Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN PENDAHULUAN

1. ANATOMI FISIOLOGI SISTEM RESPIRASI


A. Organ-Organ dalam Sistem Respirasi
Respirasi adalah suatu peristiwa ketika tubuh kekurangan oksigen (O2) dan
o2 yang berada di luar tubuh di hirup (inspirasi) melalui organ pernapasan. Pada
keadaan tertentu tubuh kelebihan koban di oksida (CO2), maka tubuh berusaha
untuk mengeluarkan kelebihan tersebut dengan menghembuskan napas (ekspirasi)
sehingga terjadi suatu keseimbangan antara O2, dan CO2 di dalam tubuh. Sistem
respirasi berperan untuk menukar udara ke permukaan ke dalam perut.
Guna pernapasan:
1. Mengambil O2 dari luar masuk ke dala tubuh, beredar darah dalam darah,
selanjutnya terjadi proses pembakar dalam sel atau jaringan.
2. Mengeluarkan CO2 yang terjadi dari sisa-sisa hasil pembakara dibawah
oleh darah yang berasal dari sel (jaringan ). Selanjutnya di keluarkan
melalui organ pernapasan.
3. Untuk melindungi sistem permukaan dari kekurangan cairan dan
mengubah suhu tubuh.
4. Melindungi sistem pernapasan dari jaringan lain terhadap serangan
patogenik.
5. Untuk pembentukan komunikasi seperti berbicara, bernyanyi, berteriak,
dan menghasilkan suara.

1. HIDUNG
Hidung (nasal) merupakan organ tubuh yang berfungsi sebagai alat
pernafasan (respirasi) dan indra penciuman (pembau)). Bentuk dan struktur
hidung merupakan piramid atau kerucut dengan asalnya pada prosesus palatinus
osis maksilaris dan pars horizontal osis platum. Dalam keadaan normal, udara
masuk dalam sistem pernafasan, melalui rongga hidung. Vestibulum rongga
hidung berisi serabut-serabut halus. Epitel vestibulum berisi rambut-rambut halus

Pneumonia dan Bronkopneumonia Page 1


yang mencegah masuknya benda-benda asing yang mengganggu proses
penafasan.
a) Struktur Hidung
Tuang rawan epilium dan lamina propia keduanya saling berkaitan, di
anggap sebagai fugsional mukosa terbanyak yang berasal dari rongga hidung.
b) Bagian-bagian dari hidup:
1. Batang hidung: dingding depan hidung
yang dibentuk oleh ossa nasalis
2. Cuping hidung: bagian bawah dinding
laterai hidung yang dibentuk oleh tulang
rawan
3. Septum nasi: dinding yang membatasi
dua rongga hidung.
4. Dinding lateral rongga (kavum nasi).
c) Fungsi Hidung
Fungsi hidung dalam proses pernafasan meliputi:
1. Udara dihangatkan oleh permukaan konka dan septum nasalis setelah
melewati faring, suhu lebih kurang 36°C.
2. Udara dilembapkan sejumlah besar udar yang melewati hidung bila
mencapai faring, suhu lebih kurang 75%.
3. Kotoran disaring oleh bulu-bulu hidung. Partikel di rongga disering oleh
rambut vestibular, lapisan mukosiliar, dan lisozim (protein) dalam air
mata.) fungsi ini dinamakan fungsi air conditioning jalan pernapasan atas
kenaikan suhu tidak melebihi 2-3% dari suhu tubuh. Uap air mencapai
trakea bagian bawah bila seseorang bernafas melalu tabung langsung
masuk trakea. Pendingin dan pengeringan berpengaruhpada bagian bawah
paru sehingga mudah terjadi infeksi paru.
4. Penciuman. Pada pernapasan, biasa 5-10% udara pernapasan melalui celah
olfaktori. Dalam menghirup udara dengan keras, 20% udara pernapasan
melalui celah olfaktori.

Pneumonia dan Bronkopneumonia Page 2


2. FARING
Faring (tekak) adalah suatu saluran otot selaput kedudukannya tegak lurus
antara basih krani dan verebrae servikalis VI.
a) Struktur Faring
Di antara basis kranil dan esofagus berisi jaringan ikat di gunakan untuk
tempat lewat alat-alat di daerah faring:
1. Celah antara basis kranii dan M. Kontritor fariguesuperior ditembus tuba
faringoauitiva palatina asendens cabang M. levator volipalatini
2. Celah antara M. Konstriktor farigeus superior dan M. Konstriktor
faringeus media ditembus N. Glosofaringeus, ligamentumstilfarangeus an
M. Stilofaringeus
3. Celah antara M. Konstriktor faringeus media dan M. Konstriktor faringeus
inferior ditembus N. Rekurens
4. Celah dibawah M. Konstriktor faringeus inferior ditembus oleh
N.laringikus inferior dan N. Rekurens.
Daerah faring di bagi atas tiga bagian :
1. Nasofaring
2. Orofaring
3. Laringofaring
b) Fungsi Faring
Lipatan-lipatan vokal suara mempunyai elastisitas yang tinggi dan dapat
memproduksi suara yang di hasilkan oleh pita suara. Lipatan-lipatan vokal
memproduksi suara melalaui jalan udara,glotis, serta lipatan produksi gelombang
suara. Faktor yang menentukan frekuensi puncak bunyi dan produksi bergantung
pada panjang dan ketegangan regangan yang membangkitkan frekuensi dan
getaran yang diproduksi. Ketegang an dari pita suara dikotrol oleh otot kerangka
di bawah kontrol korteks.

3. LARING
Laring atau pangkal tenggorok merupakan
jalinan tulang rawan yang di lengkapi dengan
otot, mebran, jaringan ikat,dan ligamentum.

Pneumonia dan Bronkopneumonia Page 3


Sebelah atas pintu masuk laring membentuk tepi epiglotis, lipatan dari epiglotis
aritenoid dan pita interaritenoid, dan sebelah bawah kartilago krikoid. Tepi tulang
dari pita suara asli kiri dan kanan membatasi daerah epiglotis. Bagian atas disebut
supraglotis dan bagian bawah disebut subglotis.
4. TRAKEA
Trakea ( batang tenggorok) adalah tabung
berbentuk pipa seperti huruf C Yang Dibentuk
Oleh tulang-tulang rawan yang dismpurnakan
oleh selampunakan oleh selaput, terletak di antar
vertebrae servikalis V1 sampai ke tepi bawah
kartilago krikoidea vertebral torakalis V.
Panjangnya sekitar 13 cm dan dameter 2,5 cm
dilapisi oleh otot polos, mempunyai dinding
fibroelastis yang tertanam dalam balok-balok
hialin yang mempertahankan trakea tetap terbuka.
a) Struktur Trakea
Pada ujung bawah trakea, setinggi angulus sterni tepi bawah trakea
vertebrae torakal 1V, Trakea bercabang dua menjadi bronkus kiri dan bronkus
kanan trakea dibentuk oleh tulang-tulang rawan yang berbentuk cincin yang
terdiri dari 15-20 cincin diameter trakea tidak sama pada seluruh bagia. pada
daerah servikal agak sempit, bagian pertengahan sedikit melebar dan mengecil
lagi dekat percabangan bronkus. Bagian dalam trakea terdapat septum yan disebut
karina, terletak agak kekiri dari bidang median. Bagian dalam dari trakea terdapat
sel-sel bersilia, berguna untuk mengeluarkanbentuk asing yang masuk bersama
udara kejalan pernafasan.

5. BRONKUS
Bronkus (cabang tenggorok) merupakan
lanjutan dari trakea. Bronkus terdapat pada
ketinggian vertebrae torakalis 1V dan
V.bronkus mempunyai struktur sama dengan
trakea dan dilapisi oleh sejenis sel yang sama

Pneumonia dan Bronkopneumonia Page 4


dengan trakea dan berjalan ke bawah ke arah tampuk paru.
Bronkus prinsipalis terdiri dari dua bagian:
1. Bronkus prinsipalis dekstra: panjangnya sekitar 2,5 cm masuk ke hilus
pulmonalis paru kanan, mempercabangkan bronkus lubaris superior. Pada
waktu masuk ke hilus bercabang tiga menjadi bronkus lobaris medius,
bronkus lobaris inferior, dan bronkus lobaris superior, di atasnya tempat V.
Azigos, di bawahnya A. Pulmonalis deksra.
2. Bronkus prinsipalis sinistra: lebih sempit dan lebih panjang serta lebih
horizontal dibandingkan bronkus dekstra, panjangnya sekitar 5 cm,berjalan
ke bawah aorta dan di depan esofagus, masuk ke hiluspumonalis kiri,
bercabang menjadi dua (bronkus ;obaris superior dan bronkus lobaris
inferior).
Bronkus lobaris atau bronkiolus (cabang bronkus) merupakan cabang yang
lebih kecil dari bronkus. Pada ujung bronkioli terdapat gelembung paru atau
alveoli. Percabangan bronkus lobaris meliputi bronkus lobaris superior dekstra,
bronkus lobaris media dekstra, bronkus lobars inferior dekstra, bronkus lobaris
superior sinisra.alvioli tempat terjadinya pertukaran udara antar (oksigen dan
korban dioksida).

6. PULMO
Pulmo (paru) adalah salah satu organ
sistem pernapasan yang berada di dalam
kantong yang dibentuk oleh pleura
parietalis dan pleura viseralis kedua paru
sangat lunak, elastis,dan berada dalam
rongga torak. Sifatnya ringan dan terapung
di dalam air. Masing-masing paru
mempunyai apeks yang tumpul menjorok
ke atas, masuk ke leher kira-kira 2,5 cm di
atas klavikula.basis pulmo adalah bagian yang berada di atas permukaan cembung
diafragma oleh karena kubah diafragma lebih menonjol ke atas, maka bagian
kanan lebih tinggi dari paru kiri. Pada paru kiri terdapat suatu insisura obligus.

Pneumonia dan Bronkopneumonia Page 5


Paru kanan memiliki 10 segmen :
1. Lobus superior: segmen apikal, superior, dan anterior.
2. Lobus mendius: segmen lateral dan medial.
3. Lobus inferior: segmen superior, mediobasal,anterobasal,laterobasaldan
posterobasal.
Paru kiri terdiri dari 8 segmen:
1. Lobus superior: segmen apiko posterior, anterior, superior, dan inferior.
2. Lobus inferior: segmen superior, anteromediobasal, latera basal, dan
laterobasal.
a) Pleura
Pleura adalah suatu membran serosa
yang halus, membentuk suatu kantong
tempat paru berada. Ada dua buah, kiri
dan kanan yang masing-masing tidak
berhubungan. Pleura mempunyai dua
lapisan:
1. Lapisan permukaan di sebut permukaan parietalis: lapisan pleura yang
langsung berhubungan dengan paru dan memasuki fisura paru,
memisahkan lobus-lobus dari paru.
2. Lapisan dalam pleura viseralis:pleura yang berhubungan dengan fasia
endotorasika, merupakan dalam dari dinding toraks.
Sinus pleura ada dua bagian:
1. Sinus kostomediastinalis:terbentuk pada pertemuan pleura media stinalis
dengan pleura kostalis.
2. Sinus frenikokostalis: terbentuk pada pertemuan pleura diafragmatika
dengan pleura kostalis.
b) Alveoli
Alveoli merupakan
gelembung udara dalam
paru. Alveoli atau alveolus
merupakan tempat
pertukaran udara. Sekitar

Pneumonia dan Bronkopneumonia Page 6


3juta-4juta alveoli di paru-paru orang dewasa. Rata-rata diameter dari alveolus
adalah sekitar 200 sampai 300 mikron. Alveoli mengandung kolagen dan serat
elastis. Ini dilapisi dengan sel epitel dan pori-pori antara mereka disebut Kohn.
Selama pernafasan, jaringan ikat elastis yang membentuk ruang antara alveoli
paru-paru datang ke fungsi.
Sebuah alveoli terdiri dari tiga sel utama yang berbeda seperti sel alveolar
skuamosa, sel epitel skuamosa dan sel alveolar besar. Sel-sel epitel skuamosa juga
disebut Tipe I sel dan sel alveolar besar juga dikenal sebagai sel Tipe II. Struktur
dinding alveolar dibuat oleh sel-sel alveolar skuamosa. Sel-sel epitel skuamosa
membentuk kapiler yang mencakup sekitar 70% dari daerah. Fungsi kapiler ini
adalah difusi gas. Akhirnya, besar alveolar sel mensekresi surfaktan yang
membantu pada pengurangan tegangan permukaan air. Hal ini juga membantu
dalam pemisahan membran dan meningkatkan pertukaran gas. Jika endotelium
alveolus akan rusak, sel-sel alveolar besar membantu dalam memperbaiki mereka.
Alveolus juga terdiri dari sel-sel makrofag. Sel-sel ini membantu dalam
menghancurkan setiap benda asing seperti bakteri, dll dan memiliki fungsi yang
terkait dengan sistem kekebalan tubuh.
B. Fisiologi Sistem Respirasi
Macam pernapasan
1) Pernapasan dada
Pada pernapasan dada melibatkan otot antar tulang rusuk (interkortalis).
Inspirasi (udara dihirup) : otot interkostalis berkontraksi → tulang rusuk
terangkat → rongga dada membesar → tekanan udara dalam dada (toraks)
menurun → paru-paru mengembang → tekanan udara dalam paru-paru lebih
rendah daripada tekanan luar sehingga udara masuk ke paru-paru
Ekspirasi (udara diembuskan) : otot interkostalis berelaksasi → tulang rusuk
turun → rongga dada mengecil → tekanan udara dalam torak meningkat → paru-
paru mengempis → tekanan udara dalam paru-paru lebih tinggi dibandingkan
dengan tekanan udara luar sehingga udara keluar dari paru-paru.
2) Pernapasan perut
Pada pernapasan perut, otot yang terlibat adalah otot diafragma.

Pneumonia dan Bronkopneumonia Page 7


Inspirasi, otot diafragma berkontraksi → diafragma menjadi datar → rongga
dada membesar → paru-paru mengembang → tekanan udara dalam paru-paru
lebih rendah daripada tekanan udara luar sehingga udara masuk ke paru-paru.
Ekspirasi, otot diafragma berelaksasi → diafragma melengkung ke arah rongga
dada → rongga dada mengecil → paru-paru mengempis → tekanan dalam paru-
paru lebih tinggi dari tekanan udara luar sehingga udara keluar dari paru-paru.

Fisiologi Respirasi
1) Ventilasi
Ventilasi merupakan keluar masuknya udara dari dan ke paru-paru.
Ventilasi meliputi peristiwa inhalasi dan ekshalasi atau inspirasidan ekspirasi.
2) Difusi
Difusi adalah proses pertukaran gas. Proses ini terjadi di alveoli.gas
karbondioksida dari jaringan dialirkan oleh jantung ke kepiler paru di alveolus..
ketika sampai di alveolus, karbondioksida berdifusi dari pembuluh darah ke
membran alveolus. Sedangkan oksigen berdifusi dari membran alveolus ke kapiler
dan berikatan dengan hemoglobin pada eritrosit.
3) Transportasi
Oksigen yang berdifusi ke kapiler alveoli berikatan dengan hemoglobin di
eritrosit. Kemudian darah yang telah mengandung oksigen dialirkan kembali ke
jantung. Oleh jantung darah dipompa ke aorta dan diedarkan ke seluruh jaringan
tubuh.

2. DEFINISI PNEUMONIA DAN BRONKOPNEUMONIA


A. Definisi Pneumonia
Menurut Guyton & Hall
(2007:554), istilah pneumonia
mencakup setiap keadaan radang
paru, dengan beberapa atau seluruh
alveoli terisi cairan dab sel-sel
darah. Jenis pneumonia yang
umum adalah pneumonia ynag

Pneumonia dan Bronkopneumonia Page 8


disebabkan oleh pneumokokus (Streptococcus pneumoniae).
Dorland, (2012:855) menjelaskan bahwa pneumonia merupakan radang
paru-paru disertai eksudasi dan konsolidasi.
Pneumonia adalah suatu proses peradangan di mana terdapat konsolidasi
yang disebabkan pengisian rongga alveoli oleh eksudat. Pertukaran gas tidak
dapat berlangsung pada daerah yang mengalami konsolidasi dan darah dialirkan
ke sekitar alveoli yang tidak berfungsi. Hipoksemia dapat terjadi tergantung
banyaknya jaringan paru-paru yang sakit (Somantri, 2007:69).
Klasifikasi
1) Pneumonia yang didapat dari komunitas (community acquired pneumonia,
CAP): meliputi infeksi LRT yang terjadi dalam 48 jam setelah dirawat di
pumah sakit pada pasien yang belum pernah di rawat di rumah sakit
selama <14 hari. Organisme yang sering diidentifikasi adalah
streptococcus pneumoniae (20-75%), mycoplasma pneumonia, chlamydia
pneumonia, dan legionella spp, pathogen bakteri “atipikal”(2-25%) dan
infeksi virus (8-12%) adalah penyebab yang relative sering. Heamophilus
influenzae dan M. catarrhalis menyebabkan eksaserbasi PPOK dan infeksi
stafilokosus dapat terjadi setelah influenza. Pasien alkoholisme, diabetic,
dan yang dirawat di rumah mudah terkena infeksi oleh organisme
stafilokosus, anaerob, dan Gram-negatif.
2) Pneumonia yang didapat dari rumah sakit (nosocomial) setian infeksi LRT
yang berkembang >2 hari setelah dirawat di rumah sakit. Organisme yang
mungkin menjadi penyebab adalah hasil Gram-negatif (~70%) atau
stafilokosus (~15%)
3) Pneumonia aspirasi \ anaerob: infeksi oleh bakteroit dan organisme
anaerob lain setelah aspirasi isi orofaringeal (missal CVA)
4) Pneumonia oportunistik : pasien dengan penekanan sistem imun (misal,
steroid, kemoterapi, HIV) mudah mengalani infeksi oleh virus, jamur, dan
mikobakteri, selainorganisme bakteri lain.
5) Pneumonia rekuren: disebabkan oleh organisne aerob dan anaerob yang
terjadi pada fibrosis kistik dan bronkiektasis

Pneumonia dan Bronkopneumonia Page 9


B. Definisi Bronkopneumonia
Bronkopneumonia adalah suatu inflamasi akut yang umum terjadi pada
parenkim paru yang lobular (Dolvi, 2012).
Bronchopneumonia adalah radang paru-paru yang mengenai satu atau
beberapa lobus paru-paru yang ditandai dengan adanya bercak-bercak infiltrat
(Whalley and Wong, 1996 dalam Khairil, 2012). Bronchopneumonia adalah
bronchial pneumonia; peradangan paru yang berawal
dari bronchiolus terminalis (Dorland, 2012:160).
Terminal bronchiole merupakan segmen akhir
bronchiolus, tidak mengandung alveoli dan fungsiya
hanya untuk konduksi gas (Dorland, 2012:159).
Bronkopneumonia digunakan untuk
menggambarkan pneumonia yang mempunyai pola
penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area
terlokalisasi didalam bronki dan meluas ke parenkim
paru yang berdekatan di sekitarnya. Pada
bronkopneumonia terjadi konsolidasi area berbercak. (Smeltzer,2001 dalam
Khairil, 2012).
Bronkopneumonia disebut juga pneumonia lobularis yang menunjukkan
penyebaran infeksi ditandai dengan bercak-bercak dengan diameter sekitar 3-4 cm
yang mengelilingi dan mengenai bronkus.
C. Stadium Pneumonia
Stadium dari pneumonia karena Pneumococcus adalah :
1) Kongesti (4-12 jam pertama): eksudat serosa masuk ke dalam alveolus dari
pembuluh darah yang bocor.
2) Hepatisasi merah (48 jam berikutnya): paru-[aru tampak merah dan
tampak berganda karena sel darah merah, fibrin, dan leukosit mengisi
alveolus.
3) Hepatisasi kelabu (3-8 hari): paru-paru tampak abu-abu karena leukosit
dan fibrin mengalami konsolidasi dalam alveolus yang terserang.
4) Resolusi (7-11 hari): eksudat mengalami lisis dan direabsorbsi oleh
makrofag sehingga jaringan kembali pada struktur semula.

Pneumonia dan Bronkopneumonia Page 10


3. ETIOLOGI PNEUMONIA DAN BRONKOPNEUMONIA
A. Faktor-faktor risiko pneumonia
a. Usia diatas 65 tahun
b. Aspirasi sekret orofaringeal
c. Infeksi pernapasan oleh virus
d. Sakit yang pernah menyabkan
kelemahan (misal, diabetes mellitus,
uremia)
e. Penyakit pernapasan kronik (misal,
COPD, asma, kistik fibrosis)
f. Menghirup udara yang tercemar polusi
g. Kanker (trauma kanker paru)
h. Tirah baring yang lama
i. Prakeostomi atau pemakaian selang
endotrakeal
j. Bedah abdominal atau toraks
k. Fraktur tulang iga
l. Pengobatan dengan imunosupresif
m. AIDS
n. Riwayat merokok
o. Alkoholisme
p. Malnutrisi

B. Etiologi
Penyebab paling sering pneumonia yang didapat dari masyarakat dan
nosokomial.
LOKASI SUMBER PENYEBAB
Streptococcus pneumonia, mycoplasma pneumoniae,
haemopihilus influenza, legionella pneumophila,
Masyarakat
Chlamydia pneumonia, anaerob oral (aspirasi), influenza
tipe A dan B, adenovirus.
Rumah Sakit Basil usus gram negative (misal Escherichia coli,

Pneumonia dan Bronkopneumonia Page 11


klebsiella pneumonia), pseudomonas aeruginosa,
staphylococcus aureus, anaerob oral (aspirasi)
(1) Bakteri penyebab ISPA : dari genus Streptococcus,
Staphylococcus, Pneumococcus, Haemophylus,
Bordetella dan Corinebacterium.
(2) Virus penyebab ISPA antara lain adalah golongan
Miksovirus, Adenovirus, Coronavirus,
Picornavirus, Micoplasma, Herpesvirus dan lain-
lain.
(3) Jamur: candida albicans

4. MANIFESTASI KLINIS PNEUMONIA DAN BRONKOPNEUMONIA


a) Gejala utama dari pneumonia adalah:
1. Batuk dengan lendir kehijauan atau kuning; dahak berdarah terjadi pada
kesempatan
2. Demam dengan menggigil
3. Sharp atau nyeri menusuk dada
4. Pernapasan dangkal dan cepat
5. Sesak napas
b) Gejala tambahan termasuk:

1. Sakit kepala
2. berlebihan berkeringat dan
kulit lembap
3. Kehilangan nafsu makan
4. berlebihan kelelahan
5. Kebingungan, terutama
pada orang tua

5. PENATALAKSANAAN MEDIS PADA PNEUMONIA DAN


BRONKOPNEUMONIA
Pengobatan umun pasien-pasien pneumonia biasanya berupa pemberian anti
biotik yang efektif terhadap organisme tertentu, terapi O₂ untuk menanggulangi

Pneumonia dan Bronkopneumonia Page 12


hipoksemia, dan pengobatan komplikasi.sering kali dan mortalitas dikaitkan
dengan jenis organisme yang mengakibatkan infeksi. Pneumonia pneumokokus
biasanya tidak disertai komplikasi dan jaringan yang rusak dapat diperbaiki
kembali menjadi jaringan yang normal. Pada pasien yang tidak dirawat di RS
antibiotik diberikan secara oral dan pada pasien yang dirawat di RS antibiotik
diberikan secara IV.
Pneumonia yang disebabkan oleh bakteri akan diberikan pengobatan
antibiotik. Pengobatan haruslah benar-benar komplit sampai benar-benar tidak
lagi adanya gejala atau hasil pemeriksaan X-ray dan sputum tidak lagi
menampakkan adanya bakteri Pneumonia, jika tidak maka suatu saat Pneumonia
akan kembali diderita.
Pneumonia yang disebabkan oleh virus akan diberikan pengobatan yang
hampir sama dengan penderita flu, namun lebih ditekankan dengan istirahat yang
cukup dan pemberian intake cairan yang cukup banyak serta gizi yang baik untuk
membantu pemulihan daya tahan tubuh.
Pneumonia yang disebabkan oleh jamur akan mendapatkan pengobatan
dengan pemberian antijamur.
Disamping itu pemberian obat lain untuk membantu mengurangi nyeri,
demam dan sakit kepala. Pemberian obat anti (penekan) batuk di anjurkan dengan
dosis rendah hanya cukup membuat penderita bisa beristirahat tidur, Karena batuk
juga akan membantu proses pembersihan secresi mucossa (riak/dahak) diparu-
paru. Jika terjadi empiema, maka nanahnya bisa dikeluarkan dengan fisioterapi
dada dan bronkoskopi.

6. PATOFISIOLOGI PNEUMONIA DAN BRONKOPNEUMONIA


Penyakit pneumonia dimulai dengan infeksi dalam alveoli yang disebabkan
oleh bakteri. Beberapa faktor resiko sangat berpengaruh pada proses terjadinya
infeksi. Individu yang memiliki faktor resiko seperti merokok, alkoholisme,
diabetes mellitus lebih rentan mengalami pneumonia.
Merokok menyebabkan kemampuan pengembangan paru-paru menurun.
Sementara bagi alkoholisme pernapasan menjadi lambat sehingga ekspirasi pun
lebih lambat, dan pengeluaran mikroorganisme asing terhambat. Pada penderita

Pneumonia dan Bronkopneumonia Page 13


diabetes mellitus, pertahanan tubuh terhadap invasi bakteri atau mikroorganisme
pathogen lain menurun karena fungsi makrofag dan neutrofil terganggu. Usia juga
mempengaruhi pneumonia, orang yang berusia > 65 tahun lebih rentan terkena
pneumonia karena penurunan fungsi sistem organ tubuh menurun dan mudah
terserang penyakit. Bagi pasien yang menggunakan alat bantu pernapasan juga
dapat terkena pneumonia, khususnya pneumonia nosokomial. Alat bantu
pernapasan yang sterilisasi kurng sempurna dapat menjadi media penyebaran
bakteri atau mokroorganisme penyebab pneumonia.
Bakteri Streptococcus pneumoniae menyebabkan membran paru mengalami
peradangan dan berlobang-lobang sehingga cairan dan sel darah merah bahkan sel
darah putih keluar dari pembuluh darah dan masuk ke alveoli. Dengan demikian,
infeksi menyebar dari alveoli ke alveoli disebut pneumonia. Akhirnya, lobus paru
bahkan seluruh paru terisi cairan dan sel-sel darah. Akan tetapi, infeksi dapat juga
menyerang bronkus terminal sehingga menimbulkan bercak-bercak pada paru-
paru. Bercak-bercak tersebut yang dinamakan bronchopneumonia.
Pada penyakit ini terjadi perubahan fungsi pertukaran udara dalam paru. Hal
ini mengakibatkan : penurunan luas permukaan total membran pernapasan dan
menurunnya rasio ventilasi-perfusi. Efek ini menyebabkan hipoksemia dan
hiperkapnia serta dispneu. Masuknya sel-sel darah ke alveolus sebagai eksudat
menyebabkan sel-sel darah berkurang dalam pembuluh darah, aliran darah ke
seluruh jaringan tubuh berkurang dan pasokan oksigen juga berkurang, sehingga
jaringan kekurangan oksigen; hipoksia. Berkurangnya aliran darah juga
menyebabkan produksi urin menurun dan rendahnya metabolisme otot sehingga
terjadi kelemahan otot.
Proses inflamasi pada paru dapat menyebabkan respon hipotalamus dengan
adanya kenaikan suhu dan juga nyeri jika inflamasi merambat sampai di parenkim
paru. Inflamasi berubah menjadi infeksi ditandai dengan eksudat (kumpulan
cairan dan sel-sel darah) menyebabkan terbentuknya sekret. Sekret yang berusaha
dan dapat dikeluarkan mempunyai rasa dan bau yang tidak nyaman, hal ini dapat
menurunkan nafsu makan penderita. Namun, jika sekret yang banyak tidak
berhasil dikeluarkan atau tertelan dan masuk saluran cerna, bakteri pneumokokus
dapat merangsang peningkatan mikroorganisme normal dalam usus sehingga,

Pneumonia dan Bronkopneumonia Page 14


diare dapat dialami penderita. Selain itu, jika sputum atau sekret dikeluarkan dan
dibuang sembarangan resiko tinggi penyebaran infeksi dapat terjadi.

Pneumonia dan Bronkopneumonia Page 15


Alkoholisme Usia > 65 th Penyakit Diabetes Mellitus Pemakaian selang
Riwayat merokok
pernapasan kronik endotrakeal
Kontrol pernapasan di Terjadi proses Hiperglikemi
Zat-zat merugikan otak terganggu infeksi sal. pernapasan Selang dipakai
degeneratif
dlm rokok terhirup atas kronik bergantian
Fungsi neutrofil dan
makrofag terganggu
Pernapasan lambat Kemampuan organ
Akumulasi zat tubuh  Kebersihan dan
Mikroorganisme Pemakaian
merugikan di paru- Fagositosis proses sterilisasi
penyebab infeksi alat bantu
paru (alveoli) Ekspirasi lambat terganggu kurang sempurna
Kemampuan terbawa ke saluran pernapasan
compliance pernapasan bawah
Pengeluaran M.O Kuman dan bakteri
Alveoli rusak paru-paru  Kebersihan alat masuk saat inhalasi
Bakteri pathogen
asing yang masuk ke menempel pada
tidak dijaga
pernapasan Endotracheal tube
Kemampuan Tidak terjadi proses
terhambat Memudahkan zat dan
pengembangan perlawanan
mikroorganisme Bakteri pathogen
paru 
pathogen masuk ke menempel pada alat Akumulasi bakteri
Bakteri terbawa pathogen
kemampuan masuk ke paru-paru
paru mengusir sal.pernapasan Akumulasi bakteri
benda asing  lainnya pathogen pada
alat
Bakteri dan
mikroorganisme lain
sulit dikeluarkan

M.O (ex:Streptococcus pneumoniae)


masuk ke saluran pernapasan
16
Terbawa masuk ke saluran pernapasan
bawah

Menempel sedikit demi sedikit di alveoli


atau bronkus

Alveoli atau bronkus penderita faktor


resiko terakumulasi bakteri

Cairan darah dan sel darah merembes ke alveoli

Leukosit melawan bakteri

Reaksi Inflamasi Hebat

Membran alveoli atau bronkus meradang

Membran alveoli atau bronkus berlubang


dan berkonsolidasi

PNEUMONIA &
BRONKOPNEUMONIA

B1 (breath) B2 (blood) B3 (brain) B4 (bladder) B5 (bowel) B6 (bone)

Cairan intrasel & sel-sel darah


Pneumonia dan Bronkopneumonia masuk semakin banyak Page 17
B1 (breath) B2 (blood) B3 (brain) B4 (bladder) B5 (bowel) B6 (bone)

Cairan intrasel & Cairan intrasel & Cairan intrasel & Cairan intrasel & sel-sel Cairan intrasel & Cairan intrasel &
V
sel-sel darah sel-sel darah sel-sel darah darah menumpuk di sel-sel darah sel-sel darah
menumpuk di menumpuk di menumpuk di jar.paru menumpuk di menumpuk di
jar.paru jar.paru jar.paru jar.paru jar.paru
Sel-sel darah berkurang Sputum
Sel-sel darah Sel-sel darah Inflamasi jaringan tdk mmpu Membentuk sekret Sel-sel darah
paru Aliran darah  dkeluarkn
berkurang berkurang berkurang
Membentuk
Akumulasi monosit, Suplai O2 sistemik  Tertelan, Aliran darah 
Aliran darah  Aliran darah  sputum
makrofag, sel Th, masuk ke
dan fibroblast Suplai O2 Ginjal  saluran Suplai O2 seluruh
Suplai O2 seluruh Batuk (untuk
Difusi O2 dan cerna tubuh 
tubuh  Pelepasan pirogen mengeluarkan
CO2  GFR  sputum)
endogen (sitokin) Kuman
terbawa ke Suplai O2 otot 
Saturasi O2  Sianosis Rasa & bau sputum
IL-1 & IL6 Oliguria saluran
dan CO2  tdk nyaman
merangsang saraf cerna Metabolisme aerob
Luas permukaan Ketidak. vagus Gangguan
Hipoksia membran Perfusi Bau Mulut
respirasi  Eliminasi Urin Infeksi sal. Tidak menghasilkan
Jaringan Sinyal mencapai
Perifer SSP
cerna energi
Pertukaran Anoreksia
Gas Membentuk sekret
Otot Lemah
pd saluran napas Prostaglandin flora normal
dikeluarkan usus  ketidakseimbangan
Peristaltik Risiko Intoleransi
PCH, Retraksi nutrisi tubuh
Merangsang set usus  Aktivitas
Interkosta&sternum
point hipotalamus
Malabsorbsi
dispneu Suhu basal  Menggigil Pertahanan tubuh tidak kuat
Diare Sputum dikeluarkan
Diaforesis (sembarangan) Inflamasi merambat ke
Ketidakefektifan Hipertermia bagian paru yg lain
Pneumonia dan Bronkopneumonia
bersihan jalan Page 18
napas tidak efektif Risiko Ketidakseimbangan Risiko infeksi
Elektrolit Nyeri akut
7. KOMPLIKASI PNEUMONIA DAN BRONKOPNEUMONIA
Komplikasi yang ditimbulkan penyakit pneumonia dan bronkopneumonia,
antara lain :
a) Efusi Pleura (paling sering)
b) Abses Paru
c) Empiema
d) Gagal Napas
e) Asidosis Metabolik
f) Pneumonia kronik
g) Perikarditis
h) Atelektasis (pengembangan paru yang tidak sempurna/bagian paru-paru
yang diserang tidak mengandung udara dan kolaps).
i) Komplikasi sistemik (meningitis)

8. PROGNOSIS PNEUMONIA DAN BRONKOPNEUMONIA


Penderita pneumonia dan bronkopneumonia dapat sembuh, namun dapat
terjadi kekambuhan. Tetapi, sebagian besar penderita pneumonia lobaris akan
sembuh sempurna. Dengan antibiotika (Pneumococcus sensitif terhadap penisilin
biasa) penderita akan sembuh dalam 2 hari dan boleh meninggalkan tempat
perawatan (rumah sakit) (Sibuea, 2005:44).

9. PENCEGAHAN PNEUMONIA DAN BRONKOPNEUMONIA


A. Pencegahan Primer
Pencegahan primer adalah berbagai upaya yang dilakukan untuk
menghindari atau menunda munculnya penyakit atau gangguan kesehatan. Cara
pencegahan primer, antara lain:
(1) Cuci tangan, terutama setelah meniup hidung, pergi ke kamar mandi,
mengganti popok, dan sebelum makan atau menyiapkan makanan.
(2) Jangan merokok. Tembakau merusak kemampuan paru-paru untuk
menangkal infeksi.
(3) Kenakan masker saat membersihkan daerah berdebu atau berjamur.
(4) Gunakan vaksin, di antaranya:

Pneumonia dan Bronkopneumonia Page 19


a) Vaksin Pneumococcal (Pneumovax, Prevnar) mencegah Streptococcus
pneumoniae.
b) Vaksin Flu mencegah radang paru-paru dan masalah lain yang
disebabkan oleh virus influenza. Itu harus diberikan setiap tahun untuk
melindungi terhadap jenis virus baru.
c) Vaksin Hib untuk mencegah pneumonia pada anak-anak dari
Haemophilus influenzae tipe b.
(5) Mengambil napas dalam-dalam dapat membantu mencegah pneumonia
jika berada di rumah sakit - misalnya, ketika pulih dari operasi.
(6) Mengadakan dan mengikuti acara penyuluhan tentang pneumonia dan
bronkopneumonia.
B. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder adalah berbagai upaya yang dilakukan untuk deteksi
dini adanya penyakit atau gangguan kesehatan agar dapat dilakukan tatalaksana
sedini mungkin pula. Pencegahan sekunder pada penyakit pneumonia dapat
dilakukan dengan melakukan pemeriksaan segera ke rumah sakit jika mengalami
beberapa gejala pneumonia dan bronkopneumonia. Hal ini agar pengobatan atau
penatalaksanaan dapat dilakukan sebelum penyakit berkembang menjadi lebih
parah.
C. Pencegahan Tersier
Pengelolaan penyakit atau gangguan kesehatan secara seksama harus
dilakukan. Diperlukan kerjasama yang baik antara tenaga kesehatan dan pasien
serta keluarganya agar penyakit atau gangguan kesehatan yang diderita pasien
dapat terkelola dan terkendali dengan baik. Untuk itu amat dibutuhkan kepatuhan
pasien dalam mengontrol penyakit-penyakit yang diderita agar tidak timbul
komplikasi atau penyulit. Pemberian antibiotik penisilin termasuk pencegahan
tersier dalam kasus pneumonia dan bronkopneumonia. Bakteri penyebab
pneumonia sangat sensitif terhadap penisilin, sehingga dapat mencegah timbulnya
komplikasi. Pada pasien bayi, tingkatkan pemberian ASI. Sebab, ASI
mengandung zat yang dapat meningkatkan antibodi

Pneumonia dan Bronkopneumonia Page 20


10. SISTEM LAYANAN KESEHATAN PASIEN DENGAN PNEUMONIA
DAN BRONKOPNEUMONIA
Pasien berindikasi pneumonia dirawat di ICU menurut American Thoracic
Society adalah bila pasien sakit berat yaitu bila terdapat 1 dari 2 kriteria mayor,
atau 2 dari 3 kriteria minor. Kriteria mayor adalah: kebutuhan akan ventilator dan
syok septik, kriteria minor adalah berupa tensi sistolik ≤90 mmHg.
Pasien dibagi atas 4 kelompok berdasarkan kepada tempat perawatan (rawat
jalan, rawat inap, ICU). Adanya penyakit penyerta kardiopulmonal, adanya faktor
perubah yaitu faktor resiko oleh pneumokokus resisten, faktor resiko infeksi Gram
negatif(termasuk di rumah perawatan Rumah jompo), dan adanya faktor resiko
P.Aeruginosa (terutama di rawat di ICU)
Stratifikasi berdasarkan faktor-faktor tersebut 4 kelompok pasien
didefinisikan sebagai berikut:
1) Kelompok I.
Rawat jalan yang tidak disertai riwayat penyakit kardiopulmonal.
2) Kelompok II.
Rawat jalan yang disertai riwayat penyakit kardiopulmonal.
3) Kelompok III.
Rawat inap RS non ICU, yang disertai riwayat penyakit kardiopulmonal.
4) Kelompok IV.
Rawat di ICU yang tidak disertai resiko Os. Aeruginosa.

11. HASIL PENELITIAN BERKAITAN DENGAN KASUS PNEUMONIA


DAN BRONKOPNEUMONIA
Penyakit pernapasan akibat infeksi kuman di paru-paru atau pneumonia,
diperkirakan diawali oleh berkembang biaknya bakteri dan kuman yang tidak
terkontrol dalam mulut sehingga kebersihan gigi dan gusi menjadi faktor penting
dalam menurunkan resiko terserang pneumonia menurut hasil penelitian para
ilmuwan dari Yale University, Amerika Serikat.
Berdasarkan penelitian terhadap 37 pasien pneumonia selama sebulan,
terlihat terjadinya perubahan komposisi bakteri dalam mulut secara siknifikan
semenjak awal berkembangnya pneumonia di area pernapasan mereka. Hal ini

Pneumonia dan Bronkopneumonia Page 21


membawa konklusi tersendiri bagi pimpinan penelitian, Dr. Samit Joshi bahwa
dengan menemukan hal ini, sudah selayaknya kita dapat mencegah pneumonia
dikemudian hari dengan menjaga bakteri dalam mulut, seperti dilansir dalam
dailymail health (28/12).
Dengan demikian penelitian yang dipresentasikan di The Infectius Disease
Society of America ini mendukung hasil penelitian sebelumnya yang
menghubungkan bahwa segala macam penyakit pernapasan akibat infeksi bakteri
dikarenakan terhubungnya pernapasan dengan mulut dan tenggorokan yang
memungkinkan masuk ke dalam paru-paru, akibat terdapatnya kerusakan pada
gusi dan gigi.

12. LEGAL ETIS TERKAIT DENGAN KASUS PNEUMONIA DAN


BRONKOPNEUMONIA
Terdapat beberapa prinsip etik dalam pelayanan kesehatan dan keperawatan
yaitu :
a. Otonomi (penentu pilihan)
Perawat yang mengikuti prinsip autonomi menghargai hak klien untuk
mengambil keputusan sendiri. Dengan menghargai hak autonomi berarti perawat
menyadari keunikan individu secara holistik.
b. Beneficience (asas manfaat)
Beneficience berarti melakukan yang baik atau hal yang bermanfaat.
Perawat memiliki kewajiban untuk melakukan dengan baik, yaitu
mengimplementasikan tindakan yang mengutungkan klien dan keluarga sesuai
dengan rencana tindakan.
c. Justice (perlakuan adil)
Perawat hendaknya mengambil keputusan dengan menggunakan rasa
keadilan. Tidak memberikan perlakuan yang berbeda terhadap semua pasien.
Memberikan perawatan sesuai dengan penyakit atau kebutuhan klien.
d. Non maleficience (do no harm)
Non Maleficence berarti tugas yang dilakukan perawat tidak menyebabkan
bahaya bagi kliennya. Prinsip ini adalah prinsip dasar sebagaian besar kode etik

Pneumonia dan Bronkopneumonia Page 22


keperawatan. Bahaya dapat berarti dengan sengaja membahayakan, resiko
membahayakan, dan bahaya yang tidak disengaja.
e. Fidelity (setia)
Fidelity berarti setia terhadap kesepakatan dan tanggung jawab yang
dimikili oleh seseorang.
f. Veracity (kebenaran)
Veracity mengacu pada mengatakan kebenaran.
g. Moral right
Hak-hak klien harus dihargai dan dilindungi. Hak-hak tersebut menyangkut
kehidupan, kebahagiaan, kebebasan, privacy, self-determination, perlakuan adil
dan integritas diri.

13. FISIOTERAPI DADA, TERAPI OKSIGEN, NEBULASI DAN


SUCTIONING
a. FISIOTERAPI DADA
Fisioterapi dada merupakan tindakan keperawatan dengan melakukan
drainase postural, clapping, dan vibrating pada pasien dengan gangguan sistem
pernafasan, misalnya penyakit paru obstruksi kronis (bronkitis kronis, asma dan
emfisema).
Tujuan :
a) Meningkatkan efisiensi pola pernafasan.
b) Membersihkan jalan nafas.
Alat dan Bahan :
a) Pot sputum berisi desinfektan.
b) Kertas tisu.
c) Dua balok tempat tidur (untuk drainase dan postural).
d) Satu bantal.
e) Stetoskop.
a. Drainase Postural ( Drainase Bronkial Segmental )
a. Jelaskan prosedur yang akan dilaksanakan.
b. Cuci tangan.
c. Atur posisi :

Pneumonia dan Bronkopneumonia Page 23


Lobus bawah segmen superior Lobus atas segmen anterior

Lobus bawah segmen basal anterior Lobus bawah segmen basal lateral

d. Lama pengaturan posisi pertama kali adalah 10 menit, kemudian periode


selanjutnya kurang lebih 15-30 menit.
e. Lakukan observasi tanda vital selama prosedur.
f. Setelah pelaksanaan drainase postural lakukan clapping, vibrasi dan
pengisapan (suction).
g. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
b. Clapping dan vibrasi dada
a. Jelaskan prosedur yang akan dilaksanakan.
b. Cuci tangan.
c. Atur posisi sesuai dengan drainase postural
d. Lakukan clapping atau vibrasi pada tiap melakukan perubahan posisi.
e. Lakukan clapping dan vibrasi selama kurang lebih 1 menit.
f. Setelah dilakukan tindakan drainase postural, clapping, dan vibrasi dapat
dilakukan tindakan pengisapan lendir.

Pneumonia dan Bronkopneumonia Page 24


g. Lakukan auskultasi pada daerah paru yang dilakukan tindakan drainase
postural, clapping, dan vibrasi.
h. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
c. Latihan Pernapasan/ latihan ulang pernapasan
Nafas dalam merupakan bentuk latihan nafas yang terdiri dari pernafasan
abdominal (diafragma) dan purse lip breathing. Yang bertujuan untuk membantu
klien mengontrol pernafasan yang berlebihan.
Prosedur Pelaksanaan :
a. Atur posisi yang nyaman bagi pasien dengan posisi setengah duduk di
tempat tidur atau dikursi atau dengan lying position (posisi berbaring) di
tempat tidur dengan satu bantal.
b. Fleksikan lutut pasien untuk merelakskan otot abdomen.
c. Tempatkan satu atau dua tangan pada abdomen, tepat dibawah tulang iga.
d. Tarik nafas dalam melalui hidung, jaga mulut tetap tertutup, hitung sampai
3 selama inspirasi.
e. Konsentrasi dan rasakan gerakan naiknya abdomen sejauh mungkin, tetap
dalam kondisi relaks dan cegah lengkung pada punggung. Jika ada
kesulitan menaikkan abdomen, ambil nafas secara cepat, nafas kuat lewat
hidung.
f. Kemudian hembuskan lewat bibir seperti meniup dan ekspirasi secara
perlahan dan kuat, sehingga terbentuk suara hembusan tanpa
menggembungkan dari pipi.
g. Konsentrasi dan rasakan turunnya abdomen serta kontraksi dari otot
abdomen ketika ekspirasi. Hitung sampai 7 selama ekspirasi.
h. Gunakan latihan ini setiap kali merasakan nafas pendek dan tingkatkan
secara bertahap selama 5-10 menit, 4 kali dalam sehari. Latihan teratur
akan membantu pernafasan tanpa usaha. Latihan ini dapat dilakukan dalam
posisi duduk tegap, berdiri dan berjalan.
d. Batuk efektif
Latihan batuk efektif adalah latihan batuk untuk mengeluarkan sekret.
Alat :
a) Sputum pot

Pneumonia dan Bronkopneumonia Page 25


b) Lysol 2-3%
c) Handuk
d) Peniti
e) Bantal jika diperlukan.
f) Tissue
g) Bengkok
Prosedur :
a. Setelah menggunakan pengobatan bronchodilator (jika diresepkan), tarik
nafas dalam lewat hidung dan tahan nafas untuk beberapa detik.
b. Batukkan 2 kali, batuk pertama untuk melepaskan mukus dan batuk kedua
untuk mengeluarkan sekret. Bila pasien merasa nyeri dada, pada saat batuk
tekan dada dengan bantal. Tampung sekret dengan sputum pot yang berisi
lysol.
c. Untuk batuk menghembus, sedikit maju ke depan dan ekspirasi kuat
dengan suara “hembusan”.
d. Inspirasi dengan nafas pendek cepat secara bergantian (menghirup) untuk
mencegah mukus bergerak kembali ke jalan nafas yang sempit.
e. Istirahat.
f. Hindari penggunaan waktu yang lama selama batuk karena dapat
menyebabkan kelelahan dan hypoksia.
d. TERAPI OKSIGEN
Kebutuhan oksigen dapat dipenuhi dengan terapi oksigen. Terapi oksigen
yang dimaksud yaitu pemberian oksigen melalui nasal kateter, kanul, atau masker.
Tujuan terapi oksigen antara lain, untuk mempertahankan oksigen yang adekuat
pada jaringan, menurunkan kerja paru dan untuk menurunkan kerja jantung.
Klasifikasi terapi oksigen yaitu sistem aliran rendah dan sistem aliran tinggi.
Pada terapi inhalasi oksigen, alat dan bahan yang digunakan, yaitu : tabung
oksigen lengkap dengan flowmeter dan humidifier, nasal kateter, kanula atau
masker dan vaselin/lubrikan (jelly).
1. Sistem Aliran Rendah (Low Flow Oxygen System)
Sistem aliran rendah ditujukan klien yang memerlukan oksigen dan masih
mampu bernapas sendiri dengan pola pernapasan normal. Sistem ini diberikan

Pneumonia dan Bronkopneumonia Page 26


untuk menambah konsentrasi udara ruangan. Pemberian oksigen di antaranya
dengan menggunakan nasal kanula, sungkup muka sederhana, sungkup muka
dengan kantong rebreathing, dan sungkup muka dengan kantong nonbreathing.
a. Nasal Kanula/Binasal Kanula
Nasal kanula dapat memberikan oksigen dengan aliran 1-6 Liter/menit
dengan konsentrasi oksigen sebesar 24%-44%.
Cara pemasangan :
a) Terangkan prosedur pada klien
b) Atur posisi klien yang nyaman, misal semi
fowler position
c) Atur peralatan oksigen dan humidifier
d) Hubungkan kanula dengan selang oksigen ke
humidifier dengan aliran oksigen yang rendah.
Beri jelly pada kedua ujung kanula.
e) Masukkan ujung kanula ke lubang hidung.
f) Fiksasi selang oksigen
g) Alirkan oksigen sesuai indikasi.
Keuntungan :
a) Toleransi klien baik
b) Pemasangannya mudah
c) Klien bebas untuk makan dan minum
d) Harga lebih murah
Kerugian :
a) Mudah lepas
b) Tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen lebih dari 44%
c) Suplai oksigen berkurang bila klien bernapas dari mulut
d) Mengiritasi selaput lendir, nyeri sinus.
b. Sungkup Muka Sederhana
Aliran oksigen yang diberikan melalui alat ini
sekitar 5-8 liter/menit dengan konsentrasi 40-60%.
Cara pemasangan :
a) Terangkan prosedur pada klien

Pneumonia dan Bronkopneumonia Page 27


b) Atur posisi klien yang nyaman, misal semi fowler position
c) Hubungkan selang oksigen pada sungkup muka sederhana dengan
humidifier
d) Tempatkan sungkup muka sederhana, sehingga menutupi hidung dan
mulut klien
e) Lingkarkan karet sungkup pada kepala klien agar sungkup muka tidak
lepas
f) Alirkan oksigen sesuai dengan kebutuhan.
Keuntungan :
a) Konsentrasi oksigen yang diperoleh lebih tinggi dari nasal kanula
b) Sistem humidifikasi dapat ditingkatkan.
Kerugian :
a) Umumnya tidak nyaman bagi klien
b) Membuat rasa panas sehingga mengiritasi mulut dan pipi
c) Aktivitas makan dan bicara terganggu
d) Dapat menyebabkan mual dan muntah, sehingga dapat menyebabkan
aspirasi
e) Jika alirannya rendah, dapat menyebabkan penumpukan
karbondioksida.
c. Sungkup Muka dengan Kantong Rebreathing
Konsentrasi oksigen antara 60-80% dengan aliran oksigen 8-12 liter/menit.
Indikasi penggunaan adalah pada klien dengan kadar tekanan
karbondioksida yang rendah. Udara inspirasi sebagian tercampur dengan
udara ekspirasi sehingga konsentrasi karbondioksida lebih tinggi dari
sungkup muka sederhana.
Cara pemasangan :
a) Terangkan prosedur pada klien
b) Hubungkan selang oksigen ke humidifier dengan aliran rendah
c) Isi oksigen ke dalam kantong dengan cara menutup lubang antara
kantong dengan sungkup
d) Atur tali pengikat sungkup sehingga menutup dengan rapat dan
nyaman. Bila perlu pakai kasa pada daerah yang tertekan

Pneumonia dan Bronkopneumonia Page 28


e) Sesuaikan aliran oksigen, sehingga kantong akan terisi waktu
ekspirasi dan hampir kuncup waktu inspirasi.
Keuntungan :
a) Konsentrasi oksigen lebih tinggi
b) Tidak mengeringkan selaput lendir.
Kerugian :
a) Kantong oksigen bisa terlipat
b) Menyebabkan penumpukan oksigen jika aliran darah lebih rendah.
d. Sungkup Muka dengan Kantong Nonrebreathing
Memberikan konsentrasi oksigen
sampai dengan 99% dengan aliran
yang sama pada kantong rebreathing.
Pada prinsipnya, udara inspirasi tidak
tercampur dengan ekspirasi. Indikasi
penggunaan sungkup muka
nonbreathing adalah pada klien
dengan kadar tekanan karbonsioksida yang tinggi.
Cara pemasangan sama dengan sungkup muka rebreathing.
Keuntungan :
a) Konsentrasi oksigen yang diperoleh hampir 100 % karena adanya
katup satu arah antara kantong dan sungkup, sehingga kantong
mengandung konsentrasi oksigen yang tinggi dan tidak tercampur
dengan udara ekspirasi.
b) Tidak mengeringkan selaput lendir.
Kerugian :
a) Kantong oksigen bisa terlipat
b) Beresiko untuk terjadi keracunan oksigen
c) Tidak nyaman bagi klien.
2. Sistem Aliran Tinggi (High Flow Oxygen System)
Penggunaan teknik ini menjadikan konsentrasi oksigen lebih stabil dan tidak
dipengaruhi tipe pernapasan, sehingga dapat menambah konsentrasi oksigen lebih
tepat. Misalnya melalui sungkup muka dengan ventury.

Pneumonia dan Bronkopneumonia Page 29


Tujuan utama adalah untuk mengoreksi hipoksia dan asidemia. Hipoksemia,
hiperkapnia, dan asidemia yang berat dapat mengakibatkan koma, aritmia kordis,
dan hipotensi. Hal tersebut menyebabkan perlunya koreksi dengan segera untuk
menghindari kerusakan otak irreversible atau kematian.
Selain dapat memenuhi kebutuhan oksigen dalam tubuh, pemberian oksigen
pada klien juga dapat menimbulkan bahaya. Bahaya tersebut perlu siketahui
perawat agar lebih berhati-hati dalam pemberian oksigen pada klien. Bahaya
tersebut antara lain :
a) Bahaya kebakaran
b) Pemberian oksigen pada klien dengan retensi karbondioksida bila tidak
simonitor, baik konsentrasi maupun alirannya, dapat mengakibatkan
penekanan pada pusat pernapasan.
c) Keracunan oksigen terjadi apabila terapi oksigen diberikan dengan
konsentrasi yang tinggi dalam jangka waktu yang lama. Hal tersebut
kemudian dapat menyebabkan kerusakan struktur jaringan paru.
d) Henti napas, dapat terjadi bila oksigen diberikan pada penderita hipoksia
berat,di mana pusat pernapasan tidak lagi peka terhadap karbondioksida
dan hanya peka terhadap PaO2 arteri yang rendah. Peningkatan PaO2 akan
menghilangkan rangsang ini.
e) Infeksi paru, terjadi akibat alat-alat yang digunakan telah terkontaminasi.
f) Pengeringan mukosa saluran napas, terjadi bila O2 yang diberikan tidak
dihumidifikasi. Oksigen yang diperoleh dari sumber O2 merupakan udara
kering yang belum mengalami humidifikasi.
1. PENGISAPAN LENDIR
Pengisapan lendir (suction) merupakana
tindakan keperawatan yang dilakukan pada klien
yang tidak mampu mengeluarkan sekret atau
lendir secara mandiri dengan menggunakan alat
pengisap. Tujuan : Membersihkan jalan nafas dan
memenuhi kebutuhan oksigenasi.
Alat dan Bahan :
a) Alat pengisap lendir dengan botol berisi larutan desinfektan.

Pneumonia dan Bronkopneumonia Page 30


b) Kateter pengisap lendir steril.
c) Pinset steril.
d) Sarung tangan steril.
e) Dua kom berisi larutan aquades atau NaCl 0,9 % dan larutan desinfektan.
f) Kasa steril.
a) Kertas tisu.
b) Stetoskop.
Prosedur Kerja :
a. Jelaskan prosedur yang akan dilaksanakan.
b. Cuci tangan.
c. Tempatkan pasien pada posisi terlentang dengan kepala miring ke arah
perawat.
d. Gunakan sarung tangan.
e. Hubungkan kateter pengisap dengan selang alat pengusap.
f. Mesin pengisap dihidupkan.
g. Lakukan pengisapan lendir dengan memasukkan kateter pengisap ke
dalam kom berisi aquades atau naCl 0,9 % untuk mempertahankan tingkat
kesterilan (asepsis).
h. Masukkan kateter pengisap dalam keadaan tidak mengisap.
i. Gunakan alat pengisap dengan tekanan 110-150 mm Hg untuk dewasa, 95-
110 mm Hg untuk anak-anak, dan 50-95 mm Hg untuk bayi .
j. Tarik dengan memutar kateter pengisap tidak lebih dari 15 detik.
k. Bilas kateter dengan aquades atau NaCl 0,9 %.
l. Lakukan pengisapan antara pengisapan pertama dengan berikutnya. Minta
pasien untuk bernapas dalam dan batuk, apabila pasien mengalami distres
pernapasan, biarkan istirahat 20-30 detik sebelum melakukan pengisapan
berikutnya.
m. Setelah selesai, kaji jumlah, konsistensi, warna, bau sekret, dan respons
pasien terhadap prosedur yang dilakukan.
n. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.

Pneumonia dan Bronkopneumonia Page 31


2. NEBULASI
Nebulisasi adalah memberikan campuran zat aerosol dalam partikel udara
dengan tekanan udara. Tujuan Memberikan Nebulizer : untuk memberikan obat
melalui nafas spontan klien. Lingkungan : bersih dan tenang; petugas :1 orang.
Persiapan Memberikan Nebulizer
Alat dan obat :
a) Oksigen set
b) Nebulizer set
c) Cairan normal saline dan obat yang akan dipakai
d) Spuit 5 atau 10 cc.
e) Mouth piece bila perlu
f) Bengkok
g) Tisu
Prosedur:
a. Monitor vital sign sebelum dan sesudah
pengobatan khususnya pada klien yang
menggunakan bronkodilator.
b. Jelaskan prosedur pada klien.
c. Atur posisi klien senyaman mungkin paling sering dalam posisi
semifowler, jaga privasi.
d. Petugas mencuci tangan.
e. Nebulizer diisi obat (sesuai program pengobatan) dan cairan normal salin
± 4-6cc.
f. Hidupkan nebulizer kemudian hubungkan nebulizer dan selangnya ke flow
meter oksigen dan set aliran pada 4-5 liter/menit, atau ke kompresor udara.
g. Instruksikan klien untuk buang nafas.
h. Minta klien untuk mengambil nafas dalam melalui mouth piece, tahan
nafas beberapa saat kemudian buang nafas melalui hidung.
i. Observasi pengembangan paru / dada klien.
j. Minta klien untuk bernafas perlahan-lahan dan dalam setelah seluruh obat
diuapkan.

Pneumonia dan Bronkopneumonia Page 32


k. Selesai tindakan, anjurkan klien untuk batuk setelah tarik nafas dalam
beberapa kali (teknik batuk efektif).
l. Klien dirapikan.
m. Alat dirapikan.
n. Petugas mencuci tangan.
o. Catat respon klien dan tindakan yang telah dilakukan.

Pneumonia dan Bronkopneumonia Page 33


ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN PNEUMONIA DAN
BRONKOPNEUMONIA
1) Pengkajian
a. Anamnesis
Keluhan Utama
Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien dengan pneumonia untuk
meminta pertolongan kesehatan adalah sesak napas, batuk, dan peningkatan suhu
tubuh/demam.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pengkajian ini dilakukan untuk mendukung keluhan utama. Perawat
memberikan pertanyaan yang ringkas sehingga jawaban yang diberikan klien
hanya kata “Ya” atau “Tidak”, atau hanya dengan anggukan dan gelengan kepala.
Apabila keluhan utama adalah batuk, maka perawat harus menanyakan sudah
berapa lama keluhan batuk muncul (onset). Pada klien dengan pneumonia,
keluhan batuk biasanya timbul mendadak dan tidak berkurang setelah meminum
obat batuk yang biasa ada di pasaran.
Pada awalnya keluhan batuk tidak produktif, tapi selanjutnya akan
berkembang menjadi batuk produktif dengan mukus purulen kekuning-kuningan,
kehijau-hijauan,kecoklatan, atau kemerahan, dan sering kali berbau busuk. Klien
biasanya mengeluh mengalami demam tinggi dan menggigil (onset mungkin tiba-
tiba dan berbahaya). Adanya keluhan nyeri dada leuritis, sesak napas, peningkatan
frekuensi pernapasan, lemas, dan nyeri kepala.
Riwayat Penyakit Terdahulu
Pengkajian diarahkan pada waktu sebelumnya, apakah klien pernah
mengalami infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) dengan gejalaseperti luka
tenggorok, kongesti nasal, bersin, dan demam ringan
Riwayat Keluarga
Tanyakan pula apakah keluarga pasien juga pernah mengalami penyakit
pernapasan atau penyakit yang sama dengan pasien saat ini.
Riwayat Pekerjaan dan Kebiasaan

Pneumonia dan Bronkopneumonia Page 34


Klien biasanya memiliki kebiasaan merokok dan minum minuman
beralkohol atau bekerja / berada di lingkungan yang memiliki faktor resiko tinggi
terhadap pneumonia.
Pengkajian Psiko-sosio-spiritual
Pengkajian ini meliputi status emosi, kognitif, dan perilaku klien. Perewat
mengumpulkan data hasil pemeriksaan awal klien tentang kapasitas fisik dan
intelektual saat ini. Klien dengan pneumonia sering mengalami kecemasan sesuai
dengan keluhan.
b. Pemeriksaan Fisik
B1 (Breath)
(1) Inspeksi
Bentuk dada dan gerakan pernapasan. Gerakan pernapasan simetris. Klien
dengan pneumonia sering ditemukan peningkatan frekuensi napas cepat dan
dangkal, retraksi sternum dan intercostae. Pernapasan cuping hidung,
terutama pada anak-anak.
Batuk dan sputum. Biasanya terdapat batuk produktif disertai adanya sekret
dan sekresi sputum yang purulen.
(2) Palpasi
Gerakan dinding thoraks anterior/ekskrusi pernapasan. Gerakan dada saat
bernapas biasanya normal dan seimbang antara bagian kanan dan kiri.
Getaran suara (fermitus vokal). Taktil fermitus klien normal.
(3) Perkusi
Klien dengan pneumonia tanpa komplikasi, biasanya didapatkan bunyi
resonan atau sonor di seluruh lapang paru. Bunyi redup perkusi pada klien
dengan pneumonia didapatkan apabila bronkopneumonia menjadi kunfluens.
(4) Auskultasi
Bunyi napas klien lemah dan terdapat bunyi napas tambahan ronkhi basah
pada sisi yang sakit.
B2 (Blood)
Inspeksi : kelemahan fisik secara umum, pucat, akral dingin
Palpasi : denyut nadi perifer lemah
Perkusi : batas jantung tidak mengalami pergeseran

Pneumonia dan Bronkopneumonia Page 35


Auskultasi : TD normal, bunyi jantung tambahan tidak ada
B3 (Brain)
Sering terjadi penurunan kesadaran. Pengkajian objektif diperoleh hasil wajah
klien meringis, menangis, merintih, meregang, dan menggeliat.
B4 (Bladder)
Oliguri atau anuri, karena kekurangan intake cairan dan cairan merembes ke
alveoli. Oliguri merupakan tanda awal syok.
B5 (Bowel)
Klien mual, muntah, penurunan nafsu makan dan penurunan berat badan.
B6 (Bone)
Kelemahan dan kelelahan fisik secara umum. Sehingga klien butuh bantuan orang
lain dalam melakukan aktivitasnya.
c. Pemeriksaan Diagnostik
1) Chest X – ray : teridentifikasi adanya
penyebaran (misal: lobus dan
bronkhial), dapat juga menunjukkan
multiple abses / infiltrate, empyema (
staphylococcus) : penyebaran atau
lokasi infiltrate ( sering kali viral ),
pada pneumonia mycoplasma chest x –
ray mungkin bersih.
2) Analisis gas darah (ABGs)/pulse Oximetry : abnormalitas mungkin
timbul tergantung dari luasnya kerusakan paru – paru. Biasanya
terdapat ketidakseimbangan ventilasi perfusi di daerah pneumonia.
3) Pewarnaan Gram / Culture sputum dan darah : didapatkan dengan
needlebiopsy, transtracheal aspiration, fiberoptic bronchoscopy atau
biopsi paru terbuka untuk mengeluarkan organisme penyebab.
4) Periksa darah lengkap (Complete Blood Count – CBC) : leukositosis
biasanya timbul.
5) Tes serologik : membantu dalam membedakan diagnosis pada
organisme secara spesifik.

Pneumonia dan Bronkopneumonia Page 36


6) Laju Endap darah meningkat hingga 100 mm/jam dalam keadaan
leukopenia.
7) Pemeriksaan fungsi paru – paru : volume mungkin menurun (kongesti
dan kolaps alveolar) ; tekanan saluran udara meningkat dan kapasitas
pemenuhan udara menurun, hipoksemia.
8) Elektrolit : sodium dan klorida mungkin rendah
9) Bilirubin mungkin meningkat.

2) Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan pada penyakit ini adalah :
1. Ketidakeftifan bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan
sputum dalam jumlah berlebihan dibuktikan dengan dispnea dan batuk.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran
alveolar-kapiler dibuktikan dengan hipoksia.
3. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologi dibuktikan dengan
perilaku distraksi.
4. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer kurang pengetahuna dibuktikan
dengan perubahan karakteristik kulit.
5. Risiko ketidakseimbangan elektrolit berbuhubungan dengan diare.
6. Ketidakseimbangan nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan
mencerna makanan dibuktikan dengan penurunan berat badan dengan
asupan makan adekuat.
7. Resiko tinggi penyebaran infeksi berhubungan imunosupresi.
8. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme
dibuktikan dengan kulit kemerahan.
9. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan gangguan sensorik
dibuktikan dengan oliguria
10. Risiko intoleransi aktivitas berhubungan dengan masalah pernapasan.
3) Rencana Intervensi
Contoh rencana intervensi pada pasien dengan kasus pneumonia dan
bronkopneumonia, antara lain:
Ketidakeftifan bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan

Pneumonia dan Bronkopneumonia Page 37


sputum dalam jumlah berlebihan dibuktikan dengan dispnea dan batuk.
NOC NIC
Setelah diberikan tindakan, dalam 1. Observasi (Manajemen Jalan
waktu 2 X 24 jam didapatkan status Napas)
pernapasan : kepatenan jalan napas Kelola bronkodilator sebagaimana
dengan indikator : Dispena dari skala semestinya.
1 menjadi 2, batuk dari skala 2 2. Mandiri (Fisioterapi Dada)
menjadi 3. Lakukan fisioterapi dada minimal 2 jam
setalah makan.
3. Health Education (Pengurangan
Cemas)
Dorong keluarga untuk mendampingi
klien dengan cara yang tepat untuk
mengurangi rasa cemas.
4. Kolaborasi (Peningkatan
Manajemen Batuk)
Konsultasikan dengan tenaga kesehatan
lain mengenai penggunaan oksigen
tambahan.

Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran


alveolar-kapiler dibuktikan dengan hipoksia.
NOC NIC
Setelah diberikan tindakan, dalam 1. Observasi (Monitor Pernapasan)
waktu 1 X 24 jam didapatkan Monitor pola napas.
pengetahuan : Manajemen 2. Mandiri (Pengaturan Posisi)
pneumonia dengan indikator : Tanda Posisika pasien sesuai dengan
dan gejala komplikasi dari skala 1 kesejajaran tubuh yang tepat.
menjadi 2, strategi mencegah 3. Health Education (Peningkatan
komplikasi dari skala 2 menjadi 3. Koping)
Berikan penilaian mengenai
pemahaman klien terhadap penyakit.

Pneumonia dan Bronkopneumonia Page 38


4. Kolaborasi (Inteprestasi Data Lab.)
Laporkan pada dokter hasil lab apabila
terjadi perubahan pada nilai
laboratorium.

4) Implementasi
Implementasi merupakan tindakan yang dilakukan sesuai rencana intervensi
yang diberikan. Lakukan tindakan sesuai rencana intervensi dan cantumkan nama,
waktu serta tanda tangan yang melakukan tindakan.

5) Evaluasi
Hasil yang diharapkan pada proses perawatan pasien, yaitu:
1. Ketidakeftifan bersihan jalan napas tidak efektif berkurang.
2. Kerusakan pertukaran gas berkurang.
3. Nyeri akut berhubungan berkurang.
4. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berkurang.
5. Risiko ketidakseimbangan elektrolit berkurang.
6. Ketidakseimbangan nutrisi teratasi.
7. Resiko tinggi penyebaran infeksi berkurang.
8. Hipertermia teratasi.
9. Gangguan eliminasi urin teratasi
10. Risiko intoleransi aktivitas teratasi.

Pneumonia dan Bronkopneumonia Page 39


DAFTAR PUSTAKA

Djojodibroto, Darmanto. 2009. Respirologi (Respiratory Medicine). Jakarta:


Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Dorland, W.A. Newman. 2012. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Guyton, Arthur C. dan John E. Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedoktera n:
Edisi 11. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Muttaqin, Arif. 2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta:Salemba medika.
P.T., Jeremy, dkk. 2008. At a Glance Sistem Respirasi : Edisi Kedua.
Jakarta:Erlangga Medical Series.
Price, Sylvia A dan Lorraine M. Wilson. 2002. Patofisiologi: Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit : Volume 2: Edisi 6. Jakarta:Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Sibuea, Herdin W., dkk. 2005. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Rineka Cipta.
Somantri, Irman. 2007. Asuhan Keperawatan Pasien dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika.
Syaifuddin. 2011. Anatomi Fisiologi untuk Keperawatan dan Kebidanan :
Edidi 4. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Pneumonia dan Bronkopneumonia Page 40

Anda mungkin juga menyukai