Anda di halaman 1dari 8

Kumalasari intan, Kesehatan Reproduksi untuk mahasiswa kebidanan dan keperawatan atau

intan kumalasari dan iwan Andhyantoro

SKRINING KANKER SERVIKS

Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah serviks (leher rahim) sebagai
akibat adanya pertumbuhan jaringa yang tidak terkontrol dan merusak jaringan normal
disekitarnya (FKUI, 1990: PKKP, 1997). Didunia setiap 2 menit seseorang perempuan
meninggal karena kanker serviks, sedangkan di indonesia setiap 1 jam (Ferlay J et al,
Globocan, 2002:IARC 2004) .

ETIOLOGI

Penyebab dari kanker serviks adalah infeksi dari Human Papiloma Virus (HPV), biasanya
terjadi pada perempuan usia subur. HPV ditularkan dari hubungan seksual dan ditemukan
pada 95% kanker mulut rahim. Infeksi HPV dapat menetap menjadi displasia atau sembuh
secara sempurna.

Terdapat sekitar 200 tipe HPV yang sudah teridentivikasi dan terdapat 100 tipe HPV
yang dapat menginfeksi manusia. HPV digolongkan menjadi 2 bagian yaitu:

1. HPV resiko tinggi menyebabkan kanker (onkogenik) yaitu tipe 16,18, 31, 33, 45, 52,
dan 58. Sebanya 70% dari kanker serviks disebabkan oleh HPV 16 dan 18.
2. HPV resiko rendah yaitu tipe 6, 11, 32,42, 43, dan 44 hanya menyebabkan kutil
kelamin yang jinak.

Proses terjadinya kanker serviks berhubungan erat dengan proses metaplasia yaitu
masuknya mutagen (bahan-bahan yang dapat merubah marangai sel secara genetik). Pada
fse aktif metaflasia daat berubah menjadi sel yang berpotensi ganas. Perubahan ini
biasanya terjadi dizona transformasi. Sel yang mengalami mutasi disebut sel displastik
dan kelainan epitelnya disebut dysplasia (Neoplasia Intra-epitel Serviks/NIS).

Berikut adalah tahapan perkembangan kanker servks:

1. Dysplasia (ringan, sedang, berat). Lesi displasia sering disebut dengan “lesi
prakanker” yaitu kelainan sel yang perkembangannya sangat berat.
2. Displasia kemudian berkembang menjadi karsinoma insitu (kanker yang belum
menyebar)
3. Akhirnya menjadi karsinoma invasif (kanker yang dapat menyebar). Perkembangan
displasia menjadi kanker membutuhkan waktu bertahun-tahun (7-15 tahun).

GEJALA

Kanker serviks pada stadium dini sering tidak menunjukkan gejala atau tanda-tanda yang
khas, bahkan kadang-kadang tidak ada gejala sama sekali. Gejala yang mungkin timbul
antara lain sebagai berikut:

1. Nyeri pada waktu senggama dan pendaraha sesudah senggama


2. Keluar keputihan atau cairan encer dari vagina
3. Pendarahan sesudah mati menstruasi
4. Pada tahap lanjut dapat keluar cairan kekuningan, berbau, dapat bercampur dengan
darah.

Apabila gejala tersebut sudah muncul, biasanya kanker sudah dalam stadium lanjut.
Untuk itu perlu segera diperiksakan kedokter karena makin dini penyakit didiagnoasis
dan diobati, makin besar kemungkinan untuk disembuhkan.

FAKTOR RESIKO

Beberapa faktor resiko dan predisposisi yang mneyebaban perempuan terpapar HVP (sebagai
etiologi dan kanker serviks) diantaranya adalah sebagai berikut.

a. Menikah atau memulai aktivitas seksual dengan usia muda, penelitian menunjukkan
bahwa semakin muda perempuan melakukan hubungan seksual semakin besar
mendapat kanker serviks.
b. Jumlah kehamilan dan partus. Kanker serviks lebih banyak ditemukan pada
perempuan yang sring partus. Semakin sering partus semakin besar kemungkinan
mendapatkan karsinima serviks.
c. Perilaku seksual. Berdasarkan penelitian, resiko kanker serviks meningkat lebih dari
10 kali bila berhungan dengan enam atau lebih mitra seks, atau bila hubungan seks
pertama dibawah umur 15 tahun. Resiko juga meningkat bila hubungan seks dengan
laki-laki berisiko tinggi (laki-laki yang berhubunga seks dengan banyak perempuan),
atau laki-laki yang mengidap penyakit “jengger ayam” (kondiloma akuminatum)
dizakarnya (penis).
d. Riwayat infeksi disaerah kelamin dn radang panggul. Infeksi menular seksual (IMS)
dapat menjadi peluang meningkatnya resiko kanker serviks.
e. Sosial ekonomi. Karsinoma serviks dapat ditemui pada golongan sosial ekonomi
rendah mungkin faktor sosial erat kaitannya dengan gizi, imunitas, dan kebersihan
perseorangan. Pada golongan sosial ekonomi rendah umumnya kuantitas dan kualitas
makanan kurang hal ini memengaruhi imunitas tubuh.
f. Higine dan sirkumsisi. Diduga adanya pengaruh mudah terjadinya kanker serviks
pada perempuan yang pasangannya belum disirkumsisi. Hal ini karena pada pria
nonsirkumsisi, higine penis tidak terawat sehingga banyak kumpulan smegma.
g. Merokok dan AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim). Terkadang nikotin dan zat
lainnya yang terdapat didalam rokok. Zat-zat tersebut dapat menurunkan daya tahan
serviks dan dapat menyebabkan kerusakan DNA epitel serviks sehingga timbul kanker
serviks, sedangkan pemakaian AKDR akan berpengaruh pada serviks yang kemudian
akan menjadi infeksi yang berupa radng secar terus-menerus. Hal ini dapat sebagai
pencetus terbentuknya kanker serviks.
h. Defisiensi zat gizi. Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa definisi asam folat
dapat meningkatkan resiko terjadinya NIS 1 dan NIS 2, serta mungkin juga
meningkatkan resiko terkena kanker serviks pada wanita yang rendah konsumsi beta
karoten dan vitamin (a c dan e).

DETEKSI DINI KANKER SERVIKS

Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk skrining atau mendeteksi dini kanker serviks
adalah sebagai berikut:

1. Pap smear
Pap smear, dapat juga disebut tes pop adalah prosedur sederhana untuk mengambil sel
serviks (bagian bawah, ujung dari utrus). Dinamai sesuai dengna penmeuannya,
George Papanicolacu, MD Pap Smear tidak hanya efektif untuk mendeteksi kanker
serviks tetapi juga perubahan sel serviks yang dicurigai dapat menimbulkan kanker.
Deteksi dini sel ini merupakan langkah awal menghindari timbulnya kanker serviks,
sampai saat ini pemeriksaan denga Pap smear masih menjadi pilihan terbaik karena
relatif mudah, murah, sederhana, tidak sakit, aman dan akurat. Bila hasil pemeriksaan
Pap smear ditemukan adanya sel sel epitel serviks yang bentknya abnormal
(displasia), harus dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.
2. Siapa yang harus mlelakukan pap smear ?
American Cancer Sosiety merekomendasikan pap smear pertama sekitar 3 tahun
setelah menlakukan hubungan seksual pertama atau pada usia 21 tahun. Setelah usia
21 tahun dengan petunjuk sebagai berikut:
Usia (tahun) Frekuensi
27-29 Sekali setahun Pop Smear reguler atau 2 tahun menggunakan Pop
smear berbasis cair.
30-69 Setiap 2-3 tahun jika hasil 3x tes normal secara berurutan
>70 Pop smear dapat dihentikan jka hasil 3kali tes normal secara berurutan
dan pop smear normal selama 10 tahun.

3. Prosedur pemeriksaan Pap smear


a. Persiapan alat
 Bak sterila yang berisi:
- Spekulum cocor bebek
- Sarung tangan
- Spatula ayre
 Kaca objek (0bjek glass)
 Kapas dettol
 Alkohol 95% (bahan fiksasi pada tempatnya)
 Cytocrep/hair spray
 Etiket (label) dan pensil
 Lampu sorot
 Meja ginekologi
 Larutan klorin 0,5%
 Tempat sampah basah dan kering
b. Persiapan ruangan
 Ruangan tertutup, pintu serta jendela ditutup
 Lampu sorot dinyalakan
c. Persiapan pasien
 Pasien dalam keadaan siap untuk dilakukan pap smear:
- Tidak melakukan hubungan suami istri 48 jam sebelum pengambilan
lendir mulut rahim
- Waktu yang paling baik untuk pengambilan lendir adalah 2 minggu
setelah menstruasi.
- Jangan menggunakan pembasuh antiseptik atau sabun antiseptik di
sekitar vagina selama 72 jam sebelum pengambilan lendir
 Pasien diminta untuk membuang air kecil
 Pasien dipersiapkan untuk membuka pakaian bawah
 Pasien diperiksa tidur di meja ginekolog
 Pasien tidur dalam keadaan litotomi
 Pada saat pengambilan lendir usahakan otot otot vagina rileks
d. Pelaksanaan
 Pasien dibaringkan dalam keadaan litotomi
 Cici tangan pakai sabun dibawah air mengalir
 Keringkan tangan dengan handuk bersih
 Gunakan sarung tangan dengan benar
 Bersihkan vulva dan perineum dengan kasa kering
 Ambil spekulum cocor brbrk (sesuaikan dengan ukuran yang dubutuhkan)
dengan tangan kanan masukkan kedalam introitus vagina dengan posisi
lebar spekulum pada sumbu vertikal (anteroposterior)
 Setelah ujung spekulum melewati introitus, dorong spekulum sampai
pangkalnya, kemudian gagang spekulum diputar (90 derajat) kearah bawah
 Introitus vagina diregangkan dengan cara membuka spekulum sedemikian
rupa sehingga lumen vagina, portio, dan forniks terlihat jelas, kemudia
spekulum dikunci pada posisi tersebut.
 Ambil spatula ayre, kemudian ujung yang pendek dimaskkan kedalam
osteum uteri eksterna sedalam 1-2 cm dan dilakukan usapan searah jarum
jam (diputar 360 derajat)
 Bahan hasil usapan tadi segera di fiksasi (dihapuskan) pada objek glass
yang telah disedikan dengan cara berikut.
- Fiksasi basah dengan alkohol 95%.
Setelah sediaan selesai dibuat sewaktu skret hasil segar, masukkan
segera kedalam alkohol 95%. Setelah difiksasi 30 menit, sediaan dapat
diangkat dan dikeringkan atau dapat pula dikirim dalam botol bersama
cairan fiksasinya.
- Fiksasi kering denga hair spray
Setelah sediaan selesai dibuat, sewaktu skret masih segar, semprotka
segera hair spray pada kaca objek yang mengandung apusan skret
tersbut. Dengan jarak kurang lebih 10-15 cm dari kaca objek, sebanyak
2 ataua sampau 4 kali. Kemusian keringkan sediaan dengan
membiarkannya di udara terbuka selama 5-10 menit. Setelah kering,
sediaan siap dikirim ke laboratorium sitologi.
 Bersihkan porsio dan dinding vagina denga kasa steril
 Lepaskan spekulum (cocor brbrk) dari vagina secara perlahan-lahan
 Buka sarung tangan. Letakkan pada larutan disinfektan
 Cuci tangan dengan sabun dibawah air megalir kemudian keringkan
dengan handuk bersih
 Beri label pada sampel, kirim kelaboratorium
e. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pembuata sediaan apus
 Buatlah sediaan dengan apusan tipis merata
 Segera fiksasi dengan metode pewarnaan pap
 Buatlah sediaan sedikit mngkin mengandung darah
 Jaga kebersihan kaca objek yang digunakan
 Jaga kebersihan kaca objek yang digunakan
 Hindari bahan kimia yang merusak sel
 Simpan ditempat yang bersih kering dan aman
 Kaca objek yang digunakan diberi label.
f. Hasil penelitian pap smear
 Kelas 0: tidak dapat dinilai
Tindakan: segera diambil smear ulang
 Kelas 1: normal smear
Tindakan: kontrol ulang 2-3 tahun lagi
 Kelas 11: proses radang dengan atau tanpa displasi ringan
Tindakan: kontrol ulang 3-6 tqhun lagi
 Kelas III: displasia sedang berat
Tindkan: kontrol ulang segera
 Kelas IV: karsinoma insitu
Tindakan: kontrol ulang segera
 Kelas V: karsinoma invasif
Tindakan: kontrol ulang segera
g. Pemeriksaan IVA
IVA singkatan dari Inspeksi Visual dengan Asam asetat, yaitu suatu metode
pemeriksaan dengan mengoles serviks atau leher rahim dengan menggunakan lidi
wotten yang telah dicelupkan kedalam asam asetat/asam cuka 3-5% dengan mata
telanjang. Daerah yang tidak normal akan merubah warna menjadi putih
(acetowhite) dengan atas yang tegas, dan mengindikasikan bahwa serviks
mungkin memiliki lesi prakanker. Jika tidak ada perubahan warna maka dapat
dianggap tidak ada infeksi pada serviks.
Pemeriksaan IVA dianjurkan untuk fasilitas dengan sumber yang daya rendah
bila dibandingkan dengan skrining yang lain..
h. Kolposkopi
Kolposkopi adalah pemeriksaan untuk melihat permukaan serviks dengan cara
memasukkan “teropong” bernama koposkop kedalam liang vagina. Alat ini
menggunakan mikroskop berkekuatan rendah yang memperbesar permukaan
serviks sampai dengan 10-40 kali dari ukuran normal. Pembesaran ini membantu
mengidentifikasi daerah permukaan serviks yang menunjukkan abnormalitas.
Pemeriksaan kolposkopi dilakukan diatas meja pemeriksaan ginekologis. Ada
kolposkopi, serviks dioles dengan larutan kimia (asam asetat) untuk
menyingkirkan lendir yang melipti permukaan serviks. Setelah area abnormal
terlihat, kolposkop diposisikan pada mulut vagina dan seluruh permukaannya
diperiksa. Gambar permukaan serviks bisa didokumentasikan dengan kamera
kecil tersebut. Jika ditemuakan area yang abnormal, sampel jaringan akan diambil
dengan menggunakan alat biaopsi kecil. Beberapa sampel dapat diambil sesuai
besar ukuran area yang mengalami abnormalitas.
Hasil kolposkopi adalah sebagai berikut:
 Normal: bila permukaan serviks yang rata dan berwarna merah muda
 Abnormal: bisa berupa “kutil” pada daerah serviks (human papilloma
virus), perubahan jaringan prakanker, displasia serviks, keganasan dalam
serviks, dan keganasan yang infasif.

Kolposkopi dapat digunakan untuk melakukan pemantauan terhadap kelainan


prakanker dan melihat perkembangan terapi. Kolposkopi dapat melihat pola
abnormal pembuluh darah, bercak-bercak putih pada serviks, peradangan, erosi
atau pengerutan pada serviks. Semua ini menunjukkan perubahan pada kanker.
Jika pemeriksaan kolposkopi atau biopsi tidak menunjukkan penyebab
abnormalitas dari papsmear, dianjurkan untuk melakukan pengambilan yang lebih
luas.

PENATALAKSANAAN KANKER SERVIKS

Bila ditemukan pada stadium dini, kesembuhan penyakit kanker serviks akan sempurna,
hampir 100%, pengobatan ataupun penanganan yang dilakukan, disesuaikan pada stadium
pada kanker serviks yaitu sebagai berikut:

1. Stadium prakanker dapat dilakukan dengan cara seperti krioterapi, vaporalisasi leser,
elektrokoagulasi diatermi, dan konisasi.
2. Stadium 0 (karsinoma in-situ) dilakukan operasi berupa konisasi (jika pasien masih
muda dan menginginkan anak) yaitu dengan cara mengangkat jaringan yang berisi
selaput lendir serviks, epitel gepeng dan kelenjarnya atau operasi histeroktomi
sederhana.
3. Stadium IA-IIA dilakukan dengan operasi histerektomi sederhana atau radiasi.
4. Stadium IIB-IIIB dilakukan radiasi atau kemoradiasi.
5. Stadium IV terapi paliatif yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup.

PENCEGAHAN

Walaupun kanker serviks menakutkan, namun dapat dilakukan banyak tindakan pencegahan
kehidupan sehari-hari sebagai berikut :

1. Miliki pola makan sehat yang kaya dengan sayuran, buah dan sereal untuk
merangsang sistem kekebalan tubuh. Misalnya mengkonsumsi banyak karotin,
vitamin A C dan D serta asam folat dapat mengurangi resiko terkena kanker serviks.
2. Pilih kontrasepsi dengan metode barrier, seperti diafragma seperti kondom, karena
dapat memberi perlindungan terhadap kanker serviks.
3. Hindari merokok. Banyak bukti menunjukkan peggunaan tembakau dapat
meningkatkan resiko terkena kanker serviks.
4. Hindari seks sebelum menikah atau diusia sangat muda atau belasan tahun.
5. Hindari hubungan seks selama menstruasi karena terbukti efektif dapat mencegah dan
menghambat terbentuknya dan berkembangnya kanker serviks.
6. Hindari behubungan seks dengan banyak putner.
7. Perempuan berusia diatas 25 tahun, telah menikah, dan mempuanyai anak perlu
secara rutin melakukan pemeriksaan papsmear setahun sekali atau menurut petunjuk
dokter. Saat ini pemeriksaan papsmear bahkan sudah bisa dilakukan ditingkat
puskesmas dengan harga terjangkau.
8. Alternatif tes papsmear yaitu tes IVA dengan biaya yang cukup murah dari pap smear.
Tujuannya untuk deteksi dini terhadap infeksi IVP.
9. Pemberian vaksin atau vaksinasi IVP untuk mencegah terinfeksi HPV dan tipe 6, 11,
16,dan 18 tipe yang mneyebabkan 70% kanker serviks dan 90% kutil kelamin. Vaksin
ini diberikan sebanya 3 dosis dalam periode 6 bulan. Yaitu pemberian awal serta 2 dan
6 bulan berikutnya. Vaksin ini bisa diberikan pada perempuan dengan usia 9-26 tahun.
10. Melakukan pembersihan organ intim atau dikenal dengan istilah vagina toilet. Ini
dapat dilakukan sendiri atau dapat juga dengan bentuan dokter ahli. Tujuannya untuk
membersihkan organ intim perempuan dari kotoran dan penyakit.

Anda mungkin juga menyukai