Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. E DENGAN GANGGUAN PEMENUHUAN


KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT AKIBAT VIRAL INFECTION (FEBRIS)
DI RUANG ANYELIR RSUD WALED KABUPATEN CIREBON

Mata Kuliah Keperawatan Dasar Profesi Program Studi Profesi Ners

Disusun Oleh :
Kelompok 6
1. Amalia Sholiha (422J0019) 6. Melly Marlina (422J0113)
2. Anggi Nur Fazriyah (422J0020) 7. Ratna Komala (422J0112)
3. Candy Nugraha (422J0010) 8. Reva Nuryani (422J0040)
4. Evi Febrianti (422J0012) 9. Septian Dwi Prasetyo (422J0039)
5. Juju Juniasih (422J0041) 1 Try Martyas (422J0111)
0

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAHARDIKA
CIREBON
2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb. Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat


Allah SWT atas limpahan rahmat dan anugerah dari-Nya serta izin dan ridho-
Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Pada An. E Dengan Gangguan Pemenuhuan Kebutuhan Cairan Dan
Elektrolit Akibat Febris Di Ruang Anyelir RSUD Waled Kabupaten Cirebon”.
Laporan ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk
menyelesaikan Program Studi Profesi Ners di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Mahardika Cirebon serta untuk memperoleh ners.
Dalam penyusunan laporan ini, kami mendapatkan dukungan dan
bimbingan dari berbagai pihak, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Ns. Dewi Erna Marisa, S.Kep., M.kep sebagai Dosen pengampu yang
telah mengarahkan proses belajar mengajar dan praktik klinik sehingga
terselesaikannya penyusunan laporan dalam program pendidikan ners.
2. Bapak dr. M. Luthfi, Sp.PD. KHOM., FINASIM., MMRS, selaku Direktur
RSUD Waled Kabupaten Cirebon yang telah menyediakan lahan dan
kesempatan dalam usaha data yang diperlukan.
3. Ibu Ns. Diana Soniah, S.Kep selaku ketua tim di ruang anyelir RSUD Waled
Kabupaten Cirebon yang telah membimbing dan memfasilitasi dalam
melakukan praktik klinik.
4. Kedua orang tua kami, sebagai orang tua yang memberikan bantuan,
dukungan dan perhatian besar baik moral dan material.
5. Teman-teman kami yang telah memberikan saya dukungan dan bantuan
dengan sepenuh hati.

Dengan segala perhatian, bimbingan dan arahan dari berbagai pihak


akhirnya laporan ini dapat terselesaikan. Kami menyadari bahwa laporan ini
masih banyak kekurangan yang mungkin terdapat dalam penelitian laporan ini.
Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan untuk
perbaikan di masa yang akan datang.

i
Kami berharap agar laporan ini dapat bermanfaat untuk kami dan semua
pihak yang membutuhkan. Semoga Allah SWT berkenan meridhoi dan dapat
dijadikan sebagai suatu bentuk amal ibadah, Aamiin.

Cirebon, 20 Oktober 2022

K
Kelompok 6

ii
LAPORAN PENDAHULUAN

1.1. Konsep Kebutuhan Cairan dan Elektrolit


1.1.1. Definisi Kebutuhan Cairan dan Elektrolit
Cairan dan elektrolit merupakan komponen yang sangat
berpengaruhbagi tubuh. Kebutuhan cairan dan elektrolit merupakan
kebutuhan dasaryang dibutuhkan dasar yang dibutuhkan untuk
metabolisme tubuh. dalampemenuhannya diatur oleh sistem atau organ di
dalam tubuh seperti ginjal, kulit, paru-paru, dan gasrointestinal
sedangkan dalam pengaturankeseimbangan cairan diatur oleh mekanisme
rasa haus, sistem hormonalyaitu ADH dan aldosteron (Alimul, 2012).
Kebutuhan cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam tubuh
karena berguna untuk mengangkut zat makanan ke dalam sel, sisa
metabolisme, zat pelarut elektrolit dan non elektrolit, memelihara suhu
tubuh, mempermudah eliminasi, dan membantu pencernaan. Disamping
kebutuhan cairan, kebutuhan elektrolit (natrium, kalium, kalsium, klorida
dan fosfat) sangat penting untuk menjaga keseimbangan asam-basa,
kondisi saraf, kontraksi muskular dan osmolaritas. Kondisi tidak
terpenuhinya kebutuhan cairan dan elektrolit dapat mempengaruhi sistem
organ tubuh terutama ginjal. Untuk mempertahankan cairan dan elektrolit
dalam keadaan seimbang, maka pemasukan (intake) harus sesuai dengan
kebutuhan dan pengeluaran (output). Cairan dan elektrolit masuk ke
dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan intravena (IV) dan
didistribusi ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit
berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke
dalam seluruh bagian tubuh. Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok
besar yaitu: cairan intraseluler dan cairan ekstraseluler (Fitriana &
Sutanto, 2017).
1.1.2. Fisiologi Sistem / Fungsi Normal Sistem Kebutuhan Cairan dan
Elektrolit
1. Cairan dan Elektrolit

1
Cairan dan Elektrolit masuk melalui makanan, minuman dan cairan
intravena (IV) Andi distribusikan ke seluruh tubuh. keseimbangan
cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya. Jika
salah satu terganggu maka akan terpenuhi pada yang lainnya.
Seluruh jalan tubuh manusia distribusikan diantaranya terdiri atas dua
kompartemen utama yang dipisahkan oleh membran semipermeabel
kedua kompartemen tersebut adalah intraseluler dan ekstraseluler.
Sekitar 65% cairan tubuh berada dalam sel atau intraseluler. Sisanya
35% cairan tubuh berada di luar sel atau ekstraseluler. Kompartemen
Ekstraseluler selanjutnya dibagi menjadi tiga sub divisi yaitu
interstisial adalah cairan antara sel dan di sekitar pembuluh darah
25% adalah cairan di dalam pembuluh darah dapat disebabkan
plasma darah 8% transeluler adalah air mata dan juga cairan spinal,
sinovial, peritoneal, perikardial dan pleural 25% (Rekha, 2017)
2. Mekanisme Pergerakan Cairan dan Elektrolit
Mekanisme pergelaran cara tubuh melalui tiga proses menurut
Trwoto dan Wartonah (2010), yaitu:
1) Difusi adalah proses perpindahan partikel cairan dari konsentrasi
tinggi ke konsentrasi rendah sampai terjadi keseimbangan.
Cairan elektrolit difungsikan menembus membran sel titik
kecepatan difusi dipengaruhi oleh ukuran molekul, konsentrasi
larutan dan temperatur.
2) Transfer aktif partikel bergerak dari konsentrasi rendah ke tinggi
karena adanya daya aktif dari tubuh seperti pompa jantung.
3) Osmosis adalah bergeraknya pelarut bersih seperti air melalui
membran semipermeabel dari larutan yang berkonsentrasi lebih
rendah.
1.1.3. Patofisiologi
Kekurangan volume cairan terjadi ketika tubuh kehilangan cairan
dan elektrolit ekstraseluler dalam jumlah yang proporsional (isotonik).
Kondisi seperti ini disebut juga hipovolemia. Umumnya, gangguan ini

2
diawali dengan kehilangan cairan ekstraseluler, lalu diikuti dengan
perpindahan cairan intraseluler menuju intravaskuler sehingga
menyebabkan penurunan cairan ekstraseluler. Untuk mengkompensasi
kondisi ini, tubuh melakukan pemindahan cairan intraseluler. Secara
umum, defisit volume cairan disebabkan oleh beberapa hal yaitu
kehilangan cairan abnormal melalui kulit, penurunan asupan cairan,
perdarahan dan pergerakan cairan ke lokasi ketiga (lokasi tempat cairan
berpindah dan tidak mudah untuk mengembalikannya ke lokasi semula
dalam kondisi cairan ekstraseluler istirahat). Cairan dapat berpindah dari
lokasi intravaskuler menuju lokasi potensial seperti pleura, peritonium,
perikardium atau rongga sendi. Selain itu, kondisi tertentu, seperti
terperangkapnya cairan dalam saluran pencernaan, dapat terjadi akibat
obstruksi saluran pencernaan (Alimul, A. & Hidayat, 2012)
1.1.4. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala klinik yang mungkin didapatkan pada kliien
dengan kekurangan cairan dan elektrolit antara lain (Alimul, A. &
Hidayat, 2012):
a. Pusing
b. Kelemahan
c. Keletihan
d. Sinkope
e. Anoreksia
f. Mual
g. Muntah
h. Haus
i. Kekacauan mental
j. Konstipasi
k. Oliguria
Tergantung jenis kehilangan cairan dapat disertai
ketidakseimbangan asam basa, osmolar/elektrolit. Penipisan (CES) berat
dapat menimbulkan syok hipovolemik. Mekanisme kompensasi tubuh

3
pada kondisi hipovolemia adalah dapat berupa peningkatan rangsangan
sistem syaraf simpatis (peningkatan frekuensi jantung, intropik (kontraksi
jantung dan tahanan vaskuler), rasa haus, pelepasan hormon, antidiuretik
(ADH), dan pelepasan aldosteron. Kondisi hipovolemia yang lama
menimbulkan gagal ginjal akut (Alimul, A. & Hidayat, 2012).
1.1.5. Kebutuhan Cairan menurut Berat Badan
Menurut Pranata (2013), kebutuhan cairan menurut berat badan
adalah sebagai berikut:

No
Umur BB (Kg) Cairan (ml/24jam)
.
1 3 hari 3,0 250 ─ 300
2 1 tahun 9,5 1150 ─ 3000
3 2 tahun 11,8 1350 ─ 1500
4 6 tahun 20 1800 ─ 2000
5 10 tahun 28,7 2000 ─ 2500
6 14 tahun 45 2200 ─ 2700
7 16 tahun (adult) 54 2200 ─ 2700

1.1.6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Fungsi Sistem


Cairan dan Elektrolit
Menurut Pranata (2013) banyak faktor yang mempengaruhi
keseimbangan cairan dan elektrolit. Berikut ini merupakan hal-hal yang
bisa mempengauhi keseimbangan cairan dan elektrolit, yaitu:
1. Usia
Usia merupakan tahap kehidupan seseorang dimana terjadi
pertumbuhan dan perkembangan yang sistematis secara normal,
kebutuhan cairan dan elektrolit akan berjalan seiringnya perubahan
perkembangan seseorang. Akan tetapi, hal ini bisa berubah jika
terdapat penyakit. Dikarenakan faktor penyakit ini akan mengganggu
status homeostasis cairan dan elektrolit. Berikut ini kebutuhan cairan
dan elektrolit sesuai rentang usia:

4
1) Bayi
Proporsi cairan dalam tubuh bayi lebih besar daripada orang
dewasa. Meskipun demikian, dalam menjaga status keseimbangan
cairan pada bayi lebih rumit daripada orang dewasa. Karena bayi
mengekskresikan volume air dalam jumlah yang besar, sehingga
asupan cairan juga harus besar untuk menjaga keseimbangan
tersebut.
2) Anak
Pada anak kebutuhan cairan masih cukup tinggi. Pada masa
pertumbuhan ini sering terganggu oleh penyakit sehingga
berdampak pula dengan keseimbangan cairan dan elektrolit yang
menjadi kurang stabil. Kondisi ini memicu terjadinya pengeluaran
cairan lebih besar dari dalam tubuh dan terjadi dalam bentuk
insensible water loss.
3) Dewasa
Pada masa remaja terjadi beberapa perubahan anatomis dan
fisilogis yang berdampak pada status metabolik. Dengan
peningkatan metabolik maka jumlah air juga meningkat.
Hormonal yang telah berubah juga mempengaruhi kebutuhan
cairan pada masa ini. Pada masa lansia organ utama dalam
keseimbangan cairan dan elektrolit yaitu ginjal juga mengalami
penurunan fungsi. Penyakit yang diderita pada lansia juga
menyebabkan perubahan pada keseimbangan cairan dan elektrolit,
seperti diabetes melitus, kanker atau gangguan kardiovaskuler.
Terapi obat deuretik pada lansia juga akan berdampak pada defisit
cairan dan elektrolit.
4) Ukuran tubuh
Proporsional tubuh berbanding lurus dengan kebutuhan cairan.
Selain proporsi ukuran tubuh, komposisi dalam tubuh pun ikut
mempengaruhi jumlah total cairan di dalam tubuh. Lemak (lipid)
sebagai jaringan yang tidak bisa menyatu dengan air akan

5
memiliki kandungan air yang minimal. Sehingga pada wanita yang
obesitas kandungan air dalam tubuhnya lebih sedikit daripada
wanita dengan berat badan tubuh normal.
5) Temperatur Lingkungan
Suhu lingkungan juga mempengaruhi kebutuhan caian dan
elektrolit seseorang. Di saat suhu lingkungan mengalami
peningkatan, maka keringat akan diproduksi lebih banyak untuk
menjaga kelembaban kulit dan mendinginkan permukaan kulit
yang panas. Pada kondisi suhu lingkungan yang dingin, pori-pori
tubuh mengecil dan sedikit untuk memproduksi keringat karena
kulit sudah lembab. Berbeda di ginjal, dimana aldosterone akan
menurun. Sehingga urine yang diekskresikan akan lebih banyak.
6) Gaya hidup
Gaya hidup pada keseimbangan cairan dan elektrolit meliputi diet,
stres, serta olahraga.
a) Diet
Dalam mempertahankan status cairan dan elektrolit, secara
langsung asupan yang seimbang akan menjadi balance cairan.
b) Stres
Stress akan meningkatkan beberapa hormon, seperti
aldosterone, glukokortikoid serta ADH. Hormon aldosterone
dan glukokortikoid akan menyebabkan retensi natrium,
sehingga air juga akan tertahan. Dampak dari ADH adalah
penurunan jumlah urine.
c) Olahraga
Olahraga memerlukan energi lebih besar dari biasanya,
sehingga memicu peningkatan kehilangan air yang tidak
disadari (insible water loss).

6
1.1.7. Macam-Macam Gangguan yang Mungkin Terjadi Pada Sistem
Cairan dan Elektrolit
Gangguan pada sistem cairan dan elektrolit yang umum sering
ditemukan pada kasus-kasus di rumah sakit. Keadaan-keadaan tersebut
adalah (Waterhouse, 2020):
1. Hiponatremia
Menurut Waterhouse (2012) 90% kalsium terikat dalam albumin,
sehingga kondisi hipokalsemia biasanya terjadi pada pasien dengan
hipoalbuminemia. Hipokalsemia disebabkan karena
hipoparatiroidism, kongenital, idiopatik, defisiensi vit D, defisiensi
125(OH)2D3 pada gagal ginjal kronik, dan hiperfosfatemia. Gejala-
gejala hipokalsemia meliputi tetani dengan spasme karpopedal,
adanya tanda Chovsteks, kulit kering, gelisah, gangguan girama
jantung. Hipokalsemia adalah suatu kondisi yang gawat darurat
karena menyebabkan kejang umum dan henti jantung. Dapat
diberikan 20-30 ml preparat kalsium glukonas 10% atau CaCl 10%
dapat diulang 30-60 menit kemudian sampai tercapai kadar kalsium
plasma yang optimal. Pada kasus kronik, dapat dilanjutkan dengan
terapi per oral (Miller, 2015).
2. Hipernatremia
Jika kadar natrium > 150 mg/L maka akan timbul gejala berupa
perubahan mental, letargi, kejang, koma, lemah. Hipernatremi dapat
disebabkan oleh kehilangan cairan (yang disebabkan oleh diare,
muntah, diuresis, diabetes insipidus, keringat berlebihan), asupan air
kurang, asupan natrium berlebihan. Terapi keadaan ini adalah
penggantian cairan dengan 5% dekstrose dalam air (Waterhouse,
2013)
3. Hipokalemia
Menurut Butterworh (2013) nilai normal Kalium plasma adalah 3,5-
4,5 mEq/L. Disebut hipokalemia apabila kadar kalium <3,5mEq/L.

7
Dapat terjadi akibat dari redistribusi akut kalium dari cairan
ekstraselular ke intraselular atau dari pengurangan kronis kadar total
kalium tubuh. Tanda dan gejala hipokalemia dapat berupa perasaan
lemah, otot-otot lemas,gangguan irama jantung. Terapi hipokalemia
dapat berupa koreksi secara oral dengan memberikan masukan
makanan yang kaya dengan kalium, seperti buah-buahan, ikan, sayur-
sayuran, dan kaldu. Sedangkan terapi untuk gawat darurat dapat di
koreksi secara parenteral tetes kontinyu, tidak boleh memberikan
preparat K langsung intravenous karena bisa
mengakibatkan henti jantung. Preparat yang diberikan bisa dalam
bentuk K-Bikarbonat atau Kcl. Selama pemberian, kadar K plasma
harus dipantau setiap jam. Rumus yang digunakan untuk koreksi:
Defisit K = K (normal) – K (hasil pemeriksaan) x 0,4 x BB
4. Hiperkalemia
Hiperkalemia adalah jika kadar kalium > 5 mEq/L. Hiperkalemia
sering terjadi karena insufisiensi renal atau obat yang membatasi
ekskresi kalium (NSAIDs, ACE-inhibitor, siklosporin, diuretik).
Tanda dan gejalanya terutama melibatkan susunan saraf pusat
(parestesia, kelemahan otot) dan sistem kardiovaskular (disritmik,
perubahan EKG) (Butterworh, 2013).
5. Hipokalsemia
Menurut Miller (2015) 90% kalsium terikat dalam albumin, sehingga
kondisi hipokalsemia biasanya terjadi pada pasien dengan
hipoalbuminemia. Hipokalsemia disebabkan karena
hipoparatiroidism, kongenital, idiopatik, defisiensi vit D, defisiensi
125(OH)2D3 pada gagal ginjal kronik, dan hiperfosfatemia. Gejala-
gejala hipokalsemia meliputi tetani dengan spasme karpopedal,
adanya tanda Chovsteks, kulit kering, gelisah, gangguan girama
jantung. Hipokalsemia adalah suatu kondisi yang gawat darurat
karena menyebabkan kejang umum dan henti jantung. Dapat
diberikan 20-30 ml preparat kalsium glukonas 10% atau CaCl 10%

8
dapat diulang 30-60 menit kemudian sampai tercapai kadar kalsium
plasma yang optimal. Pada kasus kronik, dapat dilanjutkan dengan
terapi per oral (Stoelting, 2015).

1.1.8. Cara Pengeluaran Cairan


Pengeluaran cairan terjadi melalui organ ginjal, kulit, paru-paru,
dan gastrointestinal:
1. Ginjal
1) Merupakan pengatur utama keseimbangan cairan yang menerima
170 liter darah untuk disaring setiap hari.
2) Produksi urine untuk semua usia 1 ml/kg/jam
3) Pada orang dewaasa produksi urine sekitar 1,5 liter/hari.
4) Jumlah urine yang dipprosuksi oleh ADH dan Aldosteron.
2. Kulit
1) Hilangnya cairan melalui kulit diatur oleh saraf simpatis yang
menerima rangsang aktivitas kelenjar keringat
2) Rangsangan kelenjar keringat dapat dihasilkan dari aktivitas otot,
temperatur lingkungan yang meningkat dan demam.
3) Disebut Insimsible Water Loss (IWL) sekitar 15 – 20 ml/24 jam.
3. Paru – paru
1) Menghasilkan IWL sekitar 400 ml/hari
2) Meningkatkan cairan yang hilang sebagai respon terhadap
perubahan kecepatan dan kedalaman nafas akibat pergerakan atau
demam.
4. Gastrointestinal
1) Dalam kondisi normal cairan yang hilang dari gastrointestinal
setiap hari sekitar 100 – 200 ml.
2) Perhitungan IWL secara keseluruhan adalah 10 – 15 cc/kg BB/24
jam, dengan kenaikan 10 % dari IWL pada setiap kenaikan suhu
1O C. (Tarwoto & Wartonah, 2010).

9
1.2. Konsep Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Kebutuhan
Cairan dan Elektrolit
1. Pengkajian Fokus
1) Riwayat keperawatan
a. Pemasukan dan pengeluaran cairan dan makanan (oral, parenteral)
b. Tanda umum masalah elektrolit
c. Tanda kekurangan dan kelebihan caira
d. Proses penyakit yang menyebabkan gangguan homeostatis cairan
dan elektrolit
e. Pengobatan tertentu yang sedang dijalani dapat mengganggu minus
status cairan
f. Status perkembangan seperti usia atau status social
g. Faktor psikologis seperti perilaku emosional yang mengganggu
pengobatan
2. Pengukuran klinik
1) Berat badan
Kehilangan/bertambahnya berat badan menunjukkan adanya masalah
keseimbangan cairan.
a) ± 2% : Ringan
b) ± 5% : Sedang
c) ± 10% : Berat
Pengukuran berat badan dilakukan setiap hari pada waktu yang sama.
2) Keadaan Umum
Pengukuran tanda vital seperti suhu, tekanan darah, nadi, pernafasan,
dan tingkat kesadaran.
3) Pengukuran pemasukan cairan
a) Cairan oral : NGT dan oral
b) Cairan parenteral termasuk obat-obatan IV
c) Makanan yang cenderung mengandung air
d) Irigasi kateter atau NGT

10
4) Pengukuran pengeluaran cairan
a) Urine : volume, kejernihan/kepekatan
b) Feses: jumlah dan konsentrasi
c) Muntah
d) Tube drainase
e) IWL
5) Ukur keseimbangan cairan dengan akurat : normalnya sekitar ± 200cc.
3. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada kebutuhan cairan dan elektrolit difokuskan pada:
1) Integumen : keadaan turgor kulit, edema, kelelahan, kelemahan otot,
tetani, dan sensasi rasa.
2) Kardiovaskuler : detensi vena jugularis, tekanan darah, hemoglobin,
dan bunyi jantung.
3) Mata : cekung, air mata kering
4) Neurologi : reflek, gangguan motorik dan sensorik, tingkat kesadaran.
5) Gastrointestinal : keadaan mukosa mulut, mulut dan lidah, muntah-
muntah, dan bising usus.
4. Pemeriksaan Laboratorium
1) Pemeriksaan darah lengkap : pemeriksaan ini meliputi jumlah sel
darah, hemoglobin (Hb), dan hematokrit (Ht).
a. Ht naik : adanya dehidrasi berat dan gejala syok
b. Ht turun : adanya pendarahan akut, masif, dan reaksi hemolitik
c. Hb naik : adanya hemokonsentrasi
d. Hb turun : adanya pendarahan hebat, reaksi hemolitik
2) Pemeriksaan elektrolit serum : pemeriksaan ini dilakukan untuk
mengetahui kadar natrium, kalium, klorida, ion bikarbonat.
3) pH dan berat jenis urin : berat jenis menunjukkan kemampuan ginjal
untuk mengatur konsentrasi urine, normalnya pH urine adalah 4,5-8
dan berat jenisnya 1,003-1,030.
4) Analisa gas darah : biasanya yang biasa diperiksa adalah pH, PO,
HCO, PCO, dan saturasi O2.

11
a. PCO2 normal : 35-40 mmHg
b. PO2 normal : 80-100 Hg
c. HCO3 normal : 25-29 mEq/l
d. Saturasi O2 adalah perbandingan oksigen dalam darah dengan
jumlah oksigen yang dapat dibawa oleh darah, normalnya di arteri
(95%-98%) dan vena (60%-85%) (Tarwoto & Wartonah, 2010)
5. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul (SDKI, 2017):
1) Diagnosa 1: Hipertermia
a. Definisi
Suhu tubuh meningkat di atas rentang normal tubuh.
b. Batasan karakteristik
1. Proses infeksi
2. Hipertiroid
3. Stroke
4. Dehidrasi
5. Trauma
6. prematuritas
c. Faktor yang berhubungan
1. Dehidrasi
2. Terpapar lingkungan panas
3. Proses penyakit (mis. Infeksi, kanker)
4. Ketidaksesuaian pakaian dengan suhu tubuh
5. Peningkatan laju metabolisme
6. Respon trauma
7. Aktivitas berlebihan
8. Penggunaan inkubator
6. Perencanaan
1) Tujuan dan kriteria hasil
Bertujuan untuk pengaturan suhu tubuh agar tetap berada pada
rentang normal dengan kriteria hasil (SLKI, 2019):
a. Menggigil

12
b. Kulit merah
c. Kejang
d. Akrosianosis
e. Konsumsi oksigen
f. Piloereksi
g. Vasokontriksi perifer
h. Kutis memorata
i. Pucat
j. Takikardi
k. Takipnea
l. Bradikardi
m. Dasar kuku sianotik
n. Hipoksia
o. Suhu tubuh
p. Suhu kilit
q. Kadasr glukosa darah
r. Pengisian kapiler
s. Ventilasi
t. Tekanan darah
2) Intervensi keperawatan dan rasional (SIKI, 2018)
Manajemen hipertermia adalah mengidentifikas dan mengelola
peningkatan suhu tubuh akibat disfungsi termoregulasi.
Observasi:
a. Identifikasi penyebab hipertermia
b. Monitor suhu tubuh
c. Monitor kadar elektrolit
d. Monitor keluaran urine
e. Monitor komplikasi akibat hipertermi
Terapeutik:
a. Sediakan lingkungan yang dingin
b. Longgarkan atau lepaskan pakaian

13
c. Basahi dan kipasi permukaan tubuh
d. Berikan cairan oral
e. Gabti linen setiap hari atau lebih jika sering mengalami
hyperhidrosis
f. Lakukan pendinginan eksternal
g. Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
h. Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
a. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi:
a. Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena.

14
DAFTAR PUSTAKA

Alimul, A. & Hidayat. (2012). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplkasi


Konsep dan Proses Keperawatan 1st edn. Jakarta: Salemba Medika.
Butterworth JF, Mackey DC, Wasnick JD. (2015). Management of Patients with
Fluid and Electrolyte Disturbances. Dalam Morgan & Mikhail’s Clinical
Anesthesiology 5th ed. New York: Mc-Graw Hill.
Waterhouse BR, Famery AD. (2012). The Organization and Composition of Body
Fluids. Anaesthesia & Intensive Care Medicine.
Miller RD. (2015). Miller’s Anesthesia. 8th Edition. Philadelphia, PA: Elsevier
Saunders.
Stoelting RK, Rathmell JP, Flood P, Shafer S. (2015). Intravenous Fluids and
Electrolytes. Dalam Handbook of Pharmacology and Physiology in
Anesthetic Practice 3rd ed. Philadelphia: Wolters Kluwer Health.
Susanto A. V., & Fitriana, Y. (2017). Kebutuhan Dasar Manusia. Yogjakarta:
Pustaka Baru Press
Tarwoto & Wartonah. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses
Keperawatan Edisi 4. Salemba Medika: Jakarta
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta: PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Jakarta: PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta: PPNI.

15
LAPORAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. E DENGAN GANGGUAN
PEMENUHUAN KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT AKIBAT
VIRAL INFECTION (FEBRIS) DI RUANG ANYELIR RSUD WALED
KABUPATEN CIREBON

A. Pengkajian Data
1. Identitas Klien
Nama klien (inisial) : An. E
Tempat tanggal lahir (umur) : 6 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Kristen
Status material : Belum menikah
Suku Bangsa : Batak, Indonesia
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Perum Gebang Permai
RT/RW001/006 Blok C Desa Gebang Kec. Gebang Ilir Kab. Cirebon
Jawa Barat
Diagnosa Medis : Febris - Viral Infection
No. RekMed : 22961392
Tanggal masuk : 02 Oktober 2022
Tanggal Pengkajian : 04 Oktober 2022

Identitas Penanggung Jawab


Nama : Ny. S
Umur : 29 tahun
Agama : Kristen
Status marital : Menikah
Pendidikan : Tidak terkaji
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

16
Suku Bangsa : Batak
Hubungan dengan pasien : Orang tua (Ibu kandung)
Alamat : Perum Gebang Permai
RT/RW001/006 Blok C Desa Gebang Kec. Gebang Ilir Kab. Cirebon
Jawa Barat
2. Keluhan Utama
Demam
-P :Pasien mengatakan lemas.
-Q :Pasien mengatakan nyeri perut dan merasa mual.
-R : Pasien mengatakan nyeri perut dan nyeri seluruh badan (pegal
pegal)
-S : Pasien mengatakan demam dengan suhu 38,5°C
-T : Nyeri kepala muncul pada saat pasien melakukan aktivitas dan
nyeri kepala berkurang pada saat pasien istirahat dan minum obat.
3. Keluhan pada saat di kaji
- Orang tua pasien mengatakan anaknya nyeri kepala (pusing)
- Orang tua pasien mengatakan badan anaknya nyeri dan pegal.
- Orang tua pasien mengatakan anaknya demam.
- Orang tua pasien mengatakan anaknya lemas.
- Orang tua pasien mengatakan anaknya belum BAB 5 hari.
- Orang tua pasien mengatakan anaknya sempat mimisan. Orang tua
pasien mengatakan anaknya hanya makan sedikit selama perawatan
sebanyak 3 sendok karena merasa mual.
4. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien diantar keluarganya datang ke IGD RSUD Waled pada tanggal
02 Oktober 2022 dengan keluhan utama demam tinggi sejak 4 haru
dengan suhu 38,5°C, demam berlangsung terus menerus, lemas, mual,
muntah, nyeri kepala hebat serta badan terasa nyeri dan pegal-pegal.
Keluarga pasien juga mengatakan anaknya makan hanya 3 suap
selama sakit, tetapi makanannya dimuntahkan kembali, nafsu makan

17
minum menurun. Sebelum ke RS pasien pernah dibawa ke Puskesmas
terdekat tetapi tidak ada perubahan. Pada tanggal 2 Oktober 2022
pasien dipindahkan dari IGD ke Ruang Anyelir bed B3 dengan
diagnosa Viral Infection (Febris).
b. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Keluarga pasien mengatakan pasien tidak pernah memiliki riwayat
penyakit yang diderita, pasien juga belum oernah dirawat di RS
sebelumnya, pasien belum pernah mengalami operasi, kelusrga pasien
juga mengatakan pasien tidak pernah mengalami kecelakaan atau
trauma, pasien juga tidak pernah memiliki alergi apapun baik obat-
obatan maupun makanan.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
- Riwayat Penyakit yang Dialami Keluarga
Keluarga pasien mengatakan bahwa dalam keluarganya tidak ada
yang memiliki riwayat hipertensi dan diabetes/ keturunan.
- Genogram :

An.
E
Keterangan:
: Laki-laki

: Perempuan

An. : Pasien
E

18
5. Riwayat Obat-obatan dan Alergi
Keluarga mengatakan tidak mempunyai Riwayat penyakit alergi terhadap
obat-obatan.
6. Pemeriksaan Fisik
1. Penampilan umum
a. Keadaan umum
Pasien terlihat lemah, mukosa mulut kering, demam, terpasang infus.
b. Keadaan postur
Postur normal, tidak mengalami kifosis, lordosis maupun skoliosis
c. Higiene
Pasien terlihat bersih karena orangtuanya sering membersihkan
badan anaknya dengan tisu basah selama dirawat.
2. Kesadaran : compos mentis, GDC : 15, E:4, V:5, m:6
3. Tanda-tanda vital
a. TD : 110/70 mmHg
b. S : 38,50C
c. N : 115 x/menit
d. R : 22 x/menit
e. Spo2 : 99 %
4. Pengukuran antropometri
a. Berat badan : 25 kg
b. Tinggi badan : 115 cm
c. Lingkar kepala : 50 cm
d. Lingkar dada :
e. Lingkar lengan atas : 17,5 cm
5. Head to toe
a. Kulit
1. Warna : sawo matang
2. Tekstur : lembut
3. Suhu : hangat
4. Turgor : CRT < 3 detik

19
5. Higiene : bersih
6. Keadaan : tidak ada lesi atau edema
b. Kepala
1. Bentuk : oval
2. Kesimetrisa : simetris antara kanan dan kiri
3. Hygiene kulit kepala : bersih
4. Keadaan : tidak ada distribusi
5. Rambut : warna rambut itam dan lurus
c. Mata
1. Bentuk : bulat
2. Kesimetrisan : simetris antara kanan dan kiri
3. Kelopak mata : normal dapat berkedip
4. Konjungtiva : anemis
5. Sklera : anikterik
6. Pupil : isokor
7. Refleks kornea : baru disentuh kelopak mata menutup
8. Fungsi penglihatan : normal, penglihatan jelas
9. Lapang pandang : normal, pasien bisa membaca
d. Hidung
1. Bentuk : normal
2. Kesimetrisan : simetris antara kanan dan kiri
3. Hygiene kulit kepala : bersih, tidak ada sekret
4. Septum : terdapat 2 septum
5. Membran mukosa : merah muda
6. Refleks bersin : ada dan normal jika diberi rangsangan
7. Fungsi penciuman : pasien dapat mencium bau-bauan
e. Telinga
1. Bentuk : normal, dengan bentuk attached lobe ear
2. Kesimetrisan : simetris antara kanan dan kiri
3. Hygiene : terdapat serumen
4. Fungsi pendengaran : pasien dapat mendengar dengan baik

20
5. Tes weber : normal, tidak ada gangguan di pendengaran
6. Tes rinne : normal , tidak ada gangguan di
pendengaran
7. Tes schwabach : normal , tidak ada gangguan di
pendengaran
f. Mulut
1. Bibir : pucat
2. Bentuk : normal, tidak mengalami bibir
sumbing
3. Jumlah dan keadaan gigi : terdapat 32 gigi, 16 gigi atas, 16
gigi bawah
4. Gusi : merah mudah
5. Warna dan keadaan lidah : merah muda, tidak mengalami
pendarahan
6. Mukosa : mukosa mulut kuring
7. Tonsil : tidak ada pembesaran
8. Fungsi pengecapan : normal, mampu mengecap rasa
9. Refleks batuk : ada dan normal
g. Leher :
1. Bentuk : simetris
2. Kelenjar tiroed : tidak ada pembesaran
3. Arteri karotis : tidak ada pembesaran
4. Kelenjar limfe : tidak ada pembesaran
5. Vena jugularis : tidak ada pembesaran
6. Pergerakan : normal, dapat bergerak kiri-kanan, atas-
bawah
h. Dada
1. Bentuk : normal
2. Kesimetrisan : simetris kanan dan kiri
3. Retraksi stoma : normal
4. Ukuran mamae : normal

21
i. Paru-paru
1. Kesimetrisan : simetris kanan dan kiri
2. Bunyi napas : vesikuler, tidak ada bunyi nafas tambahan
3. Kedalaman nafas : normal
4. Vocal fremitus : normal
j. Jantung
1. Ukuran : sekepal tangan pasien
2. Bunyi jantung : lupdup, tidak ada bunyi jantung murmur
3. Irama jantung : teratur
k. Abdomen
1. Ukuran, kontur : sesuai usia
2. Bising usus : bising usus
hiperaktif
3. Palpasi (lambung, hepar, limfe, ginjal) : ada, tidak ada
pembesaran hepar
l. Genitalia
Jenis kelamin laki-laki, higiene bersih, terdapat lubang anus,
kebersihan anus bersih
m. Punggung
Simetris antara kanan dan kiri, keadaan tulang normal
n. Ekstremitas
1. Kesimetrisan : simetris antara ekstremitas atas dan bawah ,
terpasang infusan ditangan kanan
2. Jari-jari : normal dan simetris
3. Tonus otot : 4 (1-5)
4. Keadaan : bersih
5. CRT : 3 detik
6. ROM : normal, mengikuti perintah
7. Kuku : berwarna pink keadaan kuku bersih dan terdapat
beberapa kuku yang panjang
8. Tidak ada lesi

22
7. Pola Kebiasaan Sehari-hari
No. Pola kebiasaan sehari-hari Sebelum sakit Saat sakit
1. Nutrisi
a. Makan
Frekuensi 3x1/hari 3x1/hari
Porsi 1 porsi 1/4 porsi
Jenis makanan Nasi Bubur
Pantangan makanan Tidak ada Tidak ada
Masalah Tidak ada Tidak ada
b. Minum
Frekuensi ±1300 ml ±1000 ml
Porsi 3-5 gelas 2-3 gelas
Jenis minuman Air putih Air putih
Pantangan Tidak ada Es/minuman
Masalah Tidak ada dingin
Tidak ada
2. Eliminasi
a. BAK
Frekuensi 3x1 3x1
Jumlah ±600 cc ±500 cc
Warna Kuning Kuning
Bau Khas urine Khas urine
Problem Tidak ada Tidak ada
b. BAB
Frekuensi 2x1/hari Belum BAB
Konsistensi Lembek Belum BAB
Warna Kuning Belum BAB
Bau Khas feses Belum BAB
Problem Tidak ada Sulit BAB

3. Personal Hygiene
a. Mandi 2x1/hari Dilap dengan tisu
b. Gosok gigi 2x1/hari basah
c. Gunting kuku Jika panjang Belum pernah
d. Cuci rambut 2-3x dalam Belum pernah
e. Mengganti pakaian seminggu Belum pernah
f. Masalah 2x1/ hari Tidak ada
Tidak ada
4. Aktivitas Mandiri Dibantu

8. Data Psikologis

23
Klien menyadari adanya penyakit yang dialaminya dan keluarga klien
dengan klien berusaha untuk bisa cepat sembuh
9. Data Spiritual
Klien yakin dengan Tuhan-Nya bahwa klien bisa sembuh dari
penyakitnya dan klien selalu berdoa untuk kesembuhannya.
10. Data Sosial
Klien mampu berkomunikasi dengan orang sekitarnya
11. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
Waktu pengambilan spesiem : 2/10/2022
Waktu validasi : 2/10/2022
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal

Hemoglobin 13.84 13,5-17,5


Hematokrit 39 36-48
Trombosit 215 150-400
Leukosit 5.1 5-11
MCV 81.1 77-91
MCH 27.9 24-30
MCHC 34.3 32-36
Eritrosit 4.81 4.1-5.3
Basofil 0 0-1
Eosinofil 1 2-4
Neutrofil batang 0 3-5
Neutrofil Segmen 83 50-80
Limfosit% 8 25-40
Monosil% 9 2-8
Kimia klinik
Elektrolit
NA 130.8 138-145
K 4.46 3.3-4.6
CI 102.1 98-106

24
GDC stick 1 77 80-135
12. Terapi Obat
Jenis Dosis Cara pemberian Keterangan
Futrolit 3 ccc/kgBB/jam IV Untuk mengatasi
keseimbangan cairan
dan elektrolit agar
tidak terjadi
dehidrasi
Santagesik 3x250 gram IV Untuk menurunkan
demam
Paracetamol 3x250 gram IV Untuk menurunkan
demam
Anbacim 2x750 mg IV Untuk mengatasi
penyakit akibat
infeksi bakteri
Ranitidin 2x20 mg IV Untuk mengatasi dan
mencegah rasa panas
pada perut, sakit
perut dan maagh.

B. Analisis Data

No Data Etiologi Problem


1. DS : Agen infeksius mediator Hipertermia
- Ibu pasien inflamasi (D.0130)
mengatakan
anaknya demam Monosit/makrofag
tinggi sejak 4 hari
yang lalu Sitokin pirogen

- Demam terus
menerus Mempengaruhi

- Ibu pasien hipotalamus anterior

mengatakan
Demam
demam dengan
suhu 38,5⸰C
Peningkatan suhu tubuh

DO :

25
- Tekanan darah : Hipertermia
107/72 mmHg
Suhu : 38,5⸰C
Nadi : 115
x/menit
Respirasi : 22
x/menit
SPO2 : 99 %
- Akral hangat
- Kulit hangat
2. DS : Dehidrasi Risiko defisit
- Ibu pasien nutrisi
mengatakan Tubuh kelilangan cairan (D.0032)
anaknya setiap
makan hanya 3 Penurunan cairan intrasel

suap selama sakit


- Adanya mual Demam

- Lemas
PH berkurang
- Nafsu makan
menurun
Intake makanan
berkurang
DO :
- Klien tampak
Resiko defisit nutrisi
lemas
- Klien Nampak
tidak nafsu makan
- Bibir pucat
- Mukosa mulut
kering
- Porsi makan klien
hanya ¼ x/hari

26
C. Diagnosa Keperawatan Prioritas
1. Hipertermia berhubungan dengan Proses Penyakit (Infeksi Mediator
Inflamasi) ditandai dengan Peningkatan Suhu Tubuh Diatas Normal
(38,5ºC).
2. Risiko Defisit Nutrisi berhubungan dengan Ketidakmampuan Mencerna
Makanan ditandai dengan Nafsu Makan Menurun.

D. Nursing Care Plan

N Diagnosa Perencanaan
O Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
1. Hipertermia Setelah dilakukan Tindakan Manajemen 1. Untuk
berhubungan keperawatan selama 2x24 hipertermia: mengetahui
dengan proses jam diharapkan hipertermia Observasi: penyebab
penyakit (infeksi dapat teratasi dengan kriteria 1. Identifikasi terjadinya demam
mediator hasil: penyebab tinggi
inflamasi) hipertermia (mis. (hipertermia)
ditandai dengan Indikator awal akhir Dehidrasi, 2. Untuk
peningkatan Menggigil 2 4 terpapar mengetahui suhu
suhu tubuh Kulit merah 2 4 lingkungan panas) tubuh
diatas normal pucat 2 4 2. Monitor suhu 3. Mengetahui
(38,5°C) Suhu tubuh 3 5 tubuh pengeluaran urine
Suhu kulit 2 4 3. Monitor haluaran pasien
(D.0130) urine 4. Mengetahui
4. Monitor kadar kadar elektrolit
elektrolit 5. Untuk
5. Monitor mengetahui
komplikasi komplikasi akibat
Terapeutik: hipertermia
6. Sediakan 6. Untuk

27
lingkungan yang memberikan rasa
dingin nyaman
7. Longgarkan atau 7. Sebagai upaya
lepaskan pakaian rehidrasi untuk
8. Berikan cairan mengganti cairan
oral yang keluar
9. Ganti baju tidur 8. Memberikan rasa
setiap hari jika nyaman
mengalami 9. Memberikan rasa
hiperdosis nyaman pada
(keringat pasien
berlebihan) 10. Untuk
10. Lakukan menurunkan
pengompresan suhu tubuh
(kompres dingin 11. Mengurangi
pada dahi, leher, aktivitas
dada, abdomen, berlebihan
aksila) 12. Mengganti
Edukasi: cairan yang
11. Anjurkan tirah hilang
baring
Kolaborasi :
12. Kolaborasi
pemberian cairan
elektrolit
intravena
2. Risiko defisit Setelah dilakukan Tindakan Manajemen nutrisi; 1. Pengkajian
nutrisi keperawatan selama 2x24 Observasi: penting
berhubungan jam diharapkan risiko defisit 1. Identifikasi status dilakukan
dengan nutrisi dapat teratasi dengan nutrisi untuk
ketidakmampuan kriteria hasil: 2. Identifikasi alergi mengetahui

28
mencerna indikator awal akhir dan intoleransi status nutrisi
makanan Porsi 2 4 makanan pasien
ditandai dengan makanan 3. Identifikasi sehingga
nafsu makan yang makanan yang dapat
menurun dihabiskan disukai menentukan
Frekuensi 2 4 4. Identifikasi intervensi
(L.03030) makan kebutuhan kalori yang
Nafsu 2 4 dan jenis nutrient diberikan
makan 5. Monitor asupan 2. Untuk
Membrane 2 4 makanan mengetahui
mukosa 6. Monitor berat apakah
badan memiliki
Terapeutik: alergi
7. Lakukan oral terhadap
hygiene sebelum makanan
makan tertentu
8. Sajikan makanan 3. Agar nafsu
secara menarik makanan
dan suhu yang meningkat
sesuai 4. Untuk
9. Berikan makanan memenuhi
tinggi serat untuk kebutuhan
mencegah kalori dan
konstipasi nutrisi
10. Berikan makanan 5. Untuk
tinggi kalori dan mengetahui
tinggi protein jumlah yang
11. Berikan masuk dan
suplemen jumlah yang
makanan keluar
Edukasi: 6. Untuk

29
12. Anjurkan posisi mengetahui
duduk perubahan
13. Anjurkan makan berat badan
sedikit tapi sering Terapeutik:
Kolaborasi : 7. Karena mulut
14. Kolaborasi yang bersih
dengan ahli gizi dapat
untuk meningkatkan
menentukan nafsu makan
jumlah kalori dan 8. Untuk
jenis nutrient menambah
yang dibutuhkan nafsu makan
9. Untuk
mencegah
konstipasi
10. Untuk
memenuhi
kebutuhan
kalori dan
protein
11. Untuk
meningkatkan
nafsu makan
Edukasi
12. Posisi duduk
untuk
memberikan
perasaan
yang nyaman
pada saat
makan

30
13. Agar terdapat
asupan
makanan
Kolaborasi
14. Membantu
pasien untuk
memenuhi
jumlah nutrisi
dalam tubuh

E. Implementasi

No Tanggal Diagnosa Implementasi dan Respon Paraf


Keperawatan
1. 04/10/22 Hipertemi b.d Pukul 23.00 WIB Kelompok
ke proses penyakit T= 6
05/10/22 (infeksi mediator - Mengobservasi TTV
inflamasi) d.d - Memberikan cairan
peningkatan suhu intravena dan antibiotic
tubub diatas
normal (38,5 C). R=
TTV:
(D 0130) - TD : 102/74 mmHg
- N : 94x/ m
- R : 22 x/ m
- S : 37 C
- Pasien mau diberikan
cairan melalui
intravena.

Pukul 05.00 WIB


T=
- Mengobservasi TTV

R=
- TD : 107/72 mmHg
- N : 94x/ m
- R : 22x/ m

31
- S : 37ºC

Pukul 07.00 WIB


T=
- Membantu mengganti
pakaian pasien dan
mengganti cairan infus.
- Menganjurkan pasien
meminum air hangat.

R=
- Pasien mau dibantu.
- Pasien mengikuti
anjuran yang diberikan.

2. 04/10/22 Resiko defisit Pukul 05.00 WIB Kelompok


ke nutrisi b.d T = 6
05/10/22 ketidak mampuan - Mengobservasi TTV
mencerna
makanan d.d R =
nafsu makan - TD : 107/72 mmHg
menurun. - N : 94x/ m
(D.0032) - R : 22x/ m
- S : 37ºC

Pukul 07.00 WIB.


T=
- Mengkbservasi status
nutrisi pasien.
- Memonitor mual
muntah.
- menganjurkan pasien
minum air hangat dan
makan sedikit tapi
sering.

R=
- Pasien mengatakan
nafsu makan masih
berkurang.
- Pasien mengatakan

32
mual saat makan.
- Pasien mengikuti
anjuran yang diberikan.

3. 07/10/22 Hipertemi b.d Pukul 09.00 WIB Kelompok


proses penyakit T = 6
(infeksi mediator - Mengobservasi TTV
inflamasi) d.d
peningkatan suhu R =
tubuh diatas - TD: 110/79 mmHg
normal (38,5ºC). - N : 96x/ m
- R : 22x/ m
(D 0130) - S : 37ºC

Pukul 10.00 WIB


T=
- Memberikan obat anti
biotik lewat selang
infus.
- Mengganti cairan infus.
- Menganjurkan pasien
untuk minum air
hangat

R=
- Pasien mau diberikan
obat
- Pasien mau diganti
cairanya
- Pasien mengikuti
anjuran

4. 07/10/22 Resiko defisit Pukul 09.00 WIB Kelompok


nutrisi b.d T = 6
ketidak mampuan - Mengobservasi TTV
mencerna
makanan d.d R =
nafsu makan - TD: 110/79 mmHg
menurun - N : 96x/ m
(D.0032) - R : 22x/ m

33
- S : 37ºC

Pukul 10.00 WIB


T=
- Mengobservasi status
nutrisi pasien
- Monitor mual muntah.

R=
- Pasien mengatakan
sudah mau makan
- Pasien mengatakan
sudah tidak merasa
mual.

F. Evaluasi

Diagnosa Tanggal dan Evaluasi Paraf


Keperawatan Waktu

Hipertermia 04/10/2022 Jam 07.30 Kelompok


Ke S : keluarga pasien mengatakan masih 6
05/10/2022 demam
O : suhu 37°C
A : masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
Resiko defisit 04/10/2022 Jam 07.30 Kelompok
nutrisi Ke S : Pasien mengatakan sudah sedikit demi 6
05/10/2022 sedikit makan
O : makanan terlihat dihabiskan 1/4 porsi
A : Masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan
Hipertermia 07/10/2022 Jam 13.00 Kelompok
S : keluarga pasien mengatakan demamnya 6

34
sudah turun dan rencana pulang
O : suhu 37°C
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan
Resiko defisit 07/10/2022 Jam 13.00 Kelompok
nutrisi S : keluarga pasien mengatakan bahwa 6
sudah mau makan dan rencana pulang
O : pasien terlihat nafsu makan dan terlihat
segar
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan

35

Anda mungkin juga menyukai