Anda di halaman 1dari 55

MAKALAH

TUBERCULOSIS (TB) PARU


( Sistem Respirasi 1 )
Dibimbing Oleh Nisfil Mufidah,S.Kep,.Ns.,M.Kep

Disusun Oleh :
KELOMPOK 8

NUR AINI : 15142010145


MOH ALIANKA RACHMAN : 15142010136
MELIKE LINDA SUSANTI : 15142010134
ZAHROTUN MAULA : 15142010165
NUR LAILI FATIN : 15142010148
UMAR FARUQ : 15142010160
LUKMANUL HAKIM : 15142010130

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


STIKes NGUDIA HUSADA MADURA
TAHUN 2016
KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmaanirrohiim
Dengan ini kami panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat- Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul “TUBERCULOSIS (TB) PARU”
Makalah ini kami susun untuk menambah ilmu serta untuk memenuhi salah satu
tugas dalam mata kuliah “SISTEM RESPIRASI 1”. Kami menyadari bahwa dalam
penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca. Dengan
tersusunnya makalah ini semoga bermanfaat, khususnya bagi penulis dan pembaca pada
umumnya. Untuk itu kami sampaikan terima kasih

Penyusun

KELOMPOK 8

Tuberculosis (TB) Paru


2
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ..................................................................................................... 4
1.2. Rumusan Masalah ................................................................................................ 4
1.3. Tujuan .................................................................................................................. 5
1.4. Manfaat ................................................................................................................ 5
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Konsep Teori ....................................................................................................... 6
2.1.1 Anatomi dan Fisiologi ........................................................................... 6
2.1.2 Definisi .................................................................................................. 17
2.1.3 Etilogi .................................................................................................... 18
2.1.4 Patofisiologi ........................................................................................... 18
2.1.5 Tanda dan Gejala ................................................................................... 19
2.1.6 WOC ...................................................................................................... 20
2.1.7 Manfestasi Klinik .................................................................................. 22
2.1.8 Pemeriksaan Diagnostik ........................................................................ 22
2.1.9 Komplikasi ............................................................................................ 22
2.1.10 Pencegahan ............................................................................................ 22
2.1.11 Penatalaksaan ......................................................................................... 23
2.2 Asuhan Keperawatan pada pasien tuberculosis paru ............................................ 24
2.2.1 Pengkajian ............................................................................................. 24
2.2.2 Diagnosa Keperawatan .......................................................................... 26
2.2.3 Intervensi Keperawatan ......................................................................... 26
2.2.4 Implementasi ......................................................................................... 26
2.2.5 Evaluasi ................................................................................................. 26
BAB 3 PENUTUP
3.1. Kesimpulan .......................................................................................................... 26
3.2. Saran .................................................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA

Tuberculosis (TB) Paru


3
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tuberculosis di Indonesia menjadi masalah serius karena penularannya sangat
mudah. Temuan kasus baru dan akses terhadap penobtan menjadi hal terpenting
supaya penanganan TB berhasil. Satu sepermpat abad atau 125 tahun sudah bakterri
tuberculosis ditemukan. Upaya pengenyahannya penyakit ini harus dilakukan baik
dalam skala global maupun lokal. Namum, semain keras usaha melawan TB semakin
pintar pula bakteri TB berkelit. Akibatnya menyembuhan penyakit ini menemui
banyak jalan buntu. Alih-alih lenyap justru bakteri semakin resisten dan multi
resisten.
Organisasi kesehatan dunia WHO menggolongkan penyakit TB sebagai penyakit
endemik yang sult dihilangkan. Riset WHO tahun lalu menunjukkan hampie seliruh
penduduk dunia mengidap TB. Setiap tahun. Lebih dari 1,7 juta orang meninggal.
Laju penyebaran penyakit ini sulit dibendung karenaTB mudah sekali menular.
Dalam perspektif Indonesia TB juga menjadi masalah serius. Negara ini menduduki
posisi kelima sebagai negara yang paling banyak pengidap TB. Indonesia hanya
kalah dari Swaziland, Kamboja, Zambia dan Djibouti. Jumlah pengidap TB saat ini
321 per 100 ribu penduduk.
Pengobatan TB di Indonesia terbilang sulit. Banyak pengidap TB yang
seharusnya sembuh, karena kendala biaya penyakit ini kambuh kembali. Apalagi
kesadaran berobat yang sangat rendah. Padahal TB dapat disembuhkan. Karena itu
dibutuhkan kerja sama semua pihak dalam menanggulangi TB. Saat ni baru 50%
penderita TB di Indonesia yang berhasil disembuhkan.
Dalam perspektif global, saat ini sedang dicari cara diagnosis baru yang lebih
efektif. Sejauh ini belum ada cara yang sensitif dan spesifik untuk mendeteksiyang
bisa diharapkan bagi masyarakat luas. Kasus TB di Indonesia menjadi momok
mengingat penularan penyakit ini sangat mudah. Survei nasional tahun 2004
menunjukkan setiap dua setengah menit, akan muncul satu pengidapTB baru, bukan
Cuma penularan tapi tingkat kematian akibat TB di Indonesia juga sangat tinggi.
Kertas kerja WHO tahun 2000 sangat mengejutkan. Disitu tercacat dalam setiap
empat menit, satu orang Indonesia meninggal karena TB.

Tuberculosis (TB) Paru


4
1.2 Rumusan Masalah
a. Bagaimanakah anatomi fisiologi sistem respirasi ?
b. Apa definisi tuberculosis paru?
c. Bagaimana etiologi tuberculosis paru?
d. Bagaimana patofisiologi tuberculosis paru?
e. Apa saja manifestasi klinis pada penyakit tuberculosis paru?
f. Bagaimana WOC tuberculosis paru?
g. Apa saja jenis-jenis tuberculosis paru ?
h. Bagaimana cara pencegahan penyakit tuberculosis paru?
i. Apa saja komplikasi tuberculosis paru?
j. Bagaimana penatalaksanaan penyakit tuberculosis paru?
k. Apa saja pemeriksaan penunjang pada penyakit tuberculosis paru?
l. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan tuberculosis paru?

1.3 Tujuan
1.3.1 Umum
Untuk mengetahui secara menyeluruh mengenai konsep teori dan
konsep asuhan keperawatan tentang tuberculosis paru
1.3.2 Khusus
a. Untuk mengetahui anatomi fiiologi sistem respirasi
b. Untuk mengetahui definisi tuberculosis paru
c. Untuk mengetahui etiologi tuberculosis paru
d. Untuk mengetahui patofisiologi tuberculosis paru
e. Untuk mengetahui apa saja manifestasi klinis pada penyakit TB paru
f. Untuk mengetahui WOC tuberculosis paru
g. Untuk mengetahui apa saja jenis-jenis tuberculosis paru
h. Untuk mengetahui cara pencegahan penyakit tuberculosis paru
i. Untuk mengetahui komplikasi tuberculosis paru
j. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan penyakit tuberculosis
paru
k. Untuk mengetahui apa saja pemeriksaan penunjang pada tuberculosis
paru
l. Untuk mengetahui asuhan keperawatan apa yang akan diberikan pada
klien dengan tuberculosis paru

Tuberculosis (TB) Paru


5
1.4 Manfaat
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan penyusun
dalam hal Asuhan Keperawatan pada pasien Tuberculosis Paru. Serta untuk salah
satu syarat dalam penugasan makalah mata kuliah Respirasi 1 tahun ajaran 2016.

Tuberculosis (TB) Paru


6
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Teori
2.1.1 Anatomi dan Fisiologi

Hakikat dari respirasi adalah untuk kelangsungan metabolism sel sehingg sel
dapat melakukan aktivitasnya secara adekuat. Dengan adanya suplai oksigen
yang memadai kedalam tubuh disertai dengan oksigenasi bahan nutrisi yang
diperoleh melalui intake makanan dan cairan maka akan membuat sel mampu
melakukan metabolism dan akhirnya dapat menghasilkan energy yang
digunakan oleh manusia.
Pernapasan melalui dua proses berikut ini :
1. Pernapasan dalam (Interna)
Yaitu pertukaran gas antara sel-sel dan medium cairnya. Dengan kata lain
pernapasan dalam adalah proses metabolisme intraseluler yang terjadi di
mitokondria meliputi konsumsi oksigen dan karbondioksida selama pengambilan
energi dari molekul-molekul nutrient.
Tanpa energi, manusia tidak mungkin bertahan hidup. Seluruh aspek
kehidupan membutuhkan suplai energi untuk dapat bertahan dan untuk mencapai
energi ini manusia membutuhkan makanan dan suplai oksigen yaitu konstan.
Oksigen digunakan untuk “membakar” glukosa agar dapat menghasilkan
energi kimia dalam bentuk molekul. Dalam reaksi ini, glukosa diambil dan
energi yang dihasilkan dalam bentuk adenosine trifosfat (ATP).

Tuberculosis (TB) Paru


7
Produk akhir dari pernapasan interna adalah karbondioksida dan air.
karbondioksida merupakan produk akhir yang berbahaya dan harus dikeluarkan
dari tubuh karbondioksida tersebut dialirkan kedalam darah dan menuju paru-
paru untuk dikeluarkan menuju proses ekshalasi. Karbondioksida lebih mudah
larut daripada oksigen untuk berikatan dengan darah. Proses selanjutnya adalah
karbondioksida beraksi dengan air untuk membentuk asam karbonat yang akan
menurunkan derajat keasaman darah jiak tidak dikeluarkan tubuh. Rumus
persamaa dari pernapasan interna :

Glukosa + oksigen Energi (ATP) + CO2 + H2O

Sistem pernapasan manusia membawa oksigen kedalam tubuh lalu dibantu


oleh sistem sirkulasi oksigen diangkut menuju sel tubuh dimana reaksi
energiakan berlangsung
2. Pernapasan luar (Eksterna)
Yaitu absorpsi oksigen dan pembungan karbondioksida dari tubuh secara
keseluruhan dengan lingkungan luar dengan urutan sebagai berikut
a. Pertukaran udara luar kedalam alveoli dengan aksi mekanik pernapasan,
melalui proses ventilasi
b. Pertukaran oksigen dan karbondioksida udara alveolar-darah dalam pembuluh
kapiler paru-paru melalui proses difusi
c. Pengangkutan (transportasi) oksigen dan karbondioksida oleh sistem
peredaran darah dari paru-paru ke jaringan dan sebaliknya
d. Pertukaran oksigen dan karbondioksida darah dalam pembuluh kapiler
jaringan dengan sel-sel jaringan melalui proses difusi dan masukbkedalam
pernapasan interna

Saluran Napas bagian Atas (Upper respiratory Airway)


Secara umum fungsi utama dari saluran napas bagian atas ialah sebagai berikut :
a) Air conduction kepada saluran napas bagian bawah untuk pertukaran gas
b) Protection saluran napas bagian bawah dari benda asing
c) Warning, filtration dan humidification dari udara yang di inspirasi

Tuberculosis (TB) Paru


8
1. Hidung (Cavum Nasalis)
Hidung dibentuk oleh tulang dan kartilago.Bagian yang kecil dibentuk oleh
oleh tulang, sisanya terdiri atas kartilago dan jaringan ikat (connective
tissue).Bagian dalam hidung merupakan suatu lubang yang dipisahkan menjadi
lubang kiri dan kanan oleh septum.Rongga hidung mengandung rambut
(fimbrae) yang berfungsi sebagai filter/penyaring kasar terhadap benda asing
yang masuk. Pada mukosa hidung terdapat epitel bersilia yang mengandung sel
goblet dimana sel tersebut mengeluarkan lender sehingga dapat menangkap
benda asing yang masuk kesaluran pernapasan
Reseptor bau terdapat pada cribriform plate, dimana tempat ini juga
merupakan ujung dari saraf cranial I (nervus olfaktorius) bermuara. Fungsi
hidung secara umum adalah sebagai berikut
a. Sebagai jalan napas
b. Pengatur udara
c. Pengatur kelembapan udara (humidifikasi)
d. Pengatur suhu
e. Sebagai pelindung dan penyaring udara
Fungsi ini dijalankan oleh:
1) Vibrissae yaitu rambut pada vestibulum nasi
2) Lapisan lendir yang mengeluarkan kotoran atau debu dengan reflex bersin
3) Enzim lisozim yang dapat menghancurkan beberapa jenis bakteri
f. Sebagai indera penciuman
g. Sebagai resonator suara
2. Sinus Paranasalis
Sinus paranasalis merupakan daerah yang terbuka pada tulang kepala.
Dinamakan sesuai nama tulang dimana dia berada terdiri atas sinus frontalis,
sinus etmoidalis, sinus spenoidalis dan sinus maksilaris. Fungsi dari sinus adalah
membantu menghangatkan dan humidifikasi, meringankan berat tulang
tengkorak serta mengatur bunyi suara manusia dengan ruang resonansi

Tuberculosis (TB) Paru


9
3. Faring
Faring merupakan pipa berotot berbentuk cerobong (13cm) yang berjalan
dari dasar tengkorak sampai persambungannnya dengan esophagus pada
ketinggian tulang rawan (kartilago) krikoid. Faring berdasarkan letaknya dibagi
menjadi tiga yaitu dibelakang hidung (nasofaring), dibelakang mulut (orofaring)
dan dibelakang laring (laringofaring)
Nasofaring letaknya superior dimana terdapat epitel bersilia
(pseudostratified), sebagai muara tube eustachius dan disana terdapat tonsil
(adenoid). Adenoid atau faringeal tonsil berada di langit-langit dari nasofaring.
Tenggorokan dikelilingi oleh tonsil, adenoid dan jaringan limfoid lainnya.
Struktur ini penting sebagai mata rantai nodus limfatikus untuk penjagaan tubuh
dari invasi organism yang masuk ke hidung dan tenggorokan
Orofaring berfungsi menampung udara dari nasofaring dan makanan dari
mulut, disana terdapat tonsil palatine (posterioir) dan tonsil lingualis (dasar
lidah)
Laringofaring merupakan bagian terbawah faring yang berhubungan
dengan esophagus di bagian belakang serta pita suara (trakea) di bagian depan
yang berfungsi pada saat menelan dan respirasi.
4. Laring
Laring biasa disebut dengan voice box. Dibentuk oleh struktur epithelium-
lined yang berhubungan dengan faring (diatas) dan traka (dibawah). Lokasinya
berada di anterior tulang vertebra ke-4 dan ke-6. Bagian atas dari esophagus
berada di posterior laring
Fungsi utama dari laring adalah untuk vocalization, selain itu juga berfungsi
sebagai proteksi jalan napas bawah dari benda asing dan memfasilitasi batuk.
Laring terdiri atas bagian-bagain seperti berikut ini
a) Epiglotis : merupakan katup kartilago yang menutup dan membuka selama
proses menelan
b) Glotis : lubang anatara pita suara dan laring
c) Tiroid kartilago : kartilago yang terbesar pada trakea, bagiannya
membentuk jakun (Adam’s Apple)
d) Krikoid kartilago : cincin kartilago yang komplit di laring (letaknya dibawah
tiroid kartilago)

Tuberculosis (TB) Paru

10
e) Aritenoid kartilago : digunakan pada pergerakan pita suara dengan tiroid
kartilago
f) Pita suara : sebuah ligament yang dikontrol oleh pergerakan otot yang
menghasilkan suar, menempel pada lumen laring

Saluran Napas bagian Bawah (Lower Airway)

Ditinjau dari fungsinya secara umum, saluran pernapasan bagian bawah


terbagi menjadi dua komponen, yaitu sebagai berikut
a) Saluran udara konduktif
Sering disebut sebagai percabangan trakeobronkialis, terdiri atas trakea, bronki
dan bronkioli
b) Satuan respiratorius terminal (kadang kala disebut dengan acini)
Yaitu saluran udara konduktif, fungsi utamanya sebagai penyalur (konduksi) gas
masuk dan keluar dari satuan respiratorius terminal yang merupakan tempat
pertukaran gas yang sesungguhnya. Alveoli merupakan bagian dari satuan
respiratorius terminal
A. Trakea
Trakea merupakan perpanjangan dari laring pada ketinggian tulang vertebra
torakal ke-7 yang mana bercabang menjadi dua bronkus (primary bronchus).
Ujung dari cabang trake abiasa disebut carina. Trakea ini sangat fleksibel dan
berotot, panjangnya 12cm dan C-shaped cincin kartilago. Pada garis ini
mengandung pseudostratified ciliated columnar epithelium yang mengandung
banyak sel goblet (sekresi mucus)
B. Bronkus dan Bronkiolus
Cabang kanan bronkus lebih pendek dan lebih lebar serta cenderung lebih
vertical daripada cabang yang kiri. Oleh karena itu, benda asing lebih mudah
masuk ke cabang yang sebelah kanan dari pada cabang bronkus sebelah kiri.
Segmen dan subsegmental bronkus bercabang lagi dan membentuk seperti
ranting yang masuk ke setiap paru-paru. Bronkus ini disusun oleh jaringan
kartilago. Struktur ini berbeda dengan bronkiolus yang berakhir di alveoli.
Alveoli merupakan bagain yang tidak mengandung kartilago. Oleh karena itu
alveoli memiliki kemampuan untuk menangkap udara dan dapat kolaps. Saluran

Tuberculosis (TB) Paru

11
napas dari trakea sampai bronkus terminalis tidak mengalami pertukaran gas dan
merupakan anatomical dead space (150ml)
Bronkiolus respiratorius merupakan bagian awal dari pertukaran gas. Sekitar
alveoli terdapat porus/lubang kecil antar alveoli (Kohn Pores) untuk mencegah
alveoli kolaps.
C. Alveoli
Parekim paru merupakan are kerja dari jaringan paru, dimana pada dawrah
tersebut mengandung berjuta-juta unit alveolar. Alveoli bentuknya sangat kecil.
Alveoli merupakan kantong udara pada akhir bronkiolus respiratorius yang
memungkinkan terjadinya pertukaran oksigen dan karbondioksida. Seluruh unit
alveolar (zona respirasi) terdiri atas bronkiolus respiratorius, duktus alveolar dan
kantong alveoli (alveolar sacs).
Diperkirakan terdapat 24 juta alveoli pada bayi baru lahir. Pada saat seseorang
menginjak usia 8 tahun, jumlahnya bertambahn seperti usia dewasa yaitu 300
juta. Setiap unit alveolar menyuplai 9-11 prepulmonary dan pulmonary kapiler.
Fungsi utama alveolar adalah pertukaran oksigen dan karbondioksida diantara
kapiler pulmonary dan alveoli
D. Paru-paru
Paru-paru terletak pada rongga torak, berbentuk kerucut dengan apeks berada
diatas tulang iga pertama dan dasarnya pada diafragma. Paru-paru kanan
mempunyai tiga lobus sedangkan paru-paru kiri mempunyai dua lobus. Kelima
lobus ini merupakan lobus yang terlihat, setiap paru-paru dapat dibagi lagi
menjadi beberapa sub-bagian menjadi sekitar sepuluh unit terkecil yang disebut
bronkopulmonari segmen.
Kedua paru-paru dipisahkan oleh ruang yang disebut mediastinum. Jantung,
aorta, vena kava, pembuluh paru-paru, esophagus, bagian dari trakea, bronkus
dan kelenjar timus terdapat di mediastinum ini
E. Torak, Diafragma dan Pleura
Rongga torak berfungis melindungi paru-paru, jantung dan pembuluh darah
besar. Bagian luar rongga torak terdiri atas 12 pasang tulang iga. Pada bagian
atas torak di daerah leher terdapat dua otot tambahan inspirasi yaitu skaleneus
dan sternokleidomastoideus. Otot skaleneus menaikkan tulang iga ke-1 dan ke-2
selama inspirasi untuk memperluas rongga dada atas dan menstabilkan dinding

Tuberculosis (TB) Paru

12
dada. Otot sternokleidomastoideus mengangkat sternum. Otot parasternal,
trapezius dan pektoralis merupakan otot tambahan inspirasi yang berguna untuk
meningkatkan kerja napas
Diantara tulang iga terdapat otot interkostal. Otot interkostal eksternus yang
menggerakkan tulang iga keatas dank e depansehingga dapat meningkatkan
diameter anteroposterior dari dinding dada.
Diafragma teletak dibawah rongga torak. Pada keadaan relaksasi, diafragma ini
berbentuk kubah. Pengaturan saraf diafragma (nervus fernikus) terdapat pada
tulang belakang (spinal cord) di servikal ke-3. Oleh karena itu jika terjadi
kecelakaan pada saraf C-3 maka akan menyebabkan gangguan ventilasi
Pleura merupakan membrane serosa yang menyelimuti paru. Terdapat dua
macam pleura yaitu pleura parietal yang melapisi rongga torak dan pleura
visceral yang menutupi setiap paru-paru. Diantara kedua pleura tersebut terdapat
cairan pleura seperti selaput tipis yang memungkinkan kedua permukaan
tersebut bergesekan satu sama lain selama respirasi dan mencegah pemisahan
torak dan paru-paru. Tekanan dlam rongga pleura lebih rendah dari tekanan
atmosfer sehingga mencegah terjaidnya kolaps paru.Jika pleura bermasalah
seperti mengalami peradangan maka udara atau cairan dapat masuk kedalam
rongga pleura. Hal tersebut dapat menyebabkan paru-paru tertekan dan kolaps
F. Sirkulasi Pulmoner
Suplai darah ke paru-paru dalam beberapa hal merupakan sesuatu yang sangat
unik.Pertama, paru-paru mempunyai dua sumber suplai darah yaitu arteri
bronkialis dan arteri pulmonalis.Sirkulasi bronchial menyediakan darah
teroksigenasi dari sirkulasi sistemik yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme jaringan paru-paru.Arteri bronkialis berasal ari aorta torakalis dan
berjalan sepanjang dinding posterior bronkus. Vena bronkialis yang lebih besar
akan mengalirkan darahnya yang bermuara pada vena kava superior dan
mengembalikan darah ke atrium kanan. Vena bronkialis yang leebih kecil akan
mengalirkan darah ke vena pulmonalis.
Arteri pulmonalis berasal dari ventrikel kanan mengalirkan darah vena ke paru-
paru, dimana darah tersebut mengambil bagian dalam pertukaran gas. Jalinan
kapiler paru-paru yang halus mengitari dan menutupi alveolus, merupakan
kontak yang diperlukan untuk pertukaran gas antara alveolus dan darah

Tuberculosis (TB) Paru

13
Kendali Pernapasan
Terdapat beberapa mekanisme yang membantu agar udara dapat masuk kedalam
paru-paru sehingga pertukaran gas dapat berlangsung.Fungsi mekanik
pergerakan udara masuk kedalam paru-paru disebut ventilasi.Mekanisme ini
dilakukan oleh sejumlah komponen yang saling mengadakan interaksi. Kendali
pernapasan ini diantaranya adalah sebagai berikut
a. Faktor local
Yaitu paru-paru itu sendiri dan dinding dada yang mengelilingi paru-paru,
dimana keduanya berperan dalam pompa resiprokatif yang disebut dengan
hembusan napas
b. Kontrol medulla oblongata
Sebagai pusat kontrol pernapasan terdapat daerah ritmik medulla oblongata
(Medullary Rhytmic Area) terdiri atas neuron inspirasi dan ekspirasi
c. Kontrol pons
Mengatur transisi dari inspirasi ke ekspirasi
d. Reflex hearing-breur
Stretch reseptor diparu merupakan proteksi agar tidak terjadi over inflation/ over
distention
e. Masukan korteks
Kendali korteks ini terbatas yaitu dapat mengubah ritmik agar dapat
memproteksi paru-paru
f. Kendali bio kimiawi
g. Penurunan tekanan parsial oksigen dalam darah arteri (PaO2) dapat
merangsang ventilasi
h. Efek latihan jasmani
Olahraga berat kaan mengakibatkan penggunaan oksigen dan produksi
karbondioksida yang lebih besar pula. Mekanisme yang pasti belum jelas betul
tetapi diduga karena pengaruh lainnya misalnya kadar Hb
i. Efek ketinggian (Altitude)
Tempat yang tinggi akan menyebabkan penurunan tekanan oksigen (PO2)
akibatnya seseorang yang berada pada ketinggian akan mengalami peningkatan
laji dan kedalaman respirasi serta denyut jantung seperti yang biasa terlihat pada
orang yang beraktivitas

Tuberculosis (TB) Paru

14
Fisiologi Sistem Respirasi
Proses respirasi dapat dibagi dalam tiga proses mekanis utama yaitu sebagai
berikut
1) Ventilasi pulmonal yaitu keluar masuknya udara antara atmosfer dan alveoli
paru-paru
2) Difusi oksigen dan karbondioksida antara alveoli dan darah
3) Transportasi oksigen dan karbondioksida dalam darah dan cairan tubuh ked
an dari sel-sel
Proses fisiologis respirasi yang memindahkan oksigen dari udara kedalam
jaringan dan karbondioksida yang dikeluarkan ke udara dapat dibagi menjadi
tiga stadium yaitu sebagai berikut
a. Difusi gas-gas antara alveolus dan kapiler paru-paru (respirasi eksterna) serta
antara darah sistemik dan sel-sel jaringan
b. Distribusi darah dalam dalam sirkulasi pulmoner dan penyesuaiannya dengan
distribusi udara dalam alveolus-alveolus
c. Reaksi kimia dan fisik dari oksigen dan karbondioksida dengan darah

Proses Respirasi Eksternal


1. Ventilasi
Udara bergerak masuk dan keluar karena adanya perbedaan antara tekanna
atmosfer dan alveolus serta dibantu oleh kerja mekanik otot-otot
pernapasan.Selama inspirasi volume torak bertambah besar karena diafragma
turun dan iga terangkat akibat kontraksi beberapa otot.Muskulus
sternokleidomastoideus mengangkat sternum keatas sedangkan muskulus
serratus, skaleneus serta interkostalis eksternus berperan mengangkat iga.
Mekanisme ventilasi
Selama inspirasi, udara berjalan dari luar kedalam trakea, bronki, bronkiolus dan
alveoli. Selama ekspirasi gas alveolar berjalan seperti inspirasi dengan alur
terbalik. Faktor fisik yang memengaruhi jalan udara masuk dan keluar paru
adalah gabungan dari ventilasi mekanik yang terdiri atas perbedaan tekanan
udara, resistensi jalan udara dan compliance paru
a) Perbedaan tekanan udara

Tuberculosis (TB) Paru

15
Udara bergerak dari daerah bertekanan tinggi ke daerah bertekanan rendah.
Selama inspirasi pergerakan diafragma dan otot bantu pernapasan lainnya
memperluas rongga torak, dengan demikian menurunkan tekanan intratorak
sampai tingkat dibawah tekanan atmosfer. Oleh karena itu, udara tertarik dari
trakea dan bronki kedalam alveoli.
Pada saat ekspirasi normal, diafragma relaksasi dan paru-paru recoil,
menyebabkan penurunan luas rongga orak. Tekanan alveolar kemudian melebihi
tekanan di atmosfer sehingga udara bergerak dari paru-paru ke atmosfer
b) Resistensi jalan udara
Peningkatan tekanan dari cabang dan bronkus serta adanya benda asing dalam
saluran napas akan mengakibatkan udara terhambat masuk kedalam alveolus
c) Compliance paru
Adalah kemampuan paru-paru untuk mengembang dan mengempispada saat
inspirasi paru-paru mengembang dan pada saat ekspirasi paru-paru mengempis
2. Difusi
Stadium kedua dari proses respirasi adalah proses difusi gas-gas melintasi
membrane antara alveolus-kapiler yang tipis (<0,5𝜇 m). Kekuatan pendorong
untuk pemindahan ini adalah perbedaan tekanan parsial antara darah dan fase
gas. Tekanan oksigen dalam atmosfer pada tekanan laut kurang lebih 149 mmHg
(21% dari 760 mmHg)
Pada saat oksigen diinspirasi dan sampai pada alveolus maka tekanan parsial ini
mengalami penurunan sampai sekitar 103mmHg akibat udara tercampur dengan
ruang rugi anatomis pada saluran udara dan juga dengan uap air
Faktor-faktor yang menentukan kecepatan difusi gas melalui membrane paru-
paru adalah sebagai berikut
a) Makin besar perbedaan tekanan pada membrane makin cepat kecepatan difusi
b) Makin besar area membrane paru-paru makin besar kuantitas gas yang dapat
berdifusi melewati membrane dalam waktu tertentu
c) Makin tipis membrane, makin cepat difusi gas melalui membrane tersebut ke
bagian yang berlawanan
d) Koefisien difusi secara langsung berbanding proporsional terhadap
kemampuan terlarut dari gas dalam cairan membrane paru-paru dan

Tuberculosis (TB) Paru

16
kebalikannya terhadap ukuran molekul. Namun demikian, molekul kecil yang
berdifusi tinggi lebih cepat dari besarnya ukuran gas yang kurang dapat larut

Koefisien Difusi
Oksigen (O2) =1; Karbondioksida (CO2) =20,3; Nitrogen (N2) =0,53.
Koefisien mengindikaiskan bahwa CO2 paling dapat larut dan N2 yang paling
kurang dapat larut
Pertukaran Oksigen dan Karbondioksida
Agar pernapasan dan berlangsung dengan normal dperlukan beberapa faktor
seperti berikut ini
a. Suplai oksigen yang adekuat
Tempat yang tinggi tidak mengubah komposisi udara tetapi menyebabkan
tekanan oksigen (PO2) menurun. Reaksi awal yang timbul jika seseorang berada
pada ketinggian adalah munculnya tanda dan gejala seperti yang terlihat pada
setiap orang yang mengalami kekurangan oksigen
Nyeri kepala, sesak, kelemahan, mual, berkeringat, palpitasi, penglihatan kabur,
pendengaran berkurang dan mengantuk terjadi pada kondisi hipoksia
moderat.Tanda-tanda tersebut sering disebut dengan mountain sickness.
Faktor-faktor yang berperan dalam oksigenasi meliputi peningkatan ventilasi
alveolar, penyesuaian komposisi asam basa darah dan cairan tubuh lain,
peningkatan kapasitas pengangkutan oksigen serta peningkatan curah jantung
Hal-hal yang menyebabkan suplai oksigen terganggu adalah inhalasi udara yang
mengandung oksigen pada tekanan subnormal dan hal ini biasanya disebabkan
oleh inhalasi asap, keracunan karbon monoksida serta difusi udara yang dihirup
dengan gas-gas inert (nitrogen, helium, hydrogen, metan atau gas anestetik
seperti nitro oksida)
b. Saluran udara yang utuh
Saluaran udara yang utuh dari trakeobronkial sampai membrane alveolar
menjadi faktor penting dalam pertukaran oksigen dan karbondioksida. Hal-hal
yang dapat mnjadi hambatan dalam pertukaran gas tersebut adalah adanya
obstruksi mekanik seperti tenggelam atau adanya benda asing pada percabangan
trakeobronkial

Tuberculosis (TB) Paru

17
c. Fungsi pergerakan dinding dada dan diafragma yang normal
Kelemahan fungsi dinding dada akan memengaruhi pola pernapasan. Penyebab
utama disrupsi kelemahan fungsi tersebut adalah trauma pada dada
sepertinfraktur iga atau luka tembusnpada dada
d. Adanya alveoli dan kapiler yang bersama-sama membentuk unit pernapasan
terminal dalam jumlah yang cukup
e. Jumlah hemoglobin yang adekuat untuk membawa oksigen pada sel-sel tubuh
f. Suatu sistem sirkulasi yang utuh dan pompa jantung yang efektif
g. Berfungsinya pusat pernapasan

3. Transpor Gas Antara Paru-paru dan Jaringan


A. Transport Oksigen dalam Darah
Sistem pengangkutan O2 dalam tubuh terdiri atas paru-paru dan sistem
kardiovaskuler. Pengangkutan O2 ke jaringan tubh tergantung pada jumlah O2
yang masuk ke paru-paru, pertukaran gas yang cukup pada paru-paru, aliran
darah ke jaringan dan kapasitas pengangkutan oksigen oleh darah
Dinamika reaksi hemoglobin dengan O2 sangat cocok untuk pengangkutan
O2.Hemoglobin adalah protein yang terdiri dari 4 sub unit masing-masing
mengandung heme yang terikat pada rantai polipeptida.
Oksigen dapat ditranspor dari paru-paru melalui dua jalan yaitu secara fisik larut
dalam plasma atau secara kimia berikatan dengan hemoglobin sebagai
oksihemoglobin (Hb O2). Ikatan ini bersifat reversible
Pada tingkat jaringan, oksigen mengalami disosiasi dari hemoglobin dan
berdifusi kedalam plasma.Dari plasma oksigen masuk ke sel-sel jaringan tubuh
untuk memenuhi kebutuhan jaringan yang bersangkutan.Hemoglobin yang
melepaskan oksigen pada tingkat jaringan disebut hemoglobin tereduksi (Hb).
Hemoglobin ini berwarna ungu dan menyebabkan warna kebiruan pada daerah
vena seperti yang kita lihat pada vena supervisial
B. Transport Karbondioksida dalam Darah
Transport karbondioksida dari jaringan ke paru-paru dilakukan dengan tiga cara
yaitu 10% secara fisik larut dalam plasma, 20% berikatan dengan gugus amino
pada hemoglobin (karbaminohemoglobin) dalam sel darah merah dan sekitar
70% di transport sebagai bikarbonat plasma.

Tuberculosis (TB) Paru

18
Kelarutan CO2 dalam darah kurang lebih 20 kali kelarutan O2, sehingga terdapat
lebih banyak CO2 daripada O2 dalam larutan sederhana. Karbondioksida yang
berdifusi kedalam sel darah merah dapat dengan cepat mengalami hidrasi
menjadi H2CO3 sebab adanya anhidrase karbonat, H2CO3 berdisosiasi menjadi
H+ dan HCO3-dengan reaksi sebgaai berikut
CO2 + H2O H2CO3 H+ + HCO3-
Keseimbangan asam basa ini snagat dipengaruhi oleh fungsi paru0paru dan
homeostatis dari karbondioksida. Pada umumnya hiperventilasi (ventilasi
alveolus dalam keadaan kebutuhan metabolism berlebihan) akan menyebabkan
alkalosis (pH darah >7,4) yang dapat mengakibatkan ekskresi CO2 berlebihan
dari paaru-paru sedangkan hipoventilasi dapat menyebabkan asidosis akibat
retensi CO2 oleh paru-paru.

C. Kurva Disosiasi Oksihemoglobin


Pengaruh PaO2 (kadar oksigen arteri) pada saturasi atau ikatan oksigen dengan
hemoglobin bukan fungsi garis lurus. Dengan kata lain hubungannya tidak
langsung dalam proporsi perbandingan 1:1
Dalam transport O2 dan CO2, viskositas serta tekanan osmotic tetap/ tidak
berubah. Hemoglobin yang megangkut sebagian O2 (reduced Hb) menyebabkan
afinitas terhadap O2 rendah, sehingga dengan mudah O2 dilepaskan
Heme pada unit hemoglobin adalah kompleks yang dibentuk dari porfirin dan
satu atom ferro.Masing-masing atom besi dapat berikatan secara reversible
dengan satu molekul O2.Besi yang berikatan dengan molekul O2 adalah
berbentuk ferro sehingga reaksinya adalah oksigenasi bukan oksidasi. Jika sati
heme menangkap O2 maka heme lainnya cepat mengikat O2 (heme-heme effect)
sehingga terjadi efisiensi di alveoli
Gambaran kurva jika PO2 60-100 mmHg menghasilkan kurva datar (plateau)
dengan saturasi 90% artinya walaupun PO2 hanya 60 mmHg daya angkat Hb
atau saturasi cukup tinggi=90% yang merupakan ketahanan manusia terhadap
hipoksia. Jika PO2 kurang dari 40-50% mmHg gambaran kurva mulai terlihat
curam artinya daya angkut menurun, oksigen mudah lepas pada aktifitas
fisik/exercise (PO2 menurun sampai 20 mmHg).

Tuberculosis (TB) Paru

19
Tiga keadaan penting yang memengaruhi kurva disosoasi oksihemoglobin
adalah pH, suhu dan konsentrasi 2,3 difosfogliserrat (DPG;2,3-DPG)kenaikan
suhu atau penurunan pH menggeser kurva ke kanan. Bila kurva bergeser kearah
ini diperlukan PO2 yang lebih tinggi dan memungkinkan hemoglobin untuk
berikatan dengan oksigen yang diperlukan.
Sebaliknya penurunan suhu atau kenaikan pH akan menggeser kurva kearah kiri
dan diperlukan PO2 yang leb ih rendah untuk berikatan dengan oksigen.

2.1.2 Definisi
Tuberculosis paru merupakan penyakit infeksi yang menyerang parenkim paru-
paru disebabkan oleh Myobacterium tuberculosis yaitu batang aerobic tahan asam
yang tumbuh dengan lambat dan sensitive terhadap panas dan sinar
ultraviolet.M.bovis dan M. avium pernah, pada kejadian yang jarang, berkaitan
dengan terjadinya infeksi tuberculosis. Penyakit ini dapat juga menyebar ke bagian
tubuh lain seperti meningen, ginjal, tulang, dan nodus limfe.

2.1.3 Etiologi

Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Myobacterium tuberculosis. Bakteri


atau kuman ini berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4 𝜇m dan tebal 0,3-
0,6𝜇m. Sebagian besar kuman berbentuk lemak atau lipid sehingga kuman tahan
terhadap asam dan lebih tahan terhadap kimia atau fisik. Sifat lain dari kuman

Tuberculosis (TB) Paru

20
ini adalah aerob yang menyukai daerah yang banyak oksigen dan daerah yang
memiliki kandungan oksigen tinggi yaitu apical/apeks paru. Daerah ini menjadi
predileksi pada penyakit tuberculosis. Yang tergolong kuman Myobacterium
tuberculosis kompleks ialah:

a) Mycobacterium tuberculosis
b) Varian asian
c) Varian African I
d) Varian African II
e) Mycobacterium bovis
Kelompok kuman Myobacterium tuberculosis dan Myobacterial TB adalah:
a) Myobacterium cansansasli
b) Myobacterium avium
c) Myobacterium intra celulase
d) Myobacterium scrofulacem
e) Myobacterium malma cerse
f) Myobacterium xenopi

2.1.4 Patofisiologi
Seseorang yang dicurigai menghirup basil Myobacterium tuberculosis
akan menjadi terinfeksi. Bakteri menyebar melalui jalan nafas ke alveoli, dimana
pada daerah tersebut bakteri bertumpuk dan berkembang biak. Penyebaran hasil
ini bisa juga melalui sistem limfe dan aliran darah ke bagian tubuh lain (ginjal,
tulang, korteks serebri) dan area lain dari daerah paru-paru (lobus atas).
Sistem kekebalan tubuh berespon dengan melakukan reaksi inflamasi.
Neutrofil dan makrofag memfagositos atau menelan bakteri. Limfosit yang
spesifik terhadap tuberculosis menghancurkan atau melisiskan basil dan jaringan
normal.Reaksi jaringan ini mengakibatkan terakumulasinya eksudat dalam
alveoli dan terjadilah bronkopneumonia. Infeksi awal biasanya timbul dalam
waktu 2-10 minggu setelah terpapar
Massa jaringan baru disebut Granuloma yang berisi gumpalan hasil
yang hidup dan yang sudah mati, dikelilingi oleh makrofag yang berbentuk

Tuberculosis (TB) Paru

21
dinding.Granuloma berubah bentuk menjadi jaringan fibrosa. Bagian tengah dari
massa tersebut disebut Ghon Tubercle. Materi yang terdiri dari makrofag dan
bakteri menjadi nekrotik, membentuk perkijuan (necrotizing caseosa). Setelah
itu akan terbentuk klasifikasi, membentuk jaringan kolagen. Bakteri menjadi non
aktif
Penyakit akan berkembang menjadi aktif setelah infeksi awal karena
respon sistem imun yang tidak adekuat. Penyakit aktif dapat juga timbul akibat
infeksi ulang atau aktifnya kembali bakteri yang tidak aktif.Pada kasus ini,
terjadi ulserasi pada ghon tubercle dan akhirnya menjadi perkijuan. Tubercle
yang mengalami ulserasi mengalami proses penyembuhan membentuk jaringan
parut. Paru-paru yang terinfeksi kemudian meradang, mengakibatkan
bronkopneumonia, pembentukan tubercle dan seterusnya.Pneumonia seluler ini
dapat sembuh dengan sendirinya. Proses ini berjalan terus dan basil terus
difagosit atau berkembang biak didalam sel. Basil juga menyebar melalui
kelenjar getah bening. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih
panjang dan sebagian bersatu membentuk sel tubercle epiteloid yang dikelilingi
oleh limfosit (membutuhkan waktu 10-20- hari). Daerah yang mengalami
nekrosis serta jaringan granulasi yang dikelilingi sel epiteloid dan fibroblast
akan menimbulkan respons berbeda dan akhirnya membentuk suatu kapsul yang
dikelilingi oleh tubercle.

2.1.5 Tanda Gejala


keluhan yang dirasakan pasien tuberkulosis dapat bermacam-macam abahkan
banyak passien ditemukan TB paru tanpa keluhan sama sekali dalam
pemeriksaan kesehatan. Keluhan yang banyak adalah :
a. Demam. Biasanya subfebril meyerupai demam influensa. Tetapi kadang-
kadang panas badan dapat mencapai 40-41ᴼc.
b. Batuk/batuk darah. Batuk terjadi karena adanya iritassi pada bronkus. Sifat
batuk dimulai dari batuk ker ing (non-produktif) kemudian setelah timbul
peradangan menjaddi produktif (menghasilkan sputum). Keadaan yang lanjut
adalah berupa batuk darah karena terdapat pembuluh darah yang pecah.

Tuberculosis (TB) Paru

22
c. Sesak napas. Pada menyakit yang ringan belum dirasakan sesak napass,
sesak napas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, yang ilfiltrasinya
sudah meliputi setengah bagian paru-paru.
d. Nyeri dada. Gejala ini agak jarang ditemukan. Nyeri dada ditemukan apabila
ilfiltrasi radang sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadi
gesekan kedua pleura sewaktu asien menarik dan melepaskan napasnya.
e. Malaise. Penyakit tuberkulosis yang bersifat raddang yang menahun. Gejala
malaise serung ditemukan berupa anoreksia tidak nafsu makan, badan makin
kurus, sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam dll. Gejala ini semakin
lama semakin berat dan terjadi hilang timbul secara tidak teratur.

Tuberculosis (TB) Paru

23
2.1.6 WOC

Mycobacterium Tuberkulosis

Inhalasi

Saluran Pernapasan

Fagositosis Neutrofil dan


Makrofag

Granuloma

Fibrosa

Nekrotik

Membentuk Perkijuan

Klasifikasi Kolagen

Bakteri Inaktif

Infeksi Awal

TB PARU

Bakteri Menyebar Ke Alveoli

Tuberculosis (TB) Paru

24
Berkembang Biak

alak

Kelenjar Getah System Limfe Area Paru Aliran Darah


Bening

Inflamasi

Bakteri bertahan di Peradangan paru


bronkus

Alveolus
Peradangan pada
bronkus
Alveolus mengalami
eksudat
Penumpukan sekret

MK: Gangguan
pertukaran gas

Efektif Tidak efektif Anoreksia, mual,


muntah

Sekret keluar Sekret tidak


saat batuk MK: Perubahan
keluar saat
nutrisi kurang
batuk
dari kebutuhan
Batuk terus
menerus MK: Bersihan
jalan napas
Terhirup orang inefektif
lain

MK: Resiko
penyebaran
infeksi

Tuberculosis (TB) Paru

25
2.1.7 Manifestasi Klinik
Tuberculosis paru termasuk insidious. Sebagian besar pasien menunjukkan
demam tingkat rendah, keletihan, anoreksia, penurunan berat badan, berkeringat
malam, nyeri dada dan batuk menetap. Batuk pada awalnya mungkin nonproduktif
tapi berkembang kearah pembentukan sputum mukopurulen dengan hemoptitis.
Tuberculosis dapat mempunyai manifestasi atipikal pada lansia seperti perilaku
tidak biasa dan perubahan status mental, demam, anoreksia dan penurunan berat
badan.basil TB dapat bertahan lebih dari 50 tahun dalam keadaan dorman.

2.1.8 Pemeriksaan Diagnostik


a. Pemeriksaan Darah
pemeriksaan ini kurang dapat perhatian, karena kadang hasilnya meragukan,
hasilnya tidak sensitif dan tidak spesifik.
b. Pemeriksaan Sputum
Pemeriksaan sputum sangatlah penting karena dengan ditemukannya kuman BTA,
diagnosa tuberculosis sudah dapat dipastikan.
c. Tes Tuberkulin
Tes tuberkulin dilakukan untuk melihat apakah anda sudah terkena penyakit
tuberculosis sebelumnya. Tes ini dilakukan dengan menempelkan sejumlah kecil
protein Tb (antigen) dibawah lapisan atas kulit dilengan bagian dalam.

2.1.9 Komplikasi
Penyakit Tuberculosis Paru bila tidak segara ditangani dengan benar akan
menimbulkan komplikasi. Komplikasi dibagi atas komplikasi dini dan komplikasi
lanjut.

a. Komlikasi Dini : pleuritis, efusi pleura, empiema, laringitis, usus, poncet’s


arthropathy.
b. Komplikasi Lanjut : obstruksi jalan nafas SOPT ( Sindrom Obstruksi Pasca
Tuberculosis), kerusakan parenkim berat fibrosis paru, kor pulmonal,
amiloidosis, karismona paru, sindrom gagal napas dewasa (ARDS).

Tuberculosis (TB) Paru

26
2.1.10 Pencegahan
a. bila ada yang dicurigai sebagai penderita TBC maka harus diobati sampai
tuntas agar tidak menjadi penyakit yang lebih berat dan terjadi penularan
b. jangan minum susu sapi mentah dan harus dimasak
c. bagi penderita untuk tidak membuang ludah sembarangan
d. pencegahan pada penyakit TBC dapat dilakukan dengan tidak melakukan
kontak udara dengan penderita, minum obat pencegah dengan dosis tinggi
dan hidup secara sehat. Terutama rumah harus baik ventilasi udaranya
dimana sinar matahari pagi masuk ke dalam rumah
e. tutup mulut dengan sapu tangan bila batuk serta tidak meludah atau
mengeluarkan dahak disembarang tempat dan menyediakan tempat ludah
yang berisi lisol atau bahan yang dianjurkan dokter dan untuk mengurangi
aktivitas kerja serta menenangkan pikiran.
f. imunisasi BCG pada anak balita, vaksin BCG sebaiknya diberikan sejak
anakmasih kecil agar terhindar dari penyakit tersebut.
g. Membuang Dahak yang benar
1. Siapkan tempat pembungan dahak : kaleng berisi air sabun atau detergen,
air beklin, atau air lisol di campur dengan air atau pasir
2. Isi cairan tersebut sebanyak 1/3 dari tinggi kaleng yang telah di siapkan
3. Buang dahak ke tempat kaleng tersebut
4. Buang isi kaleng bila berisi pasir : kubur di bawah tanah
5. Bila berisi cairan sabun, detergent, baclyn atau lisol: buang di lubang wc
lalu siram
6. Bersihkan kaleng dengan sabun tiap hari
7. Kaleng di usahakan tertutup.

Sumber: ibundayusufhanun

Tuberculosis (TB) Paru

27
h. Melakukan batuk efektif
1. Posisi duduk bersandar dengan leher sedikit menunduk
2. Lakukan teknik pernafasan dalam
3. Pada tarikan nafas ke - 4,tahan nafas dan lakukan batuk 2 kali, kemudian
keluarkan nafas perlahan melalui mulut.
4. Pada tarikan nafas ke – 5, lakukan batuk bersamaan dengan
mengeluarkan nafas.
5. Kencangkan otot-otot perut saat batuk
6. Ulangi 5 – 10 kali, lakukan 3 – 4 kali sehari

Sumber: Pantirapih

2.1.11 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang diberikan bisa berupa metode preventif dan kuratif
yang meliputi cara-cara seperti berikut ini:
a) Penyuluhan
b) Pencegahan
c) Pemberian obat-obatan, seperti OAT, bronkodilator, ekspektorsn, OBH
dan vitamin
d) Fisioterapi dan rehabilitasi
e) Konsultasi secara teratur
Tuberculosis paru diobati terutama dengan agens kemoterapi (agens
antituberculosis) selama periode 6-12 bulan. Lima medikasi garis dapat
digunakan: isoniasid (INH), rifampin (RIF), streptomisin (SM), etambutol
(EMB) dan pirasinamid (PZA). Kapreomisin, kanamisin, etionamid, natrium
para-aminosalisilat, amikasin dan siklisin merupakan obat-obat baris kedua.
M.tuberculosis yang resisten terhadap obat-obatan terus menjadi isu yang
berkembang diseluruh dunia.Meski TB yang resisten terhadap obat telah
teridentifikasi sejak tahun 1950, insiden dari resisten banyak obat telah
menciptakan tantangan baru.Beberapa jenis resisten obat harus
dipertimbangkan ketika merencanakan terapi efektif.

Tuberculosis (TB) Paru

28
a) Resisten obat primer adalah resisten terhadap satu agens antituberculosis
garis depan pada individu yang sebelumnya belum mendapatkan
pengobatan.
b) Resisten obat didapat atau sekunder adalah resisten terhadap satu atau
lebih agens antituberculosis pada pasien yang sedang menjalani terapi.
c) Resisten banyak obat adalah resisten terhadap dua agens, sebut saja INH
dan RIF
Pengobatan yang direkomendasikan bagi kasus tuberculosis paru yang baru
diidiagnosa adalah regimen pengobatan beragam termasuk INH, RIF dan
PZA selama 4 bulan, dngan INH dan RIF dilanjutkan untuk tambahan 2
bulan (totalnya 6 bulan). Sekarang ini, setiap agens dibuat dalam pil yang
terpisah. Pil antituberculosis baru three in one yang terdiri atas INH, RIF
dan PZA telah dikembangkan yang akan bmemberikan dampak besar
dalam meningkatkan kepatuhan terhadap regimen pengobatan. Pada walnya,
etambutol dan streptomisin mungkin disertakan dalam terpai awal sampai
pemriksaan resisten obat didapatkan.Regimen pengobatan, bagaimanapun
tetap dialnjutkan selama 12 bulan. Individu akan dipertimbangkan
noninfeksius setelah menjalani 2 sampai 3 minggu terapi obat kontinu.
Isoniasid (INH) mungkin digunakan sebagai tindakan preventif bagi mereka
yang diketahui berisiko terhadap penyakit yang signifikan, sebagai contoh
anggota keluarga dari pasien yang berpenyakit aktif.Regimen pengobatan
profilaktik ini mencakup penggunaan dosis harian INH selama 6-12
bulan.Untuk meminimalkan efek samping dapat diberikan pridoksin
(vitamin B6). Enzim-enzim hepar, nitrogen urea darah (BUN) dan kreatinin
dipantau setiap bulan. Hasil pemeriksaan kultur sputum dipantau terhadap
hasil tahan asam (BTA) untuk mengevaluasi efektivitas pengobatan dan
kepatuhan pasien terhadap terapi.

Tuberculosis (TB) Paru

29
Jenis dan Dosis OAT
Obat Dosis Dosis yang dianjurkan Dosis Dosis (mg)/berat badan
(Mg/Kg maksimal (kg)
BB/Hari) (mg)
Harian Intermitten <40 40-60 >60
(mg/kgbb/hari) (mg/kg/bb/kali)
R (Rifampifin) 8-12 10 10 600 300 50 600
H (Isoniazid) 4-6 5 10 300 150 300 450
E (Ethambutol) 15-20 15 3 750 1000 1500
Z(Pyrazimanid) 20-30 25 35 750 1000 1500
S (Streptopmisin) 15-18 15 15 1000 Sesuai 350 1000
BB

2.2 Asuhan Keperawatan Pada Pasien Tuberculosis Paru


2.2.1 Pengkajian
1. Biodata
Penyakit tuberculosis dapat menyerang semua umur, mulai dari anak-anak sampai
dengan orang dewasa dengan komposisi antara laki-laki dan perempuan yang
hampir sama. Biasanya timbul di lingkungan rumah dengan kepadatan tinggi yang
tidak memungkinkan cahaya matahari masuk kedalam rumah.
Tuberculosis paru pada anak dapat terjadi pada usia berapapun namun usia paling
umum adalah antara 1-4 tahun. Anak lebih sering mengalami TB luar paru-paru
(extrapulmonary) disbanding TB paru-paru dengan perbandingan 3:1. Tb luar
paru-paru merupakan TB yang berat terutama ditemukan apda usia<3 tahun.
Angka kejadian (prevalensi) TB paru pada usia 5-12 tahun cukup rendah
kemudian meningkat setelah masa remaja dimana TB paru-paru menyerupai kasus
pada orang dewasa (sering disertai lubang/kavitas pada paru-paru). Dari aspek
sosio-ekonomi, penyakit tuberculosis paru sering diderita oleh klien dari golongan
ekonomi menengah ke bawah.

Tuberculosis (TB) Paru

30
1. Riwayat Kesehatan
Keluhan yang sering muncul antara lain sebagai berikut:
a. Demam: subfebris , febris (40-41 oC) hilang timbul
b. Batuk: terjadi karena adanya iritasi pada bronkus sebagai reaksi tubuh untuk
membuang / mengeluarkan produksi radang, dimulai dari batuk kering hingga
batuk purulen (menghasilkan sputum) tibul dalam jangka waktu lama (>3 minggu)
c. Sesak napas: timbul pada tahap lanjut ketika infiltrasi radang sampai setengah
paru
d. Nyeri dada: jarang ditemukan, nyeri timbul bila infiltrasi radang sampainke
pleura sehingga menimbulkan pleuritis
e. Malaise: ditemukan berupa anoreksia, nafsu makan dan berat badan menurun,
sakit kepala, nyeri otot serta berkeringat pada malam hari tanpa sebab
f. Pad atelektasis terdapat gejala berupa: sianosis, sesak napas dan kolaps. Bagian
dada klien tidak bergerak pada saat bernapas dan jantung terdorong ke sisi yang
sakit. Pada foto thorak tampak bayangan hitam pada sisi yang sakit dan diafragma
menonjol keatas
g. Perlu ditanyakan dengan siapa klien tinggal karena biasanya penyakit ini
muncul bukan karena sebagai penyakit keturunan tetapi merupakan penyakit
infeksi menular
2. Pemeriksaan Fisik
Pada tahap dini klien seringkali tidak menunjukkan kondisi tuberculosis. Tanda
dan gejala baru dapat terlihat pada tahap selanjutnya berupa:
a. Sistemik
Akan ditemukan malaise, anoreksia, penuruna berat badan dan keringat malam.
Pada kondisi akut diikuti gejala demam tinggi seperti flu dan menggigil
sedangkan pada TB milier timbul gejala seperti demam akut, sesak napas, sianosis
dan konjungtiva dapat terlihat pucat karena anemia
b. Sistem Pernapasan

Tuberculosis (TB) Paru

31
a) Ronchi basah, kasar dan nyaring terjadi akibat adanya peningkatan produksi
secret pada saluran pernapasan
b) Hipersonor/ timpani bila terdapat kavitas yang cukup dan pada auskultasi
memberikan suara sedikit bergemuruh (umforik)
c) Tanda-tanda adanya infiltrasi luas atau konsolidasi terdapat fremitus mengeras
d) Pemeriksaan ekspansi pernapasan ditemukan gerakan dada asimetris
e) Pada keadaan lanjut terjadi atropi, retraksi interkostal dan fibrosis
f) Bila mengenai pleura terjadi efusi pleura (perkusi memberikan suara pekak)
g) Bentuk dinding dada pectus karinatum
c. Sistem Pencernaan
Meningkatnya sputum pada saluran napas secara tidak langsung akan
memengaruhi sistem persarafan khususnya saluran cerna. Klien mungkin akan
mengeluh tidak nafsu makan dikarenakan menurunnya keinginan untuk makan
disertai dengan batuk, pada akhirnya klien akan mengalami penurunan berat
badan yang signifikan (badan terlihat kurus)

2.2.2 Diagnosa Keperawatan


a. Bersihan jalan napas tidak efektif yang berhubungan dengan secret kental,
viscous atau mengandung darah, fatigue, kemampuan batuk kurang dan edema
trakea/faring
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan
dengan perasaan mual dan batuk produktif
c. Risiko penyebaran infeksi yang berhubungan dengan tidak adekuatnya
mekanisme pertahanan diri, menurunnya aktifitas silia/secret statis, kerusakan
jaringan/infeksi lanjutan, malnutrisi, paparan lingkungan dan kurangnya
pengetahuan untuk mencegah paparan dari kuman pathogen
d. Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan penurunan permukaan
paru, secret kental dan edema bronkial

2.2.3 Intervensi Keperawatan


No Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Dx
1 Bersihan jalan Dalam waktu - Klien Mandiri
napas tidak efektif 3 x 24 jam menyatakan a) Atur posisi tidur Posisi semi/high

Tuberculosis (TB) Paru

32
yang berhubungan jalan napas bahwa batuk semi/high fowler. fowler
dengan : bersih dan berkurang Bantu klien untuk memberikan
- Secret kental, efektif. atau hilang, berlatih batuk kesempatan paru-
viscous atau tidak ada secara efektif dan paru berkembang
mengandung sesak dan tarik napas dalam secara maksimal
darah secret akibat diafragma
- Fatigue berkurang turun kebawh.
- Kemampuan - Suara napas Batuk efektif
batuk kurang normal mempermudah
- Edema (vesicular) ekspektorasi
trakea/faring - Frekuensi mucus
naps 16-
Ditandai dengan: 20x/menit b) Bersihkan sekresi Klien dalam
Data Subjektif: (dewasa) dari dalam mulut kondisi sesak
- Klien mengeluh - Tidak ada dan trakea, suction cenderung
batuk dispneu jika memungkinkan bernapas melalui
- Klien mengeluh mulut yang pada
sesak akhirnya jika
- Klien tidak
mengatakan ditindaklanjuti
adanya secret di akan
saluran napas mengakibatkan
Data objektif: stomatitis
- Suara napas
abnormal c) Berikan minum Air digunakan
(ronchi/rales, kurang lebih untuk
wheezing) 2500ml/hari, menggantikan
- Frekuensi napas anjurkan untuk keseimbangan
26x/menit diberikan dalam cairan tubuh
dengan irama kondisi hangat jika akibat cairan
irregular tidak ada banyak keluar
- Dispnea kontraindikasi melalui
pernapasan, air

Tuberculosis (TB) Paru

33
hangat akan
mempermudah
mengencerkan
mucus melalui
proses konduksi
yang
mengakibatkan
arteri pada sekitar
leher
bervasodilatasi
dan
mempermudah
cairan dalam
pembuluh darah
dapat diikat oleh
mucus/secret

Health Education
d) Ajarkan tekhnik Tindakan batuk
batuk efektif secara efektif
dapat membantu
pengeluaran
secret sehingga
jalan napas
efektif kembali

Kolaborasi
e) Berikan oksigen Berfungsi
udara inspirasi meningkatkan
yang lembab tekanan kadar
parsial oksigen
dan saturasi
oksigen dalam

Tuberculosis (TB) Paru

34
darah

f) Berikan
pengobatan atas
indikasi:
- Agen mukolitik, Berfungsi untuk
missal mengecerkan
asetilsistein dahak
(mucomyst)
- Bronkodilator, Meningkatkan/
misal teofilin, memperlebar
okstrifilin saluran udara
- Kortikosteroid Mempertebal
(predmison) dinding saluran
misal udara (bronkus)
deksametason

g) Berikan agen Menurunnya


antiinfeksi, misal: keaktifan dari
- Obat primer: mikroorganisme
isoniazid (INH), sehingga dapat
etambhutol menurunkan
(EMB), rifampin respons inflamasi
(RMP) dan nantinya
- Pyrazinamide berefek pada
(PZA), para- menurunnya
amino salicylic produksi secret
(PAS),
streptomycin
Monitor
pemeriksaan
laboratorium
(sputum)

Tuberculosis (TB) Paru

35
Observasi
h) Kaji fungsi Adanya
respirasi misal perubahan fungsi
suara napas, respirasi dan
jumlah, irama dan penggunaan otot
kedalaman serta tambahan
pengguanaan otot menandakan
napas tambahan kondisi penyakit
yang masih harus
mendapatkan
penanganan
penuh

i) Catat kemampuan Ketidakmampuan


untuk mengeluarkan
mengeluarkan mucus
mucus atau batuk menjadikan
secara efektif timbulnya
kongesti
berlebihan pada
saluran
pernapasan
2 Ketidakseimbangan Dalam waktu - perasaan Mandiri
nutrisi kurang dari 3 x 24 jam mual hilang/ a) berikan perawatan Meningkatkan
kebutuhan tubuh keseimbangan berkurang mulut (oral care) kenyamanan flora
yang berhubungan nutrisi terjaga - klien sebelum dan normal mulut
dengan: mengatakan sesudah sehingga akan
- Perasaan mual nafsu makan penatalaksanaan meningkatkan
- Batuk produktif meningkat respiratori perasaan nafsu
- berat badan makan
Ditandai dengan: klien tidak
Data Subjektif: menurun Health Education

Tuberculosis (TB) Paru

36
- Klien drastic dan b) anjurkan makanan Meningkatkan
mengatakan tidak cenderung sedikit tapi sering intake makanan
nafsu makan stabil dengan diet tinggi dan nutrisi klien
- Klien - klien terlihat kaloritinggi protein terutama kadar
mengatakan dapat (TKTP) protein tinggi
makanan yang menghabiska akan
disediakan tidak n porsi meningkatkan
habis amkan yang mekanisme tubuh
Data Objektif: telah dalam proses
- Adanya sisa disediakan penyembuhan
makanan dalam - hasil analisis
tempat makan laboratorium c) anjurkan keluarga Merangsang klien
klien (makan < menyatakan untuk membawa untuk bersedia
dari porsi yang protein makanan dari meningkatkan
dianjurkan) darah/ rumah terutama intake makanan
- Adanya albumin yang disukai oleh yang berfungsi
penuruaan berat darah dalam klien dan makan sebagai sumber
badan (tidak rentang bersama klien jika energy bagi
selalu muncul) normal tidak ada penyembuhan
- Penurunan kontraindikasi
albumin pada
pemeriksaan Kolaborasi
laboratorium d) ajukan kepada ahli Menentukan
darah gizi untuk kebutuhan nutrisi
(albuminemia) menentukan yang tepat bagi
komposisi diet klien
e) monitor Mengontrol
pemeriksaan keefektifan
laboratorium misla tindakan terutama
BUN, serum dengan kadar
protein dan protein darah
albumin

Tuberculosis (TB) Paru

37
f) berikan vitamin Meningkatkan
atas indikasi komposisi tubuh
akan kebutuhan
vitamin dan nafsu
makan klien

Observasi
g) dokumentasikan Menjadi data
status nutrisiklien, focus unutk
catat turgor kulit, menetukan
berat badan saat ini rencana tindakan
dan tingkat lanjutan setelah
kehilangan berat tindakan yang
badan, integritas diberikan kepada
mukosa mulut, klien
tonus perut,
riwayat
nausea/vomitus
atau diare. Monitor
intake-output serta
berat badan secara
terjadwal
3 Risiko penyebaran Penyebaran - klien dapat Mandiri
infeksi yang infeksi tidak memperlihat a) berikan makanan Makanan
berhubungan terjadi selama kan perilaku seimbang seimbang akan
dengan: perawatan sehat meningkatkan
- Tidak adekuatnya (menutup metabolism tubuh
mekanisme mulut ketika untuk proses
pertahanan diri, batuk, penyembuhan
menurunnya bersin)
aktifitas - tidak muncul Health Education
silia/secret statis tanda-tanda b) anjurkan Penyimpanan
- Kerusakan infeksi menggunakan sputum pada

Tuberculosis (TB) Paru

38
jaringan/ infeksi lanjutan tissue untuk wadah yang
lanjutan - tidak ada membuang terdesinfeksi akan
- Malnutrisi anggota sputum, review mengurangi
- Paparan keluarga/ pentingnya untuk penyebaran
lingkungan orang mengontrol infeksi sedangkan
- Kurangnya terdekat misalnya penggunaan
pengetahuan yang tertular penggunaan masker dapat
untuk mencegah TB masker meminimalisasi
paparan dari penyebaran
kuman pathogen infeksi melalui
drpolet

c) anjurkan untuk Penghentian


tidak terapi
menghentikan mengakibatkan
terapi pengobatan
berulang dari
awal dan
mengakibatkan
resistensi bakteri
Kolaborasi
d) berikan agen Berfungsi untuk
antiinfeksi, misal: menonaktifkan/
- obat primer mematikan
Isoniazidv(INH) virulensi dari
, Ethambutol bakteri
(EMB),
Rifampin
(RMP)
- pyrazinamide
(PZA), para-
amino salicylic
(PAS),

Tuberculosis (TB) Paru

39
streptomycilin

e) monitor Sebagai data


pemeriksaan untuk melihat
laboratorium efektifitas dari
(sputum) terapi

Observasi
f) review patologi Untuk
penyakit (fase mengetahui
aktif/inaktif) dan kondisi nyata dari
potensial masalah klien
penyebaran infeksi walaupun fase
melalui airborne inaktif, tidak
droplet selama berarti tubuh
batuk, bersin, klien sudah
meludah, terbebas dari
berbicara, tertawa kuman
dan lain-lain tuberculosis

g) identifikasi risiko Mengurangi


yang lain misalnya risiko anggota
anggota keluarga, keluarga untuk
teman dekat. tertular dengan
Instruksikan penyakit yang
kepada klien nika sama dengan
batuk/bersin klien
ludahkan ke tissue

h) monitor suhu Peningkatan suhu


sesuai indikasi menandakan
terjdinya infeksi
sekunder

Tuberculosis (TB) Paru

40
4 Gangguan Dalam waktu - klien Mandiri
pertukaran gas 1x 24 jam menunjukka a) tingkatkan tirah Menurunkan
yang fungsi n penurunan baring dan bantu konsumsi
berhubungan pertukaran dispnea aktivitas perawatan oksigen/
dengan gas maksimal - menunjukka diri sesuai kebutuhan selama
- penurunan n perbaikan keperluan periode
permukaan ventilasi dan penurunan
efektif paru oksigenasi pernapasan dapat
- kerusakan jaringan menurunkan
membrane adekuat beratnya gejala
alveolar-kapiler dengan GDA
- secret kental dalam Health Education
- edema bronkial rentang b) Ajarkan bernapas Membuat tahanan
normal bibir selama melawan udara
- bebas dari ekshalasi. luar untuk
gejala Khususnya untuk mencegah kolaps/
distress pasien dengan penyempitan
pernapasan fibrosis atau jalan napas
kerusakan sehingga
parenkim membantu
menyebarkan
udara melalui
paru dan
menghilangkan/
menurunkan
napas pendek

Kolaborasi
c) Awasi seri GDA/ Penurunan
nadi oksimetri kandungan
oksigen (PaO2)
dan/ atau saturasi
atau peningkatan

Tuberculosis (TB) Paru

41
PaCO2
menunjukkan
kebutuhan untuk
intervensi/
perubahan
program terapi

d) Berikan oksigen Alat dalam


tambahan yang memperbaiki
sesuai hipoksemia yang
dapat terjadi
sekunder
terhadap
penurunan
ventilasi/
menurunnya
permukaan
alveolar paru

Observasi
e) Kaji dispnea, TB paru
takipnea, tak menyebabkan
normal/ efek luas pada
menurunnya bunyi paru dari bagian
napas, peningkatan kecil
upaya pernapasan, bronkopneumonia
terbatasnya sampai inflamasi
ekspansi dinding difus luas,
dada dan nekrosis, efusi
kelemahan pleural dan
fibrosis luas. Efek
pernapasan dapat
dari ringan

Tuberculosis (TB) Paru

42
sampai dispnea
berat sampai
distress
pernapasan

f) Evaluasi Akumulasi secret/


perubahan pada pengaruh jalan
tingkat kesadaran. napas dapat
Catat sianosis atau mengganggu
perubahan pada oksigenasi organ
warna kulit vital dan jaringan
termasuk
membrane mukosa
dan kuku

2.2.4 Implementasi
No Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil Implementasi Rasional
Dx
1 Bersihan jalan Dalam waktu - Klien Mandiri
napas tidak efektif 3 x 24 jam menyatakan j) Mengatur posisi tidur Posisi semi/high
yang berhubungan jalan napas bahwa batuk semi/high fowler. fowler
dengan : bersih dan berkurang Bantu klien untuk memberikan
- Secret kental, efektif. atau hilang, berlatih batuk secara kesempatan paru-
viscous atau tidak ada efektif dan tarik paru berkembang
mengandung sesak dan napas dalam secara maksimal
darah secret akibat diafragma
- Fatigue berkurang turun kebawh.
- Kemampuan - Suara napas Batuk efektif
batuk kurang normal mempermudah
- Edema (vesicular) ekspektorasi
trakea/faring - Frekuensi mucus

Tuberculosis (TB) Paru

43
naps 16-
Ditandai dengan: 20x/menit k) Membersihkan Klien dalam
Data Subjektif: (dewasa) sekresi dari dalam kondisi sesak
- Klien mengeluh - Tidak ada mulut dan trakea, cenderung
batuk dispneu suction jika bernapas melalui
- Klien mengeluh memungkinkan mulut yang pada
sesak akhirnya jika
- Klien tidak
mengatakan ditindaklanjuti
adanya secret di akan
saluran napas mengakibatkan
Data objektif: stomatitis
- Suara napas
abnormal Air digunakan
(ronchi/rales, l) Memberikan minum untuk
wheezing) kurang lebih menggantikan
- Frekuensi napas 2500ml/hari, keseimbangan
26x/menit anjurkan untuk cairan tubuh
dengan irama diberikan dalam akibat cairan
irregular kondisi hangat jika banyak keluar
- Dispnea tidak ada melalui
kontraindikasi pernapasan, air
hangat akan
mempermudah
mengencerkan
mucus melalui
proses konduksi
yang
mengakibatkan
arteri pada sekitar
leher
bervasodilatasi
dan

Tuberculosis (TB) Paru

44
mempermudah
cairan dalam
pembuluh darah
dapat diikat oleh
mucus/secret

Health Education Tindakan batuk


m) Mengajarkan secara efektif
tekhnik batuk efektif dapat membantu
pengeluaran
secret sehingga
jalan napas
efektif kembali

Kolaborasi Berfungsi
n) Memberikan oksigen meningkatkan
udara inspirasi yang tekanan kadar
lembab parsial oksigen
dan saturasi
oksigen dalam
darah

o) Memberikan
pengobatan atas
indikasi: Berfungsi untuk
- Agen mukolitik, mengecerkan
missal asetilsistein dahak
(mucomyst)
- Bronkodilator, Meningkatkan/
misal teofilin, memperlebar

Tuberculosis (TB) Paru

45
okstrifilin saluran udara
- Kortikosteroid Mempertebal
(predmison) misal dinding saluran
deksametason udara (bronkus)

p) Memberikan agen
antiinfeksi, misal: Menurunnya
- Obat primer: keaktifan dari
isoniazid (INH), mikroorganisme
etambhutol (EMB), sehingga dapat
rifampin (RMP) menurunkan
- Pyrazinamide respons inflamasi
(PZA), para-amino dan nantinya
salicylic (PAS), berefek pada
streptomycin menurunnya
Monitor pemeriksaan produksi secret
laboratorium
(sputum)

Observasi
q) Mengkaji fungsi
respirasi misal suara
napas, jumlah, irama
dan kedalaman serta
pengguanaan otot Adanya
napas tambahan perubahan fungsi
respirasi dan
penggunaan otot
tambahan
menandakan
kondisi penyakit
r) Mencatat yang masih harus
kemampuan untuk mendapatkan

Tuberculosis (TB) Paru

46
mengeluarkan mucus penanganan
atau batuk secara penuh
efektif
Ketidakmampuan
mengeluarkan
mucus
menjadikan
timbulnya
kongesti
berlebihan pada
saluran
pernapasan
2 Ketidakseimbangan Dalam waktu - perasaan Mandiri
nutrisi kurang dari 3 x 24 jam mual hilang/ h) Memberikan Meningkatkan
kebutuhan tubuh keseimbangan berkurang perawatan mulut kenyamanan flora
yang berhubungan nutrisi terjaga - klien (oral care) sebelum normal mulut
dengan: mengatakan dan sesudah sehingga akan
- Perasaan mual nafsu makan penatalaksanaan meningkatkan
- Batuk produktif meningkat respiratori perasaan nafsu
- berat badan makan
Ditandai dengan: klien tidak
Data Subjektif: menurun Health Education
- Klien drastic dan i) Menganjurkan Meningkatkan
mengatakan tidak cenderung makanan sedikit tapi intake makanan
nafsu makan stabil sering dengan diet dan nutrisi klien
- Klien - klien terlihat tinggi kaloritinggi terutama kadar
mengatakan dapat protein (TKTP) protein tinggi
makanan yang menghabiska akan
disediakan tidak n porsi meningkatkan
habis amkan yang mekanisme tubuh
Data Objektif: telah dalam proses
- Adanya sisa disediakan penyembuhan
makanan dalam - hasil analisis

Tuberculosis (TB) Paru

47
tempat makan laboratorium j) Menganjurkan Merangsang klien
klien (makan menyatakan keluarga untuk untuk bersedia
<dari porsi yang protein membawa makanan meningkatkan
dianjurkan) darah/ dari rumah terutama intake makanan
- Adanya albumin yang disukai oleh yang berfungsi
penuruaan berat darah dalam klien dan makan sebagai sumber
badan (tidak rentang bersama klien jika energy bagi
selalu muncul) normal tidak ada penyembuhan
- Penurunan kontraindikasi
albumin pada
pemeriksaan Kolaborasi
laboratorium k) Mengajukan kepada Menentukan
darah ahli gizi untuk kebutuhan nutrisi
(albuminemia) menentukan yang tepat bagi
komposisi diet klien
l) Memonitor Mengontrol
pemeriksaan keefektifan
laboratorium misla tindakan terutama
BUN, serum protein dengan kadar
dan albumin protein darah

m)Memberikan vitamin
atas indikasi Meningkatkan
komposisi tubuh
akan kebutuhan
vitamin dan nafsu
makan klien
Observasi
n) Mendokumentasikan
status nutrisiklien, Menjadi data
catat turgor kulit, focus unutk
berat badan saat ini menetukan
dan tingkat rencana tindakan

Tuberculosis (TB) Paru

48
kehilangan berat lanjutan setelah
badan, integritas tindakan yang
mukosa mulut, tonus diberikan kepada
perut, riwayat klien
nausea/vomitus atau
diare. Monitor
intake-output serta
berat badan secara
terjadwal
3 Risiko penyebaran Penyebaran - klien dapat Mandiri
infeksi yang infeksi tidak memperlihat i) Memberikan Makanan
berhubungan terjadi selama kan perilaku makanan seimbang seimbang akan
dengan: perawatan sehat meningkatkan
- Tidak adekuatnya (menutup metabolism tubuh
mekanisme mulut ketika untuk proses
pertahanan diri, batuk, penyembuhan
menurunnya bersin)
aktifitas - tidak muncul Health Education
silia/secret statis tanda-tanda j) Menganjurkan Penyimpanan
- Kerusakan infeksi menggunakan tissue sputum pada
jaringan/ infeksi lanjutan untuk membuang wadah yang
lanjutan - tidak ada sputum, review terdesinfeksi akan
- Malnutrisi anggota pentingnya untuk mengurangi
- Paparan keluarga/ mengontrol infeksi penyebaran
lingkungan orang misalnya sedangkan
- Kurangnya terdekat penggunaan masker penggunaan
pengetahuan yang tertular masker dapat
untuk mencegah TB meminimalisasi
paparan dari penyebaran
kuman pathogen infeksi melalui
k) Menganjurkan untuk drpolet
tidak menghentikan
terapi Penghentian

Tuberculosis (TB) Paru

49
terapi
mengakibatkan
pengobatan
berulang dari
Kolaborasi awal dan
l) Memberikan agen mengakibatkan
antiinfeksi, misal: resistensi bakteri
- obat primer
Isoniazidv(INH), Berfungsi untuk
Ethambutol menonaktifkan/
(EMB), Rifampin mematikan
(RMP) virulensi dari
- pyrazinamide bakteri
(PZA), para-
amino salicylic
(PAS),
streptomycilin

m)Memonitor
pemeriksaan
laboratorium
(sputum)
Sebagai data
Observasi untuk melihat
n) Mereview patologi efektifitas dari
penyakit (fase terapi
aktif/inaktif) dan
potensial penyebaran
infeksi melalui Untuk
airborne droplet mengetahui
selama batuk, bersin, kondisi nyata dari
meludah, berbicara, masalah klien
tertawa dan lain-lain walaupun fase

Tuberculosis (TB) Paru

50
inaktif, tidak
o) Mengidentifikasi berarti tubuh
risiko yang lain klien sudah
misalnya anggota terbebas dari
keluarga, teman kuman
dekat. Instruksikan tuberculosis
kepada klien nika
batuk/bersin Mengurangi
ludahkan ke tissue risiko anggota
keluarga untuk
p) Memonitor suhu tertular dengan
sesuai indikasi penyakit yang
sama dengan
klien

Peningkatan suhu
menandakan
terjdinya infeksi
sekunder
4 Gangguan Dalam waktu - klien Mandiri
pertukaran gas 1x 24 jam menunjukka g) Meningkatkan tirah Menurunkan
yang fungsi n penurunan baring dan bantu konsumsi
berhubungan pertukaran dispnea aktivitas perawatan oksigen/
dengan gas maksimal - menunjukka diri sesuai keperluan kebutuhan selama
- penurunan n perbaikan periode
permukaan ventilasi dan penurunan
efektif paru oksigenasi pernapasan dapat
- kerusakan jaringan menurunkan
membrane adekuat beratnya gejala
alveolar-kapiler dengan GDA Health Education
- secret kental dalam h) Mengajarkan
- edema bronkial rentang bernapas bibir Membuat tahanan

Tuberculosis (TB) Paru

51
normal selama ekshalasi. melawan udara
- bebas dari Khususnya untuk luar untuk
gejala pasien dengan mencegah kolaps/
distress fibrosis atau penyempitan
pernapasan kerusakan parenkim jalan napas
sehingga
membantu
menyebarkan
udara melalui
paru dan
menghilangkan/
menurunkan
Kolaborasi napas pendek
i) Mengawasi seri
GDA/ nadi oksimetri
Penurunan
kandungan
oksigen (PaO2)
dan/ atau saturasi
atau peningkatan
PaCO2
menunjukkan
kebutuhan untuk
intervensi/
perubahan
j) Memberikan oksigen program terapi
tambahan yang
sesuai Alat dalam
memperbaiki
hipoksemia yang
dapat terjadi
sekunder
terhadap

Tuberculosis (TB) Paru

52
penurunan
ventilasi/
menurunnya
permukaan
Observasi alveolar paru
k) Mengkaji dispnea,
takipnea, tak normal/
menurunnya bunyi TB paru
napas, peningkatan menyebabkan
upaya pernapasan, efek luas pada
terbatasnya ekspansi paru dari bagian
dinding dada dan kecil
kelemahan bronkopneumonia
sampai inflamasi
difus luas,
nekrosis, efusi
pleural dan
fibrosis luas. Efek
pernapasan dapat
dari ringan
sampai dispnea
l) Mengevaluasi berat sampai
perubahan pada distress
tingkat kesadaran. pernapasan
Catat sianosis atau
perubahan pada Akumulasi secret/
warna kulit termasuk pengaruh jalan
membrane mukosa napas dapat
dan kuku mengganggu
oksigenasi organ
vital dan jaringan

Tuberculosis (TB) Paru

53
2.2.5 Evaluasi
Evaluasi dilakukan dengan adanya perubahan terhadap pasien untuk menjadi
menjadi lebih baik.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
paru merupakan penyakit infeksi yang menyerang parenkim paru-paru
disebabkan oleh Myobacterium tuberculosis yaitu batang aerobic tahan asam yang
tumbuh dengan lambat dan sensitive terhadap panas dan sinar ultraviolet.
Penyakit ini ditandai dengan keletihan, anoreksia, penurunan nafsu makan dan
berat badan serta berkeringat pada malam hari. Untuk penatalaksanaan medisnya bisa
dengan menggunakan INH, RIF dan PZA dalam jangka waktu yang telah ditentukan
oleh tim medis. Namun penyakit ini dapat dicegah dengan melakukan imunisasi
BCG sejak bayi agar terhindar dari penyakit tuberculosis paru

3.2 Saran
Semoga dengan adanya makalah ini dapat menjadi pembelajaran untuk mahasiswa
agar lebih mengerti tentang penyakit tuberculosis paru.

Tuberculosis (TB) Paru

54
DAFTAR PUSTAKA

Somantri, Irman. 2009. Asuhan Keperawatan pada Klien Gangguan Sistem Pernafasan.
Jakarta. Salemba Medika

Zulkifli Amin, Asril Bahar. Ilmu Penyakit Dalam. internaPunblishing

Irianto, Koes.2009.Anatomi dan Fisiologi.jakarta. Salemba Medika

Ratna. 2015.pembuangan batuk efektif


http://www.pantirapih.or.id/index.php/artikel/umum/261-tekhnik-nafas-dalam-dan-
batuk-efektif
Rabu, 14 september 2016 jam 14.30 WIB

ibundayusufhanun.2013.cara pembuangan dahak dan batuk efektif


https://ibundayusufhanun.wordpress.com/2013/02/12/serba-serbi-tb-2/
Kamis, 15 september 2016 jam 09.00 WIB

Tuberculosis (TB) Paru

55

Anda mungkin juga menyukai