Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

CAIRAN ELEKTROLIT (ISOTONIK,HIPOTONIK,HIPERTONIK)

Dosen pengampu: Ns. S.Kep.,M.Kep.

Di susun oleh: Nuriyatus Silliyah ( 2376610038 )


Nurmasella ( 2376610039 )
Rindy Auliya ( 2376610040 )

PROGRAM S1 KEPERAWATAN
STIKES BHAKTI AL QODIRI
TAHUN PELAJARAN 2023-2024.
KATAPENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah swt,yang telah memberikan
rahmat,hidayah serta kesempatan kepada kelompok kami,sehingga kelompok kami dapat
menyelesaikan makalah Ilmu keperawatan dasar 4 “kebutuhan cairan elektrolit” ini tepat pada
waktunya. Tidak lupa pula kami menyampaikan banyak-banyak terimakasih kepada Dosen
pembimbing kami , yang telah membimbing serta mengajarkan kami,sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.

Seperti kata pepatah “Tiada gading yang Tak Retak”,demikian pula dengan makalah
ini,tentu masih banyak kekurangan,maka dari pada itu,kami sangat mengharapkan kritik dan
saran dari pembaca demi penyempurnaan makalah ini. Akhir kata kami sampaikan,semoga
makalah ini dapat berguna dan membantu para mahasiswa

Jember, 02 November 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

BAB.I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

1.2 RumusanMasalah

1.3 Tujuan

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
2.2 Fungsi Cairan Tubuh
2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keseimbangan Cairan Dan Elektrolit
2. 4 Larutan Isotonik, Hipotonik, dan Hipertonik
2.5 Komposisi cairan infus,indikasi,dan kapan penggunaanya
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sel-sel hidup dalam tubuh diselubungi cairan interstisial yang mengandung konsentrasi
nutrien, gas dan elektrolit yang di butuhkan untuk mempertahankan fungsi normal sel.
Kelangsungan hidup memerlukan lingkungan internal yang konstan (homeostatis).
Mekanisme regulator penting untuk mengendalikan keseimbangan volume, komposisi dan
keseimbangan asam basa cairan tubuh selama fluktuasi metabolik normal atau saat terjadi
abnormalisasi seperti penyakit atau trauma.
Menjaga agar volume cairan tubuh tetap relatif konstan dan komposisinya tetap stabil
adalah penting untuk homeostatis. Sistem pengaturan mempertahankan konstannya cairan
tubuh, keseimbangan cairan dan elektrolit dan asam basa, dan pertukaran kompartemen cairan
ekstraseluler dan intraseluler.
Kehidupan manusia sangat bergantung pada apa yang ada di sekelilingnya termasuk
dalam memenuhi kebutuhan dasarnya yaitu makan dan minum lebih kurang 60% berat badan
orang dewasa pada umumnya terdiri dari cairan (air dan elektrolit). Faktor yang
mempengaruhi jumlah cairan tubuh adalah umur, jenis kelamin, dan kandungan lemak dalam
tubuh.
Secara umum orang yang lebih muda mempunyai persentase cairan tubuh yang lebih
tinggi dibanding dengan orang yang lebih tua, dan pria secara proporsional mempunyai lebih
banyak cairan tubuh dibanding dengan wanita. Orang yang lebih gemuk mempunyai jumlah
cairan yang lebih sedikit dibandingkan dengan orang yang lebih kurus, karena sel lemak
mengandung sedikit air.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan cairan tubuh ?
2. Apa saja Fungsi Cairan Tubuh ?
3. Apa saja yang Fakto yang mempengaruhi keseimbangan cairan ?
4. Apa saja yang termasuk larutan isotonok, hipotonik, hipertonik?
5. Apa saja komposisi,indikasi dan penggunaannya
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian dari cairan dan elektrolit
2. Untuk mengetahui Fungsi cairan tubu
3. Untuk mengetahui dan memahami faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan
cairan dan elektrolit
4. Untuk mengetahui dan memahami komposis,indikasi dan cara penggunaanya

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap sehat.
Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan salah satu bagian dari
fisiologi homeostatis. Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan
perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut)
dan zat tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel
bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan.
Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan
intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit
berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh
bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya
jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya. Cairan tubuh dibagi
dalam dua kelompok besar yaitu : cairan intraseluler dan cairan ekstraseluler.
Cairan intraseluler adalah cairan yang berada di dalam sel di seluruh tubuh, sedangkan
cairan akstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan terdiri dari tiga kelompok yaitu :
cairan intravaskuler (plasma), cairan interstitial dan cairan transeluler. Cairan intravaskuler
(plasma) adalah cairan di dalam sistem vaskuler, cairan intersitial adalah cairan yang terletak
diantara sel, sedangkan cairan traseluler adalah cairan sekresi khusus seperti cairan
serebrospinal, cairan intraokuler, dan sekresi saluran cerna.
2.2 Fungsi Cairan Tubuh
 memberi bentuk pada tubuh
 berperan dalam pengaturan suhu tubuh
 berperan dalam berbagai fungsi pelumasan
 sebagai bantalan
 sebagai pelarut dan tranfortasi berbagai unsur nutrisi dan elektrolit
 media untuk terjadinya berbagai reaksi kimia dalam tubuh
 untuk performa kerja fisik

2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keseimbangan Cairan Dan Elektrolit

Faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit antara lain:


a. Usia
Asupan cairan individu bervariasi berdasarkan usia. Dalam hal ini, usia berpengaruh terhadap
proporsi tubuh, luas permukaan tubuh, kebutuhan metabolik, serta berat badan. Bayi dan anak
di masa pertumbuhan memiliki proporsi cairan tubuh yang lebih besar dibandingkan orang
dewasa.Karenanya, jumlah cairan yang diperlukan dan jumlah cairan yang hilang juga lebih
besar dibandingkan orang dewasa. Besarnya kebutuhan cairan pada bayi dan anak-anak juga
dipengaruhi oleh laju metabolik yang tinggi serta kondisi ginjal mereka yang belum atur
dibandingkan ginjal orang dewasa. Kehilangan cairan dapat terjadi akibat pengeluaran cairan
yang besar dari kulit dan pernapasan. Pada individu lansia, ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit sering disebabkan oleh masalah jantung atau gangguan ginjal
b. Aktivitas
Aktivitas hidup seseorang sangat berpengaruh terhadap kebutuhan cairan dan elektrolit.
Aktivitas menyebabkan peningkatan proses metabolisme dalam tubuh. Hal ini mengakibatkan
penigkatan haluaran cairan melalui keringat. Dengan demikian, jumlah cairan yang
dibutuhkan juga meningkat. Selain itu, kehilangan cairan yang tidak disadari (insensible water
loss) juga mengalami peningkatan laju pernapasan dan aktivasi kelenjar keringat.
c. Iklim
Normalnya, individu yang tinggal di lingkungan yang iklimnya tidak terlalu panas tidak akan
mengalami pengeluaran cairan yang ekstrem melalui kulit dan pernapasan. Dalam situasi ini,
cairan yang keluar umumnya tidak dapat disadari (insensible water loss, IWL). Besarnya IWL
pada tiap individu bervariasi, dipengaruhi oleh suhu lingkungan, tingkat metabolisme,dan
usia. Individu yang tinggal di lingkungan yang bertsuhu tinggi atau di dearah deangan
kelembapan yang rendah akan lebih sering mengalami kehilangan cairandan elektrolit.
Demikian pula pada orang yang bekerja berat di lingkungan yang bersuhu tinggi,mereka
dapat kehilangan cairan sebanyak lima litet sehaei melalui keringat. Umumnya, orang yang
biasa berada di lingkungan panas akan kehilangan cairan sebanyak 700 ml per jam saat
berada ditempat yang panas, sedangkan orang yang tidak biasa berada di lingkungan panas
dapat kehilangan cairan hingga dua liter per jam.
d. Diet
Diet seseorang berpengaruh juga terhadap asupan cairan dan elektrolit. Jika asupan makanan
tidak seimbang, tubuh berusaha memcah simpanan protein dengan terlebih dahulu memecah
simpanan lemak dan glikogen. Kondisi ini menyebabkan penurunan kadar albumin.
e. Stress
Kondisi stress berpengaruh pada kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh. Saat stress, tubuh
mengalami peningkatan metabolism seluler, peningkatan konsentrasi glukosa darah, dan
glikolisis otot. Mekanisme ini mengakibatkan retensi air dan natrium.Disamping itu, stress
juga menyebabkan peningkatan produksi hormone anti deuritik yang dapat mengurangi
produksi urine.
f. Penyakit
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
Misalnya : Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui
IWL,penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses regulator keseimbangan
cairan dan elektrolit tubuh
g. Tindakan Medis
Beberapa tindakan medis menimbulkan efek sekunder terhadap kebutuhan cairan dan
elektrolit tubuh. Tindakan pengisapan cairan lambung dapat menyebabkan penurunan kadar
kalsium dan kalium.
h. Pengobatan
Penggunaan beberapa obat seperti Diuretik maupun laksatif secara berlebihan dapat
menyebabkan peningkatan kehilangan cairan dalam tubuh.Akibatnya, terjadi defist cairan
tubuh. Selain itu, penggunan diuretic menyebabkan kehilangan natrium sehingga kadar
kalium akan meningkat. Penggunaan kortikostreroid dapat pula menyebabkan retensi natrium
dan air dalam tubuh.
i. Pembedahan
Klien yang menjalani pembedahan beresiko tinggi mengalami ketidakseimbangan cairan.
Beberapa klien dapat kehilangan banyak darah selama perode operasi, sedangkan beberapa
klien lainya justru mengalami kelebihan beban cairan akibat asupan cairan berlebih melalui
intravena selama pembedahan atau sekresi hormon ADH selama masa stress akibat obat- obat
anastesia.

2.4 Larutan Isotonik, Hipotonik, dan Hipertonik


Perpindahan cairan yang melintasi membran sel terjadi sedemikan cepat sehinggasetiap
perbedaan osmolaritas antara kedua kompartemen ini akan dikoreksi dalam waktudetik atau
menit untuk mencapai keseimbangan osmotik. Perubahan konsentrasi yang relatifkecil pada
zat terlarut dalam cairan ekstraseluler, maka dapat timbul tekanan osmotic
yang besar. Ini dibutuhkan kekuatan yang besar untuk memindahkan air agar dapat melintasi
membran sel bila cairan ekstraseluler dan intraseluler tidak dalam keadaan keseimbangan
osmotik.Hipotonik, Isotonik, dan Hipertonikadalah istilah yang digunakan
untukmembandingkan tekanan osmoticdari cairan terhadap plasma darah yang dipisahkan
oleh membran sel.

 Larutan hipotonik
Larutan hipotonik memiliki konsentrasi larutan yang lebih rendah dibandingkan dengan
larutan yang lain. Suatu larutan memiliki kadar garam yang lebih rendah dan yang lainnya
lebih banyak. Jika ada larutan hipotonis yang dicampur dengan larutan yang lainnya maka
akan terjadi perpindahan kompartemen larutan dari yang hipotonis ke larutan yang lainnya
sampai mencapai keseimbangan konsentrasi. Contoh larutan hipotonis adalah setengahnormal
saline (1/2 NS).. Turunnya titik beku kecil, yaitu tekanan osmosisnya lebih rendah dari serum
darah, sehingga menyebabkna air akan melintasi membrane sel darah merah yang
semipermeabel memperbesar volume sel darah merah dan menyebabkan peningkatan tekanan
dalam sel. Tekanan yang lebih besar menyebabkan pecahnya sel- sel darah merah. Peristiwa
demikian disebut hemolisa.
 Larutan Isotonik
Larutan isotonik adalah suatu larutan yang konsentrasinya sama besar dengan konsentrasi
dalam sel darah merah, sehingga tidak terjadi pertukaran cairan di antara keduanya, maka
larutan dikatakan isotonik (ekuivalen denganlarutan 0,9% NaCl ). Larutan isotonik
mempunyai komposisi yang sama dengan cairan tubuh, dan mempunyai tekanan osmotik
yang sama. Isotonis adalah suatu yang larutan yang kita buat konsentrasinya sama besar
dengan cairan dalam tubuh dalam sel darah merah. Harus disamakan agar tidak terjadi
pertukaran.Isoosmotik larutan yg memiliki tek.osmosa yang sama dengan tek. Alat yang
digunakan untuk mengetahui osmosa sel darah digunakan alat yang disebutosmometer.

 Larutan Hipertonis
Turunan larutan hipertonis memiliki konsentrasi larutan yang lebih tinggi dari larutan yang
lainnya. Suatu larutan mengandung kadar garam yang lebih tinggi dibandingkan dengan
larutan yang lainnya. Jika larutan hipertonis ini dicampurkan dengan larutan lainnya (atau
dipisahkan dengan membrane semipermeabel) maka akan terjadi perpindahan cairan menuju
larutan hipertonis sampai terjadi keseimbangan konsentrasi larutan. Sebagai contoh,
larutandekstrosa 5% dalam normal saline memiliki sifat hipertonis karena konsentrasilarutan
tersebut lebih tinggi dibandingkan konsentrasi larutan dalam darah pasien. Titik beku
besar, yaitu tekanan osmosenya lebih tinggi dari serum darah,sehingga menyebabkan air
keluar dari sel darah merah melintasi membransemipermeabel dan mengakibatkan terjadinya
penciutan sel-sel darah
merah.Peristiwa demikian disebut plasmolisa. Bahan pembantu mengatur tonisitasadalah :
NaCl, Glukosa, Sukrosa, KNO3 dan NaNO3

2.5 Komposisi cairan infus,indikasi,dan kapan penggunaanya


a. Cairan Kristaloid
 Normal Saline
Komposisi (mmol/l) : Na = 154, Cl = 154.
Kemasan : 100, 250, 500, 1000 ml.
Indikasi :
1. Resusitasi
Pada kondisi kritis, sel-sel endotelium pembuluh darah bocor, diikuti oleh keluarnya
molekul protein besar ke kompartemen interstisial, diikuti air dan elektrolit yang bergerak
ke intertisial karena gradien osmosis. Plasma expander berguna untuk mengganti cairan
dan elektrolit yang hilang pada intravaskuler.
2. Diare
Kondisi diare menyebabkan kehilangan cairan dalam jumlah banyak, cairan NaCl
digunakan untuk mengganti cairan yang hilang tersebut.
3. Luka Bakar
Manifestasi luka bakar adalah syok hipovolemik, dimana terjadi kehilangan protein
plasma atau cairan ekstraseluler dalam jumlah besar dari permukaan tubuh yang terbakar.
Untuk mempertahankan cairan dan elektrolit dapat digunakan cairan NaCl, ringer laktat,
atau dekstrosa.
4. Gagal Ginjal Akut
Penurunan fungsi ginjal akut mengakibatkan kegagalan ginjal menjaga homeostasis tubuh.
Keadaan ini juga meningkatkan metabolit nitrogen yaitu ureum dan kreatinin serta
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit. Pemberian normal saline dan glukosa
menjaga cairan ekstra seluler dan elektrolit.
Kontraindikasi : hipertonik uterus, hiponatremia, retensi cairan. Digunakan dengan
pengawasan ketat pada CHF, insufisiensi renal, hipertensi, edema perifer dan edema paru.
Adverse Reaction : edema jaringan pada penggunaan volume besar (biasanya paru-paru),
penggunaan dalam jumlah besar menyebabkan akumulasi natrium.

 Ringer Laktat (RL)


Komposisi (mmol/100ml) : Na = 130-140, K = 4-5, Ca = 2-3, Cl = 109-110, Basa = 28-30
mEq/l.
Kemasan : 500, 1000 ml.
Cara Kerja Obat : keunggulan terpenting dari larutan Ringer Laktat adalah komposisi
elektrolit dan konsentrasinya yang sangat serupa dengan yang dikandung cairan
ekstraseluler. Natrium merupakan kation utama dari plasma darah dan menentukan tekanan
osmotik. Klorida merupakan anion utama di plasma darah. Kalium merupakan kation
terpenting di intraseluler dan berfungsi untuk konduksi saraf dan otot. Elektrolit-elektrolit
ini dibutuhkan untuk menggantikan kehilangan cairan pada dehidrasi dan syok
hipovolemik termasuk syok perdarahan.
Indikasi : mengembalikan keseimbangan elektrolit pada keadaan dehidrasi dan syok
hipovolemik. Ringer laktat menjadi kurang disukai karena menyebabkan hiperkloremia dan
asidosis metabolik, karena akan menyebabkan penumpukan asam laktat yang tinggi akibat
metabolisme anaerob.
Kontraindikasi : hipernatremia, kelainan ginjal, kerusakan sel hati, asidosis laktat.
Adverse Reaction : edema jaringan pada penggunaan volume yang besar, biasanya paru-
paru.
Peringatan dan Perhatian : ”Not for use in the treatment of lactic acidosis”. Hati-hati
pemberian pada penderita edema perifer pulmoner, heart failure/impaired renal function &
pre-eklamsia.
 Dekstrosa
Komposisi : glukosa = 50 gr/l (5%), 100 gr/l (10%), 200 gr/l (20%).
Kemasan : 100, 250, 500 ml.
Indikasi : sebagai cairan resusitasi pada terapi intravena serta untuk keperluan hidrasi
selama dan sesudah operasi. Diberikan pada keadaan oliguria ringan sampai sedang (kadar
kreatinin kurang dari 25 mg/100ml).
Kontraindikasi : Hiperglikemia.
Adverse Reaction : Injeksi glukosa hipertonik dengan pH rendah dapat menyebabkan iritasi
pada pembuluh darah dan tromboflebitis.

 Ringer Asetat (RA)


Larutan ini merupakan salah satu cairan kristaloid yang cukup banyak diteliti. Larutan RA
berbeda dari RL (Ringer Laktat) dimana laktat terutama dimetabolisme di hati, sementara
asetat dimetabolisme terutama di otot. Sebagai cairan kristaloid isotonik yang memiliki
komposisi elektrolit mirip dengan plasma, RA dan RL efektif sebagai terapi resusitasi
pasien dengan dehidrasi berat dan syok, terlebih pada kondisi yang disertai asidosis.
Metabolisme asetat juga didapatkan lebih cepat 3-4 kali dibanding laktat. Dengan profil
seperti ini, RA memiliki manfaat-manfaat tambahan pada dehidrasi dengan kehilangan
bikarbonat masif yang terjadi pada diare.
Indikasi : Penggunaan Ringer Asetat sebagai cairan resusitasi sudah seharusnya diberikan
pada pasien dengan gangguan fungsi hati berat seperti sirosis hati dan asidosis laktat. Hal
ini dikarenakan adanya laktat dalam larutan Ringer Laktat membahayakan pasien sakit
berat karena dikonversi dalam hati menjadi bikarbonat.
Ringer Asetat telah tersedia luas di berbagai negara. Cairan ini terutama diindikasikan
sebagai pengganti kehilangan cairan akut (resusitasi), misalnya pada diare, DBD, luka
bakar/syok hemoragik; pengganti cairan selama prosedur operasi; loading cairan saat
induksi anestesi regional; priming solution pada tindakan pintas kardiopulmonal; dan juga
diindikasikan pada stroke akut dengan komplikasi dehidrasi.
Manfaat pemberian loading cairan pada saat induksi anastesi, misalnya ditunjukkan oleh
studi Ewaldsson dan Hahn (2001) yang menganalisis efek pemberian 350 ml RA secara
cepat (dalam waktu 2 menit) setelah induksi anestesi umum dan spinal terhadap parameter-
parameter volume kinetik. Studi ini memperlihatkan pemberian RA dapat mencegah
hipotensi arteri yang disebabkan hipovolemia sentral, yang umum terjadi setelah anestesi
umum/spinal.
Untuk kasus obstetrik, Onizuka dkk (1999) mencoba membandingkan efek pemberian infus
cepat RL dengan RA terhadap metabolisme maternal dan fetal, serta keseimbangan asam
basa pada 20 pasien yang menjalani kombinasi anestesi spinal dan epidural sebelum seksio
sesarea. Studi ini memperlihatkan pemberian RA lebih baik dibanding RL untuk ke-3
parameter di atas, karena dapat memperbaiki asidosis laktat neonatus (kondisi yang umum
terjadi pada bayi yang dilahirkan dari ibu yang mengalami eklampsia atau pre-eklampsia).
Dehidrasi dan gangguan hemodinamik dapat terjadi pada stroke iskemik/hemoragik akut,
sehingga umumnya para dokter spesialis saraf menghindari penggunaan cairan hipotonik
karena kekhawatiran terhadap edema otak. Namun, Hahn dan Drobin (2003)
memperlihatkan pemberian RA tidak mendorong terjadinya pembengkakan sel, karena itu
dapat diberikan pada stroke akut, terutama bila ada dugaan terjadinya edema otak.
Hasil studi juga memperlihatkan RA dapat mempertahankan suhu tubuh lebih baik
dibanding RL secara signifikan pada menit ke 5, 50, 55, dan 65, tanpa menimbulkan
perbedaan yang signifikan pada parameter-parameter hemodinamik (denyut jantung dan
tekanan darah sistolik-diastolik).
b. Cairan Koloid
 Albumin
Komposisi : Albumin yang tersedia untuk keperluan klinis adalah protein 69-kDa yang
dimurnikan dari plasma manusia (cotoh: albumin 5%).
Albumin merupakan koloid alami dan lebih menguntungkan karena : volume yang
dibutuhkan lebih kecil, efek koagulopati lebih rendah, resiko akumulasi di dalam jaringan
pada penggunaan jangka lama yang lebih kecil dibandingkan starches dan resiko
terjadinya anafilaksis lebih kecil.
Indikasi :
a. Pengganti volume plasma atau protein pada keadaan syok hipovolemia, hipoalbuminemia,
atau hipoproteinemia, operasi, trauma, cardiopulmonary bypass, hiperbilirubinemia, gagal
ginjal akut, pancretitis, mediasinitis, selulitis luas dan luka bakar.
b. Pengganti volume plasma pada ARDS (Acute Respiratory Distress Syndrome). Pasien
dengan hipoproteinemia dan ARDS diterapi dengan albumin dan furosemid yang dapat
memberikan efek diuresis yang signifikan serta penurunan berat badan secara bersamaan.
c. Hipoalbuminemia yang merupakan manifestasi dari keadaan malnutrisi, kebakaran,
operasi besar, infeksi (sepsis syok), berbagai macam kondisi inflamasi, dan ekskresi renal
berlebih.
d. Pada spontaneus bacterial peritonitis (SBP) yang merupakan komplikasi dari sirosis.
Sirosis memacu terjadinya asites/penumpukan cairan yang merupakan media pertumbuhan
yang baik bagi bakteri. Terapi antibiotik adalah pilihan utama, sedangkan penggunaan
albumin pada terapi tersebut dapat mengurangi resiko renal impairment dan kematian.
Adanya bakteri dalam darah dapat menyebabkan terjadinya multi organ dysfunction
syndrome (MODS), yaitu sindroma kerusakan organ-organ tubuh yang timbul akibat
infeksi langsung dari bakteri.
Kontraindikasi : gagal jantung, anemia berat.
Produk : Plasbumin 20, Plasbumin 25.
 HES (Hydroxyetyl Starches)
Komposisi : Starches tersusun atas 2 tipe polimer glukosa, yaitu amilosa dan amilopektin.
Indikasi : Penggunaan HES pada resusitasi post trauma dapat menurunkan permeabilitas
pembuluh darah, sehingga dapat menurunkan resiko kebocoran kapiler.
Kontraindikasi : Cardiopulmonary bypass, dapat meningkatkan resiko perdarahan
setelah operasi, hal ini terjadi karena HES berefek antikoagulan pada dosis moderat (>20
ml/kg). Sepsis, karena dapat meningkatkan resiko acute renal failure (ARF). Penggunaan
HES pada sepsis masih terdapat perdebatan.
Muncul spekulasi tentang penggunaan HES pada kasus sepsis, dimana suatu penelitian
menyatakan bahwa HES dapat digunakan pada pasien sepsis karena :
 Tingkat efikasi koloid lebih tinggi dibandingkan kristaloid, disamping itu HES tetap
bisa digunakan untuk menambah volume plasma meskipun terjadi kenaikan
permeabilitas.
 Pada syok hipovolemia diperoleh innvestigasi bahwa HES dan albumin menunjukkan
manifestasi edema paru yang lebih kecil dibandingkan kristaloid.
 Dengan menjaga COP, dapat mencegah komplikasi lebih lanjut seperti asidosis
refraktori.
 HES juga mempunyai kemampuan farmakologi yang sangat menguntungkan pada
kondisi sepsis yaitu menekan laju sirkulasi dengan menghambat adesi molekuler.
Sementara itu pada penelitian yang lain, disimpulkan HES tidak boleh digunakan pada
sepsis karena :
 Edema paru tetap terjadi baik setelah penggunaan kristaloid maupun koloid (HES),
yang manifestasinya menyebabkan kerusakan alveoli.
 HES tidak dapat meningkatkan sirkulasi splanchnic dibandingkan dengan gelatin
pada pasien sepsis dengan hipovolemia.
 HES mempunyai resiko lebih tinggi menimbulkan gangguan koagulasi, ARF,
pruritus, dan liver failure. Hal ini terutama terjadi pada pasien dengan kondisi
iskemik reperfusi (contoh: transplantasi ginjal).
 Resiko nefrotoksik pada HES dua kali lebih tinggi dibandingkan dengan gelatin pada
pasien dengan sepsis.
Efek samping : HES dapat terakumulasi pada jaringan retikulo endotelial jika digunakan
dalam jangka waktu yang lama, sehingga dapat menimbulkan pruritus.
Contoh : HAES steril, Expafusin.
 Dextran
Komposisi : dextran tersusun dari polimer glukosa hasil sintesis dari bakteri Leuconostoc
mesenteroides, yang ditumbuhkan pada media sukrosa.
Indikasi :
1. Penambah volume plasma pada kondisi trauma, syok sepsis, iskemia miokard, iskemia
cerebral, dan penyakit vaskuler perifer.
2. Mempunyai efek anti trombus, mekanismenya adalah dengan menurunkan viskositas
darah, dan menghambat agregasi platelet. Pada suatu penelitian dikemukakan bahwa
dextran-40 mempunyai efek anti trombus paling poten jika dibandingkan dengan gelatin
dan HES.
Kontraidikasi : pasien dengan tanda-tanda kerusakan hemostatik (trombositopenia,
hipofibrinogenemia), tanda-tanda gagal jantung, gangguan ginjal dengan oliguria atau
anuria yang parah.
Efek samping : Dextran dapat menyebabkan syok anafilaksis, dextran juga sering
dilaporkan dapat menyebabkan gagal ginjal akibat akumulasi molekul-molekul dextran
pada tubulus renal. Pada dosis tinggi, dextran menimbulkan efek pendarahan yang
signifikan.
Contoh : hibiron, isotic tearin, tears naturale II, plasmafusin.
 Gelatin
Komposisi : Gelatin diambil dari hidrolisis kolagen bovine.
Indikasi : Penambah volume plasma dan mempunyai efek antikoagulan,
Pada sebuah penelitian invitro dengan tromboelastropgraphy diketahui bahwa gelatin
memiliki efek antikoagulan, namun lebih kecil dibandingkan HES.
Kontraindikasi : haemacel tersusun atas sejumlah besar kalsium, sehingga harus
dihindari pada keadaan hiperkalsemia.
Efek samping : dapat menyebabkan reaksi anafilaksis. Pada penelitian dengan 20.000
pasien, dilaporkan bahwa gelatin mempunyai resiko anafilaksis yang tinggi bila
dibandingkan dengan starches.
Contoh : haemacel, gelofusine.
b. Cairan Khusus
 MANNITOL
D-Manitol. C6H14O6
Indikasi :
Menurunkan tekanan intrakranial yang tinggi karena edema serebral, meningkatkan
diuresis pada pencegahan dan/atau pengobatan oliguria yang disebabkan gagal ginjal,
menurunkan tekanan intraokular, meningkatkan ekskresi uriner senyawa toksik, sebagai
larutan irigasi genitouriner pada operasi prostat atau operasi transuretral.
 ASERING
Indikasi:
Dehidrasi (syok hipovolemik dan asidosis) pada kondisi: gastroenteritis akut, demam
berdarah dengue (DHF), luka bakar, syok hemoragik, dehidrasi berat, trauma.
Komposisi:
Setiap liter asering mengandung:
 Na 130 mEq
 K 4 mEq
 Cl 109 mEq
 Ca 3 mEq
 Asetat (garam) 28 mEq
Keunggulan:
 Asetat dimetabolisme di otot, dan masih dapat ditolelir pada pasien yang mengalami
gangguan hati
 Pada pemberian sebelum operasi sesar, RA mengatasi asidosis laktat lebih baik dibanding
RL pada neonatus
 Pada kasus bedah, asetat dapat mempertahankan suhu tubuh sentral pada anestesi dengan
isofluran
 Mempunyai efek vasodilator
 Pada kasus stroke akut, penambahan MgSO4 20 % sebanyak 10 ml pada 1000 ml RA,
dapat meningkatkan tonisitas larutan infus sehingga memperkecil risiko memperburuk
edema serebral
 KA-EN 1B
Indikasi:
a. Sebagai larutan awal bila status elektrolit pasien belum diketahui, misal pada kasus
emergensi (dehidrasi karena asupan oral tidak memadai, demam)
b. Dosis lazim 500-1000 ml untuk sekali pemberian secara IV. Kecepatan sebaiknya 300-
500 ml/jam (dewasa) dan 50-100 ml/jam pada anak-anak
c. Bayi prematur atau bayi baru lahir, sebaiknya tidak diberikan lebih dari 100 ml/jam
Komposisi :
Tiap 1000 ml isi mengandung
o sodium klorida 2,25 g
o anhidrosa dekstros 37,5 g.
o Elektrolit (meq/L) :
o Na+ 38,5
o Cl- 38,5
o Glukosa 37,5 g/L.
o kcal/L : 150
 KA-EN 3A & KA-EN 3B
Indikasi: Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan harian air dan elektrolit
dengan kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian, pada keadaan asupan
oral terbatas
 Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)
 Mensuplai kalium sebesar 10 mEq/L untuk KA-EN 3A
 Mensuplai kalium sebesar 20 mEq/L untuk KA-EN 3B
Kompisisi :
 KA-EN 3A
Tiap liter isi mengandung
 sodium klorida 2,34 g
 potassium klorida 0,75 g, sodium laktat 2,24 g
 anhydrous dekstros 27 g.
 Elektrolit (mEq/L) :
 Na+ 60
 K+ 10
 Cl- 50
 laktat- 20
 glukosa : 27 g/L.
 kcal/L : 108
 KA-EN 3B
Tiap liter isi mengandung
 sodium klorida 1,75g,
 ptasium klorida 1,5g,
 sodium laktat 2,24g,
 anhydrous dekstros 27g.
 Elektrolit (mEq/L) :
- Na+ 50,
- K+ 20,
- Cl- 50,
- laktat- 20,
- glukosa 27 g/L.
- kcal/L. 108
 KA-EN MG3
Indikasi :
a. Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan harian air dan elektrolit
dengan kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian, pada keadaan
asupan oral terbatas
b. Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)
c. Mensuplai kalium 20 mEq/L
d. Rumatan untuk kasus dimana suplemen NPC dibutuhkan 400 kcal/L
Komposisi :
Tiap liter isi mengandung bahan :
 sodium klorida 1,75g,
 potassium klorida 1,5g,
 sodium laktat 2,24g,
 anhydrous dekstros 100g.
 Elektrolit (mEq/L) :
- Na+ 50,
- K+ 20,
- Cl- 50,
- laktat- 20,
- glukosa 100 g/L;
- kcal/L: 400
 KA-EN 4A
Indikasi :
a. Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak
b. Tanpa kandungan kalium, sehingga dapat diberikan pada pasien dengan berbagai
kadar konsentrasi kalium serum normal
c. Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik
Komposisi (per 1000 ml):
 Na 30 mEq/L
 K 0 mEq/L
 Cl 20 mEq/L
 Laktat 10 mEq/L
 Glukosa 40 gr/L
 KA-EN 4B
Indikasi:
a. Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak usia kurang 3 tahun
b. Mensuplai 8 mEq/L kalium pada pasien sehingga meminimalkan risiko hipokalemia
c. Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik

Komposisi:
 Na 30 mEq/L
 K 8 mEq/L
 Cl 28 mEq/L
 Laktat 10 mEq/L
 Glukosa 37,5 gr/L

 Otsu-NS
Indikasi:
a. Untuk resusitasi
b. Kehilangan Na > Cl, misal diare
c. Sindrom yang berkaitan dengan kehilangan natrium (asidosis diabetikum,
insufisiensi adrenokortikal, luka bakar)
Komposisi : Mengandung elektrolit mEq/L
· Na+ = 154
· Cl- = 154
 Otsu-RL
Indikasi:
a. Resusitasi
b. Suplai ion bikarbonat
c. Asidosis metabolik
Komposisi : Mengandung elektrolit mEq/L
- Na+ = 130
- Cl- = 108.7
· K+ = 4
- Ca++ = 2.7
- Laktat = 28
 MARTOS-10
Indikasi:
a. Suplai air dan karbohidrat secara parenteral pada penderita diabetik
b. Keadaan kritis lain yang membutuhkan nutrisi eksogen seperti tumor, infeksi berat,
stres h
 AMIPAREN
Indikasi:
a. Stres metabolik berat
b. Luka bakar
c. Infeksi berat
d. Kwasiokor
e. Pasca operasi
f. Total Parenteral Nutrition
g. Dosis dewasa 100 ml selama 60 menit
Komposisi :
Setiap liter Amiparen isi mengandung
 L-leucine 14g,
 L-isoleucine 8g,
 L-valine 8g,
 lysine acetate 14,8g (L-lysine equivalent 10,5g),
 L-threonine 5,7g,
 L-tryptophan 2g,
 L-methionine 3,9g,
 L-phenylalanine 7g,
 L-cysteine 1g,
 L-tyrosine 0,5g,
 L-arginine 10,5g,
 L-histidine 5g,
 L-alanine 8g,
 L-proline 5g,
 L-serine 3g,
 aminoacetic acid 5,9g,
 L-aspartic acid 30 w/w%,
 total nitrogen 15,7g,
 sodium kurang lebih 2 mEq,
 acetate kira-kira 1220 mEq.
 Sodium bisulfit ditambahkan sebagai stabilisator.
 AMINOVEL-600
Indikasi:
a. Nutrisi tambahan pada gangguan saluran GI
b. Penderita GI yang dipuasakan
c. Kebutuhan metabolik yang meningkat (misal luka bakar, trauma dan pasca operasi)
d. Stres metabolik sedang
e. Dosis dewasa 500 ml selama 4-6 jam (20-30 tpm)
Komposisi :
Tiap liter Aminovel 600 berisi
 amino acid (L-form) 50g,
 D-sorbitol 100g,
 ascorbic acid 400mg,
 inositol 500mg,
 nicotinamide 60mg,
 pyridoxine HCl 40mg,
 riboflavin sodium phosphate 2,5mg,
 Elektrolit :
- Sodium 35 mEq,
- potassium 25 mEq,
- magnesium 5 mEq,
- acetate 35 mEq,
- maleate 22 mEq,
- chloride 38 mEq.
 Setiap 50g asam amino berisi :
a. L-isoleucine 3,2gram,
b. L-leucine 2,4g,
c. L-lysine (calculated as base) 2g,
d. L-methionine 3g,
e. L-phenylalanine 4g,
f. L-threonine 2g,
g. L-tryptophan 1g,
h. L-valine 3,2g,
i. L-arginine (calculated as base) 6,2g,
j. L-histidine (calculated as base) 1g,
k. L-alanine 6g,
l. glycine 14g,
m. L-proline 2g

 PAN-AMIN G
Indikasi:
a. Suplai asam amino pada hiponatremia dan stres metabolik ringan
b. Nutrisi dini pasca operasi
c. Tifoid
Komposisi :
Tiap liter infuse mengandung
 L-arginine HCl 2,7g,
 L-histidine HCl H2O 1,3g,
 L-isoleucine 1,8g,
 L-leucine 4,1g,
 L-lysine HCl 6,2g,
 L-methionine 2,4g,
 L-phenyilalanine 2,9g,
 L-threonine 1,8g,
 L-tryptophane 0,6g,
 L-valine 2g,
 glycine 3,4g,
 D-sorbitol 50g
 air.
 TUTOFUSIN OPS
Per liter :
 Natrium 100 mEq,
 Kalium 18 mEq,
 Kalsium 4 mEq,
 Magnesium 6 mEg,
 Klorida 90 mEq,
 Asetat 38 mEq,
 Sorbitol 50 gram.
Indikasi :
a. Air & elektrolit yang dibutuhkan pada fase sebelum, selama, & sesudah operasi.
b. Memenuhi kebutuhan air dan elektrolit selama masa pra operasi, intra operasi dan
pasca operasi
c. Memenuhi kebutuhan air dan elektrolit pada keadaan dehidrasi isotonik dan kehilangan
cairan intraselular
d. Memenuhi kebutuhan karbohidrat secara parsial
Kontraindikasi :
 Insufisiensi ginjal
 intoleransi Fruktosa & Sorbitol
 kekurangan Fruktosa-1-6-difosfate
 keracunan Metil alkohol
Hati-hati pada :
 Penyakit ginjal atau jantung
 retensi cairan
 hipernatremia

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan 2 parameter penting, yaitu:volume
cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ekstrasel. Ginjal mengontrol volume cairanekstrasel
dengan mempertahankan keseimbangan garan dan mengontrol osmolaritasekstrasel dengan
mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal mempertahankankeseimbangan ini dengan
mengatur keluaran garam dan air dalam urine sesuai kebutuhanuntuk mengkompensasi asupan
dan kehilangan abnormal dari air dan garam tersebut.
Ginjal juga turut berperan dalam mempertahankan keseimbangan asambasa dengan mengatur
keluaran ion hidrogen dan ion bikarbonat dalam urine sesuai kebutuhan. Selain ginjal,
yangturut berperan dalam keseimbangan asam-basa adalah paru-paru dengan mengeksresikan
ionhidrogen dan CO2 dan sistem dapar (buffer) kimia dalam cairan tubuh.

3.2 Saran
Pembelajaran terhadap sistem-sistem tubuh yang mengatur keseimbangan cairan danasam-
basa tubuh perlu ditingkatkan, supaya mahasiswa memiliki pengetahuan yanglebih mendalam
tentang regulasi dalam tubuh manusia yang berfungsimempertahankan keseimbangan cairan
dan asam basa

DAFTAR PUSTAKA
ttps://www.academia.edu/6464886/IBD_makalah_cairan_asam_basa_dan_elektrolit
darotussaadah.blogspot.com/2019/03/makalah-infus.htm
=]

Anda mungkin juga menyukai