Anda di halaman 1dari 173

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Untuk meningkatkan kesehatan dibutuhkan keseimbangan cairan,
elektrolit dan asam basa didalam tubuh. Banyak faktor yang dapat
menyebabkan ketidakseimbangan ketiganya salah satunya adalah penyakit dan
juga kehidupan yang super sibuk membuat pola hidup sehat banyak diabaikan,
dari yang sangat sederhana dan ringan tapi sering diabaikan yaitu minum air
putih. Sangat sederhana tapi mempunyai dampak yang sangat luar biasa untuk
kesehatan kita. Kebanyakan dari kita selalu lupa untuk minum, karena kita
minum jika kita sudah merasa haus atau tanggorokan sudah merasa kering.
Apalagi seperti di gedung-gedung perkantoran di kota-kota besar yang
kebanyakan menggunakan AC, sedikit banyak mempengaruhi kita untuk malas
minum karena hawa AC yang dingin dan aktifitas kita yang kurang banyak
bergerak dan mengeluarkan keringat. Semua itu tanpa kita sadari telah
membuat kita banyak kekurangan cairan dalam tubuh atau dehidrasi.
Kekurangan cairan dalam tubuh bukan hanya dikarenakan kurang
minum, bisa juga disebabkan karena diare dan juga muntaber. Apabila
seseorang terkena penyakit ini dan tidak dengan segera diatasi dan
mendapatkan pertolongan, maka akan membahayakan jiwa orang tersebut.
Karena bila seseorang terkena penyakit diare atau muntaber, dia akan banyak
mengeluarkan cairan dan bisa menyebabkan dehidrasi serta kematian. Kedua
penyakit tersebut termasuk penyebab kematian tertinggi di Indonesia, terutama
pada anak-anak dan balita.
Tubuh sebagian besar terdiri dari cairan dan elektrolit. Air dan zat-zat
yang terlarut di dalamnya (cairan tubuh), menjadi pengangkut zat makanan ke
semua sel tubuh dan mengeluarkan bahan sisa dari dalamnya untuk menunjang
berlangsungnya kehidupan. Jumlah cairan dan elektrolit tubuh berbeda-beda
tergantung pada umur, jenis kelamin, dan banyak atau sedikitnya lemak tubuh.

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 1


Orang dewasa yang sehat, aktif bergerak dan memiliki orientasi yang
baik biasanya dapat mempertahankan keseimbangan cairan, elektrolit dan asam
basa yang normal karena mekanisme adaptif tubuhnya. Namun, bayi, orang
dewasa yang menderita penyakit berat, klien dengan gangguan orientasi atau
klien yang immobile, serta lansia sering kali tidak mampu berespon secara
mandiri dan seiring dengan waktu kapasitas adaptif tubuh mereka tidak lagi
dapat mempertahankan keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam basa tanpa
adanya bantuan.
Air (H2O) merupakan komponen utama yang paling banyak terdapat di
dalam tubuh manusia. Sekitar 60% dari total berat badan orang dewasa terdiri
dari air. Namun bergantung kepada kandungan lemak & otot yang terdapat di
dalam tubuh, nilai persentase ini dapat bervariasi antara 50-70% dari total berat
badan orang dewasa. Oleh karena itu, maka tubuh yang terlatih & terbiasa
berolahraga seperti tubuh seorang atlet biasanya akan mengandung lebih
banyak air jika dibandingkan tubuh non atlet. Di dalam tubuh, sel-sel yang
mempunyai konsentrasi air paling tinggi antara lain adalah sel-sel otot dan
organ-organ pada rongga badan, seperti paru-paru atau jantung, sedangkan sel-
sel yang mempunyai konsentrasi air paling rendah adalah sel-sel jaringan
seperti tulang atau gigi. Konsumsi cairan yang ideal untuk memenuhi
kebutuhan harian bagi tubuh manusia adalah mengkonsumsi 1 ml air untuk
setiap 1 kkal konsumsi energi tubuh atau dapat juga diketahui berdasarkan
estimasi total jumlah air yang keluar dari dalam tubuh. Secara rata-rata tubuh
orang dewasa akan kehilangan 2.5L cairan per harinya. Sekitar 1.5L cairan
tubuh keluar melalui urin, 500 ml melalui keluarnya keringat, 400 ml keluar
dalam bentuk uap air melalui proses respirasi (pernafasan) dan 100 ml keluar
bersama dengan feces (tinja). Sehingga berdasarkan estimasi ini, konsumsi
antara 8-10 gelas (1 gelas=240 ml) biasanya dijadikan sebagai pedoman dalam
pemenuhan kebutuhan cairan per- harinya.

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 2


Cairan dan elektrolit sangat penting untuk mempertahankan
keseimbangan atau homeostasis tubuh. Gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit dapat mempengaruhi fungsi fisiologis tubuh. Sebab, cairan dalam
tubuh kita terdiri atas air yang mengandung partikel-pertikel bahan organik dan
anorganik yang vital untuk hidup. Elektrolit tubuh mengandung komponen-
komponen kimiawi.
Elektrolit tubuh ada yang bermuatan positif (kation) dan bernuatan
negatif (anion). Elektrolit sangat penting pada banyak fungsi tubuh, termasuk
fungsi neuromuskular dan keseimbangan asam basa. Pada fungsi
neuromuskular, elektrolit memegang peranan penting terkait dengan transmisi
impuls syaraf.
Sebagian besar masyarakat menganggap air hanya pendamping
makanan. Itu karena tingkat pengetahuan dan kesadaran masyarakat yang masih
rendah. Padahal air sebenarnya merupakan bagian dari zat gizi seperti
karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral yang jumlahnya harus selalu
dicukupi karena pengangkutan cairan dan elektrolit dalam tubuh diatur dan
dipengaruhi oleh ginjal, kulit, paru-paru, dan gastrointestinal.
Bila kebutuhan cairan dan elektrolit baik di dalam maupun diluar sel
tercukupi, maka metabolisme dalam tubuh bisa bekerja dengan baik. Cairan dan
elektrolit tersebut berfungsi untuk membangun sel dan mengangkut oksigen dan
mendistribusikan zat nutrisi ke seluruh sel.
Kecukupan air juga menentukan tersedianya elektrolit bagi tubuh yang
membuat tubuh mempunyai energi untuk melangsungkan proses tumbuh
kembang serta beraktivitas secara normal.
Sehingga berdasarkan latar belakang diatas, maka pada makalah ini
penulis berusaha menjelaskan dan memaparkan secara rinci mengenai
pentingnya asupan pemenuhan cairan dan elektrolit bagi kelangsungan hidup.

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 3


1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

1.2.1 Bagaimana anatomi dan fisiologi pada sistem ginjal ?


1.2.2 Bagaimana anatomi dan fisiologi pada sistem kulit ?
1.2.3 Bagaimana anatomi dan fisiologi pada sistem paru-paru ?
1.2.4 Bagaimana anatomi dan fisiologi pada sistem gastointestinal ?
1.2.5 Bagaimana anatomi dan fisiologi pada sistem hormonal ?
1.2.6 Bagaimana definisi dari cairan dan elektrolit ?
1.2.7 Bagaimana ketepatan proporsi cairan dalam tubuh ?
1.2.8 Bagaimana mekanisme distribusi cairan tubuh ?
1.2.9 Bagaimana mekanisme gerakan cairan dan elektrolit ?
1.2.10 Bagaimana perpindahan dan pertukaran cairan dan elektrolit
tubuh ?
1.2.11 Apa fungsi cairan dalam tubuh manusia ?
1.2.12 Faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi tingkat
pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit ?
1.2.13 Apa saja komposisi yang terkandung dalam air, elektrolit dan
nonelektrolit ?
1.2.14 Bagaimana keseimbangan osmotik cairan ekstrasel dan intrasel?
1.2.15 Bagaimana mekanisme sistem keseimbangan asam basa ?
1.2.16 Masalah-masalah apa saja yang terkait dengan gangguan dalam
pemenuhan cairan dan elektrolit ?
1.2.17 Bagaimana asuhan keperawatan terhadap klien dengan masalah
pemenuhan cairan dan elektrolit dalam tubuh ?
1.2.18 Bagaimana prosedur tindakan pemenuhan kebutuhan cairan dan
elektrolit ?
1.2.19 Bagaimana standar operasional prosedur ?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 4


1.3.1 Tujuan Umum
Membantu mahasiswa memahami tentang Konsep Dasar
Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit

1.3.2 Tujuan Khusus


1.3.2.1 Mengetahui anatomi dan fisiologi pada sistem ginjal.
1.3.2.2 Mengetahui anatomi dan fisiologi pada sistem kulit.
1.3.2.3 Mengetahui anatomi dan fisiologi pada sistem paru-paru.
1.3.2.4 Mengetahui anatomi dan fisiologi pada sistem
gastointestinal.
1.3.2.5 Mengetahui anatomi dan fisiologi pada sistem hormonal.
1.3.2.6 Memahami definisi dari cairan dan elektrolit
1.3.2.7 Mengetahui ketepatan proporsi cairan dalam tubuh
1.3.2.8 Memahami mekanisme distribusi cairan tubuh
1.3.2.9 Memahami mekanisme gerakan cairan dan elektrolit
1.3.2.10 Mengetahui perpindahan dan pertukaran cairan dan
elektrolit tubuh.
1.3.2.11 Mengetahui fungsi cairan dalam tubuh manusia
1.3.2.12 Memahami dan menegtahui faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi tingkat pemenuhan kebutuhan cairan dan
elektrolit
1.3.2.13 Memahami komposisi yang terkandung dalam air, elektrolit
dan nonelektrolit
1.3.2.14 Memahami keseimbangan osmotik cairan ekstrasel dan
intrasel.
1.3.2.15 Memahami mekanisme sistem keseimbangan asam basa
1.3.2.16 Memahami masalah-masalah yang terkait dengan gangguan
dalam pemenuhan cairan dan elektrolit
1.3.2.17 Menentukan asuhan keperawatan terhadap klien dengan
masalah pemenuhan cairan dan elektrolit dalam tubuh

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 5


1.3.2.18 Memahami prosedur tindakan pemenuhan kebutuhan cairan
dan elektrolit.
1.3.2.19 Mengetahui standar operasional prosedur

1.4 Manfaat Penulisan


Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah :

1.4.1 Diharapkan mahasiswa dapat mengetahui dan memahami


berkenaan dengan konsep dasar pemenuhan kebutuhan cairan dan
elektrolit dalam tubuh manusia terkait dengan kelangsungan
hidup dan dapat dijadikan sebagai bahan acuan dalam pendidikan
keperawatan bagi mahasiswa dalam mempelajari lebih jauh
mengenai system pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit bagi
tubuh.

1.5 Metode Penulisan


Dalam penulisan makalah ini penulis menggunakan metode kepustakaan.

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 6


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit


2.1.1 Definisi Cairan dan Elektrolit

Komponen tunggal terbesar dari tubuh adalah air. Air adalah pelarut
bagi semua zat terlarut dalam tubuh, baik dalam bentuk suspensi maupun
larutan. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri atas air dan zat terlarut.
Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan
listrik yang juga disebut ion jika berada dalam larutan.
Adanya keseimbangan cairan dan elektrolit berarti terdapat distribusi
yang normal dari air tubuh total dan elektrolit kedalam seluruh bagian tubuh.
Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang
lainnya. Jika salah satu terganggu, maka demikian pula yang lainnya. Oleh
karena cairan dan elektrolit yang menciptakan lingkungan intraseluler dan
ekstraseluler bagi semua sel dan jaringan dalam tubuh, maka
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit dapat terjadi pada semua golongan
penyakit.
Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses yang dinamik.
Karena metabolisme tubuh memerlukan perubahan yang tetap dalam berespon
terhadap stresor fisiologis dan lingkungan ( Syaifuddin, 2006 ).

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 7


Jadi secara garis besar bahwasannya cairan tubuh (bahasa Inggris:
interstitial fluid, tissue fluid, interstitium) adalah cairan suspensi sel di dalam
tubuh makhluk multiselular seperti manusia atau hewan yang memiliki fungsi
fisiologis tertentu. Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui
makanan, minuman, dan cairan intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh
bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang
normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh.
Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang
lainnya, jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya.
Cairan merupakan bagian terbesar dari komposisi tubuh manusia.
Hampir semua reaksi di dalam tubuh manusia memerlukan cairan. Agar
metabolisme tubuh berjalan dengan baik, dibutuhkan masukan cairan setiap hari
untuk menggantikan cairan yang hilang.
Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu : cairan
intraseluler dan cairan ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan yang
berada di dalam sel di seluruh tubuh, sedangkan cairan ekstraseluler adalah
cairan yang berada di luar sel dan terdiri dari tiga kelompok yaitu: cairan
intravaskuler (plasma), cairan interstitial dan cairan transeluler. Cairan
intravaskuler (plasma) adalah cairan di dalam sistem vaskuler, cairan intersitial
adalah cairan yang terletak diantara sel, sedangkan cairan traseluler adalah
cairan sekresi khusus seperti cairan serebrospinal, cairan intraokuler, dan
sekresi saluran cerna. Cairan tubuh mengandung oksigen, nutrien, dan sisa
metabolisme (seperti karbondioksida), yang semuanya disebut ion.
Keseimbangan cairan adalah essensial bagi kesehatan. Dengan
kemampuannya yang sangat besar untuk menyesuaikan diri, tubuh
mempertahankan keseimbangan, biasanya dengan proses-proses faal (fisiologis)
yang terintegrasi yang mengakibatkan adanya lingkungan sel yang relatif
konstan tapi dinamis. Kemampuan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan
cairan ini dinamakan “homeostasis”

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 8


2.1.2 Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
Air merupakan komponen utama yang paling banyak terdapat di dalam
tubuh manusia. Di dalam tubuh, sel-sel yang mempunyai konsentrasi air paling
tinggi antara lain adalah sel-sel otot dan organ-organ pada rongga badan, seperti
paru-paru atau jantung,sedangkan sel-sel yang mempunyai konsentrasi air
paling rendah adalah sel-sel jaringan seperti tulang atau gigi.
Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi
tubuh tetap sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah
merupakan salah satu bagian dari fisiologi homeostatis. Keseimbangan cairan
dan elektrolit melibatkan komposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh.
Kebutuhan cairan dan elektrolit merupakan kebutuhan dasar yang
dibutuhkan untuk metabolisme tubuh. Dalam keadaan normal, jumlah cairan
yang masuk kedalam tubuh sama banyaknya dengan yang dibuang. Air dan
elektrolit masuk ke tubuh dalam bentuk air minum, dan makanan-makanan
lainnya.
Air dibuang tubuh melalui ginjal dalam bentuk air kecing, melalui kulit
dalam bentuk keringat, melalui saluran pencernaan bersama kotoran, dan
melalui paru-paru dalam bentuk uap air yang keluar bersama udara pernapasan.
Elektrolit ikut terbuang melalui air kencing, keringat dan kotoran. Kesanggupan
tubuh mempertahankan cairan dan elektrolit sungguh mengagumkan. Ginjal
akan bertambah aktif bila cairan yang kita minum bertambah banyak, dan bila
tubuh merasa kekurangan cairan. Misalnya sesudah berkeringat banyak, kita
akan merasa haus, pertanda bahwa kita memerlukan tambahan cairan.

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 9


2.2 Sistem yang Berperan dalam Pemenuhan Cairan dan Elektrolit
2.2.1 Anatomi dan Fisiologi Ginjal

Ginjal merupakan organ yang memiliki peran cukup besar dalam


mengatur kebutuhan cairan dan elektrolit. Hal ini terlihat pada fungsi ginjal,
yaitu sebagai pengatur air, pengatur konsentrasi garam dalam darah, pengatur
keseimbangan asam basa darah dan ekskresi bahan buangan atau kelebihan
garam.
Proses pengaturan kebutuhan keseimbangan air ini diawali oleh
kemampuan bagian ginjal seperti glomerulus, dalam menyaring cairan. Rata-
rata setiap satu liter darah mengandung 500 cc plasma yang mengalir melalui
glomerulus, 10 persennya disaring keluar. Cairan yang tersaring (filtrat
glomerulus), kemudian mengalir melalui tubuli renalis yang sel-selnya
menyerap semua bahan yang dibutuhkan. Jumlah urine yang diproduksi ginjal
dapat dipengaruhi oleh ADH dan aldosteron dengan rata-rata 1ml/kg/bb/jam.

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 10


Fungsi ginjal adalah :

a) Ultra Filtrasi
Sebagai tempat filtrasi sebagian air dan zat yang terlarut dari darah yang
melewatinya yaitu membuang volume cairan dari sirkulasi darah dan
bahan-bahan yang terlarut dalam cairan juga turut terbuang. Ultrafiltrasi
berasal dari kapiler-kapiler glomerulus kira-kira 180 L/hari. Jumlah
filtrasi dalam satuan waktu yang ditentukan disebut angka kecepatan
fungsi glomerular (GFR : glomerular filtration rate). Ginjal mendapat
25% dari output kardiak dan arus darah. Dalam ginjal rata-rata 600
ml/unit. Bila darah memasuki kapiler-kapiler glomerulus dengan tekanan
yang kurang dari 60-70 mmHg, akan membentuk plasma yang tidak
tersaring.
b) Pengendalian cairan
Yaitu mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit-elektrolit
yang tepat dalam batas ekskresi yang normal dalam sekresi dan
reabsorbsi. Jika bukan karena adanya sistem konservasi dari ginjal, orang
akan kehabisan cairan dan garam dalam waktu 3 sampai 4 menit. Tubulus
proximal mereabsorbsi 85% sampai 90% air pada ultra filter, 80% dari
sodium yang telah difilter, dan terbanyak potasium yang telah difilter,
bikarbonas klorida, fosfat, glukosa dan protein.
c) Keseimbangan asam
Yaitu mempertahankan pH pada derajat yang normal dengan ekskresi ion
H dan pembentukan bikarbonas untuk buffer/penyangga.
d) Ekskresi produk sisa
Yaitu pembuangan langsung produk metabolisme yang terdapat pada
filtrat glomerular. Sisa-sisa metabolik diekskresi pada filtrasi glomerulus.

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 11


Kreatinin sedikit mengalami modifikasi yang lewat melalui nefron,
kreatinin yang terkandung pada filtrasi glomerulus yang diekskresikan
tanpa perubahan dalam urin.
e) Mengatur tekanan
Yaitu mengatur tekanan darah dengan mengendalikan volume sirkulasi
dan sekresi urin. Cairan dan elektrolit yang dikendalikan oleh ginjal
adalah
a. Glomerulus : filtrasi air dan elektrolit.
b. Tubulus proximal : reabsorbsi jumlah besar air sodium, potasium,
bikarbonat, klorida, fosfat.
c. Tubulus henle : difusi sodium, ke dalam tubulus.
f) Memproduksi eritrosit
Yaitu erythropoetin yang disekresi oleh ginjal merangsang sumsum
tulang agar membuat eritrosit. Erythropoetin adalah hormon yang
dikeluarkan ginjal, erythropoetin merangsang sumsum tulang untuk
menghasilkan sel darah merah (RBCs : Red Blood Cells).
g) Mengatur metabolisme
Adalah mengaktifkan vitamin D yang diatur oleh kalsium fosfat ginjal.
Metabolisme kalsium fosfat juga dikendalikan oleh ginjal, vitamin D
prohormon diubah menjadi bentuk aktif oleh ginjal. Vitamin D aktif
bukan hanya mengatur absorbsi kalsium oleh alat pencernaan tapi juga
penyimpanan pada matriks tulang. Demikian juga metabolisme kalsium
dan phosphorus.
h) Reabsorbsi air
1. Badan asenden : Reabsorbsi sodium.
2. Tubulus distal :
1. Reabsorbsi air
2. Sekresi potasium, hidrogen dan ion amonia menurut
kebutuhan reabsorbsi sodium.
i) Mempertahankan tekanan osmosis cairan ekstraseluler
j) Mempertahankan keseimbangan asam dan basa

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 12


2.2.2 Anatomi dan Fisiologi Kulit
Kulit merupakan bagian penting pengaturan cairan yang terkait dengan
proses pengaturan panas. Proses ini diatur oleh pusat pengatur panas yang
dipersyarafi oleh vasomotorik dengan kemampuan mengendalikan arteriol
kutan dengan cara vasodilatasi dan vasokonstriksi. Proses pelepasan panas
dapat dilakukan dengan cara penguapan. Jumlah keringat yang dikeluarkan
tergantung pada banyaknya darah yang mengalir melalui pembuluh darah dalam
kulit. Proses pelepasan panas lainnya dapat dilakukan melalui cara pemancaran
panas ke udara sekitar, konduksi (pengalihan panas ke benda yang disentuh),
dan konveksi (pengaliran udara panas ke permukaan yang lebih dingin).
Keringat merupakan sekresi aktif dari kelenjar keringat dibawah
pengendalian syaraf simpatis. Melalui kelenjar keringat ini suhu dapat
diturunkan dengan jumlah air yang dapat dilepaskan, kurang lebih setengah liter
sehari. Perangsangan kelenjar keringat yang dihasilkan dapat diperoleh melalui
aktivitas otot, suhu lingkungan dan kondisi suhu tubuh yang panas.
Kulit bersifat elastik yang melindungi tubuh dari pengaruh lingkungan,
baik itu cuaca, polusi, temperatur udara, dan sinar matahari. Kulit terbagi
menjadi 3 lapisan utama :

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 13


1. Epidermis
Epidermis dibagi lagi menjadi 4 lapisan :
a. Lapisan Basal/stratum germinativum
1. Terdiri atas sel-sel kuboid yang tegak lurus terhadap dermis
2. Tersusun sebagai tiang pagar atau polisade
3. Sebagai lapisan terbawah dari epidermis
4. Terdapat melanosit yaitu sel dendritik yang membentuk
melanin atau melindungi dari sinar matahari
b. Lapisan Malphigi/stratum spinosum
1. Merupakan lapisan epidermis yang paling tebal
2. Terdiri atas sel polygonal
3. Sel-sel mempunyai protoplasma yang menonjol yang terlihat
seperti duri
c. Lapisan Granular/stratum granulosum
1. Terdiri atas butir-butir granul keratohialin yang basofilik.
d. Lapisan Tanduk/korneum
Lapisan terdiri atas 20-25 lapis sel tanduk tanpa inti
Setiap kulit yang mati banyak yang mengandung keratin yaitu
protein fibrous insoluble yang membentuk barier atau pertahanan
terluar kulit yang berfungsi sebagai :
1. Mengusir mikroorganisme patogen
2. Mencegah kehilangan cairan yang berlebihan dari tubuh
3. Unsur utama yang memadatkan/mengeraskan rambut dan
kuku
4. Setiap kulit yang mati akan terganti tiap 3-4 minggu
Dalam epidermis terdapat 2 sel yaitu :
1. Sel merkel
2. Sel langerhans

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 14


Epidermis atau lapisan kulit paling luar akan bertambah tebal jika sering
digunakan. Misalnya melakukan aktifitas sehari-hari. Persambungan antara
epidermis dan dermis disebut rete ridge yang berfungsi sebagai tempat
pertukaran nutrisi yang essensial/penting dan terdapat kerutan yang disebut
fingers prints/sidik jari.

2. Dermis (korium)
1. Dermis merupakan lapisan dibawah epidermis
2. Terdiri atas jaringan ikat yang memiliki 2 lapisan :
a. Pars papilaris yang terdiri atas sel fibroblast yang
memproduksi kolagen; dan
b. Retikularis yang memiliki banyak pembuluh darah,
tempat akar rambut, kelenjar keringat dan kelenjar
sebaseus.

3. Jaringan Subkutan (hipodermis/subcutis)


Jaringan subkutan adalah :
a. Lapisan terdalam yang banyak mengandung sel liposit yang
menghasilkan lemak.
b. Merupakan jaringan adipose, yaitu sebagai bantalan antara kulit
dan struktur internal seperti otot dan tulang.
c. Sebagai jaringan mobilitas kulit, perubahan kontur tubuh dan
penyekatan panas.
d. Sebagai bantalan terhadap trauma.
e. Tempat penumpukan energi.

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 15


Fungsi kulit secara umum antara lain :
1. Sebagai lapisan pelindung dari ;
1. Masuknya benda-benda dari luar (benda asing/serangan
bakteri)
2. Melindungi dari trauma yang terus-menerus
3. Mencegah keluarnya cairan berlebihan dari tubuh
4. Menyerap berbagai senyawa lipid vitamin A dan D yang larut
lemak.
5. Memproduksi melanin guna mencegah kerusakan kulit dari
sinar UV
2. Sebagai pengontrol atau pengatur suhu
1. Bertahan pada suhu dingin dan kondisi panas yang membuat
peredaran darah meningkat sehingga terjadi penguapan
keringat.
3. Sebagai jalan untuk proses hilangnya panas dari tubuh:
1. Proses radiasi : pemindahan panas ke benda lain yang suhunya
lebih rendah.
2. Proses konduksi : pemindahan panas dari tubuh ke benda lain
yang lebih dingin yang bersentuhan dengan tubuh.
3. Proses evaporasi : membentuk hilangnya panas lewat
konduksi.
4. Kecepatan hilangnya panas dipengaruhi oleh suhu permukaan
kulit yang ditentukan oleh beredarnya daerah kulit. (total
aliran darah N: 450 ml/menit).
4. Sebagai lapisan sensibilitas
1. Mengindra suhu, merasakan nyeri, sentuhan dan rabaan.
5. Sebagai penjaga keseimbangan air
1. Sratum korneum dapat menyerap air sehingga mencegah
kehilangan air serta elektrolit yang berlebihan dari bagian
internal tubuh dan mempertahankan kelembaban dalam
jaringan subcutan.

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 16


2. Air mengalami evaporasi (respirasi tidak kasat mata) kurang
lebih 600 ml/hari untuk orang dewasa.
6. Sebagai tempat produksi vitamin D
1. Kulit yang terpapar sinar UV akan mengubah substansi untuk
mensintesis vitamin D.

2.2.3 Anatomi dan Fisiologi Paru-paru


Organ paru berperan mengeluarkan cairan dengan menghasilkan
insensible water loss kurang lebih 400ml/hari. Proses pengeluaran cairan terkait
dengan respon akibat perubahan upaya kemampuan bernapas.

Paru - paru adalah salah satu organ pernafasan manusia. Paru - Paru
terletak di rongga dada dan diatas diafragma, dilindungi oleh tulang dada dan
tulang rusuk. (Aziz Alimul H. 2009 ).
Paru-paru, terletak didalam rongga dada tepat diatas diafragma.
Diafragma adalah sekat berotot yang membatasi rongga dada dan rongga perut.
Paru-paru terdiri dari 2 bagian, kiri dan kanan, yang terletak di rongga dada.
Sedangkan jantung terletak hampir di tengah rongga dada, diantara kedua paru-
paru, dengan posisi yang lebih kekiri sedikit. Paru-paru kanan tersusun atas 3
glambir, sedangkan paru-paru kiri 2 glambir.
Paru-paru dibungkus oleh selaput paru-paru yang disebut pleura.
Didepannya terdapat batang tenggorok dan saluran pernafasan (bronchi). Oleh
sebab jantung agak mengambil tempat ke kiri, bagian paru-paru sebelah kiri
lebih kecil sedikit dari paru-paru kanan. Dengan demikian dapat dimengerti
paru-paru kiri hanya terdiri dari 2 bagian (lobus), sedangkan paru-paru kanan 3

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 17


bagian. Masing-masing paru-paru dipisahkan satu sama lain oleh jantung dan
pembuluh-pembuluh besar serta struktur struktur lain dalam mediastinum.
Paru - paru berfungsi untuk mengambil oksigen dari udara melalui
proses pernafasan. Bila dijelaskan secara singkat, cara kerja paru - paru adalah
bila kedua paru - paru mengembang, maka itu berarti oksigen masuk ke paru -
paru dan bila kedua paru - paru mengempis, maka itu berarti karbondioksida
keluar dari paru - paru.
Cara kerja paru - paru manusia sangat berhubungan erat dengan hidung,
laring, Trakea, serta bronkus. Berikut ini adalah penjelasan singkat mengenai
organ-organ pernafasan tersebut:
1) Hidung merupakan saluran pernafasan paling awal dan terletak paling
atas. terdapat 2 rongga pada hidung manusia yang dipisahkan oleh otot
yang berfungsi sebagai sekat.
2) Laring tersusun atas tulang rawan dan terdapat selaput suara yang akan
bergetar saat kita mengeluarkan suara.
3) Trakea memiliki saluran bercabang dua yang disebut bronkus dan
berhubungan langsung dengan paru - paru. Dilapisi oleh selaput lendir
dan sel - sel yang bersilia yang berfungs untuk menahan debu masuk
bersama udara supaya tidak terus masuk ke paru – paru.
4) Bronkus menghubungkan trakea dengan paru - paru. Paru - paru kanan
dan kiri masing - masing memiliki satu bronkus. Bronkus memiliki
cabang yang disebut bronkiolus dan terdapat di dalam paru-paru.

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 18


2.2.4 Anatomi dan Fisiologi Gastrointestinal

Gastrointestinal merupakan organ saluran pencernaan yang berperan


dalam mengeluarkan cairan melalui proses penyerapan dan pengeluaran air.
Dalam kondisi normal, cairan yang hilang dalam sistem ini sekitar 100-
200ml/hari. Selain itu, pengaturan keseimbangan cairan dapat melalui
mekanisme rasa haus yang dikontrol oleh system endokrin (hormonal), yakni
anti diuretic hormone (ADH), sistem aldosteron, prostaglandin, dan
glukokortikoid

A. Saluran pencernaan
Terdiri dari
1. Mulut : Merupakan bagian awal dari saluran pencernaan dan terdiri
atas dua bagian luar yang sempit ( vestibula) yaitu ruang
diantara gusi, gigi, bibir, pipi, dan bagian dalam yaitu
rongga mulut. Didalam mulut, makanan mengalami proses
mekanis melalui pengunyahan yang akan membuat makanan
dapat hancur sampai merata, dibantu oleh enzim amilase
yang akan memecah amilium yang terkandung dalam
makanan maltosa. Bagian dalam dari mulut dilapisi oleh
selaput lendir. Pengecapan dirasakan oleh organ perasa yang
terdapat di permukaan lidah. Pengecapan relatif sederhana,
terdiri dari manis, asam, asin dan pahit. Didalam mulut
terdapat kelenjar saliva yang terdiri dari :

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 19


a. Kelenjar parotis: kelenjar penghasil saliva terbesar yang
terletak di sebelah kiri dan kanan bagian depan agak
kebawah.
b. Kelenjar Submandibularis : Penghasil saliva nomor dua
setelah kelenjar parotis terletak dibawah sisi tulang rahang.
c. Kelenjar Sublingualis : Penghasil saliva terkecil letaknya
dibawah lidah

2. Faring dan Esofagus : Faring merupakan bagian saluran pencernaan


yang terletak dibelakang hidung, mulut,dan
laring. Faring berbentuk kerucut dengan
bagian terlebar dibagian atas hingga vetebra
servikal, Faring langsung berhubungan
dengan esofagus, sebuah tabung yang
memiliki otot dengan panjang kurang lebih
20-25 cm dan terletak dibelakang trakea.
Esofagus merupakan bagian yang berfungsi
menghantarkan makanan dari faring menuju
lambung.
3. Lambung : Merupakan bagian saluran pencernaan yang terdiri atas
bagian atas (fundus), bagian utama, dan bagian bawah
berbentuk horizontal(antrum pilorik). Fungsi lambung
yaitu fungsi motoris serta fungsi sekresi dan pencernaan.
Fungsi motoris lambung sebagai reservoil untuk
menampung makanan sampai di cerna sedikit demi
sedikit dan sebagai pencampur adalah memecah makanan
menjadi partikel-partikel kecil yang dapat bercampur
dengan asam lambung. Fungsi sekresi dan pencernaan
adalah mensekresi pepsin dan HCL yang akan memecah
protein menjadi pepton, amilase, memecah amilum
menjadi maltosa, lipase memecah lemak menjadi asam
lemak dan gliserol berbentuk sekresi gastrin, mensekresi

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 20


faktor intriksi yang memungkinkan absorbsi vitamin
B12, yaitu diileum, dan mensekresi mukus yang bersifat
protektif.
4. Usus Halus : Merupakan tabung berlipat-lipat dengan panjang kurang
lebih 2,5 m dalam keadaan hidup. Kemudian, akan
bertambah panjang menjadi kurang lebih 6 m pada
orang yang telah meninggal, akibat adanya relaksasi
otot yang telah kehilangan tonusnya. Usus halus
terletak didaerah umbilikus dan dikelilingi oleh usus
besar yang memanjang dari lambung hingga katup ileo
kolika. Usus halus terdiri dari 3 bagian yaitu
duodenum dengan panjang kurang lebih 25 cm,
jejunum dengan panjang 2 m, dan ileum dengan
panjang kurang lebih 1 m atau 3/5 dari usus. Lapisan
dinding dalam usus halus mengandung berjuta-juta
vili, kira-kira sebanyak 4-5juta, yang membentuk
mukosa .
5. Usus besar : Disebut sebagai kolon merupakan sambungan dari usus
halus yang dimulai dari katup ileokolik atau ileosaikal
yang merupakan temmpat lewatnya makanan. Fungsi
usus besar adalah mengabsorbsi air (kurang lebih
90%) elektrolit,vitamin dan sedikit glukosa.

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 21


B. Organ Saluran Pencernaan
1. Hati.
Hati merupakan kelenjar di dallam tubuh yang terletak dibagian
paling atas rongga abdomen, disebelah tangan dibawah
diafragma, dan memiliki berat kurang lebih 1500gr (kira-kira
2,5% orang dewasa).
2. Kantong empedu
Kantong empedu merupakan sebuah organ berbentuk seperti
kantong yang terletak dibawah tangan hati atau lekukan
permukaan bawah hati sampai pinggiran depan yang memiliki
panjang 8-12 cm dan berkapasitas 40-60 cm3. Kantong empedu
memiliki bagian fundus, leher, dan tiga pembungkus, yaitu
senelah luar pembungkus peritonial, sebelah tengah jaringan
berotot tak bergaris, dan sebelah dalam membran mukosa
3. Pankreas
Pankreas merupakan kelenjar yang strukturnya sama seperti
kelenjar ludah dn memiliki panjang kurang lebih 15
cm.pankreas terdiri atas 3 bagian, yaitu bagian kepala pankreas
yang paling lebar, badan pankreas yang letaknya di belakang
lambung dan di depan vetebra lumbalis pertama, serta bagian
ekor pankreas yang merupakan bagian runcing di sebelah kiri
dan menyentuh limpa.

2.2.5 Anatomi dan Fisiologi Sistem Hormon


Keseimbangan cairan dan elektrolit (air dan natrium) dalam tubuh
sangat erat kaitannya. Hal ini dapat mempengaruhi osmolalitas dan volume
ECF. Akan tetapi, pengaturan keseimbangan elektrolit dan cairan, melibatkan
mekanisme yang berbeda dan tumpang tindih. Keseimbangan cairan tubuh
terutama diatur oleh mekanisme rasa haus dan hormon ADH untuk
mempertahankan isoosmotik plasma.

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 22


Sebaliknya, keseimbangan natrium terutama diatur oleh aldosteron
dengan tujuan mempertahankan volume ECF dan perfusi jaringan. Pengaturan
osmotik diperantarai oleh hipotalamus dan disimpan di hipofisis. Hipotalamus
juga mempunyai osmoreseptor yang peka terhadap osmolalitas darah dan pusat
rasa haus. Rasa haus merangsang pemasukkan air dan merangsang ADH untuk
mengubah permeabilitas duktus kolektif ginjal serta meningkatkan reabsorbsi
air.
Selanjutnya terjadi peningkatan volume air tubuh yang akan
memulihkan osmolalitas plasma kembali normal dan terbentuknya kemih yang
hiperosmotik (pekat) dengan volume yang sedikit. Penurunan osmolalitas
plasma mengakibatkan hal yang sebaliknya, yaitu terjadi penekanan rasa haus
dan menghambat pelepasan ADH.
Mempertahankan volume plasma penting bagi perfusi jaringan.
Mekanisme pengaturan sekresi natrium oleh ginjal adalah yang paling
bertanggung jawab bagi pengaturan volume dalam tubuh. Sistem renin-
angiotensin-aldosteron adalah mekanisme yang paling penting dalam mengatur
ECF dan ekskresi natrium oleh gunjal. Aldosteron adalah hormon yang
disekresi oleh daerah glomerulosa pada korteks adrenal. Produksi aldosteron
terutama dirangsang oleh refleks yang diatur oleh baroreseptor yang ada pada
arteriol aferen ginjal. Penurunan volume sirkulasi efektif dideteksi oleh
baroreseptor yang mengakibatkan sel-sel jukstaglomerula ginjal memproduksi
protein renin. Renin bekerja sebagai enzim yang melepaskan angiotensin I dari
protein plasma angiotensinogen. Angiotensin I kemudian diubah menjadi
angiotensin II pada paru-paru. AngiotensinII merangsang korteks adrenal untuk
mensekresi aldosteron. Aldosteron bekerja pada ductus kolektif ginjal yang
mengakibatkan retensi natrium dan air.
Ketidakseimbangan volume dapat mempengaruhi cairan ekstraseluler
(ECF) dan menyangkut kehilangan atau bertambahnya natrium dan air dalam
jumlah yang relatif sama, sehingga berakibat kekurangan atau kelebihan
volume ECF.
Hormon utama yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit
adalah ADH dan aldosteron. Keadaan kekurangan air akan meningkatkan

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 23


osmolaritas darah dan keadaan ini akan direspon oleh kelenjar hipofisis dengan
melepaskan ADH. ADH akan menurunkan produksi urine dengan cara
meningkatkan reabsorbsi air oleh ginjal. Selama periode sementara, kekurangan
volume cairan seperti muntah dan diare atau perdarahan, jumlah ADH didalam
darah meningkat. Akibtnya reabsorbsi air oleh ginjal meningkat dan air akan
dikembalikan kedalam volume darah sirkulasi. Dengan demikian haluan urine
akan berkurang sebagai respon terhadap kerja hormon ADH.
Aldosteron merupakan suatu mineralokortikoid yang diproduksi oleh
korteks adrenal. Alsdosteron mengatur keseimbangan natrium dan kalium
dengan menyebabkan tubulus ginjal mengekskresi kalium dan mereabsorbsi
natrium. Akibatnya air juga akan direabsorbsi dan dikembalikan ke volume
darah. Kekurangan volume cairan, misalnya karena perdarahan atau kehilangan
cairan pencernaan, dapat menstimulasi aldosteron kedalam darah.
Hormon kelas 3, glukokortikoid mempengaruhi keseimangan air dan
elektrolit. Sekresi hormon glukokortikoid secara normal tidal menyebabkan
ketidakseimbangan cairan utama, namun kelebihan hormon didalam sirkulasi
dapat menyebabkan tubuh menahan natrium dan air yang kita kenal sebagai
sindrom.cushing. Dengan demikian, seorang klien yang menerima obat-obatan
steroid seperti kortison atau prednison akan menahan natrium dan air. Berikut
Hormon-hormon yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit:
a. ADH
Hormon ini memiliki peran dalam meningkatkan reabsorbsi air
sehingga dapat mengendalikan keseimbangan air dalam tubuh.
Hormon ini dibentuk oleh hipotalamus di hipofisis posterior, yang
mengekskresi ADH dengan meningkatkan osmolaritas dan
menurunkan cairan ekstrasel.
b. Aldosteron
Hormon ini berfungsi sebagai absorbsi natrium yang disekresi
oleh kelenjar adrenal ditubulus ginjal. Proses pengeluaran
aldosteron ini diatur oleh adanya perubahan konsentrasi kalium,
natrium dan sistem angiotensin renin

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 24


c. Prostaglandin
Prostaglandin merupakan asam lemak yang terdapat pada jaringan
yang berfungsi merespon radang, mengendalikan tekanan darah
dan kontraksi uterus serta mengatur pergerakan gastrointestul.
Pada ginjal, asam lemak ini berperan dalam mengatur sirkulasi
ginjal.
d. Glukokortikoid
Hormon ini berfungsi mengatur peningkatan reabsorbsi natrium
dan air yang menyebabkan volume darah meningkat sehingga
terjadi retensi natrium.
e. Mekanisme rasa haus
Mekanisme rasa haus diatur dalam rangka memenuhi kebutuhan
cairan dengan cara merangsang pelepasan renin yang dapat
menimbulkan produksi angiotensin II sehingga merangsang
hipotalamus untuk rasa haus.

2.3 Kebutuhan Cairan Tubuh Bagi Manusia

Kebutuhan cairan merupakan bagian dari kebutuhan dasar menusia


secara fisiologis yang memiliki proporsi besar dalam bagian tubuh, hampir 90%
dari total berat badan tubuh. Sementara itu sisanya merupakan bagian padat dari
tubuh. Secara keseluruhan, kategori presentase cairan tubuh berdasarkan umur
adalah:

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 25


a. Bayi baru lahir 75% dari total berat badan
b. Pria dewasa 57% dari total berat badan
c. Wanita dewasa 55% dari total berat badan
d. Dewasa tua 45% dari total berat badan.

Presentase cairan tubuh bervariasi, bergantung pada faktor usia, lemak


dalam tubuh, dan jenis kelamin. Jika lemak tubuh sedikit maka cairan dalam
tubuhpun lebih besar. Wanita dewasa mempunyai jumlah cairan tubuh lebih
sedikit dibanding pria karena wanita dewasa jumlah lemak dalam tubuh lebih
banyak dibanding pada pria.
Kebutuhan Air berdasarkan Umur dan Berat Badan
Kebutuhan Air
Umur Jumlah air dalam ml/kg berat
24 jam badan
3 hari 250-300 80-100
1 tahun 1150-1300 120-135
2 tahun 1350-1500 115-125
4 tahun 1600-1800 100-110
10 tahun 2000-2500 70-85
14 tahun 2200-2700 50-60
18 tahun 2200-2700 40-50
Dewasa 2400-2600 20-30
Sumber: Behrman , RE, dkk, 1996.

2.3.1 Pengaturan Volume Cairan


Keseimbangan cairan dalam tubuh dihitung dari keseimbangan antara
jumlah cairan yang masuk dan jumlah cairan yang keluar.
Pengaturan mekanisme keseimbangan cairan ini menggunakan
mekanisme haus. Pusat pengaturan rasa haus adalah hipotalamus. Bila terjadi
ketidakseimbangan volume cairan tubuh dimana intake cairannya kurang, maka
angiotensin II (hormon yang dikeluarkan dalam darah berespon untuk
menurunkan tekanan darah) dalam cairan tubuh. Dalam kasus perdarahan, curah

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 26


jantung menurun dapat menyebabkan penurunan tekanan darah dan volume
darah dalam tubuh. Rasa kering pada mulut sering dihubungkan dengan adanya
rasa haus.
Rasa haus normalnya akan berkurang setelah minum. Angiotensin II
dalam pembuluh darah akan menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah
sehingga tekanan darah akan turun. Pengeluaran cairan sebagai bagian untuk
menjaga keseimbangan dengan mengimbangi pemasukan cairan pada orang
dewasa, dalam kondisi normal adalah 2300 cc. Jumlah air yang keluar
terbanyak yaitu dari ekskresi ginjal, kurang lebih 1500 cc perhari pada dewasa.
Hal ini juga dihubungkan dengan banyaknya intake air melalui mulut.
Pemasukan air melalui mulut dan pengeluaran air melalui ginjal mudah diukur,
dan yang sering dilakukan didalam praktek klinik.

Secara umum pengeluaran cairan dalam tubuh

1. Melalui urine 1400 cc


2. Insensible (keringat/ kulit)
a. Melalui keringat kulit 450 cc
b. Melalui paru 350 cc
3. Melalui feses 100 cc

Jumlah total 2300 cc

Keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran air


1. Air masuk : Air keluar :
2. Minuman : 800-1700 ml Urine : 600-1600 ml
3. Makanan : 500-1000 ml Tinja : 20- 200 ml
4. Hasil oksidasi : 200- 300 ml “Insensible loss” : 850-1200 ml

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 27


Secara umum keadaan yang dapat menurunkan dan meningkatkan
kebutuhan cairan antara lain: demam: 12%/oC, kelembaban lingkungan tinggi
menjadikan insensible water loss menurun 0-5 cc/100 KAL, hiperventilasi akan
menjadikan IWL meningkat 50-60 cc/100 KAL, dan keringat kebutuhan air
meningkat 10-25 cc/100 KAL.

2.3.2 Asupan dan Pengeluaran Cairan


Asupan (intake) cairan untuk kondisi normal pada orang dewasa adalah
± 2500 cc perhari. Asupan cairan dapat langsung berupa cairan atau ditambah
dari makanan lain. Pengaturan mekanisme keseimbangan ini menggunakan
mekanisme haus. Hasil-hasil pengeluaran cairan adalah:

1. Urine merupakan pengeluaran cairan tubuh yang utama,


penurunan volume dalam sirkulasi darah akan mempengaruhi
pengeluaran urine
2. Keringat, banyaknya jumlah keringat yang keluar akan
mempengaruhi kadar natirum dalam plasma
3. Feses, pengeluaran air melalui fese merupakan pengeluaran cairan
yang paling sedikit jumlahnya. Jika cairan yang keluar melalui
feses jumlahnya berlebihan, maka dapat mengakibatkan tubuh
menjadi lemas. Jumlah rata-rata pengeluaran cairan melalui feses
adalah 100ml/hari.

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 28


Keadaan ini hampir selalu berkaitan dengan kehilangan cairan tubuh
melalui ginjal atau diluar ginjal. Dengan kata lain, ginjal bertindak seakan-akan
terjadi kekurangan volume cairan ECF yang sesungguhnya serta menahan
natrium dan air meskipun terjadi penumpukkan cairan yang banyak pada
ruangan interstisial. Keadaan lain yang disertai kelebihan ECF adalah sindrome
cushing atau terapi kortikosteroid dimana terjadi peningkatan aktivitas
aldosteron.

Kehilangan dari GINJAL Kehilangan diluar GINJAL


1. Fase diuresis dari gagal Kehilangan sebagian sekresi 1. Muntah yang
ginjal akut saluran cerna (total 8l/hari) berkepanjangan
2. Nefritis boros garam 2. Diare berat
3. Pemakaian diuretik yang 3. Fistula pankreas
berlebihan 4. Pendarahan saluran cerna
4. Diuresis osmotik
1. Obstruksi usus
obligatorik juga sering
Kehilangan melalui ruang 2. Peritonitis pankreatitis
menyebabkan kehilangan
ketiga
3. Luka bakar yang berat
natrium dan air yang
4. Asites
terjadi selama glikosuria
5. Efusi pleura
pada diabetes melitus
6. Cedera remuk atau patah
yang terkontrol
tulang paha
5. Pada kasus pemberian
7. Hipoalbuminemia
makanan tinggi protein
1. Diaforesis (berkeringat),
secara enteral atau Kehilangan melalui kulit
keringat adalah cairan
parenteral, dapat
hipotonik yang terutama
terbentuk urea dalam
terdiri atas natrium (30-
jumlah besar yang bisa
70mEq/l) dan klorida. Hal
bertindak sebagai agen
ini terjadi akibat pergantian
osmotik
cairan yang tidak
6. Penyebab iatrogenik
mencukupi seperti latihan
melalui efek diuresis dan
berat pada lingkungan yang
kekurangan volume
panas dan demam

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 29


cairan adalah pemakaian 2. Luka bakar yang luas
manitol untuk mengatasi (hilang melalui penguapan.
edema serebral
7. Penyakit addison dan
hiperaldosterinisme
karena kekurangan
aldosteron

2.3.3 Jenis Cairan


Pasien yang istirahat ditempat tidur memerlukan sebanyak 450 kalori
setiap harinya. Jenis cairan pada umumnya ada 2, cairan nutrien dan blood
volume expander. Cairan nutrien (zat gizi) terdiri atas kalori dalam bentuk
karbohidrat, nitrogen dan vitamin-vitamin yang mana penting untuk
metabolisme. Kalori yang terdapat dalam cairan nutrien dapat berkisar antara
200-1500 kalori per liter. Cairan nutrien terdiri dari karbohidrat dan air seperti
glukosa, fruktosa, asam amino dan lemak.
Blood Volume Expanders merupakan bagian dari jenis cairan yang
berfungsi meningkatkan volume pembuluh darah sesudah kehilangan darah atau
plasma. Jenis blood volume expanders antara lain: human serum albumin dan
dextran dengan konsentrasi yang berbeda. Kedua cairan ini mempunyai tekanan
osmotik sehingga secara langsung dapat meningkatkan jumlah volume darah.
Cairan tubuh dibagi :
1. Di dalam sel (intra-sel)
2. Di luar sel (ekstra-sel) :
a. Plasma (intra-vaskular)
b. Interstisial
c. Rongga ke tiga (Third Space)
Dalam air tubuh terlarut zat-zat :
1. Elektrolit
2. Non-elektrolit :
a. Dengan berat molekul kecil : Glukosa
b. Dengan berat molekul besar : Protein

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 30


2.3.4 Mekanisme Gerakan Cairan dan Elektrolit
Cairan dan elektrolit dalam tubuh selalu bergerak diantara ketiga tempat
cairan tersebut, yaitu intraselluler, interstisial, dan intravaskular. Pergerakan
cairan dan elektrolit harus dipertahankan dalam keadaan seimbang. Secara garis
besar, pergerakan cairan dan elektrolit terbagi atas beberapa aspek antara lain:

a. Plasma, yang didalamnya antara lain mengandung oksigen dan


nutrien, bergerak ke seluruh tubuh dalam sirkulasi
b. Cairan interstisial beserta komponennya bergerak diantara kapiler
darah dan sel
c. Cairan dari interstisial bergerak kedalam sel

Pergerakan cairan tubuh ini dipengaruhi oleh gaya-gaya utama yang


menyebabkan cairan dan elektrolit tersebut bergerak. Gaya tersebut meliputi:
1) Difusi
Difusi adalah pengaliran larutan dari daerah yang konsentrasinya
tinggi ke daerah yang konsentrasinya lebih rendah dan hasil akhir
dari proses difusi adalah konsentrasi di kedua kompartemen
menjadi sama. Larutan tersebut adalah zat-zat atau partikel-
pertikel yang berada dalam cairan, seperti glukosa, elektrolit,
oksigen, dan lain-lain. Contoh proses difusi adalah pergerakan
oksigen dari kapiler darah ke sel. Difusi oksigen ini terjadi karena
perbedaan konsentrasi oksigen antara dikapiler dengan di sel.
Arah perpindahan yang terjadi pada proses difusi bisa timbal balik
2) Osmosis/Osmolalitas
Osmosis adalah proses perpindahan pelarut murni (seperti air)
melalui membrane semipermeabel, biasanya terjadi dari larutan
dengan konsentrasi yang kurang pekat ke larutan dengan
konsentrasi lebih pekat, sehingga larutan yang berkonsentrasi
rendah volumenya akan berkurang, sedangkan larutan yang
berkonsentrasi lebih tinggi akan bertambah volumenya. Osmosis
juga merupakan gerakan air melewati membran semipermeable

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 31


dari area dengan konsentrasi zat terlarut rendah ke area dengan
konsentrasi zat terlarut lebih tinggi (Horne dan Swearingen,
2001). Pada osmosis biasanya perpindahan terjadi hanya satu arah
karena yang bergerak adalah air. Tujuan osmosis adalah
melarutkan zar terlarut (solut) sampai terjadi ekuilibrium pada
kedua larutan. Kecepatan osmosis bergantung pada konsentrasi
solute didalam larutan, suhu larutan, muatan listrik solute dan
perbedaan tekanan osmosis. Tekanan osmosis ini bergantung pada
konsentrasi molekul didalam larutan. Bila konsentrasi molekulnya
tinggi, maka tekanan osmosis pada larutan tersebut tinggi
sehingga air akan tertarik masuk ke dalam larutan tersebut.
Tekanan osmotik larutan disebut juga osmolalitas. Tekanan
osmotik ini antara lain dipengaruhi oleh jumlah albumin dan
natrium. Proses osmosis ini sering terjadi antara cairan
intravaskular dengan ekstravaskuler. Misalnya, osmosis air dari
interstisial ke venula bersamaan dengan perpindahan
karbondioksida, urea, dan sampah metabolisme lainnya untuk
diekskresi oleh tubuh.
Ada tiga istilah lain yang dihubungkan dengan osmosis: tekanan
osmotik, tekanan onkotik, dan diuresis osmotik.
1. Tekanan osmotik adalah besarnya tekanan yang dibutukan
untuk menghentikan aliran air oleh osmosis.
2. Tekanan onkotik adalah tekanan osmotik yang dihasilkan oleh
protein.
3. Diuretik osmotik terjadi ketika terdapat peningkatan haluran
urin yang diakibatkan oleh ekskresi substansi seperti glukosa,
manitol, atau agens kontras dalam urin.

3) Tekanan filtrasi merupakan cara lain dimana air dan partikel-


partikel bergerak melewati membran. Gerakan ini terjadi akibat
bobot atau tekanan cairan lebih besar pada satu sisi membran
dibandingkan dengan sisi lain. Bobot atau tekanan cairan ini
disebut dengan tekanan hidrostatik. Dengan demikian dapat

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 32


dikatakan bahwa filtrasi terjadi dari daerah yang tekanan
hidrostatiknya tinggi ke daerah yang tekanan hidrostatiknya
rendah. Bergeraknya air dan solute seperti dari intravaskular lebih
tinggi dibandingkan dengan tekanan pada interstisial. Dengan
demikian, air beserta oksigen, nutrien, glukosa dan solute lainnya
dapat keluar dari intravaskular masuk ke unterstisial, lalu ke sel.
4) Transpor aktif
Proses perpindahan cairan tubuh dapat menggunakan mekanisme
transport aktif. Transport aktif merupakan gerak zat yang akan
berdifusi dan berosmosis yang memerlukan aktivitas metabolic
dan pengeluaran energi untuk menggerakkan berbagai materi guna
menembus membrane sel. Pada transport aktif, zat-zat dapat
bergerak melewati membran sel dari larutan yang konsentrasinya
rendah ke konsentrasi yang tinggi dengan memakai energi. Ini
berguna untuk keseimbangan elektrolit. Contoh transport aktif ini
adalah pada pompa natrium dan kalium, dimana natrium dipompa
keluar sel dan kalium dipompa masuk ke dalam sel.

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 33


2.3.5 Perpindahan Cairan dan Elektrolit Tubuh
Perpindahan cairan dan elektrolit tubuh terjadi dalam tiga fase yaitu :
1. Fase I :
Plasma darah pindah dari seluruh tubuh ke dalam sistem sirkulasi,
dan nutrisi serta oksigen diambil dari paru-paru dan tractus
gastrointestinal.
2. Fase II :
Cairan interstitial dengan komponennya pindah dari darah kapiler
dan sel
3. Fase III :
Cairan dan substansi yang ada di dalamnya berpindah dari cairan
interstitial masuk ke dalam sel. Pembuluh darah kapiler dan
membran sel yang merupakan membran semipermiabel mampu
memfilter tidak semua substansi dan komponen dalam cairan
tubuh ikut berpindah.

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 34


2.3.6 Pertukaran Cairan Tubuh
a) Pemasukan Air
Pemasukan air setiap harinya sebagian besar berasal dari
minuman dan makanan sebagian kecil dari proses oksidasi
hydrogen dalam makanan berkisar 150 sampai 250 ml/ hari,
tergantung kecepatan metabolisme seseorang. Jumlah cairan
yang masuk termasuk hasil sintesa dalam tubuh berkisar 2300
ml/ hari.
b) Pengeluaran air

Suhu Normal Suhu panas Latihan berat dan lama


Kulit 350 350 350
Pernapasan 350 250 650
Urine 1400 1200 500
Keringat 100 1400 5000
Tinja 100 100 100
Jumlah 2300 3300 6600

2.3.7 Hilangnya Cairan Tubuh Manusia

Cairan tubuh hilang melalui:

1. Urin – 50% dari kehilangan cairan


Normal: 50 ml/ kgBB/ 24 jam

2. Insensible Water Loss (50%)


a. Respirasi (15%)
b. Kulit (30%)
c. Feses (5%)

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 35


Pengeluaran cairan yang banyak dari dalam tubuh tanpa diimbangi
pemasukkan cairan yang memadai dapat berakibat dehidrasi. Dehidrasi adalah
keadaan dimana tubuh kehilangan cairan elektrolit yang sangat dibutuhkan
organ-organ tubuh untuk bisa menjalankan fungsinya dengan baik. Saat
dehidrasi, tubuh dengan terpaksa menyedot cairan baik dari darah maupun
organ-organ tubuh lainnya.

Kehilangan cairan tubuh dapat bersifat :


a.Normal
Hal tersebut terjadi akibat pemakaian energi tubuh. Kehilangan cairan
sebesar 1 ml terjadi pada pemakaian kalori sebesar 1 kal.

b.Abnormal
Terjadi karena berbagai penyakit atau keadaan lingkungan seperti suhu
lingkungan yang terlalu tinggi atau rendah.

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 36


2.3.8 Mengembalikan Cairan Tubuh yang Hilang

Untuk mengembalikan cairan tubuh yang hilang, kita harus banyak minum
minimal 8 gelas (± 2 liter ) air setiap hari yang bisa didapat dari :

1. Air putih yang higienis/air mineral


Air putih mengandung beberapa zat penting untuk tubuh seperti
oksigen, magnesium, sulfur, dan klorida.
2. Air berion
Air berion tidak hanya menghilangkan dahaga melainkan juga
berfungsi sebagai sumber energi seperti halnya karbohidrat, lipid,
dan protein. Air berion bekerja sebagai perantara dalam reaksi-
reaksi biokimia dan berperan dalam proses metabolisme tubuh
sehingga dapat mengembalikan kesegaran otot tubuh setelah
beraktivitas mengeluarkan keringat dengan cepat.
3. Jus buah
Selain rasanya nikmat dan segar, jus buah mengandung beragam
vitamin dan mineral yang menyehatkan. Menurut penelitian, jus
jambu biji mengandung vitamin C sebanyak 3-6 kali lebih tinggi
dibandingkan jus jeruk, 10 kali lebih tinggi dibandingkan pepaya,
dan 10-30 kali lebih tinggi dibanding pisang. Namun, atlet kurang
disarankan meminum jus buah saat berolahraga karena cairan
padatnya tidak mudah terserap tubuh

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 37


2.4 Kebutuhan Elektrolit

Elektrolit terdapat pada seluruh cairan tubuh. Cairan tubuh mengandung


oksigen, nutrien dan sisa metabolisme seperti karbondioksida yang semuanya
disebut dengan ion. Beberapa jenis garam dala air akan dipecah dalam bentuk
ion elektrolit. Pecahan elektrolit tersebut merupakan ion yang dapat
menghantarkan arus listrik. Ion yang bermuatan negatif disebut anion
sedangkan ion yang bermuatan positif disebut kation.
Elektrolit yang terdapat pada cairan tubuh akan berada dalam bentuk ion
bebas (free ions). Elektrolit yang terdapat dalam jumlah besar di dalam tubuh
antara lain adalah natrium (Na), kalium (K), kalsium (Ca), magnesium (Mg),
klorida (Cl), bikarbonat (HCO), fosfat (HPO) dan sulfat (SO) Di dalam tubuh
manusia, kesetimbangan antara air (HO) elektrolit diatur secara ketat agar sel-
sel dan organ tubuh dapat berfungsi dengan baik. Pada tubuh manusia,
elektrolit-elektrolit ini akan memiliki fungsi antara lain dalam menjaga tekanan
osmotik tubuh, mengatur pendistribusian cairan ke dalam kompartemen badan
air (body’s fluid compartement), menjaga pH tubuh dan juga akan terlibat
dalam setiap reaksi oksidasi dan reduksi serta ikut berperan dalam setiap proses
metabolisme.
Komposisi elektrolit dalam plasma adalah
1. Natrium : 135-145 mEq/lt
2. Kalium : 3,5-5,3 mEq/lt
3. Kalsium : 4-5 mEq/lt
4. Magnesium : 1,5-2,5 mEq/lt
5. Klorida : 100-106 mEq/lt

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 38


6. Bikarbonat : 22-26 mEq/lt
7. Fosfat : 2,5-4,5 mEq/lt

Pengukuran elektrolit dalam satuan miliequivalen per liter cairan tubuh


atau miligram per 100 ml. Equivalen tersebut merupakan kombinasi kekuatan
zat kimia atau kekuatan anion dan kation dalam molekul.

2.4.1 Pengaturan Elektolit


1. Pengaturan keseimbangan natrium
Natrium merupakan kation dalam tubuh yang berfungsi mengatur
osmolaritas dan volume cairan dalam tubuh. Natrium paling banyak
terdapat pada cairan ekstrasel. Pengaturan konsentrasi cairan ekstrasel
diatur oleh ADH dan aldosteron. Aldosteron berfungsi mempertahankan
keseimbangan konsentrasi natrium dalam plasma dan prosesnya dibantu
oleh ADH. ADH mengatur sejumlah air yang diserap dan aldosteron
mengatur keseimbangan natrium yang diserap.
2. Pengaturan keseimbangan kalium
Kalium merupakan kation utama yang terdapat dalam cairan intrasel dan
berfungsi mengatur keseimbangan elektrolit. Keseimbangan kalium
diatur oleh ginjal dan sekresi aldosteron. Aldosteron juga berfungsi
mengetur keseimbangan kadak kalium dalam plasma. Sistem pengaturan
keseimbangan kalium melalui 3 langkah:
a. Peningkatan konsentrasi kalium dalam cairan ekstrasel yang
menyebabkan peningkatan produksi aldosteron
b. Peningkatan jumlah aldosteron akan mempengaruhi jumlah
kalium yang dikeluarkan ginjal
c. Peningkatan pengeluaran kaliumkonsentrasi kalium
dalam cairan ekstrasel menurun.
3. Pengaturan keseimbangan kalsium
Kalsium dalam tubuh berfungsi untuk membentuk tulang, menghantarkan
impuls kontraksi otot, koagulasi darah, dan membantu beberapa enzim
pankreas. Kalsium diekskresi melalui keringat dan urine. Konsentrasi

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 39


kalsium dalam tubuh diatur langsung oleh hormon paratiroid dalam
reabsorbsi tulang. Jika kadar kalsium dalam darah menurun, kelenjar
paratiroid akan merangsang pembentukkan hormon paratiroid yang
langsung meningkatakan jumlah kalsium dalam darah.
4. Pengaturan keseimbangan klorida
Klorida merupakan anion utama cairan dalam plasma dan berfungsi
mempertahankan keseimbangan tekanan osmotik dalam darah.
Normalnya, kadar klorida dalam darah pada orang dewasa adalah 95-108
mEq/lt
5. Pengaturan keseimbangan magnesium
Magnesium merupakan kation dalam tubuh, merupakan yang terpenting
kedua dalam cairan intrasel. Keseimbangannya diatur oleh kelenjar
paratiroid. Magnesium di absorbsi dari saluran pencernaan.
Hipomagnesium terjadi bila kinsentrasi serum turun menjadi < 1,5 mEq/lt
dan hipermagnesium terjadi bila kadar magnesium serta serum meningkat
menjadi > 2,5 mEq/lt
6. Pengaturan keseimbangan bikarbonat
Merupakan elektrolit utama larutan buffer dalam tubuh
7. Pengaturan keseimbangan fosfat
Fosfat bersama-sama dengan kalsium berfungsi membentuk gig dan
tulang. Fosfat deserap dari saluran pencernaan dan dikeluarkan melalui
urine.

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 40


2.4.2 Jenis Cairan Elektolit
Cairan elektrolit adalah cairan saline atau cairan yang memiliki sifat
bertegangan tetap dengan bermacam-macam elektrolit. Cairan saline terdiri atas
cairan isotonik, hipotonik, dan hipertonik. Konsentrasi isotonik disebut juga
normal saline yang banyak dipergunakan.
Contoh cairan elektrolit adalah
1. Cairan Ringer’s terdiri atas: Na, K, Cl, Ca
2. Cairan Ringer’s Laktat, terdiri atas: Na, K, Mg, Cl, Ca, HCO
3. Cairan Buffer terdiri atas: : Na, K, Mg, Cl, HCO

2.4.3 Elektrolit Utama Tubuh Manusia

Zat terlarut yang ada dalam cairan tubuh terdiri dari elektrolit dan
nonelektrolit. Non elektrolit adalah zat terlarut yang tidak terurai dalam larutan
dan tidak bermuatan listrik, seperti: protein, urea, glukosa, oksigen, karbon
dioksida dan asam-asam organik. Sedangkan elektrolit tubuh mencakup
natrium, kalium, Kalsium, magnesium, Klorida, bikarbonat, fosfat, sulfat.

Konsenterasi elektrolit dalam cairan tubuh bervariasi pada satu bagian


dengan bagian yang lainnya, tetapi meskipun konsenterasi ion pada tiap-tiap
bagian berbeda, hukum netralitas listrik menyatakan bahwa jumlah muatan-
muatan negatif harus sama dengan jumlah muatan-muatan positif. Komposisi
dari elektrolit-elektrolit tubuh baik pada intarseluler maupun padaplasma terinci
dalam tabel di bawah ini :

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 41


No. Elektrolit Ekstraseluler Interstitial Intraseluler
Plasma
1. Kation :
Natrium (Na+) 144,0 mEq 137,0 mEq 10 mEq
Kalium (K+) 5,0 mEq 4,7 mEq 141 mEq
Kalsium (Ca++) 2,5 mEq 2,4 mEq 0
Magnesium (Mg ++) 1,5 mEq 1,4 mEq 31 mEq
2. . Anion :
Klorida (Cl-) 107,0 mEq 112,7 mEq 4 mEq
Bikarbonat (HCO3-) 27,0 mEq 28,3 mEq 10 mEq
Fosfat (HPO42-)
Sulfat (SO42-) 2,0 mEq 2,0 mEq 11 mEq
Protein
0,5 mEq 0,5 mEq 1 mEq

1,2 mEq 0,2 mEq 4 mEq

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 42


2.5 Proporsi Cairan

Air memiliki prosentase yang besar dari berat badan manusia. Pada bayi
prematur, sekitar 80% dari berat badannya adalah air. Sedangkan pada bayi
yang lahir cukup bulan kira-kira 70% dari berat badannya merupakan air
(Horne dan Swearingen 2011). Seiring dengan bertambahnya usia, maka
prosentase air tubuh menurun. Pada orang dewasa laki-laki kira-kira 60% dari
berat badannya adalah air, sedangkan wanita dewasa sekitar 50% dari berat
badannya adalah air. Kemudian prosentase tersebut menurun lagi pada orang
yang lanjut usia. Prosentase air dalam tubuh lansia kira-kira 45%-5% dari berat
badannya.
Cairan dalam tubuh manusia tidaklah terkumpul didalam satu tempat
saja, melainkan didistribusikan kedalam dua ruangan utama yakni cairan
intraseluler dan cairan ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan yang
terdapat didalam sel dengan jumlah sekitar 40% dari berat badan, dan
merupakan bagian dari protoplasma. Pada intraseluler ini terjadi proses
metabolisme.

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 43


Cairan ekstraseluler adalah cairan yang berada diluar sel dengan jumlah
sekitar 20% dari berat badan dan berperan dalam memberi bahan makanan bagi
sel dan mengeluarkan sampah sisa metabolisme. Cairan ekstraseluler ini terbagi
dua yaitu cairan interstisial dan cairan intravaskuler. Cairan interstisial adalah
cairan yang terdapat pada celah antar sel atau disebut pula cairan jaringan,
berjumlah sekitar 15% dari berat badan. Pada umumnya cairan interstisial
berfungsi sebagai pelumas agar tidak terjadi gesekan pada saat dua jaringan
tersebut bergerak. Contoh dari cairan interstisial yaitu, cairan pleura, cairan
perikardial, dan cairan peritoneal. Cairan intravaskuler merupakan cairan yang
terdapat didalam pembuluh darah dan merupakan plasma berjumlah sekitar
15% dari berat badan.
Cairan dan elektrolit dalam tubuh selalu bergerak diantara ketiga tempat
cairan tersebut yaitu, Intraseluler, Interstisial, dan Intravaskuler. Pergerakan
cairan dan elektrolit harus dipertahankan dalam keadaan seimbang.
Prosentase dari total cairan tubuh bervariasi sesuai dengan individu dan
tergantung beberapa hal antara lain :
a. Umur
b. Kondisi lemak tubuh
c. Sex

Perhatikan uraian berikut ini :


No. Umur Presentase

1. Bayi (baru lahir) 75 %

2. Dewasa :

a. Pria (20-40 tahun) 60 %

b. Wanita (20-40 tahun) 50 %

3. . UsiaLanjut 45-50 %

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 44


Pada orang dewasa kira-kira 40 % barat badannya atau 2/3 dari TBW-
nya berada di dalam sel (cairan intraseluler / ICF), sisanya atau 1/3 dari TBW
atau 20% dari berat badannya berada di luar sel (ekstraseluler) yang terbagi
dalam 15 % cairan interstitial, 5 % cairan intavaskuler dan 1-2 % transeluler

2.6 Distribusi Cairan Tubuh

Cairan tubuh didistribusikan dalam dua kompartemen yang berbeda


yakni, cairan ekstrasel (CES) dan cairan intrasel (CIS).
Cairan ekstrasel terdiri dari cairan interstisial (CIS) dan cairan
intravaskuler. Cairan interstisial mengisi ruangan yang berada diantara sebagian
besar sel tubuh dan menyususn sejumlah besar lingkungan cairan tubuh. Sekitar
15% berat tubuh merupakan cairan interstisial. Cairan intravaskuler terdiri dari
plasma, bagian cairan limfe yang mengandung air dan tidak berwarna dan darah
yang mengandung suspensi leukosit, erotrosit dan trombosit. Plasma menyusun
5% berat tubuh.

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 45


Cairan intrasel adalah cairan didalam membran sel yang berisi substansi
terlarut atau solut yang penting untuk keseimbangan cairan dan elektrilit serta
untuk metabolisme. Cairan intrasel membentuk 40% berat tubuh. Kompartemen
cairan intrasel memiliki banyak solut (zat terlarut) yang sama dengan cairan
yang berada di ruang ekstrasel. Namun, proporsi substansi-substansi tersebut
berbeda. Misalnya, proporsi kalium lebih besar didalam cairan intrasel daripada
dalam cairan ekstrasel.
Kedua kompartemen ini dipisahkan oleh sel membran yang memiliki
permeabilitas tertentu. Hampir 67% dari total badan air (Body’s Water) tubuh
manusia terdapat di dalam cairan intraseluler dan 33% sisanya akan berada pada
cairan ekstraseluler. Air yang berada di dalam cairan ekstraseluler ini kemudian
akan terdistribusi kembali kedalam 2 Sub-Kompartemen yaitu pada cairan
interstisial (ISF) dan cairan intravaskular (plasma darah). 75% dari air pada
kompartemen cairan ekstraselular ini akan terdapat pada sela-sela sel (cairan
interstisial) dan 25%-nya akan berada pada plasma darah (cairan intravaskular).
Pendistribusian air di dalam 2 kompartemen utama (Cairan Intraseluler dan
Cairan Ekstraseluler) ini sangat bergantung pada jumlah elektrolit dan
makromolekul yang terdapat dalam kedua kompartemen tersebut. Karena sel
membran yang memisahkan kedua kompartemen ini memiliki permeabilitas
yang berbeda untuk tiap zat, maka konsentrasi larutan (osmolality) pada kedua
kompartemen juga akan berbeda.

Distribusi Cairan Tubuh


Kompartemen (%) Terhadap Volume
BeratBadan Liter
CIS 40 28
CES 20 14
Interstitial (15) (11)
Intravaskuler (5) (3)
TOTAL CAIRAN TUBUH 60 42

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 46


Cairan intra seluler kira-kira 2/3 atau 40 % dari BB, sedangkan cairan
ekstraseluler 20 % dari BB, cairan ini terdiri atas plasma (cairan intravaskuler)
5 %, cairan interstisial (cairan di sekitar tubuh seperti limfe) 10-15 % dan
transeluler (misalnya, cairan serebrospinalis, sinovia, cairan dalam peritonium,
cairan dalam rongga mata, dll) 1-3 %.

2.7 Fungsi Cairan dan Elektrolit


2.7.1 Fungsi Cairan Tubuh
Sebagian besar komponen dalam tubuh kita berupa cairan. Karena itu
asupan cairan yang sehat sangat penting bagi kelangsungan hidup yang sehat.
Dalam proses metabolisme yang terjadi didalam tubuh, air mempunyai 2 fungsi
utama yaitu sebagai pembawa zat-zat nutrisi seperti karbohidrat, vitamin dan
mineral serta juga akan berfungsi sebagai pembawa oksigen ke dalam sel-sel
tubuh. Selain itu, air didalam tubuh juga akan berfungsi untuk mengeluarkan
produk samping hasil metabolisme seperti karbon dioksida (CO) dan juga
senyawa nitrat.
Jika diuraikan tentu saja sangat banyak, namun secara garis besar fungsi
cairan diantaranya:
1. Mengatur suhu tubuh
Seseorang yang mengalami kekurangan cairan, suhu tubuhnya
akan meningkat atau menjadi panas. Bila kebutuhan konsumsi
cairan itu tercukupi, suhu tubuhpun akan normal kembali.
2. Menjaga kelembaban dan metabolisme
Bila organ di dalam tubuh kekurangan air, bentuknya akan
mengempis akibat kehilangan kelembaban. Kondisi kulit sebagai
pembungkus tubuh juga sangat bergantung pada kecukupan cairan
tubuh. Kulit bisa menjadi kasar, keriput, dan cepat tua bila tubuh
kekurangan cairan.
3. Transportasi nutrisi dan oksigen
Cairan tubuh diperlukan untuk memperlancar distribusi berbagai
zat gizi atau nutrisi serta oksigen ke seluruh tubuh. Jika konsumsi
cairan tidak memenuhi kebutuhan, organ-organ tubuh akan

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 47


kekurangan pasokan nutrisi serta oksigen dan akibatnya bisa
terjadi gangguan kesehatan.
4. Pembentuk struktur tubuh
Kekurangan cairan tubuh dapat menyebabkan kematian sel.
Sementara unit dasar fungsional tubuh adalah sel. Sel-sel inilah
yang membentuk struktur tubuh. Dengan demikian
keberlangsungan proses pembentukkan atau perbaikan jaringan
tubuh tidak terlepas dari peranan cairan tubuh
5. Memfasilitasi cairan kimia dalam tubuh, misalnya, metabolisme
tubuh.

2.7.2 Fungsi Elektrolit


Fungsi elektrolit ada 7 macam, diantaranya:
1) Keseimbangan Natrium/sodium (Na+)
Natrium merupakan kation paling banyak pada cairan ekstrasel
serta sangat berperan dalam keseimbangan air, hantaran impuls
saraf dan kontraksi otot. Ion natrium didapat dari saluran
pencernaan, makanan atau minuman kemudian masuk ke dalam
cairan ekstrasel melalui proses difusi. Pengeluaran ion natrium
melalui ginjal, pernapasan, saluran pencernaan dan kulit.
Pengaturan konsentrasi ion natrium dilakukan oleh ginjal, jika
konsentrasi natrium serum menurun maka ginjal akan
mengeluarkan cairan sehingga konsentrasi natrium akan
meningkat. Sebaliknya jika terjadi peningkatan konsentrasi
natrium serum maka akan merangsang pelepasan ADH sehingga
ginjal akan menahan air. Jumlah normal 135-148 mEq/Lt.
2) Keseimbangan kalium/potassium (K+)
Kalium adalah kation yang paling banyak pada intraseluler. Ion
kalium 98% berada pada cairan intasel, hanya 2% berada pada
cairan ekstrasel. Kalium dapat diperoleh melalaui makanan seperti
daging, buah-buahan dan sayuran. Jumlah normal 3,5-5,5 mEq/Lt.

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 48


3) Keseimbangan Kalsium (Ca2+)
Kalsium merupakan ion yang paling banyak dalam tubuh,
terutama berikatan dengan fosfor membentuk mineral untuk
pembentukan tulang dan gigi. Diperoleh dari reabsorpsi usus dan
reabsorpsi tulang. Dikeluarkan melalui ginjal, sedikit melalui
keringat dan disimpan dalam tulang. Pengaturan konsentrasi
kalsium dilakukan hormon kalsitonin yang dihasilkan oleh kelnjar
tiroid dan hormon paratiroid. Jika kadar kalsium rendah maka
hormon paratiroid dilepaskan sehingga terjadi peningkatan
reabsorpsi kalsium pada tulang dan jika terjadi peningkatan kadar
kalsium maka hormon kalsitonin dilepaskan untuk menghambat
reabsorpsi tulang. Jumlah normal 4-5mEq/Lt.
4) Keseimbangan Magnesium (Mg2+)
Magnesium biasanya ditemukan pada cairan intrasel dan tulang,
berperan dalam metabolisme sel, sintesis DNA, regulasi
neuromuscular dan fungsi jantung. Sumbernya didapat dari
makanan seperti sayuran hijau, daging dan ikan. Magnesium
Diabsorpsi dari usus halus, peningkatan absorpsi dipengaruhi oleh
vitamin D dan hormon paratiroid.
5) Keseimbangan Fosfor (PO4-)
Fosfor merupakan anion utama cairan intasel, ditemukan juga di
cairan ekstrasel, tulang, otot rangka dan jaringan saraf. Fosfor
sangat berperan dalam berbagai fungsi kimia, terutama fungsi
otot, sel darah merah, metabolisme protein, lemak dan
karbohidrat, pembentukan tulang dan gigi, regulasi asam basa,
regulassi kadar kalsium. Di reabsorpsi dari usus halus dan banyak
ditemukan dari makanan daging, ikan dan susu. Disekresi dan
reabsorpsi melalui ginjal. Pengaturan konsentrasi fosfor oleh
hormon paratiroid dan berhubungan dengan kadar kalsium. Jika
kadar kalsium meningkat akan menurunkan kadar fosfat demikian
sebaliknya. Jumlah normal sekitar 2,5-4,5 mEq/Lt.

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 49


6) Keseimbangan Klorida (Cl-)
Klorida merupakan anion utama pada cairan ekstrasel. Klorida
berperan dalam pengaturan osmolaritas serum dan volume darah
bersama natrium, regulasi asam basa, berperan dalam buffer
pertukaran oksigen dan karbondioksida dalam sel darah merah.
Disekresi dan direabsorpsi bersama natrium diginjal.
7) Keseimbangan Bikarbonat
Bikarbonat berada di dalam cairan intrasel maupun di dalam
ekstrasel dengan fungsi utama yaitu regulasi keseimbangan asam
basa. Disekresi dan direabsorpsi oleh ginjal. Bereaksi dengan
asam kuat untuk membentuk asam karbonat dan suasana garam
untuk menurunkan PH. Nilai normal sekitar 25-29mEq/Lt.

2.8 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Cairan dan Elektrolit


Kebutuhan cairan dan elektrolit dalam tubuh dapat dipengaruhi oleh
faktor-faktor:
1. Usia. Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia,
karena usia akan berpengaruh pada luas permukaan tubuh,
metabolisme, dan berat badan serta aktivitas organ sehingga
dapat mempengaruhi jumlah kebutuhan cairan dan elektrolit.
Infant dan anak-anak lebih mudah mengalami gangguan
keseimbangan cairan dibanding usia dewasa. Pada usia lanjut
sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dikarenakan
gangguan fungsi ginjal atau jantung. Dengan bertambahnya usia,
semua organ yang mengatur keseimbangan akan menurun
fungsinya, hasilnya fungsi untuk mengatur keseimbangan juga
menurun. Misalnya: gagal ginjal, gagal jantung, dll.

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 50


2. Temperatur. Temperatur yang tinggi menyebabkan proses
pengeluaran cairan melalui keringat cukup banyak, sehingga
tubuh akan banyak kehilangan cairan
3. Iklim. Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan
kelembaban udaranya rendah memiliki peningkatan kehilangan
cairan tubuh dan elektrolit melalui keringat. Sedangkan seseorang
yang beraktifitas di lingkungan yang panas dapat kehilangan
cairan sampai dengan 5 L per hari.
4. Diet. Diet dibutuhkan apabila tubuh kekurangan nutrien (zat
gizi), tubuh akan memecah cadangan makanan yang tersimpan
didalamnya sehingga didalam tubuh terjadi pergerakan cairan
dari interstisial ke interseluler yang dapat berpengaruh pada
jumlah pemenuhan kebutuhan cairan. Diet seseorag berpengaruh
terhadap intake cairan dan elektrolit. Ketika intake nutrisi tidak
adekuat maka tubuh akan membakar protein dan lemak sehingga
akan serum albumin dan cadangan protein akan menurun padahal
keduanya sangat diperlukan dalam proses keseimbangan cairan
sehingga hal ini akan menyebabkan edema.

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 51


5. Stress. Stress dapat mempengaruhi pemenuhan kebutuhan cairan
dan elektrolit melalui proses peningkatan produksi ADH, karena
proses ini dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah,
dan pemecahan glykogen otot, sehingga mengakibatkan
terjadinya glikolisis otot yang dapat menimbulkan retensi sodium
dan air. Mekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan retensi
air sehingga bila berkepanjangan dapat meningkatkan volume
darah.

6. Sakit. Pada keadaan sakit terdapat banyak sel yang rusak,


sehingga untuk memperbaiki sel yang rusak tersebut dibutuhkan
adanya proses pemenuhan kebutuhan cairan yang cukup.
Keadaan sakit menimbulkan ketidakseimbangan sistem dalam
tubuh, seperti ketidakseimbangan hormonal yang dapat
menggnggu keseimbangan kebutuhan cairan

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 52


2.9 Komposisi Cairan Tubuh

Gambar: Komposisi darah pada manusia diperkirakan sekitar 8% dari


berat badan. Pada wanita sekitar 4-5 lt dan laki-laki sekitar 5-6 lt, dengan
volume 80-85 ml/Kg, suhu rata-rata 380C, pH 7,35-7,45. Osmolaritas 280-296
m0sm/l.

Lebih kurang 60% berat badan orang dewasa pada umumnya terdiri
dari cairan (air dan elektrolit). Rata-rata seseorang memerlukan sekitar 11 liter
cairan tubuh untuk nutrisi sel dan pembuangan residu jaringan tubuh. Zat
terlarut yang ada dalam cairan tubuh terdiri dari elektrolit dan nonelektrolit.
Non elektrolit adalah zat terlarut yang tidak terurai dalam larutan dan tidak
bermuatan listrik, seperti : protein, urea, glukosa, oksigen, karbon dioksida dan
asam-asam organik. Sedangkan elektrolit tubuh mencakup natrium (Na+),
kalium (K+), Kalsium (Ca++), magnesium (Mg++), Klorida (Cl-), bikarbonat
(HCO3-), fosfat (HPO42-), sulfat (SO42-). Garam mineral ketika berada dalam
bentuk cairan sel, baik seluruhnya maupun sebagian berbentuk ion elektron,
yaitu kation dan anion. Kation dibentuk oleh metal (Na+, K+, Ca2+, Mg2+,
dll.), sedangkan anion dibentuk oleh residu asam (Cl-, HCO-3, SO2-4, H2PO-
4). Ion amonium (NH+4) termasuk kation, sedangkan asam organik dan protein
adalah anion.

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 53


Tabel: Komposisi plasma

Komposisi Plasma Fungsi Sumber


Air Memelihara volume darah dan Diabsorbsi dari intestinal
(90-92% dari plasma) sebagai transportasi molekul
Protein plasma Memelihara tekanan osmotik dan Hati dan kelenjar limfe
(7-8% dari plasma) pH darah
Albumin Memelihara volume dan tekanan
Fibrinogen darah
Immunoglobullin Sebagai faktor pembeku
Sebagai alat transportasi dan
mencegah infeksi
Garam Memelihara tekanan osmotik dan Diabsorbsi dari intestinal
(kurang dari 1%) pH darah
Gas Memelihara metabolisme Paru-paru
Oksigen Sebagau respirasi sel Jaringan
Karbondioksida Produk akhir metabolisme
Nutrisi Sebagai sediaan makanan untuk Diabsorbsi dari intestinal
Lemak, glukosa, asam amino sel
Sisa Nitrogen Tidak ada fungsi Hati
Urea, asam urat
Zat lain Memelihara metabolisme Bervariasi
Hormon
Vitamin

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 54


Tabel: Komposisi cairan ekstrasel dan intrasel

Komposisi Ekstrasel Intrasel


Plasma Interstitial
Kation:
Na 143,0 140,0 14,0
K 4,2 4,0 140,0
Ca 1,3 1,2 <1
Mg 0,8 0,7 20,0
Anion:
CL 103,0 103,0 4,0
HCO 24,0 28,3 10,0
HPO 2,0 2,0 11,0
Protein 1,2 0,2 4,0

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 55


Air menyusun 60 % -75 % total berat badan dengan kisaran antara 40%-
80%. Cairan tubuh terdiri dari air (pelarut) dan substansi terlarut (zat terlarut)
1. Air
Air adalah senyawa utama dari tubuh manusia. Jumlah air sekitar 73%
dari bagian tubuh seseorang tanpa jaringan lemak (lean body mass).
2. Solut (substansi terlarut)
Selain air, cairan tubuh mengandung dua jenis substansi terlarut (zat
terlarut) yaitu berupa elektrolit dan non-elektrolit.
a. Elektrolit : Substansi yang berdisosiasi (terpisah) di dalam larutan
dan akan menghantarkan arus listrik. Elektrolit berdisosiasi menjadi
ion positif dan negatif dan diukur dengan kapasitasnya untuk saling
berikatan satu sama lain (mEq/L) atau dengan berat molekul dalam
garam (mmol/L). Jumlah kation dan anion, yang diukur dalam
miliekuivalen, dalam larutan selalu sama. Bila garam larut dalam
air, misalnya garam Nacl, akan terjadi disosiasi sehingga terbentuk
ion-ion bermuatan positif dan negatif. Ion positif dinamakan kation,
sedangkan ion negatif dinamakan anion. Ion mengandung muatan

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 56


listrik dinamakan elektrolit. Cairan tubuh yang mengandung air dan
garam dalam keadaan disosiasi dinamakan larutan elektrolit. Dalam
semua larutan elektrolit, ada keseimbangan antara konsentrasi anion
dan kation.
a) Kation : Ion-ion yang mambentuk muatan positif
dalam larutan. Kation ekstraselular utama adalah
natrium (Na+), sedangkan kation intraselular utama
adalah kalium (K+). Sistem pompa terdapat di
dinding sel tubuh yang memompa natrium ke luar
dan kalium ke dalam.
b) Anion : ion-ion yang membentuk muatan negatif
dalam larutan. Anion ekstraselular utama adalah
klorida (Clˉ), sedangkan anion intraselular utama
adalah ion fosfat (PO43-).

Tubuh menggunakan elektrolit untuk mengatur keseimbangan cairan


tubuh. Sel-sel tubuh memilih elektrolit untuk ditempatkan diluar (terutama
natrium dan klorida) dan didalam sel (terutama kalium, magnesium, fosfat, dan
sulfat). Molekul air, karena bersifat polar, menarik elektrolit. Walaupun
molekul air bermuatan nol, sisi oksigennya sedikitbermuatan negatif, sedangkan
hidrogennya sedikit bermuatan positif.

b. Non-elektrolit: Substansi seperti glukosa dan urea yang tidak


berdisosiasi dalam larutan dan diukur berdasarkan berat (miligram
per 100 ml-mg/dl). Non-elektrolit lainnya yang secara klinis
penting mencakup kreatinin dan bilirubin.

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 57


2.9.1 Keseimbangan Osmotik Cairan Ekstrasel dan Intrasel
1. Bila tekanan osmotik pada salah satu sisi membran sel meningkat
mis. Dengan memasukkan sel ke dalam air, maka pada kedua sisi
membran tidak terjadi keseimbangan osmotik
2. Bila sel dimasukkan ke dalam larutan yang mempunyai osmolalitas
yang jauh lebih rendah dibandingkan osmolalitas cairan intrasel maka
terjadi osmosis air ke dalam sel sehingga sel akan membengkak dan
cairan intrasel akan mengalami pengenceran sampai osmolalitasnya
sama.
3. Sebaliknya, bila sel dimasukkan ke dalam larutan yang mempunyai
osmolalitas yang jauh lebih tinggi dari cairan intrasel maka air akan
keluar dari sel melalui proses osmosis, memekatkan cairan intrasel
dan mengecerkan cairan ekstrasel sel mengkerut sampai konsentrasi
intrasel dan ekstrasel menjadi seimbang.
4. Isotonitas, hipotonitas dan hipertonitas
5. Bila sel dimasukkan kedalam suatu larutan tanpa menyebabkan sel
membengkak atau mengkerut disebut larutan isotonis. Contohnya:
NaCL 0,9 % dan Dextrose 5%
6. Larutan yang bila sel dimasukkan kedalamnya akan menyebabkan sel
membengkan disebut larutan hipotonis.
7. Larutan hipertonis bila sel dimasukkan kedalamnya akan
menyebabkan sel menjadi mengkerut oleh karena osmolalitas cairan
ekstrasel akan meningkat dan menyebabkan osmisis air keluar dari sel
menuju cairan ekstrasel.

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 58


2.9.2 Keseimbangan Air

Masukan Pangkalan Air Pengeluaran


Makanan basah Plasma cairan 3000 ml Paru-paru 500 ml
dan minuman 2000 ml
Air dari oksidasi Jaringan 1200 ml Kulit 400 ml
dan makanan 500 ml Insensibel
kering

Cairan sel 30.000 ml Urina 1300 ml


Feses 200 ml
Keringat 100 ml
2500 ml 45.000 ml 2500 ml

2.9.3 Tes Laboratorium untuk Mengevaluasi Status Cairan

Osmolalitas mencerminkan konsentrasi cairan yang mempengaruhi


perpindahan air antara kompartemen-kompartemen cairan melalui osmosis.
Osmolalitas mengukur konsentrasi zat terlarut per kilogram dalam darah dan
urin. Osmolalitas juga ukuran kemampuan larutan untuk menciptakan tekanan
osmotik dan mempengaruhi perpindahan air. Osmolalitas serum mencerminkan
konsentrasi natrium dan anionnya. Osmolalitas urin ditentukan oleh urea,
kreatinin, dan asam urat. Hal ini merupakan indikator yang paling dipercaya
untuk konsentrasi urin. Osmolalitas dicatat sebagai miliosmol per kg air
(mOsm/kg).
Osmolaritas adalah istilah lain yang menggambarkan konsentrasi
larutan dan diukur dalam miliosmol per liter (mOsm/L). Meskipun demikian
osmolalitas lebih sering digunakan dalam praktik klinik. Osmolalitas serum
normal adalah 280 sampai 300 mOsm/kg. Natrium menentukan osmolalitas
cairan ekstraseluler dan menahan air dalam kompartemen ini.
Faktor-faktor yang meningkatkan dan menurunkan osmolalitas serum
dan urin disajikan dalam tabel di atas. Osmolalitas serum mungkin diukur
secara langsung melalui tes laboratorium atau diperkirakan disamping tempat
tidur dengan menggandakan kadar natrium serum atau dengan menggunakan
rumus berikut ini:

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 59


𝑔𝑙𝑢𝑘𝑜𝑠𝑎 𝐵𝑈𝑁
𝑁𝑎+ x 2 + + = Nilai Osmolalitas Serum Perkiraan Nilai
18 3

yang dihitung biasanya dalam 10 mOsm dari osmolalitas yang diukur.


Osmoreseptor, terletak pada permukaan hipotalamus, merasakan
perubahan dalam konsentrasi natrium. Jika tekanan osmotik meningkat, neuron-
neuron mengalami dehidrasi dan dengan cepat melepaskan impuls-impuls ke
pituitari posterior yang meningkatkan pelepasan ADH. ADH mengalir dalam
darah ke ginjal dimana ia mengubaha permeabilitas terhadap air, menyebabkan
suatu peningkatan dalam reabsorpsi air dan penurunan haluaran urin. Air yang
tertahan mengencerkan CES dan mengembalikan konsentrasinya terhadap
normal. Pengembalian tekanan osmotik normal memberikan umpan balik ke
osmoreseptor untun mencegah pelepasan ADH.
Berat jenis urin mengukur kemampuan ginjal untuk mengekskresi atau
menghemat air. Berat jenis urin dibandingkan dengan berat air murni, yang
mempunyai berat jenis 1000. Rentang normal berat jenis adalah 1001 sampai
1040. Berat jenis urin dapat diukur ditempat tidur dengan meletakkan
hidrometer atau urinometer yang dikalibrasi dalam suatu silinder dengan
menggunakan kurang lebih 20 ml urin. Berat jenis juga dikaji melalui suatu
refraktometer atau dipstik dengan reagen untuk tujuan ini. Berat jenis bervariasi
secara terbalik dengan volume urin; normalnya, semakin besar volume urin,
makin rendah berat jenis urin. Berat jenis merupakan indikator konsentrasi yang
kurang dapat diandalkan dibandingkan osmolalitas urin; peningkatan glukosa
atau protein dalam urin dapat menyebabkan berat jenis tinggi yang palsu.
Faktor-faktor yang meningkatkan atau menurunkan osmolalitas urin sama
dengan faktor-faktor yang mempengaruhi berat jenis urin.
Nirogen urea darah (BUN) terbentuk dari urea, yang merupakan hasil
akhir dari metabolisme protein (keduanya dari otot dan masukan makanan).
Pemecahan asam amino menghasilkan amonia dalam jumlah besar, yang
diabsorpsi ke dalam aliran darah. Molekul amonia diubah menjadi urea dan
diekskresikan dalam urin. BUN normal adalah 10 sampai 20 mg/dl. (SI;3,5-7
mmol/L). Kadar BUN beragam sesuai haluaran urin. Faktor-faktor yang
meningkatkan BUN termasuk perdarahan GI, dehidrasi, peningkatan masukan
protein, demam, dan sepsis. Faktor-faktor yang menurunkan BUN termasuk

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 60


penyakit hati tahap akhir, dietrendah protein, kelaparan, dan kondisi-kondisi
lain yang menghasilkan perluasan volume cairan (mis: kehamilan).
Kreatinin merupakan hasil akhir dari metabolisme otot. Kreatinin
merupakan indikator fungsi ginjal yang lebih baik dibanding BUN karena
kreatinin tidak beragam karena masukan protein dan keadaan metabolik.
Kreatinin serum normal berkisar 0,6 sampai 1,5 mg/dl (SI;53-133 mmol/L);
meskipun demikian, konsentrasinya tergantung pada massa otot dan beragam
dari satu orang dengan orang lainnya.
Hematokrit mengukur presentasi volume sel darah merah (eritrosit)
dalam seluruh darah dan secara normal bervariasi dari 40% sampai 54% untuk
pria dan 37% sampai 47% untuk wanita. Kondisi-kondisi yang meningkatkan
hematrokit adalah dehidrasi dan polisitemia; kondisi yang menurunkan
hematrokitadalah overdehidrasi dan anemia.
Nilai natrium urin berubah sesuai dengan masukan natrium dan status
volume cairan (jika masukan natrium meningkat hasilnya adalah peningkatan
ekskresi dan jika volume cairan yang bersikulasi menurun, natrium
dipertahankan). Natrium urin normal berkisar antara 50 sampai 130 mEq/L (SI:
50-130 mmol/L). Natrium urin akan berjumlah kurang dari 20 mEq/L selama
periode kehilangan cairan dan lebih besar dari 40 mEq/L jika ginjal kehilangan
kemampuan untuk mempertahankan natrium dan memekatkan urin.

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 61


2.10 Gangguan pada Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit
2.10.1 Masalah Kebutuhan Elektrolit
1. Hiponatremia
Hiponatremia merupakan suatu keadaan kekurangan kadar natrium dalam
plasma drah yang ditandai dengan adanya kadar natrium dalam plasma
sebanyak < 135 mEq/lt, rasa haus berlebihan, denyut nadi yang cepat,
rasa cemas, takut, bingung, kejang perut, hipotensi, konvulsi dan
membran mukosa kering. Hiponatremia disebabkan oleh hilanya cairan
tubuh secara berlebihan.Dan dapat terjadi pada pasien yang mendapat
obat diuretik dalam jangka waktu yang lama tanpa terkontrol.
2. Hipernatremia
Merupakan suatu keadaan dimana kadar natrium dalam plasma tinggi
ditandai dengan adanya mukosa kering, oligari/anusia, turgor kulit buruk
dan permukaan kulit membengkak, kulit kemerahan, lidah kering, rasa
haus dan kemerahan, konvulsi, suhu badan naik, serta kadar natrium
dalam plasma lebih dari 145 mEq/lt. Kondisi demikian dapat disebabkan
karena dehidrasi, diare, pemasukkan air yang berlebihan sementara
asupan garan sedikit.
3. Hipokalemia
Merupakan suatu keadaan kekurangan kadar kalium dalam darah. Dan
dapat terjadi dengan sangat cepat. Kondisi ini sering terjadi pada pasien
yang mengalami diare berkepanjangan juga ditandai dengan melemahnya
denyut nadi, turunnya tekanan darah, tidak nafsu makan dan muntah-
muntah, perut kembung, lemah dan lunaknya otot tubuh, tidak
beraturannya denyut jantung, penurunan bising usus, dan turunnya kadar
kalium plasma hingga kurang dari 3,5 mEq/lt
4. Hiperkalemia
Merupakan suatu keadaan dimana kadar kalium dalam darah tinggi,
sering terjadi pada pasien luka bakar, penyakit ginjal, asidosis metabolik,
pemberian kalium yang berlebihan melalui intravena yang ditandai
dengan adanya mual, hiperaktivitas sistem pencernaan, aritmia,

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 62


kelemahan, sedikitnya jumlah urin dan diare, adanya kecemasan dan
iritabilitas serta kadar kalium dalam plasma mencapai lebih dari 5 mEq/lt.
5. Hipokalsemia
Merupakan kondisi kekurangan kadar kalsium dalam plasma darah yang
ditndai dengan adanya kram otot dan kram perut, kejang, bingung, kadar
kalsium dalam plasma kurang dari 4,3 mEq/lt, dan kesemutan pada jari
dan disekitar mulut yang dapat disebabkan oleh pengaruh pengangkutan
kelenjar pondok, serta kehilangan sejumlah kalsium karena sekresi
intestinal
6. Hiperkalsemia
Merupakan suatu keadaan kelebihan kadar kalsium dalam darah yang
dapat terjadi pada pasien yang mengalami pengangkatan kelenjar gondok
dan makan vitamin D secara berlebihan, ditandai dengan adanya nyeri
pada tulang, relaksasi otot, batu ginjal, mual-mual, koma, dan kadar
kalsium dalam plasma mencapai lebih dari 4,3 mEq/lt
7. Hipomagnesia
Merupakan kondisi kekurangan kadar magnesium dalam darah, ditandai
dengan adanya iritabilitas, disoriensi, dan konvulasi. Kadar magnesium
dalam darah mencapai kurang dari 1,3 mEq/lt
8. Hipermagnesia
Merupakan kondisi berlebihnya kadar magnesium dalam darah, ditandai
dengan adanya koma, gangguan pernapasan dan kadar magnesium
mencapai lebih dari 2,5 mEq/lt.

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 63


2.10.11 Gangguan Keseimbangan Cairan
Dalam keadaan normal, cairan tubuh berada dalam keseimbangan. Oleh
karna suatu sebab, keseimbangan cairan tubuh dapat mengalami gangguan.
1) Hipovolemik
Kondisi akibat kekurangan volume Cairan Ekstraseluler (CES), dan
dapat terjadi kehilangan melalui kulit, ginjal, gastrointestinal, pendarahan
sehingga menimbulkan syok hipovolemik (kehilangan air dari tubuh atau
jaringan atau keadaan yang merupakan akibat kehilangan air abnormal)..
Mekanisme kompensasi pada hipovolemik adalah peningkatan rangsangan saraf
simpatis (peningkatan frekuensi jantung, kontraksi jantung, dan tekanan
vaskuler), rassa haus, pelepasan hormone ADH dan aldosteron. Hipovolemik
yang berlangsung lama dapat menimbulkan gagal ginjal akut.
Gejala : pusing, lemah, letih, anoreksia, mual, muntah, rasa haus,
gangguan mental, konstipasi dan oliguria, penurunan tekanan darah, suhu
meningkat, turgor kulit menurun, lidah kering dan kasar, mukosa mulut kering.
Tanda – tanda penurunan brat badan akut , mata cekung pengosongan vena
jugularis. Pada bayi dan anak – anak adanya penurunan jumlah air mata.
Ada 3 macam kekurangan volume cairan eksternal atau dehidrasi yaitu:

1. Dehidrasi isotonik, terjadi jika tubuh kehilangan sejumlah cairan dan


elektrolit secara seimbang
2. Dehidrasi hipertonik, terjadi jika tubuh kehilangan lebih banyak air
daripada elektrolit
3. Dehidrasi hipotonik, terjadi jika tubuh kehilangan lebih banyak elektrolit
daripada air.

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 64


Selain jenis dehidrasi diatas kita juga mengenal macam dehidrasi
berdasarkan derajatnya :
1. Dehidrasi berat, dengan ciri-ciri
a. Pengeluaran/kehilangan cairan sebanyak 4-6lt
b. Serum natrium mencapai 159-166 mEq/lt
c. Hipotensi
d. Turgor kulit buruk
e. Oliguria
f. Nadi dan pernapasan meningkat
g. Kehilangan cairan mencapai > 10% BB
h. Kesadaran berkurang
i. Tidak buang air kecil
j. Tangan dan kaki menjadi dingin dan lembab
k. Denyut nadi semakin cepat dan lemah hingga tidak teraba
l. Tekanan darah menurun drastis hingga tidak dapat diukur
m. Ujung kuku, mulut, dan lidah berwarna kebiruan.
2. Dehidrasi sedang, dengan ciri-ciri:
a. Kehilangan cairan 2-4 lt atau antara 5-10% BB
b. Serum natrium mencapai 152-158 mEq/lt
c. Mata cekung
d. Tekanan darah menurun
e. Pingsan
f. Kontraksi kuat pada otot lengan, kaki, perut, dan punggung
g. Kejang
h. Perut kembung
i. Gagal jantung
j. Ubun-ubun cekung
k. Denyut nadi cepat dan lemah

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 65


3. Dehidrasi ringan dengan ciri-ciri kehilangan cairan mencapai 5% BB atau
1,5-2 lt.
a. Muka memerah
b. Rasa sangat haus
c. Kulit kering dan pecah-pecah
d. Volume urine berkurang dengan warna lebih gelap dari biasanya
e. Pusing dan lemah
f. Kram otot terutama pada kaki dan tangan
g. Kelenjar air mata berkurang kelembabannya
h. Sering mengantuk
i. Mulut dan lidah kering dan air liur berkurang

2) Hipervolume/Overhidrasi
Terdapat 2 manifestasi yang ditimbulkan akibat kelebihan cairan yaitu
hipervolume (peningkatan volume darah) dan edema (kelebihan cairan pada
interstisial). Secara umum, penambahan berat badan adalah petunjuk dari
kelebihan volume ECF, karena beberapa liter cairan dapat saja sudah tertimbun.
Pada klien dengan kelebihan volume cairan dapat terjadi penimbunan cairan
dalam rongga-rongga tubuhnya. Khususnya pada klien sirosis, cairan dapat
tertimbun pada rongga peritoneal (asites) akibat tekanan hidrostatik yang
meningkat pada pembuluh darah portal.
Tanda-tanda lain dari bertambahnya beban volume cairan adalah
peningkatan tekanan darah, denyut yang kuat, dan waktu pengosongan vena
tangan yang lambat. Distensi (pengembungan) vena jugularis dan meningkatnya
tekanan vena sentral merupakan tanda-tanda lain dari kelebihan volume cairan.
Normalnya cairan interstisial tidak terikat dengan air tetapi elastis dan
hanya terdapat diantara jaringan. Kelebihan cairan vaskuler meningkatkan
hidrostatik cairan dan akan menekan cairan ke permukaan interstisial
(penimbunan cairan berlebihan diantara sel-sel tubuh atau didalam berbagai
rongga tubuh (Robbins dan Kumar 1995).

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 66


Penambahan/kelebihan volume cairan CES dapat terjadi pada saat :
a) Stimulasi kronis ginjal untuk menahan natrium dan air
b) Fungsi ginjal abnormal, dengan penurunan ekskresi natrium
dan air
c) Kelebihan pemberian cairan
d) Perpindaha CIT ke plasma.

Gejala :
1. Berat badan naik sementara waktu
2% hipervolemi ringan
5% hipervolemi sedang
8% atau lebih hipervolemi berat
2. Edema perifer
3. Distensi vena jugularis
4. Asites dan efusi pleura
5. Bila sudah berat terjadi edema paru

Terdapat banyak sebab kehilangan cairan tubuh dan kandungan


elektrolit diantaranya kehilangan melalui kulit seperti diaforesis, luka bakar.
Kehilangan cairan tubuh melalui saluran pencernaan misalnya, muntah, diare,
drainase dari gastrik intestinal. Kehilangan cairan tubuh melalui saluran
perkemihan, misalnya diuresis osmotik, diabetes insipidus.
Pada anak, paru dan kapasitas vaskularnya kecil sehingga tidak mampu
menampung cairan dalam jumlah besar. Pada pasien tua, elastisitas pembuluh
daran menurun dan hanya mampu menampung sedikit cairan. Kelebihan cairan
ekstrasel dihubungkan dengan gagal jantung, sirosis hati dan kelainan ginjal.
Pada kelebihan ekstrasel, gejala yang sering ditimbulkan adalah edema
perifer, asites, kelopak mata membengkak, suara napas ronchi basah,
penambahan berat badan secara tidak normal/sangat cepat, dan nilai hematokrit
pada umumnya normal, akan tetapi menurun jika kelebihan cairan bersifat akut.

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 67


Dehidrasi sangat berbahaya terhadap keselamatan hidup manusia.
Tingkat keparahan yang ditimbulkan akibat dehidrasi tergantung pada seberapa
besar derajat dehidrasi yang dialaminya. Perawat harus mampu untuk
mengidentifikasi tingkat dehidrasi yang terjadi pada klien. Untuk
mengetahuinya ada beberapa cara yang dapat dilakukan. Pertama tingkat
keparahan dehidrasi dapat dihitung dari penurunan berat badan sebagaimana
dapat dilihat pada tabel berikut:

Penurunan berat badan sebagai indikator kekurangan cairan


Penurunan berat badan akut Keparahan defisit cairan
2-5% Ringan
5-10% Sedang
10-15% Berat
15-20% Fatal
Sumber: Horne dan Swearingen, 2001

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 68


Kedua, tingkat dehidrasi dapat dilihat dari tanda dan gejala yang ada
pada klien, Penilaian tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Penialian derajat dehidrasi berdasarkan tanda dan gejala pada klien
Penlaian A B C
Lihat: keadaan Baik, sadar Gelisah, rewel Lesu,
umum lunglai,
atau
tidak
sadar
Mata Normal Cekung Sangant
cekung
dan
kering
Air mata Ada Tidak ada Tidak
ada
Mulut dan Lidah Basah Kering Sangat
kering
Rasa haus Minun biasa, Haus, ingin Malas
tidak haus minu banyak minum
atau
tidak
bisa
minum
Turgor kulit Kembali cepat Kembali Kembali
lamban sangat
lamban
Hasil Tanpa Dehidrasi Dehidra
pemeriksaan dehidrasi ringan/sedang si berat
Sumber: Mansjoer, 2003

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 69


2.11 Keseimbangan Asam Basa
Dalam aktivitasnya, sel tubuh memerlukan keseimbangan asam basa.
Keseimbangan asam basa dapat diukur dengan pH (derajat keasaman). Dalam
keadaan normal, pH cairan tubuh adalah 7,35-7,45.
Keseimbangan asam basa dapat dipertahankan melalui proses
metabolisme dengan sistem buffer pada seluruh cairan tubuh dan oleh
pernapasan dengan sistem regulasi (pengaturan di ginjal). Tiga macam sistem
larutan buffer cairan tubuh adalah larutan bikarbonat, larutan buffer fosfat, dan
larutan buffer protein. Sistem buffer itu sendiri terdiri atas natrium bikarbonat
(NaHCO3), dan asam karbonat (H2Co3).
Tubuh menggunakan 3 mekanisme untuk mengendalikan keseimbangan
asam-basa darah:
1. Kelebihan asam akan dibuang oleh ginjal, sebagian besar dalam
bentuk amonia. Ginjal memiliki kemampuan untuk mengatur jumlah
asam atau basa yang dibuang, yang biasanya berlangsung selama
beberapa hari.
2. Tubuh menggunakan penyangga pH (buffer) dalam darah sebagai
pelindung terhadap perubahan yang terjadi secara tiba-tiba dalam pH
darah. Suatu penyangga ph bekerja secara kimiawi untuk
meminimalkan perubahan pH suatu larutan. Penyangga pH yang
paling penting dalam darah adalah bikarbonat. Bikarbonat (suatu
komponen basa) berada dalam kesetimbangan dengan
karbondioksida (suatu komponen asam). Jika lebih banyak asam
yang masuk ke dalam aliran darah, maka akan dihasilkan lebih
banyak bikarbonat dan lebih sedikit karbondioksida. Jika lebih
banyak basa yang masuk ke dalam aliran darah, maka akan
dihasilkan lebih banyak karbondioksida dan lebih sedikit bikarbonat.
3. Pembuangan karbondioksida.
Karbondioksida adalah hasil tambahan penting dari metabolisme
oksigen dan terus menerus yang dihasilkan oleh sel. Darah membawa
karbondioksida ke paru-paru dan di paru-paru karbondioksida
tersebut dikeluarkan (dihembuskan).

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 70


pusat pernafasan di otak mengatur jumlah karbondioksida yang
dihembuskan dengan mengendalikan kecepatan dan kedalaman pernafasan. Jika
pernafasan meningkat, kadar karbon dioksida darah menurun dan darah menjadi
lebih basa. Jika pernafasan menurun, kadar karbondioksida darah meningkat
dan darah menjadi lebih asam. Dengan mengatur kecepatan dan kedalaman
pernafasan, maka pusat pernafasan dan paru-paru mampu mengatur pH darah
menit demi menit.

2.11.1 Jenis Asam Basa


Cairan basa (alkali) digunakan untuk mengoreksi asidosis. Keadaan
asidosis dapat disebabkan oleh henti jantung dan koma diabetika. Contoh cairan
alkali natrium laktat dan natrium bikarbonat. Laktat merupakan garam dari
asam lemah yang dapat mengambil ion H dari cairan, sehingga mengurangi
keasaman (asidosis). Ion H diperoleh dari asam karbonat yang mana terurai
menjadi bikarbonat dan H. Selain sistem pernapasan, ginjal juga berperan untuk
mempertahankan asam basa yang sangat kompleks. Ginjal mengeluarkan ion
hidrogen dan membentuk ion bikarbonat sehingga PH darah normal. Jika
plasma turun dan menjadi lebih asam, ion hidrogen dikeluarkan dan bikarbonat
dibentuk kembali.

2.11.2 Masalah Keseimbangan Asam Basa


1. Asidosis Respiratorik
Merupakan suatu keadaan yang disebabkan oleh kegagalan sistem
pernapasan dalam membuang karbondioksida dari cairan tubuh sehingga,
terjadi kerusakan pada pernapasan, peningkatan PaCO2 arteri diatas 45
mmHg, dan penurunan PH hingga < 7,35 yang dapat disebabkan oleh
adanya penyakit obstruksi, trauma kepala, pendarahan, dll.
2. Asidosis Metabolik
Merupakan suatu keadaan kehilangan basa atau terjadinya penumpukkan
asam yang ditandai dengan adanya penurunan PH hingga kurang dari 7,35
dan HCO3 kurang dari 22 mEq/lt

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 71


3. Alkalosis Respiratorik
Merupakan suatu keadaan kehilangan CO2 dari paru-paru yang dapat
menimbulkan terjadinya PCO2 arteri < 35 mmHg dan PH > 7,45 akibat
adanya hiperventilasi, kecemasan, emboli paru, dan lain-lain.
4. Alkalosis Metabolik
Merupakan suatu keadaan kehilangan ion hidrogen atau penambahan basa
pada cairan tubuh dengan adanya peningkatan bikarbonat plasma > 26
mEq/lt dan PH arteri > 7,45 atau secara umum keadaan asam basa dapat
dilihat sebagaimana tabel berikut:

HCO3 Plasma PH Plasma PCO3 Plasma Gangguan


asambasa
Meningkat Menurun Meningkat Asidosis
respiratorik
Menurun Menurun Menurun Asidossis
metabolik
Menurun Meningkat menurun Alkalosis
respiratorik
Meningkat Meningkat Meningkat Alkalosis
metabolik

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 72


2.12 Penanganan Terkait Gangguan pada Pemenuhan Kebutuhan Cairan
dan Elektrolit

a. Tindakan Medis
Banyak tindakan medis yang berpengaruh pada keseimbangan
cairan dan elektrolit tubuh seperti : suction, nasogastric tube dan
lain-lain.

b. Pengobatan
Pengobatan seperti pemberian deuretik, laksative dapat
berpengaruh pada kondisi cairan dan elektrolit tubuh.

c. Pembedahan
Pasien dengan tindakan pembedahan memiliki resiko tinggi
mengalami gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh,
dikarenakan kehilangan darah selama pembedahan.

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 73


BAB III
Asuhan Keperawatan Klien dengan Pemenuhan Kebutuhan Cairan
dan Elektrolit

3.1 Pengkajian Keperawatan


3.1.1 Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan yang diperlukan dalam pengkajian meliputi asuhan
makanan dan cairan, haluaran cairan, tanda-tanda kehilangan atau kelebihan
cairan, tanda-tanda gangguan keseimbangan elektrolit, penyakit yang diderita,
obat atau tindakan yang dapat menyebabkan gangguan keseimbangan cairan.
Ketepatan pengkajian yang dilakukan perawat sangat berpengaruh
terhadap kualitas asuhan keperawatan yang dilakukannya. Terkait dengan
gangguan kebutuhan cairan dan elektrolit, maka ada beberapa aspek yang perlu
dikaji oleh perawat antara lain:
a. Aspek biologis, seperti:
1. Usia. Usia mempengaruhi distribusi cairan dan elektrolit dalam
tubuh. Oleh karena itu, pada saat mengkaji klien, perawat perlu
menghitung adanya perubahan cairan yang berhubungan dengan
proses penuaan dan perkembangan.
2. Jenis kelamin. Presentase cairan tubuh pada laki-laki berbeda
dengan wanita dimana wanita lebih sediki presentase cairan
tubuhnya dibandingkan laki-laki.
3. Berat badan. Perlu dikaji berat badan sebelum sakit dengan berat
badan saat sakit. Pengkajian ini diperlukan untuk mengukur
presentase penurunan berat badan dalam menentukan derajat
dehidrasi.
4. Riwayat kesehatan. Hal yang perlu dikaji antara lain riwayat
penyakit atau kelainan yang dapat menyebabkan gangguan
dalam homeostasis cairan dan elektrolit. Dikaji juga mengenai
terapi penyakit yang dijalani klien seperti mengkonsumsi obat-
obatan.

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 74


5. Tanda vital meliputi suhu, respirasi nadi dan tekanan darah.
Peningkatan suhu dapat menimbulkan kehilangan cairan dan
elektrolit karena adanya peningkatan insensible water loss
(IWL), sebaliknya penurunan suhu tubuh akan mengakibatkan
penurunan IWL.
Pengkajian terhadap respirasi meliputi frekuensi kedalaman pola napas
dan suara. Pengkajian terhadap respirasi meliputi frekuensi kedalaman pola
napas dan suara napas. Frekuensi napas yang cepat dapat menungkatkan IWL.
Napas yang cepat dan dalam mungkin merupakan kompensasi tubuh terhadap
asidosis metabolik yang terjadi. Suara napas bronchi, rales dapat menandakan
terbentuknya cairan dalam paru-paru karena kelebihan volume cairan.
Nadi dapat mengindikasikan volume cairan tubuh, nadi yang lemah
dapat menandakan kekurangan volume cairan karena penurunan volume
intravaskular. Sebaliknya, nadi kuat menandakan kelebihan volume cairan.
Tekanan darah perlu dikaji apakah terjadi peningkatan atau penurunan.
Pada penurunan tekanan darah dapat menandakan kekurangan volume cairan
karena penurunan isi sekuncup (stroke volume) dan ketidakseimbangan
elektrolit yang menyebabkan disritmia. Sedangkan peningkatan tekanan darah
dapat menandakan kelebihan volume cairan karena peningkatan isi sekuncup.
Selain itu, juga perlu dikaji intake dan output cairan klien.
6. Pemeriksaan Fisik
a. Sistem Kardiovaskular
Pengkajian pada sistem ini meliputi pengukuran distensi
vena jugularis, frekuensi denyut nadi, tekanan darah, bunyi
jantung, disritmia, dan lain-lain.
b. Sistem Pernapasan
Pengkajian pada sistem ini antara lain frekuensi pernapasan,
gangguan pernapasan seperi dispneu, rales, bronki.
c. Sistem Persarafan
Pengkajian pada sistem ini antara lain perubahan tingkat
kesadaran, gelisah, atau kekacauan mental, refleks-refleks

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 75


abnormal, perubahan neuromuskular seperti kesemutan,
fatigue
d. Sistem gastrointestinal
Pengkajian pada sistem ini antara lain meliputi riwayat
anoreksia, kram abdomen, abdomen cekung, abdomen
distensi, muntah, diare, hiperperistaltik.
e. Sistem Perkemihan
Pengkajian pada sistem perkemihan antara lain perlu dikaji
adakah oliguria atau anuria, berat jenis urine.
f. Sistem Muskuloskeletal
Pengkajian pada sistem ini antara lain adakah kram otot,
kesemutan, tremor, hipotonisitas atau hipertonisitas, refleks
tendon
g. Sistem Integumen
Pengkajian pada sistem ini antara lain suhu tubuh, turgor
kulit, kelembaban pada bibir, adanya edema.
b. Aspek Psikologis
Pada aspek psokologis ini perlu dikaji adanya masalah-masalah
perilaku atau emosional yang dapat meningkatkan resiko gangguan
cairan dan elektrolit
c. Aspek Sosiokultural
Pada aspek ini, perlu dikaji adanya faktor sosial, budaya, finansial,
atau pendidikan yang mempengaruhi terhadap terjadinya gangguan
pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit.
d. Aspek Spiritual
Perlu dikaji apakah klien mempunyai keyakinan, nilai-nilai yang
dapat mempengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit. Misalnya,
apakah klien mempunyai pantangan untuk tidak menerima trasfusi
darah manusia.

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 76


Pengkajian keperawatan secara umum pada pasien dengan gangguan
atau resiko gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit meliputi :
1. Kaji riwayat kesehatan dan keperawatan untuk identifikasi
penyebab gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
2. Kaji manifestasi klinik melalui
a. Cairan Hipotonis adalah cairan yang konsentrasi zat
terlarut/kepekataannya kurang
b. Timbang berat badan klien setiap hari
c. Monitor vital sign
d. Kaji intake output
3. Lakukan pemeriksaan fisik meliputi :
a. Kaji turgor kulit, hydration, temperatur tubuh dan
neuromuskuler irritability.
b. Auskultasi bunyi /suara nafas
c. Kaji prilaku, tingkat energi, dan tingkat kesadaran
4. Review nilai pemeriksaan laboratorium : Berat jenis urine, PH
serum, Analisa Gas Darah, Elektrolit serum, Hematokrit, BUN,
Kreatinin Urine.

Gejala dan tanda kekurangan volume cairan bergantung pada kecepatan


dan besarnya perubahan yang terjadi. Penurunan volume plasma dan volume
interstisial biasa terjadi pada kasus akut kolaps dan syok sirkulasi. Akan tetapi,
pada kebanyakan kasus, proses kekurangan volume cairan terjadi secara
perlahan-lahan.

Gejala lain yang didapatkan adalah sebagai berikut:


1. Gejala awal hipotensi ortostatik
2. Gejala lanjut meliputi hal-hal berikut ini:
a. Lesu, lemah, lelah dan anoreksia
b. Tatikardia sebagai upaya jantung mempertahankan perfusi
jaringan
c. Menurunnya urgor jaringan.

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 77


Penurunan volume interstisial menurun gejala yang didapatkan adalah
sebagai berikut:

1. Lidah, membran mukosa yang kering


2. Oliguria, terjadi akibat efek aldosteron yang dipacu oleh
berkurangnya volume
3. Penurunan berat badan merupakan gejala utama.

Nilai laboratorium yang biasa didapatkan adalah sebagai berikut:


1. Nilai hematokrit dan kadar protein serum yang meningkat
menyatakan jumlah cairan intravaskular yang berkurang
2. Konsentrasi natrium kemih < 10 mEq/l – 20 mEq/l
3. Meningkatnya nitrogen urea darah (BUN) dan kreatin plasma

3.1.2 Pengukuran Klinik


3.1.2.1 Pengukuran berat badan
Pengukuran berat badan harian menyediakan informasi yang relatif
akurat tentang status cairan sebab perubahan berat badan menunjukkan adanya
perubahan cairan akut. Setiap penurunan berat badan 1 kilogram menunjukkan
kekurangan cairan sebanyak 1 liter. Perubahan berat badan menunjukkan
terjadinya perubahan cairan pada seluruh kompartemen tubuh. Apabila
kehilangan atau kelebihan berat badan mencapai 5%-8% dari total berat
badan,ini mengindikasikan terjadinya kelebihan atau kehilangan cairan sedang
hingga berat.

Kehilangan air = berat badan normal - berat badan sekarang

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 78


3.1.2.2 Tanda Vital

Perubahan tanda vital mungkin mengindikasikan adanya


ketidakseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa, atau sebagai upaya
kompensasi dalam mempertahankan keseimbnangan dalam tubuh. Peningkatan
suhu tubuh menunjukkan kondisi dehidrasi, sedangkan takikardia merupakan
tanda pertama yang menunjukkan adanya hipovolemia akibat kekurangan
cairan.

3.1.2.3 Asupan dan Haluan

Pengukuran klinis ketiga yang tidak kalah penting adalah besarnya


asupan dan haluaran cairan. Pengukuran dan pencacatan asupan dan haluaran
cairan 24 jamdiperlukan sebagai data dalam menentukan keseimbangan cairan
tubuh. Perawat harus memberikan informasi pada klien, keluarga, dan seluruh
tenaga kesehatan tentang perlunya perhitungan asupan dan haluaran cairan yang
akurat.

3.1.3 Pengkajian Fisik


Pengkajian fisik meliputi sistem yang berhubungan dengan masalah
cairan dan elektrolit, seperti sistem integumen (status turgo kulit dan edema),
sistem kardiovaskuler (tekanan darah, dan bunyi jantung), sistem pengalihan
(kondisi dan cairan mata), sistem neurologi (gangguan sensorik atau motorik,
status kesadaran, dan adanya refleks).

3.1.4 Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium dan diagnostik lainnya dapat berupa


pemeriksaan kadar elektrolit (natrium, kalium, klorida, berat jenis urine, analisis
gas darah dan lain-lain).

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 79


3.1.5 Menentukan Status Hidrasi
Hal penting yang harus diketahuii sebelum melakukan tindakan
pemberian cairan parenteral adalah mengetahui secara pasti status hidrasi
penderita. Status hidrasi dapat diduga secara empiris melalui anamnesa terarah
dan pemeriksaan fisik secara teliti. Pemilihan dan pemberian pertama cairan
parenteral dapat secara empiris, yang kemudian disesuaikan dengan hasil
pemeriksaan elektrolit atau hasil laboratorium lainnya yang mengarahkan
kepada pemilihan akurat jenis cairan.

Terapi cairan awal secara empiris tentu berdasar dari anamnesa dan
pemeriksaan fisik yang mungkin dapat menjelaskan mengenai status hidrasi
saat itu yang mungkin mengakibatkan terjadinya retensi cairan dan garam (salt
and water retention) seperti pada :gagal jantung, gangguan fungsi ginjal,
gangguan fungsi hati, berat badan terakhir, asites, edema tungkai. Atau keadaan
status kesehatan yang memberikan gambaran kekurangan cairan (water
depletion) seperti : muntah, diare, poliurua, demam berkepanjangan,
berkeringat lebih. Bila terjadi kehilangan cairan akut, terutama akan
mengakibatkan kehilangan cairan ekstraseluler. Penurunan berat badan sebesar
2%, berakibat kehilangan cairan ECF sebesar 10% dan bergejala rasa haus dan
oliguria. Penurunan berat badan sebesar 4%, berakibat kehilangan cairan ECF
sebesar 20% dan bergejala takikardia dan hipotensi postural. Penurunan berat
badan sebesar 6%, berakibat kehilangan cairan ECF sebesar 30% dan dapat
mengakibatkan terjadinya renjatan (shock) .

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 80


Berikut ini terdapat parameter sederhana yang dapat menjelaskan besar
volume cairan yang hilang beserta tanda dan gejala klinis penyertanya.

Kehilangan Cairan
Tanda (Dinyatakan dalam Persentase Berat Badan )
5% 10% 15%
Membran Kering Sangat kering Panas & kering
mukosa (parched)
Normal Letargi Melambat
Sensoris
Ringan Ada Jelas
Perubahan
ortostatik pada
denyut nadi
atau tekanan Menurun sedikit Menurun Sangat
darah menurun
Normal atau Meningkat
Laju aliran urine meningkat Sangat
meningkat
Denyut nadi

3.1.6 Cara menghitung Kebutuhan Cairan dalam 24 jam

Rumus Menghitung IWL ( Insensible Water Loss)


a. Rumus menghitung balance cairan

CM – CK = IWL
Ket:
CM : Cairan Masuk
CK: Cairan Keluar

b. Rumus IWL
IWL = (15 x BB )
24 jam

Contoh: Tn.A BB 60 kg dengan suhu tubuh 37⁰C


IWL = (15 x 60 ) = 37,5 cc/jam
24 jam

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 81


Dalam 24 jam  37,5 x 24 = 900cc

c. Rumus IWL Kenaikan Suhu

[(10% x CM) x jumlah kenaikan suhu] + IWL normal


24 jam

Contoh: Tn.A BB 60kg, suhu= 39⁰C, CM= 200cc

IWL = [(10%x200) x (39⁰C-37⁰C)] + 37,5cc


24 jam

= (20x2) + 37,5cc
24

= 1,7 + 37,5 = 39cc/jam

3.1.7 Cara Menghitung Tetesan Cairan Infus

a. Dewasa: (makro dengan 20 tetes/ml)


Tetes Infus Macro = 1 cc = 20 tts/mnt
tts/mnt = (jmlh cairan x 20 ) / (lama infus x 60)
Lama Infus Macro
lama infus = (jmlh cairan x 20) / (tts/mnt x 60)

1. Tetesan/menit = jumlah cairan yang masuk


Lamanya infus (jam) x 3
2. Tetesan/menit = Σ kebutuhan cairan x factor tetesan
Lama infuse (jam) x 60 menit

Keterangan :
Faktor tetesan infus bermacam-macam, hal ini dapat dilihat pada label
infus (10 tetes / menit, 15 tetes / menit dan 20 tetes / menit)
Contoh :
seseorang pasien dewasa memerlukan rehidrasi dengan 1000 ml (2 botol (1
botol= 500 cc)) infus dalam waktu satu jam, maka tetesan per menit adalah:
jumlah tetesan/menit: 1000 = 20 tetes/menit
1x 3

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 82


b. Anak:
Tetes Infus Micro = 1 cc = 60 tts/mnt
tts/mnt = (jmlh cairan x 60) / (lama Infus x 60)
Lama Infus Micro
lama infus = (jmlh cairan x 60) / (tts/mnt x 60)

tetesan permenit (mikro) = jumlah cairan yang masuk


lamanya infus (jam)

contoh: seorang pasien neonatus memerlukan rehidrasi dengan 250 ml


infus dalamwaktu 2 jam, maka tetesan per menit adalah:
jumlah tetesan/menit: 250 =125 tetes mikro/menit
2

3.1.7 Mampu Menghitung Intake dan Output Cairan


1) Intake Cairan
Selama aktivitas dan temperatur yang sedang seorang dewasa minum
kira-kira 1500 ml per hari, sedangkan kebutuhan cairan tubuh kira-kira 2500 ml
per hari sehingga kekurangan sekitar 1000 ml per hari diperoleh dari makanan,
dan oksidasi selama proses metabolisme.

Tabel 2.1 kebutuhan intake cairan berdasarkan umur dan berat badan
No. Umur BB (kg) Kebutuhan Cairan (ml)
1. 3 hari 3 250 – 300
2. 1 tahun 9,5 1150 – 1300
3. 2 tahun 11,8 1350 – 1500
4. 6 tahun 20 1800 – 2000
5. 10 tahun 28,7 2000 – 2500
6. 14 tahun 45 2200 – 2700
7. 18 tahun 54 2200 – 2700

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 83


Hal yang perlu diperhatikan :
a) Rata-rata intake cairan perhari:
1. Air minum : 1500-2500 ml
2. Air dari makanan : 750 ml
3. Air hasil metabolisme oksidatif : 300 ml

2) Output Cairan
Kehilangan cairan tubuh melalui empat rute (proses) yaitu
a. Urine: dalam kondisi normal output urine sekitar 1400-1500 ml per 24
jam, atau sekitar 30-50 ml per jam pada orang dewasa.
b. IWL (Insesible Water Loss): IWL terjadi melalui paru-paru dan kulit.
Pada orang dewasa normal kehilangan cairan tubuh melalui proses ini
adalah berkisar 300-400 ml per hari, tetapi bila proses respirasi atau suhu
tubuh meningkat maka IWL dapat meningkat.
c. Keringat
d. Feses
Pengeluaran air melalui feses berkisar antara 100-200 ml per hari

b) Rata-rata output cairan perhari:


1. Urine : 1-2 cc/KgBB/Jam (1400-1500 cc)
2. Insensible Water Loss (IWL) : 1. Dewasa: IWL= 10-15 cc/KgBB/Hari
a. Paru : 350 -400 ml
b. Kulit: 350 400 ml
: 2. Anak-anak:
IWL= 30-umur (th) cc/KgBB/hari
3. Dewasa:
IWL = 15 cc/kg BB/hari.
: 4. Bila ada kenaikan suhu:
IWL= 200 (suhu sekarang-36,8o C)
4. Feses : 100-200 ml
5. Keringat : 100 ml

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 84


3). Perhitungan Intake & Output

INTAKE (RANGE) OUTPUT (RANGE)


Air (ml)
1. Air minum = 1400-1800 1. Urine = 1400-1800
2. Air dalam makanan = 700-1000 2. Faeces = 100
3. Air hasil oksidasi = 300-400 3. Kulit = 300-500
4. Paru = 600-800
TOTAL = 2400-3200
TOTAL =2400-3200
Natrium (Meq) = 700 (50-100) 1. Urine = 65 (50-100)
2. Faeces = 5 (2-20)
3. Urine = 90 (50-120)
Kalium (Meq) = 100 (50-120) 4. Faeces = 10 (2-40)
5. Urine = 10 (2-20)
6. Faeces = 20 (2-50)
Maknesium (Meq) = 30 (5-60)

Kalium (Meq) = 15 (2-50) 1. Urine = 3 (0-10)


2. Faeces = 12 (2-30)

Protein (g) = 55 (30-80)


Netrogen (g) = 8 (4-12)
Kalori = 1800-3000
Catatan :Kehilangan cairan melalui kulit (difusi) & paru disebut Insensible Loss
(IWL).

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 85


Bila ingin mengetahui “Insensible Loss (IWL)” maka kita dapat menggunakan
penghitungan sebagai berikut:

a. Dewasa = 15 cc/kg BB/hari


b. Anak = (30 – usia (th)) cc/kg BB/hari

Jika ada kenaikan suhu :


IWL = 200 (suhu badan sekarang – 36.8C)

Total TBW = 60% / BB (45%-75% / BB)

Cairan Tubuh dibagi :


1. Cairan Intraselular = 2/3 TBW (40%).
2. Cairan Ekstraseluler = 20 % BB
a. Cairan Intravasculer (plasma) = 5%
b. Cairan Interstitial = 15%
c. Cairan Transceluler = 1-3 %

Perbandingan CIS dengan CES


a. Dewasa = 2:1
b. Anak-Anak = 3:2
c. Bayi = 1:1

Jumlah Cairan Tubuh :


1. Dewasa = 45%-75% / BB
Pria = 60 %
Wanita = 55%
2. Anak & Bayi = 75%
Konsentrasi cairan elektrolit dihitung dengan

Rumus : M.Eq/L = Mg % x 10 x 1

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 86


3.1.8 Mengobservasi Status Asam Basa
Tabel 1 :Beberapa Asam yang ada di Sekitar
Nama Asam Fungsi
a) Asam dalam tubuh ( lambung)  Mematikan bakteri dalam
asam klorida makanan.
 Menciptakan kondisi yang
sesuai untuk memulai
pencernaan protein.
b) Asuhan dalam industri:
 Asam sulfat  Membuat pupuk
 Asam nitrat
 Baterai mobil
 Asam klorida  Bahan peledak
 Membersihkan logam pada
proses penyepuhan.
c) Asam dalam obat-obatan:
 Asam berat  Pencuci mata
 Asam aspirin  Meredakan sakit kepala
 Asam cuka  Mengobati sengatan tawon
(basa dan sengatan tawon
dinetralkan dengan asam
cuka).
d) Asam dilaboraturium asam  Membuat suasana asam dalam
klorida, asam sulfat, asam larutan.
asetat, asam nitrat.  Menetralkan larutan yang
bersifat basa.
 Untuk direaksikan dengan zat
lain.
e) Asam dalam makanan asam  Mengawetkan makanan
benzoat, asam propionat, asam
sorbat.

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 87


Tabel 2: beberapa basa dan fungsi
Nama basa Fungsi
a. Basa dalam pembersih
rumah tangga
 Melarutkan lemak dan
 Soda api (natrium minyak sehingga dapat
hidroksida) digunakan untuk membuka
saluran bak mandi yang
mampet.
 Membersihkan oven
pemanggangan
 Menghancurkan selulosa,
sehingga dapat membuka
saluran toilet yang tertutup
 Kalsium hidroksida bahan tisu dan kertas.

 Bahan membuat bangunan


yang terdapat pada semen.
 Amonia
 Membersihkan kaca
 Membersihkan muka
b. basa dalam industri:
 kalium hidroksida  Menetralkan tanah pertanian
dan natrium yang kelebihan asam
hidroksida.
 Bahan untuk membuat
sabun, kertas, dan rayon.

 Bahan untuk membuat


 Kalsium hidroksida pemutih

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 88


3.2 Diagnosis Keperawatan

1. Kekurangan volume cairan


Penurunan cairan intravaskular, interstisial, dan/ atau intraseluler. Ini
mengacu pada dehidrasi. Kehilangan cairan saja tanpa perubahan pada
natrium.
a. Batasan karakteristik
Subjek
1. Haus
Obkektif
1. Perubahan status mental
2. Penurunan tekanan darah
3. Penurunan volume dan tekanan nadi
4. Penurunan turgor kulit atau lidah
5. Penurunan haluaran urine
6. Kulit / membran mukosa kering
7. Hematokrit dan suhu tubuh meningkat
8. Frekuensi nadi meningkat
9. Frekuensi nadi meningkat
10. Konsentrasi urine meningkat
11. Penurunan berat badan yang tiba-tiba
12. Kelemahan

Mayor: 1. Ketidakcukupan asuhan cairan per oral


2. Peningkatan konsentrasi urin
3. Penurunan berat badan
4.Kulit/ membran mukosa kering
5. Kelemahan
Minor: 1. Peningkatan natrium serum
2. Penurunan haluan urin/berlebihan
3. Urin pekat/sering berkemih
4. Penurunan turgor kulit
5. Haus, mual

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 89


b. Faktor yang berhubungan
1. Berhubungan dengan haluaran urine berlebihan, sekunder
akibat diabetes insipidis
2. Berhubungan dengan peningkatan pemeobilitas kapiler
dan kehilangan cairan melalui evaporasi akibat luka bakar
3. Berhubungan dengan kehiangan cairan, sekunder akibat
demam
4. Berhubungan dengan mual, muntah
5. Berhubungan dengan masalah diet.
6. Kegagalan mekanisme regulasi
7. Kehilangan volume cairan aktif
8. Kegagalan mekanisme pengaturan
9. Asupan cairan yang tidak adekuat
10. Peningkatan permeabilitas kapiler dan hilangnya evaporasi
pada pasien luka bakar/meningkatnya kecepatan
metabolisme
11. Pengeluaran cairan secara berlebihan
12. Pendarahan

2. Kelebihan volume cairan


Peningkatan Retensi Cairan Isotonik
a. Batasan karakteristik
Subjektif
1. Ansietas
2. Dispneu
Objektif
1. Bunyi napas tidak normal
2. Perubahan elektrolit
3. Ansietas
4. Perubahan tekanan darah
5. Perubahan status mental
6. Perubahan pola respirasi

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 90


7. Penurunan hemoglobin dan hematokrit
8. Edema
9. Asupan melebihi haluaran
10. Distensi vena jugularis
11. Oliguria
12. Orthopnea
13. Kongesti paru
14. Gelisah
15. Bunyi jantung S3
16. Pertambahan berat badan
Mayor: 1. Edema
2. Kulit tegang, mengilap
3.Gangguan Elektrolit
4.Dispnea
5. Asupan melebihi haluaran
6. Oliguria
Minor: 1. Asupan melebihi halauaran
2. Sesak nafas
3. Kenaikan berat badan
4. Ansietas
5. Perubahan Tekanan Darah
6. Gelisah

b. Faktor yang berhubungan


1. Berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi cairan,
sekinder akibat gagal jantung
2. Berhubungan dengan peningkatan preload, penurunan
kontraktilitas dan penurunan curah jantung
3. Berhubungan hipertensi porta, tekanan osmotoik koloid plasma
yang rendah, retensi natrium, sekunder akibat penyakit hepar,
sirosis hepatis, asites dan kanker

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 91


4. Berhubungan dengan retensi natrium dan air, sekunder akibat
penggunaan kontikosteroi
5. Berhubungan dengan kelebihan asupan natrium atau cairan
6. Gangguan mekanisme pengaturan
7. Asupan cairan yang berlebihan
8. Asupan natrium yang berlebihan
9. Disfungsi ginjal, gagal jantung, retensi natrium, imobilitas, dan
aktivitas lainnya.
10. Penurunan mekanisme regulator akibat kelainan pada ginjal
11. Penurunan curah jantung akibat penyakit jantung
12. Gangguan aliran balik vena akibat penyakit vaskular
perifer/trombus
13. Tekanan osmotik koloid yang rendah.

3. Gangguan keseimbangan elektrolit


Perubahan kadar elektrolit serum yang dapat mengganggu kesehatan
a. Batasan karakteristik
mayor: 1. Perubahan kadar kalium
2.Kelebihan volume cairan
3.Gangguan mekanisme regulasi
4.Defisiensi volume cairan
5.Disfungsi Ginjal
minor: 1. Aritmia
2. Kram tungkai
4. Mual
5. Muntah
6. Hipertensi
7. Bradikardia
8. Kesemutan

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 92


b. Faktor yang berhubungan
1. Berhubungan kerusakan jaringan sekunder akibat trauma panas
2. Berhubungan dengan pengeluaran kalium berlebihan karna
muntah,diare,
3. Berhubungan dengan gangguan regulasi elektrolit
4. Berhubungan dengan diet tinggi-kalium/rendah-kolon

3.4 Diagnosa Keperawatan


a. Diagnosa Hipovolemi
1. Aktual atau resiko tinggi gangguan volume cairan, syok,
hipovolemi yang berhubungan dengan pengeluaran cairan
berlebih sebagai akibat sekunder dari diare, muntah-muntah,
perdarahan, diaforesis, luka bakar luas, dan pemakaian diuretik
tak terkontrol
2. Aktual/resiko tinggi penurunan kesadaran yang berhubungan
dengan penurunan tekanan darah, penurunan volume plasma, dan
penurunan cairan ke jaringan serebral.

b. Diagnosa Hipervolemi
1. Aktual/resiko tinggi pola napas tidak efektif yang berhubungan
dengan pengembangan paru tidak optimal, perembesan cairan,
kongesti paru sekunder, perubahan membran kapiler alveoli dan
retensi cairan interstisial
2. Aktual/resiko tinggi kelebihan volume cairan yang berhubungan
dengan penurunan perfusi organ
3. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan edema sistemik,
kelelahan, kelemahan.

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 93


3.4 Intervensi dan Implementasi Keperawatan
a. Proses Keperawatan klien dengan Hipovolemi
Kekurangan volume ECF atau hipovolemi didefinisikan sebagai
kehilangan cairan tubuh isotonik yang disertai kehilangan natrium dan air
dalam jumlah yang relatif sama.
Kekurangan volume isotonik seringkali disalah artikan sebagai
dehidrasi, suatu istilah yang seharusnya hanya digunakan untuk kehilangan air
murni relatif yang mengakibatkan hipernatremia.
1. Aktual/resiko tinggi gangguan volume cairan, syok, hipovolemi yang
berhubungan dengan pengeluaran cairan berlebih sebagai akibat sekunder
dari diare, muntah-muntah, perdarahan, diaforesis, luka bakar luas, dan
pemakaian diuretik tak terkontrol.
Tujuan: dalam waktu 1x24 jam gangguan volume dan syok hipovolemik dapat
teratasi
Kriteria: klien tidak mengeluh pusing, membran mukosa lembab, turgor kulit
normal, TTV dalam batas normal, CRT < 3 detik, urine >600ml/hari.
Laboratorium: Nilai hematokrit dan protein serum meningkat, BUN/kreatin
menurun
Pemantauan status cairan (turgor kulit, Jumlah tipe cairan pengganti
membran mukosa, dan pengeluaran urine) ditentukan dari keadaan status
cairan. Penurunan volume cairan
mengakibatkan menurunnya
produksi urine, pemantauan yang
ketat pada produksi urine < 600
ml/hari karena merupakan tanda-
tanda terjadinya syok
kardiogenik
Kaji sumber-sumber kehilangan cairan Kehilangan cairan bisa berasal
dari faktor ginjal dan luar ginjal.
Penyakit yang mendasari
terjadinya kekurangan volume
cairan ini juga harus diatasi.

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 94


Pendarahan harus dikendalikan,
muntah dapat diatasi dengan
obat-obat antiemetik dan diare
dengan anti diare.
Auskultasi TD, Bandingkan kedua lengan, Hipotensi dapat terjadi pada
ukur dalam keadaan berbaring, duduk atau hipovolemi yang memberikan
berdiri bila memungkinkan manifestasi sudah terlibatnya
sistem kardiovaskular untuk
melakukan kompensasi
mempertahankan tekanan darah.
Kaji warna kulit, suhu, sianosis, nadi Mengetahui adanya pengaruh
perifer, dan diaforesis secara teratur. adanya peningkatan tahanan
perifer
Pantau frekuensi jantung dan irama Perubahan frekuensi dan irama
jantung menunjukkan komplikasi
disritmia
Kolaborasi Jalur yang paten penting untuk
1. Pertahankan pemberian cairan pemberian cairan cepat dan
secara intravena memudahkan perawat dalam
2. Pemberian kortikosteroid melakukan kontrol intake dan
output cairan.
Efek kortokosteroid yang
menahan cairan dapat
menurunkan bertambahnya
cairab yang keluar.

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 95


2. Aktual/resiko tinggi penurunan kesadaran yang berhubungan dengan
penurunan tekanan darah, penurunan volume plasma, dan penurunan cairan
ke jaringan serebral.
Tujuan: dalam waktu 2x24 jam tidak terjadi penurunan tingkat kesadaran dan
dapat mempertahankan curah jantung secara adekuat guna meningkatkan perfusi
jaringan otak
Kriteria: klien tidak mengeluh pusing, TTV dalam batas normal, sesak, mual
muntah, tanda diaforeis dan pucat/sianosis hilang, akral hangat, kulit segar,
irama denyut sinus, produksi urine > 30ml/hari, respon verbal baik, EKG
normal, BUN/ kreatin normal
Kaji status mental klien secara teratur Mngetahui derajat hipoksia pada
otak
Observasi perubahan sensori dan tingkat Bukti aktual terhadap penurunan
kesadaran pasien yang menunjukkan aliran darah ke jaringan serebral
penurunan perfusi otak (gelisah, bingung, adalah adanya perubahan respon
apatis, dan somnolen) sensori dan penurunan tingkat
kesadaran. Pada fase akut
kegagalan harus dilakukan
pengawasan yang ketat
Kurangi aktivitas yang merangsang Respon valsava akan
timbulnya respon valsava meningkatkan beban jantung,
sehingga akan menurunkan curah
jantung ke otak
Catat adanya keluhan pusing Keluhan pusing merupakan
manifestasi penurunan suplai
darah ke jaringan otak yang
parah
Pantau frekuensi dan irama jantung Perubahan frekuensi dan irama
jantung menunjukkan komplikasi
disritmia
Jangan memberikan digitalis bila Efek dari toksisitas digitalis
didapatkan perubahan denyut dan bunyi dengan peningkatan denyut

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 96


jantung atau perkembangan toksisitas jantung dapat merangsang
digitalis. terjadinya disritmia, sehingga
memerlukan pengawasan yang
lebih ketat untuk menghindari
penurunan tingkat kesadaran.
Kolaborasi: Jalur yang paten penting untuk
1. Pertahankan cara masuk heparin pemberian obat darurat. Tujuan
(IV) sesuai indikasi dan penanganan kekurangan
volume cairan isotonik adalah
untuk mencapai normovolemia
serta memulihkan keadaan yang
berhubungan dengan
ketidakseimbangan asam basa
dan elektrolit

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 97


b. Proses Keperawatan Klien dengan Hipervolemi
Hipervolemi merupakan suatu ketidakseimbangan yang
mempengaruhi cairan ekstraseluler, dimana terjadi pertambahan natrium dan air
dalam jumlah yang relatif sama, sehingga terjadi kelebihan volume ECF
Tujuan dari intervensi ini adalah tidak terjadi perubahan pola napas
pada klien, tidak terjadi kelebihan volume sistemik, dan meningkatnya
kebutuhan aktivitas klien.
1. Aktual/resiko tnggi pola napas tidak efektif yang berhubungan dengan
pengembangan paru tidak optimal, kelebihan cairan di paru sekunder akibat
edema paru akut
Tujuan: dalam waktu 3x24 jam tidak terjadi perubahan pola napas
Kriteria: klien tidak sesak napas, RR dalam batas normal 16-20x/menit, respon
batuk berkurang
Auskultasi bunyi napas ( krakles) Indikasi edema paru, sekunder
akibat dekompensasi jantung
Kaji adanya edema Curiga gagal kongstif /kelebihan
volume cairan
Istirahatkan klien dengan posisi flower Posisi flower akan
meningkatkan ekspansi paru
optimal. Istirahat akan
mengurangi kerja jantung,
meningkatkan tenaga cadangan
jantung,dan menurunkan
tekanan darah. Lamanya
berbaring juga merangsang
diuresis akan berbaring akan
memperbaiki perfusi ginjal.
Istirahat juga mengurangi kerja
otot pernapasan dan penggunan
oksigen. Frekuensi jantung
menurun, sehingga dapat
memperpanjang periode diastole

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 98


pemulihan dan memperbaiki
efisisensi kontraksi jantung
Manajemen lingkungan: lingkungan tenang Lingkungan tenang akan
dan batasi pengunjung menurunkan stimulus nyeri
eksternal dan pembatasan
pengunjung akan membantu
meningkatkan kondisi oksigen
ruangan yang akan berkurang
apabila banyak pengunjung yang
berada diruangan sedikit
Ukur intake dan output Penurunan curah jantung
mengakibatkan gagguan perfusi
ginjal, retensi natrium/air dan
penurunan pengeluaran urine
Timbang berata badan Perubahan tiba-tiba pada berat
badan menunjukkan gangguan
keseimbangan cairan
Pertahankan pemasukkan total cairan Memenuhi kebutuhan cairan
2000ml/24 jam dalam toleransi tubuh orang dewasa, tetapi
kardiovaskular memerlukan pembatasan dengan
adanya dekompensasi jantung
Kolaborasi: Natrium meningkatkan retensi
1. Berikan diet tanpa garam cairan dan meningkatkan
volume plasma yang berdampak
terhadap peningkatan beban
kerja jantung dan akan
meningkatkan kebutuhan
miokardium meningkat
2. Berikan diuretik Diuretik bertujuan untuk
menurunkan volume plasma dan
retensi cairan di jaringan,
sehingga menurunkan resiko

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 99


terjadinya edema paru
3. Pantau data laboratorium elektrolit Hipokalemia dapat membatasi
kalium keefektifan terapi

2. Aktual/resiko tinggi kelebihan volume cairan yang berhubungan dengan


kelebihan cairan sistemik, perembesan cairan interstisial di sistemik
sekunder dari penurunan curah jantung dan gagal jantung kanan
Tujuan: dalam waktu 3x24 jam tidak terjadi kelebihan volume cairan sistemik
Kriteria: klien tidak sesak napas, edema ekstremitas berkurang, pitting edema
(-), produksi urine > 600ml/hari
Kaji adanya edema ekstremitas Curiga gagal kongstif /kelebihan
volume cairan
Kaji tekanan darah Sebagai salah satu cara untuk
mengetahui peningkatan jumlah
cairan yang dapat diketahui
dengan meningkatkan beban
kerja jantung yang dapat
diketahui dari meningkatnya
tekanan darah
Kaji distensi vena jugularis Peningkatan cairan dapat
membebani fungsi ventrikel
kanan yang dapat dipantau
melalui pemeriksaan tekanan
vena jugularis
Ukur intake dan output Penurunan curah jantung
mengakibatkan gagguan perfusi
ginjal, retensi natrium/air dan
penurunan pengeluaran urine
Timbang berat badan Perubahan tiba-tiba pada berat
badan menunjukkan gangguan
keseimbangan cairan

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 100


Berikan oksigen tambahan dengan nasal Meningkatkan sediaan oksigen
kanul/masker sesuai dengan indikasi untuk kebutuhan miokardium
untuk melawan efek
hipoksia/iskemia
Kolaborasi: Natrium meningkatkan retensi
1. Berikan diet tanpa garam cairan dan volume plasma yang
berdampak terhadap
peningkatan beban kerja
jantung, sehingga kebutuhan
miokardium meningkat
2. Berikan diuretik Diuretik bertujuan untuk
menurunkan volume plasma dan
retensi cairan di jaringan,
sehingga menurunkan resiko
terjadinya edema paru
3. Pantau data laboratorium elektrolit Hipokalemia dapat membatasi
kalium keefektifan terapi

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 101


3. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai oksigen ke jaringan dengan kebutuhan sekunder dari penurunan curah
jantung
Tujuan: aktivitas sehari-hari klien terpenuhi dan meningkatnya kemampuan
beraktivitas
Kriteria: klien menunjukkan kemampuan beraktivitas tanpa gejala-gejala yang
berat, terutama mobilisasi ditempat tidur.
Catat frekuensi jantung serta irama dan Respon klien terhadap aktivitas
perubahan tekanan darah selama dan dapat mengindikasi penurunan
sesudah aktivitas oksigen miokard
Tingkatkan istirahat, batasi aktivitas, dan Menurunkan kerja
berikan aktivitas senggang yang tidak berat miokard/konsumsi oksigen
Anjurkan untuk menghindari peningkatan Dengan engejan dapat
tekanan, abdomen misal mengejan saat mengakibatkan brakikardia,
defekasi menurunkan curah jantung, serta
tatikardia dan peningkatan TD
Jelaskan pola peningkatan bertahap dari Aktivitas yang maju memberikan
tingkat aktivitas, contoh bangun dari kursi kontrol jantung, meningkatkan
bila tak ada nyeri, ambulasi, dan istirahat regangan, dan mencegah
selama i jam setelah makan aktivitas berlebih

Pertahankan klien untuk tirah baring Untuk mengurangi beban jantung


sementara sakit akut
Tingkatkan klien duduk dikursi dan Untuk meningkatkan aliran vena
tinggikan kaki klien balik
Pertahankan rentang gerak pasif selama Meningkatkan kontraksi otot
sakit kritis sehingga membantu aliran vena
balik
Evaluasi tanda vital saat kemajuan Untuk mengetahui fungsi jantung
aktivitas terjadi bila dikaitkan dengan aktivitas
Berikan waktu istirahat diantara waktu Mendapatkan cukup waktu
aktivitas resolusi bagi tubuh dan tidak

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 102


terlalu memaksa kerja jantung
Pertahankan penambahan oksigen sesuai Untuk meningkatkan oksigenasi
kebutuhan jaringan
Selama aktivitas kaji EKG, dispneu, Melihat dampak dari aktivitas
sianosis, peningkatan kerja dan frekuensi terhadap fungsi jantung
napas, serta keluhan subjektif
Berikan diet sesuai kebutuhan (pembatasan Untuk mencegah retensi cairan
air dan natrium) dan edema akibat penurunan
kontraktilitas jantung
Rujuk ke program rehabilitasi jantung Meningkatkan jumlah oksigen
yang ada untuk pemakaian
miokardium sekaligus
mengurangi ketidaknyamanan
karena iskemia.

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 103


Asuhan Keperawatan Masalah Keseimbangan Elektrolit
1. Kekurangan Natrium (Hiponatremia)
Hiponatremia mengacu pada kadar natrium serum yang kurang dari
normal (kurang dari 135 mEq/L; SI: 135 mmol/L). Konsentrasi natrium plasma
menggambarkan rasio natrium tubuh total terhadap air tubuh total. Penurunan
rasio ini dapat terjadi dari kuantitas natrium tubuh total yang rendah dengan
penurunan yang lebih sedikit pada air tubuh total, kandungan natrium tubuh
total yang normal dengan air tubuh total berlebihan, dan natrium tubuh total
yang berlebihan dengan air tubuh total yang jauh lebih berlebihan. Meskipun
demikian keadaan hiponatremia dapat menyertai kekurangan volume cairan
(FVD) atau kelebihan volume cairan (FVE).
Natrium mungkin hilang melaui muntah, diare, fistula, atau berkeringat,
atau mungkin dihubungkan dengan diuretik, terutama pada kombinasi dengan
diet rendah garam. Difisiensi aldosteron, seperti yang terjadi pada insufisiensi
adrenal, juga meningkatkan kecenderungan pasien untuk mengalami difisiensi
natrium.
Hiponatremia dilusional. Pada intoksikasi air (hiponatremia dilusional)
natrium serum pasien didilusi oleh peningkatan rasio air terhadap natrium. Hal
ini menyebabkan air bergerak masuk ke dalam sel, sehingga pasien mengalami
kelebihan CES dan kelebihan volume CIS. Kondisi-kondisi yang
mempengaruhi jenis hiponatremia ini termasih SIADH, hiperglikemia, dan
peningkatan masukan cairan melalui pemberian cairan parenteral yang kurang
mengandung elektrolit, penggunaan air ledeng untuk enema atau irigasi selang
gaster dengan air dan bukan dengan normal saline.
Air mungkin bertambah secara abnormal dengan pemerian parenteral
yang berlebihan dari larutan dekstrosa dan air, terutama selama periode stres.
Hal ini juga mungkin terjadi karena meminum air yang sifatnya kompulsif
(polidipsi psikogenik).
SIADH. Suatu jenis hiponatremia khusus yang dihubungkan dengan
aktivitas hormon antidiuretik (ADH) yang berlebihan disebut sebagai SIADH.
Gangguan fisiologis dasar pada SIADH adalah aktivitas ADH yang berlebihan,
dengan retensi air dan hiponatremia dilusional, dan ekskresi natrium pada urin

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 104


yang tidak sesuai karena terjadinya hiponatremia. SIADH dapat terjadi baik
akibat sekresi ADH terus menerus oleh hipotalamus atau produksi suatu
substansi yang mirip ADH dari suatu tumor (produksi ADH yang
menyimpang). Kondisi-kondisi yang berhubungan dengan SIADH termasuk,
tumor paru sel oat, cedera kepala, gangguan endokrin dan pulmonal, dan
penggunaan obat-obatan seperti pitosin, siklofosfamid, vinkristin, tioridasin,
dan amitriptilin.

Manifestasi Klinis
Menifestasi klinis dari hiponatremia bergantung pada penyebab,
keparahan, dan kecepatan terjadinya kekurangan. Meskipun mual dan kram
perut muncul, kebanyakan gejala bersifat neuropsikiatrik dan kemungkinan
berhubungan dengan kebengkakan seluler dan edema serebral yang diakibatkan
oleh hiponatremia. Saat kadar natrium ekstraseluler menurun, cairan seluler
relatif menjadi lebih pekat dan menarik air ke dalam sel. Umumnya, pasien-
pasien yang mengalami penurunan akut dari kadar natrium serum menunjukkan
gejala yang lebih berat dan tingkat mortalitas yang lebih tinggi dibandingkan
dengan pasien yang mengalami hiponatremia lebih lambat.
Gambaran-gambaran hiponatremia yang berhubungan dengan kehilangan
natrium dan penambahan air termasuk anoreksia, kram otot, dan perasaan
kelelahan. Jika kadar natrium serum turun dibawah 115 mEq/L (SI: 115
mmol/L), tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial, seperti letargi, konfusi,
kedutan otot, kelemahan fokal, hemiparese, papiledema, dan kejang mungkin
terjadi.

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 105


Evaluasi Dignostik
Dengan mengabaikan penyebab hiponatremia, kadar natrium serum
kurang dari 135 mEq/L; pada SIADH mungkin cukup rendah seperti 100
mEq/L (SI: 100 mmol/L) dan berat jenis urin rendah, sekitar 1,002 sampai
1,004. Meskipun demikian, jika hiponatremia diakibatkan oleh SIADH,
kandungan natrium urin lebih besar dari 10 mEq/L dan berat jenis urin biasanya
lebih besar dari 1,012. Meskipun pasien dengan SIADH mempertahankan air
secara abnormal dan karenanya menambah berat badan, tidak ada edema
perifer; melainkan, edema di dalam sel. Fenomena ini kadang-kadang
dimanifestasikan dalam fungerprinting jika jari ditekan ke daerah yang
bertulang, seperti pada sternum.

Penatalaksanaan
Penggantian Natrium. Pengobatan yang paling nyata dari hiponatremia
adalah pemberian natrium yang hati-hati. Pemberian ini mungkin dicapai secara
oral, dengan selang nasogastrik, atau secara parenteral. Bagi pasien yang
mampu makan atau minum, penggantian natrium dapat dengan mudah
dilakukan, karena natrium banyak terdapat dalam diet normal. Untuk pasien
yang tidak mampu menerima natrium per normal, larutan Ringer Laktat atau
saline isotonis (0,9% natrium klorida) mungkin diberikan. Kebutuhan natrium
harian yang lazim pada orang dewasa adalah kurang lebih 100 mEq/L, jika
tidak ada kehilangan yang abnormal.
Pada SIADH, saline yang hipertonis saja tidak dapat merubah
konsentrasi natrium plasma. Natrium yang berlebihan akan diekskresikan lebih
cepat dalam urin yang sangat pekat. Dengan tambahan furosemide (Lasix), urin
tidak pekat dan urin isotonis diekskresikan dan mencapai suatu perubahan
dalam keseimbangan air. Selain itu, pada pasien-pasien yang mengalami
SIADH, dimana sulit dilakukan pembatasan air, lithium atau democlocycline
dapat melawan efek osmotik dari ADH pada tubulus koligentes medularis.
Pembatasan air. Jika hiponatremia terjadi pada pasien dengan volume
cairan normal atau berlebih, pengobatan pilihannya adalah pembatasan air. Hal
ini jauh lebih aman dibandingkan pemberian natrium dan biasanya cukup

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 106


efektif. Meskipun demikian jika gejala neurologis timbul, mungkin perlu
memberikan volume kecil larutan natrium hipertonis, seperti natrium klorida
3% atau 5%. Penggunaan yang tidak benar dari cairan ini sangat berbahaya; hal
ini dapat dipahami ketika perawat menganggap bahwa satu liter larutan natrium
klorida 3% mengandung 513 mEq natrium dan satu larutan natrium klorida 5%
mengandung 855 mEq natrium.
Larutan natrium yang sangat hipertonis (natrium klorida 3% dan 5%)
seharusnya diberikan hanya pada seting perawatan intensif di bawah observasi
yang ketat, karena hanya sejumlah kecil dibutuhkan untuk meningkatkan kadar
natrium serum dari nilai rendah yang berbahaya. Cairan ini diberikan dengan
perlahan-lahan, dalam volme kecil, sementara pasien dipantau dengan ketat
terhadap terjadinya kelebihan cairan.

Pengkajian Keperawatan
Penting artinya mengidentifikasi pasien yang berisiko terhadap
hiponatremia sehingga mereka dapat dipantau. Deteksi dan penanganan awal
dari gangguan ini penting untuk mencegah terjadinya konsekuensi yang serius.
Untuk pasien-pasien yang berisiko, perawat memantau masukan dan
haluaran cairan dan juga menimbang berat badan setiap hari. Kehilangan
natrium abnormal atau penambahan air dicatat. Manifestasi gastrointestinal
seperti anoreksia, mual, muntah, dan kram abdomen, juga dicatat. Perawat
terutama harus mewaspadai perubahan-perubahan sistem saraf pusat, seperti
letargi, konfusi, kedutan otot, dan kejang-kejang. Umumnya lebih banyak gejala
neurologis yang dihubungkan dengan kadar natrium yang sangat rendah yang
terjadi sangat cepat karena kelebihan cairan. Tindakan opaling penting adalah
untuk memantau kadar natrium serum dengan ketat pada pasien-pasien yang
berisiko mengalami hiponatremia. Jika ada indikasi, kadar natrium urin dan
berat jenis urin juga dipantau.
Hiponatremia merupakan penyebab konfusi pada lansia yang sering
diabaikan. Lansia mempunyai risiko untuk mengalami hiponatremia yang lebih
tinggi karena terjadinya perubahan-perubahan pada fungsi ginjal dan
selanjutnya penurunan kemampuan untuk mengekskresikan beban air yang

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 107


berlebihan. Pemberian obat-obat yang menyebabkan terjadinya kehilangan
natrium atau retensi air merupakan satu faktor predisposisi.

Intervensi Keperawatan
Mendeteksi dan Mengendalikan Hiponatremia. Perawat harus
mewaspadai pasien-pasien yang mempunyai risiko mengalami hiponatremia
dan memulai tindakan untuk mendeteksi gangguan tersebut sebelum gangguan
menjadi parah. Untuk pasien yang mengalami kehilangan natrium yang
abnormal, tetapi tetap dapat memakan diet biasa, dianjurkan untuk
mengkonsumsi dan disediakan makanan dan cairan yang mengandung natrium
berkadar tinggi. Sebagai contoh, kaldu yang dibuat dengan satu potong kecil
daging sapi mengandung kurang lebih 900 mg natrium, dan 8 ons dari buah
tomat mengandung kurang lebih 700 mg natrium.
Penting artinya untuk mengenali kandungan natrium pada cairan
parenteral.
Perhatian. Saat memberikan cairan pada pasien yang menderita gangguan
kardiovaskuler, perawat harus memantau pasien terhadap tanda-tanda kelebihan
beban sirkulasi, seperti krekels dengan auskultasi paru. Seperti yang telah
disebutkan sebelumya, perawatan yang sangat hati-hati merupakan hal yang
penting jika memberikan cairan natrium hipertonik yang sangat tinggi (seperti
natrium klorida 3% atau 5%), karena cairan-cairan ini dapat mematikan jika
diinfusikan secara ceroboh.
Untuk pasien-pasien yang dapat lithium, perawat harus waspada terhadap
toksisitas lithium jika natrium hilang melalui cara yang abnormal. Dalam
contoh-contoh semacam ini, tambahan garam dan cairan diberikan. Karena
diuretik menyebabkan kehilangan natrium, pasien yang dapat lithium diberi
intruksi untuk tidak menggunakan diuretik kecuali dibawah pengawasan medis
yang ketat. Untuk semua pasien yang menerima terapi lithium, harus dipastikan
masukan garam yang adekuat.
Tambahan air yang berlebihan dihindari pada pasien yang menerim
pemberian cairan yang bersifat isotonik atau hipotonis melalui selang makan,
terutama jika kehilangan natrium yang abnormal terjadi atau air ditahan secara

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 108


tidak normal (seperti pada SIADH). Kebutuhan cairan yang nyata ditentukan
dengan mengevaluasi masukan dan haluaran, berat jenis urin, dan kadar natrium
serum.
Memulihkan Kadar Natrium kembali Normal. Jika masalah utamanya
adalah retensi air, lebih aman untuk membatasi masukan cairan dibandingkan
dengan memberikan natrium. Pemberian natrium pada pasien dengan
normovolemia atau hipervolemia menimbulkan predisposisi terhadap terjadinya
overload volume cairan. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, pasien-
pasien dengan penyakit kardiovaskuler yang menerima cairan yang
mengandung natrium seharusnya dipantau dengan sangat ketat terhadap tanda-
tanda terjadinya kelebihan sirkulasitori, seperti krekels.
Pada hiponatremia berat, tujuan terapi adalah untuk meningkatkan kadar
natrium serum secukupnya hanya untuk menghilangkan tanda-tanda gangguan
neurologis. Contohnya, direkomendasikan bahwa konsentrasi natrium serum
ditingkatkan mencapai level tidak lebih tinggi dari 125 mEq/L (SI: 124
mmol/L) dengan salin hipertonik.

2. Kelebihan Natrium (Hipernatremia)


Hipernatremia mengacu pada kadar natrium serum yang lebih tinggi dari
normal, yaitu lebih tinggi dari 145 mEq/L (SI: 145 mmol/L). Hal ini dapat
diakibatkan karena penambahan natrium dalam kelebihan air atau karena
kehilangan air dalam kelebihan natrium. Hipernatremia dapat terjadi pada
pasien-pasien dengan volume cairan normal atau pada pasien dengan FVD atau
FVE. Hipernatremia dapat terjadi akibat kehilangan air atau kelebihan natrium
yang tidak proporsional. Pada kehilangan air, pasien kehilangan lebih banyak
air dibandingkan dengan natrium dan sebagai akibatnya konsentrasi natrium
serum meningkat dan konsentrasi yang meningkat ini menarik air keluar dari
sel. Hal ini merupakan kekurangan volume cairan ekstraseluler dan juga
intraseluler. Pada kelebihan natrium, pasien memakan atau mempertahankan
lebih banyak natrium dibandingkan air.

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 109


Penyebab. Penyebab umum hipernatremia adalah karena kehilangan air
pada pasien yang tidak sadar yang tidak dapat mempersepsikan atau berespons
terhadap rasa haus. Pasien yang seringkali mengalaminya adalah pasien yang
sangat tua, sangat muda, dan pasien yang mengalami gangguan kognitif yang
tidak mampu mengkomunikasikan rasa haus mereka. Pemberian makanan
hipertonis melalui selang tanpa tambahan air yang adekuat menyebabkan
terjadinya hipernatremia, juga diare berair dan peningkatan dalam kehilangan
air tidak kasat mata (seperti pada hiperventilasi atau menghilangkan efek dari
luka bakar). Diabetes insipidus menyebabkan terjadinya hipernatremia jika
pasien tidak mengalami, atau tidak dapat berespons terhadap rasa haus, atau jika
cairan sangat dibatasi. Penyebab yang kurang umum adalah heatstroke, hampir
tenggelam air laut (yang mengandung kosentrasi natrium kurang lebih 500
mEq/L), dan sistem penyesuaian hemodialisis atau dialisis peritoneal yang tidak
berfungsi baik. Pemberian cairan saline hipertronis intravena atau penggunaan
natrium bikarbonat yang berlebihan juga akan menyebabkan terjadinya
hipernatremia.

Manifestasi Klinik

Manifestasi klinik dari hipernatremia terutama neurologis dan dianggap


merupakan konsekuensi dari dehidrasi seluler. Hipernatremia terjadi akibat CES
yang relatif pekat, menyebabkan air tertarik dari sel. Secara klinis, perubahan-
perubahan ini mungkin dimanifestasikan oleh kegelisahan dan kelemahan pada
hipernatremia sedang dan oleh disorientasi, delusi, dan halusinasi pada
hipernatremia berat. Dehidrasi (yang mengakibatkan hipernatremia) yang
dipandang sebagai penyebab utama dari perubahan perilaku pada lansia. Jika
terjadi hipernatremia berat, kerusakan otak permanen dapat terjadi (terutama
pada anak-anak). Kerusakan otak tampaknya diakibatkan oleh pendarahan
subarakhnoid yang terjadi akibat kontraksi otak.
Karakteristik utama hipernatremia adalah rasa haus. Rasa haus
merupakan pelindung kadar natrium serum yang kuat pada individu normal
sehingga hipernatremia tidak pernah terjadi kecuali jika orang tersebut tidak
sadar atau tidak diberi air; sayangnya, orang sakit mungkin mengalami

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 110


gangguan pada mekanisme rasa haus. Tanda-tanda lain termasuk lidah yang
kering dan bengkak dan membran mukosa yang lengket. Kulit kemerahan,
edema perifer dan pulmonal, hipotensi postural, dan peningkatan tonus otot dan
refleks tendon dalam merupakan tanda dan gejala tambahan yang dapat terjadi
pada hipernatremia. Peningkatan ringan mungkin terjadi pada suhu tubuh, tetapi
jika hipernatremia diperbaiki, suhu tubuh seharusnya kembali normal.

Evaluasi Diagnostik
Pada hipernatremia kadar natrium serum lebih tinggi dari 145 mEq/ L
(SI: 145 mmol/L) dan osmolalitas serum lebih besar daripada 295 mOsm/kg
(SI: 295 mmol/L). Berat jenis urin dan osmolalitas urin meningkat saat ginjal
berupaya untuk menghemat air (asalkan kehilangan air yang terjadi adalah
dengan rute selain dari ginjal).

Penatalaksanaan
Pengobatan hipernatremia terjadi atas penurunan bertahap kadar natrium
serum dengan infus larutan elektrolit hipotonik (seperti natrium klorida 0,3%)
atau larutan isotonik (seperti D5W). Larutan natrium hipotonik dipertimbangkan
lebih aman dibandingkan Dekstrosa 5% dalam air oleh beberapa praktisi klinik
karena larutan ini menyebabkan penurunan kadar natrium serum yang bertahap
dan karenanya menurunkan risiko terjadinya edema serebral. Penurunan kadar
natrium serum yang cepat sementara waktu menurunkan osmolalitas plasma
dibawah osmolalitas cairan pada jaringan otak, dan menyebabkan terjadinya
edema serebral yang berbahaya. Diuretik mungkin juga diberikan untuk
mengatasi penambahan natrium.
Tidak ada keseragaman mengenai kecepatan yang tepat untuk
mengurangi kadar natrium. Sebagai aturan umum, kadar natrium serum
diturunkan pada kecepatan tidak lebih dari 2 mEq/L/jam untuk memberikan
waktu yang cukup untuk penyesuaian melalui difusi melewati kompartemen
cairan.

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 111


Desmopressin (DDAVP) dapat diberikan untuk mengobati diabetes
insipidus jika ia merupakan penyebab hipernatremia.

Pengkajian Keperawatan

Kehilangan dan penambahan cairan dipantau dengan hati-hati pada


pasien-pasien yang mengalami risiko terjadinya hipernatremia. Perawat harus
mengkaji terjadinya kehilangan air yang abnormal atau masukan air yang
kurang dan terjadinya penambahan natrium dalam jumlah besar, seperti yang
mungkin terjadi pada penggunaan obat yang dijual bebas dengan kandungan
natrium yang tinggi (seperti Alka-Seltzer). Perawat juga penting untuk
memperoleh riwayat penggunaan obat, karena beberapa obat yang diresepkan
mungkin juga mempunyai kandungan natrium yang tinggi.
Adanya rasa haus atau peningkatan suhu tubuh dicatat dan dievaluasi
hubungan dengan tanda-tanda klinik yang lain. Pasien dipantau terhadap
terjadinya perubahan perilaku, seperti gelisah, disorientasi, dan letargi.

Intervensi Keperawatan
Mencegah Hipernatremia. Perawat berupaya untuk mencegaj
hipernatremia dengan memberikan cairan pada pasien yang mengalami
gangguan yang tidak mampu memperserpsikan atau berespons terhadap rasa
haus. Jika masukan cairan tetap tidak adekuat, perawat dapat
mengkonsultasikan pada dokter untuk merencanakan jalan masukan yang lain,
baik dengan pemberian makan melalui selang atau dengan jalan parenteral. Jika
pemberian makan melalui selang yang digunakan, air cukup seharusnya
diberikan untuk mempertahankan kadar natrium serum dan kadar nitrogen urea
darah dalam batas-batas normal. Sebagian aturan umum, makin tinggi
osmolalitasi makanan perselang, makin tinggi kebutuhan untuk tambahan air.

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 112


Untuk pasien yang mengalami diabetes insipidus, yang penting adalah
memastikan masukan air yang adekuat. Jika pasien sadar dan mempunyai
mekanisme rasa haus yang utuh, hanya menyediakan air mungkin cukup. Jika
pasien mengalami tingkat penurunan kesadaran, atau ketidakmampuan lain
yang mengganggu masukan cairan yang adekuat, penggantian cairan perenteral
mungkin diberikan. Terapi ini dapat diantisipasi pada pasien-pasien dengan
gangguan neurologis, terutama pada periode awal pascaoperasi.

Memperbaiki Hipernatremia. Pada saat hipernatremia terjadi dan cairan


parenteral merupakan hal yang penting untuk penatalaksanaannya, perawat
memantau respons pasien terhadap cairan dengan melakukan tinjauan terhadap
seri kadar natrium serum dan dengan mengobservasi perubahan-perubahan
dalam tanda-tanda neurologis. Dengan penurunan kadar natrium serum yang
bertahap, tanda-tanda neurologis seharusnya membaik. Seperti yang disebutkan
pada pembahasan tentang penatalaksanaan, penurunan kadar natirum serum
yang terlalu cepat menyebabkan plasma untuk sementara waktu menjadi
bersifat hipo-osmotik terhadap cairan di jaringan otak, dan menyebabkan edema
serebral yang berbahaya.

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 113


Ketidakseimbangan Kalium
Gangguan dalam keseimbangan kalium merupakan suatu hal yang biasa
terjadi, karena kalium dihubungkan dengan berbagai penyakit dan keadaan
cedera. Kalium juga dirangsang oleh obat-obatan seperti diuretik, laksatif, dan
beberapa antibiotika, juga dengan berbagai terapi seperti nutrisi parenteral total
(TPN) dan kemoterapi. Hal tersebut membantu dalam meninjau kembali
beberapa fakta yang berhubungan dengan kalium sebelum melanjutkan ke
pembahasan tentang hipokalemia dan hiperkalemia.
Fungsi Kalium. Kalium merupakan elektrolit intraseluler yang utama;
dalam kenyataannya, 98% kalium tubuh berada di dalam sel. 2% sisanya berada
dalam neuromuskular. Kalium mempengaruhi aktivitas baik otot skelet maupun
otot jantung. Sebagai contoh, perubahan dalam konsentrasinya mengubah
iritabilitas dan ritme miokardia. Kalium secara konstan bergerak ke dalam dan
ke luar sel tergantung pada kebutuhan tubuh, dibawah pengaruh pompa
natrium-kalium. Konsentrasi kalium serum yang normal berkisar antara 3,5
sampai 5,5 mEq/L (SI: 3,5-5,5 mmol/L), dan bahkan variasi yang kecil pun
bermakna.
Fungsi ginjal yang normal penting untutk mempertahankan
keseimbangan kalium karena 80% kalium diekskresikan setiap hari dari tubuh
melalui ginjal. 20% yang lain hilang melalui usus dan kelenjar keringat. Ginjal
merupakan pengatur primer keseimbangan kalium dan ginjal mencapai hal ini
dengan menyesuaikan jumlah kalium yang diekskresikan dalam urin. Jika kadar
kalium serum meningkat, maka kadarnya meningkat juga dalam sel tubulus
ginjal. Gradien konsentrasi yang timbul membantu pergerakan kalium ke dalam
tubulus ginjal dengan hilangnya kalium dalam urin. Aldosteron akan
meningkatkan ekskresi kalium oleh ginjal. Ginjal tidak dapt menyimpan kalium
sebaik ia menyimpan natrium; karena itu, kalium mungkin masih hilang dalam
urin pada keadaan deplesi kalium.

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 114


3. Kekurangan Kalium (Hipokalemia)
Hipokalemia mengacu pada konsentrasi natrium serum dibawah normal.
Hal ini biasanya menunjukkan suatu kekurangan nyata dalam simpanan kalium
total; meskipun demikian, hal ini mungkin terjadi pada pasien-pasien dengan
simpanan kalium yang normal jika terjadi alkalosis, karena alkalosis
menyebabkan perpindahan sementara dari kalium serum ke dalam sel.
Seperti yang disebutkan sebelumnya, hipokalemia merupakan suatu
keseimbangan yang sering terjadi. Kehilangan kalium melalui gastrointestinal
merupakan penyebab yang paling sering dari deplesi kalium. Muntah dan
pengisapan gastrik seringkali menyebabkan terjadinya hipokalemia, sebagian
terjadi karena kalium hilang secara nyata jika cairan gaster hilang, tetapi lebih
karena kalium hilang melalui ginjal dalam hubugannya dengan alkalosis
metabolik. Secara relatif sejumlah besar kalium terkandung dalam cairan
intestinal; contohnya cairan diare mengandung kalium sebanyak 30 mEq/L.
Karena itu, kekurangan kalium terjadi lebih sering pada diare, pengisapan
intestinal yang berkepanjangan, ileostomi baru, dan adenoma villous (suatu
tumor pada saluran intestinal yang ditandai dengan ekskresi mukus yang kaya
kalium).
Perubahan dalam keseimbangan asam-basa mempunyai efek yang
bermakna dalam distribusi kalium. Mekanismenya melibatkan perpindahan ion
hidrogen dan ion kalium antara sel-sel dan cairan ekstraseluler. Hipokalemia
dapat menyebabkan alkalosis, dan sebaliknya, alkalosis dapat menyebabkan
hipokalemia. Sebagai contoh, ion-ion hidrogen bergerak ke luar sel dalam
keadaan alkalosis untuk membantu memperbaiki pH yang tinggi, dan ion-ion
kalium bergerak masuk ke dalam sel untuk mempertahankan suatu keadaan
yang netral secara elektris.
Hiperaldesteronisme meningkatkan pembuangan kalium ginjal dan dapat
menyebabkan terjadinya deplesi kalium yang berat. Hiperaldosteronisme primer
terlihat pada pasien-pasien dengan adenoma adrenal. Hiperaldosteronisme
sekunder terjadi pada pasien-pasien dengan sirosis, sindroma nefrotik, gagal
jantung kongestif, dan hipertensi malignan.

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 115


Diuretik boros-kalium, seperti furosemid, thiazide, dan asam ethacrynic,
tentunya dapat merangsang hipokalemia, terutama jika diberikan dalam jumlah
besar pada pasien-pasien dengan masukan kalium yang buruk. Pengobatan lain
yang dapat menyebabkan terjadinya hipokalemia termasuk kortikosteroid,
penisilin natrium, karbenisilin, dan amphotericin B.
Masuknya kalium ke dalam otot skeletal dan sel-sel hepatik dibantu oleh
insulin. Karena itu, pasien-pasien dengan hipersekresi insulin yang sifatnya
persisten mengkin mengalami hipokalemia; hal ini sering terlihat pada pasien-
pasien yang mendapatkan cairan parenteral yang tinggi karbohidrat (seperti
pada nutrisi parenteral total).
Pasien-pasien yang tidak mampu atau tidak mau makan diet yang normal
untuk periode yang berkepanjangan berisiko untuk mengalami hipokalemia. Hal
ini mungkin timbul pada lansia dengan gangguan proses pikir, alkoholik, dan
pasien-pasien dengan anoreksia nervosa. Selain masukan yang buruk, orang
dengan bulimia seringkali menderita peningkatan kehilangan kalium melalui
muntah yang dirangsang oleh dirinya sendiri dan penggunaan laksatif dan
diuretik yang salah.

Manifestasi Klinis

Defisiensi kalium dapat mengakibatkan gangguan fungsi fisiologis yang


luas. Yang paling penting, hipokalemia berat dapat berakibat kematian melalui
henti jantung atau henti napas. Tanda-tanda klinis jarang terlihat sebelum kadar
kalium serum turun dibawah 3 mEq/L (SI: 3 mmol/L) kecuali tingkat
kehilangannya cepat. Manifestasi hipokalemia termasuk keletihan, anoreksia,
mual, muntah, kelemahan otot, kram kaki, penurun motilitas usus, parestesia,
disritmia, dan peningkatan sensivitas terhadap digitalis. Jika berkelanjutan,
hipokalemia dapat menyebabkan ketidakmampuan ginjal untuk memekatkan
urin, menyebabkan urin yang encer (urin berlebihan [poliuria], nokturia) dan
rasa haus yang berlebihan. Deplesi kalium menekan pelepasan insulin dan
mengakibatkan intoleransi glukosa.

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 116


Evaluasi Diagnostik

Pada hipokalemia, konsentrasi kalium serum adalah kurang dari batas


rendah dari nilai normal. Perubahan elektrokardiografi dapat mencakup
gelombang T yang datar dan depresi segmen ST. Timbulnya gelombang U juga
akan terlihat pada EKG. Hipokalemia meningkatkan sensitivitas terhadap
digitalis, menimbulkan predisposisi terhadap toksisitas digitalis pada kadar
digitalis yang lebih rendah. Alkalosis metabolik seringkali dihubungkan dengan
hipokalemia. Hal ini akan dibahas lebih lanjut dalam bagian tentang gangguan
asam-basa.

Penatalaksanaan

Pengobatan hipokalemia yang paling baik adalah pencegahan.


Kehilangan kalium harus diperbaiki setiap hari; pemberian kalium sebanyak 40
sampa 80 mEq/L sudah adekuat untuk orang dewasa jika tidak ada kehilangan
kalium yang abnormal.
Untuk pasien-pasien berisiko, harus disediakan diet yang mengandung
cukup kalium; masukan harian kalium pada orang dewasa rata-rata adalah 50
sampai 100 mEq/hari. Makanan yang tinggi kalium termasuk kismis, pisang,
aprikot, jeruk, avokad, kacang-kacangan, dan kentang.
Jika masukan makanan tidak adekuat untuk alasan apapun, dokter
mungkin memberikan tambahan kalium. Banyak pengganti garam yang
mengandung 50 sampai 60 mEq kalium per sendok teh dan mungkin dapat
memenuhi smeua kebutuhan masukan kalium tambahan bagi pasien. Tambahan
kalium oral dapat menghasilkan lesi usus kecil; karena itu, pasien harus dikaji
dan diberi peringatan tentang distensi abdomen, nyeri, atau perdarahan GI.
Jika pemberian kalium oral tidak memungkinkan, cara intravena dapat
diindikasikan. Pada kenyataannya, cara intravena merupakan suatu keharusan
untuk pasien-pasien dengan hipokalemia berat (seperti kadar serum 2 mEq/L).
Meskipun kalium klorida biasanya digunakan untuk memperbaiki kekurangan
kalium, dokter mungkin memberikan kalium asetat atau kalium fosfat. Kalium
intravena harus diberikan melalui pompa IV untuk menghindari penggantian
kalium yang terlalu cepat. Jika kalium diberikan melalui vena perifer, kecepatan

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 117


pemberian harus diturunkan untuk menghindari iritasi vena dan menyebabkan
sensasi terbakar selama pemberian. Tiap rumah sakit mempunyai standar
perawatan sendiri yang menjadi rujukan; meskipun demikian, kalium IV
seharusnya tidak diberikan pada kecepatan yang lebih cepat dari 20 mEq/jam
atau dalam konsentrasi lebih besar dari 30 sampai 40 mEq/L kecuali jika
hipokalemia berat, karena hal ini dapat menyebabkan disprimia yang
mengancam jiwa.
Kalium tidak pernah diberikan melalui suntik IV atau IM; jika
menyiapkan infus IV, infus harus tercampur dengan baik untuk mencegah dosis
bolus yang terjadi akibat terkumpul kalium di dasar penampung IV. Umumnya,
konsentrasi yang lebih besar dari 60 mEq/L tidak diberikan melalui vena
perifer, karena dapat terjadi nyeri vena dan sklerosis. Untuk kebutuhan rumatan
rutin, kalium diberikan pada kecepatan tidak lebih dari 10 mEq/jam, diencerkan
secukupnya.
Pada situasi kritis, larutan yang lebih pekat (seperti 20 mEq/dl) dapat
diberikan melalui jalur sentral. Bahkan pada hipokalemia yang sangat berat,
dianjurkan bahwa pemberian kalium tidak lebih dari 20 sampai 40 mEq/jam
(diencerkan secukupnya); pada situasi semacam ini pasien harus dipantau
melalui elektrokardiogram (EKG) dan diobservasi secara ketat terhadap tanda-
tanda lain, seperti perubahan pada kekuatan otot.

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 118


Pengkajian Keperawatan
Karena hipokalemia mengancam jiwa, penting artinya untuk memantau
timbulnya hipokalemia pada pasien-pasien yang berisiko. Adanya keletihan,
anoreksia, kelemahan otot, penurunan motilitas usus, parestesia, atau disritmia
harus mendorong perawat untuk memeriksa konsentrasi kalium serum. Jika
tersedia, elektrokardiogram dapat memberikan informasi yang bermanfaat.
Pasien-pasien yang menerima digitalis yang berisiko mengalami defisiensi
kalium harus dipantau dengan ketat terhadap tanda-tanda terhadap toksisitas
digitalis, karena hipokalemia meningkatkan aksi digitalis. Pada kenyataannya,
dokter biasanya memilih untuk mempertahankan kadar kalium serum lebih
besar dari 3,5 mEq/L (SI: 3,5 mmol/L) pada pasien-pasien yang menerima
digitalis.

Intervensi Keperawatan

Mencegah Hipokalemia. Tindakan-tindakan tertentu dilakukan untuk


mencegah hipokalemia jika mungkin. Pencegahan mungkin dalam bentuk
menganjurkan masukan makanan yang kaya akan kalium pada pasien-pasien
yang berisiko (jika sesuai diet). Sumber-sumber kalium termasuk buah dan sari
buah (pisang, molen, dan buah sitrus), sayur-sayuran segar dan beku, daging
segar, dan makanan olahan. Bila hipokalemia terjadi akibat penyalahgunaan
laksatif atau diuretik, penyuluhan pasien dapat membantu menghilangkan
masalah. Bagian dari riwayat kesehatan dan pengkajian kesehatan harus
diarahkan untuk mengidentifikasi masalah yang berhubungan dengan
pencegahan melalui penyuluhan.

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 119


Memperbaiki Hipokalemia. Perawatan yang sangat teliti harus
diterapkan saat memberikan kalium secara intravena. Kalium harus diberikan
hanya setelah adanya aliran urin yang adekuat. Penurunan pada volume urin
hingga kurang dari 20 ml/jam selama dua jam berurutan adalah indikasi untuk
menghentikan infus kalium sampai situasi tersebut dievaluasi. Kalium terutama
diekskresikan oleh ginjal; karena itu, jika ada oliguria, pemberian kalium dapat
menyebabkan konsentrasi kalium dapat meningkat sampai ke kadar yang
berbahaya.
Penggantian kalium harus diberikan dengan hati-hati pada lansia karena
mereka mempunyai massa tubuh dan kadar kalium total tubuh yang lebih
rendah dan karena itu membutuhkan kalium yang lebih rendah. Selain itu,
dengan hilangnya fungsi ginjal secara fisiologis bersamaan dengan
bertambahnya usia, pemberian kalium mungkin ditahan dengan lebih mudah
dibandingkan pada orang yang lebih muda.

4. Kelebihan Kalium (Hiperkalemia)


Hiperkalemia mengacu pada konsentrasi kalium serum yang lebih tinggi
dari normal. Hal ini jarang terjadi pada pasien dengan fungsi ginjal normal.
Seperti hipokalemia, hal ini sering terjadi karena penyebab iatrogenik
(dirangsang oleh pengobatan). Meskipun lebih jarang terjadi dibandingkan
hipokalemia, hiperkalemia lebih berbahaya karena henti jantung lebih sering
dihubungkan dengan kadar kalium serum yang tinggi.
Sebelum mempertimbangkan penyebab nyata hiperkalemia, perawat
harus menyadari bahwa ada beberapa penyebab hiperkalemia palsu (pseudo).
Yang paling sering adalah penggunaan turniket yang terlalu kencang disekitar
ektremitas ketika mengambil sempel darah dan hemolisis sampel sebelum
analisa. Penyebab lain termasuk leukositis atau trombositosis dan pengambilan
darah tepat di atas tempat infus kalium. Kegagalan untuk menyadari penyebab
palsu hiperkalemia dapat berakibat pengobatan agresif hiperkalemia yang
sebenarnya tidak terjadi, yang mengakibatkan penurunan kadar kalium serum
yang serius. Karena itu, pengukuran dari kadar yang terlalu meningkat harus
dipastikan kembali.

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 120


Penyebab utama dari hiperkalemia adalah penurunan ekskresi kalium
ginjal. Karena itu hiperkalemia yang bermakna umumnya terjadi pada pasien
gagal ginjal yang tidak diobati, terutama jika kalium dilepaskan dari sel-sel
selama proses infeksi atau adanya sumber kalium eksogen yang berlebihan,
seperti dalam diet atau dalam pengobatan. Defisiensi kortikosteroid adrenal
menyebabkan kehilangan natrium dan retensi kalium; karena itu,
hipoaldesteronisme dan penyakit Addison menimbulkan predisposisi terhadap
hiperkalemia.
Pengobatan mempunyai implikasi sebagai kemungkinan faktor penunjang
pada lebih dari 60% episode hiperkalemia yang diidentifikasi melalui studi
retrospektif. Pengobatan yang umum mengimplikasi adalah kalium klorida,
captropil, obat-obatan NSAID, dan diuretik hemat kalium. Dalam kebanyakan
kasus, pengaturan kalium terganggu oleh insufisiensi ginjal.
Meskipun masukan kalium yang tinggi dapat menyebabkan hiperkalemia
berat pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal, gangguan ini jarang terjadi
pada orang dengan fungsi ginjal yang normal. Meskipun demikian untuk semua
pasien, penggunaan suplemen kalium yang tidak sesuai menimbulkan
predisposisi terjadinya hiperkalemia, terutama jika digunakan pengganti garam.
Hal yang harus diingat adalah tidak semua pasien yang menerima diuretik boros
kalium membutuhkan suplemen kalium. Tentu saja pasien-pasien yang
menerima diuretik hemat kalium seharusnya tidak menerima suplemen.
Suplemen kalium sangat berbahaya jika pasien mengalami gangguan
fungsi ginjal dan karenanya mengalami penurunan kemampuan untuk
mengekskresikan kalium. Bahkan yang lebih berbahaya adalah pemberian
kalium intravena kepada pasien gangguan ginjal, karena kadar serum dapat
meningkat dengan sangat cepat. Darah yang sudah lama seharusnya tidak
diberikan pada pasien dengan gangguan fungsi renal karena konsentrasi kalium
serum dari darah yang disimpan meningkat bersamaan dengan waktu
penyimpanan, suatu akibat dari kerusakan sel darah merah. Adalah mungkin
untuk melebih toleransi ginjal pada sembarang pasien dengan pemberian kalium
intravena, seperti juga halnya ketika sejumlah besar suplemen kalium oral
diberikan.

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 121


Pada keadaan asidosis, kalium bergerak keluar dari sel ke dalam CES.
Hal ini terjadi ketika ion-ion hidrogen memasuki sel, suatu proses yang
membufer pH CES. Suatu peningkatan kadar kalium ekstraseluler harus
diantisipasi jika terjadi trauma jaringan yang luas, seperti pada luka bakar, luka
tabrak, atau infeksi berat. Dengan cara yang sama, hal itu dapat terjadi dengan
lisisnya sel-sel yang malignan sesudah kemoterapi.

Manifestasi Klinis

Sejauh ini efek hiperkalemia yang paling penting secara klinis adalah
efeknya pada miokardium. Efek pada jantung akibat peningkatan kadar kalium
serum biasanya tidak bermakna dibawah konsentrasi 7 mEq/L (SI: 7 mmol/L),
tetapi efek ini selalu timbul jika kadarnya adalah 8 mEq/L (SI: 8 mmol/L) atau
lebih tinggi. Jika konsentrasi kalium plasma meningkat, timbul gangguan pada
konduksi jantung. Perubahan paling dini, sering terjadi pada kadar kalium
serum lebih tinggi dari 6 mEq/L (SI: 6 mmol/L), adalah gelombang T yang
tinggi, sempit, depresi ST, dan pemendekan interval QT. Jika kadar kalium
serum terus meningkat, interval PR menjadi memanjang dan diikuti dengan
hilangnya gelombang P. Akhirnya, terdapat dekomposisi dan pemanjangan
kompleks QRS. Distrimia ventrikuler dan henti jantung mungkin terjadi kapan
saja dalam keadaan ini.
Hiperkalemia berat menyebabkan kelemahan otot skeletal dan bahkan
paralisis, yang berhubungan dengan blok depolarisasi pada otot. Sama halnya,
konduksi ventrikuler melambat. Meskipun hiperkalemia memiliki efek yang
nyata pada sistem neuromuskuler perifer, hiperkalemia mempunyai efek kecil
pada sistem saraf pusat. Kelemahan yang cepat pada muskular asenden
mengakibatkan flasid dengan kadar kalium serum yang sangat tinggi. Paralisis
otot pernapasan dan otot yang dibutuhkan untuk berbicara juga dapat terjadi.
Manifestasi gastrointestinal, seperti mual, kolik intestinal intermiten, dan
diare, mungin terjadi pada pasien-pasien yang mengalami hiperkalemia.

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 122


Evaluasi Diagnostik

Kadar kalium serum dan perubahan EKG adalah hal penting pada
diagnosa hiperkalemia, seperti yang dibahas sebelumnya dalam Manifestasi
Klinis. Gas darah arteri dapat menunjukkan asidosis metabolik karena
hiperkalemia sering timbul dengan asidosis.

Penatalaksanaan

Prosedur EKG segera harus dilakukan untuk mendeteksi perubahan.


Repolarisasi yang memendek dan gelombang T tinggi sering terlihat pada
awalnya. Adalah juga bijaksana untuk memeriksa ulang kadar kalium serum
untuk memastikan hasil.
Pada situasi nonakut, pembatasan diet kalium dan obat yang mengandung
kalium dapat mencukupi. Sebagai contoh, menyingkirkan penggunaan garam
pengganti yang mengandung kalium pada pasien yang menerima diuretik hemat
kalium adalah yang paling diperlukan untuk mengatasi hiperkalemia ringan.
Pencegahan hiperkalemia yang serius dengan pemberian, baik secara oral
atau dengan enema retensi, resin pertukaran-kation (seperti Kayexalate)
mungkin perlu pada pasien-pasien dengan kerusakan ginjal. Resin pertukaran-
kation tidak dapa digunakan jika pasien mengalami paralitik ileus karena dapat
terjadi perforasi intestinal.

Tindakan-tindakan Kegawatan

Pada keadaan darurat, mungkin perlu memberikan kalsium glukonat


secara intravena. Dalam beberapa menit setelah pemberian, kalsium bekerja
secara antagonis melawan aksi hiperkalemia pada jantung. Infus kalsium tidak
menurunkan konsentrasi kalium serum tetapi dengan segera menjadi antagonis
terhadap reaksi abnormalitas konduksi jantung. Kalsium klorida dan kalsium
glukonat tidak dapat dipertukarkan. Kalsium glukonat mengandung 4,5 mEq
kalsium dan kalsium klorida mengandung 13,6 mEq kalsium. Pemantauan
tekanan darah pasien merupakan hal yang penting karena pemberian yang cepat
dapat menyebabkan hipotensi. EKG harus dipantau secara kontinu selama
pemberian; adanya bradikardi merupakan suatu indikasi untuk menghentikan

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 123


infus. Efek protektif miokardium dari kalsium bersifat sementara, berlangsung
sekitar 30 menit. Perhatian ekstra dibutuhkan jika pasien mendapatkan digitalis,
karena pemberian kalsium secara parenteral mensensitisasi jantung terhadap
digitalis, dan dapat mencetuskan toksisitas digitalis.
Pemberian natrium bikarbonat secara intravena mungkin perlu untuk
mem-basakan plasma dan menyebabkan perpindahan sementara kalium ke
dalam sel-sel. Juga, natrium bikarbonat melengkapi natrium untuk melawan
efek kardia akibat kalium. Efek dari terapi ini dimulai dalam 30 sampai 60
menit dan mungkin menetap selama berjam-jam; meskipun demikian, sifatnya
hanya sementara.
Pemberian insulin regular dan dekstrosa hipertonis secara intravena
menyebabkan perpindahan kalium sementara ke dalam sel-sel. Terapi glukosa
dan insulin mempunyai awitan tindakan dalam 30 menit dan berlangsung
selama beberapa jam.
Tindakan pengganti sementara di atas hanya sementara untuk melindungi
pasien dari hiperkalemia. Jika kondisi hiperkalemia tidak bersifat sementara,
pembuangan aktual kalium dari tubuh diperlukan; hal ini mungkin dicapai
dalam berbagai cara seperti resin pertukaran-kation, dialisis peritoneal, atau
hemodialisis.

Pengkajian Keperawatan

Pasien-pasien yang berisiko mengalami kelebihan kalium harus


diidentifikasi sehingga mereka dapat dipantau dengan ketat terhadap tanda-
tanda hiperkalemia. Perawat mengobservasi tanda-tanda kelemahan otot dan
disritmia. Adanya parestesia dicatat, juga gejala-gejala gastrointestinal seperti
mual, dan kolik intestinal. Untuk pasien yang berisiko, kadar kalium serum
diukur secara berkala.

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 124


Penting untuk diingat bahwa peningkatan kadar kalium serum mungkin
kesalahan; karena itu, kadar abnormal yang tinggi harus selalu teliti kembali.
Untuk menghindari laporan hiperkalemia palsu, penggunaan turniket yang
berkepanjangan saat mengambil sampel darah harus dihindari dan pasien
diingatkan agar tidak melakukan latihan pada ekstremitasnya sebelum
pengambilan darah dilakukan. Sampel darah dibawa ke laboratorium secepat
mungkin, karena hemolisis pada sampel mengakibatkan peningkatan kadar
kalium serum yang palsu.

Intervensi Keperawatan

Mencegah Hiperkalemia. Tindakan-tindakan dilakukan untuk mencegah


hiperkalemia pada pasien-pasien berisiko, jika mungkin, dengan menganjurkan
pasien untuk menaati pembatasan kalium yang dianjurkan. Makanan yang
mengandung kalium tinggi yang harus dihindari termasuk kopi, cocoa, teh,
buah yang dikeringkan, kacang yang dikeringkan, dan roti gandum utuh. Susu
dan telur juga mengandung kalium yang cukup besar. Sebalinya, makanan
dengan kandungan kalium minimal termasuk mentega, margarin, sari buah atau
saus cranbeery, bir jahe, permen karet atau gulu-gula agar, permen yang keras,
root beer, gula, dan madu.
Mengembalikan Keseimbangan Kalium. Seperti yang telah disebutkan
sebelumnya, adalah memungkinkan untuk melebihi toleransi terhadap kalium
pada sembarang orang jika substansi tersebut diberikan dengan cepat melalui
jalur intravena. Karena itu, perawatan yang teliti harus dilakukan untuk
memantau larutan kalium dengan ketat, memberikan perhatian yang cermat
terhadap konsentrasi larutan dan kecepatan pemberian. Saat kalium
ditambahkan pada larutan parenteral, kalium dicampur dengan cairan dengan
membalik-balik botol beberapa kali. Kalium klorida seharusnya tidak pernah
diberikan pada botol yang sedang tergantung karena hal ini mungkin berakibat
kalium yang diberikan sebagai bolus (kalium klorida berat dan mengendap di
dasar botol penampung).

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 125


Penting artinya untuk mengingatkan pasien untuk menggunakan pengganti
garam dengan hait-hati jika mereka juga mendapatkan bentuk tambahan kalium
lain atau diuretik hemat kalium. juga, diuretik hemat kalium (seperti
spironolakton, triamterene, dan amiloride), suplemen kalium, dan pengganti
garam tidak diberikan pada pasien dengan disfungsi ginjal. Kebanyakan
pengganti garam mengandung kurang lebih 60 mEq kalium per sendok teh.

Ketidakseimbangan Kalsium
Karena banyak faktor yang mempengaruhi regulasi kalsium, baik
hipokalsemia dan hiperkalsemia adalah gangguan yang relatif umum terjadi.
Untuk memudahkan memahami gangguan kalsium, akan sangat membantu bila
menelaah kembali faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan kalsium.

5. Kekurangan Kalsium (HIpokalsemia)


Hipokalsemia mengacu pada konsentrasi seum kalsium yang lebih
rendah dari normal, yang terjadi dalam beragam situasi klinis. Bagaimanapun
pasien, dapat mengalami kekurangan kalsium tubuh total (sepertipada
osteoporosis) dan mempertahankan kadar kalsium normal. Tirah baring pada
induvidu lansia dengan osteoporosis adalah berbahaya karena kerusakan
metabolisme kalsium dengan meningkatnya resorpsi tulang adalah berkaitan
dengan imobilasi.
Sejumlah faktor dapat menyebabkan hipokaselmia. Hipoparatirodisme
primer terjadi dalam gangguan ini, seperti yang terjadi pada hipoparatirodisme
bedah. Hipoparatirodisme akibat bedah sangat sering terjadi. Tidak hanya
berkaitan dengan bedah tiroid dan paratiroid, tetapi hal ini juga dapat terjadi
setelah diseksi leher radikal dan paling sering terjadi dalam 24 jamsampai 48
jam setelah pembedahan. Hipokalsemia transien dapat terjadi dengan pemberian
darah bersitrat (seperti pada transfusi tukar pada bayi baru lahir), karena sitrat
dapat bergabung dengan kalsium berionisasi dan secara sementara
membuangnya dari sirkulasi.

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 126


Inflamasi pankreas menyebabkan pecahnya protein dan lemak. Ada
dugaan bahwa ion kalsium bergabung dengan asam lemak yang dilepaskan oleh
lipolisis, membentuk sabun. Sebagai hasildari proses ini, hipokalsemia terjadi
dan umum dalam pankkreatitis. Juga menjadi dugaan bahwa hipokalsemia
kemungkinan berkaitan dengan sekresi glucagon yang berlebihan dari pankreas
yang mengalami inflamasi, sehingga mengakibatkan peningkatan sekresi
kalsitonin (suatu hormonyang menurunkan serum kalsium).
Hipokalsemia umumnya terjadi pada pasien dengan gagal ginjal karena
pasien ini sering mengalami kenaikan kadar serum fosfat. Hiperfosfatemia
biasanya menyebabkan penurunan resiprokal dalam kadar serum kalsium.
Penyebab lain hipokalsemia dapat mencakup konsumsi vitamin D yang tidak
adekuat, defisiensi magnesium. Karsinoma medulla tiroid, kadar albumin serum
yang rendah, dan alkalosis. Medikasi yang dapat mempredisposisi kepada
hipokalsemia termasuk antacid yang mengandung aluminum, aminoglikosida,
kafein,sisplatin, kortikosteroid, mitramisin, fosfat, isoniasid, dan diuretic loop.
Osteoporosis berkaitan dengan masukan kalsium rendah dalam waktu
yang lama dan menunjukkan kekurangan kalsium tubuh total, meskipun kadar
kalsium serum biasanya normal. Gangguan ini banyak menyerang orang
amerika terutama wanita pasca-menopause. Gangguan ini ditandai dengan
kehilangan massa tulang, yang menyebabkan tulang menjadi berongga dan
rapuh,dan karenanya rentan terhadap fraktur

Manifestasi Klinis
Tetani merupakan manisfestasi yang paling khas dari hipokalsemia.
Tetani mengacu pada kompleks gejala keseluruhan yang diinduksi oleh
eksitabilitas neural yang meningkat. Gejal-gejal ini adalah akibat lepasan secara
spontan baik serabut motorik dan sensorik pada saraf perifer. Sensasi semutan
dapat terjadi pada ujung jari-jari, sekitar mulut, dan yang jarang yang terjadi
adalah pada kaki. Dapat terjadi spasme otot ekstremitas dan wajah. Nyeri dapat
terjadi sebagai akibat dari spasme ini.

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 127


Tanda Trousseau dapat ditimbulkan dengan mengembangkan cuff
tekanan darh pada lengan atas sampai sekitar 20mm Hg diatastekanan sistolik,
dalam2 sampai 5 menit spasme korpopedal akan terjadikarena terjadi iskemia
pada saraf ulnar. Tanda Chvostek terdiri atas kedutan pada otot yang dipersarafi
oleh saraf fasial ketika saraf tersebutditekan sekitar 2cm sebelah anterior kea
rah daun telinga, tepat di bawah arkus zigomatikus.
Kejang dapat terjadi karena hipokalsemia meningkatkan iritabilitas
sistem syaraf pusat juga saraf perifer. Perubahan lain yang berkaitan dengan
hipokalsemia termasuk perubahan-perubahan mental seperti depresi emosional,
kerusakan memori, kelam pikir, delirium, dan bahkan halusinasi, interval QT
yang memanjang tampak pada gambar EKG karena elongasi segmen , bentuk
takikardia ventricular yang disebut Torsades de Pointes dapat terjadi.

Evaluasi Diagnostik
Ketika mengevaluasi kadar serum, perawat harus mempertimbangkan
variable lainnya, seperti kadar albumin serum dan pH arteri pasien. Karena
abnormalitas dalam kadar serum albumin dapat mempengaruhi interpretasi
kadar kalsium serum, mungkin perlu untuk meghitung serum kalsium yang
diperbaiki jika kadar albumin serum abnormal. Untuk setiap penurunan serum
albumin 1 g/dl di bawah 4 g/dl, kadar kalsium serum total diabaikan hingga
mendekati 0,8 mg/dl. Berikut ini adalah cara tercepat untuk menghitung kadar
kalsium serum yang diperbaiki:
Kadar Ca2+ serum total yang diukur (mg/dl) + 0.8 x [4,0 – kadar
albumin yang diukur (g/dl)] =konsentrasi kalsium total yang diperbaiki (mg/dl).
Suatu contoh untuk menunjukkan penghitungkan yang diperlukan untuk
mendapat kadar kalsium serum total adalah sebagai berikut: Kadar albumin
serum pasien yang dilaporkan adalah 2,5 g/dl, kadar kalsium serum yang
dilaporkan adalah 10,5 mg/dl.

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 128


1. Penurunan kadar albumin serum dari kadar normal (berbeda dari
albumin normal 4 g/dl) dihitung: 4 g/dl – 2,5 g/dl = 1,5 g/dl
2. Rasio berikut dihitung:
0,8 mg/dl : 1 g/dl = ? mg/dl :1,5 mg/dl
? = 0,8 mg x 1,5 atau 1,2 mg/dl kalsium
3. Tambahkan 1,2 samapi 10,5 mg (kadar kalsium serum yang
dilaporkan) untuk mendapatkan kadar kalsium serum total yang
diperbaiki 11,7 mg/dl

Para praktisi akan mengakibatka kadar kalsium serum yang rendah pada
adanya kadar albumin serum yang rendah. Kadar kalsium yang berionisasi
biasabnya normal pada pasien yang dengan penurunan kadar kalsium serum
total dan hipoalbuminesia konkomitan. Bila pH arteri meningkat (alkalosis),
maka lebih banyak kalsium akan berkaitan dengan protein. Sebagai hasilnya,
porsi yang diionisasi menjadi turun. Gejala-gejala hipokalsemia dapat terjadi
pada adanya alkalosis. Asidosis (pH rendah) mempunyai efek sebaliknya, yaitu,
lebih sedikit kalsium yang berikatan dengan protein dan dengan demikian lebih
banyak yang terdapat dalam bentuk terionisasi. Bagaimanpun perubahan yang
secara relative kecil terjadi selama abnormalitas asam-basa ini.
Idealnya, laboratorium harus mengukur kadar kalsium yang diinosasi.
Bagaimanapun, kebanyakan laboratorium hanya melaporkan kadar kalsium
otot, dengan demikian, konsentrasi fraksi terionisasi harus diperkirakan
berdasarkan pengukuran kadar albumin serum secara simultan. Kadar hormone
paratiroid akan menurunkan pada hipoparatiroidisme. Kadar magnesium dan
fosfor harus dikaji untuk mengidentifikasi kemungkinan penyebab penurunan
kalsium.

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 129


Penatalaksanaan
Hipokalsemia sintomatik akut adalah kedaruratan,membutuhkan
pemberian segera kalsium intravena. Garam kalsium parenteral termasuk
kalsium glukonat, kalsium klorida, dan kalsium gluseptat. Meskipun kalsium
klorida menghasikan kalsium berionisasi yang secara signifikan lebih tinggi di
banding jumlah akuimolar kalsium glukonat, cairan ini tidak sering digunakan
karena cairan tersebut lebih mengiritasi dan dapat menyebabkan peluruhan
jaringan jika dibiarkan menginfiltrasi. Pemberian infuse intravena kalsium yang
terlalu cepat dapat menginduksi henti jantung, yang didahului oleh bradikardia.
Pemberian kalsium intravena terutama berbahaya pada pasien yang mendapat
digitalis karena ion kalsium mengeluarkan suatu efek yang serupa dengan efek
yang dimiliki digitalis dan dapat menyebabkan toksisitas digitalis dengan efek
jantung yang merugikan.
Terapi vitamin D dapat dilkukan untuk meningkatkan absorpsi ion
kalsium dari traktus GI. Antacid hidroksida aluminum dapat diresepkan untuk
menurunkan kadar fosfor yang meningkat sebelum mengobati hipokalsemia.
Dan terahir, meningkatkan masukan diet kalsium sampai setidaknya 1000
hingga 1500 mg/hari pada orang dewasa sangat dianjurkan (produk dari susu,
sayuran berdaun hijau, salmon kaleng, sadin, dan oyster segar). Jika tetani tidak
memberikan respons terhadap kalsium IV maka kadar magnesium yang rendah
digali sebagai kemungkinan penyebab tetani.

Intervensi Keperawatan
Penting artinya untuk mengamati hipolsemia pada pasienberiko.
Perawat harus bersiap untuk kewaspadaan kejang bila hipokalsemia hebat.
Setatus jalan napas harus dipantau dengan teliti karena dapat terjadi stridor
laryngeal. Tidak kewaspadaan diterapkan, sesuai kebutuhan, jika terdapat kelam
pikir.

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 130


Induvidu berisiko terhadap osteoporosis diinstruksikan tentang perlunya
masukan kalsium diet yang adekuat, jika dikonsumsi dalam diet, suplemen
kalsium harus dipertimbangkan.juga, manfaat latihan yang teratur dalam
mengurangi kerapuhan tulang harus ditekankan, seperti juga halnya efek dari
medikasi pada keseimbangan kalsium. Sebagai contoh, alcohol dan kafein
dalam dosis yang tinggi menghambat penyerapan kalsium, dan perokok kretek
sedang meningkatkan ekskresi kalsium urin.

6. Kelebihan Kalsium (Hiperkalsemia)


Hiperkalsemia mengacu pada kelebihan dalam plasma. Kondisi ini
merupakan ketidak keseimbangan yang berbahaya bila berat; pada
kenyataannya, Krista hiperkalsemia mempunyai angka mortalitas 50% jika
tidak dilatasi dengan cepat.
Penyebab umum hiperkalsemia adalah penyakit neuplastik maligna dan
hiperparatiroidisme. Tumor malignansi dapat menyebabkan hiperkalsemia
melalui beragam mekanisme. Sekresi hormone paratiroid berlebihan yang
berkaita dengan hiperparatiroidisme menyebabkan meningkatan pelepasan
kalsium dari tulang dan meningkatnya penyerapan kalsium pada usus dan
ginjal.
Mineral tulang akan hilang selama imobilisasi, kadang menybabkan
kenaikan kalsium total (dan secara khusus yang terionosasi) dalam aliran darah.
Hiper kalsemia simtomatik akibat imobilisasi, bagaimnpun, jarang terjadi; bila
memang terjadi, hal ini nampaknya terbatas pada individu dengan angka
kepulihanl atau se kalsium yang tinggi (seperti pada remaja selama
pertumbunhan yang cepat). Sebagian besar hiperkalsemia sekunder terhadap
imobilitas terjadi setelah fraktur hebat atau meltipe atau setelah paralisis
traumatic yang luas.

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 131


Diuretik tiasit dapat menyebabkan sedikit kenaikan kadar serum kalsium
karena diuretik ini memperkuat kerja hormone paratiroid pada ginjal, yang
mengurangi ekresi kalsium urin.sidrom susu-alkali dapat trjadi pada pasien
dengan ulkus peptikum yang diobati dalam waktu lama menggunakan antasida
susu dan alkalin, terutama kalsium karbonat. Intoksidasi vitamin A danD, juga
penggunaan litium, dapat menyebabkan kelebihan kalsium.

Manifestasi Klinis
Secara umum,gejala hiperkarsemia adalah senbanding dengan tingkat
kenaikan kdar kalsium serum. Hiperkalsemia mengurangi eksitabilitas
neuromuscular karena hal ini menekan aktivitas pertemuan mioneural. Gejala-
gejala seperti kelemahan muskuler,inkoordinasi, anoreksia, dan konstipasi dapat
karena penurunan tonus pada otot lurik dan polos.
Anoreksia, mual, muntah, dan konstipasi adalah gejala yang umum dari
hiperkalsemia. Dehidrasi terjadi mual, muntah, anoreksia, dan penyerapan
kalsium yang berikatan dengan natrium pada tubulus renalis proksimal. Nyeri
abdomen dan tulang juga dapat terjadi. Distensi abdomen dan peralitik ileus
dapat menyulitkan krisis hiperkalsemia hebat. Rasa yang hebat dapat terjadi
sekunder terhadap poliuria yang disebabkan oleh beban zat terlarut (kalsium)
yang tinggi. Psien dengan hiperkalsimia dapat mengalami gejala yang
menyerupai gejala ulkus peptikum karena hiprtkalsemia meningkatkan sekresi
asam oleh lambung.
Konfusi mental, kerusakan memori, bicara tidak jelas, letargi, perilaku
pesikotik akut, atau koma dapat terjadi. Gejala yang lebih hebat cenderung
untuk timbul bila kadar kalsium serum mendekati 16 mg/dl atau lebih.
Bagaimanapun beberapa pasien dapat menjadi sangat terganngu dengan kadar
serum kalsium 12 mg/dl. Gejala ini akan mereda dengan kadar kalsium serum
kembali pada normal setelah pengobatan.

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 132


Urinasi berlebihan karena gangguan fungsi tubulus ginjal yang
disebabkan oleh hiperkalsemia dapat saja terjadi. Standstiil jantung dapat terjadi
ketika kalsium serum adalah sekitar 18 mg/dl atau lebih. Efek iniutropik
digitalis ditingkatkan oleh kalsium, karenanya, toksisitas digitalis
diperberatoleh hiperkalsemia.
Krisis hiperkalsemia mengacu pada kenaikan akut kadar serum
kalsium hingga 17mg/dl atau lebih tinggi. Rasa haus yang hebat dan poliuria
secara khas ada. Temuan lainnya dapat mencakup kelemahan muscular, mual
yang tidak dapat dihilangkan, kram abdomen, obstipasi (konstipasi yang sangat
hebat) atau diare, gejala-gejala ulkus peptikum, dan nyeri tulang. Letargi,
konfusi mental, dan koma juga dapat terjadi. Kondisi ini sangat berbahaya dan
dapat mengakibatkan henti jantung.

Evaluasi Diagnostik
Kadar kalsium serum lebih tinggi dari 10,5 mg/dl (SI: 2,6 mmol/L).
Perubahan-perubahan kardovaskular dapat mencakup beragam disritmia dan
perpendekan interval QT dan segmen St. Interval PR kadang memanjang. Uji
antibody hormone paratiroid ganda mungkin dilakukan untuk membedakan
antara hiperparatiroidisme primer dengan malignansi sebagai penyebab
hiperkalsemia. Kadar hormone paratiroid meningkat pada hiperparatiroidisme
primer atau sekunder dan ditekan pada malignansi. Temuan rontgen dapat
menunjukkan adanyaosteoporosis, kavitasi tulang, atau batu saluran kemih.

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 133


Penatalaksanaan
Tujuan terapeutik pada hiperkalsemia mencakup menurunkan kadar
kalsium serum dan memperbaiki proses yang menyebabkan
hiperkalsemia.mengatasi penyebab yang mendasari (y.i, kemoterapi untuk
malignansi atau paratiroidektomi parsial untuk hiperparatiroidisme) adalah
penting.
Tindakan umum termasuk pemberian cairan untuk mengencerkan
kalsium serum dan meningkatkan ekskresinya oleh ginjal, memobilisasi pasien,
dan membatasi masukan kalsium melalui diet. Pemberian larutan natrium
klorida 0,9% intravena secara temporer mengencerkan kadar kalsium dan
meningkatkan ekskresi kalsium urin dengan menghambat reabsorpsi kalsium di
tubular. Furosemid (Lasix) sering digunakan dalam kaitannya dengan
pemberian salin, selain menyebabkan dieresis, furosemid meningkatkan
ekskresi kalsium.
Kalsitonin dapat digunakan bagi pasien dengan penyakit jantung atau
gagal ginjal yang tidak dapat mentoleransi beban natrium yang besar.
Kalsitonin mengurangi resopsi tulang, meningkatkan deposit kalsium dan fosfor
dalam tulang, dan meningkatkan ekskresi kalsium dan fosfor urine.meskipun
tersedia dalam beberapa bentuk, kalsitonin yang didapatkan dari sdari salmon
umumnya digunakan. Pemeriksaan kulit untuk alergi terhadap kalsitonin
salmon penting untuk dilakukan sebelum klasitonin diberikan. Reaksi alergi
sistemik mungkin terjadi karena hormone ini merupakan protein, resistensi
terhadap medikasi ini dapat terbentuk kemudian karena pembentukan antibody.
Kalsitonin diberikan melalui suntikan IM ketimbang dengan subkutan karena
pasien dengan hiperkalsemia mempunyai perfusi jaringan subkutan yang buruk.
Bagi pasien dengan penyakit malignan, pengobatan diarahkan pada
pengendalian kondisi melalui pembedahan, kemoterapi, atau terapi radiasi.
Kontikosteroid mungkin digunakan untuk menurunkan pergantian tulang dan
reabsorpsi tubular bagi pasien dengan sarkoidosis, myeloma, limfoma, dan
leukemia, pasien dengan tumor padat kurang responsive. Bifosfonat
menghambat aktivitas oesteoklas. Pamidronat (aredia) adalah agen yang paling
paten dari preparat ini dan diberikan secara intravena, obat ini menyebabkan

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 134


pireksia transien, ringan, menurunkan jumlah SDP, dan miralgia. Etidronat
(didronel) adalahbifosfonat lainnya yang diberikan secara intravena, tetapi
kerjanya lebih lambat. Mithramycin, suatu anti biotic sitotoksi, menghambat
resorpsi tulang dan dengan demikian menurunkan kadar kalsium serum.
Preparat ini harus digunakan secara hati-hati karena memiliki efek samping
yang signifikan,termasuk trombositopenia, nefrotoksisitas dan hepatotoksistas.
Garam fosfat inorganic dapat diberikan secara oral atau melalui selang
nasogastrik (dalam bentuk phosphor-soda atau neutral-phos), secara rectal
(sebagai enema retensi), atau secara intravena. Terapi fosfat dilakukan dengan
sangat hati-hati dalam mengobati hiperkalsemia karena hal ini dapat
menyebabkan klasifikasi dalam beragam jaringan, hipotensi, tetani, dan gagal
akut.

Intervensi Keperawatan
Penting untuk memantau kekambuhan hiperkalsemia pada pasien yang
berisiko terhadap kalainan ini. Melakukan intervensi, seperti meningkatkan
mobilitas pasien dan memperbanyak cairan, dapat membantu mencegah
hiperkalsemia, atau setidaknya meminimalkan keparahannya. Pasien dirawat
yang beresiko terhadap hiperkalsemia berikan dorongan untuk ambulasi secepat
mungkin; pasien rawat jalan dan mereka yang dirawat dirumah diinformasikan
tentang pentingnya ambulasi yang sering.
Ketika memperbanyak cairan oral, perawwat harus mempertimbangkan
kesukaan dan ketidaksukaan pasien. Cairan yang mengandung natrium harus
diberikan,karena natrium memudahkan ekresi kalsium.pasien yang dirawat
dirumahdidorng untuk minum 3 sampai4 quart air setiap hari, jika
memungkinkan. Bulk yang adekuat harus diberikan dalam diet untuk
mengurangi kecenderungan terhadap konstipasi. Tindak kewaspadaan
dilakukan, sesuai kebutuhan, ketika gejala mental akibat hiperkalsomia timbul.
Pasien dan keluarga diinformasikan bahwa perubahan mental ini dapat pulih
dengan pengobatan. Kalsium yang meningkat menguatkan efek digitalis;
kaenanya pasien dikaji terhadap EKG dapat terjadi (PVC, PAT, dan Blok
jantung); karenanya, nadi pasien dipantau di segala abnormalitas.

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 135


Ketidakseimbangan Magnesium
Fungsi Magnesium. Setelah kalium, magnesium adalah kation
intraseluler yang terbanyak. Kation ini bekerja sebagai suatu aktivatot terhadap
sistem enzim interseluler dan memainkan peranan penting dala metabolism
protein dan kabrohidrat. Keseimbangan magnesium penting dalam fungsi
neuromuskular. Karena magnesium bekerja secara langsung pada pertemuan
mioneural, variasi dalam konsentrasi magnesium serum mempengaruhi
iratabilitas dan kontraktilitas neuromuskular. Sebagaicontoh, suatu kelebihan
magnesium menghilangkan ekstitabilitas sel-sel otot, sementara kekurangan
magnesium meningkatkan iratabilitas dan kontraklilitas neuromuskula.
Magnesium menghasilkan efek sedatifnya pada pertemuan neurotransmitter,
kemungkinan dengan menghambat pelepasan neurotransmitter aseltrikolin.
Magnesium juga meningkatkan ambang stimulus dalam serabut saraf.
Magnesium mengeluarkan efek pada sistem kardiovaskular, bekerja
secara parifer untuk menimbulkan vasodilatasi diduga mempunyai efek
langsung pada arteri dan arteriole perifer, yang mengakibatkan resisten perifer
total.

7. KekuranganMagnesium (Hipomagnesemia)
Hipomagnesemia mengacu pada konsentrasi magnesium serum dibawah
normal. Kadar magnesium serum normal adalah 1,5 sampai 2,5 mEq/L (atau
1,8-3,0 mg/dl, SI:o,75-1,25 mmol/L). hamper sepertiga magnesium serum
berikatan dengan protein, duapertiga sisanya terdapat sebagai kation bebas
(Mg2+). Seperti kalsium, kation ini adalah fraksi terionisasi yang terutamanya
terlibat dalamaktivitas neuromuscular dan proses fisiologi lainnya. Seperti
halnya kadar kalsium, kadar magnesium harus dievaluasi dalam kombinasi
dengan kadar albumin. Kadar albumin serum yang rendah akan menurunkan
magnesium total.

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 136


Hipomagnesemia adalah ketidakseimbangan yang umum pada pasien
yang sakit secara kritis, namun hal ini sering terabaikan. Kekurangan
magnesium juga terjadi pada pasien lain yang sakit secara akut, seperti mereka
yang mengalami gejala putus alcohol dan mereka yang menerima makanan
bernutrisi setlah periode kelaparan. Seperti pada nutrisi selang atau nutrisi
parenteral.
Rute kehilangan magnesium yang terpenting adalah traktus intetinalis.
Kehilangan bisa dalam bentuk drainase dari pengisap nagostrik, diare, atau
fistula. Karena cairan dari gastrointestinal bagian bawah lebih banyak
mengandung magnesium (10-14 mEq/L) dibandingkan dengan cairan dari
traktusgastrointestinal bagian atas (1-2 mEq/L), kehilangan akibat diare dan
fistula intestinal mungkin akan lebih menyebabkan kekurangan magnesium
dibandingkan dengan kehilangan yang diakibatkan oleh pengisapan lambung.
Meskipun kehilangan magnesium secara relatif kecil dalam pengisapan
nasogastrik, hipomagnesiumakan terjadi bila kehilangan berkepanjangan dan
cairan parenteral tidak mengandung magnesium. Karena usus kecil distal adalah
tempat utama penyerapan magnesium, segala bentuk gangguan fungsi usus,
seperti reseksi intestine atau penyakit inflamasi usus, dapat mengarah pada
hipomagnesium.
Alkoholisme adalah penyebab hipomagnesium simptomatik yang paling
umum di amerika serikat. Kondisi ini terutama sangat mengganggu ketika
sedang mengobati putus alkohol. Kerena hal ini, sangat dianjurkan bahwa kadar
magnesium serum diukur setiap 2 atau 3 hari pada pasien yang sedang
menjalani penghentian alkohol. Meskipun kadar magnesium serum dapat
normal saat masuk, kadar ini dapat turun sebagai akibat perubahan metabolism
yang berkaitan dengan terapi, seprti perpindahan magnesium intraseluler yang
berkaitan dengan pemberian glukosa intravena.
Selama penggantian nutrisi, elektrolit seluler utama ditarik dari serum
dan disimpan dalam sel-sel yang baru saja mengalami sintesis. Karenanya, jika
formula pemberian maka enteral atau parenteral kandungan magnesiumnya
kurang, maka hipomagnesemia serius akan terjadi. Karena hal ini, kadar serum
ion yang terutama interselular ini harus diukur pada intravena yang teratur

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 137


selama pemberian makan enteral, khususnya pada pasien yang telah mengalami
periode kelaparan
Penyebab lain hipomagnesemia termasuk pemberian aminoglikosida,
sikloporine,sisplatin, diuretic, digitalis, dan amfoterisin dan pemberian cepat
darah bersitrat, khususnya pada pasien dengan penyakit ginjal atau hepatik.
Defisiensi magnesium sering terjadi pada pasien dengan diabetic ketoasidosis,
kondisi ini secara primer merupakan akibat peningkatan ekskresi magnesium
selama dieresis ostmotikdan perpindahan magnesium kedalam sel-sel dengan
terapi insulin.

Manifestasi klinik
Manifestasi klinik hipomagnesemia sangat berkaitan dengan sistem
neuromuscular. Beberapa efeknya akibat secara langsung dari rendahnyakadar
magnesium serum, lainnya akibat perubahan-perubahan sekunder dalam
metabolism kalsium dan kalium. Gejala-gejala biasanya belum terjadi sampai
kadar magnesium serum kurang dari 1 mEg/L (SI: mmol/L0.
Di antara perubahan neuromuscular adalah hiperekstibilitas dengan
kelemahan otot, tremor, dan gerakan atetoid (gerakan-gerakan lambat, kedutan
involunter dan memutar-mutar). Perubahan lainnya termasuk tetani, tonik-
klonik penggeneralisasian atau kejang fokal, stidor laryngeal, dan tanda
Chvostek dan Trouseau positif (lihat pembahasan pada hal 265), yang terjadi,
sebagian karena hipokalsemia yang menyertai.
Defisiensi magnesium mencetuskan disritmia jantung, seperti PVC,
takikardia supraventrikular, dan fibrilasi digitalis adalah berkaitan dengan
rendahnya kadar magnesium serum.ini merupakan pertimbangan penting karena
pasien yang menerima digoskin juga mungkin mendapat terapi diuretic,
sehingga mencetuskan kehilangan magnesium malaui ginjal.
Hipomagnesemia mungkin disertai oleh perubahan suasana hati yang
jelas. Apatis, depresi, gelisah, atau ginjal ekstrim telah terbukti, juga ataksia,
pusing, insomnia, dan kelam pikir. Pada waktunya, delirium dan psikosis nyata
dapat terjadi, seperti halusinasi dengar atau lihat.

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 138


Evaluasi Diagnostik
Pada analisis laboratorium, kadar magnesium serum adalah kurang dari
1,5 mEq/l atau 1,8nmg/dl 9SI: 0,75 mmol/L). hipomagnesemia seringkali
berkaitan dengan hipokalemia dan hipokalsemia. Sekitar 25% magnesium
berikatan dengan protein, terutama sekali dengan albumin. Penurunan albumin
karenanya dapat menurunkan hasil total konsentrasi magnesium,
bagaimanapun, hal in tidak menurunkan konsentrasi magnesium plasma yang
terionisasi. Evaluasi EKG mencerminkan defisiensi magnesium, kalsium, dan
kalium, takiritmia, perpanjangan interval PR dan QT, pelebaran QRS, depresi
ST dan pendataran gelombang T. Torsades de Pointes, suatu bentuk takikardi
ventricular berkaitan dengan perubahan ketiga elektrolit tersebut. Kadar
magnesium urin dapat membantu dalam mengidentifikasi penyebab penipisan
magnesium dan dilakukan setelah pemberian magnesium sulfat.

Penatalaksanaan
Defisiensi magnesium ringan dapat diperbaiki hanya dengan diet saja.
Sumber diet magnesium yang utama adalah sayuran hijau, kacang-kacangan
dan legume, serta buah-buahan seperti pisang, buah anggur, dan jeruk.
Magnesium juga sangat banyak terkandung dalam mentega kacangan dan
coklat. Bila diperlukan, garam magnesium dapat juga diberikan per oral untuk
menggantikan kehilangan kontimu. Diare adalah komplikasi umum dari
magnesium bentuk oral. Pasien yang menerima nutrisi parenteral total
membutuhkan magnesium dalam larutan intravena untuk mencegah
perkembangan hipomagnesemia. Pemberian intravena magnesium sulfat harus
dilakukan melalui pompa IV, dan kalsium glukonat harus sudah tersedia untuk
berjaga-jaga bila terjadi tetani hipokalsemik atau hipermagnesemia.
Gejala berat hipomagnesemia diatasi denga pemberian magnesium
parenteral. Magnesium sulfat merupakan garam magnesium yang paling umum
digunakan. Konsentrasi garam magnesium seri dapat digunakan untuk mengatur
dosisnya.

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 139


Intervensi Keperawatan
Perawat harus waspada pada pasienyang berisiko terhadap
hipomagnesemia dan mengamati terjadinya kondisi ini. Pasien yang sedang
mendapat digitalis harus dipantau dengan ketat karena kekurangan magnesium
mencetuskan toksisitas digitalis. Bila hipomagnesemia menjadi berat, perawat
harus bersiap diri untuk melakukan tindak kewaspadaan kejang. Kewaspadaan
keselamatan lainnya dilakukan, sesuai indikasi, jika terjadi kalam pikir.
Karena kesulitan menelan (disfagia) dapat terjadi pada pasien dengan
penipisan magnesium, kemampuan untun untuk menelan harus diuji dengan air
sebelum medikasi oral atau makanan diberikan. Disfagia kemungkinan
berkaitan dengan gerakan atetoid atau khoreiform (berkejut cepat, involunter,
dan tidak teratur) yang berkaitan dengan kekurangan magnesium.
Bila kekurangan magnesium dikarenakan salah penggunaan diuretik atau
laksatif, penyuluhan pasien dapat membantu menghilangkan masalah. Bagi
pasien yang mendapat diet umum yang mengalami kehilangan magnesium
abnormal, masukan makana yang banyakmmengandung magnesium (mis,
sayuran hijau, kacang-kacangan dan legume, pisang dan jeruk) diperbanyak.
Jika kekurangan berkenaan dengan penyalahgunaan alkohol, rujukan pada
pekerja social atau Alcoholics Anonyymous diindikasikan.

8. Kelebihan Magnesium (Hipemarmagnesemia)


Hipermagnesemia mengacu pada konsentrasi magnesium serum lebih
besar dari normal. Kadar magnesium serum dapat tampak tinggi palsu bila
specimen darah dibiarkan mengalami hemolisis atau diambil dari ekstremitas
dengan tuniket yang sangat ketat.
Sejauh ini penyebab palin umum dari hipermagnesemia dalh gagal
ginjal. Pada kenyataanya, pasien dengan gagal ginjal tahap lanjut mengalami
setidaknya sedikit kenaikan kadar magnesium serum. Kondisi ini diperburuk
ketika pasien ini mendapat magnesiumuntuk mengontrol kejang atau mendapat
salah satu antacid komersial yang mengandung garam magnesium secara tidak
disengaja.

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 140


Hipermagnesemia dapat terjadi pada pasien dengan diabetic ketosidosis
ketika katabolisme menyebabkan pelepasan magnesium selular yang tidak
dapat diekskresi karena penipisan volume cairan yang besar dan mengakibatkan
oliguria.
Kelebihan magnesium juga dapat terjadi akibat kelebihan pemberian
magnesium. Kadar magnesium serum yang meningkat juga dapat terjadi pada
insufisiensi adrenokotikal, penyakit Addison, atau hipotermia.

Manifestasi Klinik
Kenaikan akut kadar magnesium serum menekan sistem saraf ousat juga
pertemuan neuromuscular perifer. Pada kadar yang meningkat rinagan, terdapat
kecenderunagn untuk terjadi penurunan tekanan darah karena vasodilatasi
perifer. Mual, muntah, klasifikasi jaringan lunak, kemerahan pada wajah, dan
sensasi hangat dapat juga terjadi. Pada konsentrasi magnesium yang lebih tinggi
dapat terjadi letargi, kesulitan berbicara (disatrial), dan mengantuk. Reflex
tendon profundatidak terlacak dan dapat terjadi kelemahan ototdan paralisis.
Pusat pernapasan terletak bila kadar magnesium serum melebihi 10mEq/L.
koma dan henti jantung dapat terjadi bila kadar magnesium serum sangat naik.

Evaluasi Diagnostik
Pada analisis laboratorium, kadar magnesium serum lebih tinggi dari2,5
mEq/L, atau 3,0 mg/dl (SI:1,25 mmol/L). Temuan EKG menunjukkan
perpanjangan interval QT dan blok AV.

Penatalaksanaan
Pengobatan terbaik untuk hipermagnesemia adalah pencegahan. Hal ini
dapat dicapai dengan tidak memberikan magnesium pada pasien yang sakit
serius yang mendapat garam magnesium. Pada adanya hipermagnesemia berat,
semua garam magnesium parenteral dan oral dihentikan. Bila terdapat depresi
pernapasan atau defektif konduksi jantung, tindakan kedaruratan seperti
dukungan ventilator dan pemberian kalsium intravena diindikasikan.
Hemodialisasi denagn dialisat bebas magnesium adalah pengobatan efektif

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 141


yang seharusnya menghasilkan kadar magnesium serum yang aman dalam
beberapa jam.diuretik dan larutan natrium klorida 0.45% meningkatkan
ekskresi magnesium pada pasien dengan fungsi ginjal yang adekuat. Kalsium
glukonat intravena (10 ml dari larutan 10%) mengantagonis efek neuromuskular
dari magnesium.

Intervensi Keperawatan
Pasien yang berisiko terhadap hipermagnesemia diidentifikasi dan dikaji.
Saat diduga hipermagnesemia, perawat harus memantau tanda-tanda vital,
memperhatikan adanya hipotensi dan napas dangkal, dan mengamati penurunan
reflex patella serta perubahan dalam tingakt kesadaran. Kehati-hatian yang
selalu diperhatikan untuk menghindari pemberian medikasi yang mengandung
magnesium kepada pasien dengan gagal ginjal atau dengan gangguan fungsi
ginjal. Sema halnya, perawat harus mengingatkan pasien gagal ginjal untuk
selalu memeriksakan diri pada pemberi perawatan kesehatannya sebelum
mereka menggunakan medikasi yang dijual dengan bebas. Kewaspadaan
penting ketika cairan magnesium disiapkan dan diberikan secara parenteral
karena larutan magnesium parenteral terkemas karena larutan magnesium
parenteral terkemas dalam wadah dalam berbagai ukuran (seperti ampul 2-ml
vial 50-ml), yang semuanya kadang dengan bebas disebut sebagai “amps”.

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 142


Ketidakseimbangan Fosfor
Fungsi fosfor. Fosfor merupakan zat penting dari semua jaringan tubuh.
Fosfor penting untuk fungsi otot dan sel-sel darah merah, pembentukan
adenosine trifosfat (ATP) dan 2,3-difosfogliserat (DPG), dan pemeliharaan
keseimbangan asam basa, juga untuk sistem syaraf dan perantara metabolism
kabohidrat, protein, dan lemak. Kadar normal serum fosfor berkisar 2,5 dan 4,5
mg/dl (SI: 0,8-1,5 mmol/L), dan dapat setinggi 6 mg/dl (SI: 1,94 mmol/L) pada
bayi dan anak-anak. Karena tingginyakecepatan pertumbuhan skeletal. Fosfor
merupakan anion utama dalam cairan intraseluler. Sekitar 8,5% fosfor terletak
dalam tulang dan gigi, 14% dalam jaringan lunak, dan kurang dari 1% dalam
cairan ekstrakuler. Fosfor penting untuk fungsi syaraf dan otot dan memberikan
dukungan stuktural pada tulang dan gigi.kadar fosfor menurun dengan
bertambahnya usia.

9. Kekurangan fosfor (Hipofosfatemia)


Hipofosfatemia adalah didefinisikan sebagai konsentrasi fosfor anorganik
di bawah normal. Meskipun keadaan ini sering menunjukkan defisiensi fosfor,
keadaan ini dapat terjadi dalam bebagai situasi dimana penyimpanan fosfor
tubuh adalah normal. Sebaliknya, defisiensi fosfor abnormal dalam jaringan
otot dan bisa terjadi dalam keadaan tidak adanya hipofosfatemia.
Hipofosfatemia dapat terjadi selama pemberian kalori pada pasien dengan
malnutrisi kalori-protein yang parah. Hal ini paling mungkin untuk terjadi
dengan masukan atau pemberian sangat banyak karbohidrat sederhana.sidrom
ini dapat timbul pada siapa saja yang mengalami malnutrisi kalori-protein berat
(seperti pada pasien anoreksia nervosa atau alkoholisme, atau pasien lansia
yang sangat lemah yang tidak mampu untuk makan). Beberapa sumber
menunjukkan bahwa setidaknya 50% pasien yang dirawat dirumah sakit karena
alkoholisme kronis menderitaakibat hipofosfatemia.
Hipofosfatemia jelas dapat terjadi pada pasien malnutrisi yang mendapat
nutrisi parenteral total(NTP) jika kehilangan fosfor tidak diperbaiki secara
adekuat. Penyebab lain hipofosfatemia termasuk hiperventilasi berat yang
berkepanjangan, penghentianalkohol, masukan diet yang buruk, diabetic

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 143


ketoasidosis, dan luka bakar ternal manyor. Magnesium rendah, kalium rendah,
dan hiperparatirodisme yang berkaitan dengan peningkatan kehilangan melalui
urin menunjang terjadinya hipofosfatemia. Respirasi alkalosis dapat
menyebabkan penurunan fosfor karena perpindahan fosfor interselular.
Ikatan fosfor berlebih oleh antacid yang mengandung magnesium,
kalsium, atau albumin dapat menurunkan ketersediaan fosfor dari diet sampai
jumlah di bawah yang dibutuhkan untuk mempertahankan keseimbangan fosfor
serum. Tingkat hipofosfatemia tergantung pada jumlah fosfor dalam diet
dibandingkan dengan dosis antacid. Vitamin D mengatur penyerapan ion
intestinal, dan karenanya defisiensi vitamin D dapat menyebabkan penurunan
kalsium dan fosfor yang mengarah pada ostemalasia.

Manifestasi Klinik
Sebagian besar tanda dan gejala defisiensinya fosfor tampak terjadi
akibat defisiensinya trifosfat (ATP), atau 2,3-difosfagliserat (DPG), atau
keduanya. Defisiensinya ATP merusak sumber energy selular, dan 2,3-DPG
merusak pengiriman oksigen.
Gejala neurologis yang luas dapat terjadi, seperti peka rangsang. Gelisah,
kelemahan, kebas, perestesia, kelam pikir, kejang, dan koma. Kadar 2,3-DPG
yang rendah mengurangi pengiriman oksigen kejaringan perifer, mengakibatkan
aneksia jaringan. Hipoksia kemudian mengarah pada peningkatan frekuensi
pernapasan dan alkalosis respirotorik, sehingga menyebabkan fosfor berpindah
kedalam sel-sel menguatkan hipofosfatemia.
Diduga bahwah ipofosfatemia mempredisposisi terhadap infeksi. Dalam
percobaan hewan, hipofosfatemia telah menunjukkan dapat menimbulkan
depresi kemotaktik, fagositik, dan aktivitas granulosit bacterial.
Kerusakan otot dapat terjadi sejalan dengan menurunnya kadar ATP
dalam jaringan. Hal ini secara klinis termanifestasi melalui kelemahan otot,
nyeri otot, dan pada waktunya, radbomiolisis akut (disintegrasi otot lurik).
Kelemahan otot-otot pernapasan dapat sangat merusak ventilasi. Juga,
hipofosfatemia dapat mempredisposisi resisten-insulin, dan dengan demikian

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 144


hiperglikimia. Kehilangan fosfor kronis dapat menyebabkan memar dan
pendarahan akibat disfungsi thrombosis.

Evaluasi Diagnostik
Pada analisis laboratorium, kadar fosfor serum akan kurang dari 2,5
mg/dl(SI: 0,80 mmol/L) pada orang dewasa. Penting artinya untuk diingat
bahwa glukosa atau pemberian insulin menyebabkan sedikit penurunan dalam
kadar fosfor serum. Kadar hormone paratiroid akan meningkat pada
heperparatiroidisme. Magnesium serum dapat menurun akibat peingkatan
ekskresi magnesium dalam urin. Fosfatase basa meningkat dengan aktivitas
oesteoblasti. Pemeriksaan rontge dapat menunjukkan perubahan skeletal
osteomalasia atau riket.

Penatalaksanaan
Seperti hanya pada keseimbangan elektrolit, pengobatan terbaik adalah
pencegahan. Pada pasien yang berisiko terhadap hipofosfatemia, kadar fosfat
serum harus dipantau dan dikoreksi dengan ketat yang dilakukan sebelum
kekurangan menjadi lebih parah. Jumlah fosfor yang adekuat harus
ditambahkan ke dalam larutan parenteral. Dan perhatian harus juga diberikan
pada kadar fosfor dalam larutan makanan enteral.
Hipofosfatemia berat adalah berbahaya dan membutuhkan perhatian
segera. Koreksi fosfor intravena agresif biasanya dibatasi pada pasien dengan
kadar serum fosfornya dibawah 1mg/dl (SI: mmol/l) dan mereka yang saluran
gastrointesinalnya tidak berfungsi. Kemungkinan bahaya pemberian intravena
fosfor mencakup hipokalsemia dan klasifikasi metastatic akibat hiperfosfatemia
pada situasi yang kurang akut, penggantian fosfor peroral biasanya sudah
memadai.

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 145


Intervensi Keperawatan
Perawat harus mengidentifikasikan pasien yang berisiko terhadap
hipofosfatemia dan memantau terhadap keberadaanya. Karena pasien malnutrisi
yang menerima nutrisi parenteral total berisiko terhadap hipofofatemia bila
kalori yang diberikan terlalu agresif, pencegahan dapat dilakukan dengan secara
bertahap memberikan larutan makanan untuk menghindari perpindahan fosfor
secara cepat ke dalam sel-sel.
Bagipasien dengan hipofosfatemia, perhatian yang cermat harus
diberikan untuk mencegah infeksi karena hipofostemia dapat menyebabkan
perubahan dalam granulosit. Bagi pasien yang membutuhkan koreksi
kehilangan fosfor, penantauan yang sering terhadap kadar fosfor serum
diindikasikan untuk memperbesar pengkajian klimis. Tanda dini hipofosfatemia
(gelisah, kelam pikir, perubahan tingkat kesadaran) didokumentasikan dan
dilaporkan.

10. Kelebihan Fosfor (Hiperfosfatemia)


Hiperfosfatemia mengacu pada kadar fosfor serum yang lebih tinggi dari
normal. Beragam kondisi dapat mengarah pada ketikseimbangan ini.
Penyebab yang paling umum dari hiperfosfatemia adalah penurunan
ekskresi fosfor pada gagal ginjal. Penyebab lainnya mencakup kemoterapi
untuk penyakit neoplastik, masukan fosfor yang tinggi, nekrosis otot yang luas,
dan penurunan aborpsi fosfor. Komplikasi primer dan fosfor yang meningkat
adalah klasifikasi metastatic (jaringan lunak, sendi, dan arteri), hal ini terjadi
ketika kalsium X magnesium melebihi 70 mg/dl.

Manifestasi Klinik
Suatu peningkatan kadar serum fosfor hanya menyebabkan sedikit gejala.
Konsekuensi jangka panjang yang paling adalah klasifikasi jaringan lunak, yang
terjadi terutama sekali pada pasien dengan penurunan laju filtrasi glomerular,
konskuensi jangka pendek yang paling penting adalah berbahaya karena kondisi
inimeningkat presipitasi kalsium fosfat pada tempat-tempat non oseus. Karena
hubungan resiprokal antara fosfor dan kalsium, kadar fosfor yang tinggi

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 146


cenderung untuk menyebabkan konsentrasi kalsium yang rendah dalam serum.
Dapat terjadi tetani dan dapat timbul sebagai sensasi kesemutan pada ujung-
ujung jari dan sekitar mulut. Anoreksia, muntah, mual, kelemahan otot,
hiperefleksia, dan takikardia dapat terjadi. Tanda dan gejala biasanya jarang dan
disebabkan oleh terjadinyapenurunan kalsium atau kalsifikasi jaringan lunak.

Evaluasi Diagnostik
Pada analisis laboratorium, kadar fosfar serum adalah lebih tinggi dari 4,5
mg/dl (SI: 1,5 mmol/L) pada orang dewasa. Kadar fosfor normalnya lebih
tinggi pada anak-anak, dianggap demikian karena tingginya kecepatan
pertumbuhan skeletal. Kadar kalsium serum sangat membantu dalam mengkaji
komplikasi akibat pengobatan da mediagnosis masalah utama. Pemeriksaan
rontge dapat menunjukkan perubahan skeletal dengan perkembangan anormal
tulang. Kadar hormone paratiroid akan menurun pada hipoparatiroidisme.
Kadar BUN dan kreatinin digunakan untuk mengkaji fungsi ginjal.

Penatalaksanaan
Bila mungkin, pengobatan diarahkan pada gangguan yang mendasari.
Sebagai contoh, hiperfosfatemia yang berhubungan dengan lisis sel-sel tumor
dapat dikurangi dengan pemberian.allopurinol sebelumnya untuk mencegah
nefropati urat. Bagi pasien dengan gagal ginjal,tindakan untuk menurunkan
kadar fosfat serum diindikasikan, hal ini mencakup pemberian fosfat yang
berkaitan dengan jel, pembatasan diet fosfat, dan dialysis.

Intervensi Keperawatan
Perawat harus waspada terhadap pasien yang berisiko mengalami
hiperfosfatemiadan memantau keberadaanya. Bila diresepkan dari rendah
fosfor, pasien diintruksikan untuk menghindarimakanan yang tinggi kandungan
fosfornya. Makanan-makanan tersebut termasuk keju keras, krim, kacang-
kacangan, sereal gandum bersekam, buah yang dikeringkan, sayuran yang
dikeringkan, daging khusus, seperti ginjal, sardine, dan roti manis, dan makanan
yang dibuat dengan susu. Bila memungkinkan, perawat menginstruksikan

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 147


pasien untuk menghindari bahan-bahan yang mengandung fosfat, seperti
laksatifdan enema yang mengandung fosfat. Pasien juga diajarkan tentang
tanda-tanda ancaman hipokalsemia dan diinstruksikan untuk memantau
terhadap perubahan dalam haluran urin.

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 148


Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Asam-Basa

1. Asidosis Metabolik (kekurangan basa bikarbonat)


Asidosis metabolik adalh gangguan klinis yang ditandai oleh rendahnya
pH (peningkatan konsentrasi hidrogen) dan rendahnya kondentrasi bikarbonat
plasma. Hal ini dapat diakibatkan oleh oleh penambahan ion hidrogen atau
kehilangan karbonat. Asidosis metabolik secera klinis dapat dibagi menjadidua
bentuk berdasarkan pada nilai – nilai gap anion (AG): asidosis gap anion
tinggi dan asidosis gap anion normal. Gap anion mencerminkan anion tidak
terukur yang normal dalam plasma (fosfat, sulfat, dan protein). Dengan
mengukur gap anion sangat membantu dalam diagnostik banding asinosis
metabolik. Gap anion dapat dihitung dengan membagi jumlah konsentrasi
bikarbonat dan klorida serum (anion, atau elektrolit bermuatan negatif) dari
kadar natrium serum (kation, elekrolit yang bermuatan positif):
Gap anion + Na –(Cl+ HCL)
Nilai moral untuk gap anio adalah 8 sampai 16 mEq/L. Anion tidak
terukur dalam serum normalnya berjumlah kurang dari 16 mEq?l menandakan
penumpukak berlebihan anion tidak terukur.
Asidosis gap anion tinggi terjadi akibat penumpukan berlebihan asam
terikat. Hal ini terjadi dalam ketoasidosis, asidosis lekatat, fase selanjudnya
keracunan salisifat, uremia, toksisitas metanol atau glikol, dan ketoasidosis
akibat kelaparan. Pada semua contoh ini, secara abnormal kadar anion yang
tinggi membanjiri sistem, sehingga meningkatkan gap anion di atas normal
Asidosis gap anion normal terjadi akibat kehilangan langsung bikarbonat,
seperti pada diare, fistula usus, dan ureterostomi; pemberian klorida berlebihan;
dan pembelian nutrisi parenteral tanpa bikarbonat atau zat terlarut yang
menghasilkan bikar bonat (y.i.laktat)

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 149


Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala metabolic beragam bergantung pada keperawatan
asidosis. Tanda dan gejala ini dapat mencakup sakit kepala, kelam pikir,
mengantuk, peningkatan frekuensi dan kedalaman pernapasan, mual, dan
muntah. Vasodilatasi perifer dan penurunan curah jantung terjadiketika pH
turun di bawah 7. Temuan pengkajian fisik tambahan termasuk penurunan
tekanan darah, kulit dingin dan kusam, adanya distrimia, dan manifestasi syok.

Evaluasi Diagnostik
Pengukuran gas darah arteri sangat berguna dalam mendiagnosis asidosis
metabolik. Perubahan nilai-nilai gas darah yang diperkirakan termasuk kadar
bikarbonat yang rendah (kurang dari 22 meq/l) dan ph yang rendah (kurang dari
7,35). Hiperkalemia dapat menyertaiasidosis metabolik, sebagai akibat dari
perpindahan kalium keluardari sel-sel. nantinya, sejalan dengan dikoreksinya
asidosis, kalium berpindah kembali kedalam sel-sel dan hipokalemia dapat
terjadi. hipervintelasi menurunkan kadar karbon diogsida sebagai mekanisme
kompensasi. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, penghitungan gap
anion penting dalam menentukan penyebab asidosis metabolic. Pemeriksaan
elektrokardiogram akan mendeteksi disritmia yang disebabkan oleh
peningkatan kalium.

Penatalaksanaan
Pengobatan diarahkan pada mengoreksi defek metabolic, jika penyebab
masalah adalah masukan klorida yang berlebih, maka pengobatan adalah
ditunjukkan pada menghilangkan sumber klorida. Bila diperlukan, diberikan
bikarbonat. Meskipun hiperkalemia terjadi dengan asidosis, hipokalemia dapat
terjadi dengan kebaikan dari asidosis dan perpindahan kalium kembali kedalam
sel-sel. Karenanya, kadar kalium dipantau dengan ketat hipokalemia dikoreksi
sejalan dengan terbaliknya aksidosis.

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 150


2. Alkalosis Metabolik (kelebihan basa bikarbonat)
Alkalosis metabolik adalah gangguan klinis yang ditandai oleh pH yang
tinggi (penurunan konsentrasi ion hidrogen) dan konsentrasi bikarbonat plasma
yang tinggi. Kondisi ini diakibatkan oleh penambahan bikarbonat atau
kehilangan ion hidrogen.
Kemungkinan penyebab yang paling umum dari asidosis metabolik
adalah muntah-muntah atau penghisapan lambung dengan kehilangan ion-ion
hidrogen dan klorida; hal ini juga terjadi dalam stenosis pilorus karena hanya
cairan lambung yang hilang dalam kelainan ini. Cairan lambung mempunyai pH
asam (biasanya 1 sampai 3); karenanya kehilangan cairan yang bersan lambung
yang hilang dalam kelainan ini. Cairan lambung mempunyai pH asam (biasanya
1 sampai 3); karenanya kehilangan cairan yang sangat bersifat asam ini
meningkatkan sifat asam ini meningkatkan sifat kebasaan (alkalinitas) cairan
tubuh. Situasi lainnya yang menjadi prediposisi alkalosis metabolik adalah
termasuk situasi-situasi yang ber kebasaan (alkalinitas) cairan tubuh. Situasi
lainnya yang menjadi prediposisi alkalosis metabolik adalah termasuk situasi-
situasi yang berkaitan dengan kehilangan kalium, seperti penggunaan diuretik
yang mengarah pada ekskresi kalium dan adanya hormon adrenalkortikoid.
Hipokalemia menyebabkan alkalosis dalam dua cara: 1. Pada adanya
hipokalemia, ginjal menahan kalium dkaitan dengan kehilangan kalium, seperti
penggunaan diuretik yang mengarah pada ekskresi kalium dan adanya hormon
adrenalkortikoid. Hipokalemia menyebabkan alkalosis dalam dua cara: 1. Pada
adanya hipokalemia, ginjal menahan kalium dan dengan demikian ekskresi ion
hidrogen meningkat, 2. Perpindahan kalium seluler karena keluar dari sel-sel
masuk kedalam CES dalam upaya untuk mempertahankan kadar serum hampir
normal (karena ion-ion kalium meninggalkan sel-sel, ion-ion hidrogen harus
masuk untuk mem[ertahankan netralitas elektroli). Ingesti alkali berlebihan
melalui penggunaan antasida yang mengandung bikarbonat atau penggunaan
natrium bikarbonat selamam resusitasi kardiopulmonari dapat juga
menyebabkan alkalosis metabolik.

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 151


Manifestasi Klinis
Alkalosis secara primer dimanifestasikan oleh gejala-gejala yang
berhubungan dengan penurunan ionisasi kalsium seperti kesemutan pada jari-
jari tangan dan kaki, pusing, dan hipertonik otot. Fraksi terionisasi kalsium
serum menurun pada adanya alkalosis karena lebih banyak kalsium berikatan
dengan protein serum. Kerena fraksi serum terionisasi yang mempengaruhi
aktivitas neuromuskular, gejala-gejala hipokalsemia sering merupakan gejala-
gejala yang menonjol pada alkalosis. Pernapasan terdepresi sebagai akibat aksi
kompensatori oleh paru-paru. Tatikardi atrium dapat terjadi. Dengan
meningkatnya pH diatas 7,6 dan terjadi hipokalemia, dapat terjadi gangguan
ventrikel. Penurunan mortalitas dan paralisis ileus juga apat terjadi.

Evaluasi Diagnostik
Evaluasi gas-gas darah menunjukkan pH yang lebih tinggi dari 7,45 dan
konsentrasi bikarbonat serum lebih besar dari 26mEq/L. Tekanan parsial karbon
dioksida akan meningkat karena paru-paru akan berupaya untuk
mengkompensasi kelebihan bikarbonat dengan menahan karbon dioksida.
Hipoventilasi ini lebih menonjol pada pasien-pasien semi sadar. Pasien semi
sadar dapat mengalami hipoksemia jelas sebagai akibat hipoventilasi.
Hipokalemia dapat menyertai alkalosis metabolik.
Kadar klorida urine dapat membantu dalam mengidentifikasi penyebab
alkalosis metabolik jika riwayat pasien tidak memberi informasi yang adekuat.
Alkalosis metabolik adalah suatu situasi dimana konsentrasi klorida urin
mungkin perkiraan yang lebih akurat dibanding dengan konsentrasi natrium
urine. Konsentrasi klorida urine membantu untuk membedakan antara muntah-
muntah atau mengkonsumsi diuretik atau salah satu penyebab kelebihan
mineralokortikoid. Hipovolemia dan Hipokloremia pada pasien muntah-muntah
atau kistik fribosis, pasien yang diberi makan kembali, atau mereka yang
menggunakan diuretik menghasilkan konsentrasi klorida urine kurang dari
25meQ/L. Tanda-tanda hipovolemia tidak ada dan konsentrasi klorida urine
melebihi 40meq/l pada pasien dengan kelebihan mineralokortikoid atau
kebanjiran alkali; pasien ini biasanya mempunyai volume yang lebih banyak.

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 152


Konsentrasi klorida urine harus kurang dari 15meq/l bila terdapat penurunan
kadar klorida dan hipovolemia.

Penatalaksanaan
Pengobatan ditujukan pada memperbaiki kondisi yang mendasari.
Klorida yang mencukupi harus disuplai agar ginjal dapat mengabsorbsi natrium
dengan klorida (dengan memungkinkan ekskresi kelebihan karbonat).
Pengobatan juga mencakup pemulihan volume cairan normal dengan
memberikan cairan natrium klorida (karena penipisan volume berkelanjutan
berfungsi untuk mempertahakan alkalosis). Jika terjadi hipokalemia, kalium
diberikan sebagai KCL untuk menggantikan baik kehilangan K dan CL.
Antagonis reseptor H histamin mengurangi pembentukkan HCL lambung,
dengan demikian menurunkan alkalosis metabolik yang berkaitan dengan
penghisapan lambung. Inhibitor anhidrase sangat berguna dalam mengatasi
alkalosis metabolik pada pasien yang tidak mampu untuk mentoleransi
penambahan volume yang cepat (yaitu pasien dengan gagal jantung kongestif).
Karena penipisan volume akibat kehilangan GI, penting artinya untuk
memantau masukan dan haluaran dengan cermat.

3. Asidosis Respiratorik (kelebihan asam karbonat)


Asidosis Respiratorik adalah gangguan klinis dimana pH kurang dari
7,35 dan tekanan parsial karbondioksida arteri (PaCO) lebih besar dari 42 mm
Hg. Kondisi ini dapat akut atau kronis.
Asidosis respiratorik selalu akibat tidak adekuatnya ekskresi karbon
dioksida dengan tidak adekuatnya ventilasi, sehingga mengakibatkan kenaikan
kadar karbon dioksida plasma. Selain peningkatan PaCO, hipoventilasi
biasanya menyebabkan penurunan PaO. Asidosis respiratorik akut merupakan
kondisi kedaruratan seperti edema pulmonal akut, aspirasi benda asing,
atelektaksis, pneumotoraks, sindrome tidur apneu, pemeberian oksigen pada
pasien dengan hiperkapneu kronik (kelebihan kadar karbondioksida dalam
darah), pneumonia berat, dan ARDS. Asidosis respiratorik dapat juga terjadi
pada penyakit yang merusak otot-otot pernapasan. Ventilasi mekanik dapat

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 153


berkaitan dengan hiperkapneu jika frekuensi ventilasi alveolar yang efektif
tidak adekuat. Ventilasi terpaku pada pasien ini dan CO dapat tertahan jika
kecepatan pembentukkan CO meningkat.

Manifestasi Klinis
Tanda-tanda klinis berubah-ubah pada asidosis respiratorik akut dan
krakut dan kronis. Hiperkapneu mendadak (kenaikan PaCO) dapat
menyebabkan peningkatan frekuensi nadi dan pernapasan, peningkatan tekanan
darah, kusut pikir, dan perasaan penat pada kepala. Suatu peningkatan PaCO
menyebabkan vasodilatasi serebrovaskular dan peningkatan aliran darah
serebral, terutama sekali bila peningkatan ini lebih tinggi dri 60 mmHg.
Fibrilasi ventrikular dapat merupakan tanda pertama dari asidosis respiratorik
pada pasien yang dianastesia.
Pasien dengan asidosis respiratorik kronis dapat mengeluhkan
kelemahan, sakit kepala pekak, dan gejala-gejala proses penyakit yang
mendasari. Pasien dengan penyakit pulmonari obstruksi kronis yang secara
bertahap mengakumulasi karbon dioksida dalam waktu yang lama dapat tidak
mengalami gejala-gejala hiperkapneu karena perubahan kompensasi gejala
tidak terjadi. Jika asidosis respiratorik yang terjadi adalah parah, tekanan
intrakranial dapat meningkat, sehingga mengakibatkan papiledema dan dilatasi
pembuluh darah konjungtiva. Hiperkalemia dapat terjadi sebagai akibat
konsentrasi hidrogen memperburuk mekanisme kompensatori dan berpindah
kedalam sel-sel, sehingga menyebabkan kalium keluar dari sel.
Bila PaCO secara kronis diatas nilai 50 mmHg, pusat pernapasan
menjadi sensitif secara relatif terhadap karbondioksida sebagai stimulan
pernapasan, menyisakan hipoksemia sebagai dorongan utama pernapasan.
Pemberian oksigen dapat menghilangkan stimulus hipoksemia dan pasien
mengalami nekrosis karbondioksida, kecuali situasi ini diatasi dengan cepat.
Karena, oksigen harus diberikan dengan sangat waspada.

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 154


Evaluasi Diagnostik
Evaluasi gas darah arteri menunjukkan pH kurang dari 7,35 dan PaCO
lebih besar dari 42 mmHg pada asidosis akut. Bila kompensasi telah terjadi
secara sempurna (retensi bikarbonat oleh ginjal), pH arteri mungkin dalam
batasan normal lebih rendah. Bergantung pada etiologi dari asidosis
respiratorik, tindakan diagnostik lain dapat mencakup evaluasi elektrolit serum,
rontgen dada untuk menentukan segala penyakit pernapasan dan skrin obat jika
diduga terjadi takat lajak obat. Pemeriksaan EKG untuk mengidentifikasi segala
keterlibatan jantung sebagai akibat PPOK mungkin juga tampak.

Penatalaksanaan
Pengobatan diarahkan untuk memperbaiki ventilasi; tindakan yang pasti
berbeda sesuai dengan penyebab ketidakadekuatnya ventilasi. Preparat
farmakologi digunakan sesuai indikasi. Sebagai contoh, misalnya bronkodilator
membantu menurunkan spasme bronkhial dan antibiotik yang digunakan untuk
infeksi pernapasan. Tindakan Higiene pulmonari dilakukan, ketika diperlukan
untuk membersihkan saluran pernapasan dari mukus dan drainase purulen.
Hidrasi yang adekuat (2-3 l/hari) diindikasikan untuk menjaga membran
mukosa tetap lembap dan karenanya memfasilitasi pembuangan sekresi.
Oksigen suplemen diberikan bila diperlukan. Ventilasi mekanik yang digunakan
secara waspada dapat memperbaiki ventilasi pulmonari. Penggunaan ventilasi
mekanik yang tidak bijaksana dapat menyebabkan ekskresi karbon dioksida
yang demikian cepat sehingga ginjal tidak mampu untuk mengeliminasi
kelebihan bikarbonat dengan cukup cepat untuk mencegah alkalosis dan kejang.
Untuk alasan ini, kenaikan PaCO harus diturunkan secara lambat.
Membaringkan pasien dalam posisi semi fowler memfasilitasi ekspansi dinding
dada.

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 155


4. Alkalosis Respiratorik (kekurangan asam karbonat)
Alkalosis respiratorik adalah kondisi klinis dimana pH arterial lebih
tinggi dari 7,45 dan PaCO kurang dari 38 mmHg. Seperti halnya pada asidosis
respiratorik, kondisi akut dan kronis dapat terjadi pada alkalosis respiratorik.
Alkalosis respiratorik selalu dikarenakan oleh hiperventilasi yang
menyebabkan kelebihan “blowing off” karbon dioksida dan selanjutnya
penurunan dalam konsentrasi asam karbonik plasma. Penyebab dapat mencakup
ansietas yang ekstrim, hipoksemia, intoksikasi salisilat fase dini, bakteremia
gram negatif, dan ventilasi berlebih oleh ventilasi mekanik.

Evaluasi Diagnostik
Analisis gas-gas darah arteri membantu dalam mendiagnosis alkalosis
respiratorik. Pada keadaan akut, PH naik diatas normal sebagai akibat
rendahnya PaCO dan kadar bikarbonat. (Ginjal tidak dapat mengubah kadar
bikarbonat dengan cepat) pada fase kompensasi, ginjal sudah mempunyai waktu
yang cukup untuk menurunkan kadar bikarbonat hingga mendekati kadar
noemal. Evaluasi elektrolit serum diindikasi untuk mengidentifikasi semua
penurunan kalium karena hidrogen ditarik keluar sel dalam pertukaran dengan
kalium; penurunan kalsium karena alkalosis berat menghambat ionisasi kalsium
sehingga mengakibatkan spasme karpopedal dan tetani; atau penurunan fosfat
karena alkalosis, sehingga menyebabkan ambilan fosfat oleh sel meningkat.

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 156


Manifestasi Klinis
Tanda klinis terdiri dari penting karena vasokonstriksi dan penurunan
aliran darah serebral, ketidakmampuan untuk berkonsentrasi, kebas dan
kesemutan karena penurunan ionisasi kalsium, tinitus, dan pada waktunya akan
kehilangan kesadaran.

Penatalaksanaan
Pengobatan bergantung pada penyebab mendasar dari alkalosis
respiratorik. Jika penyebabnya adalah ansietas, pasien diinstruksikan untuk
bernapas lebih lambat untuk menimbulkan akumulasi CO atau bernapas ke
dalam sistem tertutup (seperti kantung kertas). Sedatif mungkin diperlukan
untuk menghilangkan hiperventilasi pada pasien yang sangat gelisah.
Pengobatan untuk alkalosis penyebab lainnya diarahkan pada memperbaiki
masalah yang mendasari

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 157


3.4 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi terhadap gangguan kebutuhan cairan dan elektrolit secara
umum dapat dinilai dari adanya kemampuan dalam mempertahankan
keseimbangan cairan dan elektrolit dengan ditunjukkan oleh adanya
keseimbangan oleh jumlah asupan dan pengeluaran, nilai elektrolit dalam batas
normal, berat badan sesuai dengan tinggi badan atau tidak ada penurunan,
turgor kulit baik, tidak terjadi edema, dan lain sebagainya.

3.5 Penatalaksanaan (Tindakan) Keperawatan dalam Pemenuhan


Kebutuhan Cairan dan Elektrolit
Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh tidak boleh
dianggap sepele sebab dapat mengganggu vitalitas fungsional tubuh. Apabila
tidak segera ditanggulangi, maka dapat menyebabkan kematian. Perawat
sebagai tenaga kesehatan yang profesional harus tanggap dan cakap dalam
mengatasi ketidakseimbangan cairan dan elektroli.
Perawat harus memiliki kompetensi yang lebih baik dalam beberapa hal
terkait dengan pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit guna
penanggulangan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit. Kompetensi
tersebut meliputi pemberian cairan intravena, mengukur intake dan output
cairan, dan transfusi darah.

3.5.1 Melaksanakan Pemasangan Infus


Memberi cairan melalui infus merupakan tindakan keperawatan yang
dilakukan dengan cara memasukkan cairan melalui intravena dengan bantuan
infus set, bertujuan memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit serta sebagai
tindakan pengobatan dan pemberian makan.

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 158


Alat dan bahan:

1. Standar infus
Alat untuk memberikan cairan infuse
2. Infus set
Selang infus ini fungsinya untuk jalan masuk cairan. sesuai namanya
infus set digunakan untuk khusus cairan infus kalau transet gunanya
untuk tranfusi. infus set tidak bisa digunakan untuk transet dan transet
bisa digunakan untuk infus set, perbedaanya di saringnya kalau transet
ada saringanya kalau infus set tidak ada. gambar disamping adalah infus
set.
Infus set (micro) / Microdrip
Infus set (micro) merupakan bagian dari infusion set untuk menampung
cairan dengan volume tertentu dengan jumlah tetesan 60 tetes / ml. Mempuyai
ukuran 19, 21, 23, 25 G

Infus set (macro)


Infus set (macro) merupakan seperangkat alat infus yang digunakan
untuk pemberian cairan dalam volume besar (100–1000 ml) kepada pasien
mempunyai 23, 25, 27 G

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 159


3. Cairan sesuai dengan kebutuhan pasien

4. Jarum infus/abocath atau sejenisnya sesuai dengan ukuran

Spuit / syringe adalah alat yang digunakan untuk pemberian secara IV /


IM / Sub Cutan dengan volume tertentu. Spuit ini memiliki ukuran 1 ml, 3 ml,
5 ml, 10 ml, 20 ml, 50 ml. masing – masing ukuran mempunyai penggunaan
yang berbeda – beda. untuk menyuntik digabungkan dengan alat suntik (Spuit =
Syringe). Jarum ini mempunyai ukuran : 19, 21, 22, 23, 25, 26, 27 G digunakan
atau disambungkan dengan alat suntik seperti tesebut diatas.
Jika perawat masuk ke rumah sakit pertama kali penganiayaan adalah
dengan menusukan Abocath ke pembuluh darah (pasang infus). abocath itu
sebenarnya terdiri dari 2 bagian yang pertama bagian dalam yang isinya adalah
jarum. jarum ini lebih panjang dari bagian yang luar, fungsi dari jarum ini
adalah untuk memasukan abocath yang bagian luar yang terbuat dari plastik.
setalah semuanya masuk ke pembuluh darah maka jarum bagian dalam tadi
akan dicabut dan tinggal bagian luarnya yang di dalam pembuluh darah. karena
bagian luarlah ini yang nantinya akan berfungsi sebagai jalan masuknya cairan
infus atau yang lain.

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 160


5. Pengalas
6. Pembendung
7. Kapas alkohol 70%
8. Plester
9. Gunting

10. Kapas steril


11. Betadine
12. Sarung tangan
Fungsi : untuk melindungi tangan dari pengaruh lingkungan sekeliling

Prosedur kerja:

1. Cuci tangan.
2. Cek perencanaan Keperawatan klien
3. Klien diberi penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan
4. Hubungkan cairan dan infus set dengan menusukkan kedalam botol infus
(cairan)
5. Isi cairan ke dalam infus setdengan menekan bagian ruang tetesan hingga
ruangan tetesan terisi sebagian dan buka penutup hingga selang terisi dan
udaranya keluar.
6. Letakkan pengalas

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 161


7. Lakukan pembendungan dengan tourniquet.
8. Gunakan sarung tangan
9. Desinfeksi daerah yang akan ditusuk.

10. Lakukan penusukan dengan arah jarum ke atas.

11. Cek apakah sudah mengenai vena ( cirinya adalah darah keluar melalui
jarum infus)

12. Tarik jarum infus dan hubungkan dengan selang infus.

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 162


13. Buka tetesan
14. Lakukan desinfeksi dengan betadine dan tutup dengan kasa steril.
15. Beri tanggal dan jam pelaksanaan infus pada plester.

Evaluasi
Perhatikan kelancaran infus, dan perhatikan juga respon klien terhadap
pemberian tindakan

Dokumentasi
Mencatat tindakan yang telah dilakukan (waktu pelaksanaan, hasil
tindakan, reaksi / respon klien terhadap pemasangan infus, cairan dan tetesan
yang diberikan, nomor abocath, vena yang dipasang, dan perawat yang
melakukan ) pada catatan keperawatan.

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 163


3.5.2 Prosedur Melepas Infus
A. Persiapan Alat
1. Perlak dan pengalas
2. Sarung tangan
3. Kapas alkohol
4. Plester
5. Gunting plester
6. Bengkok

B. Prosedur
1. Memberitahu pasien tindakan yang akan dilakukan
2. Mendekatkan alat
3. Mencuci tangan
4. Memasang perlak dan pengalas
5. Memakai sarung tangan
6. Membasahi plester yang melekat pada kulit dengan kapas
alkohol
7. Melepas plester dan kassa dari kulit
8. Menekan tempat tusukan dengan kapas alkohol dan mencabut
infus pelan-pelan
9. Menekan kapas alkohol dengan plester
10. Membereskan alat dan merapikan pasien
11. Melepas sarung tangan
12. Mencuci tangan
13. Mendokumentasikan tindakan yang telah dilakukan

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 164


3.5.2.1 Prinsip Pemasangan Infus
a. Prinsip pemasangan infuse pada pediatric (anak)
1. Karena vena klien sangat rapuh, hindari tempat-tempat yang
mudah digerakkan atau digeser dan gunakan alat pelindung sesuai
kebutuhan (pasang spalk kalau perlu)
2. Vena-vena kulit kepala sangat mudah pecah dan memerlukan
perlindungan agar tidak mudah mengalami infiltrasi (biasanya
digunakan untuk neonatus dan bayi)
3. Selalu memilih tempat penusukan yang akan menimbulkan
pembatasan yang minimal

b. Prinsip pemasangan infuse pada lansia


1. Pada klien lansia, sedapat mungkin gunakan kateter/jarum dengan
ukuran paling kecil (24-26). Ukuran kecil mengurangi trauma
pada vena dan memungkinkan aliran darah lebih lancar sehingga
hemodilusi cairan intravena atau obat-obatan akan meningkat.
2. Kestabilan vena menjadi hilang dan vena akan bergeser dari jarum
(jaringan subkutan lansia hilang). Untuk menstabilkan vena,
pasang traksi pada kulit di bawah tempat insersi.
3. Penggunaan sudut 5 – 15 ° saat memasukkan jarum akan sangat
bermanfaat karena vena lansia lebih superficial.
4. Pada lansia yang memiliki kulit yang rapuh, cegah terjadinya
perobekan kulit dengan meminimalkan jumlah pemakaian plester.

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 165


3.5.3 Pemberian Transfusi Darah

Pengertian : Pemberian darah atau komponen darah melalui vena sesuai


dengan program pengobatan (potter, dkk, 2005)

Tujuan:
a. Memperbaiki volume sirkulasi darah
b. Memperbaiki hemoglobin
c. Memperbaiki kadar protein serum

Peralatan:
a. Transfusi set
Fungsi : untuk pemberian tranfusi darah. Blood tranfusion set digunakan
untuk pemberian darah kepada pasien (tranfusi) mempunyai ukuran 18,
21, 24, 26 G

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 166


b. Cairan NaCl
c. Persediaan darah sesuai dengan golongan darah dan kebutuhan
d. Sarung tangan steril
e. Kapas alkohol
f. Plester dan gunting

Prosedur:
a. Jelaskan pada klien dan keluarga mengenai pemberian transfusi darah
b. Perhatikan lingkungan dan jaga privacy klien
c. Cuci tangan
d. Kenakan sarung tangan steril
e. Buat jalur intravena sebagaimana dilakukan pada prosedur pemberian
infus.
f. Gunakan selang infus yang memiliki filter dengan tipe- Y. Penggunaan
set tipe-Y ini memungkinkan untuk pemberian volume ekspander
dengan mudah dan penginfusan segera NaCl 0,9% setelah penginfusan
awal selesai.
g. Berikan cairan NaCl terlebih dahulu, kemudian darahnya
h. Atur tetesan sesuai dengan program
i. Bereskan alat-alat
j. Lepaskan sarung tangan
k. Cuci tangan

Hal yang perlu diperhatikan oleh perawat dalam pemberian transfusi


darah antara lain:
1. Suhu darah dalam botol harus sesuai dengan suhu tubuh normal
2. Cocokkan label pada botol darah dengan identitas klien sebelum
transfusi darah dilakukan
3. Perhatikan keadaan darah. Bila ada gumpalan darah, tidak boleh
ditransfusi

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 167


4. Monitor reaksi klien terhadap transfusi darah. Bila klien tampak
menggigil, sesak napas, suhu tubuh meningkat, transfusi darah
dihentikan dulu
5. Dokumentasikan dengan baik mengenai tanggal, jam pemberian,
golongan darah, dan jumlah darah yang diberikan serta reaksi klien.

3.5.4 Standar Operasional Prosedur

1. Pengertian : Pemberian darah produk dan monitor pasien


2. Tujuan : Peningkatan kadar darah atau produk darah dalam
3. Kebijakan : 1. Ada asuransi tertulis dari dokter
2. Hasil laboratorium HB dibawah normal
4. Prosedur : Cara Kerja

A. Fase Prainteraksi
1. Mengecek program terapi
2. Mencuci tangan
3. Menyiapkan alat
a. 1 sol tranfusi darah dengan blood filter
b. Ciran isotonik (Nacl 0,9%)
c. produk darah
d. Obat-obatan sesuai dengan program medic
e. Handscoen disposable
f. Tensimeter dan thermometer

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 168


B. Fase orientasi
1. Memberikan salam teraupelik
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan
,tanda dan gejala reaksi tranfusi
3. Menayakan persetujuan / kesiapan pasien
4. Minta tanda tangan persetujuan / inform concern

C. Fase kerja
1. Periksa produk darah yang di siapkan, golongan darah dan
kesusaaian cross math, jumlah darah dan nomor kantong , masa
berlaku.
2. Menggunakan hanskun
3. Pemasangan system infus set dengan filter yang tapat terhadap
produk darah
4. Memasang cairan dengan cairan isotonic ( Nacl 0,9%)
5. Hindari tranfusi darah lebih dari satu unit darah atau produk darah
pada satu waktu, kecuali diwajibkan oleh kondisi pasien.
6. Monitor temapat Iv terhadap tanda dan gejala dari infiltrasi,
phlebritis dan infeksi local.
7. Monitor tanda-tanda vital (pada awal, sepanjang dan setelah
tranfusi)
8. Berikan injeksi anti histamine bila perlu.
9. Ganti cairan Nacl 0,9 % dengan produk yang tersedia.
10. Monitor ada tidaknya reaksi alergi terhadap pemasangan infuse
Monitor kecepatan aliran tranfusi
11. Jangan memberikan medikasi IV atau cairan lain kecuali isotonic
dalam darah atau produk
12. Ganti larutan Nacl 0,9% ketika tranfusi telah lengakap/selesai

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 169


D. Fase Terminasi
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan yang dilakukan
2. Simpulkan hasil kegiatan
3. Kontrak waktu pertemuan selanjutnya.
4. Mengakhiri kegiatan dengan baik
5. Membersihkan peralatan
6. Buka sarung tangan dan cuci tangan

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 170


BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Kesehatan sel dan jaringan tidak hanya bergantung pada sirkulasi yang
utuh untuk mengirimkan oksigen dan membuang sampah, tetapi juga
bergantung pada homeostatis cairan normal. Homeostatis normal mencakup
pemeliharaan kebutuhan dinding pembuluh darah serta tekanan dan osmolaritas
intravaskular dalam kisaran fisiologis tertentu. Perubahan pada volume,
tekanan, atau kandungan protein vaskular atau perubahan pada fungsi endotel
mempengaruhi pergerakan air yang melewati dinding pembuluh darah. Hal itu
disebut dengan edema dan mempunyai kepentingan yang berbeda bergantung
pada lokasinya pada ekstremitas inferior, edema, terutama menyebabkan
pembengkakan dalam paru, edema menyebabkan alveoli terisi oleh air yang
menimbulkan sesak nafas
Kata dehidrasi dipakai pada semua bentuk kehilangan air dan natrium,
tetapi ini tidak berarti kehilangan air dan sebaiknya tidak digunakan untuk
menggambarkan keadaan dimana terjadi redistribusi dan kehilangan air tubuh
sekunder terhadap kehilangan natrium. Jarang terdapat dehidrasi air saja atau
dehidrassi natrium saja, tetapi dapat terjadi dehidrasi kombinasi. Harus diingat
bahwa perubahan dalam simpanan air atau ion-ioin tubuh umumnya tak perlu
terjadi dalam darah yang sama seperti perubahan konsentrasi plasma.
Setelah membahas semua yang berhubungan dengan cairan dan elektrolit,
maka kita dapat menyimpulkan bahwa betapa pentingnya cairan dan elektrolit
untuk tubuh kita. Pengaturan keseimbangan cairan perlu memerhatikan
beberapa hal yaitu volume cairan ekstrasel dan osmolaritas dari cairan tersebut

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 171


4.2 Saran

1. Bagi pembaca hendaknya dapat memahami dan mengerti arti dari fungsi
cairan dan elektrolit pada tubuh.
2. Agar tidak terjadi gangguan pada tubuh hendaknya mengatur pola
keseimbangan cairan dan elektrolit sesuai dengan kebutuhan
3. Olahraga secara teratur dan biasakanlah minum air putih 8 liter/hari.

Keseimbangan cairan dalam tubuh harus benar-benar kita jaga agar pola
intake dan output bisa sesuai jumlahnya, karena bila salah satunya tidak
terpenuhi akan menyebabkan penyakit yang vatal mengancam jiwa kita.

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 172


DAFTAR PUSTAKA

Syaifuddin. (2006). Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan


(Edisi 3). Jakarta : EGC
Aziz Alimul H. 2009. Kebutuhan Dasar Manusia-Aplikasi Konsep dan Proses
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
FKUI. 2008. Gangguan Keseimbangan Air-Elektrolit dan Asam Basa. Edisi 2.
Jakarta: FKUI
Anas Tamsuri. 2004. Klien Gangguan Keseimbangan cairan dan Elektrolit.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Asmadi. 2008. Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba
Medika.
Musttaqim, Arif.2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskular dan Hematologi. Jakarta: Salemba Medika
Evelyn. C. Pearce. 2008. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
Hidayat Alimul, Aziz, Musrifatul Uliyah. 2012. Buku Ajar Kebutuhan Dasar
Manusia. Surabaya: Health Books Publishing.
Hidayat Alimul, Aziz. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta:
Salemba Medika
Budiyanto, Setiadi. 2011. Anatomi Tubuh Manusia. Jakarta: Naga Swadaya.
NANDA. 2002. Diagnosis Keperawatan-Definisi dan Klasifikasi 2012-2014.
Jakarta: EGC
Doengoes, Marilynn E. Alice C. Geissler. 2002. Rencana Asuhan
Keperawatan-Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian
Perawatan Pasien. Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzanni C. Brenda G. Bare. 2003. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Edisi 8 Vol. 1. Jakarta: EGC
Judith M. Wilkinson. 2002. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan
intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC Edisi 7. Jakarta: EGC

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 173

Anda mungkin juga menyukai