Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah swt, berkat rahmat dan karunia Nya lah kami
dapat menyelesaikan makalah Konsep Kebutuhan Cairan ini tepat pada waktunya.
Harapan saya sebagai penyusun yaitu agar para pembaca memahami tentang Konsep
Kebutuhan Cairan. Saya pun mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu
kami dalam menyusun makalah ini menjadi lebih baik lagi.
Saya juga mengharapkan saran yang membangun demi tersusunnya makalah ini
menjadi lebih baik lagi.

Hormat Saya

PENYUSUN
BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Sel-sel hidup dalam tubuh diselubungi cairan interstisial yang mengandung konsentrasi
nutrien, gas dan elektrolit yang di butuhkan untuk mempertahankan fungsi normal sel.
Kelangsungan hidup memerlukan lingkungan internal yang konstan (homeostatis).
Mekanisme regulator penting untuk mengendalikan keseimbangan volume, komposisi dan
keseimbangan asam basa cairan tubuh selama fluktuasi metabolik normal atau saat terjadi
abnormaliasai seperti penyakit atau trauma.
Menjaga agar volume cairan tubuh tetap relatif konstan dan komposisinya tetap setabil
adalah penting untuk homeostatis. Sistem pengaturan mempertahankan konsatnnya cairan
tubuh, keseimbangan cairan dan elektrolit dan asam basa, dan pertukaran kompartemen
cairan ekstraseluler dan intraseluler.
Kehidupan manusia sangat bergantung pada apa yang ada di sekelilingnya termasuk
dalam memenuhi kebutuhan dasarnya yaitu makan dan minum lebih kurang 60% berat badan
orang dewasa pada umumnya terdiri dari cairan (air dan elektrolit). Faktor yang
mempengaruhi jumlah cairan tubuh adalah umur, jenis kelamin, dan kandungan lemak dalam
tubuh.
Secara umum orang yang lebih muda mempunyai persentase cairan tubuh yang lebih
tinggi dibanding dengan orang yang lebih tua, dan pria secara proporsional mempunyai lebih
banyak cairan tubuh dibanding dengan wanita. Orang yang lebih gemuk mempunyai jumlah
cairan yang lebih sedikit dibandingkan dengan orang yang lebih kurus, karena sel lemak
mengandung sedikit air.
Cairan tubuh terdiri dari dua kompartemen cairan, yaitu: ruang intra seluler (cairan
dalam sel) dan ruang ekstra seluler (cairan luar sel). Kurang lebih 2/3 cairan tubuh berada
dalam kompartemen cairan intra sel, dan kebanyakan terdapat pada massa otot skeletal. 60 %
berat badan tubuh adalah :  a.Cairan intrasel (CIS) 40 % dari berat badan  b.Cairan ekstrasel
(CES) 20 % dari berat badan yang terdiri dari cairan intravaskuler (plasma) 5 % dari berat
badan, dan cairan interstisil 15 % dari berat badan.

1.2  Tujuan
1.2.1        Tujuan Umum
Dengan selelsai makalah ini dapat membuka wawasan begitu pentingnya cairan dan elektrolit
bagi tubuh kita dan sangat berperan daalah proses homeostatis.
1.2.2        Tujuan Khusus
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
a.       Mengetahui mekanisme kerja cairan dan elektrolit dalam tubuh .
b.      Menegtahui manfaat dan tujuan cairan dalam tubuh .
c.       Menegtahui proses keseimabnagan cairan dan elektrolit dalam tubuh.
d.      Menegtahui masalah-masalah yang di timbulkan dari ke abnormalan cairan dan elektrolit
dalam tubuh.
1.3  Rumusan Masalah
1.      Bagaimana mekanisme kerja cairan dan elektrolit dalam tubuh?
2.      Proses apa saja yang terjadi dalam cairan dan elektrolit?
3.      Bagaiaman mekanisme terjadinya homeostatis dalam cairan dan elekrolit?
4.      Kelaianan apa saja yang disebabkan dari cairan dan elektrolit?

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap
sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan salah satu
bagian dari fisiologi homeostatis. Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi
dan perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air
( pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan
partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan.
Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan
intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit
berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh
bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang
lainnya jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya. Cairan tubuh
dibagi dalam dua kelompok besar yaitu : cairan intraseluler dan cairan ekstraseluler.
Cairan intraseluler adalah cairan yang berda di dalam sel di seluruh tubuh, sedangkan
cairan akstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan terdiri dari tiga kelompok yaitu :
cairan intravaskuler (plasma), cairan interstitial dan cairan transeluler. Cairan intravaskuler
(plasma) adalah cairan di dalam sistem vaskuler, cairan intersitial adalah cairan yang terletak
diantara sel, sedangkan cairan traseluler adalah cairan sekresi khusus seperti cairan
serebrospinal, cairan intraokuler, dan sekresi saluran cerna.
2.2 Volume dan distribusi cairan tubuh
2.2.1 Volume cairan tubuh
Total jumlah volume cairan tubuh (total body water-TBW) kira-kira 60 % dari
berat badan pria dan 50 % dari berat badan wanita. Jumlah volume ini tergantung pada
kandungan lemak badan dan usia. Lemak jaringan sangat sedikit menyimpan cairan, dimana
lemak pada wanita lebih banyak dari pria sehingga jumlah volume cairan lebih rendah dari
pria. Usia juga berpengaruh terhadap TBW dimana makin tua usia makin sedikit kandungan
airnya. Sebagai contoh, bayi baru lahir TBW-nya 70-80 % dari BB, usia 1 tahun 60 % dari
BB, usia pubertas sampai dengan 39 tahun untuk pria 60 % dari BB dan untuk wanita 52 %
dari BB, usia 40-60 tahun untuk pria 55 % dari BB dan wanita 47 % dari BB, sedangkan pada
usia diatas 60 tahun untuk pria 52 % dari BB dan wanita 46 % dari BB.
2.2.2 Sumber air tubuh
Sumber Jumlah
Air minum 1.500 – 2.000 ml/hari
Air dalam makana 700 ml/hari
Air dari hasil metabolisme tubuh 200 ml/hari
Jumlah 2.400 – 2.900 ml/hari

Air memiliki molekul yang kecil, sangat mudah berdifusi dan bersifat polar (senyawa
elektron) sehingga berkohesi satu dengan yang lainnya membentuk benda cair. Fungsi vilta
air adalah pelarut yang sangat baik karena molekulnya dapat bergabung dengan protein,
hidrat arang, gula, dan zat yang terlarang lainnya. Dalam homeostatis jumlah air tubuh selalu
diupayakan konstan karena air tubuh yang keluar akan sama dengan jumlah air yang masuk.

2.2.3 Distribusi cairan


Cairan tubuh didistribusikan di antara dua kompartemen yaitu pada
intraseluler dan ekstraseluler. Cairan intraseluler kira-kira 2/3 atau 40 % dari BB,
sedangkan cairan ekstraseluler 20 % dari BB, cairan ini terdiri atas plasma (cairan
intravaskuler) 5 %, cairan interstisial (cairan di sekitar tubuh seperti limfe) 10-15 %
dan transeluler (misalnya, cairan serebrospinalis, sinovia, cairan dalam peritonium,
cairan dalam rongga mata, dll ) 1-3 %.

2.3  Fungsi cairan


1.    Mempertahankan panas tubuh dan pengaturan temperatur tubuh
2.  Transport nutrien ke sel
3.   Transport hasil sisa metabolisme
4.  Transport hormon
5.   Pelumas antar organ
6.   Mempertahankan tekanan hidrostatik dalam sistem kardiovaskuler

2.4  Keseimbangan cairan


Keseimbangan cairan ditentukan oleh intake atau masukan cairan dan pengeluaran
cairan. Pemasukan cairan berasal dari minuman dan makanan. Kebutuhan cairan setiap hari
antara 1.800-2.500 ml/hari. Sekitar 1.200 ml berasal dari minuman dan 1.000 ml dari
makanan. Sedangkan pengeluaran cairan melalui ginjal dalam bentuk urine 1.200 – 1.500
ml/hari, feses 100 ml, paru-paru 300-500 ml dan kulit 600-800 ml.
Prinsip dasar keseimbangan cairan:
1.      Air bergerak melintasi membran sel karena osmolaritas cairan interseluler dan ekstraseluler
tetapi hampir sama satu sama lain kecuali beberapa menit setelah perubahan salah satu
kompartemen.
2.      Membran sel hampir sangat impermeabel terhadap banyak zat terlarut karena jumlah osmol
dalam cairan ekstraseluler atau intraseluler tetapi konstan, kecuali jika zat terlarut
ditambahkan atau dikurangi dari kompartemen ekstraseluler. Dengan kondisi ini kita dapat
menganalisis efek berbagai kondisi cairan abnormal terhadap volume dan osmolaritas cairan
ekstraseluler dan osmolaritas cairan intraseluler.
2.5 Faktor yang memengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit
1.      Usia
Asupan cairan individu bervariasi berdasarkan usia. Dalam hal ini, usiaberpengaruh
terhadap proporsi tubuh, luas permukaan tubuh, kebutuhan metabolik, serta berat badan. Bayi
dan anak di masa pertunbuhan memiliki proporsi cairan tubuh yang lebih besar dibandingkan
orang dewasa.Karenanya, jumlah cairan yang diperlukan dan jumlah cairan yang hilang juga
lebih besar dibandingkan orang dewasa. Besarnya kebutuhan cairan pada bayi dan anak-anak
juga dipengaruhi oleh laju metabolik yang tinggi serta kondisi ginjal mereka yang belum atur
dibandingkan ginjal orang dewasa. Kehilangan cairan dapat terjadi akibat pengeluaran
cairan yang besar dari kulit dan pernapasan. Pada individu lansia, ketidakseimbangan cairan
dan elektrolit sering disebabkan oleh masalah jantung atau gangguan ginjal
2.      Aktivitas
Aktivitas hidup seseorang sangat berpengaruh terhadap kebutuhan cairan dan
elektrolit. Aktivitas menyebabkan peningkatan proses metabolisme dalam tubuh. Hal ini
mengakibatkan penigkatan haluaran cairan melalui keringat. Dengan demikian, jumlah
cairan yang dibutuhkan juga meningkat. Selain itu,kehilangan cairan yang tidak disadari
(insensible water loss) juga mengalami peningkatan laju pernapasan dan aktivasi kelenjar
keringat.
3.      Iklim
Normalnya,individu yang tinggal di lingkungan yang iklimnya tidak terlalu panas
tidak akan mengalami pengeluaran cairan yang ekstrem melalui kulit dan pernapasan.
Dalam situasi ini, cairan yang keluar umumnya tidak dapat disadari (insensible water loss,
IWL). Besarnya IWL pada tiap individu bervariasi, dipengaruhi oleh suhu lingkungan,
tingkat metabolisme,dan usia. Individu yang tinggal di lingkungan yang bertsuhu tinggi atau
di dearah deangan kelembapan yang rendah akan lebih sering mengalami kehilangan
cairandan elektrolit. Demikian pula pada orang yang bekerja berat di lingkungan yang
bersuhu tinggi,mereka dapat kehilangan cairan sebanyak lima litet sehaei melalui keringat.
Umumnya, orang yang biasa berada di lingkungan panas akan kehilangan cairan sebanyak
700 ml per jam saat berada ditempat yang panas, sedangkan orang yang tidak biasa berada di
lingkungan panas dapat kehilangan cairan hingga dua liter per jam.
4.      Diet
Diet seseorang berpengaruh juga terhadap asupan cairan dan elektrolit. Jika asupan
maknan tidak seimbang, tubuh berusaha memcah simpanan protein dengan terlebih dahulu
memecah simpanan lemak dan glikogen. Kondisi ini menyebabkan penurunan kadar albumin.
5.      Stress
Kondisi stress berpengaruh pada kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh. Saat stress,
tubuh mengalami peningkatan metabolism seluler, peningkatan konsentrasi glukosa darah,
dan glikolisis otot. Mekanisme ini mengakibatkan retensi air dan natrium.Disamping itu,
stress juga menyebabkan peningkatan produksi hormone anti deuritik yang dapat mengurangi
produksi urine.

6.      Penyakit
Trauma pada jaringan dapat menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit dasar sel
atau jaringan yang rusak (mis.Luka robek, atau luka bakar). Pasien yang menderita diare
juga dapat mengalami peningkatan kebutuhan cairan akibat kehilangan cairan melalui saluran
gastro intestinal. Gangguan jantung dan ginjal juga dapat menyebabkan
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit. Saat aliran darah ke ginjal menurun karena
kemampuan pompajantung menurun, tubuh akanmelakukan penimbunan cairan dan
natrium sehingga terjadi retensi cairan dan kelebihan beban cairan (hipervelomia). Lebih
lajut, kondisi inidapat menyebabkan edema paru. Normalnya, urine akan dikeluarkan dalam
jumlah yang cukup untukmenyeimbangkan cairan dan elektrolit serta kadar asam dan
basa dalam tubuh. Apabila asupan cairan banyak, ginjal akan memfiltrasi cairan
lebih banyak dan menahan ADH sehingga produksi urine akan meningkat. Sebaliknya,
dalam keadaan kekurangan cairan, ginjal akan menurunkan produksi urine dengan berbagi
cara. Diantaranya peningkatan reapsorpsi tubulus, retensi natrium dan pelepasan renin.
Apabila ginjal mengalami kerusakan, kemampuan ginjal untuk melakukan regulasi akan
menurun. Karenanya, saat terjadi gangguan ginjal (mis., gagal ginjal) individu dapat
mengalami oliguria (produksi urine kurang dari 40ml/ 24 jam) sehingga anuria (produksi
urine kurang dari 200 ml/ 24 jam).
7.      Tindakan Medis
Beberapa tindakan medis menimbulkan efek sekunder terhadap kebutuhan cairan dan
elektrolit tubuh. Tindakan pengisapan cairan lambung dapat menyebabkan penurunan kadar
kalsium dan kalium.
8.      Pengobatan
Penggunaan beberapa obat seperti Diuretik maupun laksatif secara berlebihan dapat
menyebabkan peningkatan kehilangan cairan dalam tubuh.Akibatnya, terjadi defist cairan
tubuh. Selain itu, penggunan diuretic menyebabkan kehilangan natrium sehingga kadar
kalium akan meningkat. Penggunaan kortikostreroid dapat pula menyebabkan retensi natrium
dan air dalam tubuh.
9.      Pembedahan
Klien yang menjalani pembedahan beresiko tinggi mengalami ketidakseimbangan
cairan. Beberapa klien dapat kehilangan banyak darah selama perode operasi, sedangkan
beberapa klien lainya justru mengalami kelebihan beban cairan akibat asupan cairan
berlebih melalui intravena selama pembedahan atau sekresi hormon ADH selama masa stress
akibat obat- obat anastesia.
2.6  Pergerakan cairan tubuh
Mekanisme pergerakan cairan tubuh melalui tiga proses, yaitu :
1.      Difusi
merupakan proses dimana partikel yang terdapat dalam cairan bergerak dari
konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah sampai terjadi keseimbangan. Cairan dan elektrolit
didifusikan sampai menenambus membran sel. Kecepatan difusi dipengaruhi oleh ukuran
molekul, konsenrasi larutan, dan temperatur.
2.      Osmosis
merupakan bergeraknya pelarut bersih seperti air, melalui membran
semipermeabel dari larutan yang berkonsentrasi lebih rendah ke konsentrasi yang lebih tinggi
yang sifatnya menarik.
3.      Transpor aktif
Proses transpor aktif memerlukan energi metabolisme. Proses tranpor aktif penting untuk
mempertahankan keseimbangan natrium dan kalsium antara cairan intraseluler dan
ekstraseluler. Dalam kondisi normal, konsentrasi natrium lebih tinggi pada cairan intraseluler
dan kadar kalium lebih tinggi pada cairan ekstraseluler.
Perpindahan cairan dan elektrolit tubuh terjadi dalam tiga fase yaitu :
1.      Fase I :
Plasma darah pindah dari seluruh tubuh ke dalam sistem sirkulasi, dan nutrisi
dan oksigen diambil dari paru-paru dan tractus gastrointestinal.
2.      Fase II :
 Cairan interstitial dengan komponennya pindah dari darah kapiler dan sel
3.      Fase III :
Cairan dan substansi yang ada di dalamnya berpindah dari cairan interstitial masuk ke dalam
sel.Pembuluh darah kapiler dan membran sel yang merupakan membran
semipermiabel mampu memfilter tidak semua substansi dan komponen dalam cairan tubuh
ikut berpindah.

2.7  Pengaturan cairan


Sejumlah mekanisme homeostatis bekerja tidak hanya untuk mempertahankan
konsentrasi elektrolit dan osmotik dari cairan tubuh, tetapi juga untuk volume cairan tubuh
total. Keseimbangan cairan tubuh dan elektrolit normal adalah akibat dari keseimbangan
dinamis antara makanan dan minuman yang masuk dengan keseimbangan yang melibatkan
sejumlah besar sistem organ. Sistem organ yang banyak berperan adalah ginjal, sistem
kardiovaskuler, kelenjar hipofisis, kelenjar paratiroid, kelenjar adrenal, dan paru. Ginjal
merupakan pengendali utama terhadap kadar elektrolit dan cairan. Jumlah cairan tubuh dan
konsentrasi elektrolit sangat ditentukan oleh apa yang di simpan ginjal. Ginjal sendiri diatur
oleh sejumlah hormaon dalam menjalankan fungsinya.
1.      Rasa dahaga
Mekanisme rasa dahaga:
Penurunan fungsi ginjal merangsang pelepasan renin, yang pada akhirnya
menimbulkan produksi angiotensin II yang dapat merangsang hipotalamus untuk melepaskan
substrat neural yang bertangguang jawab terhadap sensasi haus.
Osmoreseptor di hipotalamus, mendeteksi peningkatan tekanan osmotik dan
mengaktivasi jaringan saraf yang dapat mengakibatkan sensai rasa dahaga.
2.      Anti Diuretik Hormon (ADH)
ADH di bentuk di hipotalamus dan disimpan dalam neurohipofisis dari hipofisis
posterior. Stimuli utama untuk sekresi ADH adalah peningkatan osmolaritas dan penurunan
cairan ekstrasel. Hormon ini meningkatkan reabsorpsi air pada duktus koligentes, dengan
demikian dapat menghemat air.

3.      Aldosteron
Hormon ini disekresi oleh kelenjar adrenal yang bekerja pada tubulus ginjal untuk
meningkatkan absopsi natrium. Pelepasan aldosteron dirangsang oleh perubahan konsentrasi
kalium, natrium serum dan sistem angiotensin renin serta sangat efektif dalam mengendalikan
hiperkalemia.
2.8   Cara pengeluaran cairan
Pengeluaran cairan terjadi melalui organ-organ seperti :
1.       Ginjal
Merupakan pengatur utama keseimbangan cairan yang menerima 170 liter darah untuk
disaring setiap hari. Produksi urine untuk semua usia 1 ml/kg/jam. Pada orang dewasa
produksi urine sekitar 1,5 lt/hari. Jumlah urine yang diproduksi oleh ginjal dipengaruhi oleh
ADH dan aldosteron.
2.      Kulit
Hilangnya cairan melalui kulit diatur oleh saraf simpatis yang merangsang aktivitas
kelenjar keringat. Rangsangan kelenjar keringat dapat dihasilkan dari aktivitas otot,
temperatur lingkungan yang meningkat, dan demam. Disebut juga Insesible Water Loss
(IWL) sekitar 15-20 ml/24 jam.
3.       Paru-paru
Menghasilkan IWL sekitar 400 ml/hari. Meningkatnya cairan yang hilang sebagai
respons terhadap perubahan kecepatan dan kedalaman napas akibat pergerakan atau demam.
4.      Gastrointestinal
Dalam kondisi normal cairan yang hilang dari gastrointestinal setiap hari sekitar 100-
200 ml. Perhitungan IWL secara keseluruhan adalah 10-15 cc/kgBB/24 jam, dengan kenaikan
10 % dari IWL pada setiap kenaikan suhu 1 derajat celcius.
2.9  Pengaturan elektrolit
1.    Natrium (Na+)
Merupakan kation paling banyak dalam cairan ekstrasel. Na + mempengaruhi
keseimbanagan air, hantaran impuls saraf dan kontraksi otot. ion natrium di dapat dari
saluran pencernaan, makanan atau minuman masuk ke dalam cairan ekstrasel melalui proses
difusi. Pengeluaran ion natrium melalui ginjal, pernapasan, saluran pencarnaan, dan kulit.
Pengaturan konsentrasi ion di lakukan oleh ginjal. Normalnya sekitar 135-148 mEq/lt.
2.   Kalium (K+)
Merupakan kation utama cairan intrasel. Berfungsi sebagai excitability neuromuskuler
dan kontraksi otot. Diperlukan untuk pembentukan glikogen, sintesa protein, pengaturan
keseimbanagan asam basa, karena ion K+ dapat diubah menjadi ion hidrogen (H+). Kalium
dapat diperoleh melalui makanan seperti daging, buah-buahan dan sayur-sayuran. Kalium
dapat dikeluarkan melalui ginjal, keringat dan saluran pencernaan. Pengaturan konsentrasi
kalium dipengaruhi oleh perubahan ion kalium dalam cairan ekstrasel. Nilai normalnya
sekitar 3,5-5,5 mEq/lt.
3.   Kalsium (Ca2+)
Kalsium merupakan ion yang paling banyak dalam tubuh, berguna untuk integritas
kulit dan struktur sel, konduksi jantung, pembekuan darah, serta pembentukan tulang dan
gigi. Kalsium dalam cairan ekstrasel diatur oleh kelenjar paratiroid dan tiroid. Hormon
paratiroid mengabsorpsi kalisum melalui gastrointestinal, sekresi melalui ginjal. Hormon
thirocalcitonin menghambat penyerapan Ca+ tulang. Kalsuim diperoleh dari absorpsi usus
dan resorpsi tulang dan di keluaran melalui ginjal, sedikit melalui keringaserta di simpan
dalam tulang. Jumlah normal kalsium 8,5 – 10,5 mg/dl.
4.    Magnesium (Mg2+)
Merupakan kation terbanyak kedua pada cairan intrasel. Sangat penting untuk aktivitas
enzim, neurochemia, dan muscular excibility. Sumber magnesium didapat dari makanan
seperti sayuran hijau, daging dan ikan. Nilai normalnya sekita 1,5-2,5 mEq/lt.
5.    Klorida (Cl ˉ )
Terdapat pada cairan ekstrasel dan intrasel, berperan dalam pengaturan osmolaritas
serum dan volume darah, regulasi asam basa, berperan dalam bufer pertukaran oksigen, dan
karbon dioksida dalam sel darah merah. Klorida disekresi dan di absorpsi bersama natrium di
ginjal dan pengaturan klorida oleh hormin aldosteron. Normalnya sekitar 95-105 mEq/lt.
6.    Bikarbonat (HCO3ˉ )
HCO3 adalah buffer kimia utama dalam tubuh dan terdapat pada cairan ekstrasel dan
intrasel dengan fungsi utama adalah regulasi keseimbangan asam basa. Biknat diatur oleh
ginjal.
7    Fosfat
Merupakan anion buffer dalam cairan intrasel dan ekstrasel. Berfungsi untuk
meningkatkan kegiatan neuromuskular, metabolisme karbohidrat, pengaturan asam basa.
Pengaturan oleh hormon paratiroid.
2.9.1        NILAI-NILAI NORMAL

Jenis cairan dan elektrolit Nilai normal dalam tubuh

-      Potasium [K+] 3.5 – 5 mEq/L


-      Sodium [Na+] 135 – 145 mEq/L
-      Kalsium [Ca2+] 8.5 – 10.5 mg/dl (4.5 – 5.8 mEq/L)
-      Magnesium [Mg2+] 1.5 – 2.5 mEq/L
-      Fosfat [PO42-] 2.7 – 4.5 mg/dl
-      Klorida [Cl-] 98 – 106 mEq/L
-      Bikarbonat [HCO3] 24 – 28 mEq/L

2.10 Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit Tubuh


1.      Ketidakseimbangan cairan
Ketidakseimbangan cairan meliputi dua kelompok dasar, yaitu gangguan
keseimbangan isotonis dan osmolar.Ketidakseimbangan isotonis terjadi ketika sejumlah
cairan dan elektrolit hilang bersamaan dalam proporsi yang seimbang. Sedangkan
ketidakseimbangan osmolar terjadi ketika kehilangan cairan tidak diimbangi dengan
perubahan kadar elektrolit dalam proporsi yang seimbang sehingga menyebabkan perubahan
pada konsentrasi dan osmolalitas serum. Berdasarkan hal tersebut, terdapat empat
kategori ketidak seimbangan cairan, yaitu :
a.         Kehilangan cairan dan elektrolit isotonik
b.         Kehilangan cairan (hanya air yang berkurang)
c.         Penigkatan cairan dan elektrolit isotonis, dan
d.        Penigkatan osmolal (hanya air yang meningkat)

2.      Defisit Volume Cairan


Defisit volume cairan terjadi ketika tubuh kehilangan cairan dan elektrolit
ekstraseluler dalam jumlah yang proporsional (isotonik). Kondisi seperti ini disebut juga
hipovolemia.Umumnya, gangguan ini diawali dengan kehilangan cairan intravaskuler, lalu
diikuti dengan perpindahan cairan interseluler menuju intravaskuler sehingga menyebabkan
penurunan cairan ekstraseluler.Untuk untuk mengkompensasi kondisi ini, tubuh melakukan
pemindahan cairan intraseluler. Secara umum, defisit volumecairan disebabkan oleh
beberapa hal, yaitu kehilangan cairan abnormal melalui kulit, penurunan asupan cairan,
perdarahan dan pergerakan cairan ke lokasi ketiga (lokasi tempat cairan berpindah dan tidak
mudah untuk mengembalikanya ke lokasi semula dalam kondisi cairan ekstraseluler
istirahat). Cairan dapat berpindah dari lokasi intravaskuler menuju lokasi potensial seperti
pleura, peritonium, perikardium, atau rongga sendi. Selain itu, kondisitertentu, seperti
terperangkapnya cairan dalam saluran pencernaan, dapat terjadi akibat obstruksi saluran
pencernaan.
3.      Defisit Cairan
Faktor Resiko
1.      kehilangan cairan berlebih (muntah, diare,dan pengisapan lambung)
tanda klinis : kehilangan berat badan
2.      ketidakcukupan asupan cairan (anoreksia, mual muntah, tidak ada cairan dan depresi konfusi)
tanda klinis : penurunan tekanan darah

4.      Dehidrasi
Dehidrasi disebut juga ketidakseimbangan hiiper osmolar, terjadi akibat kehilangan
cairan yang tidak diimbangi dengan kehilangan elektrolit dalam jumlah proporsional,
terutama natrium.Kehilangan cairan menyebabkan peningkatan kadarnatrium, peningkatan
osmolalitas, serta dehidrasi intraseluler. Air berpindah dari sel dan kompartemen interstitial
menuju ruang vascular. Kondisi ini menybabkan gangguan fungsi sel da kolaps sirkulasi.
Orang yang beresiko mengalami dehidrasi salah satunya adalah individu lansia.Mereka
mengalami penurunan respons haus atau pemekatan urine.Di samping itu lansia memiliki
proporsi lemak yang lebih besar sehingga beresiko tunggi mengalami dehidrasi akibat
cadangan air yang sedikit dalam tubuh.Klien dengan diabetes insipidus akibat penurunan
hormon diuretik sering mengalami kehilangan cairan tupe hiperosmolar. Pemberian cairan
hipertonik juga meningkatkan jumlah solute dalam aliran darah.
5.      Kelebihan Volume Cairan (Hipervolemia)
Kelebihan volume cairan terjadi apabila tubuh menyimpan cairan dan
elektrolit dalam kompartemen ekstraseluler dalam proporsi yang seimbang. Karena adanya
retensi cairan isotonik, konsentrasi natrium dalam serum masih normal. Kelebihan cairan
tubuh hampir selalu disebabkan oleh penungkatan jumlah natrium dalam serum.
Kelebihan cairan terjadi akibat overload cairan/adanya gangguan mekanisme
homeostatispada proses regulasi keseimbangan cairan. Penyebab spesifik kelebihan cairan,
antara lain :
a.      Asupan natrium yang berlebihan
b.      Pemberian infus berisi natrium terlalu cepat dan banyak, terutama pada klien dengan
gangguan mekanisme regulasi cairan.
c.       Penyakit yang mengubah mekanisme regulasi, seperti gangguan jantung (gagal ginjal
kongestif), gagal ginjal, sirosis hati, sindrom Cushing
d.      Kelebihan steroid.
Kelebihan Volume Cairan
Factor resiko :
1.  Kelebihan cairan yang mengandung natrium dari terapi intravena
Tanda klinis : penambahan berat badan
2.  Asupan cairan yang mengandung natrium dari diet atau obat-obatan
Tanda klinis : edema perifer dan nadi kuat

6.      Edema
Pada kasus kelebihan cairan, jumlah cairan dan natrium yang berlebihan dalam
kompartemen ekstraselulermeningkatkan tekanan osmotik. Akibatnya, cairan keluar dari sel
sehingga menimbulkan penumpukan cairan dalm ruang interstitial (Edema). Edema yang
sering terlihat disekitar mata, kaki dan tangan. Edema dapat bersifat local atau menyeluruh,
tergantung pada kelebihan cairan yang terjadi. Edema dapat terjadi ketika adapeningkatan
produksi cairan interstisial/gangguan perpindahan cairan interstisial. Hal ini dapat terjadi
ketika:
a.       Permeabilitas kapiler meningkat (mis.,karena luka bakar, alergi yang menyebabkan
perpindahan cairan dari kapiler menuju ruang interstisial).
b.      Peningkatan hidrostatik kapiler meningkat (mis., hipervolemia, obstruksisirkulasi vena)
yang menyebabkan cairann dalam pembuluh darahterdorong ke ruang interstisial.
c.       Perpindahan cairan dari ruangan interstisial terhambat (mis., pada blokade limfatik)
Edema pitting adalah edema yang meninggalkan sedikit depresi atau cekungan setelah
dilakukan penekanan pada area yang bengkak. Cekungan unu terjadiakibat pergerakan
cairan dari daerah yang ditekan menuju jaringan sekitar (menjauhi lokasi tekanan).
Umumnya, edema jenis ini adalah edema yang disebabkan oleh gangguan natrium. Adapun
edema yang disebabkan oleh retensi cairan hanya menimbulkan edema non pitting.
DAFTAR PUSTAKA

Potter & Perry. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 4. Jakarta: EGC
Tamsuri, Anas. 2009. Seri Asuhan Keperawatan “Klien Gangguan Keseimbangan Cairan &
Elektrolit” . Jakarta: ECG
Syaifudin, Drs. 2012. Anatomi Fisiologi Kurikulum Berbasis Kompetensi Edisi 4. Jakarta: EGC
http://nendapurnama.blogspot.co.id/2013/05/materi-cairan-dan-elektrolit.html

Anda mungkin juga menyukai