Anda di halaman 1dari 19

SATUAN ACARA PENYULUHAN

TERAPI KOMPRES AIR HANGAT UNTUK MENGURANGI NYERI SENDI


DI WISMA SERUNI UPT PELAYANAN SOSIAL TRESNA WERDHA PASURUAN

Disusun Oleh :
AGUS TAUFIQURROHMAN
SARA ZILDA
WASILATUR ROHMAH
WIDIYA NOVITA SARI
ZAINUR RIZAL

DEPARTEMEN KEPERAWATAN GERONTIK


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
STIKES NGUDIA HUSADA MADURA
2020
LEMBAR PENGESAHAN

Satuan acaran penyuluhan yang berjudul “TERAPI KOMPRES AIR HANGAT


TERHADAP NYERI SENDI” telah disetujui pada :
Hari : Senin

Tanggal : 16 Maret 2020

Tempat : Wisma Seruni UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha

Pasuruan, 16 Maret 2020

Penyusun

Mengetahui,

Pembimbing Wisma Pembimbing Akademik

( ) ( )

Pembimbing Lahan

( )
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya
kepada kita, sehingga tugas satuan acara penyuluhan tentang “TERAPI KOMPRES AIR
HANGAT UNTUK MENGURANGI NYERI SENDI” dapat terselesaikan tepat pada
waktunya. Tugas ini juga sebagai tugas yang harus dikerjakan untuk sarana pembelajaran bagi
kita. 

 Makalah ini kami buat berdasarkan apa yang telah saya terima dan juga saya kutip
dari berbagi sumber. Semoga isi dari makalah ini dapat berguna bagi kita dan dapat
menambah wawasan serta pengetahuan kita.

Selayaknya manusia biasa yang tidak pernah lepas dari kesalahan, maka dalam pembuatan
makalah ini masih banyak yang harus di koreksi dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran sangat dianjurkan guna memperbaiki kesalahan dalam makalah ini. Demikian,
apabila ada kesalahan dan kekurangan dalam isi makalah ini, penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.

Pasuruan,16 Maret 2020

Penyusun
SATUAN ACARA PENYULUHAN
TERAPI KOMPRES AIR HANGAT TERHADAP NYERI SENDI

Pokok Bahasan  : TERAPI KOMPRES HANGAT


Hari/tanggal : Jum’at, 20 Maret 2020
Jam/waktu : 09.00 wib
Sasaran : Klien Wisma Seruni
Tempat  : Wisma Seruni

a. Latar Belakang
Setelah mengikuti penyuluhan selama 35 menit, klien dapat mengerti dan
mamahami tentang Terapi Kompres Air Hangat Terhadap Nyeri Sendi.

b. Tujuan umum
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan selama 35 menit, diharapkan klien dapat
memahami Terapi Kompres Air Hangat Terhadap Nyeri Sendi.

c. Tujuan Khusus
Setelah mendapatkan penjelasan tentang Terapi Kompres Air Hangat Terhadap
Nyeri Sendi, klien dapat:
a. Memahami pengertian Nyeri Sendi
b. Memahami Penyebab nyeri Sendi
c. Memahami pencegahan nyeri Sendi
d. Penatalaksanaan nyeri Sendi
e. Memahami langkah-langkah kompres Air Hangat

d. Sub Pokok Bahasan


a. Memahami pengertian Nyeri Sendi
b. Memahami Penyebab Nyeri Sendi
c. Memahami pencegahan Nyeri Sendi
d. Penatalaksanaan Nyeri Sendi
e. Memahami langkah-langkah kompres Air Hangat

f. Metode
a. Lecture
b. Tanya jawab
g. Media dan Alat Peraga
a. Leaflet
b. Flipchart

h. Kegiatan Pelaksanaan
No
WAKTU KEGIATAN PENYULUH KEGIATAN PESERTA
.
1 5 Menit Pendahuluan
a. Membuka kegiatan dengan a. Menjawab salam
mengucapkan salam.
b. Memperkenalkan diri b. Mendengarkan
c. Menjelaskan tujuan dari c. Memperhatikan
penyuluhan
d. Kontrak waktu d. Memperhatikan
e. Kontrak bahasa e. Memperhatikan
f. Menyebutkan materi yang akan f. Memperhatikan
diberika
g. Apersepsi g. Memperhatikan
2 20 Menit a. Memahami pengertian Nyeri a. Memperhatikan
Sendi b. Mendengarkan
b. Memahami Penyebab Nyeri Sendi
c. Memahami Pencegahan Nyeri c. Konsentrasi
Sendi d. Menyimak
d. Memahami penatalaksanaan nyeri
sendi e. Tidak meninggalkan
e. Memahami langkah-langkah tempat penyuluhan
kompres air hangat f. Memperhatikan
f. Memberikan kesempatan kepada
pasien dan keluarga untuk g. Memperhatikan
bertanya h. Memperhatikan
g. Memberikan reinforsemen i. Memperhatikan
(pujian) kepada peserta yang telah
j. Audien menjawa
bertanya ataupun yang mencoba
pertanyaan
menjawab
h. Memberikan pertanyaan /evaluasi
kepada audien.
3 Penutup a. Kesimpulan dari pembelajaran a. Mendengarkan
(10 Menit)
b. Memberi leaflet b. Mendengarkan dan
c. Mengucapkan terimakasih kepada menjawab salam
peserta penyuluhan
d. Mengucapkan salam

i. Evaluasi
1) Evaluasi struktur
1) Kesiapan materi SAP
2) Kesiapan media: fipchart dan leaflet

3) Peserta hadir 10 menit sebelum penyuluhan


4) Penyelenggaraan penyuluhan di ruang Wisma Seruni
2) Evaluasi proses
1) Klien diharapkan serius tapi santai mendengarkan penyuluhan
2) Klien diharapkan aktif bertanya dan membantu menjawab pertanyaan
3) Suasana tertib dan nyaman
4) Tidak ada klien yang meninggalkan acara penyuluhan
3) Evaluasi hasil
1) Memahami pengertian Nyeri Sendi
2) Memahami Penyebab nyeri Sendi
3) Memahami pencegahan nyeri Sendi
4) Penatalaksanaan nyeri Sendi
5) Memahami langkah-langkah kompres Air Hangat
j. Pengorganisasian
a. Penyaji : Zainur Rizal
b. Moderator : Agus Taufiqur Rahman
c. Fasilitator : Widya Novita Sari
d. Observer : Wasilatur Rohmah
e. Notulen : Sara Zilda
Job Description :
a. Moderator
Uraian tugas:
1) Membuka acara penyuluhan, memper kenalkan diri dan tim kepada peserta.
2) Mengatur proses dan lama penyuluhan.
3) Menutup acara penyuluhan.
b. Penyaji
Uraian tugas:
1) Menjelaskan materi penyuluhan dengan jelas dan dengan bahasa yang mudah
dipahami oleh peserta.
2) Memotivasi peserta untuk tetap aktif dan memperhatikan proses penyuluhan.
3) Menggali pengetahuan pasien dan keluarga pasien tentang mengenal
kelemahan anggota badan bagian bawah
4) Memotivasi peserta untuk bertanya.
c. Fasilitator
Uraian tugas:
1) Ikut bergabung dan duduk bersama di antara peserta.
2) Mengevaluasi peserta tentang kejelasan materi penyuluhan.
3) Memotivasi peserta untuk bertanya materi yang belum jelas.
4) Menginterupsi penyuluh tentang istilah/hal-hal yang dirasa kurang jelas bagi
peserta.
d. Observer
Uraian tugas:
1) Mencatat nama, alamat dan jumlah peserta, serta menempatkan diri sehingga
memungkinkan dapat mengamankan jalannya proses penyuluhan.
2) Mencatat pertanyaan yang diajukan peserta.
3) Mengamati perilaku verbal dan non verbal peserta selama proses penyuluhan.
4) Mengevaluasi hasil penyuluhan denga rencana penyuluhan.
5) Menyampaikan evaluasi langsung kepada penyuluh yang dirasa tidak sesuai
dengan rencana penyuluhan.
6) Dokumentasi
k. Setting Tempat

Keterangan:
1. Moderator :

2. Penyaji :

3. Audiens :

4. Fasilitator :

5. Observer :

6. Notulen :
l. Materi
KOMPRES HANGAT UNTUK MENGURANGI NYERI SENDI

1. Definisi
Nyeri merupakan suatu kondisi yang lebih dari sekedar sensasi tunggal
yang disebabkan oleh stimulus tertentu. Nyeri bersifat subyektif dan sangat bersifat
individual. Stimulus nyeri dapat berupa stimulus yang bersifat fisik dan/atau
mental, sedangkan kerusakan dapat terjadi pada jaringan aktual atau pada fungsi
ego seorang individu (Potter, P. 2005)

Nyeri sendi adalah suatu peradangan sendi yang ditandai dengan


pembengkakan sendi, warna kemerahan, panas, nyeri dan terjadinya gangguan
gerak. Pada keadaan ini lansia sangat terganggu, apabila lebih dari satu sendi yang
terserang (Handono, 2013).

Nyeri musculoskeletal yaitu nyeri yang berasal dari system


musculoskeletal, yang terdiri dari tulang, sendi dan jaringan lunak pendukung yaitu
otot, ligamen, tendo dan bursa. Sejumlah penelitian menunjukkan penyebab nyeri
yang sering terjadi pada lansia, mulai dari yang paling sering terjadi, yaitu
fibromyalgia, gout, neuropati (diabetik, postherpetik), osteoartritis, osteoporosis
dan fraktur, serta polimialgia rematik (Rachmawati, 2006).

2. Etiologi
Penyebab utama penyakit nyeri sendi masih belum diketahui secara pasti.
Biasanya merupakan kombinasi dari faktor genetik, lingkungan, hormonal dan
faktor sistem reproduksi. Namun factor pencetus terbesar adalah faktor infeksi
seperti bakteri, mikroplasma dan virus. Ada beberapa teori yang dikemukakan
sebagai penyebab nyeri sendi yaitu:
a. Mekanisme imunitas.
Penderita nyeri sendi mempunyai auto anti body di dalam serumnya yang di
kenal sebagai faktor rematoid anti bodynya adalah suatu faktor antigama
globulin (IgM) yang bereaksi terhadap perubahan IgG titer yang lebih besar
1:100, Biasanaya di kaitkan dengan vaskulitis dan prognosis yang buruk.
b. Faktor metabolik.
Faktor metabolik dalam tubuh erat hubungannya dengan proses autoimun.

c. Faktor genetik dan faktor pemicu lingkungan.


Penyakit nyeri sendi terdapat kaitannya dengan pertanda genetik. Juga dengan
masalah lingkungan, Persoalan perumahan dan penataan yang buruk dan
lembab juga memicu penyebab nyeri sendi.
d. Faktor usia.
Degenerasi dari organ tubuh menyebabkan usia lanjut rentan terhadap penyakit
baik yang bersifat akut maupun kronik. (Smeltzer, 2002)

3. Klasifikasi Nyeri sendi


Ditinjau dari lokasi patologis maka jenis rematik tersebut dapat dibedakan
dalam dua kelompok besar yaitu rematik artikular dan rematik Non artikular.
Rematik artikular atau arthritis (radang sendi) merupakan gangguan rematik yang
berlokasi pada persendian diantarannya meliputi arthritis rheumatoid, osteoarthritis
dan gout arthritis. Rematik non artikular atau ekstra artikular yaitu gangguan
rematik yang disebabkan oleh proses diluar persendian diantaranya bursitis,
fibrositis dan sciatica. Rematik dapat dikelompokan dalam beberapa golongan
yaitu:
a. Osteoartritis.
Osteoartritis adalah gangguan yang berkembang secara lamabat, tidak simetris
dan noninflamasi yang terjadi pada sendi yang dapat digerakkan khususnya
pada sendi yang menahan berat tubuh. Osteoartritis ditandai oleh degenerasi
kartilago sendi dan oleh pembentukan pembentukan tulang baru pada bagian
pinggir sendi. (Stockslager, 2007)
b. Artritis rematoid
Arthritis reumatoid adalah kumpulan gejala (syndrom) yang berjalan secara
kronik dengan ciri: radang non spesifik sendi perifer. Penyebab dari Reumatik
hingga saat ini masih belum terungkap. (Yuli,R. 2014)
c. Olimialgia Reumatik
Penyakit ini merupakan suatu sindrom yang terdiri dari rasa nyeri dan
kekakuan yang terutama mengenai otot ekstremitas proksimal, leher, bahu dan
panggul. Terutama mengenai usia pertengahan atau usia lanjut sekitar 50 tahun
ke atas
d. Artritis Gout (Pirai).
Artritis gout adalah suatu sindrom klinik yang mempunyai gambaran khusus,
yaitu artritis akut. Artritis gout lebih banyak terdapat pada pria dari pada
wanita. Pada pria sering mengenai usia pertengahan, sedangkan pada wanita
biasanya mendekati masa menopaus.
4. Pathofisiologi
Nyeri merupakan campuran reaksi fisik, emosi dan perilaku. Cara yang
paling baik untuk memahami pengalaman nyeri, akan membantu untuk
menjelaskan tiga komponen fisiologi berikut:
a. Resepsi
Semua kerusakan selular, yang disebabkan oleh stimulus termal,
mekanik, kimiawi atau stimulus listrik, menyebabkan pelepasan substansi yang
menghasilkan nyeri. Pemaparan terhadap panas atau dingin tekanan friksi dan
zatzat kimia menyebabkan pelepasan substansi, seperti histamin, bradikinin
dan kalium yang brgabung dengan lokasi reseptor di nosiseptor. Impuls saraf
yang dihasilkan stimulus nyeri, menyebar disepanjang serabut saraf perifer
aferen. Dua tipe saraf perifer mengonduksi stimulus nyeri.
b. Persepsi
Persepsi merupakan titik kesadaran seseorang terhadap nyeri.
Stimulus nyeri ditransmisikan naik ke medula spinalis ke talamus dan otak
tengah. Dari talamus, serabut mentransmisikan pesan nyeri ke berbagai area
otak., termasuk korteks sensori dan korteks asosiasi. Pada saat individu
menjadi sadar akan nyeri, maka akan terjadi reaksi yang kompleks. Faktor-
faktor psikologis dan kognitif berinteraksi dengan faktor-faktor neurofisiologis
dalam mempersepsikan nyeri.
c. Reaksi
1) Respon fisiologis
Pada saat impuls nyeri naik ke medula spinalis menuju ke batang
otak dan talamus sistem saraf otonom menjadi terstimulasi sebagai bagian
dari respon stres. Nyeri dengan intensitas ringan hingga sedang dan nyeri
yang superficial menimbulkan reaksi “flight atau fight) yang merupakan
sindrom adaptasi umum.
2) Respon perilaku
Pada saat nyeri dirasakan, pada saat itu juga dimulai suatu siklus,
yang apabila tidak diobati atau tidak dilakukan upaya untuk
menghilangkannya, dapat mengubah kualitas kehidupan individu secara
bermakna. Antisipasi terhadap nyeri memungkinkan individu untuk belajar
tentang nyeri dan upaya untuk menghilangkannya. Dengan intruksi dan
dukungan yang adekuat, klien belajar untuk memahami nyeri dan
mengontrol ansietas sebelum nyeri terjadi. Perawat berperan penting
dalam membantu klien selama fase antisipatori. Penjelasan yang benar
membantu klien memahami dan mengontrol ansietas yang mereka alami.
Nyeri mengancam kesejahteraan fisik dan fisiologis. Klien mungkin
memilih untuk tidak mengekspresika nyeri apabila mereka yakin bahwa
ekspresi tersebut akan membuat orang lain merasa tidak nyaman atau hal
itu akan merupakan tanda bahwa mereka kehilangan kontrol diri. Klien
yang memiliki toleransi tinggi terhadap nyeri mampu menahan nyeri tanpa
bantuan.
Pada sendi sinovial yang normal, kartilago artikuler membungkus
ujung tulang pada sendi dan menghasilkan permukaan yang licin serta ulet
untuk gerakan. Membran sinovial melapisi dinding dalam kapsula fibrosa
dan mensekresikan cairan kedalam ruang antara-tulang. Cairan sinovial ini
berfungsi sebagai peredam kejut (shock absorber) dan pelumas yang
memungkinkan sendi untuk bergerak secara bebas dalam arah yang tepat.
Sendi merupakan bagian tubuh yang sering terkena inflamasi dan
degenerasi yang terlihat pada penyakit nyeri sendi. Meskipun memiliki
keaneka ragaman mulai dari kelainan yang terbatas pada satu sendi hingga
kelainan multi sistem yang sistemik, semua penyakit reumatik meliputi
inflamasi dan degenerasi dalam derajat tertentu yang biasa terjadi
sekaligus. Inflamasi akan terlihat pada persendian yang mengalami
pembengkakan.
Pada penyakit reumatik inflamatori, inflamasi merupakan proses
primer dan degenerasi yang merupakan proses sekunder yang timbul
akibat pembentukan pannus (proliferasi jaringan sinovial).
Inflamasi merupakan akibat dari respon imun. Sebaliknya pada penyakit
nyeri sendi degeneratif dapat terjadi proses inflamasi yang sekunder,
pembengkakan ini biasanya lebih ringan serta menggambarkan suatu
proses reaktif, dan lebih besar kemungkinannya untuk terlihat pada
penyakit yang lanjut. Pembengkakan dapat berhubungan dengan pelepasan
proteoglikan tulang rawan yang bebas dari karilago artikuler yang
mengalami degenerasi kendati faktor-faktor imunologi dapat pula terlibat.
Nyeri yang dirasakan bersifat persisten yaitu rasa nyeri yang hilang timbul.
Rasa nyeri akan menambahkan keluhan mudah lelah karena memerlukan
energi fisik dan emosional yang ekstra untuk mengatasi
nyeri tersebut. (Smeltzer, 2002).
5. Manifestasi Klinis
Rasa nyeri merupakan gejala penyakit reumatik yang paling sering
menyebabkan seseorang mencari pertolongan medis. Gejala yang sering lainnya
mencakup pembengkakan sendi, gerakan yang terbatas, kekakuan, kelemahan dan
perasaan mudah lelah. Ketebatasan fungsi sendi dapat terjadi, sekalipun dalam
stadium penyakit yang dinisebelum terjadi perubahan tulang dan dan ketika
terdapat reaksi inflamasi yang akut pada sendi-sendi tersebut. Persendian yang
teraba panas, membengkak serta nyeri tidak mudah digerakkan, dan pasien
cenderung menjaga atau melindungi sendi tersebut dengan imobilisasi. Imobilisasi
yang lama dapat menimbulkan kontraktur sehingga terjadi deformitas jaringan
lunak. Deformitas dapat disebabkan oleh ketidaksejajaran sendi yang terjadi akibat
pembengkakan, destruksi sendi yang progresif atau subluksasio yang terjadi ketika
sebuah tulang tergeser terhadap lainnya dan menghilangkan rongga sendi.
(Smeltzer, 2002)

6. Penatalaksanaan
termasuk kedalam kelompok yang mana sesuai dengan kondisi tersebut.
a. Farmakologi
1) Pendidikan pada pasien mengenal penyakitnya dan penatalaksanaan yang
akan dilakukan sehingga terjalin hubungan baik dan terjamin ketaatan
pasien untuk tetap berobat dalam jangka waktu yang lama.

2) OAINS (Obat Anti Inflamasi Non Steroid) diberikn sejak dini untuk
mengatasi nyeri sendi akibat inflamasi yang sering dijumpai.

3) DMARD (Desease Modifying Antirheumatoid Drugs) digunakan untuk


melindungi rawan sendi dan tulang dari proses destruksi akibat athritis
reumatoid. Keputusan penggunaannya tergantung pertimbangan risiko
manfaat oleh dokter.

4) Rehabilitasi bertujuan untuk meningkatkan kualitas harapan hidup pasien.


Caranya antara lain dengan mengistirahatkan sendi yang terlibat, latihan,
pemanasan, dan sebagainya. Fisioterapi dimulai segera setelah rasa sakit
pada sendi berkurang atau minimal.
5) Pembedahan
Jika berbagai cara pengobatan telah dilakukan dan tidak berhasil serta
terdapat alasan yang cukup kuat. Dapat dilakukan pengobatan
pembedahan. Jenis pengobatan ini pada pasien arthritis reumatoid
umumnya bersifat orthopedic, misalnya sinovectomi, artrodesis,
memperbaiki deviasi ulnar. Untuk menilai kemajuan pengobata dipakai
parameter:
a) Lamanya morning stiffness

b) Banyaknya sendi yang nyeri bila digerakkan atau berjalan

c) Kekuatan menggenggam

d) Waktu yang diperlukan untuk berjalan 10-15 meter

e) Peningkatan LED

f) Jumlah obat-obatan yang digunakan (Yuli, R. 2014)

b. Non-Farmakologi
1) Bimbingan antisipasi
Memodifikasi secara langsung cemas yang berhubungan dengan nyeri,
menghilangkan nyeri dan menambah efek tindakan untuk menghilangkan
nyeri yang lain. Cemas yang sedang akan bermanfaat jika klien
mengantisipasi pengalaman nyeri.
2) Distraksi
Sistem aktivasi retikular menghambat stimulus yang menyakitkan jika
seseorang menerima masukan sensori yang menyenangkan menyebabkan
pelepasan endorfin. Individu yang merasa bosan atau diisolasi hanya
memikirkan nyeri yang dirasakan sehingga ia mempersepsikan nyeri
tersebut dengan lebih akut. Distraksi mengalihkan perhatian klien ke hal
yang lain dan dengan demikian menurunkan kewaspadaan trerhadap
nyeri bahkan meningkatkan toleransi terhadap nyeri.
3) Hipnosis diri
Hipnosis dapat membantu menurunkan persepsi nyeri melalui pengaruh
sugesti positif untuk pendekatan kesehatan holistik, hipnosis diri
menggunakan sugesti diri dan kesan tentang perasaan yang nyaman dan
damai.
4) Relakasasi dan teknik imajinasi
Klien dapat merubah persepsi kognitif dan motivasiafektif. Latihan
relaksasi progresif meliputi latihan kombinasi pernapasan yang terkontrol
dan rangkaian kontraksi serta relaksasi kelompok otot. Klien mulai latihan
berbafas dengan perlahan dan menggunakan diafragma, sehingga
memungkinkan abdomen terangkat perlahan dan dada mengembang
penuh. Saat klien melakukan pola pernapasan yang teratur, perawat
mengarahkan klien untuk melokalisasi setiap daerah yang mengalami
ketegangan otot, berpikir bagaimana rasanya, menenangkan otot
sepenuhnya dan kemudian merelaksasikan otot-otot tersebut.
5) Kompres Air Hangat
1. PENGERTIAN KOMPRES AIR HANGAT
Menurut Doengoes, 2000 kompres air hangat adalah memberikan rasa hangat pada
daerah tertentu dengan menggunakan cairan atau alat yang menimbulkan hangat pada
bagian tubuh yang memelukan Tindakan ini selain untuk melncarkan sirkulasi darah juga
untuk menghilangkan rasa sakit, merangsang peristaltik usus, pengeluaran getah radang
menjadi lancar, serta memberikan ketenangan dan kesenangan pada klien. Pemberian
kompres dilakukan pada radang persendian, kekejangan otot, perut kembung, dan
kedinginan.
Kompres hangat adalah memberikan rasa hangat untuk memenuhi kebutuhan rasa nyaman,
mengurangi atau membebaskan nyeri, mengurangi atau mencegah spasme otot dan
memeberikan rasa hangat pada daerah tertentu. Kompres air hangat dapat dilakukan
menempelkan kantong karet yng diisi air hangat atau handuk yang telah direndam di dalam
air hangat, ke bagian tubuh yang nyeri. Sebaiknya diikuti dengan latian pergerakan atau
pemiijatan. Dampak fisiologis dari kompres air hangat adalah kelunakan jaringan fibrosa,
membuat otot tubuh menjadi rileks, menurunkan atau menghilangkan rasa nyeri, dan
memperlancar aliran darah.
2. Macam-macam kompres
a. Kompres hangat kering /; biasanya menggunakan baby fiver atau bisa juga
menggunakan buli-buli
b. kompres panas basah : biasanya menggunakan baskom air hangat sekitar 40C dan
dengan menggunakan waslap atau kain.
3. Indikasi Kompres Hangat
a. Pada klien suhu tinggi
b. pada klien kesakitan
c. klien radang persendian
d. kekejangan otot
e. klien perut kembung
f. klien bengkak akibat suntikan
g. klien bila kedinginan, misalnya : akibat narkoses, iklim atau ketenangan jiwa
h. pada bagian abses
i. klien dengan pembengkakan atau hematoma
4. Kontraindikasi Pemberian Kompres Air Hangat
a. 24 jam pertama setelah cidera traumatik. Panas akan meningkatkan perdarahan dan
pembengkakan.
b. perdarahan aktif, panas akan menyebabkan vasodilatasi atau meningkatkan perdarahan
c. edema non inflamasi, panas meningkatkan permeabilitas kapiler dan edema.
d. tumor ganas terlokalisasi, panas mempercepat metabolisme sel, pertumbuhan sel dan
meningkakan sirkulasi, panas dapat mempercepat metastase
e. gangguan kulit yang menyebabkan kemerahan atau lepuh

CARA PEMBERIAN KOMPRES HAGAT


1. persiapan alat dan bahan
a. kain yang dapat menyerap air atau handuk kering
b. air hangat dengan suhu 38-40C
c. baskom
2. tahap kerja
a. cuci tangan
b. masukkan kain ke air hangat dalam baskom lalu peras
c. tempatkan kain didaerah yang terasa nyeri
d. lakukan sampai 15 menit dan lakukan kompres ulang jika nyeri belum teratasi
DAFTAR PUSTAKA

FAHLUFI, D. R. (2009). Penerapan Kompres Air Hangat Untuk Mengurangi Rasa Nyeri
Pada Lansia Dengan Gout.Universitas Muhammadiyah Purwokerto.
Rosi, F (2018). Penerapan Kompres Air Hangat Terhadap Intensitas Nyeri Pada Lansia
Dengan Osteoarhtritis. Universitas Muhammadiyah Semarang.
Lukman, & Ningsih, N. (2012). Asuhan Keperawatan Klien dengn Gangguan
Sistem Muskuloskeletal. Jakarta:
Salemba Medika.
Tamher, S., & Noorkasiani. (2011). Kesehatan Lanjut Usia dengan Pendekatan
Asuhan
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Chandra, A.S. 2002. Perbandingan Efek Terapi Panas Dengan Terapi
Dingin Terhadap Pengurangan Nyeri Pada Penderita Osteoartritis
Lutut Di Instalasi Rehabilitasi Medik RSUP DR.Kariadi Semarang.
Program Studi Rehabilitasi Medik, Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro, Semarang.
LEMBAR OBSERVASI PENYULUHAN KESEHATAN
Di Wisma Seruni UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha

Hari/tanggal : Jum’at, 28 Februari 2020


Waktu : Jam 14.00 wib
Materi : PNEUMONIA
TERCAPAI
KRITERIA EVALUASI KETERANGAN
YA TIDAK

1. Evaluasi Struktural
a. Persiapan Media
Media yang digunakan dalam
penyuuhan semua lengkap dan
dapat digunakan dalam
penyuluhan :

 Leaflet
 Flipchart
b. Persiapan Materi
Materi disiapkan dalam bentuk
makalah dan dibuatkan flipchsrt
dan leaflet dengan ringkas,
menarik, lengkap dan mudah
dimengerti oleh peserta
penyuluhan.

c. Persiapan Peserta
Penyuluhan mengenai kompres
air hangat untuk mengurangi
nyeri sendi. Peserta telah
diinformasikan sebelum
dilaksanakan penyuluhan

2. Evaluasi Proses
a. Peserta
Peserta mengikuti acara
penyuluhan kesehatan dari awal
sampai selesai dan aktif selama
proses penyuluhan berlangsung
b. Moderator
Moderator mampu memimpin
jalannya acara penyuluhan dan
proses diskusi sampai penutup

c. Penyuluh
Menjelaskan materi penyuluhan
dengan jelas dan menggunakan
bahasa yang mudah dimengerti
serta telah menguasai materi yang
dibawakan

d. Fasilitator
Aktif dalam memberikan motivasi
kepada peserta pada saat proses
diskusi berlangsung dan
memfasilitasi dalam teknis
penyuluhan

3. Evaluasi Hasil
a. Sebanyak 60% peserta mampu
mengungkapkan kembali
pengertian Nyeri
b. Sebanyak 60% peserta mampu
menyebutkan pencegahan nyeri
c. Sebanyak 60% peserta mampu
menyebutkan langkah-langkah
kompres air hangat

Anda mungkin juga menyukai