi. Juga,
hipofosfatemia dapat mempredisposisi resisten-insulin, dan dengan demikian
Evaluasi Diagnostik
Pada analisis laboratorium, kadar fosfor serum akan kurang dari 2,5
mg/dl(SI: 0,80 mmol/L) pada orang dewasa. Penting artinya untuk diingat
bahwa glukosa atau pemberian insulin menyebabkan sedikit penurunan dalam
kadar fosfor serum. Kadar hormone paratiroid akan meningkat pada
heperparatiroidisme. Magnesium serum dapat menurun akibat peingkatan
ekskresi magnesium dalam urin. Fosfatase basa meningkat dengan aktivitas
oesteoblasti. Pemeriksaan rontge dapat menunjukkan perubahan skeletal
osteomalasia atau riket.
Penatalaksanaan
Seperti hanya pada keseimbangan elektrolit, pengobatan terbaik adalah
pencegahan. Pada pasien yang berisiko terhadap hipofosfatemia, kadar fosfat
serum harus dipantau dan dikoreksi dengan ketat yang dilakukan sebelum
kekurangan menjadi lebih parah. Jumlah fosfor yang adekuat harus
ditambahkan ke dalam larutan parenteral. Dan perhatian harus juga diberikan
pada kadar fosfor dalam larutan makanan enteral.
Hipofosfatemia berat adalah berbahaya dan membutuhkan perhatian
segera. Koreksi fosfor intravena agresif biasanya dibatasi pada pasien dengan
kadar serum fosfornya dibawah 1mg/dl (SI: mmol/l) dan mereka yang saluran
gastrointesinalnya tidak berfungsi. Kemungkinan bahaya pemberian intravena
fosfor mencakup hipokalsemia dan klasifikasi metastatic akibat hiperfosfatemia
pada situasi yang kurang akut, penggantian fosfor peroral biasanya sudah
memadai.
Manifestasi Klinik
Suatu peningkatan kadar serum fosfor hanya menyebabkan sedikit gejala.
Konsekuensi jangka panjang yang paling adalah klasifikasi jaringan lunak, yang
terjadi terutama sekali pada pasien dengan penurunan laju filtrasi glomerular,
konskuensi jangka pendek yang paling penting adalah berbahaya karena kondisi
inimeningkat presipitasi kalsium fosfat pada tempat-tempat non oseus. Karena
hubungan resiprokal antara fosfor dan kalsium, kadar fosfor yang tinggi
Evaluasi Diagnostik
Pada analisis laboratorium, kadar fosfar serum adalah lebih tinggi dari 4,5
mg/dl (SI: 1,5 mmol/L) pada orang dewasa. Kadar fosfor normalnya lebih
tinggi pada anak-anak, dianggap demikian karena tingginya kecepatan
pertumbuhan skeletal. Kadar kalsium serum sangat membantu dalam mengkaji
komplikasi akibat pengobatan da mediagnosis masalah utama. Pemeriksaan
rontge dapat menunjukkan perubahan skeletal dengan perkembangan anormal
tulang. Kadar hormone paratiroid akan menurun pada hipoparatiroidisme.
Kadar BUN dan kreatinin digunakan untuk mengkaji fungsi ginjal.
Penatalaksanaan
Bila mungkin, pengobatan diarahkan pada gangguan yang mendasari.
Sebagai contoh, hiperfosfatemia yang berhubungan dengan lisis sel-sel tumor
dapat dikurangi dengan pemberian.allopurinol sebelumnya untuk mencegah
nefropati urat. Bagi pasien dengan gagal ginjal,tindakan untuk menurunkan
kadar fosfat serum diindikasikan, hal ini mencakup pemberian fosfat yang
berkaitan dengan jel, pembatasan diet fosfat, dan dialysis.
Intervensi Keperawatan
Perawat harus waspada terhadap pasien yang berisiko mengalami
hiperfosfatemiadan memantau keberadaanya. Bila diresepkan dari rendah
fosfor, pasien diintruksikan untuk menghindarimakanan yang tinggi kandungan
fosfornya. Makanan-makanan tersebut termasuk keju keras, krim, kacang-
kacangan, sereal gandum bersekam, buah yang dikeringkan, sayuran yang
dikeringkan, daging khusus, seperti ginjal, sardine, dan roti manis, dan makanan
yang dibuat dengan susu. Bila memungkinkan, perawat menginstruksikan
Evaluasi Diagnostik
Pengukuran gas darah arteri sangat berguna dalam mendiagnosis asidosis
metabolik. Perubahan nilai-nilai gas darah yang diperkirakan termasuk kadar
bikarbonat yang rendah (kurang dari 22 meq/l) dan ph yang rendah (kurang dari
7,35). Hiperkalemia dapat menyertaiasidosis metabolik, sebagai akibat dari
perpindahan kalium keluardari sel-sel. nantinya, sejalan dengan dikoreksinya
asidosis, kalium berpindah kembali kedalam sel-sel dan hipokalemia dapat
terjadi. hipervintelasi menurunkan kadar karbon diogsida sebagai mekanisme
kompensasi. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, penghitungan gap
anion penting dalam menentukan penyebab asidosis metabolic. Pemeriksaan
elektrokardiogram akan mendeteksi disritmia yang disebabkan oleh
peningkatan kalium.
Penatalaksanaan
Pengobatan diarahkan pada mengoreksi defek metabolic, jika penyebab
masalah adalah masukan klorida yang berlebih, maka pengobatan adalah
ditunjukkan pada menghilangkan sumber klorida. Bila diperlukan, diberikan
bikarbonat. Meskipun hiperkalemia terjadi dengan asidosis, hipokalemia dapat
terjadi dengan kebaikan dari asidosis dan perpindahan kalium kembali kedalam
sel-sel. Karenanya, kadar kalium dipantau dengan ketat hipokalemia dikoreksi
sejalan dengan terbaliknya aksidosis.
Evaluasi Diagnostik
Evaluasi gas-gas darah menunjukkan pH yang lebih tinggi dari 7,45 dan
konsentrasi bikarbonat serum lebih besar dari 26mEq/L. Tekanan parsial karbon
dioksida akan meningkat karena paru-paru akan berupaya untuk
mengkompensasi kelebihan bikarbonat dengan menahan karbon dioksida.
Hipoventilasi ini lebih menonjol pada pasien-pasien semi sadar. Pasien semi
sadar dapat mengalami hipoksemia jelas sebagai akibat hipoventilasi.
Hipokalemia dapat menyertai alkalosis metabolik.
Kadar klorida urine dapat membantu dalam mengidentifikasi penyebab
alkalosis metabolik jika riwayat pasien tidak memberi informasi yang adekuat.
Alkalosis metabolik adalah suatu situasi dimana konsentrasi klorida urin
mungkin perkiraan yang lebih akurat dibanding dengan konsentrasi natrium
urine. Konsentrasi klorida urine membantu untuk membedakan antara muntah-
muntah atau mengkonsumsi diuretik atau salah satu penyebab kelebihan
mineralokortikoid. Hipovolemia dan Hipokloremia pada pasien muntah-muntah
atau kistik fribosis, pasien yang diberi makan kembali, atau mereka yang
menggunakan diuretik menghasilkan konsentrasi klorida urine kurang dari
25meQ/L. Tanda-tanda hipovolemia tidak ada dan konsentrasi klorida urine
melebihi 40meq/l pada pasien dengan kelebihan mineralokortikoid atau
kebanjiran alkali; pasien ini biasanya mempunyai volume yang lebih banyak.
Penatalaksanaan
Pengobatan ditujukan pada memperbaiki kondisi yang mendasari.
Klorida yang mencukupi harus disuplai agar ginjal dapat mengabsorbsi natrium
dengan klorida (dengan memungkinkan ekskresi kelebihan karbonat).
Pengobatan juga mencakup pemulihan volume cairan normal dengan
memberikan cairan natrium klorida (karena penipisan volume berkelanjutan
berfungsi untuk mempertahakan alkalosis). Jika terjadi hipokalemia, kalium
diberikan sebagai KCL untuk menggantikan baik kehilangan K dan CL.
Antagonis reseptor H histamin mengurangi pembentukkan HCL lambung,
dengan demikian menurunkan alkalosis metabolik yang berkaitan dengan
penghisapan lambung. Inhibitor anhidrase sangat berguna dalam mengatasi
alkalosis metabolik pada pasien yang tidak mampu untuk mentoleransi
penambahan volume yang cepat (yaitu pasien dengan gagal jantung kongestif).
Karena penipisan volume akibat kehilangan GI, penting artinya untuk
memantau masukan dan haluaran dengan cermat.
Manifestasi Klinis
Tanda-tanda klinis berubah-ubah pada asidosis respiratorik akut dan
krakut dan kronis. Hiperkapneu mendadak (kenaikan PaCO) dapat
menyebabkan peningkatan frekuensi nadi dan pernapasan, peningkatan tekanan
darah, kusut pikir, dan perasaan penat pada kepala. Suatu peningkatan PaCO
menyebabkan vasodilatasi serebrovaskular dan peningkatan aliran darah
serebral, terutama sekali bila peningkatan ini lebih tinggi dri 60 mmHg.
Fibrilasi ventrikular dapat merupakan tanda pertama dari asidosis respiratorik
pada pasien yang dianastesia.
Pasien dengan asidosis respiratorik kronis dapat mengeluhkan
kelemahan, sakit kepala pekak, dan gejala-gejala proses penyakit yang
mendasari. Pasien dengan penyakit pulmonari obstruksi kronis yang secara
bertahap mengakumulasi karbon dioksida dalam waktu yang lama dapat tidak
mengalami gejala-gejala hiperkapneu karena perubahan kompensasi gejala
tidak terjadi. Jika asidosis respiratorik yang terjadi adalah parah, tekanan
intrakranial dapat meningkat, sehingga mengakibatkan papiledema dan dilatasi
pembuluh darah konjungtiva. Hiperkalemia dapat terjadi sebagai akibat
konsentrasi hidrogen memperburuk mekanisme kompensatori dan berpindah
kedalam sel-sel, sehingga menyebabkan kalium keluar dari sel.
Bila PaCO secara kronis diatas nilai 50 mmHg, pusat pernapasan
menjadi sensitif secara relatif terhadap karbondioksida sebagai stimulan
pernapasan, menyisakan hipoksemia sebagai dorongan utama pernapasan.
Pemberian oksigen dapat menghilangkan stimulus hipoksemia dan pasien
mengalami nekrosis karbondioksida, kecuali situasi ini diatasi dengan cepat.
Karena, oksigen harus diberikan dengan sangat waspada.
Penatalaksanaan
Pengobatan diarahkan untuk memperbaiki ventilasi; tindakan yang pasti
berbeda sesuai dengan penyebab ketidakadekuatnya ventilasi. Preparat
farmakologi digunakan sesuai indikasi. Sebagai contoh, misalnya bronkodilator
membantu menurunkan spasme bronkhial dan antibiotik yang digunakan untuk
infeksi pernapasan. Tindakan Higiene pulmonari dilakukan, ketika diperlukan
untuk membersihkan saluran pernapasan dari mukus dan drainase purulen.
Hidrasi yang adekuat (2-3 l/hari) diindikasikan untuk menjaga membran
mukosa tetap lembap dan karenanya memfasilitasi pembuangan sekresi.
Oksigen suplemen diberikan bila diperlukan. Ventilasi mekanik yang digunakan
secara waspada dapat memperbaiki ventilasi pulmonari. Penggunaan ventilasi
mekanik yang tidak bijaksana dapat menyebabkan ekskresi karbon dioksida
yang demikian cepat sehingga ginjal tidak mampu untuk mengeliminasi
kelebihan bikarbonat dengan cukup cepat untuk mencegah alkalosis dan kejang.
Untuk alasan ini, kenaikan PaCO harus diturunkan secara lambat.
Membaringkan pasien dalam posisi semi fowler memfasilitasi ekspansi dinding
dada.
Evaluasi Diagnostik
Analisis gas-gas darah arteri membantu dalam mendiagnosis alkalosis
respiratorik. Pada keadaan akut, PH naik diatas normal sebagai akibat
rendahnya PaCO dan kadar bikarbonat. (Ginjal tidak dapat mengubah kadar
bikarbonat dengan cepat) pada fase kompensasi, ginjal sudah mempunyai waktu
yang cukup untuk menurunkan kadar bikarbonat hingga mendekati kadar
noemal. Evaluasi elektrolit serum diindikasi untuk mengidentifikasi semua
penurunan kalium karena hidrogen ditarik keluar sel dalam pertukaran dengan
kalium; penurunan kalsium karena alkalosis berat menghambat ionisasi kalsium
sehingga mengakibatkan spasme karpopedal dan tetani; atau penurunan fosfat
karena alkalosis, sehingga menyebabkan ambilan fosfat oleh sel meningkat.
Penatalaksanaan
Pengobatan bergantung pada penyebab mendasar dari alkalosis
respiratorik. Jika penyebabnya adalah ansietas, pasien diinstruksikan untuk
bernapas lebih lambat untuk menimbulkan akumulasi CO atau bernapas ke
dalam sistem tertutup (seperti kantung kertas). Sedatif mungkin diperlukan
untuk menghilangkan hiperventilasi pada pasien yang sangat gelisah.
Pengobatan untuk alkalosis penyebab lainnya diarahkan pada memperbaiki
masalah yang mendasari
1. Standar infus
Alat untuk memberikan cairan infuse
2. Infus set
Selang infus ini fungsinya untuk jalan masuk cairan. sesuai namanya
infus set digunakan untuk khusus cairan infus kalau transet gunanya
untuk tranfusi. infus set tidak bisa digunakan untuk transet dan transet
bisa digunakan untuk infus set, perbedaanya di saringnya kalau transet
ada saringanya kalau infus set tidak ada. gambar disamping adalah infus
set.
Infus set (micro) / Microdrip
Infus set (micro) merupakan bagian dari infusion set untuk menampung
cairan dengan volume tertentu dengan jumlah tetesan 60 tetes / ml. Mempuyai
ukuran 19, 21, 23, 25 G
Prosedur kerja:
1. Cuci tangan.
2. Cek perencanaan Keperawatan klien
3. Klien diberi penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan
4. Hubungkan cairan dan infus set dengan menusukkan kedalam botol infus
(cairan)
5. Isi cairan ke dalam infus setdengan menekan bagian ruang tetesan hingga
ruangan tetesan terisi sebagian dan buka penutup hingga selang terisi dan
udaranya keluar.
6. Letakkan pengalas
11. Cek apakah sudah mengenai vena ( cirinya adalah darah keluar melalui
jarum infus)
Evaluasi
Perhatikan kelancaran infus, dan perhatikan juga respon klien terhadap
pemberian tindakan
Dokumentasi
Mencatat tindakan yang telah dilakukan (waktu pelaksanaan, hasil
tindakan, reaksi / respon klien terhadap pemasangan infus, cairan dan tetesan
yang diberikan, nomor abocath, vena yang dipasang, dan perawat yang
melakukan ) pada catatan keperawatan.
B. Prosedur
1. Memberitahu pasien tindakan yang akan dilakukan
2. Mendekatkan alat
3. Mencuci tangan
4. Memasang perlak dan pengalas
5. Memakai sarung tangan
6. Membasahi plester yang melekat pada kulit dengan kapas
alkohol
7. Melepas plester dan kassa dari kulit
8. Menekan tempat tusukan dengan kapas alkohol dan mencabut
infus pelan-pelan
9. Menekan kapas alkohol dengan plester
10. Membereskan alat dan merapikan pasien
11. Melepas sarung tangan
12. Mencuci tangan
13. Mendokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
Tujuan:
a. Memperbaiki volume sirkulasi darah
b. Memperbaiki hemoglobin
c. Memperbaiki kadar protein serum
Peralatan:
a. Transfusi set
Fungsi : untuk pemberian tranfusi darah. Blood tranfusion set digunakan
untuk pemberian darah kepada pasien (tranfusi) mempunyai ukuran 18,
21, 24, 26 G
Prosedur:
a. Jelaskan pada klien dan keluarga mengenai pemberian transfusi darah
b. Perhatikan lingkungan dan jaga privacy klien
c. Cuci tangan
d. Kenakan sarung tangan steril
e. Buat jalur intravena sebagaimana dilakukan pada prosedur pemberian
infus.
f. Gunakan selang infus yang memiliki filter dengan tipe- Y. Penggunaan
set tipe-Y ini memungkinkan untuk pemberian volume ekspander
dengan mudah dan penginfusan segera NaCl 0,9% setelah penginfusan
awal selesai.
g. Berikan cairan NaCl terlebih dahulu, kemudian darahnya
h. Atur tetesan sesuai dengan program
i. Bereskan alat-alat
j. Lepaskan sarung tangan
k. Cuci tangan
A. Fase Prainteraksi
1. Mengecek program terapi
2. Mencuci tangan
3. Menyiapkan alat
a. 1 sol tranfusi darah dengan blood filter
b. Ciran isotonik (Nacl 0,9%)
c. produk darah
d. Obat-obatan sesuai dengan program medic
e. Handscoen disposable
f. Tensimeter dan thermometer
C. Fase kerja
1. Periksa produk darah yang di siapkan, golongan darah dan
kesusaaian cross math, jumlah darah dan nomor kantong , masa
berlaku.
2. Menggunakan hanskun
3. Pemasangan system infus set dengan filter yang tapat terhadap
produk darah
4. Memasang cairan dengan cairan isotonic ( Nacl 0,9%)
5. Hindari tranfusi darah lebih dari satu unit darah atau produk darah
pada satu waktu, kecuali diwajibkan oleh kondisi pasien.
6. Monitor temapat Iv terhadap tanda dan gejala dari infiltrasi,
phlebritis dan infeksi local.
7. Monitor tanda-tanda vital (pada awal, sepanjang dan setelah
tranfusi)
8. Berikan injeksi anti histamine bila perlu.
9. Ganti cairan Nacl 0,9 % dengan produk yang tersedia.
10. Monitor ada tidaknya reaksi alergi terhadap pemasangan infuse
Monitor kecepatan aliran tranfusi
11. Jangan memberikan medikasi IV atau cairan lain kecuali isotonic
dalam darah atau produk
12. Ganti larutan Nacl 0,9% ketika tranfusi telah lengakap/selesai
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kesehatan sel dan jaringan tidak hanya bergantung pada sirkulasi yang
utuh untuk mengirimkan oksigen dan membuang sampah, tetapi juga
bergantung pada homeostatis cairan normal. Homeostatis normal mencakup
pemeliharaan kebutuhan dinding pembuluh darah serta tekanan dan osmolaritas
intravaskular dalam kisaran fisiologis tertentu. Perubahan pada volume,
tekanan, atau kandungan protein vaskular atau perubahan pada fungsi endotel
mempengaruhi pergerakan air yang melewati dinding pembuluh darah. Hal itu
disebut dengan edema dan mempunyai kepentingan yang berbeda bergantung
pada lokasinya pada ekstremitas inferior, edema, terutama menyebabkan
pembengkakan dalam paru, edema menyebabkan alveoli terisi oleh air yang
menimbulkan sesak nafas
Kata dehidrasi dipakai pada semua bentuk kehilangan air dan natrium,
tetapi ini tidak berarti kehilangan air dan sebaiknya tidak digunakan untuk
menggambarkan keadaan dimana terjadi redistribusi dan kehilangan air tubuh
sekunder terhadap kehilangan natrium. Jarang terdapat dehidrasi air saja atau
dehidrassi natrium saja, tetapi dapat terjadi dehidrasi kombinasi. Harus diingat
bahwa perubahan dalam simpanan air atau ion-ioin tubuh umumnya tak perlu
terjadi dalam darah yang sama seperti perubahan konsentrasi plasma.
Setelah membahas semua yang berhubungan dengan cairan dan elektrolit,
maka kita dapat menyimpulkan bahwa betapa pentingnya cairan dan elektrolit
untuk tubuh kita. Pengaturan keseimbangan cairan perlu memerhatikan
beberapa hal yaitu volume cairan ekstrasel dan osmolaritas dari cairan tersebut
1. Bagi pembaca hendaknya dapat memahami dan mengerti arti dari fungsi
cairan dan elektrolit pada tubuh.
2. Agar tidak terjadi gangguan pada tubuh hendaknya mengatur pola
keseimbangan cairan dan elektrolit sesuai dengan kebutuhan
3. Olahraga secara teratur dan biasakanlah minum air putih 8 liter/hari.
Keseimbangan cairan dalam tubuh harus benar-benar kita jaga agar pola
intake dan output bisa sesuai jumlahnya, karena bila salah satunya tidak
terpenuhi akan menyebabkan penyakit yang vatal mengancam jiwa kita.